home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DREAM CATCHER

DREAM CATCHER

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jun 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : EXO OT12, OC
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |71545 Views |5 Loves
DREAM CATCHER
CHAPTER 10 : The Heart Game 2

Yoora beristirahat di salah satu toko ice cream tak jauh dari perkebunan bunga. Ia sudah hampir satu jam disana. Ice cream yang dipesannya sudah habis sejak tadi. "Hari ini aku gagal dapat uang jajan tambahan dan malah justru membelanjakan uang disini. Semua gara-gara hantu danau yang tak henti mengintai ku", keluhnya.

"Kau masih mau makan ice cream lagi? perut mu terbuat dari apa Sehun"

"Aku tidak pakai uang noona, noona jangan protes terus, kai kau mau tidak?"

"Boleh, rasa vanilla"

"Nado"

"Ya noona, kau tadi marah-marah sekarang mau juga"

"Kau cerewet sekali, cepat beli sana"

"Shireo, kalau kau ikut beli, maka beri aku uang"

"Ah neo jincha oh sehun.. Ini.. cepat pesan"

Yoora penasaran mendengar pembicaraan dua orang namja dan seorang yeoja yang ribut hanya karena ingin memesan ice cream, "repot sekali hidup mahluk itu" pikir Yoora. Ia pun menoleh "Omoo" Serunya saat melihat Sehun dan Kai teman sekelasnya. Tak heran memang mereka ada di sekitar sini. Rumah mereka memang tak jauh dari rumah Yoora. Yoora hanya malas saja bertemu dengan mereka. Alih-alih menghindar, Yoora justru tertangkap oleh pandangan Sehun

"Hoii Wu Yoora"

"Aissshh..." Seru Yoora.

Sehun memesan dua ice cream vanilla dan 2 ice cream stawberry. Ia mengajak Inkyung dan Kai untuk duduk di meja yang sama dengan Yoora. Yoora ingin membentak Sehun, tapi tak enak karena ada Inkyung disana. Yoora tak terlalu mengenal Inkyung, tapi ia cukup banyak mendengar cerita dari Kris, Sungchan, Micha, Luhan dan yang lainnya mengenai yeoja yang sering disebut-sebut nenek sihir itu.

"Kau sendiri saja Yoora-ya?" Sapa Kai ramah.

"Ne.. tadi aku dari perkebunan bunga Miyoung eonnie" Jawab Yoora. "Kalian bertiga sedang apa?"

"Jalan-jalan saja" Jawab Kai.

"Ah."

Sehun membahas hal yang 'haram'bagi Yoora untuk dengar. "Aku lihat Tao tadi". Secepat kilat Yoora langsung menutupi kepalanya dengan jaket, "Dimana?!", serunya panik.

"Aku bukan menakuti mu tapi ia tak jauh dari sini. Kami mengajaknya kesini juga tadi, tapi ia menolak. Katanya ia sedang sibuk.." Jelas Kai.

Yoora makin panik "Eotthokhe?"Gumamnya. 

Belum lama dibicarakan, Sosok Tao terlihat akan menyebrang jalan menuju tempat mereka berada. Yoora membulatkan matanya. Ia sibuk berusaha mencari tempat persembunyian. Terlalu bahaya kalau ia keluar, tapi kalau ia tetap didalam, bisa jadi Sehun juga sengaja akan memberi tahu keberadaannya pada Tao. Tao semakin dekat dan kaki Yoora justru semakin lemas untuk kabur. Dinding-dinding yang menggunakan kaca transparan itu dijamin akan membuat Tao melihat Yoora sesaat setelah ia menyebrang. Tao sudah satu langkah lagi selesai menyebrang. Ia melambaikan tangannya karena melihat Kai lebih dulu yang duduk dipojok. Yoora sudah memejamkan matanya. Tanpa disangka.. Srrreeekk.. Sehun menarik Yoora kedalam pelukannya. Ia memendamkan wajah Yoora di dadanya, membelakangi dinding kaca sekaligus membuat pandangan Tao ke arah Yoora terhalang tubuh Sehun.

DEG..

***

Tao diluar sana berfikir bahwa Sehun sedang memeluk kekasihnya. Ia iri pada Sehun yang bisa memeluk seorang yeoja pujaan hatinya. Wajahnya makin mellow dan dramatis. Ia jadi sedih karena ia tidak juga menemukan Yoora meski telah berputar-putar disekitar sana sejak tadi. Ja tersenyum tipis pada Kai lalu hanya pergi berlalu.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

PoV : Minseok

09.45 AM

"Jadi kau membawa Eunhee pergi tanpa izin Kai dan bibi nya Eunhee itu?" Tanya Luhan tak percaya setelah mendengar ceritaku. "Sudah 2 tahun aku tak bertemu dengan Eunhee....sedih juga rasanya melihat ia tak bisa bicara begitu" Ujar Luhan sambi memperhatikan Eunhee.

Aku dan Luhan membiarkan Sungchan menemani Eunhee. Meski menurut Luhan, Sungchan tak begitu mengenal Eunhee. Karena sebelum apa yang Eunhee alami, Sungchan baru beberapa bulan saja tinggal di rumah Kris. Ia juga hanya banyak mendengar tentang Eunhee dari Kris. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Eunhee? aku justru tak tahu.. Aku bertemu dengannya belum lama ini di perkebunan bunga", Tak kuceritakan pada Luhan bahwa aku bisa dekat dengan Eunhee karena sering memanjat masuk ke kamar Eunhee diam-diam...haha! cukup aku saja yang mengetahui hal tersebut.

"Rumah Eunhee awalnya tak jauh dari danau ini.. Tak jauh dari rumah Suho, ah.. Kau kenal JoonMyeon?" Tanya Luhan sebelum melanjutkan ceritanya.

Aku tak bisa mengatakan aku mengenal Kim JoonMyeon dengan baik, bahkan mengenal anak itu sejak kecil ataupun mengatakan ia adalah sahabatku. "Ani.. Tapi aku pernah dengar ia adalah anak pemilik academy"

"Ne ne.. Benar, rumah Eunhee tak jauh dari rumah Suho.. Sekitar dua tahun yang lalu, kudengar ayah dan Ibu Eunhee meninggal dalam kecelakaan mobil. Tak tahu pastinya bagaimana.. Tapi sejak saat itu Eunhee dan Kai pindah rumah ke dekat rumah ku. Meski begitu..aku tak pernah bertemu dengan Eunhee, hanya sering melihat Kai saja", jelas Luhan menceritakan. Ia sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga ku. "Tapi.. Juga sempat tersebar kabar bahwa orang tua Eunhee dibunuh",Ia menjauh kembali. "Kalau dipikir lebih dalam lagi, itu cukup masuk akal melihat bagaimana keadaan Eunhee setelah itu. Aku dan Kris menduga sesuatu yang buruk telah disaksikan oleh Eunhee, sehingga ia menjadi depresi dan trauma berat. Awalnya aku tak percaya, tapi setelah sekian lama aku baru menyaksikan sendiri bahwa keadaan Eunhee separah ini", Luhan melihat miris ke arah Eunhee.

"Dia selalu ketakutan.. kasihan sekali dia" Ujar ku pada Luhan.

Luhan mengangguk. "Kris juga kasihan sekali..sigh.. padahal baru dua bulan ia dan Eunhee menjadi sepasang kekasih, hari berikutnya semua berubah begitu saja"

DEG.. kekasih? Jadi Kris dan Eunhee.. Aku tersenyum parau, baru kusadari mengapa

Kris begitu mencoba membuat Eunhee merasa aman saat kami bertemu dengan Eunhee saat itu. Caranya menatap Eunhee juga berbeda. Seandainya Eunhee sehat saat itu, ia pasti sudah memeluk Kris. Mengapa ini sedikit menyakitkan bagiku, seharusnya aku bahagia.. mungkin. "Mereka seharusnya hidup bahagia" ucapku basa basi.

"Eum.. Ah, ngomong-ngomong kau tinggal dimana Xiumin?" Tanya Luhan. Mendadak seluruh otakku beku mendengar pertanyaan Luhan, bagaimana aku harus menjawabnya? "E.. Eum.. Tak jauh dari sini"

"Hahhaa.. kau pasti anak orang kaya" Canda Luhan.

"Aniya.. Aku hanya anak seorang pesuruh yang tinggal di salah satu rumah- rumah besar itu hhahah.. Nasib ku tak lebih baik dari mu kawan", Jawab ku juga dengan canda.

"Ahhaha gurae..ah ini kuperlihat beberapa foto-foto kami dulu..", Luhan mengeluarkan Handphonenya. Ia memperlihatkan banyak foto yang ia simpan.. Ah.. Semakin membuat ku iri, mereka terlihat sangat bahagia disana, kehidupan Eunhee pasti menyenangkan sebelum ini. Seandainya ini adalah kenyataan, aku berharap aku bisa bertemu dengannya lebih awal. Sayang.. semua ini pun hanya sekedar mimpi bagiku.

***

POV : Eunhee

09.48 AM

Sungchan memperlakukan ku seperti yeoja normal saja. Ia tak peduli Aku dalam keadaan apa. Sesungguhnya aku merasa nyaman diperlakukan seperti ini. Karena setiap kali aku diperlakukan berbeda akan semakin membuat ku merasa tak normal. Toh keadaan ku saat ini juga tak seperti apa yang semua orang pikirkan tentang ku. Semua ini berkat Xiumin, entah namja itu berasal dari mana, ia memasuki kehidupan ku dan menyadarkan ku bahwa aku tak boleh terkalahkan oleh rasa takut ku. Masih banyak hal yang harus kulakukan. Aku harus bisa melindungi diriku, melindungi orang-orang yang kusayangi, melindungi Kai.

"Eonnie.. Kau mau permen?" Tawar Sungchan.

Ku tatap Sungchan begitu lama, wajah Sungchan sedikit asing bagi ku. Aku tersenyum setelah itu, mengingat Luhan tadi sempat memperkenalkan Sungchan sebagai yeojachingu nya. Ia juga memberi tahu bahwa Sungchan adalah sepupu dari Kris. Sungchan pasti sudah tahu dari Kris mengenai hubungan ku dengan Kris. Banyak hal yang sudah kulewatkan selama dua tahun ini. Kupikir dulu Miyoung dan Luhan akan menjadi sepasang kekasih kelak, ternyata saat ini sahabat baikku Luhan memperkenalkan yeoja lain sebagai yeojachingunya. Hidup ini terus berputar. Aku adalah satu-satunya yang tak tahu sejauh apa semua telah berubah. Ku anggukkan kepalaku, ku ambil permen yang Sungchan tawarkan padaku. Sungchan memberikan dua buah permen. Ku buka salah satu bungkus permen tersebut. Aku pamit pada Sungchan untuk pergi sebentar dengan bungkukkan badanku, lalu aku berjalan pelan menuju Xiumin dan Luhan. Ku sentuh pundak Xiumin pelan.

"Ne? Waeyo Eunhee-ah?", Tanya Xiumin sambil tersenyum. Caranya tersenyum selalu menenangkanku. Tak ada seorangpun yang membuatku merasa nyaman lebih dari Xiumin. Ku buka mulut ku memberi tanda pada Xiumin untuk membuka mulutnya juga. Xiumin membuka mulutnya. Ia terlihat lucu. Aku tersenyum kecil lalu memasukkan permen tersebut ke dalam mulut Xiumin.

"Eummm..~ Manis... gomawo Eunhee-ah" Ujar Xiumin.

***

POV : Author.

Luhan memiringkan kepalanya melihat gelagat tak biasa antara Xiumin dan Eunhee. Matanya berkedip berkali-kali. Ia juga memindahkan pandangannya dari Xiumin ke Eunhee, Eunhee ke Xiumin seperti orang bodoh.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

05.00 PM (17.00)

Pesanan hari itu berhasil tertanggulangi, Miyoung sangat bersyukur banyak orang yang membantunya hari ini. Bahkan pembeli di toko bunga juga tiba-tiba saja menjadi lebih ramai dari biasanya akibat kehadiran beberapa orang disana sebagai pemanis(?) toko bunga. Miyoung menyerahkan sejumlah uang yang telah ia pisahkan didalam amplop-amplop putih sebagai gaji untuk pekerja 'dadakan' toko bunga hari itu.

"O.. Miyoung noona, tidak salah? Ini banyak sekali, kami hanya bekerja sehari", Seru Chen yang tanpa pikir panjang langsung melihat isi uang di dalam amplop.

"Gwenchana..ambilah, kalian pantas mendapatkannya. Terima kasih telah membantu ku hari ini" Ujar Miyoung yang bahkan memberi bayaran pada Songhee adiknya sendiri. Tao yang baru datang setelah semua hampir pulang, menyesal sekali karena hanya ia yang tak mendapatkan 'amplop'. "Hyung.. Hyung bisa membelikan ku makanan kalau begitu"

"Ah shireo... bisa-bisa semua uangku habis hanya untuk membelikan mu makanan", Selak Chen.

"Siapa suruh tadi kau tidak ikut bekerja! padahal pekerjaannya mengasikkan, hanya memotong bunga", Tambah Chanyeol. Chen berbisik-bisik pada yang lain, "Ayo kita makan-makan, tapi jangan ajak Tao" Ujarnya.

"Ne.. Aku ikut" Jawab Songhee

"Nado" Ujar Chanyeol. Baekhyun tersenyum usil. Ia menyodorkan amplop miliknya pada Tao. "Ini Tao, untuk mu saja"

Tao terharu, tapi tangannya langsung menyambar amplop tersebut. "Gomawo Baekhyun Hyung, kau orang paling..." Tao membuka amplop pemberian Baekhyun, dan tentu saja.. Isinya... Kosong. Tao terdiam, ia menatap Baekhyun dramatis "Jahat". Baekhyun tertawa puas diikuti Chanyeol dan Chen juga Songhee dan Micha. Terpaan angin disekitar Tao membawa langkahnya pergi dengan semakin Dramatis.

 "Di dunia ini memang tak ada yang menyayangi ku. Aku tidak bertemu Yoora dan tidak juga mendapat uang untuk makan hiks.."

"Kalian..ckckck", Decak Suho. Ia mengejar Tao "Tao-ya.. Kau bisa ambil milik Hyung" Ujar Suho sembari mengejar Tao.

"Mereka berdua anak aneh" Ujar Miyoung.

"Begitulah" Jawab Kris

"Kau tidak punya kata-kata lain huh!"

"Ahhaha"

Chen dan Chanyeol merangkul Tao. "Hyung bercanda Tao-ya...ayo ikut kami makan-makan", Ajak Chen

"Benar Hyung?" Tanya Tao menyakinkan "Hyung yang bayar ya?" Tambahnya lagi, ia mengantungi amplop milik Suho yang Suho Ikhlaskan(?) untuknya.

"Rrrrr.. Kau kan sudah dikasih uang oleh Suho Hyung", Chen langsung menjauh dari Tao, begitu juga dengan Chenyeol.

"Sudah-sudah aku akan membayar semuanya! ayo kita makan-makan bersama" Ajak Suho pada semuanya. Mereka semua berhenti didepan perkebunan bunga. "Kalian mau makan apa?" Tanya Suho.

"Pizzaaa!!" Seru Chanyeol.

"Chicken!" Jawab Chen.

"Sushi" Jawab Songhee.

"Pasta!" Jawab Minhyo.

"Semuanya" Jawab Tao. Semua mengerutkan dahi dan menatap ke arah Tao. Selagi yang lain berdiskusi tentang kemana dan apa yang mereka ingin makan, pandangan Lay terus terarah ke sisi kiri, kearah jalan menuju rumah Inkyung. Ia menghela nafas berfikir bagaimana dan alasan apa yang bisa ia gunakan untuk bisa pergi ke rumah Inkyung sementara ada Suho disana. "Mian..Tapi aku tak bisa ikut", Jawab Micha. Wajah Chanyeol cs terlihat kecewa "Waeyo noona? Noona tak pernah sekalipun jalan-jalan dengan kami. Ini juga baru jam lima, ayolah noona" ujar Chen.

"Iya eonnie...nanti kuantar sampai rumah lagi, aku janji" Tambah Songhee.

"Eum.. Aku.. Aku dan Lay ada urusan" Jawab Micha lagi. Lay melirik kearah Micha. Ia tersenyum tipis. "Mian, tak apa kan pergi tanpa kami?" Tanya Lay pada yang lain. Suho menggeleng pelan. "Pasangan baru selalu begitu.. Baiklah kami tak akan memaksa kalau kalian memang tak mau kencan kalian terganggu oleh kami" Jawab Suho. Lay dan Micha pun pergi lebih dulu.

"Aku juga harus segera pulang" Seru Baekhyun.

"YA! Baekhyun.. Kau tidak asik sekali!" Seru Chen. Berselang beberapa menit saja, Sebuah mobil mewah melintas dan berhenti tepat didepan perkebunan bunga. Seorang supir turun dan menyapa Baekhyun. "Silahkan Tuan muda..". Baekhyun terkekeh. "Lain kali aku akan ikut heheh.. Annyeong" Pamitnya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Lay dan Micha berjalan santai menuju rumah Inkyung. "Gomawo" Ujar Lay.

"Cih.. Dari awal kau ikut datang juga aku sudah tahu kau ingin bertemu dengan Inkyung. Kau bilang dari tadi seharusnya! aku bisa pura-pura pulang lebih dahulu dengan mu" Seru Micha.

"Tapi kasihan Miyoung noona...di sana sedang repot sekali tadi".

"Eum.. Araseo"

Mereka sampai disebrang rumah Inkyung. Inkyung terlihat berpakaian rapi seperti ingin pergi. Di sana juga ada Sehun, Kai, dan Yoora. Yoora melambaikan tangan pada Micha, begitu juga dengan Micha. Inkyung sendiri langsung menyebrang jalan dengan ekspresi kesal.

"Jadi ini yang Oppa lakukan jika tidak ada aku!" Bentak Inkyung sesaat setelah ia sampai dihadapan Micha dan Lay.

"Jangan salah paham dulu....YiJie justru pergi kesini bersama ku untuk menghindari Suho mengetahui aku akan menemui mu" Jelas Lay.

"Ara.. Kuharap ia tak memanfaatkan keadaan ini untuk sering berada didekat mu saja" Sindir Inkyung. Ia memandang rendah ke arah Micha. "Siapa yang tau isi hati seseorang.. bisa jadi ia menyimpan rasa pada mu...kuharap gadis buruk rupa ini bisa sadar diri.. Ia tak pantas untuk mu, bahkan tak pantas untuk namja rendahan sekalipun"

"Inkyung!" Gertak Lay.

"Wae!! Kau tidak suka?! Semua yang kuucapkan adalah kenyataan" Bentak Inkyung. Ia kembali menyebrang jalan dan meninggalkan Lay ketika melihat sebuah mobil mewah kini telah berhenti didepan rumahnya.

"Aku duluan" Pamit Micha pada Lay. Micha berjalan lebih dahulu. Pandangan-nya mengarah pada Inkyung disebrang jalan sana, Inkyung dan adiknya Sehun memasuki mobil mewah yang berhenti didepan rumah mereka. Micha teperangah, ia mengerjap-ngerjapkan matanya meyakinkan ia melihat seorang namja mirip Baekhyun didalam mobil tersebut.

Begitu Inkyung masuk ke dalam mobil, namja mirip itu Baekhyun membuang muka dan tanpa sengaja ia juga melihat kearah Micha. Tatapan nya dingin, tak seperti Baekhyun yang Micha kenal. Ia juga terlihat menghindari kontak mata dengan Micha. Ia pura-pura menunduk untuk mengambil sesuatu. "Apa itu Baekhyun? Tapi kalau itu Baekhyun untuk apa mobilnya menjemput Inkyung? Atau mungkin aku salah lihat"

☆*:.。. o)o .。.:*☆

06.30 PM (18.30)

Kyungsoo dan Eunkyo menunggu bus di halte. Mereka baru saja pergi ke sebuah pameran buku yang biasa dikunjungi Kyungsoo sendiri. Mereka cukup bosan karena sudah lebih dari 30 menit bus yang mereka tunggu tak juga datang. Eunkyo membuka salah satu buku yang tadi ia beli. Ia membaca buku tersebut untuk menghabiskan waktu. Sedangkan Kyungsoo sendiri mengecek handphonenya. Terdapat beberapa foto yang baru saja di post oleh Chanyeol, Chen, Tao dan juga Songhee. Kyungsoo terkekeh melihat semua update yang dilakukan teman-temannya itu. "Ada apa?" Tanya Eunkyo masih terfokus pada bukunya. Ia hanya melirik Kyungsoo sekilas saja.

"Aniya.. Hanya saja sepertinya teman-teman ku sedang berkumpul setelah selesai bekerja diperkebunan. Kau ingin kesana? Ada Suho hyung juga" Tawar Kyungsoo pada Eunkyo tenang. Eunkyo langsung menengok. "Jincha? A-apa tak masalah..?"

Kyungsoo tersenyum tenang. "Eum gwenchana...kalau begitu kita harus menyebrang jalan. Bus menuju pekebunan bunga ada di halte sana", Ujar Kyungsoo. Eunkyo membereskan buku-buku yang sempat ia keluarkan selama menunggu bus tadi. Perasaannya begitu bahagia malam itu. Sedari tadi ia sedikit dilema antara ingin pergi ke perkebunan atau pergi mencari buku, tapi karena ia sangat membutuhkan buku-buku untuk penunjang pelajaran di academy juga pengusir kebosanan, ia memilih untuk pergi bersama Kyungsoo ke sebuah pameran buku yang direkomendasikan oleh Kyungsoo. Sekarang setelah mereka selesai, ternyata masih ada kesempatan baginya untuk bertemu Suho juga.

Keduanya menyebrang jalan. Di halte tempat mereka menunggu bus saat ini jauh lebih ramai dari halte sebelumnya. Eunkyo melihat sekitarnya, tak ada tempat duduk yang tersisa. "Penuh", ia mendengar  Kyungsoo mengucapkan hal tersebut. Eunkyo mengangguk mengiyakan. Setelah kata-kata tersebut, tak sepatah katapun lagi diucapkan oleh keduanya. Sekitar sepuluh menit, bus yang mereka tunggu akhirnya datang, sebagian orang yang sudah menunggu sejak tadi naik ke dalam bus satu-persatu tanpa saling mendorong. Eunkyo mengarahkan kakinya hendak menaiki bus, namun tiba-tiba saja seorang namja dengan terburu-buru mendahului Eunkyo untuk menaiki bus tersebut. Ia tak sengaja mendorong tangan Eunkyo sembarangan sehingga Eunkyo kehilangan keseimbangan tubuhnya dan BUKKKK..

Eunkyo terdorong ke samping dan hampir saja terjatuh. Namun Keberuntungan masih menyelimutinya, ketika tubuhnya ditahan oleh Kyungsoo yang belum sama sekali naik karena menunggu Eunkyo untuk naik terlebih dahulu. "Eunkyo-ah Gwenchana?", Tanya Kyungsoo. Eunkyo menoleh dan ia menemukan wajah Kyungsoo terasa begitu dekat dengannya saat itu. Ia bahkan sempat mendengar Kyungsoo baru saja memanggilnya hanya dengan namanya saja, tanpa sebutan "noona". Untuk beberapa detik Eunkyo seperti tak sadar. Ia menatap lurus ke arah mata Kyungsok. Jantungnya berpacu cepat, setengah shock karena ia pikir ia akan jatuh, juga setengah lagi ada perasaan aneh yang entah berasal dari mana, membuat Eunkyo merasa sedikit tak nyaman. "Gwenchanayo?", tanya Kyungsoo sekali lagi membuyarkan lamunan Eunkyo.

"N-Ne..." Jawab Eunkyo. Ia dibantu oleh Kyungsoo untuk kembali berdiri. Kyungsoo berjalan mendahuluinya. Tanpa basa basi ia menggenggam tangan Eunkyo dan membimbing Eunkyo untuk naik ke dalam bus. Kyungsoo dan Eunkyo mencari tempat duduk kosong. Kyungsoo melihat namja yang sebelumnya mendorong Eunkyo. Ia menyentuh pundak namja itu dengan tenang. "Jwosonghamnida.. kau baru saja hampir mencelakai temanku. Lain kali kuharap kau akan lebih hati-hati". Namja itu menundukkan kepalanya, "N..ne.. mianhamnida" Ujar namja berseragam sekolah middle school itu terbata.

"Gwenchana.. Kau pasti terburu-buru", ujar Kyungsoo lalu menarik Eunkyo untuk duduk di kursi belakang namja tersebut.

"G-Gomawo", gumam Eunkyo sambil sesekali melirik Eunkyo.

"Gwenchana...", jawab Kyungsoo tenang.  "Masih ada sekitar satu setengah jam perjalanan...Tidurlah sebentar nanti kalau sudah sampai aku akan membangunkan mu".

Eunkyo tertegun menatap Kyungsoo. "N-Ne...", jawab Eunkyo patuh. Ia merubah posisi duduknya, menatap keluar melalui jendela. Seperti sedang dihantui, alih-alih membuang pandangan untuk menggilangkan perasaan aneh yang sedang melandanya, perasaan itu justru semakin kuat karena pantulan bayangan pada kaca jendela bus sekalipun masih melukiskan wajah Kyungsoo yang duduk disampingnya. Eunkyo pun kembali merubah posisi duduknya. Ia duduk bersandar pada kaca jendela dan menutup matanya perlahan. Tak ada perubahan, ia tetap tak tenang. Ia membuka sebelah matanya, melirik Kyungsoo disampingnya. Namja itu terlihat sekilas sedang tersenyum tipis. Karena ia tak bisa tidur, ia pun memutuskan untuk berbincang dengan Kyungsoo. "Wae? Apa ada yang lucu?", tanya Eunkyo.

Kyungsoo sedikit terkejut karena ia pikir Eunkyo sudah tertidur. "K-Kupikir kau tidur", seru Kyungsoo.

"Ani...aku tak bisa tidur", gumam Eunkyo tersenyum tipis. "Neo gwenchana?"

"Ah..ne...hanya sedang memikirkan sesuatu saja", ujar Kyungsoo sambil mengusap-usap bagian belakang lehernya sendiri. Ia terlihat sedikit gugup.

"Mwo?", tanya Eunkyo.

"Kupikir akan mudah...tapi tetap terdengar aneh haha!", Ujar Kyungsoo diselingi tawa pelan.

"Apa?" Tanya Eunkyo kali ini merubah posisinya kembali menatap Kyungsoo.

"Aku tak tahu...kau menyadarinya atau tidak...tapi...aku...sedang mencoba untuk tidak memanggil mu noona.. Hahah", tawa Kyungsoo kembali terdengar.

"Eoh? Maja...aku mendengarnya tadi....kupikir aku salah dengar...", ujar Eunkyo. "Aku baru sadar belakangan ini kau tidak memanggil ku noona", ujar Eunkyo. Ia merasakan ada yang berbeda tapi belum menemukan dimana letak perbedaan itu. "Psh.. kkk...jincha", ujar Eunkyo tertawa pelan.

"Aku sudah berusaha...maaf kalau membuatnya justru menjadi aneh, noona" Kyungsoo kembali berujar tenang. "Karena aku dan Eunkyo noona sering bersama, aku mulai merasa aneh jika harus terus memanggil mu noona...kucoba untuk memanggil nama noona saja justru semakin terdengar aneh", ujar Kyungsoo tersenyum.

 Eunkyo tersenyum kecil mendengar pengakuan Kyungsoo. "Naneun johahae", ujar Eunkyo tersenyum.

"Eo?"

"Bagaimana...kalau mulai saat ini, kita tak lagi menggunakan panggilan formal?", usul Eunkyo.

"J-Jinchayo? Eum...m-maksudku..jincha?", tanya Kyungsoo tak percaya.

Eunkyo mengangguk pelan. "Eum...Kurasa lebih nyaman bagiku jika kau hanya memanggilku dengan namaku saja dibanding noona", Senyum Eunkyo terkembang tulus "Karena setiap saat kau bersama ku, kau lebih banyak melindungi ku dibandingkan aku melindungi mu.. sebutan noona yang kau ucapkan membuatku jadi merasa bersalah, seseorang yang lebih tua seharusnya melindungi yang lebih muda tapi yang terjadi justru sebaliknya...jadi.. berusahalah memanggilku hanya dengan namaku saja mulai saat ini. Sekalipun terdengar kaku untuk mu, mungkin itu akan mengurangi rasa bersalah ku"

"Gurae.....geundae...josimhae", ujar Kyungsoo.

"Wae?", tanya Eunkyo.

"Berhati-hatilah karena nanti kau bisa jatuh cinta padaku", ledek Kyungsoo.

"Ya! Musun soriya? pffh...tak masuk akal sekali ucapanmu", balas Eunkyo.

"Jincharo! menurut buku yang kubaca panggilan akan mempengaruhi hubungan seseorang. Jika aku tak lagi memanggil mu noona, artinya perlahan kau akan melihat ku lebih seperti seorang 'namja' dibandingkan adik kelas hahaha", Canda Kyungsoo.

"Coba saja buktikan...aku tak percaya hal semacam itu", ujar Eunkyo.

"Jincha? Kau mau bertaruh denganku?", tantang Kyungsoo.

"Mwo?! Shireo!", balas Eunkyo.

"Jika dalam kurun waktu satu bulan ini kau tak jatuh cinta padaku, maka aku akan membantumu mendekati Suho hyung...akan kulakukan segala cara agar ia menjadi milikmu dan kau menang"

"Ya! Igo mwoya? Jadi jika aku benar-benar menyukaimu aku harus menyatakan perasaanku padamu? Begitu? Shireo...taruhan macam apa itu", gerutu Eunkyo.

"Pffh...ani..dengarkan dulu...kau tak perlu mengatakannya...aku bisa melihatnya", ujar Kyungsoo percaya diri

"Kau percaya diri sekali", sungut Eunkyo.

Kyungsoo tertawa pelan mendengar ucapan Eunkyo. "Jadi bagaimana? Apa kau menerima tantanganku?"

"Lalu bagaimana jika kau yang menang?", tanya Eunkyo.

Kyungsoo tersenyum tipis, "Jika aku yang menang? Kau harus berkencan denganku selama satu minggu penuh", ujar Kyungsoo.

"MWORAGO?!", seru Eunkyo terkejut namun entah mengapa jantungnya mendadak berdegup kencang. "Y-Ya Do Kyungsoo! Igo mwoya?!", seru Eunkyo.

"Jadi bagaimana?", tanya Kyungsoo mengabaikan protes dari Eunkyo. Eunkyo menatap Kyungsoo ragu lalu ia berpikir sejenak. Ia menghela nafas sejenak, "Okay Call", ujar Eunkyo pasrah "Toh ini hanya permainan...gwenchana...", gumamnya dalam hati.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

07.00 PM (19.00)

Inkyung menuruni tangga. Ia mengenakan sebuah dress putih dengan pita pink di bagian tali dress tersebut. Ia membiarkan rambutnya tergerai, sesekali ia menyibak rambutnya tersebut. "Neomu yeoppeo" Ujar seorang yeoja setengah baya saat melihat Inkyung mulai memasuki ruang keluarga.

"Aku memang cantik sejak dulu, sama seperti.. Ibuku", Jawab Inkyung menekankan kata 'ibu' . "Lagipula bibi tak perlu basa basi, aku tahu bibi tak suka melihat ku disini"

Baekhyun dan Sehun yang sudah lebih dulu duduk di ruang keluarga sama-sana menahan emosi yang sekejap menyeruak didada mereka. Sehun berdiri, ia segera menarik Inkyung. Ia membungkuk sopan pada yeoja setengah baya yang tak lain adalah Ibu dari Baekhyun itu. Ia mengajak Inkyung duduk di sampingnya setelah itu. Kurang lebih lima belas menit setelahnya, Tap.. Tap.. terdengar langkah kaki beberapa orang disana. Sosok seorang namja muncul dari balik dinding ruang keluarga. Baik Baekhyun, Sehun juga Eomma Baekhyun berdiri menyambut kehadiran namja tersebut. Inkyung satu-satunya yang langsung berlari kecil untuk menyambut namja tersebut. "Aboji" Serunya.

"Uri Inkyung.. Kau datang?" Ujar namja tersebut.

"Tentu saja, aku merindukan Aboji, Aboji sehat kan?" Tanya Inkyung memanja pada ayah kandungnya itu.

"Tentu saja.. Aigoo anakku semakin cantik saja", Namja ini berjalan bersama Inkyung mendekat ke ruang keluarga. Ia melihat Sehun membungkuk sopan, lalu menepuk pundak Sehun. "Sepertinya kau bertambah tinggi lagi". Sehun hanya tersenyum.

Selayaknya seorang ayah, tuan Byun menanyakan mengenai nilai mereka di academy. Sehun, Inkyung, dan Baekhyun masing-masing sudah membawa map berisi nilai mereka selama dua semester terakhir. Inkyung langsung memamerkan map nya pada sang ayah lebih dulu. Sedangkan Baekhyun dan Sehun bahkan belum menyentuh map itu sama sekali. Baekhyun menatap sang Ibu, yeoja yang masih tetap terlihat cantik di usianya yang sudah tak muda lagi itu terus mengembangkan senyum sejak tadi. Senyum itu terkadang menimbulkan rasa sakit tersendiri bagi sang anak semata wayangnya, Baekhyun. "Kau tersenyum disaat seharusnya kau menangis, mungkin ibuku adalah satu-satunya istri yang tetap tersenyum lebar melihat suaminya sedang bercengkrama bahagia bersama seorang anak hasil perselingkuhan suaminya dengan yeoja lain. Tetap memperlakukan baik anak wanita tak tahu diri yang sesungguhnya  bahkan tak perlu Ibuku sapa saat bertemu" gumam Baekhyun dalam hatinya.

"Aboji... Aku meraih peringkat ke 11 diakhir semester dua dan semester lalu aku meraih peringkat 9, dan aboji tahu? Aku bahkan sudah upgrade class ke tingkat 3 semester ini" ujar Inkyung bangga demi mencari perhatian ayahnya.

"Kau selalu menjadi anak yang bisa kubanggakan Inkyung", ujar sang Ayah bangga.

Baekhyun masih tak menyentuh map miliknya. Ia berniat memberikannya, tapi Inkyung masih belum berhenti bicara meninggi-ninggikan prestasinya. Sang ayah juga nampak sangat bangga pada Inkyung tanpa mau tahu bagaimana cara Inkyung mendapatkan peringkat 9. "Kau tidak menyerahkan surat panggilan dari academy, Inkyung-a", ujar Baekhyun. "Sudah diberikan satu minggu lalu, dan sampai detik ini belum ada perwakilan keluarga mu yang datang ke academy, eomma mu sibuk sekali nampaknya", sambung Baekhyun.

Pancaran mata Inkyung menajam menatap Baekhyun. Dengan muka masam, Inkyung memberikan surat panggilan pada tuan Byun. "Aboji, ini bukan kesalahan ku. Seorang yeoja tidak menyukai ku masuk ke sebuah kelas. Ia berkata, aku akan mengganggu namjachingunya dan ia membuat masalah pada ku setelah itu. Ia juga menyuruh komplotannya untuk mengerjaiku hingga pada akhirnya akulah yang diberikan surat ini"

"Tak ada yang mengerjai mu…kau yang memaksa Eunkyo noona untuk mengerjakan tugas-tugasmu atas dasar keinginan mu sendiri..seharusnya nama Eunkyo noona lah yang tertulis di daftar peringkat itu…bukan namamu", sela Baekhyun.

"Kenapa kau terus membuat buruk namaku dihadapan Aboji?! Aku sudah mencoba tidak membongkar bahwa kau adalah salah satu komplotan yeoja itu dihadapan Aboji! tapi kau memaksa ku melakukannya!", Gertak Inkyung.

BRAKKK! Tuan Byun menggebrak meja.  "BYUN BAEKHYUN! Aku mengerti kau, Inkyung dan Sehun bukanlah saudara kandung dan kau mungkin juga tak menyukai Inkyung dan juga Sehun, tapi bagaimanapun mereka tetaplah saudara mu! aku tak pernah mengajarkan mu untuk menyerang saudara mu sendiri!. Sejak kecil kau selalu menyusahkan, kau suka berkelahi, nilaimu juga selalu buruk. Kau tak pernah sekalipun mendapat pretasi yang membanggakan. Semakin dewasa kau semakin keterlaluan! Kapan kau berhenti membuat masalah?!", bentak Tuan Byun.

Inkyung tersenyum puas melihat Baekhyun langsung terdiam setelah mendapat bentakan sang ayah. Ibu dari Baekhyun juga seketika pucat melihat sang anak diperlakukan seperti itu. Sang Ibu terlihat menggenggam erat tangan Baekhyun. Baekhyun berdiri dengan tenang. Ia tak gentar mendengar ucapan sang ayah. "Aku tak akan berhenti membuat masalah…Selama kau memandang ku sebagai sebuah masalah, maka apapun yang akan aku lakukan hanya akan berdampak buruk untuk kehidupan mu. Mungkin juga untuk kehidupan anak mu Inkyung", ujarnya tenang. "Aku tak ingin menganggangu acara keluarga ini. Aku pamit ke kamar lebih dahulu..", Baekhyun membungkuk lalu meninggalkan ruangan keluarga.

"Ini buah dari sikapmu yang selalu memanjakannya! Besok kau datang ke academy untuk mengurus masalah Inkyung!", Gertak Tuan Byun pada Nyonya Byun, Ibu Baekhyun. Nyonya Byun hanya diam, ia mengangguk turut dan tetap duduk pada sofa nya tanpa mengatakan sepatah katapun.

Sehun yang sedari terdiam mengamati situasi yang mulai memanas akhirnya angkat bicar. Ia mengambil map milik Baekhyun dan menyerahkannya pada Tuan Byun. “Kuharap kau mau melihat hasil milik Baekhyun hyung terlebih dulu Aboji…”, ujar Sehun tenang.

“Untuk apa aku melihatnya?! Kau lihat sendiri bagaimana kelakuan anak itu! Aku sudah bisa menduga bagaimana hasil akademinya tanpa harus melihatnya”, ujar Tuan Byun tetap pada pendiriannya.

Sehun menghela nafas mendengar ucapan sang Ayah. "Baekhyun hyung tak pernah memperlakukan ku ataupun Inkyung noona secara buruk di academy", ujar Sehun angkat bicara. Mendadak suasana disana menjadi hening.

“Kau jangan membelanya Sehun-ah”, ujar Tuan Byun.

"Ia juga tak pernah membuat masalah apapun disana…”, ujar Sehun memotong ucapan sang Ayah. “Baekhyun hyung adalah salah satu murid terbaik di Academy….Sebagian besar sonsaengnim justru menyukai nya karena ia begitu aktif dan memiliki pribadi yang menyenangkan". Sehun dengan hormat menyerahkan kembali map milik Baekhyun pada ayahnya. "Kuharap Aboji berkenan melihat ini lebih dulu sebelum mengatakan hal yang lebih menyakitkan lagi untuk Baekhyun hyung. Ia sudah berusaha keras untuk mendapatkan ini semua".

 Inkyung menatap kesal Sehun karena membela Baekhyun dihadapan sang ayah. Nyonya Byun menatap Sehun. Ia tersenyum lega. Sejujurnya amat menyakitkan baginya juga Baekhyun saat mengetahui suaminya memiliki dua orang anak dari wanita lain yang bahkan tak pernah dinikahinya. Tapi Nyonya Byun hanya diam. Ia tak pernah memprotes berlebihan apa yang terjadi. Ia berusaha menyayangi Sehun dan Inkyung, memperlakukan dan menyapa mereka setiap kali mereka datang. Tuan Byun mengambil map yang Sehun berikan. Ia terkejut melihat bahwa Baekhyun meraih peringkat tiga pada dua semester lalu dan meraih peringkat satu untuk semester lalu. Ia juga sudah upgrade class ke tingkat tiga sama seperti Inkyung. Selama satu setengah tahun terakhir, ia memang sibuk dengan pekerjaannya dan baru sekarang ia bisa pulang ke rumah. Sehingga ia tak tahu apa saja yang sudah dilewati putra sematawayangnya tersebut.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

03.00 AM

Baekhyun sudah menyerah untuk menutup matanya. Langit-langit kamar yang luas menjadi pemandangan yang sulit untuk lepas dari pandangan matanya sejak tadi. Ia tak pernah bisa mengungkapkan rasa sakitnya. Ia juga tak pandai untuk menangis. Baekhyun mengecek handphonenya, sedikit tersenyum dengan foto-foto yang di share oleh Chanyeol, Chen juga yang lainnya 6-7 jam lalu. Setidaknya hanya itu yang bisa menghibur perasaannya saat ini. "Mwoya.." gumamnya pelan.

POST »» Kim Jongdae

Aku rindu Baekhyun ku.. rindu Micha noona ku...Sedang apa mereka sekarang T.T

POST »» Park Chanyeol

Hari ini terlalu indah untuk dapat ku ungkapkan. Yuuuyuuu

REPLY [to Chanyeol’s Post] » Lee Songhee

Thanks for today ^^

POST »» Huang Zi Tao

Aku masih lapar...

REPLY [to Tao post] » Kim Jongdae

Seharusnya kau habiskan semua kursi dan meja disana, agar kau kenyang.

POST » Do Kyungsoo

^^

"Mereka semua bodoh sekali", ujar Baekhyun setelah membaca-baca posting Chanyeol, Chen, Tao dan Songhee. Ia tersenyum kecil. Dapat ia ingat dengan baik bahwa teman-temannya yang bodoh itulah yang sesungguhnya mengubah kehidupan Baekhyun.

***

3 Years Ago....

 
   

"Kau yang kerjakan tugas, aku malas", -Baekhyun-

"Oke", -Park Chanyeol-

"Kau orang bodoh atau apa, begitu bersemangat meski sedang dibudaki oleh orang lain, mau jadi apa kau kelak" , -Byun Baekhyun-

"Hehe.. Aku tak memiliki seorang ibu yang akan memelukku ataupun seorang ayah yang akan membanggakan ku jika aku meraih prestasi yang baik di sekolah. Tapi justru karena hal tersebut.. Aku hanya ingin membuktikan pada diri ku sendiri bahwa aku bisa bahagia dan meraih apa yang kuinginkan sekalipun dunia ini menentangku" , -Park Chanyeol-

***

2 Years ago...

"Kau dihukum lagi? Ini sudah jam 6, cepat selesaikan bersih-bersihnya, nanti semakin gelap" , -Jongdae-

"Jangan menganggu ku, pergi kau sana!" Baekhyun. Jongdae mengambil pel yang sedang menggur, lalu membantu Baekhyun menjalani hukumannya. "lalalalal"

"Ya! Aku tak butuh bantuan! Berani nya kau mencampuri urusan ku! kau bahkan tak mengenal ku! kau berani padaku huh?! pergi atau aku akan menghajar mu!", -Baekhyun-

"Kenapa aku harus takut padamu? Kau bukan mahluk buas yang akan menerkam ku, ya Byun Baekhyun.. Namaku Kim jongdae, maukah kau menjadi teman ku?", -Kim Jongdae-

2 Years Ago....

 
   

"Tak ada kata terlambat untuk memperbaiki sesuatu, semua akan lebih baik saat kau mencobanya. Tak ada jaminan juga pandangan seseorang akan berubah terhadap mu jika kau menjadi lebih baik sekalipun, mereka yang berfikir buruk mungkin selamanya akan berfikir kau adalah orang yang buruk. Tapi siapa yang perduli.. Mereka yang seperti itu berarti tak sungguh-sungguh menyayangi mu. Kau bisa melakukannya untuk dirimu sendiri, dan untuk orang-orang yang selalu mendukung mu saja, sebentar lagi kita akan lulus.. Akan ada dunia baru yang tak mengenal kita sedikitpun, kurasa ini waktu yang tepat jika kau sungguh-sungguh ingin merubah kelakukan mu. Aku tak mengatakan hal semacam ini pada banyak orang.. Aku mengatakan ini pada mu, karena kurasa kau adalah teman baikku", -Do Kyungsoo-

***

Baekhyun menghela nafasnya, ia kembali tersenyum tenang "Gomawo pabodeul…aku.. Akan berusaha semampu ku.. Hwaiting Baekhyun-a" Serunya menyemangati diri sendiri.

***

Baekhyun merasa haus setelah berjam-jam hanya diam tanpa melakukan apapun. Ia keluar kamarnya menuju dapur. Langkah Baekhyun terhenti begitu mendengar suara tangis seorang yeoja dari arah dapur. Ia tak takut ataupun berfikir  tangisan tersebut hantu atau apapun, karena suara tangis itu begitu dikenali olehnya. Baekhyun mengendap-endap mengintip. Ia bersembunyi di balik dinding dapur. Helaan nafasnya semakin berat karena ia benar-benar menemukan Ibu nya sedang menangis sendiri disana. Baekhyun berniat memasuki dapur untuk menenangkan sang Ibu, tapi ia mengurungkan niatnya. Ia menunggu.. terduduk di anak tangga paling bawah. Membiarkan telinganya terus mendengar suara tangis sang ibu. Ia kembali membuka account SNS nya, terdapat sebuah post baru disana. "Hei.. Ini jam 3 pagi"

 

====

POV: Baekhyun

A year ago...

Yeoja itu lagi, setiap hari aku melihatnya yeoja bernama Xi Yi Jie itu di taman belakang sekolah. Jika tidak tertidur disana, ia pasti bermain dengan boneka jari seperti orang bodoh. Tak pernah sekalipun kulihat ia belajar ataupun membaca buku, tapi bagaimana mungkin yeoja itu meraih peringkat 1 sejak ia masuk ke academy, bahkan mengalahkan Suho hyung yang ku tau pasti memiliki kepintaran diatas rata-rata. Kuhampiri ia, iseng.. Kutendang pelan tas miliknya. Aku tidak berniat jahat, aku hanya suka mengoda anak ini. Ekspresinya hanya 2, membentak atau jika sedang tidak mood dia akan diam saja. Yup.. kali ini ia sedang diam saja. Aku duduk disampingnya. "Shimi Noona, aku mau minta ilmu agar aku bisa menjadi peringkat 1 tanpa harus banyak belajar" Ujar ku.

Ia menatapku tenang, ia selalu seperti itu, ia sedang memikirkan sebuah jawaban. Ia seperti shimshimi yang akan selalu menjawab apapun yang orang lain tanyakan ataupun ucapkan padanya. Xi YiJie (Micha) = Xi mi = Shimi. Kedua alasan tersebut membuat ku sering memanggilnya Shimi. "Pikirkan tentang mimpimu" jawabnya.

"Psh.. Kalau begitu kau harus membantu ku mencari mimpi, apa mimpimu? Mungkin aku bisa menconteknya" Sahutku. Ia kembali menatapku, kali ini tatapan sedikit menggambarkan kebingungan "Nan kkumi eobseoyo" Ujarnya.           

Kini aku terdiam menatapnya, baru kali ini kudengar seseorang mengatakan ia tak memiliki mimpi, lalu untuk apa ia susah payah mendapat peringkat 1, untuk apa ia masuk academy music? Apa tujuan hidupnya. "Ya! Bagaimana mungkin kau.."

Ia memotong ucapan ku, seperti seorang gadis pembaca pikiran, ia menjawab semua pertanyaan ku, meski pertanyaan itu hanya kulampirkan dalam hati "Aku tak punya tujuan tertentu, aku tak tau ingin jadi apa saat aku dewasa nanti, aku masuk academy karena oppa ku lebih dulu masuk academy, aku hanya mengikuti nya saja, eomma bilang aku pasti bisa meraih hasil baik dimanapun aku ditempatkan, karena aku mempercayai setiap ucapan eomma, jadi kujalani. Aku tidak mengerti music sama sekali sebelum masuk kesini, dan kurasa aku bisa meraih peringkat pertama hanya karena kepanikan dan ketakutan ku"

Dahi ku mengerut semakin dalam, jawaban yeoja ini adalah jawaban paling ajaib yang pernah kudengar. Pertama ia tak memiliki mimpi, kedua ia bilang bisa meraih peringkat 1 hanya karena kepanikan dan ketakutannya =_=, dari planet mana anak ini berasal. "Bisakah noona bicara dengan bahasa manusia? Aku tak mengerti"

"Kau harus merasakan dalam situasi ku, baru kau akan mengerti.."

"Hah~" Hela ku tak sanggup meneruskan pembicaraan "Jadi tak ada harapan"

"Eum.. Appa ku namja yang keras, ia mengatakan padaku dan Luhan oppa, jika kami tak naik kelas saat sekolah maka ia akan menggantung kami sampai mati, ia mengucapkannya secara serius, meski jika kupikir-pikir lagi ia mustahil melakukannya" Cerita yeoja ini belum jelas kemana arahnya akan bicara "Lalu.. Jika aku dan oppa mendapat nilai buruk, maka Appa akan mengucapkan hal yang cukup menyakitkan. Awalnya kupikir rasa sakit itu hanya akan menyakitkan untukku. Sampai.. aku sadar bahwa ada yang lebih tersakiti mendengar ucapan appa lebih dari diriku sendiri"

Aku tak mengerti arah pembicaraannya, tapi.. sedikit banyak aku mengalami apa yang ia alami, karena itu aku mendengarkan ucapannya baik-baik "seseorang yang merasa lebih tersakiti? Siapa?"

"Uri Eommaga.." Jawabnya.

DEG.. Jawabannya seperti memukul ku, aku merasa appa tak adil padaku, karena itu aku sering membuat masalah selama sekolah. Aku memang sedikit belajar memperbaiki sikap ku selama di academy, tapi..

"Tak sengaja malam itu aku terbangun dan mendengar eomma ku menangis sendiri diruang tamu, sebelum nya Luhan oppa baru saja terkena hujatan appa setelah mendapat 1 nilai merah. Ia menangis sambil terus berkata 'sakiti saja aku, tapi jangan sakiti hati anakku' " YiJie noona terdiam, ia terlihat sedih saat mengingat kejadian tersebut. "Banyak orang mengatakan.. Namja tidak akan pernah menangis dihadapan banyak orang, mereka.. menangis malam hari. Kenyataannya appa hanya tertidur setelah meluapkan emosi melalui kata-katanya. Dan satu-satunya orang yang menangis sesak saat ia sendiri adalah.. Seorang Ibu. Seorang wanita.. Ia yang kan merasakan sakit begitu dalam saat orang lain.. sekalipun itu suami sendiri, mengatakan hal buruk tentang anaknya" Ia menghela nafasnya "Sejak saat itu.. Aku takut dan panik setiap kali mendapatkan nilai yang buruk, aku.. Tak ingin melihat eomma menangis.. Dan tiba-tiba saja ketakutan ku mengakibatkan aku melakukan segala sesuatu dengan baik tiba-tiba saja aku yang tak mengerti apa-apa ini bisa meraih peringkat 1"

Apakah.. Ibuku pernah menangis ketika ia sendiri? Aku..sering sekali membuat masalah yang berakibat Appa membentak, tak jarang memukul ku. Apakah ia tersakiti lebih dari aku yang mengalaminya sendiri? Aku hanya memikirkan tentang diriku, tentang hatiku. Karena kurasa appa tak adil memperlakukan ku, maka aku mencari keadilan dengan jalan brutal. Tanpa kusadari.. Aku membuat ketidakadilan untuk Ibuku.

====

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK