-TAEHYUNG POV-
Sedari tadi aku masih memikirkan ucapan Eunji. Dia bilang kalau Jimin mengungkapkan cinta padanya. Jujur saja aku kaget saat pertama aku mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Eunji. Aku tak menyangka secepat inikah aku harus menghadapi kenyataan menyakitkan ini. Awalnya aku kira mereka sudah resmi pacaran tapi ternyata dugaan itu salah. Eunji masih memikirkan jawabannya, dia bilang waktunya tiga hari. Tapi kenapa dia menginginkan saranku? Bodoh, bukankah itu jawaban yang harus dia pikirkan sendiri. Kalau dia mau meminta saranku yang sebenarnya, aku akan menyarankan dia tak usah bersama Jimin. Lebih baik dia bersamaku. Karna sebenarnya aku juga mencintainya. Aku belum rela kalau dia bersama namja lain, walaupun namja itu juga temanku.
Aku merasa hatiku sangat sakit, terasa sesak. Aku sadar ini adalah resiko yang akan kuterima karna menyukai sahabatku sendiri. Selama apapun aku mencintainya kalau dia mencintai orang lain aku pasti akan merasakan perasaan ini. Sudah sebulan ini aku mencoba menahannya, tapi tak ku sangka hari ini adalah puncak dari rasa sakit yang aku derita.
Tanpa sadar aku malah meneteskan air mata sambil menatap fotoku bersama Eunji. Perasaan sakit ini aku tak bisa menahannya lagi. Aku rasa menangis salah satu caraku untuk mengurangi rasa sakit ini. Aku bukan cengeng, tapi sungguh hatiku benar-benar sakit saat mengetahui Eunji bersama Jimin.
Ramalan itu bohong, aku bilang pada Eunji bahwa ramalan itu tidak benar. Tapi kurasa ucapanku saat itu benar. Padahal aku berniat mengerjainya, tak kusangka itu benar terjadi. Aku tau ramalan itu tak 100% benar kan. Dia benar-benar percaya dengan ramalan itu, aku juga sempat percaya dengan ramalan itu. Ramalan yang berkata kalau jodohnya adalah cinta pertamanya. Dan sekarang kurasa itu bohong. Atau jangan-jangan sebenarnya dia melupakan cinta pertamanya?
Dia bilang kalau dia mencintai Jimin, namja yang ia temui disekolah. Aku tak menyangka secepat itu ia bilang padaku kalau dia menemukan seorang namja yang ia anggap cinta pertamanya. Dan itu adalah temanku sendiri Park Jimin. Itulah pertama kalinya aku merasakan hatiku sakit, tapi aku menahannya. Aku mengira kalau Eunji tak serius bilang bahwa ia mencintai Jimin.
Aku sendiri sih yang malah memperkenalkan Jimin padanya, yang membuat mereka semakin dekat. Dari awal Jimin memang menyukai Eunji aku sudah bisa menebak dari tatapan matanya saat pertama kali aku memperkenalkan diri mereka masing-masing. Aku tak dapat berbuat apa-apa, karna Eunji menganggapku sahabatnya. Dan dia membutuhkan bantuanku untuk dekat dengan Jimin. Jadi awalnya aku biarkan saja mereka dekat.
Kedua kalinya aku merasa hatiku sakit adalah saat Jimin mengajak Eunji berkencan. Itu di saat aku mendengar kata “kencan” yang keluar dari mulut Jimin. Aku dengan sengaja menguping pembicaraan mereka saat mereka di taman sekolah. Aku bersembunyi disemak-semak belakang bangku yang mereka duduki. Aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Sampai-sampai aku tak peduli kalau sebenarnya banyak siswi yang memperhatikan tingkahku itu. Jujur saat itu aku juga merasa kesal karna ada orang lain yang mengajak Eunji kencan selain aku.
Yah, aku benar-benar merasa kesal karna ada namja lain selain aku yang dekat dengan Eunji. Namja lain yang memperlakukan Eunji special selain aku. Aku lagi-lagi merasa sakit sekaligus kesal saat Eunji menceritakan kedekatannya dengan Jimin saat mereka kencan. Karna merasa kesal aku jadi membandingkan diriku dengannya. Tapi Eunji malah menceiritakan hal yang tak pernah aku lakukan dengannya. Dan otomatis aku malah mencoba melakukan hal yang sama dengan yang Eunji katakan. Aku bahkan hampir saja sungguh-sungguh menciumnya. Waktu itu aku benar-benar gila karna perasaanku. Aku sampai melakukan hal nekat seperti itu.
Untuk menghilangkan rasa sakit itu aku sering berusaha menghindari Eunji. Aku berusaha merendamkan rasa sakit itu sambil berusaha merelakan dia dekat dengan Jimin. tapi usahaku tak membuahkan hasil. Aku malah semakin menderita dengan perasaanku.
Selain itu, aku juga selalu khawatir dengan Eunji yang dekat dengan Jimin. Karna ini pertama kalinya dia menyukai seorang namja selain aku. Aku selalu memikirkan Eunji, aku takut terjadi apa-apa dengannya. Aku tau kalau Jimin bukan namja jahat. Tapi tetap saja aku khawatir. Contohnya saat hujan turun dulu, aku khawatir dia pulang kehujanan. Dan akhirnya aku malah menunggunya pulang di halte bus. Aku berbohong padanya kalau aku hanya lewat dan kebetulan bertemu dengannya. Padahal aku sudah satu jam menunggunya di sana.
Dan satu lagi saat dia dilabrak oleh para siswi fansnya Jimin, aku sangat khawatir padanya. Waktu itu aku sengaja tak menuruti perintah dia yang menyuruhku pulang terlebih dahulu. Aku tau luka di kakinya masih belum sembuh. Makannya dari itu aku menunggunya pulang dan takut sesuatu terjadi padanya. Benar sajakan, saat aku berdiri di depan pintu gedung sekolah aku melihat Eunji yang di tarik oleh lima orang siswi. Aku mendengar pecakapan mereka dari jauh. Awalnya aku diam saja, tapi saat seorang yeoja hampir menamparnya. Aku langsung bertindak dan mencegah yeoja itu melayangkan tamparannya pada Eunji. Saat itu aku benar-benar marah pada mereka. Dan langsung mengajak Eunji pulang.
Semakin aku berfikir dan mengingat semuanya, aku merasa kalau diriku bodoh. Seharusnya aku melakukan apa yang dilakukan Jimin. Yaitu menyatakan perasaannya pada Eunji. Bukan seperti ini malah merasa sakit karna memendam perasaanku sendiri pada Eunji. Aku dulu hanya berfikir santai, menyangka bahwa Eunji tau siapa cinta pertamanya. Dan tak kusangka aku malah telat satu langkah dengan Jimin. Dan dia malah menganggap cinta pertamanya adalah Jimin.
Aku rasa dia benar-benar lupa dengan masa lalunya. Bukan, tapi masa lalu aku dan dia. Padahal aku sudah berulang kali memberikan dia kata-kata bahkan adegan yang sama dengan apa yang dia dan aku pernah alami. Namun, tetap saja dia malah tak mengingatnya.
Tapi aku rasa semua ini karna salahku. Aku yang membuatnya lupa dengan masa lalunya. Dia lupa kalau namja yang pertama kali dia suka adalah aku. Aku tak tau pasti, tapi aku yakin kalau aku adalah cinta pertamanya bukan Park Jimin.
Yah, masa lalu itu bermula saat pertama kalinya aku menjadi tetangga Eunji. waktu itu usiaku baru 8 tahun. Aku bertemu dengannya seorang gadis kecil aneh yang ku temui di depan rumahku. Rambutnya dikepang dua, ia mengenakan baju berenda sambil memegangi boneka. Kesan pertamaku saat melihatnya adalah ‘aku tak menyukainya dan dia menyebalkan’.
-Flashback On-
“Kau anak yang baru pindah dirumah ini yah?” Gadis itu bertanya sambil tersenyum ke arahku. Aku yang mendengar pertanyaan itu langsung menganggukan kepalaku menanggapinya.
“Kalau begitu, perkenalkan aku Lee Eunji. Aku tinggal disebelah rumahmu. Dan siapa namamu?” ucapnya sambil menjulurkan tangannya meminta jabat tangan denganku.
“Namaku Kim Taehyung,” jawabku singkat sambil membalas jabatan tangannya.
“Senang berkenalan denganmu, oh yah berapa usiamu? Ku rasa kita seumuran,” ucapnya. Lagi-lagi dia mengunjukan senyuman khasnya yang aku tak suka. Aku berfikir itu senyuman norak khas anak-anak perempuan. Aku benar-benar tak menyukai anak perempuan.
“Delapan tahun,” jawabku lagi dengan singkat, aku ingin cepat-cepat pergi dari anak ini.
“Wah benar ternyata kita seumuran,” ucapnya dengan riang. Aku membalasnya dengan senyuman yang dipaksakan. Aku benar-benar tak tahan kalau dekat-dekat dengan anak perempuan.
“Kalau begitu sampai jumpa.” Aku mencoba menghindar dari anak itu. “Kau mau kemana? Kau kan anak baru disini, biar aku yang mengantarmu berkeliling,” sahutnya.
“Tidak usah,” balasku. Tapi dia malah mengikutiku dari belakang. Dia terus mengikutiku kemanapun aku melangkah. Sesekali dia memperingatiku tentang jalan yang aku lewati. Benar-benar dia anak yang menyebalkan.
.
Setiap hari anak itu selalu menggangu hari-hariku. Dia selalu berusaha untuk menjadi temanku. Aku selalu cuek padanya, karna aku memang tidak suka anak perempuan. Anak perempuan itu berisik, cengeng dan merepotkan. Dan hal yang paling tak ku duga adalah ternyata aku sekelas dengannya di sekolah baruku. Yah kami sama-sama masuk di kelas 1A.
Tapi aneh, di kelas anak itu diam dan tak banyak bergaul dengan teman-temannya. Dia malah menghabiskan jam istirahat dengan berdiam diri membaca buku-buku cerita bergambar miliknya. Benar-benar aneh. Wajar saja kalau dia menginginkan ku menjadi temannya karna ia tak akrab dengan teman-temannya yang lain.
Semakin hari aku malah semakin risih dengannya. Dan hari ini aku berencana untuk mengerjainya. Bagaimanapun caranya aku ingin membuatnya jera dan tak mengikutiku lagi.
.
“Taehyung, bantu aku belajar naik sepeda yah. Ayolah ajari aku,” rayu Eunji padaku. Dia sedang menuntun sepeda yang baru saja dia beli. Aku sering main sepeda sepulang sekolah, maka dari itu dia membeli sepeda untuk bisa bermain denganku.
“Ahh, baiklah sini,” balasku. Ini kesempatanku untuk mengerjainya.
Eunji sibuk menyeimbangkan dirinya di sepeda, aku berusaha menahan sepeda itu dari belakang agar ia tidak terjatuh. Setelah cukup lama aku mengajarinya bersepeda, aku pikir ini adalah kesempatanku untuk mengerjaiya. Yah, aku mencoba melepaskan peganganku pada sepeda itu saat Eunji sedang mengayunkan pedal sepedanya. Karna Eunji yang belum bisa mengendalikan keseimbangannya dia akhirnya jatuh terperosok di tanah sebuah taman yang berada di komplek rumah kami.
Ku lihat dia meringis kesakitan sambil mengelus-elus lututnya. Di lututnya terdapat goresan dan banyak darah yang keluar dari goresan itu. Dia nampak sedang menahan air matanya dan kemudian ia melirik ke arahku dengan tersenyum. “Nae gwenchanayo,” teriaknya ke arahku.
Aku sedikit khawatir dengan keadaannya dan datang mendekatinya. Saat dia mencoba berdiri ternyata dia malah tak bisa berjalan karna luka di lututnya semakin parah. Akhirnya dengan terpaksa aku menggendongnya pulang. Aku biarkan saja sepedanya tergeletak di taman, biarkan Ajhussi yang akan mengambilnya nanti.
“Taehyung,” panggil Eunji.
“Wae?” tanyaku singkat.
“Kau tau... kau itu seperti pangeran dalam buku dongeng yang aku baca. Kau baik padaku dan sekarang kau juga menolongku. Sangat keren,” ucapnya. Dia kekanak-kanakan sekali sih. Dan aku kan yang sebenarnya mencelakakannya, dasar bodoh. Pangeran apanya?
“Aku rasa aku menyukaimu Taehyung,” lanjutnya lagi. Aku kaget mendengar pernyataannya. Anak kecil seperti dia tau apa tentang suka, kenapa malah bilang seperti itu padaku.
“Memangnya kau tau apa itu suka? Kenapa kau bilang suka padaku? Dasar anak aneh,” balasku.
“Sudah ku bilang kalau kau seperti pangeranku, makannya aku suka padamu,” ucapnya lagi yang diakhiri dengan tawa kecil dari mulutnya. Dia itu gadis yang aneh dan juga polos. Aku benar-benar sudah tak tahan dengannya.
Aku berhasil mengantarnya sampai rumah. Di sana Ahjumma sangat khawatir pada Eunji, dia juga berterima kasih padaku karna telah menolongnya. Setelah merasa tugasku sudah selesai aku langsung pergi pulang meninggalkan rumah Eunji.
.
Hari ini adalah hari ke tiga setelah insiden aku menggendong Eunji pulang. Aku kira dia akan menjahuiku setelah aku yang membuatnya terluka. Tapi dugaanku salah, dia malah semakin menempel padaku. Dan selalu mengikuti aku kemanapun aku pergi.
“Pulang sana! Dan berhentilah mengikutiku!” perintahku. Dia nampak bengong mendengarkan perkataanku. “Wae?” tanyanya bingung.
“Aku tidak menyukaimu, kau itu menyebalkan. Jadi berhentilah mengikutiku setiap saat,” ucapku kasar. Dia hanya diam mendengarkan ucapanku.
“Kau tau, kemarin itu aku sengaja membuatmu terjatuh. Aku ini bukan pangeranmu.” Aku mencoba agar dia pergi dan tak mengusikku lagi.
“Benarkah?” Dia sedikit kaget mendengar ucapanku barusan.
“Iah benar. Jadi jangan menyukaiku. Karna aku tidak menyukaimu. Dasar anak bodoh,” ucapku lagi masih dengan nada kasar.
Setelah mengucapkan kata itu aku melangkahkan kaki meninggalkannya. Dan saat aku menoleh lagi kearahnya, dia ternyata sedang menangis.
“Yaa Kim Taenyung! KAU ANAK YANG JAHAT. KAU BUKAN PANGERANKU. AKU AKAN BERHENTI MENYUKAIMU.” Dia berteriak kearahku dengan kencang lalu pergi berlari menuju rumahnya sambil menangis. Aku kira dia bukan gadis yang cengeng ternyata dia sama saja dengan yang lainnya.
-Flashback off-
Aku rasa sejak itulah Eunji melupakan masa lalunya. Karna ulahku sendiri. Setelah kejadian itu aku dan Eunji tak pernah saling menyapa, kami seperti orang yang bermusuhan. Yah itu semua aku lewati selama 2 tahun. Eomma selalu menyuruhku bermain bersama dia tapi aku selalu menolak. Mungkin karna kesal melihatku tak akrab dengan tetanggaku selama dua tahun itu. Eomma melakukan cara supaya aku dan Eunji bisa menjadi teman lagi.
Waktu itu eomma membuat kue dan dia mengajak Eunji untuk menyicipi kue buatannya. Ternyata Eunji malah menyukai kue buatan nae eomma. Dia bilang kalau Eunji menyukainya, maka Eunji setiap hari boleh datang ke rumah untuk mencicipi kue buatannya. Dan benar saja setiap hari dia datang ke rumah cuma untuk memakan kue buatan eomma. Hal itu dimanfaatkan eomma, dia menyukurku untuk berbaikan dengan Eunji. Dengan terpaksa akhirnya aku menuruti perintah eomma. Sejak itu aku kembali berteman dengannya dan bahkan menjadi sahabat dekatnya. Tapi aneh, Eunji bersikap biasa-biasa saja padaku. Dia seperti tidak merasa sesuatu telah terjadi antara aku dan dia dua tahun lalu. Dan sampai sekarang, kurasa memang dia melupakan kejadian itu. Ku rasa yang dia ingat hanya kue buatan eomma-ku saja.
Awalnya aku memang tak menyukainya karna dia anak kecil yang aneh. Tapi akhirnya seiring berjalannya waktu malah aku yang jatuh hati padanya. Dia bertambah dewasa dan parasnya berubah menjadi cantik, sangat cantik. Aku baru menyadarinya saat aku duduk di bangku SMP.
Saat itu hujan turun dan kami sedang ada di halte bus. Di sana pertama kalinya jantungku berdebar hanya dengan menatap senyum manis milik Eunji. Semakin lama aku menatap parasnya semakin kencang juga debaran jantungku. Dulu aku bingung dan berusaha menahan perasaan aneh itu. Dan akhirnya aku malah pergi lari sambil membawa payung dan meninggalkan Eunji sendirian di Halte bus.
Sejak itu aku mulai menyelidiki perasaan aneh itu. Ternyata aku benar-benar telah jatuh cinta pada Eunji. Dia adalah cinta pertama bagiku. Dan sampai saat ini perasaanku tak berubah sedikitpun padanya. Malah aku semakin mencintainya dan sampai tak rela dia dengan namja lain selain aku. Aku selalu mencoba menahan perasaanku dihadapannya. Aku bersyukur sampai saat ini dia tidak menyadari perasaanku ini. Gawat kalau sampai dia tau, pasti dia sudah menjauhiku. Kalau dipikir-pikir aku ini seperti orang yang bodoh yah. Dulu aku yang menyuruhnya jangan menyukaiku. Tapi pada akhirnya aku yang malah menyukainya di saat dia tidak menyukaiku.
Sekarang dia hanya menganggapku sebagai sahabat, dia sama sekali tak punya perasaan padaku. Sungguh ini menyakitkanku. Aku benar-benar bodoh, semua ini karna ulahku sendiri. Apa ini karma bagiku? Seandainya dia mengetahui perasaanku saat ini yang sebenarnya.
Semakin aku mengingat semuanya, dadaku terasa semakin sakit. Perasaan yang menyakitkan. Mereka bilang ini resiko karna aku menyukai sahabatku sendiri. Apa benar kalau cintaku ini bertebuk sebelah tangan? Aku berharap ramalan Eunji itu benar, oh Tuhan tolonglah aku.
Haruskah aku juga melakukan hal yang sama dengan Jimin? setidaknya rasa sakit ini mungkin akan sedikit terlepas. Tapi, melakukan itu aku akan mendapat resiko yang besar. Aku mungkin tak bisa dekat dengan Eunji lagi sama seperti saat itu. Bukankah itu lebih menyakitkanku. Argght, aku benar-benar bingung.
.
.
.
Aku mengerakkan jari-jariku pada layar ponsel milikku. Tak lama kemudia aku tekan tanda send untuk mengirim pesan yang sudah aku kirim.
To : Lee Eunji :P
Keluarlah ada yang ingin ku bicarakan. Sekarang!
Pesan tersebut sudah terkirim ke nomor tujuannya. Dengan segera aku melangkahkan kaki menuju rumah Eunji. Aku harus mengatakannya padanya. Yah, harus...
Aku kini berdiri di depan gerbang rumah Eunji dan di situ dia sudah berdiri menungguku.
“Ada apa malam-malam begini memanggilku?” tanyanya sambil menatapku dengan curiga.
“Sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu...,” ucapku terputus. Aku ragu untuk mengatakannya. Aku terlalu takut untuk melanjutkan perkataanku. Bagaimana ini, jantungku saja sudah berdegup tak karuan.
“Apa?” tanyanya lagi.
“Eum....” Aku masih ragu untuk mengatakannya.
“Ppallihae! Di sini sangat dingin,” ucapnya sedikit kesal.
Bodoh, kenapa mulutku malah membisu seperti ini. Aku terlalu gugup dan takut sampai seperti ini. Aku benar-beanr sudah tak tahan lagi. Perasaan ini aku ingin dia tau tentang perasaanku ini.
“Hei, Taehyung,” ucapnya lagi.
Baiklah kalau aku tak sanggup bicara maka aku akan melakukan ini. Lalu dengan cepat aku mendekatkan bibirku ke arah bibirnya.
.
‘Cup’
.
Aku dengan nekat mencium bibirnya, yah ini ciuman pertamaku. Dan aku harap ini juga ciuman pertamanya. Maafkan aku, tapi aku berharap kau menyadari perasaanku ini. Lee Eunji.
-Next Chapter-
#Chapter 8 - Confuse