home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DREAM CATCHER

DREAM CATCHER

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jun 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : EXO OT12, OC
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |71547 Views |5 Loves
DREAM CATCHER
CHAPTER 9 : The Heart Game

POV : Minseok

05.00 AM

Aku terbangun, kembali ke dunia ku yang sesungguhnya, dunia ku yang begitu hampa. Dunia yang menghianati ku. Mata ku menatap lurus ke atas. Di langit-langit kamar ku tertempel beberapa hiasan bintang yang akan menyala disaat gelap, siapa yang menempelkan benda itu? Sejak kapan? Mengapa aku tak melihatnya sebelumnya? Clekk.. Terdengar suara pintu kamar ku terbuka. Sesegera mungkin kupejamkan mata ku. Aku tak ingin siapapun melihat ku terbangun saat ini. "Bagaimana keadaan mu saat ini? Kau merasa baikan?" Kurasakan telapak tangan yang halus membelai pucuk kepala ku. Dapat kurasakan ia sangat menghawatirkanku karena aku sudah tak memiliki orang tua lagi, kadang perlakuan semacam ini membuat hati ku sedikit merasa bahagia. Kurasakan ia mengambil sebuah kertas dari tangan ku, tunggu? kertas?

Kucoba membuka sejenak mataku. Kulihat ia sedang membaca kertas yang baru saja ia ambil dari tanganku. Wajahnya sedikit heran ketika membaca kertas tersebut. Kertas itu... Adalah kertas yang kutulis di kamar EunHee sebelum aku terbangun. Bagaimana mungkin kertas itu terbawa ke dunia nyata ku? apa yang sedang kualami sesungguhnya? Kulihat ia menyimpan kertas tersebut di laci samping tempat tidur ku. Ia tak mengatakan apapun lalu keluar dari kamar ku. Semua yang terjadi padaku adalah sebuah kejanggalan. Bagaimana mungkin aku bisa kembali masuk ke dunia mimpi ku setiap kali aku tertidur? Bertemu dengan orang-orang yang kukenal dan apa yang terjadi disana terasa begitu nyata bagiku. Semua ini.. masih terlalu sulit untuk  kucerna. Sebuah keajaiban? Mimpi indah? Atau hal lainnya?

Clekk.. Suara pintu kamar ku terbuka untuk kedua kalinya. Kupejamkan lagi mata ku. Sosok lain memasuki kamar ku. Dia.. aku merindukannya, apalagi setelah memasuki dunia mimpi ku. Seketika perasaan bersalahku merebak memenuhi relung hatiku. Apakah aku.. telah menyebabkan kesedihan dalam hidupnya? Kuharap hal itu hanya terjadi dalam mimpi ku. Kuharap rasa sakitnya yang kulihat dalam mimpi ku tak sama dengan perasaannya yang sesungguhnya. Dengan sengaja kubuka mataku agar ia mengetahui bahwa aku tak tidur

"Annyeong.." Sapa nya. Ia tersenyum tenang. Tak terlihat kesedihan sedikitpun dari raut wajahnya. Syukurlah.. kuharap hidupnya baik-baik saja. Annyeong. "Ini jam lima pagi. Kau seharusnya istirahat" Aku ingin berkata seperti itu, tapi tak bisa kulakukan. Ia duduk sofa kecil di samping tempat tidurku. Ia merebahkan tubuhnya di sana.

"Aku tidak bisa tidur karena hari ini aku pasti bertemu dengannya. Besok.. lusa.. aku juga mungkin akan bertemu dengannya. Mengapa begitu berbeda melihat dari jauh dan berada di dekatnya langsung?"

Ia menatap ku lekat. Senyumnya terkembang dan aku menyambut senyumnya tanpa menjawab apapun.  Aku hanya ingin tahu apa yang ia ceritakan.

"Tapi.. Mengapa rasa takut dan keinginan ku muncul secara bersamaan? Aku tak tahu harus memperlakukannya seperti apa. Aku tak tahu harus berbuat apa di dekatnya. Rasa takut ku dalam memulai sesuatu sama besar dengan rasa takut ku akan kehilangan sesuatu tersebut suatu saat nanti. Banyak hal yang begitu ku inginkan sejak dulu, tapi setiap kali aku mengingkannya, aku akan memendam nya.. hanya melakukan usaha kecil untuk mendapatkannya. Jika terasa berat, aku akan terus memendamnya sampai waktu membuat ku melupakan apa yang kuinginkan. Aku tak ingin seperti itu pada yang satu ini.. tapi nampaknya aku tetap berperilaku seperti diriku meskipun aku menginginkannya, eotthokhe?"

Ia tak berubah, tak pernah berubah. Sikapnya yang satu itu membuat ku gemas terhadapnya. Dulu.. dulu sekali ia bahkan hanya diam saja saat menginginkan sebuah sarung tangan untuk melindungi nya dari dingin pada musim dingin. Ia tak ingin menggunakan uang sang ayah, karena itu ia tak mau meminta orang tuanya untuk membelikannya. Ia juga tak terlalu suka memasukkan tangan ke dalam saku jaket yang tebal, akhirnya setiap kali ia pulang sekolah.. tangannya membeku dan ia selalu bersembunyi di kolong tempat tidurnya. Ia selalu mengatakan bahaa di sana hangat. Beberapa kali aku menemaninya bersembunyi di kolong tempat tidur nya dan tak jarang.. kutemukan ia menangis disana. Satu tahun terakhir ia jatuh cinta pada seseorang, setiap kali aku terbangun ia akan menceritakan padaku tentang yeoja itu. Bodoh memang, tapi ia tak pernah mendekati yeoja itu, ia memperlakukan yeoja itu normal seperti ia memperlakukan semua orang. Kadang.. Ia melakukan hal-hal kecil yang mungkin bagi orang awam akan sulit dikatakan sebagai 'sinyal' darinya. Dia adalah anak yang begitu baik. Sahabat terbaik yang kumiliki sepanjang hidup ku. Ia tak pernah mempedulikan dari mana aku berasal dan mempertanyakan mengapa aku berada di dekatnya. Kugerakkan bibirku, kuucapkan sesuatu tanpa suara.. 'babo' kata tersebut yang ku sebutkan melalui gerak bibirku dan kurasa ia  mengerti ucapanku.

"Kurasa begitu" Ujarnya tenang.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Next One week

POV: Author. Time: 07.00 AM        

Minggu pagi yang cerah membuat sebagian anak malas bangkit dari tempat tidurnya, begitu pula dengan Chanyeol. Tapi suara notification handphone nya membangunkan Chanyeol dari tidurnya yang lelap.

POST »» Lee SongHee

Eonnie menggunakan ku lagi T.T Aku bosan ke perkebunan bunga, INI HARI MINGGU.. Aku butuh waktu untuk diriku sendiri T.T.

REPLY » Xi Yi Jie

Songhee-a rumah ku dekat dengan perkebunan bunga ^^

REPLY » Lee SongHee

JINCHA!!! Eonnieee.. Ayo main ke sana nanti, temani aku agar aku tidak bosan.

REPLY » Xi Yi Jie

OK ^^ jam berapa kau akan kesana?

REPLY » Lee SongHee

HOREEEEEEE....... Jam 9, see u there eonnie ^^

Chanyeol tersenyum lebar. Ia buru-buru membuang jauh rasa malasnya dan lekas bangkit dari tempat tidur dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

***

Chanyeol, Chen, Tao dan Suho sedang menikmati sarapan pagi mereka. Chen dan Tao hanya berpakaian santai dengan T-shirt dan celana pendek, begitu juga dengan Suho. Hanya Chanyeol yang sudah rapi sendiri.

"Kau ada rencana pergi keluar Chanyeol-ah? sepertinya rapi sekali?" Tanya Suho.

"Eum.. Ne, aku mau ke perkebunan bunga

 Ada yang harus ku bicarakan dengan Kris hyung" Ujar Chanyeol.

"Alibi" Celetuk Chen.

"Alibi itu apa hyung?", Tanya Tao yang tak begitu mengerti bahasa korea ini.

"Sejenis jajangmyung Tao-ya" Jawab Chen asal.

"Apa enak? Hyung harus mentraktirku makan itu sekali-sekali" Pinta Tao.

Chen menggeleng tak tau harus apa. "Apa tak cukup kursi dan meja yang Suho hyung sediakan untuk makan mu setiap hari Tao-ya?". Tao tersenyum bodoh mendengar pernyataan Chen.

"Bukannya Tao makan beling?" Lanjut Chanyeol.

"Sekarang ia sudah beralih karena harga kaca lebih mahal dari kayu. Pengertian sekali dia pada Suho hyung, maklum hyung kesayangan" Ledek Chen.

"Ya.. Jangan terus mem-bully Tao! buatlah lelucon tentang orang lain, kasihan Tao" Protes Suho membela Tao.

"Hanya Suho Hyung yang sayang pada ku" Tao menatap penuh cinta (?) pada Suho. Suho menepuk-nepuk pundak Tao. "Tentu saja, hyung akan selalu membelamu"

"Awww.. So Sweet gigi ku bisa berlubang" Ujar Chanyeol meniru kata-kata Sungchan (?) noonanya.

"Hahahah" Tawa nyaring Chen kembali terdengar. "Tao-ya, kau tahu tidak kalau rumah Yoora dekat dengan perkebunan bunga? dan dia tinggal serumah dengan Kris hyung?", Ujar Chen yang sebenarnya sudah tahu bahwa Yoora adalah adik dari Kris. Ia hanya memanas-manasi Tao. KREK.. Tao mematahkan sumpit ditangannya. wajahnya membuas(?) lalu perlahan mulai dramatis, tak butuh waktu lama bagi Tao untuk meneteskan air mata. "Hiks..hyung..", Adunya pada Suho dalam keadaan terisak, ia memeluk Suho. Karena dipeluk tiba-tiba, Suho sampai tersedak. "Uhukkk..uhukkk..T..Tao-a uhukkk" Tao tetap tak mau melepaskan pelukannya meski Suho sudah hampir pingsan dalam pelukannya. Chen dan Chanyeol justru tertawa puas. Mereka mengambil sedotan lalu menaruhnya di dalam gelas berisi air putih lalu menyodorkan pada Suho yang hampir mati(?) itu. Gluppp.. Glupp..Glupp Suho dengan cepat menghabiskan isi air putih dalam gelas tersebut. Setidaknya air tersebut memberi harapan hidup (?) baginya untuk bertahan dalam pelukan Tao.

"AAAA~~~ HIKSSSS HYUNGGGGG~~" Tao menjerit semakin keras. Mungkin bisa menyebabkan gendang telinga Suho pecah.

"Tao ya.. Awa..sssh.. Sabarlah.. Sabar" Suho mencoba menenangkan Tao meski dirinya yang sesungguhnya berada dalam keadaan kritis (?). "Ya! Kalian berdua jangan diam saja!" pinta Suho.

"Chukae hyung" Jawab Chen santai melanjutkan sarapannya "Nyum..nyumm".  Chanyeol yang kasihan pada Suho pun memutuskan untuk mengakhiri permainan (?). "Tao ya.. Sudahlah. Dengarkan dulu.."

"Tak perlu mengihiburku hyung.. Tak perlu.. Hatiku sudah sakit HUAAAA hiksss.. Hiksss" Pelukan Tao semakin menjadi-jadi. Suho sampai sudah tak sanggup bicara.

"Tao ya.. Yoora tinggal satu rumah dengan Kris hyung sebenarnya karena Yoora adalah adik dari Kris hyung, dia saudara sepupu ku" Ujar Chanyeol

"KAU TIDAK BERCANDA HYUNG?!" Tao langsung melepas Suho dan hendak memeluk Chanyeol

"Ya.. Jangan mendekat!! atau nanti akan ku larang kau bertemu Yoora" Ancam Chanyeol takut Tao memeluknya, bisa-bisa dandanan Chanyeol yang sudah rapi itu bisa rusak akibat ulah Tao. Tao mengangguk tapi masih bersemangat. "Araseo Hyung.. Hyung boleh aku ikut ke perkebunan bunga?" Tanya Tao.

"Baiklah, asal jangan menganggu ku" Ujar Chanyeol.

"Baiklah aku mandi dulu" Tao menarik Suho untuk menemaninya mandi (?) mereka berlari cepat ke lantai atas. lagi-lagi suho sudah menjadi korban Tao.

"Tapi benar juga ya, kalau dia adik Kris hyung berarti dia adik sepupu mu. Aku sampai lupa kau ada hubungan dengan keluarga itu. Kau sih durhaka tak pernah mengakui Sungchan noona".

"Jangan dibahas" Elak Chanyeol malas. "Sebenarnya awal-awal bertemu Yoora juga aku sempat tak mengenalinya. Sudah lebih dari lima tahun aku tak bertemu dengannya. Selama ia tinggal di US. Belakangan aku baru tahu dia adik sepupu ku, itu juga aku tau dari Baekhyun.  Kupikir dia yeojachingu Kris hyung sungguhan awalnya. Bodohnya Yoora juga tak mengenali ku. Dia pikir aku orang lain"

"Ah jincha.. Bagaimana mungkin kalian tak saling mengenali?! babo kajokideul!" Seru Chen.

"Pagi" Sapa Lay yang baru saja turun. Ia duduk di samping Chen untuk sarapan pagi. "Dimana Suho dan Tao?" Tanya Lay.

"Tao sedang mandi" Jawab Chen singkat. Seminggu terakhir ini hubungan mereka bertiga sedang merenggang akibat Inkyung.

"Ah" Jawab Lay singkat juga. Ketiganya menikmati sarapan dalam keadaan canggung, mereka tak saling bicara satu sama lain.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

08.30 AM.

Songhee dan Miyoung turun dari mobil. Mereka memasuki halaman perkebunan bunga. Pagi itu beberapa orang pekerja di toko bunga tersebut telah datang termasuk Kris Juga Minhyo yang merupakan pegawai baru disana. Micha juga sudah berada disana. Ia datang bersama dengan Kris dan Yoora. Yoora sering membantu-bantu di perkebunan pada hari minggu. Ia hanya iseng, namun Miyoung sering memberi uang 'jajan' pada Yoora karena ia telah membantu. Hal ini dikarenakan sebagian pekerja di perkebunan memilih berlibur di hari Minggu, jadi kehadiran mereka sangat membantu Miyoung.

"Annyeong", Sapa Miyoung ramah pada semuanya. "Minhyo-ya kau sudah bekerja mulai hari ini ya?"

"Ne eonnie! terimakasih sudah membantu ku" Ujar Minyo tak enak.

"Tapi kenapa tiba-tiba kau mau bekerja disini?" Tanya Micha.

"Hanya iseng saja noona", Jawab Minhyo, ia belum siap memberi tahu apa yang terjadi padanya karena Micha terlalu mudah khawatir, maka ia memilih untuk tak bercerita. Hanya Kris, Miyoung, Sungchan, Xiumin dan Luhan yang mengetahuinya.

"YiJie-a kebetulan kau datang, bagimana kalau bantu-bantu hari ini? hari ini banyak pesanan, tapi banyak pekerja yang libur juga, aku akan menggaji mu tenang saja" Pinta Miyoung.

"Gwenchana eonnie, tak usah sungkan padaku. Tak usah menggaji ku juga.. Lagipula aku juga datang untuk main dengan Songhee. Songhee-ah kita bisa memetik bunga bersama!" Ujar Micha pada Songhee.

"Okey!" Jawab Songhee bersemangat. Miyoung menepuk pundak Minhyo. "Minhyo-ya nanti kau memetik bunga bersama YiJie dan Songhee ya? ini hari pertama kau bekerja, kau harus membuat diri mu senyaman mungkin...arasseo?". Kris tersenyum melihat Miyoung. Meski yeoja itu sering berbuat seenaknya, sering bepergian dan menghabiskan uang saat ia sedang stress, namun hatinya begitu baik pada setiap orang yang ia temui.

"Eonnie.. Apa kau masih butuh orang tambahan?" Tanya Micha. "Kalau butuh masih ada 3-4 orang lagi yang mungkin bisa datang hehe", Micha menyenggol Songhee. Wajah Songhee merona merah, ia mengerti betul maksud Micha.

"Aku bahkan masih butuh 8 orang lagi hing.... kalau memang bisa 3-4 orang datang aku sangat berterima kasih" Ujar Miyoung. Karena ia sering berpergian, ia jadi tak terlalu mengurusi perkebunan bunganya. Sekalinya ia kembali, banyak pesanan yang harus diurus sementara manajemen pekebunan terbengkalai begitu saja. Ia sering kali kelimpungan akibat ulahnya sendiri. Untung saja orang-orang suruhan sang ayah sering membantu disana. Tapi karena hal itu juga tak jarang Miyoung mendapat teguran dari ayahnya. Kris diam-diam merangkul pundak Minhyo

"Sepertinya pengeran mu akan datang" Ujar Kris. "Masih berniat menghindar?"

"Ani.. Seminggu ini aku berfikir keras. Aku akan mengejar-ngejar jongdae lagi untuk melepas stress ku. Aku bosan juga hanya diam setiap melihatnya. Kurasa aku harus memanfaatkan waktu ku, selama masih ada" Minhyo menghela nafasnya.

"Kau tidak bisa begitu...dari apa yang telah ku amati. Belakangan, saat kau tak mengerjar-ngejar jongdae lagi, ia jadi sering memperhatikan mu" Kris berbisik-bisik dengan Minhyo.

"Benarkah?" Tanya Minhyo tak percaya. Kris sering bercanda jadi ia sulit mempercayai Kris.

"Aku serius.. Aku berani bersumpah! kurasa ia juga menyukai mu. Ia hanya tidak menyadarinya, karena itu.." Kris melirik Minhyo, lalu tersenyum penuh arti pada nya. "Kau harus sedikit jual mahal padanya"

***

POST »» Xi Yi Jie

CHINGUDEUL.. Park Chanyeol, Do Kyungsoo, Kim Jongdae, Byun Baekhyun bisakan kalian datang ke perkebunan bunga, disini membutuhkan bantuan, sekian.

Seperti biasa tak butuh waktu lama bagi YiJie untuk mendapat replay dari Postnya pada account SNS.

REPLY » Kim Jongdae

NOONAAAAA... Kami memang berniat kesana, tapi Tao tak selesai-selesai mandi, dia bilang ingin ikut.

REPLY » Byun Baekhyun

Ya mengapa baru bilang sekarang.. Aku baru bangun hooaam..

REPLY » Park Chanyeol

Apa kita tinggal saja Tao? Jongdae ah sepertinya dia masih lama.

REPLY » Kim Jongdae

Ide bagus..

REPLY » Huang Zi Tao (Note: Tao still in the bathroom when he replay this post)

REPLY » Kim Jongdae

Baekhyun, kau jemput kami saja, aku malas naik bus.

REPLY » Byun Baekhyun

Shireooo.. Kau selalu mengacak-acak isi mobil ku!!

Lagipula Aku naik bus ke sana :p

REPLY » Xi Yi Jie

Kalian jangan berdebat terus, cepat datang =_=

REPLY » Kim Jongdae

Noona sampai seperti itu merindukan ku.

REPLA » Do Kyungsoo

Noona mian. hari ini ada hal lain yang harus ku kerjakan. semangat untuk semuanya, sekian.

REPLY» Xi Yi Jie

Gwenchana Kyungsoo-a... Hwaiting ^^

REPLY » Huang Zi Tao.

***

Yoora yang sudah lebih dulu ke area perkebunan bunga dikagetkan dengan Micha yang tiba-tiba saja berlari kearahnya. "Yoora gawat!"

"Waeyo eonnie?"

"Nanti kau harus bersembunyi! Tao akan ikut datang ke sini bersama Chanyeol, Chen dan Baekhyun!" Jelas Micha cepat.

"Huaaa andweee.. !!! Eonnie eotthokhe?! tidak bisa begini!" Yoora langsung berlari meninggalkan Micha dan meninggalkan keranjang bunga.

"Yoora-ya! Kau mau kemana?!"

***

Yoora berlari menemui Miyoung dan Kris di ruangan staff toko bunga tersebut. "Miyoung Eonnie mian! Kepala ku tiba-tiba saja mulas! aku harus segera pergi! hari ini aku sungguh tidak bisa membantu.. Mianhae.. Jeongmal mianhae!" shuuuunggg.. Yoora belrari dengan kecepatan maksimal meninggalkan tempat tanpa menunggu jawaban Miyoung.

"Ada apa dengan adik mu?" Tanya Miyoung pada Kris.

"Ya begitulah" Jawab Kris enteng

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV : Minseok

08.40 AM

Pagi ini, seperti biasanya aku menemui Eunhee. Menaiki tangga yang biasa kugunakan. Semakin lama, kurasa memasuki kamar Eunhee menggunakan tangga rasanya tak ada bedanya dengan memasuki kamar ku sendiri dengan jalan normal hahah.    Sudah lebih dari satu minggu setelah kami bertemu dan hingga saat ini aku masih belum mengetahui apa yang membuat Eunhee sampai depresi seperti sekarang. Kadang keadaannya sudah membaik saat malam hari bertemu dengan ku, tapi entah apa yang terjadi, saat kutemui ia di pagi hari, keadaannya seperti kembali ke titik nol. Ia dikuasai rasa takut, panik dan tangannya selalu gemetar. Sepertinya setiap kali aku terbangun dan tak ada disisi nya, sesuatu terjadi padanya.

Pagi ini ia terlihat lemah dan berbaring pada tempat tidurnya. Sinar wajahnya terlihat cukup bahagia melihat kedatanganku. Ia tersenyum manis. "Tadi aku lihat JongIn keluar rumah", Ujarku. "Bibi Shin juga sedang tak ada di rumah... bagaimana kalau kita juga keluar untuk mencari udara segar?". Eunhee membulatkan matanya. Ia kembali melihat-lihat sekitarnya seperti ketakutan. Ia menggeleng. Ku hela nafasku, kudekati Eunhee. "Tak sehat jika kau ada di dalam rumah terus menerus Eunhee-ah...siapa tau kita bertemu dengan Eunkyo ataupun Yi Jie atau mungkin juga Kris". Eunhee menggeleng, ia mengambil foto Jongin disamping tempat tidurnya, lalu menunjukkan foto itu padaku. Ia menunjuk-nunjuk ketakutan, lalu memeluk erat foto tersebut.  Tunggu.. Apa yang coba ia katakan? mengapa aku.. Sepertinya menangkap sedikit maksudnya? Seperti.. Ia tidak bisa keluar dari rumah ini, karena jika ia keluar maka.. "Seseorang akan menyakiti Jongin jika kau keluar dari rumah ini?" Tanya ku.

Eunhee meneteskan air matanya, ia seperti lega karena setelah sekian lama aku akhirnya bisa mengerti maksudnya. Ia menyentuh tangan ku, menarik nafas untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia sudah banyak belajar menahan emosinya untuk menyampaikan sesuatu padaku. Ia kembali menunjuk foto Jongin juga memeluk foto itu.

"Kau ingin melindungi Jongin?" Tebak ku sok tahu sekali lagi. Ia mengangguk. "Siapa? Siapa yang mencoba menyakiti Jongin? Bagaimana cara kita bisa melindungi Jongin?". Tanya ku perlahan dengan penuh kesabaran. Ia meminta ku menunggu, ia mencari-cari foto lagi di laci nya. Kubiarkan ia mencari, sampai ia kembali lagi ke hadapan ku. Ia menunjukkan foto keluarga nya. Pada foto tersebut terdapat sepasang suami istri, seorang anak wanita dan seorang anak laki-laki. Eunhee mengambil sebuah pulpen,  lalu memberi tanda silang pada bagian tubuh pasangan suami istri tersebut.  Apakah ini berarti...."Pembunuh kedua orang tua mu?", Tanya ku kaget. Eunhee mengangguk cepat. Telunjuk tangan kanan Eunhee menunjuk telunjuk tangan kiri nya sendiri. Ia juga menunjukkan gerakan mencekik lehernya sendiri setelah itu dan menepuk-nepuk dadanya. "Dia.. Juga mengancam akan membunuh mu?"

