Namja itu masih memegang tangan seorang yeoja yang tengah berada tepat di depanku. Dia yang menahan pergerakan tangan yeoja tersebut yang tadi hampir saja menamparku. Aku juga melihat ia tengah menatap dengan kesal ke arah yeoja tersebut.
“Tae-hyung,” Ucap yeoja itu dengan raut wajah kaget. Dia juga terlihat sedikit takut menatap namja yang tengah memegangi pergelangan tangannya. Yah benar apa yang sudah diucapkan yeoja itu, bahwa namja yang kini ada di sampingku adalah Kim Taehyung.
“Apa yang sedang kalian lakukan disini?” tanya Taehyung dengan nada marah. Segerombolan yeoja itu langsung memasang raut wajah ketakutan sekaligus bingung.
“An...aniyo,” balas yeoja itu dengan ketakutan. Teman-temannya langsung mundur ke belakang tubuh yeoja itu.
Taehyung melepaskan tangan yeoja itu dari genggamannya. “Jika kalian berani menyakitinya. Maka kalian akan berurusan denganku,” tegas Taehyung pada mereka.
“Dan satu lagi, jangan pernah menganggu atau datang menemuinya lagi seperti ini. ARRASEO!” perintah Taehyung yang sontak membuat para yeoja itu ketakutan. Belum lagi Taehyung menatap mereka dengan tatapan dingin. Aku tak pernah melihat Taehyung semarah ini sebelumnya. Dia juga tak pernah menunjukan tatapan seperti itu padaku walaupun aku sering bertengkar dengannya. Jika aku menjadi mereka, aku pasti juga akan ketakutan melihat Taehyung yang seperti ini.
“A...arraseo,” sahut mereka bersamaan sambil menundukan kepala mereka. Mereka terlihat tak sanggup berkata lagi karna takut dengan ucapan sekaligus tatapan Taehyung barusan.
“Aku tidak akan memaafkan kalian, jika kalian berani melakukan ini lagi,” ucap Taehyung yang masih saja memasang tatapan dingin miliknya. Dia seperti sedang menahan amarah yang ada di dirinya.
“Mian-ne Tae-hyung... Jeongmal mianne. Kami tidak akan melakukannya lagi,” ucap seorang yeoja yang kurasa adalah seorang fansnya Taehyung. Ia mengucapkan kata itu dengan sangat ketakutan.
“Mianne...,” ucap yang lain secara bersamaan. Aku hanya dapat menatap Taehyung yang sama sekali tak merespon ucapan para yeoja itu. Dan ia masih saja mengarahkan tatapan dingin itu pada mereka.
Bukannya membalas permintaan maaf mereka, Taehyung malah menarik tanganku dan berjalan menjauhi mereka. Aku hanya diam melihat kejadian barusan tanpa tau apa yang harus aku katakan. Kami pun berjalan semakin menjauhi mereka. Tak sekalipun Taehyung memalingkan wajahnya dari arah depan. Juga tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Aku tak tau kenapa dia bisa tiba-tiba berada di sana. Padahal aku sudah bilang padanya untuk pulang duluan, tapi nyatanya dia malah masih ada di sini menolongku. Aku tak tau apa jadinya aku kalau dia tak datang menolongku. Aku mungkin sudah habis di hajar oleh para yeoja-yeoja tadi. Aku bersyukur karna dia sudah datang untuk menolongku.
Taehyung berjalan terlalu cepat, dia nampaknya tak sadar bahwa kaki ku masih belum sembuh. Karna merasa tak kuat lagi, aku pun mencoba melepaskan tanganku dari genggamannya. Namun ia mengengam tanganku sangat erat, aku sampai tak bisa membuatnya melepaskan tanganku.
“Yaa, berhenti!” perintahku padanya. Mendengar aku mengucapkan kata itu, Taehyung langsung menghentikan langkahnya diikuti dengan langkah kakiku. Dia kemudian membalikan badannya ke arahku.
“Waeyo?” tanyanya dengan tampang masih kesal.
“Yaa, kau tidak ingat kakiku masih sakit? Kau kemari mau menolongku atau membuatku tambah terluka lagi haahh?” tanyaku balik dengan kesal karna melihat responnya yang seperti barusan.
Dia kemudian diam mencerna perkataanku sambil melirik ke arah lututku. Dia juga melepaskan gengaman tangannya dariku. Ku rasa dia sudah sadar dengan apa yang ia telah dia perbuat padaku.
“Kau sudah mengerti, apa yang kau lakukan?” tanyaku lagi padanya.
“Kau yang tak mengerti,” ucapnya balik padaku dengan nada kesal.
“Mwo?” tanyaku dengan raut wajah bingung. Memangnya aku harus mengerti apa lagi tentangnya?. Aku tau kok kalau dia yang tadi menolongku. Jadi apa lagi?.
“Kau... kau yang tak mengerti apa yang sudah ku lakukan padamu. Seharian aku tak tenang karna dirimu. Bisakah kau berhenti membuatku khawatir seperti ini padamu?” balasnya. Dia masih saja berkata padaku dengan nada kesal.
“Memangnya apa yang membuatmu khawatir padaku?” tanyaku lagi yang tak mengerti akan perkataan sekaligus sikapnya itu padaku.
“Karna semua ini salahku,” balasnya singkat dengan masih memasang wajah kesal.
“Ini semua bukan salahmu, yang tadi juga. Para yeoja itu marah karna aku dekat dengan Jimin, bukan denganmu. Jadi jangan salahkan dirimu dan tak usah khawatirkan aku. Dan juga kenapa kau malah marah padaku?” Jelasku sekaligus menanyakan sikapnya terhadapku.
Namun ia tak membalas pertanyaanku, ia malah mengepalkan kedua tangannya dan raut wajahnya nampak begitu kesal. Tidak kurasa itu bukan wajah kesal, melainkan seperti wajah yang sedang menahan rasa sakit. Aku tak tau dengan pasti ekspresi apa yang sedang ia tunjukan padaku.
Tak lama kemudian, tangan Taehyung meraih pundakku dan dengan cepat dia menarik tubuhku ke arahnya. Tubuh kami saling bersentuhan, lalu kedua tangannya langsung mendekap tubuhku dengan erat. Yah, dia kini tengah memelukku. Aku tak tau kenapa dia tiba-tiba malah memelukku. Namun tubuhku merespon sangat cepat dengan apa yang tengah aku alami ini. Jantungku menjadi berdetag tak karuan saat aku merasakan hangatnya pelukan Taehyung. Mataku juga membulat lebar karna tak percaya dengan pelukan tiba-tiba darinya ini.
“Ini tetap salahku, karna aku tak bisa melindungimu. Hatiku juga terasa sakit karna mengkhawatirkanmu, jadi itu yang membuatku marah pada diriku sendiri. Aku tak mau melihatmu semakin terluka, tapi aku malah membuatmu semakin terluka. Aku jadi semakin kesal... kesal dengan diriku sendiri. Mianne,” ucapnya panjang lebar.
Mendengar perkataannya mengenai hatinya yang terasa sakit. Aku jadi ingat Jimin yang juga mengatakan hal yang sama seperti itu padaku. Kenapa dia berkata seperti itu padaku? Sekhawatir itukah dia padaku?
“Kenapa kau berkata seperti itu? Kenapa sampai kau merasa sakit seperti itu?” Aku mencoba bertanya padanya. Aku ingin tau kenapa ia sampai merasakan seperti itu padaku. Kalau Jimin sudah pasti karna dia menyukaiku. Bagaimana dengan Taehyung?.
“Karna...,” ucapannya terputus. Aku mendengarkannya dengan sungguh-sungguh. Disertai dengan suara degupan jantungku yang kencang karna sangking penasaran apa yang akan dia ucapkan.
“Tentu saja karna kau adalah sahabatku. Aku sangat khawatir padamu,” lanjutnya lagi. Entah kenapa aku malah sedikit kecewa dengan ucapannya barusan. Hatiku seperti ingin mengdengar jawaban lain selain ucapannya barusan.
“Oh.” Aku tak tau harus meresponnya sedih atau senang. Ekspresi yang aku tunjukan sekarang hanyalah datar. Aku kurang puas dengan jawabannya itu.
“Sebagai sahabatmu, aku kan melindungimu. Aku juga tak akan membiarkan mereka tadi mendekatimu lagi dan sampai melukaimu. Jadi tak usah khawatir aku akan selalu melindungkimu. Aku berjanji padamu,” ucapnya yang masih saja memelukku dengan erat.
Mengdengar kata-kata barusan hatiku sangat senang karna dia mau melindungiku sama seperti Jimin. Namun lagi-lagi aku juga merasa kecewa saat dia mengatakan kata sahabat yang keluar dari mulutnya. Aku tak mengerti apa yang terjadi padaku. Perasaan yang campur aduk ini membuatku bingung. Belum lagi Taehyung masih saja memelukku dengan erat.
“Go...gomawo.” Aku mencoba melepaskan pelukannya dengan perlahan. Lalu aku melangkah mundur menjauhinya. Aku tak mau Taehyung mendengar degupan jantungku yang semakin kencang ini.
“Yasudah... ayo kita pulang.” -Aku mencoba menghilangkan rasa gugupku dihadapan Taehyung- “Kaja!”
Taehyung terlihat agak gugup saat aku melepaskan pelukannya. Aku juga tak berani melakukan kontak mata dengannya karna takut kalau nanti aku malah semakin gugup dihadapannya.
“Hmm... Baiklah kaja!” sahutnya seraya menggandeng tanganku lagi. Aku tak bisa menolak genggaman tangannya dan menuruti kemana langkah kakinya berjalan. Kini Taehyung berjalan lebih pelan dari sebelumnya menyeimbangi langkah kakiku.
Wajah taehyung yang tadi aku lihat kesal sudah berubah menjadi wajah yang ceria. Aku tak tau apa yang terjadi, namun setelah dia memelukku tadi raut wajahnya berubah jadi ceria. Di sepanjang jalan ia selalu tersenyum dan sesekali menoleh ke arahku sambil tersenyum. Aku juga jadi terbawa suasana sepertinya. Aku jadi tersenyum-senyum melihat tingkah Taehyung. Hatiku merasa bahagia dengan situasi ini. lagi-lagi perasaan ini sangat hangat saat aku bersama Taehyung.
Akhirnya kami sampai didepan halte bus dekat sekolah. Taehyung melepaskan gandengan tangannya dariku. Kemudian dia menoleh ke arahku dengan raut wajah yang serius.
“Aku ingin bertanya padamu tentang hubunganmu dengan Jimin,” kata Taehyung yang mengagetkanku. Kenapa tiba-tiba dia ingin bertannya tentang hubunganku dengan Jimin?
“Wae?” aku kebingungan dengan pertanyaan dadakan darinya.
“Apa kau yakin dia itu cinta pertamamu? apa kau benar-benar mencintainya?" tanya Taehyung.
“Tentu saja aku yakin dia itu cinta pertamaku dan aku juga mencintainya,” jawabku dengan cepat tanpa berfikir lebih jauh.
“Apa kau benar-benar yakin, kalau itu jawaban dari hatimu?” tanyanya lagi yang sepertinya tak yakin dengan jawabanku barusan.
“Maksudnya?” tanyaku balik.
“Apa kau tau apa itu cinta? Lalu bedanya cinta dengan suka? Apa kau mengerti hal seperti itu?” tanyanya lagi. Aku merasa aku pernah mendengar pertanyaan itu sebelumnya. Tapi aku tak tau jawabannya.
Aku tak dapat menjawab pertanyaan tersebut, karna aku memang belum mengerti apa itu cinta dan suka. Lalu apakah kata-kata itu memiliki arti yang berbeda atau tidak, aku sama sekali tidak mengerti. Yah wajar saja bukan, karna ini pertama kalinya aku tertarik pada lawan jenisku. Aku masih tak bisa membedakan apakah perasaan ku terhadap Jimin itu cinta atau suka. Terlebih aku juga mempunyain perasaan aneh terhadap Taehyung, yang membuatku selalu bertanya-tanya tentang perasaan ini.
“Kau tidak mengerti kan? Belajarlah dulu apa arti semua itu. Baru kau yakinkan hatimu apa kau benar mencintainya atau kau hanya sekedar menyukainya,” jelasnya.
Aku masih saja berfikir memahami apa yang ia katakan. Aku benar-benar tak memikirkan hal ini sebelumnya. Di sepanjang jalan pulang, aku terus saja diam sambil memikirkan apa yang Taehyung katakan.
*****
Aku menghampiri eomma-ku yang tengah duduk santai di sofa ruang tamu. Tatapan matanya terfokus pada layar televisi besar yang berada jauh didepannya. Sangking fokusnya dia sampai tak menyadari kalau aku sudah duduk tepat di sampingnya.
“Eomma,” panggilku padanya.
“Eh... Eunji sejak kapan kau ada di situ?” ucap eomma yang setengah terkejut karna kehadiranku. Benarkan dia terlalu fokus menonton drama favorite-nya tanpa sadar akan kehadiranku.
“Sejak tadi. Kenapa eomma malah kaget seperti itu melihat anakmu sendiri,” ucapku dengan raut wajah kesal.
“Memangnya ada apa tiba-tiba kau menghampiri eomma, biasanya kau ada maunya kalau mendekati eomma seperti ini,” ucap eomma sambil menatapku curiga.
“Anni... aku cuma mau bertanya sesuatu pada eomma.” Aku memberitahu maksudku menghampirinya.
“Tanya soal apa?” ucap eomma sambil mendekatkan dirinya padaku. Dia sepertinya penasaran dengan apa yang ingin aku tanyakan.
“Ah... Eomma memangnya apa sih perbedaannya mencintai dan menyukai?” tanyaku dengan malu. Tak biasanya aku menanyakan hal seperti ini pada eomma-ku. Tapi dia malah membalas dengan tatapan aneh ke arahku.
“Kenapa tiba-tiba tanya hal macam itu? Memangnya kau benar-benar tidak tau perbedaannya?” tanyanya yang memastikan kalau aku memang tidak mengetahuinya.
Aku hanya diam malu sambil menggelengkan kepalaku. Sebenarnya aku malu untuk bertanya hal ini pada eomma-ku. Tapi mau bagaimana lagi satu-satunya orang yang dapat membantuku hanya eomma-ku. Mana mungkin aku bertanya balik pada Taehyung yang memberikanku pertanyaan itu. Pasti nanti dia malah mengejekku bukannya menjelaskannya padaku.
“Hmm... Bagaimana yah menjelaskannya.” Eomma nampak sedang berfikir mencari jawaban untuk pertanyaanku. “Singkatnya, kalau kau mencintai seseorang kau akan merasakan perasaan hangat dan nyaman saat berada didekatnya. Sedangkan kalau kau menyukai seseorang yang kau rasa hanya suka padanya,” jelasnya. Dia kemudian berfikir lagi dan mencoba melanjutkan perkataannya.
“Ah begini saja contohnya, saat kau melihat es krim apa yang kau rasa? Kau menyukai es krim itukan, dan terobsesi ingin sekali memakan es krim itu. Benarkan? Berbeda kalau kau mencintai es krim itu, kau akan berfikir untuk tidak terlalu ingin memakan es krim itu. Dan malah menyimpannya, kau akan takut jika es krim itu akan habis,” lanjutnya lagi dengan panjang lebar. Tapi tak banyak yang aku mengerti dari perkataan yang sudah ia jelaskan padaku. Aku hanya diam terbengong memikirkan es krim yang tadi disebutkannya.
“Apa kau sudah mengerti?” tanya eomma menanggapi responku. Dengan segera aku langsung menggelengkan kepalaku tanda bahwa aku tak mengerti apa yang ia ucapkan.
“Dasar kau ini, kau pintar dalam pelajaran tapi kenapa hal seperti ini kau malah tidak mengerti.” Eomma mengerutkan dahinya kesal melihatku.
“Ahhh... pantas saja kau tak pernah punya pacar sampai sekarang. Kau mengecewakanku,” lanjutnya sambil menatapku jengkel.
“Eomma...,” rengekku yang sedikit tak terima dengan apa yang barusan eomma katakan.
“Tunggu, bagaimana dengan namja yang mengajakmu ke taman bermain itu? Apa dia pacarmu?” tanya eomma-ku dengan antusias.
“Anii... dia bukan pacarku,” jawabku dengan murung.
“Jadi siapa dia? Tunggu kau menanyakan semua hal ini karna kau bingung dengan perasaanmu pada namja itu?” tanyanya lagi. yah benar sekali dugaan eomma-ku itu, aku sedang bingung dengan perasaanku jadi aku menannyakan hal ini padanya.
“Dia hanyalah temanku, dia belum pernah menyatakan perasaannya padaku. Dan iah... aku bingung dengan perasaanku padanya,” ucapku dengan lemas.
“Apakah dia seorang namja yang baik?” tanya eomma menginterograsi. “Yah, tentu dia sangat baik padaku.” Aku langsung menjawab pertanyaannya.
“Apa dia seperti Taehyung?” Tiba-tiba aku kaget karna eomma membawa nama Taehyung dalam pertanyaannya. “Wae? Kenapa harus disamakan dengannya?” balasku yang sedikit kesal tak mengerti apa yang eomma pikirkan.
“Anii... eomma hanya ingin suatu saat nanti mendapat menantu seperti Taehyung,” jawab eomma-ku sengan santai. Aku tak mengerti kenapa eomma punya pemikiran seperti itu. Memangnya apa yang membuat Taehyung menarik di matanya?
Aku masih saja diam melirik eomma dengan kesal karna membawa-bawa nama Taehyung. “Ah... sudah lupakan. Semuanya terserah padamu. Kau mau dengan siapapun terserah padamu. Eomma tak akan melarang,” ucap eomma dengan pasrah.
“Satu lagi, jika kau kau merasa bingung dengan perasaanmu. Kau hanya perlu bertanya pada hatimu, seberapa pentingkah dia dihatimu. Maka kau akan tau, sebenarnya apa perasaanmu padanya,” jelasnya lagi padaku. Tapi tetap saja aku malah masih tak mengerti akan ucapannya. Bahasanya terlalu tinggi untukku yang terlalu awam ini. Ternyata kalau aku pikir-pikir aku memang sangat bodoh dalam masalah hati.
“Kau malah jadi menggangu ku menonton drama. Padahal ini bagian serunya. kalau kau tak mengerti soal hal tadi kau tanyakan lagi saja di internet,” ucapnya yang memarahiku karna telah menggangunya. Dia kemudian langsung mengalihkan pandangannya lagi ke arah televisi dihadapannya. Dia langsung menikmati drama yang sedang ia tonton.
“Aish, Lee Minho kau benar-benar tampan. Aku berharap aku mendapat menantu seperti mu,” ucap eomma-ku yang antusias menonton drama di TV. Aku tak mengerti lagi-lagi apa yang dia pikirkan, tadi Taehyung sekarang Lee minho. Mungkin dia menginginkan ku menjadi menantu seorang namja yang ia kenali.
*****
Semalam aku mondar-mandir di internet mencari tau apa itu perbedaan dari cinta dan suka. Menurut salah satu blog yang aku baca, cinta dan suka itu berbeda dalam berbagai hal. Yang pertama adalah dalam hal pemunculannya. Suka muncul dalam waktu yang singkat, sedangkan cinta bertumbuh lewat proses pengenalan yang panjang. Jadi di blog itu dikatakan kalau kita bertemu dengan orang yang baru kita temui dan langsung “mencintainya” maka sebenarnya itu hanya rasa suka yang kuat. Apa mungkin yang dikatakannya benar dan ternyata bahwa perasaanku pada Jimin seseorang yang baru aku temui itu hanyalah perasaan suka yang kuat, bukan cinta?
Selanjutnya aku coba dengan memahami hal lain yang kedua yaitu dalam dal kedalamannya. Blog itu berkata bahwa suka bersifat permukaan dan cinta bersifat lebih mendalam. Jadi suka itu kita menyukai apa yang kita lihat atau tangkap dengan pancaindera misalnya penampilannya, gaya bicaranya, kecocokan minat atau sebagainya. Sedangkan cinta itu kita mencintai seseorang karena karakter orang itu. Dengan penjelasan itu aku kembali menanyakan pada diriku sendiri. Dan timbulah jawaban dari pemikiranku ini kalau perasaanku pada Jimin itu hanya sebuah permukaan. Karna selama ini aku melihat Jimin karna tertarik dengan senyuman dan sikapnya. Aku sama sekali belum mengenal karakter diri Jimin yang sebenarnya. Apakah lagi-lagi aku menemukan jawabakan kalau aku hanya menyukainya? Baiklah masih ada satu hal lagi yang harus aku pikirkan. Dan apakah jawabannya masih sama?
Yang terakhir suka dan cinta berbeda dalah hal cangkupannya. Dalam blog itu menjelaskan bahwa suka itu bersifat sektoral yang artinya kita menyukai bagian tertentu dari orang tersebut dan sudah tentu ada bagian lainnya yang tidak kita suka. Sedangkan cinta bersifat utuh dan menyeluruh artinya kita tetap mencintai orang itu kendati ada hal didalam dirinya yang tidak kita sukai. Setelah aku pikir-pikir kembali untuk hal yang terakhir ini aku masih belum menemukan jawabannya. Karna aku memang belum menemukan sesuatu yang aku tak suka dalam diri Jimin. Aku harus mengetahuinya apa ada sesuatu yang aku tak suka darinya agar aku mendapat jawaban dari pernyataan yang satu ini.
Tapi selain itu aku juga ingat perkataan eomma mengenai aku yang harus bertanya pada hatiku tentang perasaanku sendiri. Seberapa pentingkah Jimin di hatiku? Aku harus memastikannya saat bersama dengan Jimin nanti. Biar aku dapat tau kebenarannya kalau aku ini mencintainya atau hanya menyukainya. Lagi pula kan penilaian suka dan cinta pada diri seseorangkan berbeda-beda semua jawabannya ada di hatiku sendiri.
.
.
.
“Taehyung ayo kita makan di kantin bersama,” ajak Jimin pada Taehyung yang kebetulan lewat dihadapan kami. Yah, aku dan Jimin hendak pergi ke kantin seperti biasanya. Dan kebetulan kami bertemu Taehyung yang lewat didepan kami dan sepertinya dia juga mau pergi menuju kantin sekolah.
“Ayo Taehyung, kita makan bersama. Sudah lama kita ke kantin bersama lagi,” ajakku juga. Nampaknya ia sedang berfikir untuk menerima tawaran kami.
“Hayolah Taehyung. Jusseyo...,” rayuku padanya. Aku ingin sekali dia pergi makan bersama kami. Kira-kira sudah seminggu lebih aku dan dia tidak pergi ke kantin sekolah bersama. Aku jadi merindukan saat-saat bersamanya sebelum aku mengenal Jimin.
Aku masih saja memasang tampang merayu pada Taehyung sambil menunggu jawabannya. “Ah, baiklah-baiklah aku akan ikut kalian. Jadi berhentilah memasang wajah jelek itu,” balas taehyung sambil mengacak-acak rambutku. Apa yang dia lakukan coba? Menyebalkan.
Dengan segera aku langsung merapihkan rambutku yang berantakan. Aku tak mau terlihat jelek di mata Jimin, aku harus tetap menjaga image ku didepannya. Aku takut dia akan jadi ilfeel padaku.
Kami memilih duduk di meja bundar dengan 4 buah kursi yang mengitarinya. Jimin dan Taehyung duduk bersampingan. Aku berada disamping Taehyung sekaligus berhadap-hadapan dengan Jimin. Kini kami sibuk memakan makanan yang telah kami pilih. Entah kenapa di sini terlalu canggung. Tak ada yang berbicara sama sekali, apa karna kami terlalu fokus makan? Tapi tak biasanya Taehyung diam saat makan. Biasanya dia akan mengatakan suatu hal, dia itukan orang yang cerewet.
Biarkan sajalah, yang penting aku bisa diam-diam mencuri pandanganku pada Jimin. Sambil makan aku terus memperhatikannya, untung dia tak sadar dengan pandanganku ini. Aku terus memandanginya sambil berfikir, adakah yang aku tak suka dari dirinya?. Sambil mengunyah makananku, aku memperhatikan bagaimana cara ia makan. Aku juga memperhatikan gegarak-geriknya. Dan aku rasa aku tak menemukan kekurangan dari dirinya. Aku malah makin terpesona dengan gayanya yang keren itu. Kalau aku perhatikan dia semakin tampan di mataku.
“Uhuk uhuk...,” suara Taehyung memecahkan keheningan yang tadi telah tercipta. Dia langsung meraih botol minuman yang ada disamping piring makannya. Di teguknya dengan segara isi dari botol minuman itu.
Jujur aku kaget saat mendengar suara batuk Taehyung barusan. Mataku yang tadi fokus pada Jimin jadi harus beralih memandangnya. Dasar Taehyung babo, dia menggangu suasanaku saja. “Aish, hey alien. Bisakah kau makan dengan perlahan? Kau selalu makan dengan terburu-buru. Lihat kau tersedakkan? Mengagetkanku saja,” ucapku memarahinya.
Dia kemudian melirikku dengan kesal, “Cerewet.” Aku langsung membalas dengan tatapan kesal padanya. Akhirnya kami malah saling menatap dengan kesal, seperti anak kecil yang sedang bertengkar.
Tanpa kami sadari ternyata Jimin sedang memandangi kami sambil mengeluarkan tawa kecil khas miliknya. Aku yang menyadarinya langsung mengalihkan pandanganku dari Taehyung. “Kalian itu lucu sekali. Kalian benar-benar sangat dekat. Aku jadi cemburu,” ucapnya sambil menatap ke arah aku dan Taehyung. Apa maksudnya cemburu?
“Apa kau cemburu pada Eunji, karna aku menatapnya tadi? Apa kau juga ingin aku menatapmu seperti itu?” ucap Taehyung menggoda Jimin. Apa-apain sih dia selalu saja bercanda, jelas-jelaskan Jimin cemburu padamu karna dekat dengaku bukan sebaliknya.
“Haha... iah aku ingin kau menatapku seperti itu, kenapa kau hanya melakukan itu pada Eunji. Aku juga ingin.” Tak kusangka Jimin malah membalas candaan Taehyung. Dan malah sekarang mereka memeragakan tatapanku dengan Taehyung tadi. Mereka berdua ternyata sama-sama aneh. Aku melihat mereka sambil menahan tawaku karna tak tahan melihat tingkah mereka berdua.
Dan akhirnya setelah kejadian tatap-tapanan mata itu, kami jadi bisa mengobrol seperti biasanya. Tapi kebanyakan sih isinya obrolan antara Jimin dan Taehyung yang tak ku menggerti. Mereka membahas tentang club mereka yang tak ketahui. Aku jadi banyak diam karna hal itu.
Saat aku mencoba memperhatikan sekelilingku, seperti biasa banyak sekali siswi yang melihatku dengan tatapan irinya. Dan ini lebih dari biasanya saat aku sedang bersama Taehyung atau saat sedang bersama Jimin. Yah bagaimana tidak, karna sekarang aku malah sedah duduk bersama mereka. Tapi aku tak takut dengan siswi-siswi itu, biarkan saja mereka mau melihat aku seperti apa. Yang pasti ada Jimin dan Taehyung yang pasti akan melindungikukan.
*****
Taehyung berlari ke arahku dia seperti sedang terburu-buru. “Eunji, aku lupa memberitahumu.” Dia mengatur nafasnya perlahan. “Aku lupa mengatakannya tadi. Hari ini aku mau main futsal dulu bersama teman-teman kelasku. Jadi sekarang kau pulanglah saja dengan Jimin. Aku sudah bilang dia untuk menunggumu,” lanjutnya.
“Eum... baiklah,” jawabku.
“Oke kalau begitu, aku duluan yah! Berhati-hatilah, jika terjadi sesuatu hubungi saja aku.” Dia berlari menuju arah kedatangannya tadi sambil melambaikan tangannya padaku.
Aku pun langsung menaati perintah Taehyung dan berjalan sendiri menelusuri koridoor sekolahku. Pasti Jimin menungguku di tempat biasanya di depan gerbang sekolah. Dan benar saja baru aku berfikir seperti itu aku langsung mendapati pesan dari Jimin, dia berkata kalau dia menungguku di depan gerbang sekolah. Dia juga bilang kalu dia akan mengajakku ke taman sebelum pulang.
Aku merasakan de javu saat aku melangkah berjalan hampir mendekati mulut dari gedung sekolahku. Akupun mencoba menengok kebelakangku dan disana para yeoja yang kemarin mengangguku datang lagi menemuiku. Kenapa mereka menghampiriku lagi? Padahalkan kemarin Taehyung sudah mengancam mereka. Karna takut aku langsung menoleh ke arah depan dan langsung mempercepat langkah kakiku. Namun semakin aku menjauh mereka malah semakin mempercepat langkah kakinya.
“Eunji tunggu.” Ku dengar suara dari salah satu gerombolan yeoja itu. “Berhentilah dulu, kami tak akan menyakitimu,” sahutnya lagi.
Mendengar perkataannya barusan dengan sedikit memberanikan diri aku langsung menghentikan langkahku dan membalikan badanku. “Mworago?” tanyaku sedikit takut.
“Eum... kami hanya ingin meminta maaf padamu atas kejadian yang kemarin,” ucap ketua dari para yeoja itu. “Iah maaf kan kami,” sahut yang lainnya.
“Kami menyesal telah melakukannya. Kami tak akan menggangumu lagi,” lanjutnya lagi. Aku masih diam karna aneh dengan sikap mereka.
“Kau sangat beruntung mereka berdua baik dan mau melindungimu. Kami sangat iri padamu. Tapi... kami tak akan menggangumu lagi kok kalau kau mau bersama Jimin ataupun Taehyung. Jadi tolong maafkan kami.” Mereka langsung memasang raut wajah memohon padaku. Sebagaimanapun aku ini tipe orang yang pemaaf, aku tak tega jika tak memafkan mereka.
“Ah.. aku memaafkan kalian kok. Lagi pula aku sudah melupakan hal kemarin jadi tak usah dipikirkan lagi,” ucapku dengan senyum ke arah mereka.
“Jeongmal? Gomawoyo,” sahut mereka sambil membalas senyuman ke arahku.
Dengan begitu aku jadi tenang, aku tak punya musuh yang menyeramkan di sekolah. Aku takut malah nanti aku di bully seperti adegan-adegan yang ada di drama. Aku sangat bersyukur mereka sudah menyesal akan perbuatannya dan tak akan mengganguku lagi.
.
.
.
“Mianne Jimin sudah membuatmu lama menunggu,” ucapku pada jimin yang tengah berdiri di samping tembok pintu gerbang sekolah. “Gwenchanayo,” balasnya disertai dengan lingkaran senyum manis khas miliknya.
“Ayo kita jalan-jalan ke taman dulu sebelum pulang,” ajak Jimin. “oke!” sahutku. Kemudian Jimin meraih tanganku dan langsung menggengamnya erat.
Jimin menggandengku disepanjang jalan menuju taman yang jaraknya tak jauh dari sekolah. Awalnya aku kaget saat Jimin tiba-tiba menggandengku, tapi aku malah jadi merasa biasa-biasa saja sekarang. Tidak seperti biasanya pasti jantungku sudah dalam keadaan yang tak normal. Ini aneh, sebenarnya apa yang terjadi denganku?
Kini kami berdiri di depan sebuah kolam air mancur yang terdapat di taman ini. Taman ini sangat luas, banyak tanaman indah yang terlihat di sini. Di tambah dengan kolam air mancur yang terlihat indah, pantas saja banyak orang-orang yang berdatangan kemari.
“Eunji... sebenarnya ada yang aku ingin katakan padamu,” ucap Jimin. aku yang sedari tadi memandangi air mancur langsung menoleh ke arahnya. Dia juga semakin mengeratkan gengaman tangannya. Dan menarikku untuk menghadap ke arahnya.
Jantungku mulai berdetag tak karuan, penasaran dengan apa yang Jimin ingin katakan. Dia menatapku dengan serius yang membuatku menjadi gugup tak bisa berkata apapun.
“Sebenarnya aku....” Dia memutuskan pembicaraanya yang membuatku semakin penasaran. Jantungku sekarang seakan-akan mau meledak, tak dapat membendung rasa penasaranku ini.
Jimin menarik nafasnya dalam dan kemudian mencoba melanjutkan ucapannya. “Sebenarnya... aku sudah menyukaimu sejak awal. Dan sekarang aku semakin menyukaimu. Aku merasa selalu ingin bisa bersamamu.”
Aku bengong tak percaya dengan kata-kata yang terlontar dari mulutnya itu. Apakah dia serius mengatakan itu? Aku tidak salah dengarkan kalau dia bilang, dia menyukaiku? Aku merasa kalau ini bagaikan mimpi indah.
“Karna itu... Maukah kau menjadi pacarku?” tanya Jimin padaku. Suatu pertanyaan yang pertama kalinya aku dengar seumur hidupku. Aku sangat kaget tak pecaya mendengar pertanyaan itu. Sesuai yang aku inginkan selama ini dan sekarang aku sudah mendengarnya. Mendengarnya langsung keluar dari mulut Jimin.
Aku malah diam terpaku mendengar pertanyaan tadi. Aku bingung harus menjawab apa. Dan perasaan ini masih membuatku bingung. Oh tuhan apa yang harus aku lakukan?
-Next Chapter-
#Chapter 6 - Our Memories : Part 1
(Credit sumber untuk pembahasan cinta dan suka :