home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > My First Love

My First Love

Share:
Author : dongzha
Published : 17 Jul 2015, Updated : 28 Mar 2016
Cast : Lee Eunji (Oc), Kim Taehyung (Bts), Park Jimin (Bts)
Tags :
Status : Ongoing
4 Subscribes |23944 Views |4 Loves
My First Love
CHAPTER 8 : Confuse.

-EUNJI POV-

 

10:00PM

Aku masih bingung memikirkan pernyataan cinta dari Jimin siang tadi, apa yang harus aku lakukan?. Aku hanya punya waktu tiga hari untuk memikirkan jaawaban untuknya. Taehyung juga tak mau memberikanku saran sama sekali. Padahal aku berharap Taehyung mau memberikan ku saran atas permasalahanku ini. Tapi nyatanya dia malah tak peduli sama sekali padaku.

Aku benar-benar bingung apa yang aku harus lakukan. Apa menerima Jimin menjadi pacarku adalah keputusan yang terbaik? Bukankah selama ini aku mengingkan hal ini? Tapi... Kenapa hatiku merasa bimbang seperti ini? Oh Tuhan tolong aku!

“Ting nung ning....” Ponselku kembali berdering. Sejak pulang ke rumah sampai sekarang aku dan Jimin masih saling membalas pesan. Dia begitu perhatian padaku. Padahal aku sudah membuat dia kecewa dan menyuruhnya menunggu seperti ini.

Isi pesannya barusan dia menyuruhku untuk cepat tidur, dia mengkhawatirkan kesehatanku kalau aku tidur terlalu malam. Karna tak mau membuatnya semakin khawatir akupun langsung bergegas membalas pesannya tersebut.

 

To : Park Jimin

Baiklah aku akan segera tidur, Good Night~^^

 

Baru beberapa detik yang lalu aku memencet tombol send untuk membalas pesan Jimin, ponselku malah kembali berdering menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Awalnya aku pikir kalau Jimin membalas pesanku barusan dengan cepat. Namun saat aku melihat pesannya, ternyata pesan itu berasal dari Taehyung.

 

From : Taehyung :p

Keluarlah ada yang ingin ku bicarakan. Sekarang!

 

Aku bengong melihat pesan singkat dari Taehyung. Apa-apaan dia, menyuruhku keluar jam segini. Memangnya hal penting apa yang ingin dia bicarakan padaku? Seenakmya saja menyuruhku seperti itu. Tapi kok aku malah tiba-tiba menjadi penasaran dengan pesan singkat itu. Yasudahlah apa salahnya menuruti perintahnya ini. Mungkin saja dia mau memberikanku saran soal yang tadi aku bicarakan dengannya.

Aku pun langsung bergegas turun dari kamar dan menuju ke depan gerbang rumahku. Aku malah jadi antusias seperti ini, tak menghiraukan kalau ini sudah larut malam. Bahkan aku duluan yang sampai didepan dan Taehyung belum terlihat keluar dari rumahnya. Pabo, aku kira dia sudah disini dluan. Padahal dia yang menyuruhku kenapa malah aku yang datang duluan disini.

Tak lama kemudian aku melihat sosok Taehyung keluar dari gerbang rumahnya dan langsung menghampiriku. Tapi ada yang aneh dengannya. Aku melihat matanya sedikit terlihat merah, dia seperti orang yang baru saja menangis. Tidak mungkinkan, kalau dia itu benar-benar habis menangis? Kalau memang benar apa alasannya? Ahh... tak usah ku pikirkan, biarkan saja dia.

“Ada apa malam-malam begini memanggilku?” tanyaku sambil menatapnya dengan curiga.

“Sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu...,” ucapnya terputus. Aku penasaran dengan kelanjutan dari ucapannya itu.

Tunggu, kenapa aku merasa yang dia lakukan ini sama seperti yang tadi Jimin ucapkan padaku. Apa bocah ini mau mengerjaiku lagi seperti waktu itu, melakukan hal-hal yang telah dilakukan Jimin padaku?

“Apa?” tanyaku lagi.

“Eum....” Dia terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya. Apa-apan ini kenapa dia terlihat aneh seperti ini. Sebenarnya ada apa dengannya?

Ppallihae! Di sini sangat dingin,” ucapku sedikit kesal karna harus menunggunya berbicara. Namun setelah ucapanku barusan, dia malah semakin diam dan terlihat bingung.

“Hei, Taehyung,” ucapku lagi yang sudah tak tahan menunggunya berbicara.

Tapi bukannya membalas perkataanku, dia malah mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lama kelamaan wajahnya semakin dekat dengan wajahku. Dekat sampai tak ada jarak diantara wajah kami. Dan ‘Cup’ bibir kami saling bersentuhan. Aku dapat mencium aroma nafas Taehyung di hidungku yang seketika mempompa jantungku menjadi lebih cepat. Tubuhku juga tiba-tiba seperti bergetar menangkap apa yang sedang aku rasakan ini. Dan anehnya tubuhku juga tak memberontak sama sekali saat Taehyung menciumku. Padahal ini adalah ciuman pertamaku. Yaa, ciuman pertamaku di renggut oleh Taehyung. Eottohke?

Aku hanya diam membeku merasakan bibir kami yang saling menyentuh. Bahkan aku tak dapat mengedipkan mataku karna kaget dengan kejadian ini. Apa yang Taehyung pikirkan sampai-sampai dia berani menciumku seperti ini? Paboya!

Kalau dibilang ciuman sih, sebenarnya ini hanya sekedar bibir kami yang saling bersentuhan. Taehyung tak melakukan apapun. Dia hanya menempelkan bibirnya pada bibirku.

Tapi, perasaan apa ini? kenapa jantungku berdetag tak karuan seperti ini? Seharusnya aku hanya boleh merasakan hal ini saat bersama Jimin. Orang yang ku suka kan Jimin, bukan Taehyung. Kenapa aku kembali merasakan hal ini saat sedang bersama Taehyung? Perasaan apa ini? Apa ini karna ini ciuman pertamaku atau.... Ahh, banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalaku ini. Aku sangat bingung, aku tak tau harus berbuat apa.

Tak lama Taehyung akhirnya melepaskan kecupannya menjauhi bibirku. Aku masih diam terpaku sambil menatap wajahnya. Aku tak percaya Taehyung melakukan itu padaku. Kenapa dia harus melakukan ini padaku? Wae? Wae...?

Mataku menatapnya dengan penuh tanda tanya. Yah, pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi tealah bersarang di kepalaku.

“A...apa yang kau lakukan?” tanyaku padanya dengan gugup. Aku mencoba menyentuhkan jari-jari tanganku pada bibir mungilku. Masih jelas terasa bekas bibir Taehyung yang tadi telah menyentuh permukaan kulit bibirku ini.

Taehyung menatapku dengan canggung, ku lihat dia juga menjadi gugup sama sepertiku.

Mianne... Jeongmal Mianne,” balasnya gugup.

“Kenapa kau lakukakan ini padaku? Apa kau ingin mempermainkan aku lagi?” tanyaku.

Taehyung kembali diam seletah mendengar pertanyaanku barusan. Dia bahkan menghindari kontak mata denganku. Taehyung bodoh, kenapa kau membuatku seperti ini? Membuat hatiku semakin bimbang seperti ini?

“Kim Taehyung, jawab aku!”

“Berhentilah bermain-main seperti itu padaku, kau pikir ini lucu hah? Apakah hal ini menyenangkan untukmu? Kenapa kau lakukan ini saat aku sedang dekat bersama Jimin? tak sukakah kau melihat aku bersamanya?” tanyaku lagi dan lagi. Namun tetap saja dia hanya diam tanpa suara saat mendengar perkataanku.

Aku tak tahan dengan tingkahnya, tak ada jawaban sama sekali dari semua pertanyaan yang sudah aku lontarkan kepadanya. Mungkin benar kalau dia hanya mau mempermainkan aku saja seperti waktu itu. Bodohnya aku menuruti perintahnya untuk datang kemari. Dan aku benci diriku sendiri, kenapa dengan perasaanku ini? Aku tak boleh terbuai oleh lelucon si bodoh ini.

“YAA PABOYA!” bentakku. Aku langsung membalikan badanku berniat meninggalkan Taehyung yang masih terdiam.

Namun langkahku terhenti. Taehyung menarik pergelangan tanganku, dia menggenggamnya dengan erat. Seakan dia tak ingin aku pergi begitu saja meninggalkannya.

“Aku tidak mempermainkamu sama sekali... Aniya,” ucap Taehyung dengan lantang.

Mendengarnya aku pun kembali menghadapkan wajahku ke arah taehyung. Mencoba mendengarkan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah aku lontarkan sebelumnya.

“Yahh aku tak suka melihat kau bersama Jimin!” lanjutnya.

“Hatiku selalu merasakan sakit, amat sakit saat aku melihatmu bersamanya.” Dia berkata sambil menepuk-nepukan dadanya. Mengekspresikan rasa sakit yang amat dalam didalam hatinya.

“Kau tau kenapa aku melakukan ini semua?” tanyanya sambil menatapku.

Wae?” tanyaku dengan bingung.

“Karna aku menyukaimu... AKU MENYUKAIMU LEE EUNJI!” ucap Taehyung sambil menatapku dengan serius.

“Deg, deg, deg....” Jantungku kembali berdetag tak karuan. Tubuhku kembali membeku di tempat. Aku benar-benar tak percaya dengan perkataaan yang barusan keluar dari mulut Taehyung. Apa ucapannya itu serius? Tapi kulihat wajahnya menunjukan kalau ia benar-beanra serius mengucapkan hal tersebut.

Mwo...? Sudah ku bilang, hentikan bercandaanmu itu. Ini sama sekali tidak lucu KIM TAEHYUNG!” bentakku yang masih tak percaya dengan ucapannya.

“AKU SERIUS! AKU SERIUS MENYUKAIMU, LEE EUNJI!” Dia membalas membetakku. Aku rasa dia sedang berusaha meyakinkanku, walau nyatanya aku masih tak percaya dengan ucapannya.

“Terserah kau mau percaya atau tidak, yang pasti aku sudah berani untuk jujur padamu tentang perasaanku. Kalau aku benar benar menyukaimu!” ucapnya sambil melepaskan genggaman tangannya di lenganku.

Aku semakin mematung dengan keseriusan ucapannya tersebut, bingung apa yang harus kulakukan. Perasaanku juga campur aduk. Aku tak menyangka kalau Taehyung, sahabatku sendiri menyukaiku. Aku benar-benar tak membayangkan kalau Taehyung mempunyai perasaan seperti itu terhadapku.

“Maafkan aku, aku bertindak seperti itu padamu. Aku tau kau tak menyukaiku, yang kau sukai itu Jimin kan?” ucap Taehyung.

“Kau tau? Sulit bagiku mengungkapkan perasaanku ini padamu. Karna kita sudah lama bersahabat. Tapi aku tak menyesal melakukan ini, setidaknya aku bisa jujur padamu. Jujur akan perasaanku ini. Kalau kau mau membenciku dan menjahuiku silahkan... Aku pantas mendapatkannya,” lanjutnya panjang lebar.

Aku masih terdiam mencerna perkataan yang sedari tadi sudah keluar dari mulut Taehyung. Aku bingung harus meresponnya seperti apa. Sekarang aku yang malah diam tak mampu berkata sama sekali.

“Satu lagi, yang tau perasaanmu itu hanya dirimu sendiri. Jawabannya ada pada hatimu. Kau hanya perlu memastikan hatimu itu untuk siapa. Kalau kau benar-benar menyukai Jimin, maka kau harus cepat mengungkapkannya. Jangan sampai kau menyesal nantinya seperti aku sekarang ini.” Taehyung kembali berbicara padaku.

Dan aku masih diam, benar-benar tak tau apa yang harus aku katakan padanya. Senang atau marah aku juga tak tau. Perasaan ini bernar-benar campur aduk.

Taehyung pun terdiam. Ku lihat matanya mulai berkaca-kaca. Kenapa hatiku menjadi sakit melihatnya seperti ini? Apa yang harus aku lakukan, aku benar-benar bingung sekarang.

Jeongmal mianne... selamat malam.” Taehyung membalikan badannya dan berjalan cepat meninggalkanku yang masih diam mematung ditempatku.

Aku merasa belum siap menerima kenyataan ini. Baru tadi siang Jimin menyatakan perasaannya padaku. Dan barusan Taehyung sahabatku sendiri menyatakan perasaannya juga padaku. Lalu bagaimana dengan perasaanku yang membingungkan ini? Apa yang harus aku lakukan? Eottohke?

 

 

*****  

Aku tak bisa konsen belajar hari ini di sekolah. Otakku masih dipenuhi banyak pertanyaan yang tak sanggup ku jawab mengenai hal-hal yang sudah terjadi kemarin. Aku bingung dengan perasaanku pada Jimin dan juga Taehyung. Dua hari lagi aku sudah berjanji akan memberi jawabanku pada Jimin. Tapi sampai sekarang aku masih tak tau dengan jelas perasaanku terhadapnya. Ditambah sahabatku sendiri Taehyung secara tak kuduga dia mengungkapkan perasaannya padaku. Apa yang harus kulakukan dengan kedua namja itu?

Karna guru pelajaran ke dua tidak masuk. Aku malah kembali melamun sambil menatap jendela yang berada di sampingku.

“Hei Eunji,” sapa teman sebangku ku yang bernama Minna.

“Hmmm?” jawabku malas.

“Hari ini kau kenapa? Tak biasanya kau melamun seperti itu saat pelajaran. Kau kan selalu antusias belajar. Apa yang terjadi? Hayo ceritakan padaku. Kita kan teman,” ucapnya sambil tersenyum padaku. Yah bisa di bilang yeoja yang satu ini adalah teman terdekatku di kelas.

Aniya...,” ucapku terputus. Aku ragu untuk menceritakan masalahku pada Minna. Selama ini aku tak pernah menceritakan hal pribadi ke pada temanku kecuali Taehyung. Malah sebaliknya Minna sering sekali mencerita banyak hal masalah pribadinya padaku. Dia mengganggap ku adalah teman dekatnya.

“Eunji, ayolah cerita padaku. Kau kan selalu mendengar ceritaku, jadi sekarng biarkan aku mendengarkan ceritamu,” pintanya.

“Hayolah... aku akan merahasiakannya kok. Tenang saja,” lanjutnya.

Aku masih saja diam, masih ada sedikit keraguan dihatiku. Tapi aku butuh teman untuk memecahkan masalah ini. Jadi memang sepertinya lebih baik aku menceritakan semua padanya.

“Jadi begini....” Akhirnya aku membuka mulutku menceritakan permasalahan yang sejak kemarin belum ku pecahkan. Yah, mengenai perasaaanku pada Jimin dan juga Taehyung.

.

.

.

“Oh, jadi seperti itu. Pantas saja kau jadi melamun seperti itu. Ternyata kau sedang memikirkan dua namja populer disekolah kita,” ucap Minna sambil menatapku.

“Ah... aku jadi iri padamu. Kau cantik sih sampai disukai oleh mereka.” Dia masih menatapku kini dengan sedikit iri.

“Kau ini, tapi masalahnya aku sekarang harus bagaimana?” tanyaku dengan murung.

“Yang terpenting adalah perasaanmu. Siapa di antara kedua namja itu yang sangat special dihatimu?” Minna balik bertanya padaku.

“Justru itu akupun masih bingung siapa yang sebenarnya orang yang paling ku suka. Jantungku sama-sama berdetag kencang saat aku bersama kedua namja itu. Bagaimana aku bisa tau orang yang sebenarnya special di hatiku itu siapa?” balasku.

“Ini aneh....” Minna diam berfikir.

“Mungkin saja perasaanmu yang lainnya hanyalah sebatas rasa suka karna kagum, bukan karna kau benar-benar tulus mencintainya,” ucap Minna.

“Maksudnya?” Aku tak mengerti dengan ucapannya.

“Jadi sebenarnya perasaanmu itu pada mereka bukan karna kau benar-benar menyukai kedua namja itu. Tapi untuk salah satu dari mereka, perasaanmu hanya sebatas karna kau kagum dengan sosoknya,” jelas Minna. Mungkin benar dengan penjelasannya tersebut.

“Lalu bagaimana aku tau tentang itu?” tanyaku lagi padanya.

“Kau hanya perlu perhatikan mereka. Bagaimana respon dirimu saat kau menatap kedua namja itu. Mana yang paling membuat hatimu nyaman dan senang. Yah simplenya sih hanya seperti itu,” jawab Minna.

“Begitu yah....” Aku ragu kalau aku bisa mengetahuinya dengan cara sesederhana itu. Aku benar-benar bingung.

“Tenanglah aku akan membantumu. Aku senang akhirnya kau mau curhat padaku,” ucap Minna sambil tersenyum kepadaku. Dia juga menyemangatiku agar aku dapat menyelesaikan permasalahan hatiku ini. Aku jadi merasa sedikit lega dengan menceritakan ini semua kepada Minna. Bahkan aku sedikit menemukan celah atas masalah rumit ini. Aku bersyukur mempunyai teman seperti dia di kelas.

.

.

Bel istirahat sudah berbunyi. Semua teman-teman kelasku sudah berhamburan keluar kelas. Namun aku masih duduk tenang dibangku ku seperti biasanya, menanti seseorang datang menemuiku. Tapi orang yang ku tunggu itu, Taehyung tak mengunjungi kelasku seperti biasanya. Bahkan hari ini aku belum melihat sosoknya. Apa mungkin dia menghindariku karna hal semalam? Ahh tiba-tiba aku malah meningat insiden ciumanku bersama Taehyung. Perasaan hangat itupun kembali merasuki hatiku. Ada apa dengan ku ini, kenapa jantungku berdetag kencang seperti ini saat aku memikirkan Taehyung? Tidak boleh, aku tak boleh seperti ini pada Taehyung. Perasaan ini cukup untuk Jimin saja.

Dengan penjelasan Minna tadi, mungkinkah perasaanku terhadap Taehyung sebatas karna aku kagum padanya? Kagum karna dia selalu baik padaku. Bukankah selama ini aku sangat dekat dengannya. Tapi, kenapa aku sekarang merasa merindukannya?

Aku tak boleh lama-lama seperti ini. Mempunyai perasaan terhadap dua namja sekaligus itu bukan hal yang baik. Aku sama saja seperti playgirl bukan. Aku juga tak mau menjadi orang jahat yang mempermainkan hati dua orang namja yang sudah baik kepadaku.

Baiklah, aku akan mengikuti saran dari Minna. Aku akan mencoba mengamati mereka dan mencari tau siapa orang yang sebenarnya aku sukai bukan sekedar kagum.

.

.

Entah kenapa kakiku berjalan kesana-kemari dengan tujuan mencari Taehyung. Tapi aku sama sekali tidak menemukannya di kelas maupun di kantin. Apa dia hari ini tidak sekolah? Tadi pagi aku juga tak berangkat bersamanya. Yah karna inseden semalam wajar saja kalau hal itu terjadi.

Aku sekarang masih mencoba mencari sosoknya di taman dan tetap saja aku tak menemukan dia. Dimana dia sekarang? Dan kenapa aku ingin sekali bertemu dengannya yah, padahal kan kemarin malam dia sudah menciumku. Ah bodohnya aku.

“Lee Eunji, apa yang sedang kau lakukan?” aku mendengar suara seorang namja dari belakangku. Dengan segera aku langsung membalikan tubuhku menghadapnya.

“Ah... Jimin. A...aku hanya sedang ingin jalan-jalan kemari,” balasku pada namja yang tak lain adalah Jimin. Aku berbohong padanya, sebenarnya bukan itu alasanku kemari. Tapi aku tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Jimin.

“Kebetulan sekali kita bertemu disini, mau duduk ditaman bersamaku?” ajaknya sambil mengarahkan senyum manis khas miliknya. Yah lagi-lagi senyuman itu yang selalu sukses mencairkan hatiku. Aku benar-benar terpesona dengan senyum manisnya itu.

“Tentu. Aku mau,” balasku yang tak bisa menolak tawarannya.

Akhirnya aku duduk bersama Jimin di bangku taman yang biasa kami duduki bersama. Suasana dianatara kami tiba-tiba menjadi canggung. Jimin pun hanya terdiam sedari tadi. Dan aku pun malah ikut diam, bingung harus berkata apa. Sesekali aku meliriknya dan memperhatikan dia mencoba mengetahui respon dari hatiku terhadap Jimin. Yang ku dapat, aku malah semakin terpesona dengan wajah Jimin. Yah dia sangat tampan dan menurutku dia terlibat sexy. Lihat saja bibirnya itu terlihat begitu sangat menggoda. Bibir yang selalu menunjukan senyuman manis kepadaku terlihat sangat menggoda di mataku. Apa ini, kenapa aku tidak mendapatkan respon apa-apa di dalam hatiku. Aku malah seperti ini.

“Apa kau baik-baik saja?” Jimin memulai pembicaraannya.

“Eh? Aku baik-baik saja kok,” jawabku setengah kaget.

“Kau terlihat seperti sedang gelisah. Apa karna penyataanku kemarin membuatku seperti ini?” tanyanya lagi.

Apa aku terlihat sekali, kalau aku memang sedang gelisah? Jimin tak boleh tau kalau aku memang sedang gelisah memikirkan dia dan juga Taehyung.

A...aniyo.” aku mencoba menutupi rasa gelisahku.

“Maafkan aku karna membuatmu sseperti ini. jangan memaksakan dirimu. Aku akan baik-baik saja nanti dengan jawaban yang akan kau berikan padaku. Jangan khawatir,” ucap Jimin.

“Kau harus perhatikan dirimu, dan jaga kesehatanmu. Jangan sampai kau sakit yah!” lanjutnya sambil tersenyum padaku.

“Ahh... baiklah,” balasku sambil tersenyum kearahnya.

“Baguslah kalau begitu,” ucap Jimin sambil mengelus-elus kepalaku dengan lembut. Tak lupa senyum manisnya juga lagi-lagi terarah padaku.

Jantungku kembali berdetag saat menatap senyum itu. Mukaku seketika memerah dibuatnya. Tak ingin Jimin melihatnya, aku pun dengan segera memalingkan wajahku dari hadapannya.

“Apa kau mau nanti kita pulang sekolah bersama?” Jimin mengajakku pulang bersama seperti biasanya.

Aku merasa senang mendengar taawarannya itu. Dan aku membalasnya dengan anggukan kecil sambil mengarahkan senyuman kepadanya.

“Kalau begitu aku akan menunggu mu di depan gerbang sekolah yah,” ucap Jimin memberitahu tempat pertemuanku nanti dengannya.

“Oke,” balasku singkat.

 

*****

Tadi aku pulang bersama Jimin, seperti biasa aku merasa senang bisa pulang bersama dengannya. Tapi entah kenapa aku merasa perasaanku ini berbeda dengan saat pertama kali aku dekat dengannya. Dulu jantungku sering berdetag kencang saat didekatnya. Sekarang di dekatnya aku tak terlalu merasakan hal seperti itu. Apa karna aku sekarang sudah dekat dengannya, sehingga aku mengalami hal seperti itu?

Terlebih lagi aku merasa hari ini aku ingin sekali bertemu dengan Taehyung. Seharian ini aku belum bertemu Taehyung. Dan aku selalu memikirkannya dari tadi, terpikir insiden semalam saat dia menciumku. Kenapa perasaanku jadi aneh seperti ini?

Aku sampai pusing memikirkan ini semua. Aku pun melangkah dengan lemasnya menuju rumahku. Sesampainya di depan gerbang rumahku aku malah kembali teringat Taehyung.

“Aish... kenapa hari ini kau memenuhi pikiranku?” rengekku sambil memukulkan kepalaku pada pagar rumahku. Aku benar-benar setres hari ini memikirkan dua namja itu.

Aku penasaran dimana Taehyung sekarang berada. Apa dia ada dirumahnya?

Karna penasaran akupun langsung melangkahkan kakiku mundur menjahui pagar rumahku. Kemudian berbelok arah menuju rumah Taehyung. Rumah kami dibatasi oleh tembok tinggi yang mengelilingi rumah kami seperti pagar. Maka dari itu aku sekarang berdiri di depan gerbang atau pagar rumah Taehyung agar bisa melihat keadaan rumahnya. Aku melihanya dari celah-celah pagar kayu yang tinggi nya melebihi tinggiku ini. Tapi nihil aku tak melihat sosok taehyung yang berkeliaran didepan rumahnya. Apa mungkin dia ada di dalam yah? Haruskah aku masuk ke dalam untuk bertemu dengannya?

Tapi kejadian semalam menyadarkanku agar sebaiknya aku tak menemuinya secara langsung. Jujur aku sebenarnya malu dengannya kalau ingat kejadian itu. Dimana ia menciumku dan menyatakan perasaannya padaku. Aku benar-benar tak menyangka selama ini dia ternyata menyukaiku. Padahalkan dia selalu menjahiliku. Aku bingung harus berbuat apa padanya.

Sebaiknya aku cepat pulang dan tidur saja. Aku tak mau terus-terusan memikirkan hal membingungkan ini. Aku butuh istirahat.

Aku langsung membalikan tubuhku dan melangkahkan kaki menuju rumahku. Karna tak bersemangat aku berjalan sambil menundukan kepalaku.

“BRUK....”

Aku menabrak seseorang namja dan hampir saja aku terjatuh. Tapi untung saja orang itu memegang sikutku menyeimbangkanku agar aku tak terjatuh. Namja itu memakai seragam sekolahan ku dan aku tak asing dengan aroma tubuhnya.

Gwenchanayo?” tanya namja itu.

Ne, Gwenchana,” balasku.

Aku mendongkakan wajahku keatas untuk memastikan siapa namja tersebut. Dan tiba-tiba jantungku berdetag saat menatap wajahnya. Yah wajah menjadi saling bertatapan dengan jarak yang lumayan dekat.

Kini detagan itu semakin cepat. Sekujur tubuhkun pun tiba-tiba terasa panas. Aku mencoba menelan salivaku saat aku teringat oleh kejadian semalam. Kejadian saat namja itu menciumku.

Yaa kenapa aku seperti ini lagi pada saat bersamanya, perasaan apa ini? Kim Taehyung apa yang sudah kau lakukan padaku sampai aku seperti ini?

 

 

-Next Chapter-

#Chapter 9 - The Truth

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK