POV: Author
POST »» Xi Yi Jie
What will you get .. After succesfully being stronger?
Baekhyun tersenyum tipis. "Ini contoh mahluk yang hidup tanpa tujuan…menangisi hal yang tak harus ditangisi, mentertawakan hal yang tak lucu.. Melakukan sesuatu yang jelas akan berdampak buruk. Cih.. Ia pasti tidak bisa tidur.. Inkyung pasti mengatakan sesuatu padanya tadi sore. Siapa yang menyuruhnya membantu Lay hyung. Sudah jelas hal tersebut pasti menyerangya balik..bodoh"
REPLY » Byun Baekhyun
Another problem to face...
And also... happiness ^^
Baekhyun berdiri dari tangga, ia melangkah tenang menuju dapur "Eomma.. Kau sudah selesai menangis belum? Aku haus, kau mau aku lihat sedang menangis atau tidak" Canda Baekhyun seraya memunculkan kepalanya dari balik dinding dapur.
"Omoo!" Nyonya Byun segera menghapus air matanya, matanya berkedip berkali-kali memastikan ia benar-benar melihat anaknya, Baekhyun.
"Annyeong eomma.. Apa aku boleh kesana? Hehehhe" Goda Baekhyun.
===
Nyonya Byun membuatkan teh hangat untuk dirinya dan Baekhyun. Ia lalu duduk di samping sang anak. Segera kedua tangannya memeluk erat tubuh Baekhyun. Baekhyun memeluk manja eommanya. "Eomma sudah janji tidak akan menangis tanpa aku disamping eomma. Tapi lihat sekarang, Eomma memanfaatkan waktu disaat aku tidur. Eomma nakal sekali", canda Baekhyun. Ia melepaskan pelukan eommanya. "Nan Gwenchanayo…aku sudah kebal dengan ucapan Appa, Eomma tak perlu sedih begitu"
"Tapi eomma menghawatirkan mu, karena kau tidak keluar kamar sejak tadi", ujar sang Ibu.
"Aku tertidur eomma.. Eiish.. Eomma chakam.. Aku punya satu pasien lagi", ujar Baekhyun sambil mengutak-atik Handphonenya. Ia menghubungi seseorang.
"Yeoboseyo.." jawab seorang yeoja diujung sambungan telpon.
"Ya shimshimi.. Ini sudah jam 3 pagi dan kau tetap menangis begitu, cepat tidur! besok kita masuk pagi", seru Baekhyun.
"Kau.. Tahu darimana aku.." Tanya Micha terbata karena ia memang sedang menangis saat itu.
Baekhyun tak meladeni kesedihan Micha. Ia mengganti topic. "Ah.. Buku catatan ku hilang, apa ada di tas mu? Aku sudah tanya yang lain, mereka bilang tak ada pada mereka"
"Hisk..huump ne.. Aku ingin memberitahu mu tadi, tapi aku lupa, akan kubawa besok"
"Gurae.. Cepat tidur, annyeongg..~" Baekhyun menutup sambungan telephone. "Kkeut.. Eomma, sampai dimana pembicaraan kita tadi?" Tanya Baekhyun.
"Ommoo.. Kau menelpon siapa jam 3 pagi begini? Kenapa terdengar suara anak wanita?" Tanya Eomma Baekhyun penasaran.
"Salah satu yeoja yang terjangkit penyakit menangis tengah malam seperti Eomma! Ada apa dengan para yeoja saat ini? Aissh.. mereka bahkan tidak tidur hanya karena masalah kecil" Eluh Baekhyun sekaligus menyindir eomma nya. "Hehe"
PLAKK.. "Kau ini.. banyak hal yang dirasakan oleh wanita yang tak dimengerti oleh namja! kau seharusnya menenangkan yeoja itu! kasihan sekali dia, pasti dia punya masalah berat"
"Yeoja itu bermasalah dengan bibir berbisa anak perempuan appa tersayang", sindir Baekhyun. "Tapi anak itu memang hobi menangis juga.. sudah biasa dia begitu" Jelas Baekhyun dengan santai.
"Ah gurae.. Baekhyun-ah….ceritakan pada eomma apa yang terjadi pada Inkyung di academy sebenarnya?”, Pinta Eomma Baekhyun
"Seperti biasanya…Eomma akan lupa dengan kesedihannya jika ia sudah menemukan partner bicara. Sekarang ia sedang menginterogasiku tentang apa saja yang terjadi di acdemy. Sudahlah.. Yang penting sekarang ia sudah tersenyum lagi. Maaf sudah membuat mu khawatir.. Eomma" Ujar Baekhyun dalam hatinya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.00 AM
EunHee terbangun dari tidurnya. Ia membuka pelan matanya. Xiumin belum datang, biasanya ia sudah datang dari pagi-pagi buta. Eunhee pun hanya merebahkan malas tubuhnya meski ia sudah bangun. Tok..tok tokk.. Suara ketukan pintu muncul bersamaan dengan munculnya sosok Kai dari balik pintu tersebut. "Pagi noona", Sapa Kai pada Eunhee.Seketika Eunhee menyambut kedatangan Kai. Ia duduk bersandar pada tempat tidurnya sambil tersenyum manis seolah menyapa dan mengucapkan selamat pagi. Kai mendekatsambil membawa serta sarapan dan obat untuk Eunhee pagi itu. Ia duduk di sisi tempat tidur Eunhee. Senyum Kai bisa sedikit lebar setelah semakin hari keadaan Eunhee tampak membaik. "Noona, aku bahagia sekali melihat noona sekarang"
Eunhee menggapai tangan Kai dan menggenggam tangan itu erat. "Ja~ sekarang noona harus sarapan dan meminum obat noona", ujar Kai. Entah mengapa Ekspresi Eunhee berubah.Ia melihat-lihat sekitarnya, kepala Eunhee menggeleng berkali-kali. Ia menunjuk apa yang Kai bawa sambil terus menggeleng panic. "Eung.. a..eung. gm.. hm eung", Ia mencoba mengucapkan sesuatu yang tak dimengerti oleh Kai.
"Noona tenanglah.. waeyo? Mengapa noona menjadi panik seperti ini?", Tanya Kai bingung. Ia berusaha menenangkan Eunhee, namun kepanikan Eunhee tak jua berhenti.
"Kau tidak bisa memberi tahu seseorang dalam keadaan panik, tak seorangpun akan mengerti maksud mu, cobalah untuk tenang dan ucapkan perlahan" -Xiumin.-
Mengingat ucapan Xiumin tersebut, Eunhee menarik nafasnya dalam lalu menghembuskan perlahan. Ia harus menenangkan dirinya sebelum berusaha menyampaikan sesuatu pada Kai. Kai tak mengerti apa yang terjadi. Ia hanya diam dan terus memerhatikan Eunhee. Sampai.. EunHee mendekat, Kedua tangan Eunhee mengatup disisi wajah Kai. "Hhhh~ na.. hh..eung.. ti..h.." Belum sempat Kai menelaah apa yang Eunhee coba ucapkan, Bibi Shin datang memasuki kamar Eunhee. "JongIn... apakah Eunhee sudah...", Bibi Shin heran dengan apa yang Eunhee lakukan.
"Kalian sedang apa?" Tanya bibi Shin seraya mendekat.
"Eunhee noona sepertinya berusaha memberi tahu sesuatu padaku bibi", ujar Kai pada
Bibi Shin.
"Ini sudah jam 7…Kau harus segera berangkat JongIn. Bibi akan mengurus Eunhee dan memastikan ia memakan sarapan dan obatnya", ujar bibi Shin.
"Ah.. Bibi benar", Kai menatap Eunhee. "Noona, aku berangkat dulu…Noona jangan lupa menghabiskan makanan dan minum obat noona arasseoyo?", Kai membelai lembut kepala sang kakak, lalu mengecup kening Eunhee. "Saranghaeyo noona"
"Kau sudah yakin tak ada yang tertinggal?", Tanya bibi Shin layaknya seorang Ibu yang memperhatikan anaknya.
"Eobseoyp bibi.. Aku berangkat dulu" Pamit Kai, ia melambaikan tangannya pada Eunhee lalu pergi ke academy. "Annyeong noona"
Bibi Shin menghampiri Eunhee, ia tersenyum ramah. "Waktunya sarapan sayang"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Ya Oh sehun!" Gertak Inkyung pada adiknya itu. Sehun merapihkan pakaiannya dan mengabaikan Inkyung karena ia sudah tahu topik apa yang akan Inkyung bicarakan.
"Ya! Apa maksud mu membela Baekhyun dihadapan Appa semalam? NEO MICHOSEO!" Bentak Inkyung.
Sehun menutup telinganya yang pengang akibat suara Inkyung. "Berisik sekali"
"Aku ini kakak kandung mu Sehun! mengapa kau lebih mementingkan Baekhyun dibanding dengan ku!" Inkyung terus mempertanyakan perbuatan Sehun kemarin.
"ARASSEO!!”, bentak Sehun tiba-tiba sambil mendengus kesal. “Aku akan menjawab…tapi kumohon untuk berhenti bertanya jika suatu saat aku melakukan hal yang sama lagi!", seru Sehun yang kali ini sudah kehabisan kesabaran. "Dengarkan aku noona. Benar bahwa tuan Byun adalah ayah kandung noona juga ayah kandung ku. Tapi kau harus ingat, ia bahkan tak pernah menikah dengan Eomma. Lalu apa yang kau pikirkan?! Tak adil untuk mu dan untuk ku karena kita tak bisa hidup di rumah mewah seperti Baekhyun hyun Hyung? Tak adil karena kau dan aku tak bisa diakui secara legal sebagai anak dari keluarga kaya sementara posisi kita seharusnya sama dengan Baekhyun Hyung? Lalu apakah kau pikir ini adil untuk Baekhyun Hyung? Ia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya berselingkuh dengan orang lain, bahkan yeoja itu melahirkan seorang anak ditahun yang sama dengan kelahirannya!!! Memang bukan saatnya lagi menyesali bahwa apa yang terjadi antara Eomma dan tuan Byun adalah suatu kesalahan, bahwa kau dan aku layak menyadang sebutan 'anak haram'.. Tapi.. Bukan berarti kau juga harus bangga dengan dengan sebutan itu..", ujar Sehun sebelum mengambil tasnya lalu ia segera beranjak meninggalkan Inkyung, "Aku berangkat".
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Minseok
07.10 AM
Aku datang disaat yang tepat. Sesuatu yang buruk baru saja terjadi, namun sesuatu yang lebih buruk juga mungkin bisa terjadi. Kupacu kedua kaki ku untuk terus berlari. "Hah..hah..hah" Tak ada waktu untuk mengatur nafas. Aku harus segera mencari bantuan. Ah benar! Jalanan ini akan melewati rumah Kris dan Luhan, semoga aku tidak salah. Aku berlari semakin kencang hingg akhirnya kulihat sosok Luhan dan Kris yang hendak berangkat ke academy bersama dengan Sungchan dan juga Yoora. "KRISSSS!! LUHANNN!" Teriakku cepat.
"Xiumin.. Ada apa? Kau sepertinya..."
Kupotong ucapan Kris barusan. Tak ada waktu lagi, "Ikutlah dengan ku! JongIn sedang dalam bahaya!" ujar ku cepat.
"KAI! WAE?!" Tanya Yoora kaget.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Kai berjalan sendiri menyusuri jalanan menuju halte bus. Ia memasang headset pada telinganya dan menghirup udara pagi nan segar. Ia terhenti di dekat halte bus, dimana ia biasa menunggu Sehun disana. "Kim JongIn" Sebut seorang namja berpakaian hitam dan sekitar sepuluh orang bertubuh besar di belakangnya.
Kai melepas headset ditelinganya, "Ne?" Jawabnya sedikit waspada.
Namja yang berdiri paling depan memberi aba-aba dengan gerakan tangan. Tiga orang pengikutnya dengan cepat mengikuti perintah tersebut. Mereka berdiri mengelilingi Kai. Seorang disamping kanan, seorang disamping kiri, dan seorang lagi didepan Kai. Tanpa basa basi BBBBBUUUUKKKKK.. "ARRGH!" Sebuah hantaman keras menyambar perut Kai.
===TBC===