home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > My First Love

My First Love

Share:
Author : dongzha
Published : 17 Jul 2015, Updated : 28 Mar 2016
Cast : Lee Eunji (Oc), Kim Taehyung (Bts), Park Jimin (Bts)
Tags :
Status : Ongoing
4 Subscribes |23946 Views |4 Loves
My First Love
CHAPTER 2 : My Feeling?

Hujan semakin deras, langit pun tampak gelap. Tapi aneh, aku tak merasa ke dinginan di cuaca seperti ini. Malah aku merasa hangat hanya dengan rangkulan tangan milik Taehyung. Perasaan aneh apa ini? Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya terhadap Taehyung.

Kami masih berjalan berdua di bawah satu buah payung. Taehyung masih merangkulku dengan erat. Beruntung aku bertemu dengan Taehyung, jadi aku bisa pulang tanpa harus ke hujanan. Tapi ada yang aneh pada taehyung, sepanjang jalan dia hanya diam membisu. Ini tidak terlihat seperti dia yang ku kenal. Bisanya dia selalu banyak bicara dan terlihat menyebalkan. Sekarang dia hanya diam dan berlaga sok keren. Aku jadi merasa canggung dengan sikapnya.

"Khmm... kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Kenapa tadi kau ada disana?" tanyaku untuk memecahkan kecanggungan ini.  Taehyung hanya diam, tapi aku masih menunggu jawaban yamg keluar dari mulutnya.

"Mmm... Aku hanya kebetulan lewat daerah situ dan melihatmu disana." Akhirnya dia menjawab pertannyaanku. Pandangannya masih lurus kedepan, dia tak menoleh ke arah ku sedikitpun.

"Waeyo?" tanyanya balik. "A...aniyo" jawabku singkat dengan gugup.

"Hmmm." Ia tampak sedang berfikir. "Bukankah aku terlihat seperti seorang pangeran yang datang menolongmu?" ucapnya sambil menunjukan tampang sok keren miliknya. Akhirnya dia menoleh ke arah ku dan langsung menatapku. Dia pun menghentikan langkahnya diikuti olehku.

"Eh?" Aku kebingungan dengan perkataanya itu. Dia kembali pada sikap menjengkelkannya. Tapi syukurlah, aku jadi tidak canggung lagi untuk berbicara dengannya.

"Benarkan, Aku ini keren?" ucapnya sambil mengedipkan matanya ke arahku. Kenapa dengan wajah imutnya itu? Aku benar-benar tak tahan melihatnya.

Akupun memalingkan wajahku dari hadapannya. "Mana ada pangeran yang jelek sepertimu." Aku berbohong padanya. Dia sebenarnya tidak jelek, hanya saja wajahnya itu imut bahkan terlalu imut untuk orang seusianya. Makannya aku tak tahan melihat wajahnya saat ia bertingkah imut. Yah... berkat wajah itulah dia menjadi flowerboy di sekolah. Banyak teman yeoja disekolah bilang bahwa Taehyung itu sangat imut dan mereka sangat menyukai dia.

"Sudah jujur saja. Kalau aku ini keren." Dia masih saja menggodaku. Dia kembali melangkahkan kakinya ke arah depan. Aku pun langsung mengikuti arah kakinya berjalan. Jalanan didepan kami terlihat sangat basah di karnakan hujan yang begitu derasnya.

"Aniyo... Kau tidak keren," jawabku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. Tapi dia masih saja berkata kalau dia itu keren dan berulang-ulang kali juga aku berkata kalau dia itu tidak keren. Kami malah memperdebatkan hal itu sepanjang jalan.

“Kau itu beruntung, banyak yeoja disekolah yang pasti iri karna aku memperlakukanmu seperti ini,” kata Taehyung dengan nada sombong. “Terserah kau... aku malah bosan selalu bersamamu,” ucapku membalas perkataannya.

Namun setelah ucapan itu Taehyung malah kembali diam dan hanya menatap lurus ke arah depan. Atmosfer disekitarku berubah kembali menjadi canggung. Waeyo? Apa aku berkata terlalu berlebihan. Tapi biasanya dia tidak peduli kalau aku berkata kasar sekalipun. Ahh... aku benar-benar bingung dengan sikapnya.

Akhirnya kami sampai juga di gang rumah kami. Dan dia mengantar aku pulang sampai tepat didepan pintu rumahku. Dan ia pun kemudian melepaskan rangkulannya dari bahuku.

"Sudah masuk sana. Cepat mandi, makan dan tidurlah lebih awal! Jangan sampai nanti kau sakit." kata Taehyung dengan perintahnya yang sangat banyak. Dia berkata seperti dia itu adalah eommaku.

"Baiklah. Mr.cerewet," sahutku sambil menatapnya dengan tatapan aneh. 

"Oh yah.kau tidak mampir dulu?" tawarku padanya.

"Tidak." tolaknya dengan singkat.

"Cepat masuk sana." Dia menyuruhku yang sedari tadi masih berdiri didepan pintu. "Jaljayo" lanjutnya sambil melambaikan tangannya kearahku. Lalu dia beranjak pergi meninggalkan rumahku. Aku masih berdiri didepan pintu menunggunya keluar dari gerbang depan rumahku.

"Dia berlaga sok keren," gumamku. Tapi kalau aku pikir-pikir, sikapnya sedari tadi terlihat keren juga. Contohnya saja saat dia menarik tanganku, kemudian merangkulku. Dia benar-benar keren. Pasti teman-temanku disekolah akan iri padaku kalau aku menceritakan kejadiaan ini.

"Aigo." Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Apa yang aku pikirkan? Dia itu Kim Taehyung si namja menyebalkan, dia tidak keren. "Tidak keren," gumamku sambil membuka pintu yang ada dihadapanku.

 

*****

Malam ini aku merasa senang sekali. Akhirnya aku bisa dekat dengan Jimin. Baru kali ini aku merasakan jatuh cinta pada seorang namja, jadi aku yakin kalau itu dia. Namja yang merupakan cinta pertamaku. Sungguh beruntungnya diriku ini. Padahal aku baru bertemu denganya dua hari yang lalu. Tapi aku sudah bisa dekat dengannya seperti ini.

Ku peganggi kedua belah pipiku, aku teringat kejadian sore tadi saat Jimin mencubit pipiku dengan gemas. Ditambah dengan senyuma manis yang ia tunjukan padaku. Aku hanya bisa tersenyum sendiri saat mengingat kejadian tersebut.

Aku malah jadi membayangkan keluarga yang bahagia bersamanya. Di mana aku menjadi ibu rumah tangga dan Jimin menjadi seorang ayah yang baik. Kami juga mempunyai dua orang anak. Satu namja tampan yang mirip dengan Jimin dan satu lagi yeoja cantik mirip denganku. Keluarga kamipun hidup bahagia selamanya. Begitulah bayanganku yang merasa terlalu bahagia.

Oh Tuhan, apa aku ini terlalu berlebihan?. Aku kembali tersenyum malu sendirian dikamar. Tapi apakah peramal itu benar kalau aku akan hidup bahagia bersama cinta pertamaku?.

"Hmmm...apakah aku harus mempercainya?" gumamku sambil menatap langit-langit kamarku.

Aku melirik kearah meja kecil samping tempat tidurku. Ku dapati sebuah foto dimana ada gambar aku sedang bersama Taehyung. Aku jadi teringat padanya. Bukankah karna bantuannya aku sekarang bisa mengenal dan dekat dengan Jimin. Aku seharusnya mengucapkan terimakasih padanya. Belum lagi dia tadi ia menolongku saat hujan.

Perasaanku jadi aneh saat mengingat Taehyung. Aku juga bertanya-tanya kenapa dia bersikap aneh seperti itu padaku. Kalau aku ingat-ingat dia tak pernah perhatian padaku seperti tadi. Apalagi memperlakukan ku dengan baik.

Dulu waktu SMP aku mengalami hal yang sama seperti tadi sore. Di saat hujan turun, hanya Taehyung yang membawa payung. Tapi dia tidak menawariku pulang bersama dan malah meninggalkanku yang kehujanan. Sebelum dia pergi dia menjulurkan lidahnya kehadapanku dan langsung lari meninggalkanku. Karna hal itu kami sempat bermusuhan tapi akhirnya Taehyung meminta maaf padaku. Dia selalu begitu melakukan hal yang membuatku jengkel bahkan sampai aku marah. Tapi setelah itu dia selalu minta maaf padaku. Aku jadi terbiasa dengan sikapnya yang seperti itu.

Namun, apa yang terjadi dengannya hari ini. Dia seperti bukan Taehyung yang ku kenal. Sungguh dia membuatku bingung. Dan satu lagi, perasaan aneh apa ini yang aku rasakan terhadapnya? Perasaan hangat saat di dekatnya.

Mungkin aku terlalu berlebihan hari ini karna sikap anehnya. “Eunji, kau tidak boleh berfikir macam-macam,” gumamku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.

 

*****

Tadi pagi aku tidak berangkat bersama Taehyung. Dia berangkat lebih awal dariku, eommanya bilang kalau dia ada tugas kelas dan harus berangkat pagi. Paling juga dia mau menyalin tugas temannya seperti biasanya.

Sekarang jam telah menunjukan waktu istirahat. Tapi aku belum melihat Taehyung datang menjemputku ke kelas seperti biasanya. Mungkinkah kali ini harus aku yang datang pergi mencarinya. Aku juga perlu berterima kasih padanya karna kemarin ia telah menolongku.

Aku pun berniat untuk pergi kekelas Taehyung. Tapi baru saja aku melangkahkan kakiku keluar dari ruang kelas, aku malah mendapati Jimin yang tengah berdiri tepat di depanku. Dia tampak seperti sudah menungguku keluar dari dalam kelas. Aku sangat terkejut saat menatap sosoknya.

"Annyeong," sapanya.

"An... nnyeong," jawabku gugup. Kenapa dia tiba-tiba datang ke kelasku. Dan bagaimana dia tau kalau kelasku disini. Ahh... Mungkin saja dia tau semua ini dari Taehyung.

"Maukah kau pergi makan siang bersamaku?” ajaknya.

Sejenak aku berfikir, bagaimana dengan Taehyung? Apakah tak apa aku pergi bersama Jimin? Lagipula bukankah ini kesempatan bagus untukku bisa dekat dengan Jimin lagi.

"Hmm... mau," jawabku singkat. Aku memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahatku bersama Jimin. Biarkan saja Taehyung, dia juga pasti mengerti dengan keadaanku sekarang.

Kini kami tengah duduk berdampingan di kursi panjang yang terdapat dipinggir taman sekolah. Kami duduk sambil menghabiskan makan siang milik kami. Tadi di kantin aku hanya membeli sebungkus roti dan sekotak susu, begitupula dengan Jimin. Keadaan ditaman sekolah ini cukup ramai dengan para siswa-siswi yang tengah menghabiskan waktu istirahatnya. Kami sekarang malah nampak seperti sepasang kekasih yang tengah duduk berdua dan menghabiskan makan siangnya bersama. Bagaimana kalau orang-orang menganggapnya seperti itu? Tapi aku malah berharap kalau kami memang menjadi sepasang kekasih sungguhan. Sekarang aku benar-benar merasa bahagia.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jimin sambil menatap kearahku. Dia pun tampak cemas melihatku.

“Aku baik-baik saja kok,” jawabku dengan raut wajah bingung.

“Apa kemarin kau tidak kehujanan? Setelah kau turun dari bus, aku melihat hujan turun. Aku khawatir padamu. Apa kau tidak sakit?” Sia kembali menatapku dengan cemas. Dia benar-benar mengkhawatirkanku. Padahal aku benar-benar dalam keadaan yang baik-baik saja.

“Tidak aku sungguh baik-baik saja. Lagi pula aku beruntung kemarin bertemu Taehyung saat pulang. Dia membawa payung dan mengajakku pulang bersama. Dia mengantarku sampai rumah. Jadi aku tidak kehujanan,” jelasku panjang lebar untuk meyakinkannya.

“Ah, syukurlah. Aku begitu cemas memikirkan keadaanmu kemarin.” Jimin menarik nafas lega. “ Aku jadi merasa bersalah padamu. Seharusnya aku tak mengajakmu pergi,” ucapnya sambil memasang raut wajah bersalah.

Aniyo. Sudah kubilang aku baik-baik saja. Jadi ini bukan salahmu,” jawabku lagi meyakinkannya bahwa aku memang baik-baik saja. Aku pun langsung tersenyum padanya tanda bahwa aku dalam keadaan baik. Dia kemudian menatapku dan langsung memasang senyum manisnya untuk membalas senyumanku.

‘Deg deg’ lagi-lagi jantungku berdegup tak karuan setiap aku menatap senyum manis milik Jimin. Aku harus bisa menahan diri. Aku tak boleh bersikap aneh lagi didepannya seperti kemarin, itu sangat memalukan.

“Sebagai tanda maaf, maukah kau pergi ketaman bermain bersama ku di akhir pekan ini?” tannyanya. Padahal sudah berulang-ulang ku katakan bahwa aku tidak apa-apa. Tapi dia masih saja meminta maaf padaku. “ Tidak perlu. kan sudah ku bilang ini bukan salahmu, jadi jangan minta maaf padaku,” balasku.

“Kalau begitu aku tidak akan minta maaf padamu. Tapi... apa kau tetap tidak mau pergi ketaman bermain bersamaku?” tanyanya sambil memasang raut wajah sedih. “Padahal, baru saja aku mendapatkan dua buah tiket ke taman bermain dari pamanku. Dia bekerja disana dan memberiku tiket gratis. Dan... aku ingin sekali mengajakmu,” lanjutnya.

Mwo? Apa kau serius mengajakku?” tanyaku yang tak percaya bahwa Jimin menginginkan aku pergi bersamanya ke taman bermain. “Iah aku serius, aku benar-benar ingin mengajakmu,” ucap Jimin padaku.

Kata-kata barusan membuatku senang, aku benar-benar tak menyangka Jimin mengajaku pergi bersamanya lagi. Hatiku terasa seperti berloncat-loncat kegirangan. “Oh tuhan, apakah ini sebuah mimpi? Dan...” kataku dalam hati.

“Apakah ini kencan?” tanpa sadar aku mengeluarkan kata-kata itu dihadapannya. Sontak akupun langsung menutup mulutku dengan kedua telapak tanganku. Babo, aku terlalu merasa senang sampai keceplosan seperti ini.

Aku melirik pada Jimin, ia tertawa kecil melihat tingkahku. Aku sunguh malu padanya sampai aku tak berani menoleh ke arahnya.

“Hmm... Ya bisa dibilang ini kencan,” kata Jimin. Dia tersenyum sambil melirik kearahku. “Jinca?” lagi-lagi aku keceplosan. Babo aku benar-benar bodoh, mempermalukan diriku sendiri dihadapannya lagi seperti ini.

“Hahaha... kalau kau bilang ini kencan. Maka anggaplah ini kencan,” ucap Jimin sambil tersenyum lagi ke arah ku. “Ini adalah kencan pertama kita.” Ia melanjutkan perkataannya.

Aku hanya dapat membalasnya dengan senyuman dengan wajahku yang malu, aku tak tau harus berkata apa. Hatiku merasa senang sekali mendengar perkataan Jimin mengenai kencan pertama itu. “Ini kencan, kencanku bersama Jimin. Yaa... ini bukan mimpi ini nyata,” gumamku dalam hati dengan girangnya. Aku jadi benar-benar tidak sabar menanti akhir pekan tiba.

“Srekk... srekk” tiba-tiba aku mendengar suara dari semak-semak yang terletak dibelakang kursi tempat kami duduk. Aku menolehkan wajahku ke arah suara itu berasal. Terlihat ada bayangan dibalik semak-semak tersebut. Karna penasaran aku pun berdiri dari kursiku dan menghampiri bayangan tersebut berasal.

Omo...” Aku sangat kaget melihat sosok dibalik semak-semak itu. “Kim Taehyung apa yang kau lakukan di situ?” tanyaku pada seseorang di balik semak-semak itu. Orang itu tak lain adalah Taehyung. Dia nampak sedang berbaring di tanah penuh rumput tepat di sebelah semak-semak tersebut berada.

Aigo... Eunji kau mengagetkanku,” ucap Taehyung dengan raut wajah kaget.

“Kau yang mengagetkan ku, kenapa kau berbaring di situ?” tanyaku lagi.

“Kau tidak tau, banyak orang barat berjemur seperti ini? cuaca hari ini sangat bagus,” jawabnya. Dia masih terbaring ditanah dengan gaya sok keren. “Babo, mereka berjemur di pantai. Tapi kau? kau malah melakukan hal bodoh di situ,” kataku yang mengejek tingkah anehnya.

Setelah mendengar perkataanku, dia bangun dan langsung duduk di tanah sambil memasang wajah kesalnya. “Berisik sekali, terserah aku dong aku mau melakukan apa yang aku mau. Kau ini mengganguku saja,” ucapnya dengan nada kesal.

“Baiklah aku pergi, aku mau berjemur ditempat lain saja.” Dia langsung berdiri sambil membersihkan daerah belakang tubuhnya. Dia membersihkannya dengan cara menepuk-nepuk bagian punggung, paha dan betisnya. Kemudian dia menoleh ke arah sampingku. Akupun ikut menoleh ke arah pandangnya. Di sana Jimin ternyata sedang berdiri melihat Taehyung.

“Oh, Jimin. Ternyata kau juga ada di sini.” Teahyung melambaikan tangannya pada Jimin. “Annyeong... Taehyung.” Jimin membalas lambaian tangan Taehyung.

“Baiklah aku pergi saja, aku tak mau mengganggu kalian berdua. dah...” ucapnya seraya berlari meninggalkan kami berdua. dia bertingkah aneh lagi. Kenapa dia berjemur seperti itu. “Dasar aneh,” gumamku sambil menatap kepergian Taehyung.

Tanpa ku sadari Jimin tengah memandang ke arah ku. Aku menjadi gugup melihat tatapan Jimin. Dengan segera aku duduk kembali ketempatku semula menghindari kalau nanti aku melakukan hal bodoh lagi. Dia pun mengikutiku dengan duduk tepat berada disampingku.

“Oh ia soal yang tadi, aku akan mengabarimu lagi lewat sms,” ucap Jimin. “Ne. Aku akan menunggunya,” jawabku dengan gugup. “Baguslah.” Jimin langsung memasang senyum manisnya lagi ke hadapanku.

 

*****

Hari-hari ini aku sulit untuk bertemu dengan Taehyung. Dia selalu terlihat sibuk di sana dan di sini. Aku juga tak tau apa yang sebenarnya sedang ia sibukkan. Dia tak menceritakannya padaku. Padahal aku ingin curhat dengannya. Aku juga belum sempat mengucapkan terima kasih kepadanya.

Aku memutuskan untuk mengunjungi rumah Taehyung yang berada tepat di samping rumahku. Hari ini adalah hari sabtu dan waktu tengah menunjukan pukul 07.00 Pm. Aku mendapati rumah Taehyung yang terlihat sepi dari luar. Aku mencoba membuka pagar pintu halaman rumah Taehyung. Untung saja belum dikunci jadi aku bisa masuk tanpa harus menekan tombol bel dari luar sini. Kemudian kakiku melangkah memasuki halaman rumahnya. Aku jadi teringat masa-masa kecilku dengan Taehyung disini.

“Ting nong, ting nong...” Aku menekan tombol bel yang berada tepat disamping pintu masuk rumah milik Taehyung. Aku menunggu seseorang membukakan pintu untukku. Aku pun berharap bahwa Taehyung sedang berada didalam rumah.

“Kreck..” kulihat seorang wanita paruh baya tengah membuka pintu yang berada dihadapanku. Dia adalah eomma Taehyung akupun langsung menyapanya dengan sopan “Annyeong”. Kemudian ia membalas sapaanku dengan senyumannya.

Ahjumma, apa Taehyung ada dirumah?” tanyaku padanya. “Oh dia sedang ada dikamar. Ayo sini masuk.” Dia menarikku masuk kedalam rumah. Dia selalu terlihat senang ketika aku berkunjung ke rumahnya untuk bertemu Taehyung.

“Duduklah, Ahjumma akan memanggilnya,” ucapnya sambil menuruhku duduk di sofa yang berada tepat disampingku. “Ne” balasku singkat dengan senyum diwajahku.

Aku langsung duduk di sofa tersebut sambil menunggu kedatangan Taehyung. Aku hanya diam sambil menatap yang ada di sekelilingku. Tak lama ahjumma kembali ke ruang tamu sambil membawakan dua gelas jus orange dan setoples kue kering.

Ahjumma kemarin membuat kue ini, ciciplah. Kalau kau suka kau boleh membawanya pulang seperti biasanya,” ucap ahjumma dengan senyumnya. Yah, dia senang sekali membuat kue dan rasanya sangat enak. Dari kecil aku dan Taehyung sangat menyukai kue buatannya. Dan aku selalu membawa kue buatan ahjumma ke rumah. Sampai-sampai dulu aku pernah berebut dengan Taehyung. Ahh.. Lagi-lagi aku malah jadi teringat masa kecilku dengan Taehyung.

Gamshamnida,” balasku dengan disertai senyuman. Tiba-tiba Taehyung datang menghampiri kami.

“Ada apa kau kemari?” tanyanya dengan nada seperti orang yang tidak suka dengan kehadiranku.

“Hei kau, Eunji datang kemari kenapa kau berbicara seperti itu” ucap ahjumma seraya menepuki-nepuki pundak anaknya. “Apa... ini sakit eomma, hentikan,” rengek Taehyung kesakitan.

Akhirnya Taehyung duduk di sofa yang terletak didepanku. Dia hanya diam tak berbicara. Ada apa denganya? Apa dia tidak suka kalu aku datang kesini?.

“Kau sibuk apa? Kenapa kau tidak menceritakannya padaku? Aku jadi sulit bertemu denganmu,” tanyaku memulai pembicaraan.

“Dikelasku banyak sekali tugas yang diberikan guru, aku jadi sibuk mengerjakannya,” ucapnya dengan raut wajah lelah. “Kenapa kau tidak meminta aku membantumu? Biasanya juga seperti itu,” tanyaku.

“Aku sudah besar aku tak mau merepotkanmu terus. Aku harus belajar menjadi namja sejati,” ucapnya dengan tampang sok keren. “Apa hubungannya dengan menjadi namja sejati, babo,” balasku yang tak tahan dengan tampangnya itu. Dia hanya membalas dengan bibirnya yang dimannyunkan.

“Oh iah, aku ingin mengucapkan terima kasih padamu,” kataku sambil melirik kearah Taehyung. “Untuk apa?” Dia terlihat sedikit bingung.

“Karna kau telah menolongku saat hujan. Dan telah membantuku dekat dengan Jimin,” ucapku. “Oh, karna itu...” balasnya singkat.

“Lagi pula kau sahabatku. Jadi sewajarnya aku melakukan itu semua. Ia kan?” Dia melanjutkan perkataannya. Aku membalasnya dengan anggukan membenarkan apa yang telah ia katakan.

“Kau beruntung punya sahabat seperti ku. Aku ini selain baik juga tampan kan.” Dia kembali menyombongkan dirinya. “Iah... iah kau Taehyung si baik dan tampan,” sahutku untuk membuatya senang. Kami kemudian tertawa bersama.

“Oh ia, besok aku akan ke taman bermain bersama Jimin. dia bilang ini kencan pertama kami. do’akan aku yah semoga besok berjalan lancar.” Aku memberitahu dia bahwa besok aku akan memulai kencan pertamaku dengan Jimin.

Geraeyo... Bersenang-senanglah denganya. Aku turut senang mendengarnya,” balasnya dengan wajah penuh senyuman. “Gomawo, Taehyung. Lain kali kita pergi bermain bersama-sama lagi yah,” ajakku. Dia menanggukan kepalanya tanda setuju.

 

*****

Hari ini di akhrir pekan taman bermain tampak sangat ramai. Banyak keluarga yang datang berlibur kemari dan juga banyak pasangan kekasih yang berjalan disekitarku.

Kini Jimin berjalan tepat disampingku. Ia mengenakan kaos hitam bertuliskan ‘Mine’ di tengahnya dan dibalut dengan jaket berwarna putih polos.  Ia juga menggenakan celana jeans panjang berwarna hitam. Di bawahnya ia mengenakan sepatu olahraga berwarna putih dengan sedikit garis berwarna biru. Dan seperti biasa ia menggendong sebuah tas ransel kulit berwarna hitam miliknya. Di kepalanya juga ia mengenakan topi  putih yang ia kenakan ke arah belakang. Iah terlihat sangat keren di mataku.

Gomawo, kau sudah mau pergi ke tempat ini bersamaku.” Jimin tersenyum ke arahku. “Nado gomawoyo...” balasku sambil tersenyum malu. “Baiklah, mari kita menikmati hari ini dengan bersenang-senang bersama,” kata jimin sambil tersenyum lebar. “Geurae,” jawabku singat dengan senangnya.

“Di sini sangat ramai. Jadi...” Dia menghentikan ucapannya. Tiba-tiba dia meraih tanganku dan mengengamnya dengan erat. “ Tak apa kan kalau aku menggandengmu seperti ini?” tanyanya sambil mengandeng tangan kananku.

Ne... gwenchanayo,” jawabku dengan gugup.

‘Deg deg’ jantungku makin tak karuan karna hal ini. Jimin benar-benar sedang menggandengku. Kami jadi terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Aku tak menyangka dengan kenyataan indah ini. Oh Tuhan, aku tak ingin semua ini berakhir dengan cepat.

Kami berjalan mencari wahana yang menarik. Jimin masih menggandengku dengan erat, dia mungkin khawatir jika nanti aku terpisah darinya. Sekarang kami berada tepat didepan wahana roller coaster.

“Ayo kita naik wahana ini,” ajak jimin sambil menunjuk roller coaster tersebut. Aku menjawabnya dengan anggukan. Dan segera kami mengantri memasuki wahana ini.

Aku dan Taehyung senang seekali bermain roller coaster. Setiap ke taman bermain pasti kita langsung manaiki wahana ini berulang-ulang sampai salah satu diantara kami merasa bosan. Aigo, aku malah memikirkan Taehyung saat bersama Jimin. Ini tidak boleh aku harus fokus pada Jimin dan berhenti memikirkan si menyebalkan itu.

Akhirnya kami selesai menaiki wahana tersebut. Tadi itu sangat menyenangkan aku bisa menaiki wahana favorite ku bersama Jimin. dia pun juga nampak senang. Setelah itu kami mencoba menaiki wahana lain yang ada disekitar kami.

“Eunji, ayo kita main menembak kaleng disana,” ajaknya seraya menunjuk ke arah ruko kecil yang bersebelahan dengan toko aksesoris. “kaja!” jawabku dengan riang.

Jimin sedang berbicara kepada pemilik ruko tersebut. Aku menunggunya sambil melihat sekelilingku. Aku kembali teringat Taehyung. Kenapa aku malah mengingatnya lagi? Ini mungkin karna dulu aku sering pergi ke sini bersamanya. Jadi wajar saja kalo aku jadi teringat dengannya.

Tapi tiba-tiba mataku menangkap sosok Taehyung di sebrang sana. Aku merasa aneh dan langsung mengucek-ucek kedua buah mataku. “Apa itu Taehyung?” gumamku. Saat aku membuka mataku kembali aku tak melihat sosok Taehyung lagi di sana. Ah... apa aku hanya berhalusinasi? Sepertinya aku terlalu berlebihan karna banyak teringat dan memikirkan Taehyung. Akupun langsung menarik napas dalam.

“Eunji apa yang kau lakukan?” tanya Jimin yang membuatku tersadar. “Ah.. eobsoyo,” jawabku. “Yasudah, kalo begitu. Ayo kita coba main ini,” ajak jimin lagi.

“Klek...” Jimin berhasil menjatuhkan kaleng yang terletak di sebrang sana mengukanan tembakan mainan yang ia pegang. “Joayo! “ aku kagum melihatnya sambil menepukkan tanganku. Dia berhasil menjatuhkan kaleng berkali-kali. Pemiliknya bilang kalau kami berhasil menjatuhkan kaleng yang banyak maka kami akan mendapatkan hadiah.

Dia kembali menarik pelatuk pistol mainan yang ia pegang. Dia terlihat seperti seorang spy yang berada di dalam film-film barat. Aku sangat kagum melihatnya. Sangat keren...

Jimin berhasil menjatuhkan tujuh buah kaleng berturut-turut. Kami diberi kesempatan sepuluh kali tembak dan sekarang tinggal tersisa tiga kali tembak.

“Sekarang giliranmu, kau harus mencobanya. Tidak asik kalo hanya aku yang memainkannya.” Jimin menyerahkan pistol mainan tersebut kepadaku. “Aku tidak bisa,” tolakku pada Jimin. “Hayolah kau harus mencobanya,” pintanya. Dengan ragu aku mengambil pistol mainan dari tangannya.

Aku mencoba menembakkannya sekali dan hasilnya gagal. Aku pun mencobanya lagi, tapi hasilnya sama saja peluru hasil tembakanku meleset jauh dari kaleng kaleng dihadapanku. “Sudah ku bilang aku tidak bisa,” ucapku dengan wajah sedih. Kini yang tersisa hanya satu kali tembakan lagi.

“Sini biar aku bantu,” ucap Jimin. aku pun menoleh ke arahnya. Namun kini ia sudah berada dibelakangku. “Hug” Dia memelukku dari belakang. Aku keget dengan tindakannya ini. kemudian ia memegang kedua tanganku dan mengangkatnya dengan pose akan menembak.

Aku melirik kearahnya, kepalanya kini berada di baku kananku. Wajah kami jadi saling berdekatan seperti ini. Bahkan pipi kananku menyentuh pipinya. Aku sangat gugup dia memelukku seperti ini. Jantungku benar-benar terasa mau copot. Detakan jantungku ini sangat cepat. Aku tak bisa mengontrol diriku. Mungkin saja wajahku sudah terlihat sangat merah sekarang.

“Tataplah lurus kedepan dan konsentrasilah, kau pasti berhasil Eunji.” Jimin menolehkan wajahnya ke arahku sambil tersenyum.

Ya Tuhan, aku benar-benar sudah tidak kuat lagi...

 

-Next Chapter-

#Chapter 3 - Why?

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK