POV: Minseok
07.00 AM
Angin apa yang membuat ku baru tidur sepagi ini? ishh sial! Seharusnya aku sudah tidur sejak pukul 02.00 atau paling terlambat pukul 05.00, tapi kali ini.. isshh..aku tak punya banyak waktu, bisa jadi aku telat pergi ke academy. Tapi jika aku langsung berangkat ke academy, Eunhee pasti menghawatirkan ku. Ayolah Kim Minseok.. Kau hanya sedang bermimpi, tak perlu membuat segala hal menjadi rumit, baboya. Kuputuskan untuk tetap menemui Eunhee meski hal ini akan menyebabkan aku datang terlambat ke academy. Kutelusuri jalan menuju rumah Eunhee, langkah ku tenang. Aku hanya bisa melakukan ini di dalam mimpi ku. Dalam kehidupan nyata, saat aku bermalas-malasan untuk berangkat sudah pasti seseorang akan berteriak menyuruhku untuk cepat berangkat. Aku sampai...Ada sesuatu yang berbeda. Tak ada keheningan yang biasa menyambutku. Hari ini Banyak suara orang dari dalam rumah tersebut. Pintu rumah juga tak tertutup. Kalau begini bagaimana cara aku memanjat ke kamar atas? heol~.
BRAAAKKK.. PLAKK..!!!, Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari arah kamar Eunhee. "Aaaaaaakk!!!", Andwe!! Itu suara Eunhee! Apa yang terjadi?! Aku tidak bisa bertindak bodoh. Salah-salah bisa jadi justru akan membahayakan Eunhee. Kucari tempat bersembunyi. Dari sudut jendela, aku mengintip untuk melihat keadaan di dalam. Di dalam begitu berantakan. Barang-barang di ruang keluarga sudah tak pada posisinya semula. Terdapat 5-6 orang namja didalam. Dua di antara mereka menahan Eunhee dan seorang lagi sudah menarik rambut Bibi Shin dengan kasar. Senyum licik ditunjukkan oleh namja-namja tersebut. "Beri aku uang sekarang juga!!", seru namja tersebut pelan namun penuh penekanan pada setiap kata-katanya. Tangannya juga tak berhenti menarik rambut Bibi shin sampai yeoja itu nampak meneteskan air mata. Bibi shin dalam keadaan berlutut didepan namja tersebut. "Hikss.. Aku tak memiliki uang yang tersisa.. Hiks.. Jeball jangan ganggu hidup ku lagi... hikss"
Percakapan demi percakapan juga tindakan dari halus sampai kasar terjadi di dalam sana. Aku bisa mendengar percakapan mereka karena para namja itu berbicara dengan keras. Mereka membicarakan sesuatu yang cukup membuatku terpukul. Kukepalkan tangan ku keras. Ingin sekali kuhajar mereka semua yang berada didalam, tapi aku tak mau mereka menyakiti Eunhee. Sejauh ini mereka hanya menahannya tanpa melakukan tindakan apapun... Tapi tunggu.. JONGIN!. Pria-pria berpakaian hitam itu keluar dari rumah Eunhee. Mereka menaiki sebuah mobil dan memacu cepat mobil mereka entah kemana. Sial! Aku harus cepat sebelum mereka mencelakai JongIn.
***
07.10 AM
Aku datang disaat yang tepat. Sesuatu yang buruk baru saja terjadi, namun sesuatu yang lebih buruk juga mungkin bisa terjadi. Kupacu kedua kaki ku untuk terus berlari "Hah..hah..hah" Tak ada waktu untuk mengatur nafas, aku harus segera mencari bantuan!
Ah benar! jalanan ini akan melewati rumah Kris dan Luhan. Semoga aku tidak salah! Aku berlari semakin kencang hingg akhirnya kulihat sosok Luhan dan Kris yang hendak berangkat ke academy bersama dengan Sungchan dan juga Yoora. "KRISSSS!! LUHANNN!" Teriakku cepat.
"Xiumin? Ada apa? Kau sepertinya..."
Kupotong ucapan Kris barusan. Tak ada waktu lagi, "Ikutlah dengan ku! JongIn sedang dalam bahaya!" ujar ku cepat.
"KAI?! WAEYO? OPPA PALLI!", seru Yoora segera menarik Kris mengikutiku.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author
07.13 AM
Sehun sampai di tempat ia dan Kai biasanya bertemu untuk berangkat ke academy bersama. Ia rasa ia sudah terlambat karena ia tak menemukan Kai sama sekali di sana. "Apa mungkin Kai sudah pergi lebih dulu?" Ujarnya. Sehun mengecek handphonenya, namun tak juga terdapat pesan dari Kai. "Mustahil ia pergi tanpa mengabarkan ku"
"Sehun", Samar-samar Sehun mendengar suara seorang yeoja memanggilnya, tapi ia mengabaikan.
Sehun mendengar suara seperti orang berkelahi, tak jauh dari sana. Ia mengikuti asal dari suara itu. Alangkah terkejutnya Sehun mendapati bahwa Kai sahabatnya sedang bersusah payah sendirian menghadapi beberapa orang namja bertubuh kekar. "KAI!!!" Seru Sehun. Tanpa pikir panjang ia pun segera menghampiri Kai di tengah kepungan namja-namja tersebut. "Gwenchana?"
"Cepat pergi! ini berbahaya!!", seru Kai.
"Cih! Jangan meremehkan ku" Jawab Sehun. "Neo Nuguya?!", seru Sehun pada namja-namja itu.
Namja-namja tersebut memandang rendah Kai dan Sehun. "Kami tak memiliki urusan dengan mu! Tapi kalau kau memang ingin bergabung, kami tak keberatan". Mereka mulai menyerang Kai dan Sehun satu persatu. Sayangnya mereka masih tak cukup kuat untuk melawan kedua anak itu. Mereka pun mencoba untuk menyerang bersama, tapi tetap berhasil terkalahkan juga. Mereka tak menyangka jika Sehun dan Kai cukup tangguh.
"Berhenti!! Jika kalian ingin yeoja ini selamat!!", Seorang dari mereka yang tak ikut berkelahi sejak tadi, menahan Inkyung. Menyeret yeoja itu ke hadapan Sehun dan Kai.
"NOONA!", Seru Kai dan Sehun bersamaan.
"Nampaknya yeoja ini sangat berarti untuk kalian", Ujar Namja itu sinis. Ia mengeluarkan sebuah pisau lipat. Menempatkan pisau itu tepat di depan leher Inkyung. "Bagaimana kalau kuhabisi saja nyawa yeoja ini"
"KUPERINGATKAN KAU... JANGAN MENYENTUHNYA!" Bentak Kai. Ia bergerak maju sebelum akhirnya ditahan oleh Sehun.
"Jangan gegabah. Ia bisa melukai Inkyung noona", gumam Sehun.
Namja yang sepertinya pemimpin dari gerombolan tersebut memberi aba-aba pada anak buahnya. Ia menggerakkan pandangannya kepada Sehun dan Kai. Tanpa menunggu lama, dua orang anak buah mereka memelintir kebelakang tangan Kai dan Sehun dan sisanya memukul juga menghajar baik wajah juga perut kedua anak itu di saat mereka lengah. "Arggh!! ugh...". DUAAAKKK!! BUKKK! Suara semacam itu terus terdengar di telinga Inkyung. di hadapan matanya ia melihat Kai dan Adiknya Sehun dipukuli oleh gerombolan tersebut. "Hentikan!!" Inkyung mencoba memberontak, namun namja yang memeganginya menekan semakin dekat pisau dileher Inkyung.
"Jangan banyak bertingkah noona manis atau kau akan bernasib sama seperti mereka" Ancam namja tersebut.
Sudut mata Inkyung mencari celah untuk melepaskan diri. Ia tak lagi banyak bergerak dan terus memutar otak untuk menghentikan tindakan orang-orang ini. Sekilas ia menengok, melihat dengan mata kepalanya wajah namja yang sedang menahannya ini. Inkyung terdiam. Wajah itu tak akan pernah di lupakan olehnya."Dia.."
BRUUUKKKK!!!! Sebuah tas ransel melayang tepat ke arah kepala namja yang menahan Inkyung. Namja tersebut kehilangan keseimbangan, pisau ditangannya terjatuh bersamaan dengan dirinya. Inkyung merasa seseorang menarik tangannya. Seorang namja. Ia menarik tangan Inkyung ke tempat yang aman.
Sementara Kris dan Luhan muncul tak lama kemudian untuk membantu Kai juga Sehun untuk menghadapi sisa gerombolan tersebut.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.30 AM.
Minhyo berulang kali melirik jam dinding pada kelasnya. Ia juga beberapa kali menengok kebelakang. Tak ada seorangpun dari temannya datang dan tak seorangpun pula dapat dihubungi. Padahal jam masuk academy sudah tiba. Minhyo keluar dari dalam kelas. Ia berjalan cepat di sekitar lorong academy yang sudah sepi karena sebagian pengajar mungkin sudah masuk ke dalam kelas. "Dimana mereka? kenapa perasaan ku jadi tak enak" Ujarnya dalam hati. Ia meneruskan langkahnya.
Minhyo melewati toilet. Keadaan hening disana membuat buluk kuduk Minhyo berdiri. Ia pun mempercepat langkahnya. Tap tap tap.. suara langkah terdengar oleh Minhyo. DEG.. Ia semakin bergidik dan berlari untuk menghindari suara itu.
Semakin Minhyo berlari, suara langkah itu juga ternyata semakin kencang mengikutinya. "Omaaaaaa.." Teriak Minhyo dalam hatinya.
Minhyo sudah hampir sampai di luar pintu utama academy, tapi suara langkah itu masih juga mengikutinya. Minhyo tak tahu apa yang harus ia perbuat. Ia ketakutan setengah mati. Sampai diluar, Minhyo pun dengan segenap tenaga nya mengangkat sebuah tong sampah plastik, lalu BRUKKKKK.. Menghantamkan tong sampah tersebut pada sosok dibelakangnya.
GUBRAK! Sosok itu K.O, ia terjatuh di jalan depan academy. Minhyo tercengang saat melihatnya. "OMO!!! Chingu Tao?"
"Kenapa Minhyo noona menghajar ku?" Ujar Tao sedih setelah terjatuh disamping tong sampah.
***
"Jadi Yoora, Sehun dan Kai juga belum datang?" Seru Minhyo setelah mendengar cerita Tao.
"Iya, tidak biasanya mereka begitu... biasanya mereka selalu datang lebih dulu dari ku. Hati kecilku yang tak pernah salah ini mengatakan ada yang tak beres pada mereka. Rumah mereka kan berdekatan", Duga Tao serius dengan wajah tetap dramatis.
"Jangan-jangan...", Minhyo memikirkan ulang ucapan Tao barusan. Benar juga rumah mereka berdekatan. Yoora, Sungchan, Luhan, Kris, Kai dan Sehun, pasti ada sesuatu yang terjadi di sana. Minhyo semakin khawatir, sampai akhirnya.....
Tao panik, ia membuka handphonenya. "Noona, jangan-jangan mereka terkena banjir bandang, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami dan sekutunya!! ANDWEEEEEEEEEE!! apa yang harus kita lakukan?!", Tao meneteskan air mata saking ia panik akan terjadi bencana alam disekitar rumah Yoora.
Seketika dahi Minhyo mengerut melihat sikap berlebihan Tao "Heol~ tidak begitu juga maksudnya"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.36 AM
Gerombolan namja tersebut pergi setelah kedatangan Kris dan yang lainnya. Kris membantu Kai untuk beridiri, serupa dengan Luhan yang juga membantu Sehun. "Gwenchana?" Tanya Luhan khawatir.
"Ugh.. ne hyung" Jawab Sehun masih kesakitan. Sehun melepaskan rangkulan tangan Luhan yang tadi membantunya berdiri. Luhan juga membiarkan Sehun berjalan sendiri. Anak itu menghampiri Sungchan setelahnya. Sehun melihat Yoora berdiri dihadapannya dengan ekspresi khawatir. "Kau disini? kupikir kau sudah berangkat"
Yoora membuang muka, "Kris masih disini juga, karena itu aku masih disini"
"Jangan khawatir begitu, aku baik-baik saja", ujar Sehun yang masih sempat-sempatnya menggoda Yoora.
"Naega?! Aku tidak menghawatirkan mu! Percaya diri sekali!" Sangkal Yoora.
"Argh..", Sehun mengerang kesakitan dan berpura-pura hampir terjatuh karena tak kuat berdiri. "S-Sehun-ah!", seru Yoora refleks menahan Sehun. "Gwenchana?", tanya Yoora.
Sehun tersenyum usil ketika melihat respon Yoora. "Sekarang aku mengerti arti kata: 'aku tidak khawatir' yang sesungguhnya"
"Issh", gerutu Yoora sambil kembali mendorong Sehun setelah tahu bahwa namja itu baik-baik saja.
Sehun menemukan Inkyung dalam keadaan temenung. Matanya menatap lurus kearah seorang namja yang tadi menolongnya. Namja itu sedang bersama Kris, Luhan dan Sungchan untuk membantu Kai saat ini, karena keadaan luka Kai cukup parah. Sehun menekankan perhatiannya pada wajah namja itu. Saat itu juga Sehun menunjukkan ekspresi yang sama dengan Inkyung. "Min..seok Hyung?" ucapnya pelan.
Tubuh Inkyung sendiri bergetar hebat. Ia terduduk lemah di sebuah batu besar di tempat itu. Kakinya seperti tak mampu berdiri. Wajahnya pucat seperti baru saja melihat hantu. Ingatannya sudah melayang kembali kepada apa yang ia alami beberapa tahun lalu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
FLASH BACK
POV : Inkyung.
Ia berdiri di hadapan ku saat ini, mencoba mencari jawaban dari apa yang baru saja ia lihat. Aku.. tak pernah mencintainya. Aku hanya mempertahankannya menjadi tunangan ku untuk keperluan tertentu, tapi.. nampaknya ia menganggap hubungan kami terlalu serius. Hari ini ia memergoki ku bersama dengan namja lain dan namja itu hanyalah teman ku.
"Kenapa kau diam?! Aku menunggu jawaban mu Oh Inkyung! Aku tak akan pergi begitu saja! Aku mempercayaimu dan aku hanya butuh penjelasan dari mu" Ujarnya. Kim Minseok.. nama namja ini. Satu tahun terakhir ia menjadi tunangan ku. Ia cukup sabar, ia tak pernah semata-mata pergi setelah melihat ku dengan namja lain. Ia selalu menungguku memberi penjelasan. Terdengar seperti tunangan yang baik. Tapi kenyataannya ia tak juga sebaik itu. Ia seringkali mengikutiku. Ia posesif dan selalu ingin tahu urusan ku. Ucapan 'aku percaya padamu' terdengar hanya seperti angin lalu bagiku. Ia selalu membuatku tak nyaman. Aku tak bisa dengan tenang berada didekat teman-teman ku, apalagi teman laki-laki. Aku tak pernah memiliki hubungan serius dengan namja lain selain dirinya. Semua namja di dekat ku hanyalah teman. Beberapa adalah namja yang menyukai ku, tapi aku tak sama sekali menyukainya. Karena itu sikap posesif Minseok selalu mengangguku. "Aku lelah.." Jawab ku. "Sedang apa kau disini? Kau bilang kau ada di rumah tadi.. Aku sudah mengirim pesan padamu. sudah kukatakan hari ini aku akan pergi ke pesta ulang tahun teman ku, apa lagi yang kau inginkan? Aku sudah melaporkan setiap hal yang kulakukan kepada mu dan kau.. tetap mengikuti ku seperti aku ini adalah seorang buronan"
Minseok menyentuh tangan ku. "Mianhae.. aku tak bermaksud.."
Aku menepis tangannya. "Sudahlah" Potong ku. "Kau sudah ribuan kali meminta maaf padaku karena hal yang sama.. sampai kapan kau akan terus seperti ini? aku tak yakin akan terus bersama mu jika kau terus seperti ini!" Kesabaran ku sudah mencapai puncaknya. Aku memang tak mencintai Minseok dan bertunangannya hanya untuk mewujudkan tujuan ku tapi aku juga tak cukup rendah untuk mencintai namja lain selama aku masih berstatus tunangannya. Aku masih punya hati untuk menghargainya.
Minseok kembali menggapai ku. Kali ini ia menarikku kedalam pelukannya. Hufh.. Aku benci kenyataan kadang berada di dalam pelukan nya membuat ku nyaman. Jika ia tak seposesif ini mungkin aku bisa mencintainya, karena bagaimanapun aku tahu ia begitu mencintai ku juga. Tubuhku merasa begitu hangat ditengah udara dingin malam ini. Kami berada di atas jembatan penyebrangan. Suara deruan mobil-mobil yang melintas dibawah sana, juga pemandangan yang indah dari tempat kami berdiri membimbing tangan ku untuk melingkarkan tangan ku pada tubuhnya.
Tapi jika aku memaafkannya, ia pasti akan mengulanginya lagi. "Lepaskan aku." ujarku melepaskan diri melepaskan diri dari pelukannya. "Namja tadi hanya teman ku. Aku ingin kau berhenti mencurigai semua orang yang dekat dengan ku", ujarku kesal. Aku melangkah mundur hendak meninggalkan nya untuk menuruni jembatan ini. TAP...TAP..TAP.. suara seseorang berlari kencang kearah kami terdengar sangat keras. aku tak peduli. Sampai akhirnya kurasakan tangan Minseok menarik tubuh ku saat orang yang berlari tersebut secara terburu-buru datang dan hampir menjatuhkan ku. Minseok kehilangan keseimbangan saat itu. Ia mendorong tubuhku hingga refleks membuatku melangkah mundur. Di hadapan mataku, Minseok terjatuh dari atas tempat kami berdiri. Tubuhnya menghantam satu per satu tangga jembatan tersebut. Kejadian tersebut begitu cepat, membuat otakku sulit bekerja. Mataku membelalak lebar "MINSEOK OPPA!!!" Teriakku keras. Teriakkanku tak membuat namja yang tadi menyenggolku dan menyebabkan semua ini terjadi bergeming, seperti tak berdosa. Ia terus berlari turun bahkan tak mempedulikan Minseok Oppa yang sudah terguling disana. Aku mengejarnya, tangan ku berhasil menyentuh pundak namja itu. Tubuhku bergetar saat kulihat wajahnya. Aku tak mengenalnya, tapi ia menatapku seperti ingin membunuh ku. Ia menepis tanganku, lalu kembali berlari. Aku pun membiarkannya. Karena aku tak mungkin meninggalkan Minseok oppa yang sudah terkapar hanya demi mengejar namja itu. Aku berjalan cepat menuruni tangga dan terburu-buru menghampiri tubuh Minseok Oppa yang terkapar tepat di tengah anak tangga. "Oppa.." Ku angkat tubuhnya dan kubiarkan kepalanya berbaring dipangkuan ku. "Oppa Ireona!!", seruku sambil menepuk-nepuk wajahnya. Darah terus mengalir dari dahi dan hidungnya karena ia sempat beberapa kali menghantam anak tangga. "TOLOOOONGGGG!!", Teriakku sekeras mungkin mencari pertolongan saat melihat keadaannya. "Oppa.. sadarlah.. Oppa.. Minseok Oppa.. hikss.. hikss.."
END OF FLASHBACK
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Minseok
Kris, Luhan dan Kai pergi lebih dulu lalu diikuti oleh Sehun. Sungchan dan Yoora juga mulai melangkah pergi, tapi Inkyung masih disana. Ia memperhatikan ku, matanya tak lepas dari diriku. Ia pasti kaget melihat ku muncul di hadapannya. Yang ia ketahui, aku masih terbaring lemah di tempat tidurku tanpa bisa melakukan apapun. Mungkin jika kami bertemu dalam kehidupan nyata, ekspresinya juga akan seperti ini saat melihat ku sehat.
Aku menghampirinya. "Inkyung-ssi Gwenchanayo?" Tanya ku basa basi.
Ia terkejut mendengarku memanggil namanya. "M-Minseok oppa..neo-"
"Aku tak tahu apa yang kau bicarakan", ujarku tenang.
"T-Tapi dari mana kau-", ujarnya tak percaya. Aku lalu menunjuk name tag yang tersemat pada seragamnya. "Ah...g-guraeyo?", gumamnya pelan.
Ia meneteskan air matanya, entah apa ini.. tapi air mata Inkyung membuat dadaku sedikit sesak "Kau.. Hiks.. hiks.. t-tapi kau...Min..seok.. oppa"
"Sepertinya kau salah orang" Jawab Ku cepat.
Ia kembali terkejut. Tatapannya semakin intens kearah ku. Ia melirik namtag pada pakaian ku "Xiumin?" Ucapnya pelan.
Aku tersenyum getir. "Mengapa semua orang selalu menyebutku Minseok? psh.. aku jadi penasaran seperti apa namja bernama Minseok itu...apa ia mirip sekali denganku?", Kuberanikan diri untuk menyentuh tangannya. Tap.. Senyum ku semakin getir, jantungku berdebar cepat, mungkinkah aku masih mencintai nya? pandangan kami bertemu. Kubaca raut kesedihan dimata Inkyung. Tenang Minseok.. kau tidak bisa terus seperti ini. Ia bisa mengenali mu. Hem.. Inkyung-a, Yoora dan Sungchan sudah hampir jauh, ayo berangkat. Aku akan menemani kalian untuk berangkat ke academy" Ku langkahkan kaki ku.
Inkyung menahanku. Ia seperti belum percaya. "Kau sungguh bukan Minseok oppa?" Tanya Inkyung.
"Xiumin.. nama ku Xiumin. Aku tidak mengenal mu. Aku belum lama pindah dari China", Jawab ku cepat. "Kalau boleh aku tahu.. Minseok itu.. apa hubungan ia denganmu? karena sepertinya kau shock sekali ketika melihat ku"
"Ia..", Inkyung tak meneruskan kata-katanya. Air mata yang tadi sempat hilang kini membasahi pipinya lagi. "Ia adalah seseorang yang begitu mencintaiku.... Tunangan ku"
DEG.. Ia mengakui ku tanpa ragu. Apa ia berpura-pura? mengapa air matanya terlalu nyata bagiku? Aku ingin memeluknya. Aku tak suka melihatnya menangis seperti ini. Tapi... itu mustahil. Ia mungkin sedang berpura-pura. Ia jelas sudah memiliki kekasih diluar sana. Kau mempermainkan perasaan ku, bahkan disaat aku bermimpi. nappeun yeoja.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author
07.40 AM
Dikarenakan tak ada orang di rumah Kai, Kris dan Luhan membawa Sehun dan Kai ke rumah Kai. Mereka kaget saat melihat keadaan rumah Kai yang berantakan. Bibi Shin turun dari tangga, terdapat memar di pipi kirinya. Ia menangis begitu bertatapan muka dengan Kai. "Hiks.. JongIn-a.. apa yang terjadi padamu" Tanya nya seraya memeluk Kai.
"Bibi.. Kau baik-baik saja? Dimana Eunhee noona?! apa ia baik-baik saja?!" Tanya Kai balik.
"Eunhee baik-baik saja, bibi baru saja menenangkannya..", Bibi Shin menatap Kris dan Luhan "Bisakah kalian membantu Kai ke kamarnya? Bibi akan mengambil obat juga air hangat" Pinta bibi Shin.
"Ne" Jawab Luhan dan Kris.
"Hyung tunggu!", seru Kai di depan kamar Eunhee. "Hyungdeul bawa Sehun ke kamar ku dulu saja. Aku ingin menemui noona dulu" lanjutnya
"Keadaan mu seperti ini.. Jangan memaksakan diri", tegur Kris.
"Gwenchana, aku akan membawa Sehun. Kau temani Kai saja", ujar Luhan.
***
Kai berjalan tertatih dibantu oleh Kris. Begitu ia memasuki kamar Eunhee. Ia tak melihat sang kakak di tempat tidurnya. Ia melihat kearah dekat jendela. Eunhee disana. Ia menangis sendiri. Tubuhnya terlihat lemah, sepertinya bibi Shin baru memberikan obat penenang padanya.
"Noona.." Kai langsung memeluk Eunhee.
Eunhee panik melihat keadaan adiknya. Ia menyentuh sekitar wajah Kai tanpa henti. "Eung.. eung..Hhk.. eung..hikssss.. hikssss"
"Noona.. noona gwenchanayo?", Tanya Kai yang kini ikut menangis. "Noona aku takut sekali, kupikir aku tak akan bisa bertemu dengan noona lagi...noona aku takut", Adu Kai pada Eunhee, pelukannya semakin erat.
Hati Kris teriris melihat pemandangan itu. Ia tak tahu apa yang terjadi. Siapa orang-orang yang menyerang Kai? apa alasan mereka melakuman hal tersebut? Mengapa mereka juga menyerang rumah Kai dan Eunhee? Kris berjongkok. Ia menepuk pundak Kai. "Tenangkan dirimu Kai.. Kasihan Eunhee" Ucap Kris pelan.
Kai mengerti maksud Kris. Eunhee memang tak boleh terlalu panik. Hal itu akan semakin menganggu mentalnya. Kai menghapus air matanya. "Tapi aku baik-baik saja noona" Ujarnya. Ia hendak melepas pelukannya, tapi tangan Eunhee kuat memeluknya. Ia sama sekali tak mau melepas Kai. "Noona~" Rintih Kai sedih. Ia tahu Eunhee begitu mengkhawatirkannya.
Kris menyentuh pelan tangan Eunhee. "Eunhee-ah.. Kai terluka. Kalau kau terus memeluknya, ia akan kesakitan.. ia belum diobati" Ujar Kris perlahan.
Eunhee mengangguk. Ia melepaskan Kai. Isak tangis masih terlihat pada diri Eunhee. Ia menatap lekat Kris lalu menyunggingkan senyum tipis. Ditepuknya lengan Kai memberi tanda untuk Kris bahwa ia ingin menjaga Kai.
"Araseo.. ", Kris mengelus rambut Eunhee. "Kau tenang saja, Kai akan segera pulih"
Eunhee mengambil buku dan pensil dari atas meja dengan tangan yang gemetar. Ia menuliskan sesuatu disana. Saat-saat seperti itu ia selalu merasa Minseok ada disampingnya, membimbingnya untuk menulis, pelan tapi pasti meski tulisan Eunhee masih sulit terbaca, dikarenakan tangannya yang terlalu gemetar, ia berhasil menuliskan sebuah kata dibuku tersebut 'Gomawo Kris'
Kris tersenyum tenang "Eum, aku bawa Kai ke kamarnya dulu"
Eunhee mengangguk, tangannya mengenggam tangan Kris beberapa saat.
Kai juga tersenyum karena Eunhee sudah terlihat banyak perkembangan. Setidaknya ia sudah mengerti apa yang orang lain katakan padanya. Padahal sebelumnya ia hanya mengacuhkan semua orang bagaikan ia tak ada di dunia yang sama dengan orang-orang disekitarnya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
11.30 AM
Bel berbunyi, tanda jam istirahat makan siang telah tiba. Siswa-siswa berhamburan keluar dari kelas mereka, tak terkecuali gerombolan para bandit kelas 3-2.
"Makan dimana kita?" Tanya Chen bernada seperti dora. Ia melirik-lirik Baekhyun, mungkin saja ia akan mentraktir mereka.
"Kantin" Jawab Baekhyun santai, serta merta memupuskan harapan Chen untuk makan diluar. "Hehehe" Kekeh Baekhyun.
"Eo.. Baekhyun-ah bukankah itu Ibumu?" Chanyeol menujuk seorang yeoja yang terlihat seperti Ibu dari Baekhyun.
"Ah ne....EOMMA!" Panggil Baekhyun mengangkat tangannya memberitahu sang ibu, keberadaannya.
Ibu dari Baekhyun berjalan menghampiri Baekhyun dan teman-temannya itu "Adeul", sapanya. Ia memberi pelukan singkat pada Baekhyun.
Semua teman Baekhyun tanpa terkecuali membungkuk sopan. "Annyeonghaseyo bibi" Ucap mereka bersamaan.
"Aigoo.. Chanyeol kau semakin tampan, Chen juga", Sapa Eomma Baekhyun. Ia menepuk pundak D.O "Kyungsoo.. wajah mu semakin dewasa, kau juga bertambah tinggi"
"Guraeyo.. gomawoyo bibi" Ujar Kyungsoo.
Eomma Baekhyun tersenyum pada dua orang yeoja disana, Songhee dan Micha. Karena baru semester ini Baekhyun sekelas dengan kedua yeoja itu, Eomma Baekhyun belum begitu mengenali mereka. "Omoo.. neomu yeoppeo" Serunya pada Songhee sambil memegang tangan Songhee.
"Bibi jangan berlebihan, aku biasa saja" Jawab Songhee merendah, meski tak dapat disangkal siapapun pasti bahagia mendengar pujian semacam itu.
"Aniya.. Kau memang cantik, cantik sekali" Puji Eomma Baekhyun lagi, "Siapa nama mu?"
Chen sedikit merapat pada Ny.Byun "Bibi.. jangan menggoda yeoja itu, namanyan Lee SongHee, ia yeojachingu baru Chanyeol"
Chanyeol mendorong malu Chen "Ya.. apa yang kau katakan", ujarnya malu-malu
"Gureaeyo....kau selalu kalah start dalam hal ini" Ny.Byun memukul pelan tangan Baekhyun.
"Eomma Mwoya", gerutu Baekhyun tak nyaman.
Kini pandangan Ny.Byun mengarah pada Micha. Ia tersenyum tipis sama seperti ia tersenyum pada Songhee "Dan kau?"
"Ah.. Ne Annyeonghaseyo Xi Yi Jie imnida" Micha memperkenalkan diri.
Entah atas dasar apa, tapi setelah mendengar Micha memperkenalkan diri, Ny. Byun terdiam. Ia memperhatikan Micha cukup lama. lalu kembali tersenyum "Xi Yi Jie?"
"Ne, apa aku pernah bertemu anda sebelumnya?" Tanya Micha karena ekspresi Ny. Byun seperti mengenalnya.
Ah. ani.. tapi... Bibi baru saja dari ruang kepala academy untuk mengurus surat panggilan orang tua Inkyung. Ibu kepala mengatakan Yi Jie dan Inkyung berkelahi karena kekasih YiJie .. zhang"
Kyungsoo memotong ucapan Ny.Byun. "Semua itu hanya salah paham bibi, Noona tak ada hubungan apapun dengan Lay hyung, sepertinya Inkyung yang salah menanggapi"
"Ah.. sudahlah.." Sergah Baekhyun lagi. "Eomma, aku akan mengantar eomma sampai depan, dan kalian.. kalian ke kantin duluan saja, nanti aku menyusul" Lanjutnya, ia segera menemani sang ibu untuk pulang sebelum masalah semakin panjang.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Lay kau tidak makan siang dengan Yi Jie?" Tanya Suho.
"Menagapa aku harus makan siang dengan Yi Jie? sejak kami tak sekelas kami tak pernah makan siang bersama lagi.. Sungchan dan Minhyo juga, belakangan Yi Jie lebih banyak makan siang dengan Chanyeol dan yang lainnya", Jawab Lay tenang, sampai akhirnya ia menyadari ia baru saja mengucapkan suatu hal yang membuat Suho curiga. "Pabo.. aku lupa" Seru Lay dalam hati.
Suho memikirkan apa yang dikatakan Lay "Ah.. begitu rupanya, kupikir kalian pasangan yang romantis"
Eunkyo berdiri dari tempat duduknya. setelah membereskan barang-barang "Joonmyeon-ah...Kau mau makan siang bersama eomma mu?"
"Ani...aku akan makan siang dikantin. Kau juga? Kita kesana bersama" Ajak Suho. "Kau mau ikut Lay?"
"Aniya.. aku ada janji dengan seseorang" Jawab Lay.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Chanyeol melahap makan siangnya, tapi sejak tadi sesuatu sangat mengganggu pikiran Chanyeol. "Kau dengar apa yang Ny. Byun ucapkan tadi? Dia datang karena surat panggilan yang diberikan untuk Inkyung... Surat itu harusnya untuk orang tua Inkyung, kenapa justru Ny.Byun yang datang?"
"Aku juga penasaran...Baekhyun tak pernah menceritakan apapun pada kita.. saat dulu pertama aku mengenalnya, ia sering sekali membuat masalah dan orang yang paling sering dikerjai nya adalah Inkyung. Coba lihat sekarang, semenjak masuk academy Baekhyun jadi sangat berbeda.. justru Inkyung yang jadi seperti gadis kesurupan begitu.. aku bingung", Jawab Chen dengan mulut penuh makanan.
Songhee tak terlalu tahu seperti apa Baekhyun dulu dan Inkyung dulu. Ia hanya mengenal mereka saat mereka sudah dalam keadaan seperti ini, tapi ada sesuatu yang ia ketahui. "Kupikir kalian tahu.. tapi Inkyung itu memang bertunangan dengan anak keluarga Byun. Karena itu aku kesal sekali waktu Micha eonnie dihukum gara-gara Inkyung. Ibu kepala pasti tak berani menghukumnya karena hubungan Inkyung dengan keluarga Byun"
"MWORAGO!!" Sentak Chanyeol dan Chen bersamaan. "Jadi maksudmu, Inkyung dan Baekhyun itu bertunangan?", Tanya Chen dan Chanyeol bersamaan lagi.
"Setahuku begitu.." Jawab Songhee meski ia juga tak terlalu yakin. "Kalau mau lebih pasti kalian tanya Suho oppa. Dia lebih mengerti sepertinya, keluarga mereka lebih dekat"
Kyungsoo ada disana. Ia juga mendengarkan sejak tadi. Ia hanya tak ikut bicara. Ia memandang Micha dihadapannya. Yeoja itu hanya mengacak-ngacak makan siangnya tanpa menyuap sekalipun. Ia menyentuh pelan tangan yeoja itu. "Noona...gwenchanayo?", tanya Kyungsoo pelan.
"Ne? Ne! gwenchana", ujar Micha.
"Guraeyo", ujar Kyungsoo tersenyum.
"Kau...tak ke perpustakaan?", tanya Micha.
"Ani....Eunkyo noona belum keluar dari kelasnya", jawab Kyungsoo.
"Ah gurae...", ujar Micha kembali tertunduk lesu.
Kyungsoo menghela nafas pelan. Kyungsoo bukan tak tahu. Diantara Chen, Chanyeol dan dirinya. ialah satu-satu nya teman Baekhyun yang mengetahui tentang hubungan Baekhyun dan Inkyung sebenarnya. Ia juga satu-satunya yang sering diajak bicara serius oleh Baekhyun. Ia juga tahu pasti alasan Baekhyun berusaha merubah sikapnya sejak 2 tahun lalu.
"D.O-a jika kau ingin lebih dekat dengan yeoja yang kau sukai, sekalipun ia lebih tua darimu, berhentilah memanggilnya noona, itu akan membantu merubah pandangannya tentang mu, ia akan menganggap mu 'namja' " –Baekhyun-
"Bocah itu selalu terlihat baik-baik saja, tapi sebenarnya setiap saat, ia mendengarkan baik-baik ucapan semua orang, dan ia akan memikirkannya saat ia sedang sendiri"
-Baekhyun-
Pikiran Kyungsoo terus berputar-putar. Ia tak begitu menggubris pembicaraan Chen, Chanyeol dan Songhee. "Kupikir akulah orang paling bodoh dalam urusan ini, tak kusangka bahwa ada orang yang ternyata jauh lebih bodoh dariku.. psh.. tapi kalau kupikir-pikir kasihan juga.."
Micha berdiri. "Babodeul.. aku ingin ke kamar kecil dulu" Pamitnya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Suho merogoh kantung celananya. Ia baru menyadari bahwa ia tak membawa handphonenya. "Eunkyoy-a kau ke kantin duluan saja, handphone ku sepertinya tertinggal di meja"
"Baiklah", Jawab Eunkyo. Suho kemudian berlari kembali ke kelasnya. Eunkyo menghela nafas. "Ada-ada saja, padahal jarang sekali ia mau makan siang bersama, aku memang kurang beruntung"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Apa?!! Jadi ada yang menyerang Kai?!", Seru Miyoung kaget mendengar cerita Yoora dan Sungchan yang kini sedang makan siang bersama mereka.
Tao ikut makan bersama para noona. Ia makan dengan lahap sementara para yeoja sibuk membicarakan tentang kejadian tadi pagi. Sementara tak seorangpun dari para yeoja berniat untuk makan, karena mereka memikirkan nasib Kai dan Sehun. Tao memanfaatkan kondisi tersebut untuk makan lebih banyak. "Noona, kau tidak lapar? kenapa tidak makan? kalau tidak lapar lebih baik untukku"
Miyoung mendorong pelan piringnya pada Tao. "Makan lah…aku sedang tidak bernafsu makan", ujar Miyoung. Ia melanjutkan perbincangannya dengan Sungchan, Minhyo, dan Yoora. "Lalu bagaimana keadaan mereka sekarang?"
"Kondisi Kai lebih parah dari Sehun. Sepertinya memang orang-orang itu mengincar Kai. Mereka juga menyerang Sehun hanya karena Sehun berusaha membantu Kai", Jelas Yoora.
BRAKKK!, Tao tiba-tiba menggebrak meja setelah mendengar ucapan Yoora. "Tapi mereka tak menyakiti mu kan?", Tao menggenggam tangan Yoora tiba-tiba, menatapnya seolah ia adalah pahlawan yang hendak melindungi tuan putri.
Tubuh Yoora langusng merinding karena sentuhan Tao. Disentuh Tao sama seperti disentuh mahluk halus bagi Yoora. Ia panic, "Eonnieee T.T" rengeknya pada Sungchan.
BLEPPAAKK!! Sungchan menghajar kepala Tao dengan buku tanpa bicara apapun. Ia memisahkan tangan Tao dari sepupunya itu. Yoora pun langsung pindah tempat duduk, ia bersembunyi di samping Sungchan.
"Mengapa semua orang selalu berbuat jahat padaku?", ujar Tao dramatis, kepalanya bersandar di atas meja. Meski begitu tangannya masih lincah menggerakan sumpit untuk melanjutkan makan.
"Sabar ya Chingu…kelakuanmu sih menyeramkan begitu", ujar Minhyo prihatin.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Suho berniat mengambil kembali handphonenya yang tertinggal di kelas. Ia menemukan handphonenya tergeletak di atas meja ketika ia memasuki ruangan kelasnya. "Ah.. kupikir hilang", ujarnya setelah menemukan handphone tersebut. Ia sudah berjanji akan akan makan bersama Eunkyo, karena itu ia bergegas untuk segera ke kantin.
Ia keluar dari ruangan kelasnya. Tak disangka ia mendapat sebuah 'kejutan'. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Lay dan Inkyung sedang berjalan berdua dengan tangan saling berpaut satu sama lain. "Mal...do..andwe" ucapnya tak percaya. Suho mengikuti kedua orang tersebut. Mereka pergi ke salah satu lorong yang cukup sepi dan keduanya duduk di sana. Lay mengeluarkan kotak makan dari tasnya. Ia membuka kotak makan tersebut. Ekspresi Inkyung terlihat senang akan hal tersebut. keduanya pun melahap bekal makan siang itu bersama. Sekarang Suho mengerti arti dari jawaban Lay tadi saat Suho bertanya tentang makan siang bersama YiJie.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Luhan dan Kris masih berada di rumah Kai bersama dengan Sehun. Saat ini Kai tengah tertidur. Kris, Sehun dan Luhan tengah menghabiskan makan siang mereka yang telah dibuatkan oleh bibi Shin.
"Hyung, apa tak sebaiknya kita bangunkan Kai dulu agar ia makan siang?" Tanya Sehun kasihan pada Kai.
"Tapi sepertinya ia sedang lelah sekali", Jawab Luhan. "Biarkan ia istirahat, saat bangun nanti ia juga pasti merasa lapar dan meminta makan hihihi"
"Kalian tunggu disini dulu..aku ada urusan sebentar", ujar Kris.
"Urusan apa?", tanya Luhan.
"Sesuatu.. sudahlah", ia pun keluar dari kamar itu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Eunkyo menunggu Suho di kantin sudah lebih dari tiga puluh menit, tapi sosok Suho belum juga terlihat. Ia hanya memesan dua gelas ice coffee untuk dirinya dan Suho tanpa memesan makanan. "Apa mungkin Suho memang tidak berniat makan siang dengan ku sejak awal..ia mungkin hanya basa-basi", gumam Eunkyo sambil melamun memperhatikan segelas ice coffee milik Suho yang sudah dipesankan Eunkyo untuknya.
Tiba-tiba seseorang menempati kursi di samping Eunkyo dan merebut ice coffee milik Suho tanpa seizin Eunkyo. Eunkyo terkejut saat ia melihat tangan itu mengambil minuman milik Suho. “Ya! kau tidak sopan seka-“, Ia menghentikan ucapannya ketika melihat siapa yang baru saja melakukan hal tersebut. “Kyungsoo?"
“UHUK! UHUKK!”, Kyungsoo terbatuk-batuk setelah meminum ice coffee tersebut. "Aku tersedak..uhuk! tidak apa ini kuminum? Aku haus sekali…aku akan menggantinya..", ujar Kyungsoo sambil menepuk-nepuk dadanya. "Uhukk.. ahh". Tentu saja ia hanya berpura-pura. Sejak tadi ia memang berada di kantin. Ia melihat Eunkyo duduk sendirian begitu lama, karena itu ia berinisiatif untuk menghampiri Eunkyo.
"Omoo! G-Gwaenchana?", seru Eunkyo menepuk pelan pundak Kyungsoo karena berpikir namja itu benar-benar tersedak. "Cepat minum yang banyak! Aku akan memesan air mineral…chakkaman", seru Eunkyo hendak bangkit dari kursinya berniat untuk memesan air mineral untuk Kyungsoo, namun Kyungsoo menggenggam pergelangan tangan yeoja itu, menahannya.
“Aniyo…nan gwenchanayo”, ujar Kyungsoo sambil menarik pelan tangan Eunkyo seraya memintanya untuk duduk kembali.
“Jincha?”, Tanya Eunkyo.
"Jinchayo…nan gwaenchanayo… aku sudah baikan.. Aku akan membeli lagi untuk mengganti milikmu", ujar Kyungsoo berniat meninggalkan tempat saat Eunkyo menyentuh tangannya.
"Tak perlu", ujar Eunkyo. Tangannya membimbing Kyungsoo untuk duduk kembali. "Pemiliknya juga tak akan datang..kau disini saja..habiskan minuman itu sembari menemaniku", ujar Eunkyo.
"Pemiliknya? Suho Hyung?", Tanya Kyungsoo.
Eunkyo mengangguk pelan, "Sepertinya ia tak akan datang", ujarnya getir.
"Sepertinya aku harus mengganti minuman mu", ujar Kyungsoo sambil segera menghabiskan Ice Coffee tersebut.
"Apa maksud mu?", Tanya Eunkyo. Kyungsoo menyentuh dagu Eunkyo, mengangkat wajah yeoja itu. mengarahkan pandangannya ke depan, dimana sosok Suho sudah terlihat mendekat. "Karena dia datang", Jawab Kyungsoo menahan perih di hatinya. Eunkyo tersenyum bahagia melihat Suho.
Kyungsoo berdiri dari tempat duduk itu. “N-Neo eodiga?”, Tanya Eunkyo ketika tiba-tiba Kyungsoo bangkit dari kursinya.
"Hwaiting", gumam Kyungsoo pelan sambil tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Eunkyo dan kembali ke meja tempat teman-temannya berada. "Setidaknya kau tersenyum karena hal itu, aku cukup bahagia karenanya.. seharusnya.. seperti itu. tapi.. mengapa hatiku tetap merasa sakit... sigh~.." Ujar Kyungsoo dalam hati.
Eunkyo terdiam memperhatikan Kyungsoo yang kembali menuju meja tempat teman-temannya berada. "Ini hanya perasaan ku atau.. Kyungsoo memang terlihat.. kecewa?"
Suho mengibaskan tangannya di depan wajah Eunkyo, "Eunkyo-ya?"
Eunkyo refleks menoleh ke arah Suho, “Ah..n-ne?”
“Gwenchana?”, Tanya Suho.
“Eo..gwenchana”, jawab Eunkyo tersenyum. Ia kemudian menyerahkan ice coffee milikya yang belum diminumnya sama sekali.
“Ige mwoya? Ini untukku?”, Tanya Suho.
“Ne…tadi aku memesankan ice coffee untukmu dan aku”, ujar Eunkyo.
“Ah jincha? Gomawo…lalu bagaimana denganmu?”, Tanya Suho sambil menikmati ice coffee pemberian Eunkyo.
“A-Aku…sudah menghabiskan milikku tadi”, ujar Eunkyo meskipun sebenarnya ia belum meminum apapun sama sekali.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Kris mengendap-endap keluar dari kamar Kai. Ia memiliki firasat yang buruk jika tidak hati-hati. Ia berjalan pelan menuju kamar Eunhee. Disentuhnya handle pintu kamar Eunhee dan terbuka….kebetulan kamar itu tak terkunci. Kris mengintip ke dalam. Eunhee tengah berdiri di depan pintu geser kamarnya. Yeoja itu tak henti melirik-lirik ke bawah, sepertinya ia sedang menunggu seseorang. "Eunhee-ah~" Panggil Kris pelan.
Eunhee mendengar panggilan Kris, kondisinya jauh lebih sehat dari beberapa jam yang lalu. Ia berlari ke arah Kris menarik Kris masuk, lalu segera menutup pintu kamarnya, setelah sebelumnya ia memastikan tak ada yang melihat Kris.
"Wae?" Tanya Kris.
Eunhee tak menjawab. Ia hanya mengunci pintu kamarnya. Eunhee kembali menarik tangan Kris. Ia meminta Kris duduk di sofa yang terdapat dikamarnya. Eunhee mengambil buku dan pulpen miliknya. Ia menuliskan sesua.tu lagi disana. Kau dapat membaca ini?, itulah yang tertulis dibuku tersebut.
Orang awam (?) mungkin tak bisa membacanya, termasuk Minseok. Tapi Kris dapat dengan santai membaca tulisan tersebut "Ah.. tentu saja aku bisa membacanya! tulisan ku jauh lebih buruk dari itu haha"
Eunhee tersenyum lega. Ia menulis lagi. Eunhee menarik nafas, gemetar di tangannya sudah mulai berkurang. Ia menunjukkan tulisannya pada Kris: Apa kau bertemu dengan Xiumin?
Kris mengangguk, "Hum.. tadi ia ikut menyelamatkan Kai dan Sehun, tapi Aku meminta ia untuk tetap berangkat ke academy bersama dengan Yoora, Sungchan dan Inkyung. Berjaga-jaga kalau sampai gerombolan tadi masih mengikuti mereka. ah... Kenapa kau menanyakan Xiumin?"
Eunhee menjawab melalui tulisannya sekali lagi: Ia yang selama ini terus membantu ku. Hari ini ia tidak datang. Aku mencemaskannya
Kris tersenyum miris, "Ah begitu.. chakaman.. kau bilang ia membantu mu? Jadi kau terus bertemu dengannya? Bagaimana ia bisa menemui mu?"
Eunhee menunjuk pintu geser kamarnya. Kris melangkahkan kakinya menuju pintu geser tersebut. Ia membuka pintu itu. Di samping beranda kamar tersebut terdapat sebuah tangga kayu. "Xiumin menggunakan tangga untuk naik ke tempat ini?", pikir Kris. Ia menatap Eunhee dengan seksama. "Benar, pantas saja Eunhee terlihat jauh lebih sehat dari terakhir kali aku bertemu dengannya di perkebunan. Xiumin pasti begitu berarti bagi Eunhee. Ia melakukan sesuatu yang terlalu berani.. sesuatu yang bahkan tak pernah terpikirkan oleh ku. Selama ini aku hanya menunggu dan menunggu. Membiarkan Eunhee terkurung di tempat ini tanpa bertemu siapapun, aku tak pernah berinisiatif untuk melakukan sesuatu untuk bertemu ataupun bertanya padanya. Aku iri pada mu Xiumin"
Eunhee menulis cukup panjang pada selembar kertas. Ia melipat kertas tersebut. Eunhee menyentuh pundak Kris yang sedang termenung.
"Ne.. wae?" Tanya Kris saat tersadar dari lamuanannya.
Eunhee menyerahkan kertas tersebut pada Kris. Ia juga membuka lembaran kertas pada bukunya: Karena hanya kau yang bisa membaca tulisan ku saat ini, tolong aku.. beritahu apa yang tertulis disana pada Xiumin. Eunhee membuka lembar berikutnya: Sekarang sebaiknya kau keluar dari kamar ini, akan berhaya bagi diriku dan Kai jika mereka mendapati mu berada disini.
Kris mengangguk, "Aku mengerti.. aku akan berusaha membaca dengan benar apa yang tertulis disini, sebisa mungkin aku akan memberi tahu isinya pada Xiumin. Kau.. jaga baik-baik dirimu Eunhee-ah"
Kris beranjak untuk keluar. Ia terhenti sejenak, lalu kembali berbalik. Ia merogoh kantungnya, mengeluarkan sebuah Handphone dari sana. "Sembunyikan ini.. Aku akan meminta nomor Xiumin padanya nanti dan akan mengirimkan pada mu melalui nomor ku yang lain. Jika keadaan memang terdesak dan seorangpun termasuk Xiumin tak bisa menemui mu, kau bisa memberitahu keadaan mu dengan ini. Disana ada nomor Yijie, Luhan, Sungchan, Yoora, Chanyeol, Suho, Miyoung dan yang lainnya, pastikan tak seorangpun mengetahui kau membawanya, termasuk adik mu Kai"
Tatapan Eunhee menyendu. Perlahan air matanya menetes. Ia memeluk Kris, memeluk namja itu begitu kuat karena ia tak tahu bagaimana harus berterima kasih pada Kris.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Next 2 week
POV: Minseok
08.00 AM
Minggu pagi yang cerah mengarahkan setiap langkah kecil kaki Eunhee menuju perkebunan bunga. Ia bersama diriku berjalan mengendap-endap untuk mengagetkan Kris dan Miyoung. Upaya kami selama dua minggu terakhir ini nampaknya cukup berhasil. Eunhee begitu sehat sahat kini. Ia sudah mampu berjalan juga berlari kecil. "Eunhee-ah.. sebenarnya aku tak bisa mengantar mu ke dalam eum.. aku ada sedikit urusan. Tapi jam sepuluh nanti aku akan kembali untuk mengantar mu pulang", ujar ku padanya. Eunhee tersenyum kecil. Ia mengeluarkan note kecil dari sakunya: Ne.. Hati-hati ^^
Aku tersenyum kecil dan membiarkannya masuk ke dalam area perkebunan bunga. Aku tersenyum getir kala menyadari bahwa secara perlahan Eunhee sudah mulai kembali menemukan hidupnya. Mungkin ia tak akan memerlukan ku lagi suatu hari nanti. Aku tak mungkin terus menjadi penghalang antara dirinya dan Kris. Ia sudah banyak berkomunikasi pada Kris melalui handphone. Aku tak memberikan nomor ku, lebih tepanya tak mungkin. Aku hanya bermimpi, mimpi yang cukup aneh.
***
Kubuka pelan mataku dan aku kembali ke dunia nyataku. Semudah itu aku pergi lalu kembali. Semakin lama kurasa diriku semakin mirip dengan hantu. Hari ini kamar ku terlihat lebih cerah. Nampaknya seseorang membuka lebar jendela kamar ku dan membiarkan pancaran sinar memenuhi ruangan ku. Samar-samar aku merasakan kehadiran seseorang. Sebuah bayangan terpantul dari dekat jendela kamarku. Seseorang tengah berdiri di sana. Aku tahu siapa orang itu. Ia berdiri didepan jendela kamar ku sekarang. Selalu seperti itu, seperti bocah kesepian yang tak memiliki teman. Padahal orang yang tinggal dirumah nya begitu banyak. Ia bisa bicara dengan siapa saja.. tapi ia selalu dan selalu kembali ke dalam kamar ku.
Ia berbalik lalu menyadari bahwa aku sudah bangun. "Ya Kim minseok.. kau baru bangun? ckkckc.. ini sudah pukul delapan pagi", ujarnya. Ia duduk di sisi tempat tidur ku, melipat kedua kakinya bersila. "Kau lihat langit itu? Diriku dan dirinya berada dalam jarak sejauh itu sekarang hahaha", ujarnya tertawa. Entah apa yang ia tertawakan…tapi bagiku tawanya terdengar menyedihkan. "Seseorang pernah mengucapkan padaku…karena kau merasa hidup mu menyakitkan, maka saat itu kau seharusnya berterima kasih. Ia berkata bahwa cobaan berupa rasa sakit itu lebih ringan dibandingkan cobaan berbentuk kebahagiaan. Karena rasa sakit itu.. lebih terlihat", sial anak ini! Akulah yang dulu pernah mengucapkan hal itu padanya.
"Gwenchana.. Kau bisa terus seperti itu.. Mungkin jika aku tak tahan dengan perasaan ini. Aku akan mati lebih dulu…itu takdir... Annyeong", ujarnya sebelum Ia berlari keluar kamar ku. Ia datang ke kamarku pagi ini hanya untuk menyindir ku lagi. Itu lah caranya mengadu padaku. Ia sedang mengatakan padaku bahwa saat ini hatinya sedang tersakiti dan tak ada yang bisa kuperbuat untuknya. Karena kondisiku yang seperti ini, maka ia akan terus merasakan sakit.
Aku.. adalah pengecut, karena mimpi ku jauh lebih indah dari kehidupan ku. Aku terus hidup di dalamnya, membiarkan setiap orang dalam kehidupan nyata ku menanti ku kembali dan seperti mendapat harapan kosong. Aku terlalu takut untuk meninggalkan kehidupan mimpi ku dan memilih tenggelam didalamnya, meski masalah disana juga tak kalah berat dari masalah ku di kehidupan nyataku. Yang jelas berbeda hanya keadaan ku. Berulangkali ku ucapkan pada Eunhee agar ia tak terkalahkan oleh rasa takutnya, lalu bagaiman dengan diriku sendiri?
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author.
07.00 PM
Kyungsoo berjalan sendiri disekitar danau. Ia hendak berangkat ke rumah Baekhyun. Kyungsoo mengecek handphonenya. Selama dua minggu terakhir, notifikasi dari account SNS sedikit sepi. Meskipun ia jarang berpartisipasi di setiap postingan teman-temannya, namun ia selalu memperhatikan apa yang dibicarakan teman-temannya dalam setiap postingan SNS mereka. Hanya Chanyeol dan Songhee ramai hanya berdua saja. Chen juga Baekhyun hanya merusuh sesekali juga, itu juga akhirnya mereka berhenti karena tak ingin menganggu Chanyeol dan Songhee. "Tak kusangka.. Aku merindukan keributan mereka, bahkan rasa rinduku men- dorong aku berbuat sampai sejauh ini", gumam Kyungsoo bicara pada handphonenya.
"Kyungsoo-ya~~", seru sebuah suara dari kejauhan.
Kyungsoo menegaskan pandangannya, ia melihat Suho disana. "Suho hyung?"
Suho menghampiri Kyungsoo. "Sedang apa kau disini?"
"Aku ingin ke rumah Baekhyun…Hyung sedang jalan-jalan?", Tanya Kyungsoo balik.
"Aniya….aku baru saja kembali setelah menemui teman lamaku, Minseok hyung", Jawab Suho. "Sepertinya Baekhyun juga sedang butuh teman hahah", Canda Suho.
Kyungsoo tersenyum, "Ah.. dari mana hyung tahu?"
Suho menepuk pundak Kyungsoo pelan, "Aissh jangan bercanda Kyungsoo-ya! aku duluan", ujar Suho kemudian bergegas pergi meninggalkan Kyungsoo.
“Apa yang dibicarakannya?”, gumam Kyungsoo yang sama sekali tak mengerti maksud ucapan Suho
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Chanyeol membuka pintu rumahnya. Ia datang bersama Songhee ke tempat itu. Tempat yang ia datangi hanya sesekali saja, tempat yang sesungguhnya ingin ia lupakan jika ia bisa. "Masuklah Songhee, maaf berdebu sekali"
Songhee tersenyum tenang. Di manapun, di tempat segelap dan sekotor apapun akan tetap terasa indah baginya saat berdua dengan Chanyeol. "Wajar saja, sudah hampir sebulan semenjak liburan berakhir hehe.. Eum Kau tinggal disini sendiri?" Tanya Songhee.
Chanyeol mengangguk. Ia menepuk-nepuk sofa pada ruang tamu sambil mengibaskan tangan di udara setelah terkena debu yang berasal dari sofa yang berdebu tersebut. "Uhukk.."
"Hihi..", Songhee terkekeh melihat Chanyeol yang tengah terbatuk-batuk karena terkena debu sofa.
Chanyeol hanya melihat ke arahnya dengan pandangan manis, disertai senyum ringan. "Duduklah dulu"
Songhee duduk pada sofa tersebut. Ia menunggu Chanyeol yang pergi ke ruangan lain. Songhee melirik jam tangannya, Miyoung berjanji akan menjemputnya jam sembilan nanti. "Masih dua jam lagi", ucap Songhee pelan. "Chanyeol-ah",panggil Songhee sedikit keras memanggil Chanyeol karena takut Chanyeol tak mendengar.
"Ne?", Chanyeol muncul dari balik dinding.
"Bagaimana kalau kita membereskan rumah ini?" Saran Songhee.
Chanyeol menghampiri Songhee. Ia duduk di samping yeoja itu setelah meletakkan dua kaleng juice jeruk di atas meja. "Untuk apa?"
"Markas", Cetus Songhee memberi ide.
"Eo? Markas? Bukankah markas kita di rumah Suho hyung?" Ujar Chanyeol.
Songhee menjabarkan idenya. "Justru itu.. Kita selalu berkumpul disana, jadi aku mau tak mau terus bertemu dengan Suho Oppa. Dia juga sering tiba-tiba bergabung seolah ia mengerti apa yang kita bicarakan. Ia menganggu sekali. Lagipula rumah mu ini lebih dekat dengan rumah Kyungsoo dan Micha eonnie.. Jadi mereka juga bisa ikut main dengan kita. Baekhyun memiliki kendaraan pribadi, jadi tak masalah. Kita.. Juga bisa menginap setiap akhir pekan, sepertinya akan seru, eotte?"
Chanyeol menimbang-nimbang saran yang diberikan oleh Songhee. Sepertinya ada bagusnya juga, sebenarnya ia juga sering cemburu kalau Songhee selalu diantar pulang oleh Suho. Kalau mereka berkumpul dirumah Chanyeol, maka Songhee akan pulang bersama eonnienya, Miyoung, setelah selesai dari perkebunan bunga. "Ide bagus! tapi aku tidak persiapan apa-apa untuk membersihkan rumah ini"
"Aissh! Ada supermarket di seberang jalan sana! Kita tinggal membeli beberapa keperluan, lalu melakukannya bersama. Besok setelah kembali dari academy kita beri kejutan pada anak-anak lain"
Chanyeol meletakkan tangannya di kepala Songhee, lalu mengelusnya pelan. "Kau penuh ide sekali", Chanyeol merasa canggung saat mata Songhee mengarah pada tangannya. "M-Mian", gumamnya salah tingkah. Songhee hanya menanggapi hal tersebut dengan senyuman malu-malu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.10 PM
Baekhyun membuka pintu kamarnya dan menemukan Kyungsoo sudah berdiri disana. Baekhyun bergegas keluar dari kamarnya, ia mengecek sampai ke arah tangga, memastikan tak ada orang lain yang datang. Ia kembali lagi ke hadapan Kyungsoo. Sekali lagi ia melakukan hal aneh, ia mengerjapkan matanya, menatap Kyungsoo dengan seksama.
"Kau sedang apa?", Tanya Kyungsoo heran seperti anak hilang di depan kamar Baekhyun tersebut karena sang pemilik kamar tak juga menyuruhnya masuk.
Tatapan tak percaya dilancarkan Baekhyun pada Kyungsoo. “Do Kyungsoo? D.O? Monggiee?"
Tanpa berkata apapun, Kyungsoo menarik Baekhyun. Ia melingkarkan tangannya mengambil posisi membelit leher Baekhyun. Ia menekankan kekuatan pada lengannya tersebut, lalu memberi 'hadiah' untuk Baekhyun.
"Aaakkk~ ", Rintih Baekhyun kesakitan. Kyungsoo melepaskan tangannya dari leher Baekhyun. Tatapan datar khas Kyungsoo terus dilancarkannya pada Baekhyun.
"Aku minta lagi.. Yang tadi" Ujar Baekhyun jahil.
BLEPAKK.."Ahhh" Baekhyun terlutut didepan pintu kamar, karena Kyungsoo menendang kakinya. Lagi-lagi tanpa kata-kata dan tanpa persetujuan, Kyungsoo memasuki kamar Baekhyun setelah melangkahi Baekhyun yang masih kesakitan di depan pintu kamarnya.
"Setan apa yang membawa mu kesini?" Tanya Baekhyun santai sambil memakan sendiri snack yang dibawakan oleh pelayannya untuk Kyungsoo. Kyungsoo menunjukkan handphonenya ke depan mata Baekhyun. "Omooo!", seru Baekhyun.
Kyungsoo heran mengapa Baekhyun mendadak seperti fangirl yang melihat foto idolanya. Ia melihat kembali layar ponselnya namun tak ada apapun di sana selain gambar wajahnya sendiri. "Wae?"
"Oppa tampan sekali", ledek Baekhyun menunjuk-nunjuk wallpaper handphone Kyungsoo yang memajang (?) fotonya sendiri.
"Ya!", BLEPAKKK! Kyungsoo mengetuk kepala Baekhyun dengan handphone miliknya. "Bukan itu", ujarnya datar.
“Argh..hahaha..geurigo mwo?”, Tanya Baekhyun sambil mengelus-elus kepalanya yang kesakitan setelah dipukul Kyungsoo.
“Ini tentang anak-anak dan…….kau tahu siapa tanpa harus kusebut namanya”, ujar Kyungsoo serius. Kyungsoo dan Baekhyun terdiam sesaat. Wajah Kyungsoo perlahan menunjukkan keseriusan. Sedangkan Baekhyun santai-santai saja. "Kau akan membiarkan hal ini berlanjut?"
"Apa?"
"Aku sudah mengatakan penyebabnya pada mu beberapa hari yang lalu. Mereka semua salah paham mengenai hubungan mu dengan Inkyung."
"Lalu kenapa? Biarkan saja…itu tak merubah apapun", Jawab Baekhyun tenang.
"Tak merubah apapun? Mereka semua menjadi canggung setiap kali pembicaraan mulai membawa Inkyung. Mereka menjadi hati-hati saat bicara padamu. Kita sudah berteman lebih dari dua tahun dan kau ingin menyimpan hal seserius ini selamanya dari mereka?"
Tapi Baekhyun tetap saja menjawab dengan jawaban enteng. "Aku hanya tak ingin mereka mengcemaskan ku, itu saja"
"Mungkin mereka tidak….tapi Ia akan lebih cemas saat ia tak tahu apapun", ujar Kyungsoo sembari berdiri. Ia berjalan pelan menuju jendela kamar Baekhyun. DEG.. Mendadak ucapan Kyungsoo barusan menusuk bagi Baekhyun. "Aku mengerti.. Kau juga tak berniat mengacaukan semua ini. Ini juga berat bagimu, tapi kau tak bisa selamanya bersembunyi. Tak akan ada yang datang jika kau hanya diam saja”, ujar Kyungsoo.