home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > My First Love

My First Love

Share:
Author : dongzha
Published : 17 Jul 2015, Updated : 28 Mar 2016
Cast : Lee Eunji (Oc), Kim Taehyung (Bts), Park Jimin (Bts)
Tags :
Status : Ongoing
4 Subscribes |23946 Views |4 Loves
My First Love
CHAPTER 1 : That Boy!

****
"Jodohmu adalah cinta pertamamu." ucap seorang peramal.

"Dia sedang menunggumu, datanglah padanya.kelak kalian akan menjadi keluarga yang bahagia." lanjutnya.

 

*****
Taehyung tertawa terbahak mendengar perkataanku. "Kenapa kau tertawa, memangnya itu lucu?" tanyaku dengan tampang cemberut. "Hey kutu buku. Kau ini mudah sekali percaya pada seorang peramal," ucapnnya dengan tampang mengejek. 

"Jangan percaya ucapan ramalan seperti itu. Mungkin dia berbohong padamu," lanjutnya.

"Waeyo? Terserah aku dong mau percaya atau tidak," belaku.

"Hmm, tapi... Mungkin saja itu benar, bukan kah itu bagus," ucapnya sambil menunjukan senyum tipisnya.

"Bagus? Maksudnya," Tanyaku bingung.

Taehyung nampak kebingungan. "Ah... Maksudku, bukannya itu bagus untukmu si kutu buku yg sama sekali belum pacaran? Kau akan bahagia dengan cinta pertamamu bukan?" jelasnya sambil tertawa kecil.

"Yaa! berhentilah mengejekku. Kau ini senang sekali mengejekku setiap hari," ucapku kesal.

"Kalau tau begini aku menyesal memberitahu mu tentang ramalan itu." Aku memalingkan wajahku darinya.

"Hey hey, aku hanya bercanda. Jangan marah seperti itu. Tampangmu makin jelek tau," ledeknya. "Pantas saja sampai sekarang tidak ada laki-laki yang mau denganmu.” Lagi-lagi dia malah mengejekku.

"Sudahlah lupakan. Aku mau pulang saja," ucapku semakin kesal.

"Kau marah? Yah sudah baiklah.pulang saja sana.hush hush..." Dia mengerakan kedua tangannya dengan gerakan mengusirku. Sudah kuduga, dia benar-benar mengusirku. 

Akupun beranjak dari kursiku, lalu berjalan meninggalkannya. Terdengar tawa kecil di belakangku. Akupun kembali menoleh ke arah Taehyung. Terlihat dia masih duduk manis di kursinya sambil tertawa melihatku. Dia selalu saja senang menggoda dan mengejekku. Aku merasa kesal dan hanya bisa menatapnya dengan wajah cemberut. 

Taehyung adalah satu-satunya sahabatku. Kami sudah berteman sejak kecil. Dia tinggal di sebelah rumahku dan kami selalu bersekolah di sekolah yang sama. Aku seorang kutu buku, yang menghabiskan hari-hari ku dengan belajar dan membaca buku. Aku tak pernah dekat dengan orang lain terkecuali Taehyung. Dia yang selalu menemaniku dan mendengarkan curhatanku. Tapi yah begitulah dia senang sekali mengejek dan menjahiliku. Aku sudah terbiasa dengan kelakuannya itu.

 

*****
Aku berlari menelusuri jalan menuju sekolah. Hari ini aku bangun kesiangan dan harus buru-buru berangkat ke sekolah. Taehyung biasanya menyusul ke rumahku untuk berangkat sekolah bersama. Tapi hari ini dia tak datang menjemputku dan malah meninggalkanku. "Taehyung kau benar-benar menyebalkan," gerutuku.

Sesampainya di depan gerbang sekolah aku menghentikan lariku dan mengelakan napas panjang. Untungnya gerbang sekolah belum ditutup. Ku langkahkan kakiku berjalan melewati gerbang itu. Tiba-tiba ku dengar langkah kaki mendekatiku. 

"Jhakamman..." Orang itu memegang pundakku. "Suara namja? Pasti Taehyung," pikirku. Ku balikan badanku ke arah orang itu. Namja itu sedang menundukan kepala sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Lalu dia menegakkan kepalanya sambil menarik nafas panjang.

"Nuguya?" tanyaku dalam batin. Kuperhatikan namja yang kini ada dihadapanku. Dia bukan Taehyung maupun orang yang ku kenal. “Park Jimin” nama itu yang tertulis di papan nama seragamnya.
"kau berlari sangat cepat, aku hampir saja tak bisa mengejarmu," ucap namja itu sambil tersenyum.

Senyumannya itu sangat manis hingga menyentuh hatiku. Tiba-tiba jantungku berdetak tak karuan. Waeyo? Perasaan apa ini? aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.

"Hey, kau menjatuhkan ini. apa benar ini punyamu?" Ia menunjukan gantungan boneka beruang putih yang familiar bagiku. Dengan segera aku memeriksa tas milikku. Dan benar saja gantungan itu memang milikku. Gantungan itu pemberian dari Taehyung, dia pasti marah kalau aku menghilangkannya.

"Ne, itu milikku. Gomawo, kau sudah menemukan gantungan itu." Aku bersyukur karna gantungan itu telah ditemukannya.

"Lain kali berhati-hatilah dan jangan berlari-lari seperti tadi. Nanti bukan barangmu saja yang jatuh kau juga bisa terjatuh," ucapnya seraya mengembalikan gantungan itu padaku. ‘deg’ jantungku makin tak karuan dibuatnya.

"Go..gomawo" ucapku gugup.

"Cheonma," Lagi-lagi dia menunjukkan senyum manisnya. "Baiklah sampai jumpa, lee e-un ji," ucapnya sambil mengeja nama yang tertera di seragamku. "Ne..." balasku dengan gugup.

Dia pun berlari memasuki gedung sekolah dan aku hanya bisa diam menatap ke pergiannya. Namun jantungku masih berdetak tak karuan. Ige mwoeyo?
 

"Aigoo." Aku hampir saja melupakan kalau aku sudah terlambat masuk kelas. Akupun langsung berlari bergegas menuju kelas.

 

*****
Taehyung berdiri didepan kelasku dengan memasang raut wajah seakan-akan dia tak bersalah. Dia menghapiriku dengan santainya. "Eunji, ayo kita makan siang bersama," ajaknya dengan tampang imutnya.

"Sireo!" aku memalingkan wajahku dari hadapannya. "Waeyo?" tanyanya dengan nada rengekan khas miliknya. "Yaa! Tadi kenapa kau tidak menjemputku?" Aku balik bertanya padanya. "Biasanya kau tidak mau berangkat sekolah bersama saat kau sedang marah padaku," jawabnya. "Ayolah maafkan aku dan mari kita makan siang bersama. Kaja kaja!" ajaknya dengan tampang memelas. Aku benar-benar tidak tahan melihat wajah imutnya itu. Dia selalu saja bisa memasang tampang yang membuatku luluh. "Geraeyo..." ucapku dengan pasrah.

Seperti biasa kami makan siang bersama di kantin. Dan tentu saja banyak yeoja di sekolahku yang iri padaku. Taehyung bisa dibilang adalah salah satu flowerboy di sekolah jadi banyak yeoja yang menyukainya. Aku malah iri padanya, sampai sekarang pun tak ada namja yang tertarik padaku berbeda sekali dengannya.

"Ah ia ada yang aku ingin tanyakan padamu." Aku mengingat sesuatu. "Mwo?" tanyanya. "Begini, ketika kau melihat seseorang lalu jantungmu berdetag tak karuan dan kau menjadi gugup dihadapannya. Kau tau itu tanda apa?" tanyaku dengan pelan. "Hmm.. itu tandanya kau sedang jatuh cinta pada orang itu," jawabnya santai sambil mengunyah makanannya. "Jeongmal?" Aku masih tak percaya dengan ucapannya. "Aah seperti itu," ucapnya singkat. 

"Kalau begitu, dia adalah cinta pertamaku. Yaa Taehyung, aku sudah menemukan cinta pertamaku," ucapku dengan gembira. "Uhuk uhuk..." Tiba-tiba Taehyung tersedak. "Mwo? sinca?" tanyanya dengan raut wajah yang serius. "Ne, aku serius. Aku bertemu dengannya pagi tadi dan aku merasakan hal aneh itu," jawabku. "Nuguya? Siapa namja itu?” Dia kembali memasang wajah seriusnya. "Park Jimin, dia bernama park jimin," ucapku dengan malu. Dia nampak terdiam menatapku dengan raut wajah yang membuatku bingung. 

"Wae? Apa kau mengenalnya?" tanyaku. "Ne, dia teman ku di club dance," jawabnya sambil melanjutkan makannya. "Yaa! Kenapa kau malah pasang tampang seperti itu. Memangnya aku salah menyukai temanmu?" Aku bingung melihat tingkahnya. Dia menghentikan makannya dan terlihat bingung. 

"Aniyo... aku hanya kaget kalau kau sudah menemukan cinta pertamamu. Aku hanya tak menyangka akhirnya kutu buku sepertimu merasakan jatuh cinta," ucapnya. "Ohh.. tapi seharusnya kau senang melihat sahabatmu bahagia," sahutku. 

"Mianne... sebagai tanda maaf aku kan membantu mu mendekatinya. Bagaimana?" Taehyung kembali memasang wajah imutnya. "Jeongmal? Gomawo Taehyung, kau memang yang terbaik," ucapku sambil mengepalkan tanganku ke tangannya sambil tersenyum. Taehyung kembali membalas senyumanku.

 

*****
Seharian aku masih memikirkan Jimin. Terbayang senyum manis miliknya dalam pikiranku. Aku hanya dapat tersenyum sendiri tak karuan saat membayangkannya. Detak jantungku semakin tak karuan. Aku merasa ingin berjumpa lagi dengannya. Apa aku benar-benar jatuh cinta padanya?. 

Taehyung menyuruhku menunggunya pulang dari club dance hari ini. Dia berkata bahwa ia akan mengenalkanku pada Jimin. Aku benar-benar senang Taehyung mau membantuku.

Kini aku berdiri didepan pintu ruangan club dance. Jam tanganku sudah menunjukan pukul 05:00 PM. Ini waktunya club dance selesai. 

"Krekk..." terdengar suara pintu club sudah terbuka. Kuperhatikan setiap orang yang keluar dari pintu itu. Tak lama aku melihat sosok Jimin yang sedang berjalan. Tak sengaja mata kami saling berpandang. Sepontan aku menyapanya “Annyeong.”

Jimin membalas sapaanku dengan senyum manisnya "Annyeong, Eunji". Aku tak percaya ia masih mengingkat namaku. Aigo, aku merasa sangat senang mendengarnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya. "Ahh... Aku sedang menunggu temanku," jawabku dengan gugup. "Nuguya?" tanyanya lagi padaku. 

Belum sempat aku menjawab, terdengar suara yang familiar bagiku sedang memanggili namaku. "Eunji..." orang itu berlari ke arahku dan langsung merangkulku. "Yaa! Taehyung apa yang kau lakukan. Lepaskan." Aku menyikut perut orang itu yang tak lain adalah Taehyung. 

"Kau jahat sekali Eunji," rengeknya. Jimin tertawa melihat tingkah kami. "Jadi temanmu itu Taehyung?" tanyanya padaku. "Ne, " jawabku singkat. 

"Park Jimin, kau mengenal eunji ku?" Taehyung bertanya pada Jimin. Dia benar-benar mahir dalam hal acting. Tapi apa-apan dia menyebut 'Eunji ku' di depan Jimin. Aku tak mau dia jadi salah paham.

"Yah, aku bertemu dengannya kemarin.. Tak ku sangka dia temanmu.baguslah kalau begitu," jawabnya sambil menatapku dengan senyumannya.

"Benarkah? Eunji kau tak menceritakannya padaku. Kebetulan sekali dia ini temanku namanya Park Jimin." Dia kembali berakting seolah-olah ini adalah sebuah kebetulan. "Dan Jimin, dia Eunji temanku," lanjutnya sambil menjabatkan tanganku pada tangan Jimin.

"Senang berkenalan denganmu, Eunji." Jimin tersenyum padaku. Aku hanya bisa diam tersipu malu menatap senyumnya. Jantungku kembali berdetag tak karuan. 

"Kalau begitu mari kita pulang bersama," ajak Jimin padaku dan Taehyung. "Baiklah, kaja kaja!"ujar Taehyung. 

Kami menaiki bus yang sama. Arah rumah Jimin searah dengan rumahku dan Taehyung. Aku tahu hal ini dari Taehyung kemarin. Dia merencanakan semua ini agar aku bisa dekat dengan Jimin. Aku beruntung memiliki sahabat sebaik dia.

Sepanjang jalan menuju halte bus kami saling mengobrol. "Taehyung, tak kusangka kau punya teman yeoja yang cantik dan baik seperti dia," ucap Jimin meledek Taehyung. "Eh, kau tau kan aku ini flowerboy di sekolah aku punya banyak teman yeoja yang cantik, bahkan ada yang lebih cantik dari dia," jawab Taehyung dengan gaya sombongnya sekaligus mengejekku.

Aku membalas ucapan Taehyung dengan tampang cemberut. "Tuhkan, tampangnya berubah menjadi jelek." Taehyung mengejekku lagi. "Tidak menurutku dia malah lebih cantik," ucap Jimin membelaku. 

"Omo, Jimin matamu tidak sedang sakit kan? Apa aku mungkin salah dengar," ucap Taehyung sambil menunjukan wajah paniknya pada Jimin.

"Anhiyo... aku berkata benar kok kalau Eunji itu cantik," jawab Jimin meyakinkan Taehyung.
Hatiku merasa senang sekali Jimin mengucapkan kata itu. Baru kali ini ada namja yang berkata kalau aku cantik selain nae appa. Tidak seperti Taehyung yang selalu bilang aku jelek.

Jimin kembali mengarahkan senyum manisnya padaku. Wajahku seketika berubah memerah. Aku tak kuasa menatap senyum manisnya itu. "Go..gomawo Jimin"ucapku malu.

"Oh yah Eunji bolehkah aku minta nomor ponselmu?" tanya Jimin. "Aah... Boleh, tentu saja," jawabku. Akupun langsung menunjukan nomor pensel ku pada Jimin.

"Gomawo, nanti aku akan menelponmu," ucap Jimin. "Oke" sahutku. "Ahhhh.. Aku merasa aku seperti lalat disini," kata Taehyung yang sontak membuat aku dan Jimin tertawa.

"Kau memang lalat jail yang selalu berterbangan disana-sini didekatku," ledekku pada Taehyung.
"Eunji kata-katamu melukaiku, kau jahat sekali," ucap Taehyung yang berpura-pura merengek seperti anak kecil. Jimin hanya tertawa melihat tingkah kami berdua.

 

*****
Aku tak berhenti menatap layar ponselku. Sedari tadi aku menunggu telpon dari Jimin. 

"baby baby geudaeneun caramel macchiato yeojeonhi nae ipga-en geudae hyang-gi dalkomhae baby, baby tonight."  Ponselku berdering.

Tertera nomor tanpa nama di layar ponselku. Mungkinkah ini telpon dari Jimin?. Tanpa ragu akupun langsung menerima panggilan tersebut.

"Yeoboseyo?"
"Annyeong eunji. Ini aku Jimin," balas suara dari balik telpon tersebut. Aku senang bukan main, Jimin benar-benar menelponku. "Aigo," gumamku dalam hati.

"Oh Jimin, ada perlu apa menelponku?" tanyaku dengan gugup.
 

"Aku hanya ingin mengetes nomor ponselmu. Maaf kalau aku menggaganggumu," jawabnya.
 

"Anii.. Tidak apa-apa kok. Lagi pula aku tidak sibuk." Aku berharap pembicaraan ini tidak cepat berakhir.

"Syukurlah kalau begitu... Oh yah apa besok sepulang sekolah kau ada acara?" tanyanya. "Hmm... Eobseoyo" jawabku singkat.

"Kalau begitu mau kah kau pergi ke toko buku bersama ku besok? Kudengar kau suka membaca buku.Go shipeo?" ajaknya.

"Tentu mau, aku mau." jawabku dengan gembira. Ahh apa yang aku lakukan, kenapa aku menjawabnya seperti itu. Aku sekarang jadi malu sekali padanya.

"Haha..." kudengar tawa kecil miliknya.

“Baiklah kalau begitu besok aku tunggu kau didepan gerbang sekolah. okay?" ucapnya.

"Ok.oke." jawabku tanda setuju. Aku tidak menyangka bahwa aku bisa pergi berdua dengan Jimin. Secepat ini kah? Aku rasa, aku belum siap menerima kenyataan yang terlalu indah seperti ini.

 

*****
"Taehyung, kau pulang saja duluan," kataku pada Taehyung yang sedang berjalan di sampingku. "wae?" Taehyung bingung mendengar perkataanku. 

"Jimin mengajakku ketoko buku. Jadi kau pulang saja duluan," jawabku. "Oh... yasudah kalo begitu," ucapnya. Tapi ku lihat wajahnya berubah menjadi murung. "Tidak apa kan? Kau tidak marah padaku kan?" tanyaku yang merasa aneh dengannya. "Ne, gwenchanayo. Bersenang-senanglah dengannya," jawab Taehyung sambil tersenyum. 

Sejak kemarin taehyung agak aneh setiap aku membicarakan Jimin. Kenapa ia bersikap seperti itu? Apa mungkin dia hanya khawatir terhadapku? Atau...? Sudahlah aku tak boleh buruk sangka padanya. 

Jimin sudah menungguku didepan gerbang. Dia menyadari kedatanganku dan Taehyung. "Annyeong," sapanya. "Ann..annyeong," jawabku yang kembali gugup dihadapannya. 

"Aku duluan yah. Jimin jaga Eunji baik-baik okay," pinta Taehyung. "Tasi mannayo." Dia melambaikan tangannya dan langsung berlari meninggalkan kami berdua.

Aku jadi merasa bersalah padanya, karna menyuruhnya pulang sendiri.
"Baiklah, ayo kita pergi," ajak Jimin. "Ah. Iah baiklah. Kaja," sahutku.

*****
Di toko buku kami sibuk berbincang sambil mencari buku-buku yang kami cari. 

"Tak kusangka kita punya selera yang sama," ucap Jimin. "Ne," jawabku singkat. Ini bagaikan mimpi bagiku. Jimin mengajakku pergi bersama, lalu kita berbincang-bincang seperti ini. Ditambah lagi aku tak menyangka dia memiliki hobi membaca jenis buku yang sama denganku. 

"Kelihatannya buku ini menarik." Jimin menunjukkan sebuah novel misteri padaku. "Wah ini karangan Kim Minna, aku suka sekali novel karanganan miliknya," ucapku. 

"Wah lagi-lagi kita sama. Sungguh kebetulan.aku juga suka karangannya. Dan aku juga punya beberapa koleksi bukunya," ucap Jimin. Aku hanya dapat membalasnya dengan senyuman. 

"Baiklah kita beli buku ini saja bagaimana?" saran Jimin. "Ok baiklah." Aku setuju dengannya.

Seusai dari toko buku Jimin mengajakku ke restoran terdekat. "Kau harus makan yang banyak. Jangan sampai kau sakit. tenang aku yang traktir kok," ucap Jimin sambil tertawa.

"Ne... Baik" ucapku dengan senyuman.

Dia benar-benar perhatian padaku. Dia juga baik sekali padaku. Ini pertama kalinya ada seorang namja yang memperlakukanku seperti ini. "Deg deg..." Sedari tadi jantungku berdetag tak karuan. Aku berusaha menyembunyikan perasaan ini darinya. Dan aku tak mau dia melihat tingkah anehku ini.

Tanpa sadar aku malah makan dengan cepatnya. "Uhuk uhuk..." Aku tersedak karna tingkahku sendiri. Akupun bergegas meminum air putih yang ada dihadapanku.

"Makanlah pelan-pelan. Kau makan seperti sedang dikejar-kejar penjahat," ucap Jimin. "Tenanglah aku tidak akan meninggalkanmu dan menyuruhmu membayar makanan ini," lanjutnya sambil tertawa. 

Aku bingung dan malu harus berkata apa padanya. Pabo, kenapa aku bertingkah bodoh seperti ini. Ini benar-benar memalukan.

"Ahh,, ini karna makanannya sangat enak. Aku jadi senang seperti ini." Aku mencoba mencari alasan. Ku lihat Jimin tertawa mendengar perkataanku barusan. "Kau ini lucu sekali, aku jadi gemas melihatmu," ucapnya sebari mencubit pipiku. Senyumnya pun tak luput dari pandanganku. Aku terpaku melihatnya, dan jantung berdegup sangat kencang. Eotthohke?

"Mi...mianne." Ia melepaskan tangannya dari pipiku dan ia terlihat sedikit gugup. "anii... gwenchanayo." Aku pun menjadi gugup dihadapannya. Setelah kejadian itu kami pun melanjutkan makan kami. Kami jadi saling canggung satu sama lain. Hanya terdiam sambil menghabiskan makanan kami. Aku juga bahkan tak berani menatap wajahnya karna malu.

Jimin telah menyelesaikan makannya. Dia menengok ke arah jendela disebelah meja makan kami. "Langitnya mendung, sepertinya akan turun hujan," ucap Jimin.

Aku ikut menolehkan kepala ku ke arah jendela. Terlihat banyak awan berwarna keabu-abuan dilangit. "Iah sepertinya akan turun hujan."

"Ayo kita pulang sebelum hujan turun," ajak Jimin. "Baiklah," jawabku singkat.

Setelah makan kami pun bergegas pulang menaikki bus. Di sepanjang jalan pulang ku perhatikan langit yang semakin mendung. "Mianhae, gara-gara aku kau pulang terlambat dan sepertinya hujan akan turun." Jimin meminta maaf padaku, dia berfikir semua ini adalah salahnya. "Nae gwenchanayo..." ucapku meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja.

"Kalau begitu, gomawo kau sudah mau menemaniku hari ini." Jimin tersenyum kearahku. Senyumannya terlihat seperti cahaya matahari yang kini tengah menyinari langit mendung di sekitarku. Aku benar-benar tak kuasa setiap menatap senyumannya.

"Che...cheonma," balasku dengan gugupnya. Tak kusangka aku bisa menghabiskan banyak waktu bersama jimin. Seharusnya aku yang berterima kasih padanya. Sekarang hatiku terasa sangat bahagia.

Halte bus berikutnya adalah tempat pemberhentianku. Aku pun bersiap-siap berdiri untuk turun. "Sampai jumpa besok. Josimae!" sahut Jimin sambil melambaikan tangannya. "Sampai jumpa," balasku sambil melambaikan tanganku juga. 

Pintu bus pun terbuka, aku kembali menengok ke arah Jimin. Dia melihat ke arahku sambil tersenyum dan melambaikan tangannya. Aku membalasnya dengan senyuman dan langsung bergegas turun dari bus sebelum pintu bus tertutup.

Aku menatap kepergian bus yang kunaiki tadi dari halte bus. "Tik tik tik..." Baru saja aku mau melangkahkan kaki ku untuk berjalan pulang, tiba-tiba hujan turun dan semakin deras. "Eottohke?"Gerutuku. 

Hawa disekitarku menjadi sangat dingin. Bagaimana ini, apa aku harus hujan-hujaan saja? Atau aku tunggu saja sampai hujan berhenti? Aku bingung, aku harus cepat pulang.

"Srertt..." Tiba-tiba seseorang mengenakan jaket ke pundakku. Secara spontan aku menoleh ke arah orang itu. Aku kaget melihat sosoknya.

"Taehyung..."

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku yang tak percaya bahwa orang yang berdiri dihadapan ku ini tak lain adalah Taehyung.

"Di sini dingin, ayo kita pulang bersama," ajaknya sambil membuka payung yang ia bawa. Aku masih diam tak percaya akan kehadirannya. "Kau tunggu apa lagi? Ayo cepat pulang, langit semakin gelap"sahutnya.

Aku masih saja diam menatapnya. "Hey ayolah." Dia menarik tanganku ke arahnya. Tubuhku mendekat pada Taehyung. Wajah kami saling berhadap-hadapan, mata kami pun saling menatap satu sama lain.

Dia masih saja menatapku. Aku hanya dapat mengedip-kedipkan mataku untuk menghindari tatapan matanya. Ada apa dengannya? Kenapa dia menatapku seperti itu?.

"Huhhs..." Dia meniupkan angin dari mulutnya ke arah mataku. "Yaa! Taehyung. Apa yang kau lakukan," sahutku. 

"Bukankah kau kelilipan? Aku hanya membantumu," ucapnya dengan nada kesal. Kenapa sih dia itu, kenapa tiba-tiba dia marah padaku?.

"Yasudahlah. Ayo kita pulang. Di sini dingin sekali.” Taehyung menggandeng tanganku. Aku melihat kearahnya. Dia hanya mengenakan kaos lengan panjang. Pantas saja dia merasa ke dinginan. Tapi jaket yang kini aku kenakan adalah miliknya. Kenapa dia berikan padaku kalau dia malah merasa kedinginan?.

Hujan turun semakin deras. Udara disekitarku semakin dingin. Namun gengaman tangan Taehyung terasa sangat hangat, hatiku juga ikut merasa hangat. 

"Tes tes tes..." Air hujan membasahi bahu kananku. Memang payung ini kurang besar bagi kami berdua. Belum lagi kami berjalan agak saling berjauhan, walaupun tangan kami saling bergandengan. 

Taehyung melirik kearahku. Dengan segera aku memalingkan wajahku dari hadapannya. Kenapa aku jadi gugup seperti ini. Pasti ini gara-gara sikap Taehyung yang aneh padaku.

Tanpa kata Taehyung melepaskan gengaman tangannya dan langsung merangkulku. Kami jadi berjalan saling berdekatan. Aku jadi semakin gugup, dan aku merasakan getaran aneh dihatiku.

"Badanmu terlalu besar, payungku tak cukup untuk kita berdua," ucapnya. "Begini jauh lebih baikkan. Kau tak akan kehujanan," lanjutnya.

"Huh..." Aku tak tau harus berkata apa.

Aku kembali menatapnya. Dan dia tiba-tiba tersenyum kepadaku. Lagi-lagi hatiku merasa hangat. Kenapa ini?.

 

-Next Chapter-

#Chapter 2 - My Feeling?

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK