-Author Pov-
“Gwenchanayo?” tanya Taehyung.
“Ne, gwenchanayo,” balas Eunji mengenai keadaannya.
Eunji terlihat terkejut saat mengetahui namja yang dihadapannya adalah Taehyung. Jantungnya pun terpompa lebih cepat dari biasanya. Sekujur tubuhnya pun mulai panas saat ia mengingat insiden kemarin malam saat namja tersebut menciumnya. Menurutnya perasaan aneh ini seharusnya tak terjadi antara dirinya dan Taehyung. Perasaan sama yang ia rasakan pada Park Jimin, seorang namja yang pertama kali menyatakan cinta padanya.
“Tae... Taehyung,” ucap Eunji dengan gugup.
Taehyung hanya terdiam saat Eunji menyebutkan namanya. Dia mencoba mengalihkan pandangan matanya dari hadapan yeoja itu. Dia tak ingin membawa perasaannya saat berhadapan dengan Eunji. Dia juga ingat akan kebodohannya kemarin malam. Yah, kebodohan Taehyung yang tidak bisa menahan perasaannya pada sahabatnya itu.
“Kenapa kau berdiri didepan rumahku?” Taehyung membuka mulut, menanyakan Eunji yang tadi berdiri di depan gerbang rumanya.
“A... Aniyo, aku... aku hanya sekedar lewat kok. Iah hanya lewat,” ucap Eunji bingung sambil memasang senyum palsu penuh kebingungan.
“Oh, begitu.” Ucap Taehyung singkat. Dia tak mau memperdebatkan hal ini terlalu lama. Ia terlalu gugup. Padahal dia tau mana mungkin Eunji lewat rumahnya saat pulang dari arah jalan ke sekolah. Justru Taehyung yang melewati rumah Eunji saat ia hendak menuju rumahnya.
“Nde,” ucap Eunji sambil menunduk.
“Ah, aku harus cepat pulang. Dah Taehyung,” lanjutnya sambil berlari cepat menuju rumahnya tanpa menoleh sekalipun kehadapan Taehyung.
Taehyung hanya diam sambil menatap kepergian Eunji dari hadapannya. Saat yeoja tersebut lenyap dari pandangannya dia pun melanjutkan langkah kakinya menuju ke rumahnya. Dia menghempaskan napasnya sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Begitu sulit untuknya menahan perasaannya pada Eunji dan sekarang sulit untuknya pura-pura tidak mengingat kejadaian kemarin malam yang telah ia perbuat.
“Arhhht bodohnya aku,” gerutunya.
.
.
.
Eunji langsung berbaring di kasur saat ia masuk ke dalam kamarnya. Di tatapnya langit-langit kamarnya itu dengan tatapan kosong. Pikirannya masih penuh dengan Taehyung.
“Andwe, andwe,” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.
Jantungnya semakin terpompa cepat saat dia mengingat sosok Taehyung. Dia pun kemudian memejamkan matanya. Namun tetap saja Taehyung benar-benar telah memenuhi otaknya saat ini. Ia seperti telah tersihir, selalu saja dia menangkap sosok Taehyung dalam pikirannya. Padahal ia berusaha untuk melupakannya.
“Wae, Kenapa harus kau Taehyung?” Dia menunjuk bayangan ilusi wajah Taehyung di langit-langit kamarnya.
“YAAK, Seharian ini aku gila karna memikirkanmu, dasar kau namja bodoh,” teriaknya dengan prustasi.
Tapi entah kenapa perasaannya itu terasa hangat. Dan didalam dirinya ia merasakan rasa bahagia saat ia bisa bertemu dengan Taehyung hari ini. Benar-benar aneh, ia sebelumnya tak pernah merasakan perasaan seperti ini terhadap Taehyung. Selama ini ia selalu bersama Taehyung, di dalam kehidupannya tak ada namja lain selain Taehyung sebelum Jimin hadir. Dia bingung, sebenarnya perasaan apa ini? Apa hanya sekedar perasaan biasa ataukah dia ternyata menyukai Taehyung?
“Dret dret dret.” Terdengar bunyi getaran ponsel milik Eunji di dalam saku tas sekolahnya. Dia pun dengan segera meraih tasnya dan mengambil ponsel tersebut di dalamnya.
Sebuah pesan masuk terlihat dilayar ponsel itu. Pesan tersebut dikirim oleh Park Jimin kepada Eunji.
Eunji, apa kau sudah sampai dirumah?
Jangan lupa makan. Kau harus memperhatikan kesehatanmu yah, aku tak mau melihat mu sakit ^^
Dengan lemas ia membalas pesan singkat tersebut kepada Jimin.
To : Park Jimin
Aku sudah sampai rumah. Yah aku akan makan, trimaksih sudah mengingatkanku ^^
Pikiranya sekarang bertambah mengingat Jimin yang sudah hadir dalam kehidupannya. Bagaimana bisa ia menyukai Taehyung kalo dia juga sedang menyukai Jimin?
Eunji beranggapan apakah dirinya seorang Playgirl? Menyukai dua orang sekaligus dalam waktu yang sama. Ini bukan perasaan yang seharusnya. Yah, seharusnya dia hanya boleh menyukai satu orang saja. Dia tak mau melukai perasaan orang nantinya.
Bagaimana lagi, dia akan mencoba saran dari temannya untuk mengetahui kebenaran dari perasaannya itu. Dia harus segera mencari jawaban atas semua ini. sebelum terlambat karna dua hari lagi dia harus menjawab pernyataan cinta dari Jimin kemarin. Dan dia juga tak mau lama-lama seperti ini pada sahabatnya, tak mau persahabatan mereka terputus karna hal ini.
****
Ini hari ke dua untuk Eunji memikirkan jawaban atas pernyataan cinta dari Jimin. Dia harus cepat-cepat mencari jawaban itu, ia sudah berjanji kalau besok dia akan menjawabnya. Namun nyatanya pikirannya sekarang tergangu dengan datangnya perasaan aneh yang ia rasakan terhadap Taehyung. Banyak pertanyaan yang mengiyang di otaknya, yang sampai saat ini belum ia temukan jawabannya. Pernyataan tentang siapakah namja yang sebenarnya ia sukai, bukan lebih tepatnya yang ia cintai. Apakah itu Jimin atau malah sahabatnya sendiri, Taehyung?
Eunji nampak tak bersemangat hari ini, ia hanya duduk terdiam di bangkunya saat jam istirahat sudah dimulai. Teman sebangkunya Minna hanya dapat menatap Eunji dengan bingung.
“Hey, sampai kapan kau akan melamun seperti itu?” tanya Minna pada Eunji.
“Hmmm....” Eunji yang banyak pikiran itu tak dapat merespon pertanyaan Minna dengan benar.
“Sudahlah, berhenti pikirkan mereka berdua. Ayo kita makan siang dulu, kau harus perhatikan tubuhmu. Kalau kau sampai sakit bagaimana?” Minna berusaha mengajak Eunji makan siang. Tapi tetap saja Eunji masih terdiam lesu.
“Hey Eunji ayolah. Jebal, jebal,” rayu Minna pada temannya itu.
Minna terus berusahan mengajak Eunji, dia menggoyang-goyangkan pundak Eunji dengan lengannya. Dia juga memasang raut wajah memelas agar Eunji luluh dengan tawarannya. Tapi tetap saja Eunji tak meresponnya.
“Annyeong eonnie,” sapa seorang yeoja yang tengah berdiri di belakang bangku Eunji dan Minna.
“Annyeong,” balas Minna yang menoleh pada yeoja tersebut.
“Nuguseyo?” tanya Minna yang asing dengan sosok yang ditangkap matanya.
“A...aku adik kelas kalian, namaku Hani. Aku fansnya Taehyung oppa. Dan aku kemari ingin bertemu dengan Eunji eonnie,” jawab yeoja yang megaku bernama Hani.
Eunji langsung menoleh saat Hani menyebutkan kata “Aku fansnya Taehyung oppa”. Entah kenapa dia merasa kesal saat Hani bilang seperti itu.
“Ada apa kau mencariku?” tanya Eunji singkat.
“Ah ini, aku ingin menitipkan ini pada eonnie. Tolong berikan makanan ini pada Taehyung oppa. Aku tak berani bertemu dengannya, aku sangat malu. Jadi aku meminta tolong pada eonnie,” jawabnya dengan malu-malu.
“Wah makanan buatan sendiri yah?” tanya Minna yang terkesan dengan kotak bekal yang dipegang oleh Hani.
“Iah,” jawab Hani dengan malu-malu.
Eunji memandangi Hani yang tengah menyerahkan kotak bekal tersebut kepadanya. Yah yeoja itu terlihat lebih cantik dari pada dirinya. Bahkan tubuh Hani pun lebih sexy dibandingkan badannya yang terlihat kurus. Eunji semakin kesal melihat Hani yang terlihat sempurna. Namja mana yang tak suka melihat yeoja cantik nan sexy seperti Hani, kalau Taehyung melihatnya pasti dia juga akan tertarik pada Hani.
“Kalau kau menyukainya, kenapa tidak kau saja yang memberikannya langsung. Kenapa harus kau titipkan padaku?” balas Eunji dengan nada marah.
Hani hanya menatap Eunji dengan takut. Dia tak bermaksud membuat Eunji marah seperti itu padanya.
“Bukan begitu, aku hanya malu,” ucap Hani pelan.
“Berikan makanan itu langsung padanya, dia pasti senang jika bertemu langsung denganmu.” Eunji menyuruh Hani menyerahkan makanan itu sendiri tanpa bantuannya.
“Apa tidak apa-apa aku melakukannya langsung?” tanya Hani dengan ragu.
“Tentu tidak apa-apa, justru kau harus mendekatinya kalau kau memang menyukainya. Kau kan jadi bisa lebih dekat dengan Taehyung,” balas Minna sambil tersenyum pada Hani.
Eunji langsung menoleh pada Minna yang telah menyelesaikan ucapannya. Ia merasa kurang senang dengan ucapan yang barusan dia dengar dari mulut temannya itu.
“Ahh, baiklah eonnie, trimakasih atas sarannya. Aku akan melakukannya,” ucap Hani sambil tersenyum malu.
“Semoga berhasil, fighting!” sahut Minna.
“Nde.” Hani kembali tersenyum dan pergi berjalan meninggalakan Eunji dan Minna. Dia terlihat sangat lugu dan imut, orang yang melihatnya pasti luluh melihat tingkahnya itu. Begitulah yang Minna rasakan, ia mendukung Hani untuk mendekati Taehyung secara langsung.
Tapi nampaknya Eunji tak beranggapan sama dengan Minna. Ia seperti merasa kesal saat melihat Hani. Entah kenapa perasaan itu muncul, padahal Hani tak melakukan kesalahan maupun kejahatan pada dirinya.
-EUNJI POV-
“Nde,” ucap Hani dengan wajah malu. Dia pun pergi meninggalkan aku dan Minna. Pasti dia sekarang hendak menuju tempat Taehyung berada.
Entah kenapa aku jadi kesal melihatnya. Tak biasanya aku kesal dengan para fans Taehyung. Tapi kenapa sekarang aku begitu kesal dengan Hani. Dia bahkan tak melakukan kejahatan apapun padaku. Malah akulah yang tadi berbicara dengan nada tinggi padanya.
“Hey, kau melamun lagi,” sahut Minna yang mengagetkanku.
Aku lansung berdiri dari kursi yang aku duduki. Aku berniat untuk menyusul hani, bukan lebih tepatnya sih aku ingin membututinya. Aku penasaran apa yang akan dia lakukan saat bertemu dengan Taehyung.
“Ayo kita ke kantin,” ucap Minna sambil merangkul tanganku.
“Aku tak ingin pergi kesana,” ucapku.
“Lalu kau mau kemana?” tanya Minna yang terlihat bingung.
“Aku ingin mengikutinya,” balasku singkat.
“Siapa? Hani? Yak tunggu, jangan-jangan kau cemburu dengannya?” Minna menatapku curiga. Aku hanya terdiam tak tau harus menjawab apa. Apakah benar kalau aku ini cemburu padanya?
“Benarkan kau cemburu denganya,” goda Minna.
“Ti... tidak.” Akupun langsung berlari meninggalkan Minna sendirian dikelas.
“Yaak, Eunji tunggu aku,” Teriak Minna.
.
.
Aku melihat Hani dan Taehyung dari kejauhan. Aku tak dapat mendengar percakapan mereka. Hani sukses menyerahkan kotak bekal yang sudah ia buat untuk Taehyung. Kulihat wajah Taehyung sangat senang saat menerima bekal itu. Mereka berdua saling tersenyum. Dan nampaknya Taehyung tertarik dengan Hani yang cantik itu. Tatapan matanya selalu tertuju pada Hani. Padahal setahuku dia tak pernah menatap fansnya dengan tatapan seperti itu.
Aku merasa tak suka melihat Taehyung memperlakukan Hani seperti itu. Didalam hatiku, aku ingin Taehyung hanya memberikan tatapan seperti itu padaku. Bukan untuk orang lain. Yah seperti dulu, saat dia hanya memperhatikanku dibandingkan yeoja-yeoja lain yang berada disekitarnya.
“Apa kau merasa perasaan kesal saat melihat Hani dekat dengan Taehyung?” tanya Minna yang berdiri di sampingku.
“Nde. Aku tak suka melihatnya,” jawabku.
“Itu berarti kau cemburu dengannya,” jelas Minna.
“Benarkah? Jadi ini perasaan cemburu?” tanyaku bingung sambil menatap Minna.
“Yap, perasaan cemburu saat ada seorang yeoja dekat-dekat dengan namja yang kau cintai,” jawabnya.
“Jadi....” Aku ragu unutuk melanjutkan ucapanku.
“Kau sudah menemukan jawabannya. Eunji sebenarnya kau mencintai Taehyung. kau selama ini tak merasakannya karna kalian selalu pergi bersama. Dan saat kalian berpisah kau baru merasakan perasaan itu.” Minna menyumpulkan apa yang sebenarnya ingin ku ungkapkan barusan.
“Tapi bagaimana dengan Jimin? aku masih belum yakin sepenuhnya kalau aku benar-benar mencintai Taehyung,” ucapku dengan lesu.
“Hmmm, temui Jimin lagi pertimbangakan perbedaan perasaanmu saat berhadapan dengan Jimin dan juga Taehyung. kau pasti akan menemukan kebenarannya,” jelas Minna.
Aku diam mencerna perkataan Minna dalam-dalam. Aku beruntung sekali berteman dengannya, dia banyak membantuku memberi saran atas masalah percintaanku ini.
“Fighting Eunji, aku akan mendukung mu.” Minna mencoba menyemangatiku.
“Nde, Gomawoyo Minna,” ucapku sambil memeluknya dengan erat.
Tiba-tiba aku mendengar suara seorang namja yang tengah memanggilku dari kejauhan. “ Lee Eunji.”
Aku pun langsung menoleh kearah suara itu berasal. Dari kejauhan Namja itu melambaikan tangannya ke arah ku.
“Park Jimin,” balasku sambil melambaikan tanganku ke arahnya.
“Baru saja tadi kita membicarakannya, panjang umur sekali dia. Sana temui dia, aku pergi dulu yah. Semoga sukses, dah,” ucap Minna yang langsung pergi meninggalkanku.
Aku pun langsung melangkahkan kakiku mendekatinya.
“Pergi kemana temanmu? Apa aku menggangu kalian?” tanya Jimin padaku.
“Ahh, aniyo. Dia bilang kalau sedang ada urusan, jadi dia pergi duluan.” Jawabku asal. Yah mana mungkin aku menjawab yang sebenarnya.
“Apa kau sudah makan siang?” tanyanya.
“Belum,” jawabku singkat.
“Mau pergi makan siang bersama?” tawarnya padaku.
“Ah tentu,” balasku dengan riang.
Kami pun akhirnya makan siang bersama di kantin. Seperti biasanya kami mengobrol mengenai hobi kami. Obrolan kami selalu nyambung, tak ada obrolan yang membuatku bosan. Yah karna kami memiliki banyak kesamaan jadi wajar saja kalau obrolan kami terasa mengasikkan.
Tapi aku tak begitu suka dengan gaya bicaranya. Yah dia terlalu kalem, tak seperti Taehyung yang cerewet dan banyak membuatku tertawa. Mungkinkah karna aku baru mengenal Jimin dan aku juga terbiasa dekat dengan Taehyung. Aku jadi beranggapan seperti ini.
Dan aku merasa, tak sepenuhnya aku merasa nyaman saat aku sedang berada di dekat Jimin. Ada saja perasaan cemas di diriku, perasaan cemas yang selalu berubah-ubah asalnya.
“Hey Eunji, kau melamun. Ada apa?” tanya Jimin yang menyadarkan ku.
“Aniyo,” balasku sambil memasang senyum pertanda aku tak apa-apa.
“Ah, skyukurlah. Jangan sering melamun nanti kau bisa kesurupan,” ucap Jimin. Kemudian dia memberikan senyuman khasnya yang selalu berhasil meluluhkan hatiku.
Kalau aku pikir-pikir lagi, aku juga hanya menyukai senyuman khasnya dan juga sifat baiknya. Tak ku temui hal lain yang aku sukai dari dirinya.
.
.
*****
Jalan-jalan di sore hari memang sangat menyenangkan. Aku bisa merefresingkan otakku yang seharian lelah memikirkan masalah sekolah dan masalah pribadi ku. Aku hanya jalan mengelilingi komplek tempat tinggalku. Dan aku melihat sosok ibu Taehyung yang tengah kesulitan membawa barang belanjaannya. Dengan segera aku menghampirinya.
“Ahjumma, sini biar aku bantu bawakan barang belanjaanmu,” tawarku membantunya.
“Eunji, untung aku bertemu denganmu. Tentu kau boleh membantuku. Ini berat sekali,” balasnya.
“Kenapa Ahjumma belanja sendiri? Dimana Taehyung?” tanyaku.
“Anak itu sepulang sekolah langsung tidur, aku tak enak membangunkannya. Dia terlihat kelelahan sekali,” jawabnya atas pertanyaanku.
“Oh begitu.”
Aku pun membantu membawakan kresek yang tadi Ahjumma pegang disebelah tangan kirinya. Lumayan berat, untung saja aku bertemu dengannya. Aku jadi bisa membantu membawa belanjaannya yang banyak itu.
Aku membawakan belanjaannya sampai di dapur rumah Taehyung. Rumah ini terihat sepi. Ayah Taehyung selalu pulang malam dan Taehyung, ku rasa ia masih tidur dikamarnya. Di sini aku dapat mencium aroma khas Taehyung. Entah kenapa aku jadi merinduhkannya. Seharian ini aku tak berinteraksi dengannya. Berpapasan pun tidak. Apakah memang Taehyung menghindariku? Aku juga tak berani mendekati Taehyung, tak berani karna aku bimbang dengan perasaanku dengannya.
“Eunji apa kau tidak ada kegiatan lain?” tanya Ahjumma.
“Tidak ada, memangnya ada apa?” tanyaku balik.
“Kau disini saja dulu, bantu aku masak untuk makan malam. Sekaligus makan malam disini. Sudah lama aku tak masak bersamamu. Hayolah temani Ahjumma,” ajaknya.
Aku yang tak enak menolak tawarannya itu langsung menerimanya tanpa berfikir panjang.
“Trimakasih Eunji, rasanya aku ingin mempunyai menantu seperti mu. Ah kau saja yang menjadi menantuku. Bagaimana?” ucapnya sambil tersenyum menggoda ku.
“Ahjumma....” Aku malu dengan tawaran aneh yang telah ia berikan. Dia malah tertawa melihat ekspresiku menanggapi pertanyaannya itu. Taehyung maupun Ibunya senang sekali menggodaku. Aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Tapi, entah kenapa kali ini aku merasa senang ketika Ahjumma bilang menginginkanku menjadi menantunya. Yah aku sangat senang.
Aku membantu mengirisi sayuran, membuat bumbu dan mengaduk atau mengoseng masakan. Dan tak terasa waktu telah berlalu, masakan yang kami buat sudah 90% selesai. Kini tinggal sop ayam yang belum matang masih berada di dalam panci di atas kompor.
Tiba-tiba terdengar suara dari lantai dua rumah ini, “Eomma, aku lapar.” Suara nyaring itu tak lain berasal dari anak si pemilik rumah, Kim Taehyung.
Taehyung menuruni tangga yang menghubungkannya dengan lantai kamarnya. Tangga tersebut berada tepat di dekat dapur. Wajar saja kalau Taehyung merasa lapar karna mencium aroma wangi masakan dari dapur masuk ke kamarnya.
“Kau ini makan saja yang ada di pikiranmu. Kau baru saja bangun tidur, mandi dulu sebelum kau makan,” teriak Ahjumma yang tengah mengomeli anaknya.
Taehyung menghampiri dapur dan ia terkejut melihat sosokku di dapurnya.
“Eunji kenapa kau di sini?” tanyanya padaku.
“Tentu dia membantuku, tidak seperti mu. kerjaanmu hanya tidur dan makan saja,” omel Ahjumma pada Taehyung.
“Eomma,” rengek Taehyung pada ibunya dengan manja. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkahnya itu.
“Yasudahlah, Eomma tak mau marah-marah padamu, nanti kulitku semakin keriput karena mu.” Ucap Ahjumma sambil mengerutkan dahinya.
“Eunji, Ahjumma mau mandi dulu. Tolong kau jaga sop ayamnya sebentar lagi matang. Dan tolong jaga Taehyung jangan biarkan dia menyentuh makanan sebelum dia mandi!” lanjutnya.
“Nde, Arasseo,” balasku dengan disertai anggukan.
Ahjumma pun langsung pergi menuju kamarnya. Dan Taehyung masih berdiri di depan meja makan. Dia terlihat begitu kelaparan dan tak bisa menahan nafsunyaterhadap makanan yang berada di hadapannya. Kemudian ia kembali menoleh kebelakang memastikan kalau ibunya benar-benar telah masuk ke dalam kamarnya.
Dengan segera Taehyung mengambil sumpit di rak piring. Dan diambilnya potongan tumis sayuran yang ada di piring diatas meja makannya. Selanjutnya dia mengambil makanan yang lain yang ada di meja makan itu. Dia benar-benar makan seperti orang kelaparan. Aku bahkan tak sanggup untuk melarangnya. Aku sudah tau jelas sifatnya yang memang seperti itu.
“Kim Taehyung,” seruku yang ternyata menggetkannya.
“Apa? Kau mau mengadukanku pada eomma?” tanyanya sewot.
“Hey, Makanlah pelan-pelan. Tenang saja aku tidak akan mengadukanmu,” jawabku.
“Tunggu, bahkan kau makan belopatan seperti anak kecil,” ucapku sambil tertawa kecil. Yah lihat saja mulutnya belepotan oleh bumbu-bumbu sayuran yang ia makan. Karna buru-buru dia sampai belepotan seperti itu.
“Jeongmal?” Tanyanya. Aku pun mengangguk membalas pertanyaannya.
Karna tangan sebelah kananya memegang sumpit dan sebelah kirinya memegang piring, ia kesuitan untuk membersihkan noda di mulutnya. Dia mencoba membersihkannya dengan menjulurkan lidahnya menyentuh daerah sekitar bibirnya. Tapi tetap saja nodanya tak kunjung bersih dan malah menjadi tambah belepotan.
“Sini biar aku bantu,” tawarku membantunya. Aku merah kotak tissue di atas meja makan dan mengambil selembar tissue untuk membersihkan mulut Taehyung.
Aku mendekatkan diriku pada Taehyung. Sedari tadi Taehyung makan sambil berdiri. Badan Taehyung lebih tinggi 20cm dari tubuhku. Aku jadi harus mengongkakan wajahku ke atas untuk melihat noda di mulutnya. Aku pun mengusap noda itu dengan perlahan dengan selembar tissue yang tadi aku ambil. Sedikit demi sedikit daerah sekitar mulutnya kembali bersih. Aktifitasku berhenti ketika melihat bibir Taehyung yang sudah kubersihkan. Yang tiba-tiba mengingatkanku atas memori ciuman pertamaku yang telah direngut oleh bibir manis itu.
Dan entah kenapa aku tak tahan melihat bibir merah milik Taehyung. Kenapa aku baru menyadarinya, ternyata bibirnya itu terlihat sangat sexy. Aku seperti tersihir saat melihatnya.
“Andwe,” gumamku dalam hati sambil menggelengkan kepalaku dengan cepat. Akupun menelan salivaku dengan perlahan untuk menahan godaan itu.
“Ah sudah selesai,” ucapku. Aku melirikan mataku ke arah mata Taehyung. Dan tanpa aku sadari sepertinya dari tadi dia melirikan matanya padaku.
Mata kami saling bertatap pandang. Taehyung sama sekali tidak mengedipkan matanya saat memandang mataku. Jantungku kembali berpacu cepat tak karuan saat melihat tatapan tajam milik Taehyung. Apakah ini karna aku benar-benar menyukainya?
Aku yang tersadar langsung menjauhkan tubuhku dari hadapannya. Aku tak mau insiden yang lalu terulang lagi di saat sekarang aku masih bimbang dengan perasaanku terhadap Taehyung. Aku tak mau menyakiti hatinya.
“Ahh, supnya sudah matang.” Aku cepat-cepat mengalihkan diri kedepan kompor. Benar saja supnya sudah matang dan tugasku untuk mematikan kompornya.
Walau berusaha mengalihkan diri, tetap saja pikiranku tak teralihkan oleh Taehyung. aku ingin sekali menyentuhnya. Padahal saat sebelum semua ini terjadi aku selalu menempel dengannya. Tapi sekarang dekat dengannya saja tidak, aku jadi merinduhkannya.
Lalu Jimin? Aku teringat lagi dengan namja itu. Siapa sebenarnya namja yang ada dihatiku? Apa benar kalau aku ternyata hanya menyukai Jimin karna kagum, tapi aku justru menyukai bahkan mencintai Taehyung? Apakah benar seperti itu?
Aku masih terdiam ditempat. Aku pun menghembuskan napas panjang untuk menenangkan diriku. Lalu aku menolehkan wajahku ke arah Taehyung. Ternyata namja itu masih saja berdiri sambil menyantap makanan yang ada di meja makan.
Iah, aku benar-benar merinduhkannya. Aku tak suka dia dekat dengan yeoja lain. dan sekarang aku sangat ingin menyentuhnya seperti biasanya. Taehyung, apa sebenarnya kaulah yang ada di hatiku selama ini?
Tanpa sadar aku melangkahkan kakiku mendekati tubuh Taehyung. Dan sekarang aku berdiri tepat dibelakangnya. Dan dengan refleksnya aku memeluk tubuhnya dari belakang. Yah, aku tak bisa menahannya lagi. Aku benar-benar merinduhkannya.
“E...eunji.” Sepertinya ia kaget dengan tingkahku yang tiba-tiba memeluknya.
Namun aku hanya diam tanpa meresponnya. Aku menikmati hangatnya tubuh Taehyung saat aku memeluknya. Nyaman, perasaan nyaman yang aku dapati saat ini. Minna bilang kalau aku merasa perasaan nyaman saat bersama seorang namja, berarti aku mencintainya. Dan mungkin benar juga dengan apa yang Minna katakan tadi siang kalau aku mencintainya. Yah aku sebenarnya mencintai Taehyung bukan Jimin.
“E...eunji, waeyo?” tanya Taehyung.
Setelah mendengar pertanyaan itu akupun langsung melepaskan pelukanku darinya.
“Mi...mian Taehyung,” ucapku pelan.
“A...aku harus pulang.” Dengan cepat aku pergi meninggalkan Taehyung yang masih terdiam tanpa tau apa yang sedang terjadi padaku.
Yah benar sekarang aku sudah menemukan jawabannya. Tapi bagaimana caranya aku menyelesaikan masalahku ini? Menyelesaikan semuanya tanpa menyakiti siapapun.
-To be Continued-
Maaf banget, lagi-lagi saya telat update sampai sebulan :’(
Padahal niatnya mau cepat dikelarin. Tapi yah apa daya tugas kampus datengnya dadakan mana ide jd buyar kemana-mana sampe susah mau ngetiknya.
Cuma ngingetin 2 chapter lagi tamat. Semoga untuk nextnya bisa lebih cepat dan g terganggu banyak halangan.
Trimakasih buat para Readers yang setia nunggu FF ini. Maaf juga kalo FF nya malah gaje :’)