Entah keberapa kalinya Eunhee mengangguk mengiyakan ucapan ku. Itu berarti ada kemungkinan pembunuh orang tua Eunhee terus mengintai rumah ini. Eunhee mungkin menyimpan suatu rahasia yang tak boleh diketahui orang lain, karena itu orang tersebut terus mengancam untuk membunuhnya juga menyakiti Jongin. Aku tidak bisa bertanya terlalu banyak pada Eunhee. Bisa-bisa aku membuat kondisinya drop lagi. Saat ini aku mencoba menenangkannya. Ku usap pundak Eunhee, mencoba memberinya senyum yang menenangkan. "Tenanglah.. Kita harus memikirkan jalan keluar dari masalah ini..tapi sekali lagi kau harus sembuh. Kau.. setidaknya harus memiliki kekuatan untuk berlari. Suatu saat nanti mungkin kau dan Jongin harus menghadapi mereka secara langsung untuk keluar dari masalah mu. Dan juga.. kau harus mengatakan masalah ini pada Jongin. Kau akan terus terkurung di tempat ini jika kau tak melawan ketakutan mu Eunhee-ah".

Ia terdiam menatap ku dalam.....Tidak.. ia sungguh menatap ku..sungguh. Kali ini.. Kulihat kehidupan dimatanya. Ia mengembangkan senyumnya.. senyum yang sesungguhnya, seolah sebuah jawaban. Harapan.. Ia memberi ku harapan. Tangan lemahnya menyambut tanganku, ia menggenggam nya.. erat. Ia menarikku.. Menjauh dari tempat tidur yang biasanya hampir dua puluh empat jam menjadi tempat hidupnya. Ia melangkah perlahan tanpa melepas tangan ku.. Kami berdua melangkah menuju pintu kaca geser yang biasa ku gunakan untuk memasuki kamarnya. Sebelah tangannya menggeser pintu tersebut. Ka menunjuk keluar pintu, menunjuk dirinya lalu menunjuk keluar lagi. "Kau ingin keluar?" Tanya ku setengah tak percaya dengan permintaannya. Ia mengangguk. Telunjuk tangannya menunjuk tubuhnya lagi. Ia menguatkan pegangan tangan nya pada tangan ku. "Hh..ssh.. Neo", ujarnya susah payah dengan senyum terkembang. "Bersama dengan ku?" Tanya ku sekali lagi untuk meyakinkan bahwa ia sungguh-sungguh ingin keluar bersama dengan ku. Senyum ku terkembang begitu dapat kulihat lagi anggukannya. Kupeluk erat punggung tangannya dengan telapak tangan ku. Kuletakkan tepat didepan dada ku. "Aku akan menjaga mu" Ujar ku.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Author

08.45 AM

Sungchan melihat-lihat halaman utama account SNS nya. "Sepertinya Miyoung eonnie sedang butuh bantuan di perkebunan bunga" Ujarnya pada Luhan.

"Kau tahu dari mana?" Tanya Luhan yang sedang menikmati secangkir kopi hangat di cafe tempatnya biasa ia berkencan dengan Sungchan ini.

"SNS.. Account adik mu" Jawab Sungchan.

"Ah.. " Jawab Luhan. "Mau membantu kesana? Kencan di perkebunan bunga nampaknya mengasikkan juga hahah" Canda Luhan menatap genit yeojachingu nya.

"Psh.. Apa tak ada hal lain yang kau pikirkan huh, rusa bodoh!", gerutu Sungchan.

"Eobseo.. ", jawab Luhan menatap Sungchan lalu tersenyum manis. "Only you". Deg.. Sungchan tak bisa lama-lama menatap Luhan disaat seperti itu. Ia langsung mengambil tas nya dan berpura-pura mencari sesuatu di dalam tasnya. "Dimana aku menyimpannya tadi" Ujarnya basa basi.

Luhan terkekeh "Aku mau permen" Ujarnya memanja.

"Ya! Aku bukan ibu mu!", seru Sungchan.

"Hahahaha" Luhan tertawa lebar.

Tak lama kemudian terlihat Inkyung, Sehun dan Kai memasuki cafe yang sama dengan cafe dimana Luhan dan Sungchan berada. Inkyung melihat Luhan dan Sungchan. Ja sengaja menghampiri keduanya. "Annyeonghaseyo" Sapanya. Sesaat setelah mendengar suara Inkyung Sungchan sudah memiliki firasat tak enak. Ia tak menjawab sapaan Inkyung sama sekali. Luhan juga hanya tersenyum sopan. "Kupikir Sungchan eonnie dengan Lay Oppa tadi. Bukankah biasanya Sungchan eonnie selalu datang kesini bersama Lay Oppa?", tanya Inkyung yang memang sengaja mengucapkan hal tersebut karena ia pernah tak sengaja bertemu Sungchan disana sedang bersama Lay, hanya satu kali. Saat Inkyung dan Lay belum menjadi sepasang kekasih. Itupun hanya karena mereka mengerjakan tugas kelompok bersama. Inkyung melebih-lebihkan ucapannya untuk membuat buruk hubungan Luhan dan Sungchan. Sungchan mengepalkan tangan kirinya di bawah meja, ia mencoba mengontrol amarahnya. Ia tak ingin emosinya meledek karena provokasi Inkyung. Ia menatap Luhan. Ekspresi Luhan sudah berubah. Luhan jelas tersakiti dengan ucapan Inkyung. Pandangan mereka bertemu dan Luhan tersenyum tenang. Seketika kesal yang Sungchan pendam runtuh begitu saja. Ia membalas senyum tenang Luhan. Disaat yang bersamaan Luhan menggenggam erat tangannya beberapa saat, lalu melepasnya lagi.

Luhan menatap Inkyung tajam. "Apa kau masih lama disini? Jika kau masih lama, kami akan cari tempat lain", Jawab Luhan tetap tersenyum tenang. Inkyung mendengus kesal, karena kekacauan yang ia harapkan tak terjadi. Ia kesal karena Luhan menanggapi hal itu datar-datar saja. "Issshhh.." Inkyung pun duduk di meja yang tak jauh dari Luhan dan Sungchan, dimana Kai dan Sehun sudah duduk lebih dahulu. Sungchan masih menatap sinis ke arah Inkyung setelahnya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

8.49 AM

"Annyeonggg!!!!!!" Suara Baekhyun berteriak keras dengan penuh semangat terdengar memasuki ruangan staff toko bunga.

"Ya! Pelankan suara mu Byun Baekhyun!" Tegur Miyoung sambil menutup telinga.

"ANNYEONG!ANNYEONG!ANNYEONG!", Teriak Baekhyun makin menjadi.

"YAA!!!", Bentak Miyoung kesal.

"Hahahahaha..Mana yang lain noona?" Tanya Baekyun.

"Belum datang", Jawab Kris sembari menarik kerah belakang pakaian Baekhyun, menyeret bocah itu mundur sampai keluar ruangan. Kris berhenti di luar ruangan. Ia mengambil keranjang bunga dan gunting khusus, lalu menyerahkan pada Baekhyun. "Teman-teman mu disana. kau main disana saja, cepat"

"Baik Oppa tampan.." Baekhyun menggoda Kris dengan suara aegyo bagaikan ia adalah seorang dongsaeng perempuan Kris. Baekhyun lalu berlari kecil menuju perkebunan bunga yang luas itu.

"Sepertinya dia semangat sekali" Ujar Miyoung mengintip dari dalam.

***

"Minhyo-ah ajarkan aku cara memotong bunga yang benar agar tidak merusak tanaman bunga nya", Pinta Micha pada Minhyo. Sementara Minhyo sendiri sejak tadi asal potong saja.. "Begini saja" Tekkk..

"Ya! eonnie! bisa merusak tanaman bunga nya nanti", Teriak SongHee repot. "Lihat baik-baik cara aku memotongnya", SongHee berniat menunjukkan pada Micha dan Minhyo cara memotong bunga yang benar. Ia mencari tangkai bunga yang sudah mekar dan memotongnya dengan hati-hati tapi tiba-tibaa..

"Wuaaa..!!!!" Baekhyun datang mengagetkan Songhee.

"YA!!!" Songhee berteriak kesal karena gara-gara hal itu Songhee justru tak sengaja memotong tangkai bunga yang belum mekar disebelah tangkai bunga yang tadi hendak ia potong. Baekhyun segera mengambil gambar Songhee yang tengah terkejut dengan ponselnya.

 "Done.. Kalau kau marah lagi foto ini akan kuberikan pada Chanyeol", Ujar Baekhyun yang baru saja memoto SongHee saat sedang berteriak kesal. Songhee menahan kesalnya. Ia menggembungkan pipinya sebal. Ia menarik tangan Minhyo.

"Aku tak mau memotong bunga didekat Baekhyun! Baekhyun sedang kumat jahilnya...ia pasti salah minum obat lagi! eonnie ayo ke tempat lain saja!", gerutu Songhee.

"Kenapa pergi? aku datang untuk bermain.. Ya Lee Songhee sebentar lagi Chanyeol datang!" Seru Baekhyun, namun songhee tetap tak mau mendengar. Ia tetap menarik Minhyo menjauh, meski akhirnya ia tak pergi terlalu jauh, hanya pindah tempat, tapi masih di daerah bunga yang sama.

"Kau nakal sekali Byun Baekhyun", ujar Micha sambil melanjutkan memotong bunga. Ia memotong perlahan takut merusak tanaman bunga.

"Hahha.. Potong..potong...potong", Ujar Baekhyun sambil memotong tangkai bunga yang bermekaran. Sepertinya ia sedang bahagia pagi itu. "Shimi.. Apa ini terlalu pendek?" Tanya Baekhyun. Micha melihat hasil potongan Baekhyun

"Eo, tangkai nya terlalu pendek, tapi yang satunya terlalu panjang. Kata Kris oppa kalau terlalu pendek nanti tidak bagus bentuknya, tapi kalau terlalu panjang bisa merusak sisa tanamannya"

"Aku tanya pendek, kau jawab panjang sekali.. Dasar shimshimi" Ujar Baekhyun.

"Aku hanya menjelaskan" Ujar Micha.

"Okay.. Miss explanation" Seru Baekhyun. Baekhyun mencoba memotong satu tangkai lagi, "Ini sudah pas?" Tanya Baekhyun lagi. Micha mengangguk tanpa menjawab. Ja menatap Baekhyun dengan cara aneh. Ia seperti menemukan ada sesuatu yang salah.

"Wae?"

"Gwenchana?" Tanya Micha.

"Ya.. Aku hanya sedang bersemangat untuk main, aku..". Micha memotong kata-kata Baekhyun. "Mata mu bengkak, kau tidak habis menangis kan?"

Baekhyun terdiam. Sejak tadi Kris, Miyoung, dan Songhee protes karena ia terlihat sedang terlalu bersemangat, tapi Micha justru bertanya sebaliknya. Sekilas Baekhyun mengalihkan padangannya dari perhatian Micha. Ia menghela nafas. "Ya! Seharusnya aku yang bertanya apa kau baik-baik saja?! Sudah tahu tadi aku menjawab postinganmu kubilang aku baru bangun! Aku buru-buru kesini, jadi mata ku masih seperti ini.. Lagipula kenapa kau selalu tiba-tiba sedih begitu jika sedang berdua saja dengan ku? apa kau punya dua kepribadian huh?" Jelas Baekhyun panjang lebar.

"Ah.. Kau pasti kurang tidur" Ujar Micha pelan.

Baekhyun menghela nafasnya lagi. Ia berfikir harus diapakan yeoja ini agar berhenti bermellow-mellow ria di pagi buta begini. "Tentu saja aku kurang tidur" Ia mendekati Micha, menunjukkan wajah imut nya dengan manja. "Semalaman aku sibuk memikirkan mu..", Ledek Baekhyun kembali menggunakan jurus aegyo. Micha mengerutkan dahi. "Kau ini selalu menanggapi tak serius ucapan ku"

"Siapa yang menyuruh mu serius terus setiap kali bertanya keadaan ku? seolah aku ini adalah seorang pesakitan yang harus terus dipantau keadaannya. Apa hidup mu tidak bisa bahagia sedetik saja?" protes Baekhyun balik. "Aku bukan tipe-tipe mahluk mellow seperti dirimu  Aku sedang bahagia.. Jangan merusak hari ku dengan imajinasi menyedihkan mu"

"Yooo Byun Baekhyun, Micha noona!!!" Chen berseru dari jauh. Ia dan Chanyeol berlari kearah mereka. Namun seperti biasa Chanyeol berhenti saat bertemu Songhee dan ia menahan tangan Chen.

"Baekhyun-ah, ayo kesana" Ajak Micha.

Baekhyun menggeleng, ia berbisik pelan "Jangan"

"Wae?"

"Nanti kita menganggu" Jawab Baekhyun. Micha baru sadar apa maksud Baekhyun nanti mereka menganggu. Di sana ada Chanyeol-Songhee dan Chen-Minhyo "ahh.. Arasseo hihi.."

***

"Annyeong SongHee-ah", Sapa Chanyeol malu-malu.

Songhee berperilaku serupa dengan Chanyeol "Annyeong Chanyeol-ah"

"Eum.. Tadi Miyoung noona bilang kita jangan berkumpul disatu lokasi bunga saja. Ia memberi catatan nama bunga yang harus kita potong, ini" Chanyeol menyerahkan catatan ditangannya yang berjumlah enam buah. Songhee membaca catatan tersebut. "Ah begitu rupanya.. Banyak juga jumlah yang harus dipotong, eonnie sungguh teledor sampai seperti ini ckckc"

"Sepertinya di sini serahkan pada Micha noona dan Baekhyun saja. Mereka sudah terlanjur memotong lumayan banyak", ujar Chen masih berpura-pura tak melihat Minhyo.

"Kalau begitu aku dan Chenyeol akan memotong bunga disebelah sana", Ujar SongHee menunjuk sisi kirinya. "Setiap blok tanaman bunga sudah tercantum namanya, jadi kau tak akan salah. Chen ditemani Minhyo eonnie memotong yang sebelah sana ya", Ujar SongHee lagi menunjuk sisi kanannya.

"Kalau begitu aku memberi catatan ini pada Micha noona dan Baekhyun dulu" Seru Chanyeol segera menghampiri Micha dan Baekhyun.

Setelah memberi catatan pada Baekhyun dan Micha, Chanyeol bersama dengan Songhee berjalan pelan menuju blok bunga lainnya. Dari tempat mereka berdiri dapat terlihat toko bunga dimana Miyoung dan Kris berada. Suho dan Lay juga ada disana. Songhee bersembunyi dibelakang Chanyeol. "Ahh kenapa dia disini?!"

"Siapa?"

"Suho Oppa. aku malas bertemu dengannya" Jelas Songhee.

"Haruskah aku seperti ini?", ujar Chanyeol Membuka jaketnya. Ia merentangkan tangannya, tangan kanan memegang bagian kanan jaket dan tangan kiri memegang bagian kiri jaket untuk menutupi tubuh Songhee. Songhee tersenyum melihat tingkah lucu Chanyeol. Ia terus berjalan dan Chanyeol terus menutupi nya seperti itu sambil terkekeh lucu.  Sekilas ia terlihat seperti seekor kepiting.

Keduanya memilih blok tanaman bunga yang letaknya sedikit jauh, untuk menghindari Suho menghampiri mereka. Chanyeol dan Songhee mulai memotong satu persatu bunga pada blok tersebut. Mereka tak banyak bicara karena setiap kali pandangan mereka bertemu, wajah mereka memerah dan mereka sama-sama grogi. Sekitar sepuluh menit mereka terus seperti itu.

"Chanyeol-a" "Songhee-a" Sebut keduanya bersamaan. Chanyeol menyebut nama Songhee begitu pula sebaliknya.

"Kau dulu" Ujar Chanyeol.

"Ani.. Aku hanya ingin bertanya apa kau lelah? Kalau kau lelah kita bisa istirahat dulu", Ujar SongHee.

"Aku tidak lelah, terima kasih.. sudah bertanya" Jawab Chanyeol malu-malu.

"Ne.." Seru Songhee singkat. "Sekarang.. Giliran mu"

"Eum ne.. Eum.. Aku ingin bertanya sedikit pribadi, gwenchana?" Chanyeol mencoba meminta persetujuan sebelum ia bertanya pada Songhee. Songhee semakin gelisah, ia tak henti bicara dalam hatinya.

 "Apa ia akan menyatakan perasaannya sekarang.. Aigooo aku menyukainya, tapi.. Tak kusangka akan secepat ini juga, eotthokhe"

"Songhee-a gwenchana?" Tanya Chanyeol untuk menyakinkan.

"Ah.. Ne gwenchana" Jawab Songhee.

"Eum.. Kau dan Suho hyung, kalian sudah lama sekali mengenal bukan?". Songhee mengangguk. "Ne.. Wae?"

"Kau pernah mengatakan padaku, bahwa keluargamu sangat mendukung hubungan mu dengan Suho hyung.. Eum.. Apa kau juga menyukainya?", Chanyeol awalnya agak ragu menanyakan hal ini pada Songhee, mengingat ia dan Songhee pun belum lama saling mengenal.

"Sebenarnya aku.. pernah menyukainya, tapi itu sudah lama sekali sebelum aku tahu Suho oppa seperti apa" Jawab Songhee

"Wae? Apa yang salah dari Suho hyung? kurasa ia memiliki semua hal yang disukai oleh para yeoja. Dia tampan, baik, pintar, dan juga.. kaya.. kenapa kau tak menyukainya?". Tanya Chanyeol menelisik, ia sebenarnya sedang mencoba mencari tau selera Songhee.

"Eo.. Itu juga yang kupikirkan awalnya... tapi semakin aku mengenalnya, ia semakin menyebalkan. Ia sering merasa tampan. Ia mudah sekali merasa orang menyukainya. Ia suka meninggi-ninggikan apa yang ia dapatkan. Dan yang terpenting.. kadang ia terlalu perasa, terlalu serius, juga protektif, jika aku melakukan kesalahan ia akan beracting seperti kesalahan ku begitu besar dan sulit untuk dimaafkan. Tapi akhirnya ia memaafkan ku, membuat seolah-olah ia bisa memaafkan ku karena ia murah hati ", gerutu Songhee.

"Ah gurae.." gumam Chanyeol. "Kau sendiri.. Kau pribadi yang seperti apa menurut mu? Eum.. Kau tahu kan kadang apa yang orang lain pikirkan tentang mu dengan apa yang sebenarnya kau lakukan seringkali tak sinkron. Aku hanya ingin tahu saja"

"Aku.." Songhee berfikir apa yang harus ia jawab dari pertanyaan Chanyeol "Aku..

Kadang saat aku sedang melakukan sesuatu, sering sekali aku tak mendengarkan atau memperhatikan apa yang orang-orang sekitar ku kerjakan. Tapi itu bukan berarti aku seterusnya akan tidak memperhatikan. Aku hanya butuh sedikit waktu untuk mengerjakan apa yang harus ku kerjakan, baru setelah itu aku akan mendengarkan apa yang lain katakan. Aku suka orang-orang yang menghargai ku dan mereka yang selalu mendukung ku apapun yang kulakukan. Menasehati tanpa memaksa, membiarkan dan mencoba mengerti hal-hal aneh yang kadang hanya aku dan Tuhan yang tau artinya. sisanya tentang diriku.. kurasa normal-normal saja" Jelas Songhee. "Eum...bagaimana denganmu?", tanya Songhee malu-malu.

"Aku suka berkeliling dan mencicipi makanan di tempat yang ku kunjungi", Jawab Chanyeol singkat memberi sinyal pada Songhee. Songhee tersenyum kecil.

 "Nado.. Sesekali kau harus mengajakku berkeliling dan mencicipi makanan di tempat yang belum pernah ku kunjungi"

"Tentu.. Apa Tak masalah jika sedikit jauh dari sini?" Tanya Chanyeol lagi.

"Eo.. Dekat ataupun sedikit jauh tak masalah" Jawab Songhee. "Selama aku bersama mu" Lanjutnya dalam hati.

***

Chen begitu canggung berada di dekat Minhyo. Mereka berada di blok bunga yang sama, tapi sejak tadi Minhyo menjauh terus dari Chen. Ia tak sedikitpun memanggil Chen untuk minta tolong ataupun untuk hal lain. Pribadi Chen yang biasanya berisik itu membuat dirinya bosan jika harus diam saja dalam keadaan hening. Ia pun menghampiri Minhyo.

"Minhyo noona",panggilnya. "Apa ini sudah benar?" Tanya Chen basa basi. Minhyo melangkah menjauh sambil terus memotong bunga. "Nan molla...aku juga baru hari ini bekerja disini", Jawab Minhyo tanpa menatap Chen sedikitpun.

"Noona, ada apa dengan mu? Mengapa kau jauh-jauh terus begitu? Apa aku berbuat salah?" Tanya Chen blak-blakan karena ia merasa memang tidak melakukan apapun sebelum akhirnya Minhyo memperlakukan dirinya seperti itu. Minhyo menggeleng. "Tidak ada yang salah, aku hanya takut kau gatal-gatal nanti"

"Gatal-gatal? Wae?"

"Karena berdekatan dengan ku.. sepertinya kau punya alergi terhadap ku".

 Sindir Minhyo.

Chen mengerti, Minhyo membicarakan tentang sikapnya yang selalu saja menjauh setiap kali Minhyo memanggil namanya. "Ok.. Mianhaeyo" Ujar Chen menjulurkan tangan,

"Kundae.. Keugae anirago.. Aku sama sekali tidak menjauhi noona ataupun alergi pada noona.. Hanya saja noona kadang terlalu ekstrim dan membuat ku tak nyaman, ayolah noona..kalau noona biasa-biasa saja, aku juga akan biasa-biasa saja"

"Tapi aku luar biasa! Aku tak bisa menjadi biasa-biasa saja", Jawab Minhyo mulai melenceng dari pembicaraan.

Chen tertawa nyaring. "Ahhahahaha.. mwoya! Neoneun superhero?"

"Wonderboy.. "

"Ahahah aniya kau seharusnya Wonderwoman Minhyo noona", Ujar Chen membetulkan. "Aku tidak memaksamu ya.. Kau sendiri yang bilang aku yeoja yang mengagumkan", Ujar Minhyo enteng. "Gomawo, rekaman ini akan kusimpan baik-baik", Minhyo merekam diam-diam suara Chen pada ponselnya saat chen mengatakan 'wonderwoman minhyo noona'

"Ya noona menjebakku?! Aissshh~ Jincha", gerutu Chen.

☆*:.。. o)o .。.:*☆       

POV: Minseok

09.30 AM

Kami. Aku dan Eunhee berjalan tenang disekitar sebuah danau. Danau ini adalah tempat yang cukup berarti untukku. Dulu sering sekali kuhabiskan waktu disini bersama eomma ku saat ia masih hidup. Ia sering bercerita padaku mengenai mitos pada danau ini. Tentang dua orang, yeoja dan namja yang tak sengaja melemparkan batu disaat yang bersamaan ke dalam danau akan menjadi sepasang kekasih. Aku sendiri tak tahu harus mempercayainya atau tidak, karena sekalipun tak pernah ada yang melemparkan batu ke danau sana bersamaan dengan ku.

"Kau tahu mitos tentang danau ini?" Tanya ku pada Eunhee sambil terus berjalan.

"Eum", dapat kudengar suaranya.

"Kau pernah mengalami apa yang tertulis dalam mitos itu?" Tanya ku lagi.

Diluar dugaan ku, Eunhee menganggukkan kepalanya. Mata ku membulat sempurna, sedikit kecewa atau iri mungkin. Sejak dulu aku ingin sekali mengalami mitos yang tertulis di danau itu. Hanya sekedar ingin membuktikan apa mitos tersebut benar adanya. Karena sepertinya penasaran saja seseorang seperti apa yang memiliki 'kemungkinan' menjadi jodoh ku. "Dengan siapa? Apa kau masih mengenalnya sampai sekarang?". Eunhee merentangkan telapak tangan ku, ia mencoba menulis sesuatu menggunakan jarinya. "Keu..ri..seu" Ia menuliskan nama Kris ditelapak tangan ku   .           

"KRIS?!", seru ku. "Ah jincha.. Aku iri sekali" Ujar ku. Ia tersenyum melihat ekspresiku. "Apa yang lucu?" Tanya ku sebal.. Ya tuhan ia pasti mengira aku cemburu. Cemburu? Ataukah memang aku cemburu? aku mencemburui seseorang dalam mimpi ku? psh.. bodoh kau Kim Minseok, mimpi tetaplah mimpi, seindah apapun itu.. semua akan hilang saat kau membuka mata mu. Ku hela nafas ku "Kuharap suatu hari nanti.. saat kau sudah kembali ke kehidupan mu, saat kau sudah menjadi Eunhee yang dulu lagi. .... Kau.. Akan berjodoh dengan namja seperti Kris" Ujar ku tulus. Jika kau hidup disuatu tempat yang entah dimana, suatu tempat yang mungkin tak kuketahui, kuharap kau akan hidup bahagia. Kau adalah bagian dari mimpi ku, bagian dari dunia yang akan menghilang dari kehidupan ku, sebuah dunia..... yang mungkin tak akan bisa kudatangi lagi suatu hari nanti.

 "Palli.. Palli.."

 "Bersemangat sekali rusa bodoh.. Aku masih kenyang, tak bisa lompat-lompat"

 "Tentu saja.. Kau bukan kelinci"

 "Terserah"

 Suara sepasang manusia terdengar tak asing bangiku. Kucari arah suara itu berasal. Mereka.. Ah.. Mereka rupanya, kedua mahluk yang hubungannya selalu membuat ku semakin iri. Luhan dan Sungchan. Mereka sekilas terlihat tak cocok (?). Luhan sosok yang terlampau polos tapi ia memperhatikan Sungchan setiap detik, bahkan saat dikelas ia lebih banyak memperhatikan Sungchan daripada memperhatikan sonsaengnim yang mengajar haha! Sungchan.. kesan pertama ku terhadapnya, ia begitu dingin. Sikapnya.. ucapannya...terutama pada Luhan, terdengar ketus....sama seperti apa yang kuketahui tentangnya dalam kehidupan nyataku. Tapi setelah aku mengenalnya, semakin terlihat bahwa perhatiannya terhadap Luhan tak kalah besar dengan perhatian Luhan terhadapnya. Ia hanya tak menunjukkannya secara terang-terangan. Hal yang paling membuatku iri adalah.. sekalipun Sungchan tak terlalu menunjukkan perhatiannya, Luhan tetap dapat membaca hal itu dengan baik. Ia bisa tetap menjadi dirinya dan membiarkan Sungchan tetap menjadi Sungchan.. Dan cinta mereka.. hanya milik mereka. Tentu 180 derajat berbeda dengan hubungan ku dan Inkyung. Issh untuk apa aku mengingat yeoja itu?! Merusak hariku saja! "Luhannn!!!" Panggil ku. Luhan melihat ke arah ku "Eoo.. XIUMIN!!" ujarnya ceria.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV : Author.

09.35 AM

"Dimana Tao?" Tanya Suho baru sadar Tao sudah tak ada. Lay melihat-lihat sekitar, "Bukankah tadi ia bersama dengan mu?"

Kris seperti sudah menebak apa yang akan Tao lakukan. Ia sepertinya mencari Yoora. Kris terkekeh kecil mengingat ternyata keputusan sang adik pergi tadi adalah suatu kesalahan, karena jika ia tetap di dalam perkebunan justru ia mungkin tak akan bertemu Tao. Di luar sana justru lebih berbahaya (?).

"Kris hyung, apa benar wu Yoora itu adik mu?", Tanya Suho. "Tao sepertinya menyukai Yoora"

"Begitulah" Jawab Kris seperti robot yang memiliki baterai.

"Jangan bilang kau berniat membantu Tao mendekatkannya dengan Yoora, Joonmyeon-ah" Tebak Miyoung.

"Ah majayo.. Aku berniat seperti itu" Jawab Suho.

"Ya! Yoora tidak menyukai Tao! lagipula Tao itu aneh.. Kasihan Yoora kalau harus dijodohkan dengannya" Gertak Miyoung santai.

Suho tidak terima dengan pernyataan Miyoung yang memojokkan Tao. "Ya noona! kau tidak bisa menilai seseorang begitu saja!. Tao tidak aneh, dia anak yang baik dan penurut, dia tulus menyukai Yoora...ia hanya...sedikit...langka...eung..dibandingkan...manusia....pada Umumnya!", balas Suho.

"Kau itu seorang namja, seharusnya berfikir sedikit lebih realistis.. Seperti apapun kau mengatakan Tao baik hati dan lain-lain, kenyataannya Tao selalu terlihat seperti anak aneh", balas Miyoung lagi.

Suho semakin emosi mendengar ucapan Miyoung. "Itu karena kau selalu menilai seseorang sesuka mu! apa kau pikir diri mu itu juga baik huh?"

Miyoung masih tenang menghadapi Suho. "Tentu saja, kau juga pasti menilai sesuka mu kan? Apa kau pernah bertanya dulu pada seseorang apa penilaian mu tentang orang itu benar? Tidak kan.. Kau memiliki hati dan otak mu sendiri, tentu tak perlu menilai orang lain dengan mata hati orang lain juga"

"Miyoung noona!! ?.. " gertak Suho.

"Hajima!!" Bentak Kris yang mulai pusing dengan pertengkaran mereka berdua. "Biarkan saja mereka menemukan kecocokan dan ketidak cocokan mereka sendiri. Kenapa jadi kalian yang repot" Seru Kris tak mau ambil pusing.

"Kami kembali..." Micha dan Baekhyun berseru bersama. Mereka masuk ke ruangan staff sambil membawa keranjang bunga besar yang kini sudah penuh dengan bunga. Keduanya yang terlihat ceria setelah memetik bunga bersama itu terpaku saat melihat keadaan hening dan wajah-wajah kesal didalam ruangan tersebut.

"Wae gurae?" Tanya Baekhyun. "Hyung apa yang harus kami lakukan pada bunga-bunga ini?" Tanya Baekhyun pada Kris.

"Letakkan disana saja, ada pekerja yang biasa merapihkan tangkai-tangkai bunga nya nanti" Kris menunjuk sebuah pintu tempat mensorting bunga.

"Ok" Jawab Baekhyun bersemangat. "Shimi palli" Ujarnya pada Micha. Micha tertawa, ia mengikuti Baekhyun sambil membantu Baekhyun membawa keranjang bunga.

Suho menatap Micha yang terlihat akrab dengan Baekhyun. Ia lalu memperhatikan Lay yang sejak tadi diam saja, entah menatap kemana. Sedikit kebingungan tersirat dari raut wajah Suho. Ia tak mengerti mengapa Lay diam saja saat yeojachingunya berada di dekatnya, dengan namja lain pula. Setelah Micha dan Baekhyun kembali dari ruang sortir, Suho berdiri dan menyapa Micha. "Annyeong Yijie"

"Aish" gerutu Micha "Aku sedang sibuk, kita bicara nanti" Ujarnya cepat.

"Ya! Araseo.. Aku tak akan membahas peringkat ataupun nilai. Kau tak perlu buru-buru ingin pergi begitu" Seru Suho. Suho menjulukan tangannya, "Chukae". Micha menghela nafas, Suho baru saja mengatakan ia tak akan membahas mengenai peringkat ataupun nilai di academy lagi, tapi baru saja ia memberi selamat pada Micha. "Kau sungguh tidak konsisten" Ujar Micha.

"Aniya.. Aku bukan memberi mu selamat karena kau meraih peringkat 1" Ujar Suho.

"Lalu?" Tanya Micha bingung.

"Selamat karena kau dan Lay sudah resmi menjadi sepasang kekasih sekarang", Suho pun menyenggol Lay yang sedang termenung.

"Eum?" Lay menatap Suho bingung. Suho menunjuk-nunjuk Micha dengan pandangan matanya untuk memberi tahu Lay. "Kau tak mau menyapa yeojachingu mu?" Goda Suho.

Lay mengalihkan pandangannya, ia baru sadar ada Micha disana. "Eo.. YiJie".

"Anyeong Yixing-ah" Micha tersenyum tenang pada Lay. "Bagus sekali kau diam saja sejak tadi" Ia bepura-pura marah.      

Lay tercengang, ia tak mengira bahwa Micha akan membantunya di hadapan Suho. "Mian.. aku sungguh tak melihat tadi" Lay berdiri lalu melangkah mendekat pada Micha. "Jangan terlalu lelah" Ujarnya berlagak prihatin. Ia berpura-pura menyentuh kepala YiJie, padahal sesungguhnya tangan Lay melakukan gerakan mendorong.

"Gwenchana...ini menyenangkan jadi aku tidak merasa lelah, kau mau ikut?" jawab Micha tersenyum namun matanya sedikit mendelik kesal. Suho tersenyum tipis "Ah peureopta"

Menyadari tak ada yang bisa ia perbuat disana selain menjadi penonton, Baekhyun pun meninggalkan ruangan tersebut. "Aku akan memotong bunga lainnya"

"Istirahat dulu Baekhyun-ah" Ujar Kris, tapi Baekhyun tetap berjalan pergi keluar

sambil membawa keranjang bunga lain yang masih kosong.

"Aku akan membantu mu Baekhyun, tunggu!", Suho berlari keluar mengejar Baekhyun.Miyoung menyenggol Kris, ia berbisik pelan "Sejak kapan mereka menjadi kekasih? Setahu ku kemarin Lay menyebut yeojachingu nya itu bernama Inkyung"

"Biarkan saja, suka-suka mereka mau apa" Jawab Kris tenang.

"Isssh.. Memang gak ada gunanya bicara padamu" Eluh Miyoung.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

FLASHBACK A WEEK AGO

☆*:.。. o)o .。.:*☆

 

"Oh Lay? Kau datang cepat sekali aku bahkan belum siap-siap" Ujar Luhan menemukan Lay saat ia membuka pintu rumahnya.

"Gwenchana, biasa juga kau selalu begitu. Aku akan menunggu...jangan salahkan aku kalau sebentar lagi Sungchan akan keluar dan menunggu bersama ku" Ancam Lay pada Luhan.

"5 menit.. aku hanya butuh 5 menit.. jangan macam-macam", Luhan melirik-lirik rumah disebrang, memastikan Sungchan belum keluar dari sana.

"Siapa Oppa? kenapa tidak disuruh masuk" Tanya Micha pada Luhan.

"Ah.. pas sekali!" Seru Luhan. "Masuklah dulu Lay" Ajak Luhan sekaligus mengamankan posisi.

"Gwenchana aku menunggu disini saja" Seru Lay.

"Gurae.. Kalau begitu.... " Luhan mendorong Micha keluar pintu. "Yi Jie.. temani Lay dulu", ia juga berbisik pada sang adik. "Pastikan saat Sungchan keluar kau tetap memantau mereka, araseo? I trust u nae dongsaengie, hwaiting" Setelah itu Luhan buru-buru berlari ke kamarnya.

***

"Luhan sepertinya baik-baik saja padaku. Kau tidak menceritakan padanya tentang apa yang kulakukan terhadapmu?" Tanya Lay pada Micha.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Micha pura-pura tak ingat.

"Kau selalu seperti itu.. mianhae tentang Inkyung, aku.."

"Lupakan.. kelas ku sekarang lebih baik, seharusnya aku sedikit berterima kasih pada Inkyung" Jawab Micha. "Aku tidak mau berkelahi dengan mu karena masalah semacam itu". Sampai disini Micha masih tenang, tapi selanjutnya, ia menunjukkan ekspresi kesal. "Tapi jika kau mengulangi nya lagi, aku tak akan memaafkan mu!"

"Ara hahaha"

"Jangan tertawa, merasa bersalah lah kau sedikit saja",Gertak Micha. "Lagipula kenapa kau tahan sekali pada yeoja seperti Inkyung? kau tidak berniat mem-pensiunkan hubungan mu dengan Inkyung?". Lay terdiam, ia menghela nafasnya "Terkadang aku juga berfikir begitu... tapi"

"Kau mencintainya? huh.. apa cinta sungguh bisa membutakan segala hal? perasaan macam apa itu sebenarnya? menakutkan" Seru Micha.

Lay tersenyum parau. "Keluarlah dari kandang mu, temukan seseorang yang akan kau cintai, sehingga suatu hari nanti kau bisa mengerti apa yang kurasakan haha" Ujar Lay memberi nasehat dengan sedikit tawa.

"Kau menyindir ku huh! Aku tak sebodoh itu.. aku tahu apa itu cinta",gerutu Micha.

"Secara teori" Sindir Lay lagi.

"Ya!" Micha berdiri. Ia berteriak ke dalam rumahnya. "Luhan Oppa palli.. aku tak tahan menemani tamu mu disini". Lay tertawa lepas melihat sahabatnya itu. Tak lama, Lay melihat Sungchan sudah keluar dari rumahnya "Oh Sungchan". Micha segera berlari ke dalam untuk memanggil Luhan dengan panik seperti ada kebakaran. "Oppaa!!! Oppa!"

"Noona kenapa lagi" Tanya Sungchan pada Lay saat sampai di depan rumah Luhan.

"Biasa.. mereka kan memang begitu hahaha" Jawab Lay.

"Adik-kakak cacat"

☆*:.。. o)o .。.:*☆

END FLASHBACK

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Baekhyun tidak kembali melanjutkan pekerjaannya Ia justru duduk di rerumputan luas yang terdapat di salah satu sisi dari perkebunan. Pemandangan disana cukup bagus. Ia dapat melihat seluruh isi perkebunan bunga. Udara nya juga cukup segar. Baekhyun mengecek handphonenya, terdapat satu pesan disana.

EOMMA««

Sayang.. hari ini appa mu pulang dari Italy, kau jangan pulang terlalu sore.

Psh.. Baekhyun melempar pelan handphone itu ke rerumputan. Ia nampak malas menanggapi isi pesan tersebut. Ia merebahkan tubuhnya disana. "Ya Byun Baekhyun kau bilang mau memotong bunga lagi, kenapa malah merebahkan diri disini?" Suho sejak tadi mengejarnya untuk membantu Baekhyun memotong bunga.

"Aku lelah hyung"

"Araseo..", Suho duduk di samping Baekhyun. "Kenapa tidak istirahat di ruangan saja tadi?"

"Tak ada yang menarik disana..", Jawab Baekhyun singkat. Ia memejamkan matanya.

"Ah.. Bagaimana kabar hyung mu? ada perkembangan?" Tanya Suho lagi. Ia terus bertanya agar suasana tidak hening, melihat sepertinya suasana hati Baekhyun sedang kurang baik.

"Tak ada perkembangan berarti.." Jawab Baekhyun singkat lagi.

"Ah ne.. istirahatlah", ujar Suho. Ia pun berhenti bertanya. Ia hanya terduduk diam sambil menikmati pemandangan. Dari tempatnya duduk, ia melihat Chanyeol dengan seorang yeoja, mereka terlihat bahagia, tapi Suho tak bisa terlalu jelas melihat siapa yeoja yang bersama Chanyeol, karena terhalang tubuh tinggi Chanyeol. "Semua terlihat begitu bahagia" serunya.

"Ucapan mu terkesan menyebutkan hidup mu tak bahagia" Celetuk Baekhyun.

"Ani tentu saja hidupku bahagia.. aku hanya.. iri melihat beberap teman ku terlihat begitu bahagia dengan yeoja pilihan mereka" Jawab Suho miris.

"Cepat cari pasangan mu kalau begitu hyung"

"Aku sudah menemukannya, tapi aku ingin memastikan hatinya untukku dulu"

"Gurae.. hwaiting hyung"

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK