"Mungkin mereka tidak….tapi Ia akan lebih cemas saat ia tak tahu apapun", ujar Kyungsoo sembari berdiri. Ia berjalan pelan menuju jendela kamar Baekhyun. DEG.. Mendadak ucapan Kyungsoo barusan menusuk bagi Baekhyun. "Aku mengerti.. Kau juga tak berniat mengacaukan semua ini. Ini juga berat bagimu, tapi kau tak bisa selamanya bersembunyi. Tak akan ada yang datang jika kau hanya diam saja”, ujar Kyungsoo.
“Lalu bagaimana denganmu? Kurasa kau juga memilih diam selama ini…apa ia juga mendatangimu?”, Tanya Baekhyun membalikkan ucapan Kyungsoo.
“Ya…”, gumam Kyungsoo datar. Ia menghela nafas sejenak. “Aku sadar bahwa aku tak memiliki harapan lagi…tapi paling tidaj aku terus mengusahakan apa yang bisa kulakukan”, ujar Kyungsoo bersandar pada sisi jendela tersebut.
"Aku bukan tipe perencana yang baik.. Sejak dulu aku selalu membiarkan segala sesuatu disekitar ku berjalan sesuka mereka", Jawab Baekhyun lagi. Secara perlahan wajahnya mulai terbawa serius oleh situasi yang Kyungsoo ciptakan.
"Kau benar.. Kau selalu membiarkan dirimu tenggelam dalam penyesalan. Kau lebih suka menyesali sesuatu yang telah hilang dibanding mempertahankannya sebelum hal itu direbut oleh orang lain. Kupikir kau telah banyak berubah Byun Baekhyun… ternyata kau masih seorang yang sama yang kutemui dua tahun lalu. Kau masih ..... " ujar Kyungsoo mendekat kearah Baekhyun, "Seorang Pengecut".
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.30 PM
Chanyeol dan Songhee selesai membeli beberapa keperluan seperti cairan pembersih juga yang lainnya. Mereka mulai membersihkan rumah tersebut. Songhee memegang kemoceng, ia membersihkan debu-debu yang jelas banyak terlihat pada permukaan laci, kursi, meja, juga furniture lainnya. Chanyeol sendiri sejak tadi membersihkan bagian-bagian yang tinggi, banyak sarang laba-laba yang dibagian atas dinding, tak jarang ia menggunakan kursi. "Na..na~ na~" Senandungnya gembira meski ia lelah membersihkan rumah. Trakk.. Kemoceng Songhee tak sengaja menyenggol figura berisi foto keluarga Chanyeol, untung saja figura tersebut tidak pecah. Songhee memungut figura tersebut. Keluarga Chanyeol terlihat bahagia di dalam foto sana. Songhee melirik ke arah Chanyeol yang masih riang gembira membersihkan rumahnya. Ia sebenarnya sedikit penasaran dengan hubungan Chanyeol dan Sungchan. Mereka kakak beradik, tapi setiap kali bertemu tak saling bertegur sapa, sikap Chanyeol justru terkesan dingin.
"Songhee-ah sudah selesai?" Tanya Chanyeol membuyarkan lamunan Songhee. Songhee duduk kembali di sofa, tangannya masih memegang foto keluarga Chanyeol.
Chanyeol penasaran mengapa Songhee tiba-tiba diam, ia pun menghampirinya. "Chanyeol-ah.."
"Eum?"
"Igo..", Songhee menyodorkan foto tersebut pada Chanyeol. "Apa kau keberatan, jika aku bertanya tentang ini?"
Senyum Chanyeol sedikit parau. Ia duduk di bagian pojok sofa dimana Songhee duduk. Ia menghela nafas berat. Ia tahu apa yang akan ditanyakan Songhee padanya. "Apa yang ingin kau tanyakan?"
Songhee bicara dengan nada pelan. Ia berhati-hati karena tak ingin menyakiti Chanyeol "Apa kau membenci Sungchan eonnie? Apa yang terjadi pada kalian?"
Chanyeol menengadahkan kepalanya ke atas, mencoba mencari sedikit udara karena dadanya mulai sesak. "Ne, dia adalah orang yang paling ku benci di dunia ini." Chanyeol menghentikan ucapannya sesaat, lalu melanjutkannya lagI. "Ia mengingkari janji nya padaku. Ia.. berjanji akan selalu berada di sisiku selamanya, tapi kenyataannya ia pergi meninggalkan ku bersama pria brengsek yang dulu ku sebut sebagai appa"
Songhee terdiam mendengarkan Chanyeol bercerita. Tangan Songhee menggapai tangan Chanyeol, lalu menggenggam tangan itu. Dingin.. tangan Chanyeol begitu dingin. "Enam tahun lalu kedua orang tua ku memang sudah sering bertengkar. Semenjak Ibu ku sakit dan sudah tak bisa bekerja lagi, Appa tak pernah mempedulikan eomma yang sedang sakit. Ia sibuk bekerja dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Aku dan Sungchan noona berjanji.. jika memang mereka akan bercerai, setidaknya kami harus terus bersama. Satu tahun kemudian saat kedua orang tua kami sungguh-sungguh bercerai..", Chanyeol menggepalkan tangannya kesal. "Ia memilih untuk ikut bersama Appa. Ia tak ingin hidup susah bersama diriku dan Eomma.. Selama ini aku selalu menggantungkan hidupku pada noona. Ia tahu aku sangat membutuhkannya, tapi ia memilih untuk hidup jauh dariku.. ia..sangat keterlaluan."
Songhee menyentuh bahu Chanyeol, "Lalu dimana eomma mu sekarang?"
Chanyeol menundukkan kepalanya, perlahan air matanya menetes. "Hanya berselang satu tahun setelah perceraian itu, Eomma ku meninggal. Sejak saat itu aku.. hiks" Chanyeol tidak meneruskan kata-katanya, kesedihan yang ia masih rasakan sampai saat ini begitu dalam dan sulit untuk pergi.
Songhee merangkul Chanyeol. Ia merasa bersalah karena untuk menjawab pertanyaannya, ia secara tak langsung telah membuka luka lama yang mungkin tak ingin lagi Chanyeol ingat. "Mian.. mianhae.. hiks Chanyeol-ah"
Chanyeol mengangkat kepalanya. Ia berusaha untuk tersenyum setelah melihat Songhee ikut menangis. Ditariknya Songhee kedalam pelukannya. "Aniya.. Kau tidak bersalah. Kau tak perlu meminta maaf. Aku tahu cepat atau lambat kau pasti akan mengetahuinya"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
08.00 PM
Chen dan Suho pergi ke perkebunan bunga untuk mencari Tao. Anak itu belum pulang sejak pergi pagi tadi. Tao juga tidak pamit. Chen dan Suho turun dari mobil yang dikendarai oleh Suho. "Hyung, aku mau main-main di perkebunan bunga saja sambil menunggu hyung... hyung masuk ke dalam sendiri ya" Pamit Chen.
"Eo" Jawab Suho. Suho memasuki toko bunga. Pegawai toko bunga menyapa Suho, juga menawarkan bunga padanya. "Aku datang bukan untuk membeli bunga, apa Miyoung noona atau Kris hyung ada?"
"Nyonya Miyoung ada di ruangannya. Kris sepertinya masih di perkebunan" Jawab pegawai tersebut
"Ah.. Kamsahamnida", Suho melangkahkan kakinya menuju ruangan Miyoung. Ia membuka pintu. Ruangan itu sepi, "Annyeonghaseyo?" Sapa Suho, tapi tak seorangpun menjawab. Suho tetap masuk ke dalam. "Ah.. ia tertidur rupanya, lalu bagaimana aku menanyakan Tao dimana?", ujar Suho setelah melihat Miyoung ternyata tertidur di sofa. Suho membiarkan Miyoung tertidur. Ia melangkah pergi. Lalu dua menit kemudian, ia masuk kembali ke dalam ruangan tersebut. Suho mengambil jacket milik Miyoung yang digantungkan di kursi kerjanya. Ia menyelimuti Miyoung dengan jacket tersebut. "Kau terlihat lebih baik saat tertidur.. saat bangun kau seperti nenek sihir, hahah.. Jaljayo" Ujarnya, lalu pergi.
***
"Ayo masuk, disini dingin", Ajak Kris pada Minhyo. Kris menuip-niup telapak tangannya.
"Kau saja masuk sana.. aku suka melihat pemandangan disini", Jawab Minhyo. "Eo.. gigi kuda.. yeoja yang tadi pagi kesini itu yeojachingu mu ya? ia pasti depresi karena frustasi memiliki namjachingu seperti mu", celetuk Minhyo asal.
"Mungkin.. frustasi karena namjachingu nya terlalu tampan" Jawab Kris.
"Apanya yang tampan? gigi mu saja seperti kuda"
"Hidung mu seperti patrick"
"Ya! patrick tak punya hidung"
"Maksud ku kau kbegitu hahah"
Minhyo cemberut karena Kris terus membahas masalah hidung. "Ah! aku tidak mau main dengan mu lagi..kau menyebalkan"
Kris merangkul pundak Minhyo. "Lalu Kau mau main dengan siapa lagi? Jongdae tidak mau main dengan mu hahah"
"Jangan bahas dia lagi.. Aku sudah menyerah"
"Kemarin kau bilang akan mengejarnya lagi…hari ini kau bilang menyerah…tidak konsisten sekali", ujar Kris.
"Kalau begitu aku kan mengejarnya lagi", ujar Minhyo.
"Kalau begitu semangat!", seru Kris.
"Aku menyerah saja", ujar Minhyo lagi.
"Main sendiri sana…bisa gila main dengan mu", ujar Kris sambil mendorong pelan Minhyo.
"Jadi tinggal Tao saja yang mau main dengan ku.. kejam sekali dunia ini", ujar Minhyo menatap langit malam yang luas. "Tuhan.. ampuni dosa mahluk-mahluk ini", doa Minhyo. "Mereka pasti menyesal kalau aku sudah pergi ke Jepang nanti, mereka pasti menangis Tuhan"
"Jangan bahas masalah itu…aku jadi sedih.. Kita kan sedang main, kenapa kau jadi serius", gumam Kris sedih.
"Aku hanya bercanda", Minhyo mendekatkan diri kepada Kris. "Ahaha Kau sedih sungguhan ya? omooo omoooo.. kuda bisa sedih juga hahaha", seru Minhyo tertawa sambil menunjuk-nunjuk Kris.
Diam-diam sejak tadi Chen menguping pembicaraan Kris dan Minhyo. "Minhyo noona.. akan pergi ke Jepang? Kapan? Apa mungkin karena hal itu dia berhenti mengejar-ngejar ku? Mengapa ini terdengar menyedihkan bagiku.. bagaimanapun juga.. Minhyo noona kan satu-satunya yeoja yang menyukai ku hingga detik ini”, Pikir Chen.
***
Suho kini juga kehilangan Chen. Ia melihat-lihat perkebunan tapi tetap tidak menemukan Chen. Ia keluar dari kawasan perkebunan lalu menuju tempat parkiran mobil namun tetap tak ada orang juga disana. Ia justru melihat seorang yeoja berjalan sendiri menuju kearahnya. "Xi Yi Jie!" Suho berlari ke arahnya.
Micha tak mengucapkan apapun. Ia memasukkan kedua tangan ke saku jaket, pandangannya terlihat kosong. "Kau kenapa?"
Micha menghindari bertatapan dengan Suho. Ia terus menunduk atau membuang muka ke arah lain. Suho justru semakin penasaran dengan sikap Micha yang seperti itu. Karena tak jua mendapat jawaban, Suho berbicara langsung pada tujuannya. "Ada hal penting yang ingin ku tanyakan pada mu. Kau dan Lay.. kalian bukan sepasang kekasih sungguhan bukan?", Selama apapun Suho menunggu, Micha tidak menjawabnya. "Ya! Aku tidak sedang bermain-main! Lay adalah teman baikku! aku sangat bersyukur kalau kau memang yeojachingunya. Tapi aku.. melihat dengan mata kepala ku sendiri ia dan Inkyung sering bersama, kalau memang ia berselingkuh dibelakang mu.. aku akan bantu dengan bicara padanya. Masalah yang lebih besar adalah, jika kau selama ini telah menipuku.. menutupi kenyataan bahwa Lay dan Inkyung adalah sepasang kekasih, dengan berpura-pura menjadi kekasihnya.. ". Nada suara Suho mulai meninggi, "Kau harus tau, Inkyung sudah bertunangan dengan anak keluarga Byun! Aku tidak mengerti Lay mengetahuinya atau tidak karena kebohongan yang selama ini kau buat dengannya telah menutup pandangan ku!!!"
"Hiks..hiks.. hh..", Micha menutup telinganya. Wajahnya yang tertunduk diwarnai dengan isak tangis yang mulai terdengar.
"Y-Yi Jie…M-Mian", gumam Suho terbata-bata. Ia menyadari cara bicaranya barusan terlalu keras. "Kenapa kau menangis.. aa. eung.?", Tanya suho bingung. "Atau memang sejak tadi kau menangis?" Gumam Suho. "Yi Jie-a Minahae.. kumohon jawablah pertanyaan ku..kalau kau menagis begini aku jadi merasa bersalah"
Micha mengangkat wajahnya. Matanya sayu dan juga terlihat bengkak. "Bantu aku.. hiks.. Mengatakan semua ini pada Lay hiks…Aku dan Lay tidak mengetahui apapun tentang Inkyung sebelumnya hiks.. Aku tidak tahu bahwa diriku justru membuatnya dibodohi semakin lama oleh Inkyung.. hiks Suho-ya…Lay sunguh-sungguh mencintai Inkyung. Aku.. tidak tahu bagaimana harus menyampaikan semua ini padanya hikss.. eung.. hh.. eotthokhe..", jelas Micha frustasi.
Suho tak tega melihat Micha. Yeoja itu sepertinya juga tertekan karena masalah ini. Micha dan Lay sama-sama tidak mengetahui permainan ini. Mereka hanya saling melindungi sesama sahabat tanpa tahu mereka saling menyakiti disaat yang bersamaan. Suho menyentuh pundak Micha. Perlahan, ia merangkul yeoja itu. "Sudahlah.. Kau tidak perlu memikirkan hal ini terlalu dalam. Maafkan aku karena tadi aku terlalu keras. Aku hanya ingin meluruskan akar permasalahan. Tentang Lay.. Ini bukan kesalahan mu sendiri. Inkyung memang mempermainkan kalian.. kau tidak perlu merasa terlalu bersalah"
***
Inkyung baru saja kembali setelah mengantar Lay ke halte bus. Ia tersenyum licik saat tak sengaja melihat Suho memeluk Micha. Ia mengeluarkan handphone lalu mengambil beberapa foto mereka. "Pemandangan bagus.. Kim JoonMyeon - Xi YiJie, ini balasan untuk yeoja sok tau yang selalu ikut campur urusan orang lain"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
09.00 PM
Chanyeol kembali ke rumahnya setelah mengantar Songhee ke perkebunan bunga. Chanyeol membuka pintu gudang rumahnya. Ia mencari gitar yang sudah lama tak disentuhnya. Gitar itu selalu ia gunakan untuk berlatih bersama Sungchan. Sejak kecil Sungchan lah yang mengajarkannya memainkan gitar. Chanyeol terus mencari, namun tak menemukan apapun. "Dimana.. Eum?", gumamnya. Ia melirik sebuah lemari tua. "Apa mungkin disana?" Kira Chanyeol. Chanyeol membuka pintu lemari yang telah rapuh itu. Senyumnya dapat terkembang saat ia melihat gitar tersebut ternyata benar ada di dalam sana. Chanyeol menarik tampat gitar itu.. Brukk... Beberapa benda lain ikut terjatuh saat ia menariknya. Diletakkannya gitar tersebut pada sebuah meja. Dipungutnya benda-benda yang terjatuh tadi. "Apa ini?", Ia melihat kaset-kaset video lama dengan tanggal-tanggal pada setiap tempatnya. Chanyeol juga menemukan alat pemutar recorder tersebut. "Mustahil masih bisa, tapi siapa tahu. Diluar dugaan, kaset-kaset berumur lebih dari belasan tahun lalu beserta alat pemutarnya tersebut masih berfungsi dengan baik. Chanyeol awalnya kaget, tapi akhirnya ia memutuskan untuk menonton rekaman tersebut.
"Noona kapan appa dan eomma pulang?"
"Sebentar lagi… wae? Kau lapar Chanyeol-ah? Noona masih punya banyak roti"
"Aku bosan makan roti, Noona….aku mau makan yang lain"
"Kau mau makan apa? Nanti noona belikan, Appa sudah menitipkan uang"
"Eumm.. Apa saja yang noona juga suka"
Chanyeol tersenyum miris melihat rekaman itu, rekaman tersebut rupanya merupakan rekaman CCTV rumahnya. Lebih tepatnya rekaman kamera yang dipasang oleh sang ayah untuk mengawasi Chanyeol dan Sungchan. Karena saat itu kedua orang tua mereka bekerja. Dalam rekaman tersebut Chanyeol berumur 7 tahun dan Sungchan 8 tahun, tapi tubuh Sungchan jauh lebih tinggi dari Chanyeol, berbeda sekali dengan saat ini.
"Chanyeol.. Jangan tidur disini, ayo kita ke kamar"
"Aku masih mau menonton kartun noona", (2 Menit kemudian Chanyeol yang keras kepala tersebut terlihat sudah tertidur dalam rekaman itu, rekaman itu menunjukkan Sungchan bersusah payah menggendong Chanyeol ke dalam kamar, karena tak mau membangunkan Chanyeol yang sedang tertidur)
Senyum Chanyeol semakin miris. Air matanya bahkan hampir terjatuh. "Noona" ucapnya pelan. Bibirnya merasa aneh dengan sebutan yang sudah lima tahun terakhir tak ia ucapkan untuk kakaknya, Sungchan. Chanyeol mengganti rekaman tersebut, ia memilih kaset secara random. Rekaman selanjutnya tak menunjukkan banyak scene Chanyeol dan Sungchan kecil. Disana hanya nampak rumah mereka kosong. Chanyeol memicingkan matanya saat dalam rekaman tersebut sesosok yeoja masuk ke dalam rumah. Ia tak sendiri, ia datang dengan seorang namja yang tak dikenal oleh Chanyeol. DEG! "Eomma?"
Setelahnya ia melihat sang ayah yang saat itu sedang sakit keluar dari dalam kamar.
"Beraninya kau membawa tamu mu ke dalam rumah Ini!!"
"Cih! Kau pikir kau bisa menghidupi ku dengan tubuh renta mu itu!!! Sebentar lagi kau mungkin juga akan mati! Jadi diamlah"
"NEO!!!" ( Dalam rekaman, Ayah Chanyeol hendak memukul sang Ibu yang terang-terangan membawa pria lain ke dalam rumah. Namun ia justru terjatuh karena ia sedang tak sehat saat itu.)
"Appaa" (Sungchan berlari menuju sang ayah)
(Tiba-tiba Chanyeol kecil memanggil sungchan dari luar rumah) "Sungchan noona.. Sepatu ku kotorrr T.T, teman ku mendorong ku ke dalam kubangan"
Chanyeol menepuk-nepuk dadanya. Mencoba mengatakan bahwa apa yang ia lihat tidaklah benar. Chanyeol menggeleng tak percaya, tangannya gemetar, ia mempercepat rekaman tersebut, karena ia ingin melihat rekaman kamera luar rumah. "Tidak mungkin..", Sangkalnya pada dirinya sendiri.
"Chanyeol, ayo kita beli ice cream"
"Noona tapi sepatuku kotor hiks.. Kita masuk dulu saja, aku mau ganti sepatu"
"Andwe.. " (Dalam rekaman.. Sungchan berlutut melepaskan sepatu Chanyeol yang kotor akibat ulah temannya, ia meninggalkan sepatu tersebut didepan rumah.)
"Biar noona gendong saja, ayo" (Sungchan menghalangi Chanyeol masuk ke dalam rumah, karena tak ingin Chanyeol melihat apa yang terjadi pada orang tuanya)
Chanyeol masih tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ia menganti satu persatu rekaman, namun kejadian-kejadian serupa terus terjadi dari waktu ke waktu. Membuat perasaan Chanyeol semakin hancur.
===
"Chanyeol.. Appa ingin bertemu dengan mu…kumohon ikut aku sekali ini saja"
"Kau tidak hilang ingatan bukan Park Sungchan?!! HARUS KAH KUULANGI UCAPAN KU TIGA TAHUN LALU?! AKU TAK MEMILIKI AYAH JUGA SEORANG KAKAK! BAGIKU KALIAN SUDAH MATI!" (Park Chanyeol, 2 years ago)
===
"AAAAARRGGGH" BRAKKKKK! Chanyeol menghempaskan seluruh kaset didekatnya. "Noonaaaaa.. noona mianhae.. hiksss aaahh hiksss.. noona", Rasa bersalah seketika menghantui Chanyeol. Ia telah membenci seseorang yang justru selalu mencoba melindunginya. Seseorang yang membiarkan dirinya tumbuh tanpa harus memikirkan beban akibat kelakuan sang Ibu sesungguhnya. Begitu juga sang Ayah yang bahkan ia menolak untuk temui disaat terakhir hidup namja itu, ternyata adalah seorang namja yang tetap bekerja keras untuk mendapatkan uang sebagai bekal anak-anaknya kelak sekalipun ia menderita sakit keras sepanjang hidup. Namja itu tau hidupnya tak akan lama lagi, karena itu ia terus bekerja agar anak-anaknya akan tetap hidup tenang sekalipun ia pergi meninggalkan dunia.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
NEXT DAY
12.00 AM
Jam makan siang selalu ditunggu-tunggu oleh para siswa. Sungchan menunggu Luhan keluar dari kelas. Ia berjalan-jalan kecil disekitar lorong kelasnya. Beberapa siswa bergerombol bergosip serius sekali. "Yeobo!", terdengar suara seseorang dari kejauhan.
"Ya! Kupikir Luhan tadi", seru Sungchan pada Minhyo yang mengagetkanya.
"Semenjak ada Luhan kau hanya memikirkannya saja…kau sudah membuang ku dari kehidupan mu huhuuuuu", Canda Minhyo.
Sungchan menyentuh kening Minhyo "Kau pasti sedang lapar sekali"
"Maja! Kita ke kantin duluan saja…tinggalkan Kris dan Luhan hyung. Aku sudah lapar sekali.. Ayolah yeobong", rajuk Minhyo sambil menarik tangan Sungchan.
"Baiklah", ujar Sungchan pasrah. Di Sepanjang koridor banyak siswa bergerumul sama persis seperti di depan kelas Sungchan tadi. Minhyo dan Sungchan saling menatap heran satu sama lain. "Sepertinya sedang ada berita heboh, mereka bergosip serius begitu". Lima orang siswi berhenti tepat didepan Minhyo dan Sungchan, sehingga menghalangi mereka.
"Kau sudah liat papan pengumuman? Ah.. aku tidak rela Yi Jie dan Suho jadi sepasang kekasih sekarang"
"Aku jauh lebih cantik dari Yi Jie! tapi Suho Oppa tidak pernah melirikku"
"Kalau aku tahu Suho Oppa lebih suka yeoja pintar dibanding cantik aku pasti akan belajar dengan giat agar bisa meraih peringkat 1"
"Masalahnya, bukankah Yi Jie itu yeojachingu Yixing Oppa? Tak tau diri sekali yeoja itu, beraninya ia memiliki 2 orang kekasih tampan begitu, dia pikir dia siapa.."
Inkyung dan Kai berjalan mendekati kelima yeoja yang sedang bergosip di depan Minhyo dan Sungchan itu. "Jadi kalian tidak tahu? Xi Yi Jie itu sebenarnya memang suka mempermainkan hati pria. Dia terlihat seperti yeoja baik-baik, padahal sesungguhnya ia adalah penggoda ulung", ujar Inkyung memprovokasi para siswi itu termasuk Minhyo dan Sungchan yang secara tak sengaja mendengar mereka.
"Benarkah itu Inkyung?", Tanya salah seorang di antara kelima yeoja itu.
Kai mencoba menarik Inkyung dari pembicaraan tersebut "Noona sudahlah"
"Diamlah sebentar" Ujar Inkyung pada Kai. Ia melanjutkan ucapannya. "Tentu saja benar. Ia dan Yixing juga tidak menjalin kasih. Ia menyukai Yixing tapi Yixing tidak menyukainya, karena itu ia terus menggoda Yixing.. dan sekarang ia sudah lelah, makanya ia mendekati Suho.. yeoja murahan selalu seperti itu bukan?"
Amarah Sungchan tersulut. Kalau berita ini sampai ke telinga Luhan, sudah pasti Luhan akan terpukul. Ia sudah cukup sabar menghadapi tingkah Inkyung selama ini. Ia tidak bisa menahannya lagi. Sungchan bergerak maju menuju Inkyung.
"Sungchan kau mau apa?" Tanya Minhyo panik. Sungchan tak menjawab pertanyaan Minhyo. Ia berjalan mendekati Inkyung dan… BRUKK!
Inkyung terjatuh. Lututnya membentur keras lantai keramik setelah Sungchan menendang keras betisnya. “Arrggh!!!”, rintihnya kesakitan.
"Inkyung noona!" Teriak Kai. Perbuatan Sungchan pada Inkyung membuat Kai tanpa pikir panjang mendorong tubuh Sungchan karena ia emosi Sungchan menyakiti Inkyung.
"Aargh" Sungchan terjatuh ke lantai akibat dorongan yang terlalu keras. Tiba-tiba... BRUKKKKKK Chanyeol yang sebenarnya sejak tadi mengikuti Sungchan tak kalah emosi meninju wajah Kai karena sudah mendorong Sungchan. Hal itu berbuah panjang, Kai tidak terima begitu saja perbuatan Chanyeol. Ia balik menghantam wajah Chanyeol, bahkan berkali-kali lebih kuat dari pukulan Chanyeol. Mereka tak berhenti sampai disana, mereka terus saling memukul satu sama lain. Sungchan segera berdiri. Ia dan Minhyo menarik Chanyeol mundur. "Hentikan!!", seru Sungchan sambil memeluk Chanyeol dari belakang, mencoba menghentikan namja itu.
"Minggir!", Chanyeol tidak mau mendengar perintah Sungchan, ditambah lagi Kai juga terus berusaha menyerangnya, meski Chanyeol jelas kalah tenaga, ia berusaha memukul Kai lagi.
"KALIAN BERDUA HENTIKAN!" Teriak Minseok. Tubuh kecilnya mendorong mundur Kai dan Chanyeol agar menjauh satu sama lain. "Sungchan, Minhyo bawa Chanyeol ke ruang kesehatan", Perintah Xiumin. "Kau ikut aku Jongin-ah", ujar Xiumin menarik Kai menjauh dari sana. Matanya menatap tajam Inkyung sebelum ia pergi.
"Arrgh..ahh euhh" Rintih Chanyeol. Wajah Sungchan panik melihat keadaan Chanyeol yang sudah babak belur. Ia dan Minhyo segera memapah Chanyeol ke ruang kesehatan.
Siswa-siswa yang sebelumnya bergermul pun satu persatu mulai pergi meninggalkan tempat. Inkyung mematung akibat tatapan Xiumin. Tatapan itu begitu tajam, mengingatkannya pada Minseok yang sedang meluapkan kemarahan padanya. Setiap kali ia bertemu dengan Xiumin, pikirannya sudah tak dapat bekerja lagi. Inkyung terduduk di kursi pada lorong tersebut dengan pandangan kosong. Ia memegangi dadanya yang sesak.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
12.10 PM
Luhan mencari-cari dimana teman-temannya. Kris, Minhyo juga Sungchan dan Xiumin menghilang dari pandangannya. "Apa mereka sudah pergi lebih dulu?" Gumam Luhan. Ia melanjutkan langkahnya sambil mencoba menghubungi keempat temannya. Perhatian Luhan tersita begitu ia mendengar seseorang mengatakan. "Yi Jie sungguh tak tahu diri" Luhan menghampiri siswi yang baru saja mengatakan hal tersebut. "Jogiyo.. tolong jaga perkataan mu barusan" Tegurnya.
Siswi tersebut panic ketika mendapati Luhan mendengar ucapanya. Ia langsung pergi setelah mendengar teguran Luhan. Luhan mendapati alasan siswi tadi mengatakan ejekan tentang adiknya. Foto sang adik berada dalam pelukan Suho terpajang rapi di papan sepanjang papan pengumuman lantai dua academy itu. "Siapa yang melakukan ini? Keterlaluan!", ujarnya geram. Luhan menarik foto juga berita yang terpasang disana, ia meremas nya lalu memasukkan ke dalam tong sampah.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
12.10 PM
Yoora dalam perjalanan menuju kantin. Ia sedikit sulit berjalan saat melewati koridor tempat beberapa papan pengumuman terpasang karena ramainya siswa yang berkumpul di sana. "Ada pengumuman penting apa? mengapa semua berjejalan disini?" Tanya Yoora. Ia penasaran, barangkali itu adalah penguman penting academy. Ada sembilan papan pengumuman berjejer di koridor tersebut. Yoora mendekati salah satunya. "OH MY GOD.." Serunya kaget. Yoora dekat dengan Micha. Ia tahu pasti Micha dan Suho sama sekali tak saling menyukai, keduanya bahkan sering berseteru. Ditambah lagi ia juga mendengar gunjingan tak enak dari siswi academy karena hal tersebut. Membuat Yoora sedikit emosi. "Minggir.. minggir!!", Ia menerobos kerumunan siswa. Tangannya bergerak cepat mencopot foto pada papan pengumunan itu.
"Ya! Kau ini siapa?! berani-beraninya merobek berita pada papan pengumuman!", bentak beberapa siswa yang bergerumul disana.
"Berita ini tidak benar!", seru Yoora.
"Dari mana kau tahu?! jangan jadi pahlawan kesiangan!" Beberapa siswa mencoba menyingkirkan Yoora dari sana.
DDDDUUUKKKKK! Semua pandangan siswa mengarah pada seorang namja yang baru saja menghajar papan pengumuman. Serempak siswa-siswi tersebut menjauh, karena namja itu terlihat mengerikan. "Minggir kalian semua!", ujar namja itu pelan tapi penuh penekanan.
"Tao!", Yoora mendekat ke arah Tao dan bersembunyi di belakang namja itu. "Bantu aku melepaskan berita itu di semua papan pengumuman, ku mohon", bisiknya pada Tao. Ia tak punya pilihan lain, hanya Tao yang bisa membantunya saat ini.
"Tentu aku akan membantu mu, ini menyangkut Suho Hyung juga", balas Tao.
"Akhirnya Tao ada fungsinya juga", Ujar Yoora dalam hati. Yoora merobek berita pada papan pengumuman, ditemani oleh Tao yang terus mengikuti di belakangnya seperti bodyguard Yoora. Setiap ada yang menghalangi Yoora merobek berita, mereka akan berurusan dengan Tao.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Chen yang sedang di kantin mendapat telpon dari Minhyo bahwa Chanyeol ada di ruang kesehatan karena berkelahi. "Bagaimana keadaan Chanyeol sekarang noona? araseo.. aku akan kesana sekarang"
"Ada apa?" Tanya Songhee. Saat itu Songhee adalah satu-satunya teman yang sedang bersama dengan Chen.
"Chanyeol berkelahi" Jawab Chen tak percaya mengucapkan hal itu.
Songhee terkejut "MWO?!"
Chen mengacak-acak rambutnya "Ia tak pernah seperti ini sebelumnya"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi, Miyoung dan Kris membawa Eunkyo keluar Academy. Mereka menutup mata Eunkyo, membimbingnya penuh senyuman ke suatu tempat. "Eonnie.. Oppa.. kalian mau menunjukkan apa sebenarnya? kapan ikatan mataku akan dibuka?" Tanya Eunkyo berhati-hati dalam langkahnya, karena ia tak dapat melihat apapun.
"Sebentar lagi" Seru Miyoung.
"Jangan protes terus, ikut saja" Tambah Kris. Kris dan Miyoung membawa Eunkyo memasuki area danau. Di sana terdapat cafe tak jauh dari danau tersebut. Mereka berhenti di satu titik. Miyoung meninggalkan Eunkyo bersama dengan Kris sementara "Kidaryeo". Tak lama kemudian, Miyoung datang membawa seorang yeoja ke hadapan Eunkyo. "Kris-ah, buka penutup matanya".
"Kau siap?" Tanya Kris.
"Aku sudah lebih dari siap.. cepat buka oppa!" Pinta Eunkyo tak sabar.
"Santai saja, hadiah kami tak akan kabur" Canda Kris.
Kris membuka ikatan mata Eunkyo. Ia dan Miyoung bersorak gembira "KEJUTANNN"
Pandangan Eunkyo sempat kabur di awal. Ia terus menegaskan pandangan.Tepat setelah itu.. Eunkyo tersentak hebat. Tak butuh waktu lama baginya untuk meneteskan air mata.
Seorang yeoja mengibaskan tangannya menyapa Eunkyo dengan senyum manis yang begitu Eunkyo rindukan. Senyum yeoja itu begitu riang. Setapak demi setapak Eunkyo mendekat, ia menjulurkan tangannya, menyentuh wajah yeoja itu. "Eonnie? E-Eunhee eonnie hiksss". Air matanya jatuh bersamaan dengan hangatnya dekapan yang ia berikan untuk Eunhee. "Hiks.. bogoshipeoyeo", ujar Eunkyo menangis tersedu-sedu sambil memeluk Eunhee. Eunhee mengusap-ngusap pundak EunKyo, membalas pelukan hangat sahabat baiknya sejak kecil itu. "Nado bogoshipeo.. Eunkyo-ya" Ujarnya dalam hati.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
12.30 PM
Library 3rd Floor Academy.
Kyungsoo keluar dari perpustakaan Academy. Ia dikagetkan dengan suara keras bentakan Suho pada beberapa siswa disana. Suho tak pernah terlihat begitu emosi seperti hari ini. Kyungsoo memperhatikan dari kejauhan, perlahan ia mendekat.
"KATAKAN PADA KU SIAPA YANG MELAKUKAN INI!" Bentak Suho.
"Tadi kami lihat Inkyung yang menempelkan itu sebelum jam makan siang tiba Suho-ya. Kami sungguh tidak tahu apa-apa! Ia melakukan ini semua ini seorang diri" Jawab salah satu siswa.
Kyungsoo melihat sekilas berita pada papan pengumuman tersebut. Ia mengepalkan tangannya kesal. "Lagi-lagi Oh Inkyung" gumamnya kesal. Ia mendekati papan pengumuman dimana Suho berdiri didepannya. Tanpa banyak bicara, Kyungsoo mencabut berita dan foto pada papan pengumuman.
"K-Kyungsoo-ya", Ucap Suho.
"Beritahu anak lain untuk mencabut semua berita hyung…nampaknya foto dan berita ini tidak hanya ditempel disatu tempat saja", ujar Kyungsoo.
Suho mengangguk, "Berita ini tidak benar! aku dan Yi Jie hanya kebetulan bertemu kemarin, Kumohon pada kalian semua untuk membantu mencopot berita ini disetiap tempat.. Butakhaeyo.." Pinta Suho.
"Ppali hyung...sebelum semuanya semakin tersebar luas…aku akan melepas semua yang ada di sini", ujar Kyungsoo sambil melepas semua berita itu.
“Ne..gomawo Kyungsoo-ya”, ujar Suho bergegas pergi melakukan apa yang diminta Kyungsoo. Kyungsoo terdiam menatap lembaran berita murahan yang disebarkan Inkyung. Ia baru saja selesai melepas berita-berita buruk yang tersebar di sekitaran lorong perpustakaan. Ia tiba-tiba mengkhawatirkan Eunkyo yang sejak tadi belum dilihatnya. Tak biasanya yeoja itu tak terlihat di perpustakaan saat istirahat. "Ia pasti terpukul sekali dengan berita ini", gumamnya. Ia juga sejak tadi berusaha menghubungi ponselnya, namun tak ada jawaban. "Aish ottokhae?", gumamnya gelisah. "KYUNGSOO-YAA!", Kyungsoo tersentak ketika mendengar seseorang meneriakkan namanya. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Eunkyo berlari ke arahnya. "E-Eunkyo?", mata yeoja itu terlihat membengkak seperti habis menangis. “Neo gwenchana?”, Tanya Kyungsoo khawatir.
“Eo!”, seru Eunkyo.
“T-Tapi matamu”, ujar Kyungsoo.
"Ah…aku habis menangis..hehe”, ujar Eunkyo terkekeh. Kyungsoo menatap heran yeoja itu. Ia mengaku baru saja menangis, tapi sepertinya ia terlihat begitu gembira. “Kyungsoo-ya", ujar Eunkyo bersemangat. Kedua mata yeoja itu terlihat berbinar. "Kau tahu apa yang terjadi hari ini?", seru Eunkyo bersemangat.
"Ne? H-Hari ini...hari ini...", ia mendadak tak tahu harus menjawab apa. Ia tak tahu harus menjelaskan apa perihal fitnah yang menimpa Suho dan Micha.
"Hari ini aku bertemu Eunhee onnie!! kyaaaa!!", seru Eunkyo bersemangat. Ia refleks memeluk Eunkyo sambil berjingkrak-jingkak senang.
"J-Jinchayo?", Kyungsoo bernafas lega ketika Eunkyo sama sekali tak membahas perihal Suho dan Micha. Ia diam-diam membuang foto-foto Suho dan Micha ke dalam tempat sampah yang berada tepat di belakang Eunkyo ketika yeoja itu masih memeluknya. "Kau pasti senang sekali"
Eunkyo melepaskan pelukannya, "Geureom! Aku sangat merindukannya...lalu Kris oppa dan Miyoung onnie membawaku menemuinya", ujar Eunkyo bersemangat. Senyum tak berhenti terkembang di wajahnya.
"Dahaengida...akhirnya kau bisa bertemu dengannya", ujar Kyungsoo mencoba tersenyum.
"Neo gwenchana?", tanya Eunkyo ketika ia menangkap sedikit ekspresi kekhawatiran tergambar di wajah Kyungsoo.
"Ne! Nan gwenchanayo...kkokjong hajimaseyo...hanya...ada beberapa hal yang tengah kupikirkan...itu saja", ujar Kyungsoo tersenyum.
Eunkyo menghela nafas sejenak. "Arasseo...bagaimana kalau kita makan ice cream saja? Aku akan mentraktirmu! ppali ka!", seru Eunkyo sambil menarik Kyungsoo pergi menuju kantin.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Mengapa kau menyerang Chanyeol, Jongin-ah?" Tanya Minseok tegas.
Kai menyangkal menyerang Chanyeol lebih dulu. "Chanyeol hyung menyerang ku lebih dulu Hyung! Ia tiba-tiba datang lalu menyerang ku tanpa sebab"
"Aku melihat semua kejadiannya.. Kau mendorong Sungchan lebih dulu. Wajar Chanyeol tidak terima dengan perbuatan mu. Kau juga pasti akan menyerang seseorang jika ia mencoba menyakiti Eunhee bukan?". Kai menundukkan kepalanya. Ia menyadari bahwa ia lah yang bersalah. "Hyung benar, seharusnya aku tidak menyerang Chanyeol hyung. Aku tidak berfikir bahwa ia marah karena aku mendorong Sungchan noona, tadi aku emosi sekali"
"Apa yang membuat mu emosi?" Tanya Minseok. Melihat kejadian tadi Minseok sebenarnya sudah curiga. Ia hanya ingin meyakinkan bahwa perkiraannya benar. "Kau menyukai Inkyung?"
Kai mengangguk pelan "Aku ingin melindungi noona hyung"
Minseok menghembuskan nafasnya berat. "Kau tahu bahwa Inkyung sudah.."
"Ara! Aku tahu ia adalah yeojachingu Lay hyung! Aku bahkan sudah tahu dari Sehun.. Inkyung noona memiliki seorang tunangan juga." Ucap Kai pelan. "Tapi Hyung.. Inkyung noona tidak seburuk apa yang semua orang pikirkan tentangnya. Ia memiliki alasan kuat mengapa ia melakukan semua ini.. ia juga menderita. Aku tidak peduli aku akan bisa memiliki nya atau tidak.. aku hanya ingin melindungi nya"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
12.20 PM
Luhan menutup sambungan telponya dengan Micha. Micha berada disalah satu ruangan kosong di academy. Adiknya itu menangis sendiri disana. Ia tak ingin Luhan menemuinya. Ia mengatakan ia butuh waktu sendiri untuk sementara.
"Luhan..", Minseok menemui Luhan di taman belakang academy. Ekpresi wajah Luhan saat ini sudah cukup menggambarkan suasana hatinya. "Suho sudah mengatasi masalah ini. Kulihat tadi para siswa sudah membantu mencopot berita-berita itu"
"Inkyung tidak akan berhenti.. ia akan melakukan hal lain lagi kelak" Ujar Luhan tak bertenaga
Minseok mencoba menyemangati Luhan, "Semoga itu tidak terjadi..bersemangat lah.."
Luhan menggeleng cepat. "Aniya.. Aku harus mengakhirinya…aku lah.. akar dari masalah ini sesungguh nya"
Minseok terdiam sesaat, setelah Luhan mengucapkan hal tersebut. Luhan tersenyum getir. "Aku terlalu takut kehilangan sesuatu yang telah kumiliki. Menyimpannya tetap disamping ku. Sementara karena ego ku tersebut, aku menyakiti banyak pihak. Aku melindungi mimpi ku.. tapi menghancurkan mimpi banyak orang.. Lay, Sungchan dan adikku Yi Jie.. mereka tak seharusnya menerima semua ini..". Ia menatap Minseok dalam. "Aku ini.. seorang namja, aku harus berani menghadapi hidupku, sekalipun hal itu pahit.. karena sebuah mimpi, seindah apapun itu.. semua akan menghilang saat aku terbangun"
DEG.. Minseok tersenyap seketika. Ucapan Luhan barusan seharusnya juga ia ucapkan untuk dirinya. Luhan mengeluarkan handphonenya, ia menelpon seseorang "Yeoboseyo.. Lay-ah, pulang nanti.. aku ingin kita melakukan double date"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Chen dan Songhee berpapasan dengan Minhyo didepan ruang kesehatan. Songhee sangat cemas dengan keadaan Chanyeol. "Eonnie.. Chanyeol dimana?
"Dia di dalam" Ujar Minhyo. Songhee tidak menunggu lagi, ia segera masuk ke dalam ruang kesehatan. Minhyo membungkuk sopan pada Chen. Ia berfikir Chen juga akan masuk ke dalam. "Chanyeol ada di dalam" Ulang Minhyo. Ia beniat pergi dari sana.
"Minhyo noona" Panggil Chen
"Ne?"
Chen menyodorkan sebungkus roti juga sekaleng apple juice pada Minhyo. "Waktu makan siang sebentar lagi habis. Noona tidak akan sempat makan, ini untuk noona"
Minhyo tertegun, ia mengambil roti di tangan Chen. Ia memegangi roti itu, hanya memegangi nya saja. "Noona tidak mau makan roti itu?"
Minhyo menggeleng "Rotinya mau ku laminating" Jawab Minhyo seadanya.
Chen terkekeh kecil "Mwoya hehe"
"Tapi aku serius, aku ingin menyimpan nya.Ini hal pertama yang kau berikan padaku, siapa tahu bisa terus mengingatkan ku pada mu suatu saat nanti" Jawab Minhyo.
Chen mengigit bibir nya. Ia menangkap maksud ucapan Minhyo 'suatu hari nanti' itu adalah saat ia sudah pergi ke Jepang. Chen tersenyum tenang, "Kalau untuk hal seperti itu harus sesuatu yang tidak bisa basi, ataupun layu, aku akan pikirkan lagi nanti.. sekarang noona makan saja roti itu dulu"
"Kau Kim jongdae kan?" Tanya Minhyo tak percaya
"Tentu saja aku Jongdae.. makan lah cepat, nanti jam makan siang keburu habis sungguhan" Suruh Chen sekali lagi.
Minhyo merasa sayang untuk memakan roti itu, tapi cacing-cacing di perutnya sudah berdemo. Ia pun duduk dikursi tunggu ruang kesehatan. Chen juga ikut duduk disampingnya. "Kenapa ikut duduk?"
"Di dalam ramai" Jawab Chen beralasan.
Minhyo menggaruk kepalanya. "Sepertinya aku sedang bermimpi, ah molla" Minhyo membuka bungkus roti pemberian jongdae, lalu memakan roti itu. "Ada apa dengan wajah mu itu? Kau sedang ada masalah ya? sebab tingkah mu juga seperti sedang kesurupan begitu"
"Apanya yang kesurupan? Minhyo noona bisa saja", Elak Jongdae. "Eumhh~ Semua orang bertingkah aneh hari ini. Chenyeol tidak pulang ke rumah Suho hyung semalam, sepanjang pagi ini juga ia bertingkah aneh. Baekhyun dan Kyungsoo seperti orang sedang berkelahi, mereka tidak saling menyapa. Yi Jie noona juga wajahnya pucat sekali.. aku jadi seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa begini" jelas Chen.
"Beri mereka waktu…mereka butuh waktu untuk menyelesaikan masalah mereka. Mereka juga manusia biasa yang memiliki masalah. Tenang saja.. semua nya pasti bisa membaik lagi nanti" Jawab Minhyo sambil menghabiskan roti nya. Chen sekali lagi tersenyum. "Ya.. jangan senyum-senyum terus kau membuat ku takut! kasihanilah hatiku yang rapuh ini" Seru Minhyo dengan candaan khas nya.
Chen tertawa melengking "Ahhahaha.. "
"Berisik! gendang telinga ku bisa pacah" Protes Minhyo.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.00 PM
Wajah Sungchan tertekuk. Ia sangat terganggu melihat kemesraan Lay dan Inkyung. Mereka bahkan lebih dekat dari biasanya. Ia merasa hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya, apalagi setelah peristiwa di academy tadi pagi. Ulah Inkyung menyebabkan Chanyeol babak belur terkena serangan Kai. "Untuk apa kau mengajak Lay dan Inkyung melakukan double date seperti ini", Mood buruk Sungchan, membuatnya berucap ketus pada Luhan.
Luhan tersenyum tenang "Aku ingin menikmati saat bersama mu"
"Apa maksud mu? Aku sedang serius Xi Luhan" Tatapan Sungchan begitu tajam mengarah pada Luhan. Sekali lagi Luhan mengembangkan senyumnya, ia meletakkan kedua tangannya pada tangan Sungchan, menarik pelan tubuh yeoja itu. Luhan memberi kecupan manis pada kening Sungchan, pandangan matanya begitu sendu dan sayu. "Aku memiliki satu permohonan padamu.. Sekali ini saja, sekalipun mereka berdua berada disekitar kita, bisakah kau hanya menatap kearah ku? bisakah kau tak memperdulikan apapun selain diriku..."
Tubuh Sungchan bergidik mendengar ucapan Luhan. Ada yang tidak beres dari sikap Luhan. Pandangannya seakan terikat dengan pandangan Luhan. Hatinya perih tanpa alasan yang jelas. "Saranghae.. saranghae Park Sungchan" Ujar Luhan
***
Inkyung menggenggam erat lengan Lay. Ia tak melepaskan tangannya sejak tadi. "Aku ingin makan itu, sepertinya itu enak, kau mau?" Tawar Inkyung.
Lay mengangkat sebelah alisnya. "Kau sedang bahagia? kau terus tersenyum sejak tadi"
Inkyung tersenyum "Eum" angguknya. "Ayo"
"Baiklah...Kita harus bersenang-senang hari ini, khaja"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.00 (19.00 PM)
"Hari ini menyenangkan sekali, Luhan hyung gomawo", Ucap Lay pada Luhan.
Mata Luhan menatap tangan Lay dan Inkyung. "Gurae..", Jawabnya pelan. Ia lalu menatap Inkyung "Oh Inkyung". Sungchan dan Lay bersamaan memfokuskan padangan mereka pada Luhan. "Kita akhiri sampai disini.. permainan ini", Ujar Luhan mempertegas ucapannya. "Kau ingin aku yang memulainya, atau kau.. ingin mengakhirnya sendiri? Atau kau ingin menunggu sampai Suho datang, aku sudah menghubungi nya barusan"
"Ada apa ini? apa maksud mu Suho?" Tanya Lay mencari jawaban dari Luhan dan Inkyung. Inkyung terdiam, ia menatap Luhan seperti Luhan menatapnya.
"Suho sudah mengetahui tentang hubungan mu dan Inkyung" Jelas Luhan.
DEG! "Inkyung-ah, Katakan pada ku apa yang selama ini coba kau sembunyikan dari ku? Mengapa kau tidak ingin Suho mengetahui hubungan kita? apa yang akan terjadi jika sekarang ia sudah mengetahuinya?"
Inkyung menghempaskan tangan Lay. Ia menatap tajam Luhan. "Seharusnya aku sadar sejak tadi kau sedang menjebakku! ! Wae?! Apa kau pikir kau dan Suho bisa bersekutu untuk menjatuhkan ku?!" Gertak Inkyung penuh emosi. Tatapan liar itu kini Inkyung lemparkan pada Lay. "Neo.. Zhang Yixing.. Aku Oh Inkyung, aku sudah memilki seorang tunangan dari keluarga kaya raya, sebuah keluarga yang tak kalah kaya raya dengan Suho dan Suho mengenal tunangan ku.. Itu.. alasan mengapa aku tidak ingin ia mengetahui hubungan ku dengan mu!!" Jawab Inkyung tanpa rasa gentar.
PLAKKKK........ Sungchan yang sejak tadi diam saja, kini bertindak. Ia menghadiahkan sebuah tamparan keras pada pipi Inkyung.
Inkyung tak juga gentar, "Wae?! Kau tidak suka aku menyakiti hati namja yang kau cintai ini Park Sungchan?!", Inkyung kembali melirik Luhan. "Apa kau pikir dengan kenyataan ini Lay Oppa akan mengakhiri hubungannya dengan ku? Kau tahu pasti itu tidak akan terjadi bukan.. dan kau tahu pasti alasannya. pecundang!" Hina Inkyung.
"Hentikan Inkyung!" Lay menarik tangan Inkyung "Ini hanya masalah antara kau dan aku, kita harus bicara empat mata"
Luhan merentangkan tangannya diantara Lay dan Inkyung. Ia melepaskan pegangan tangan Inkyung dan Lay. "Tidak.. sudah kukatakan semua akan berakhir sampai disni."
"Luhan..", ucap Lay.
"AKHIRI HUBUNGAN MU DENGAN YEOJA INI SEKARANG JUGA!" Bentak Luhan. Luhan mendorong tubuh Inkyung menjauh dari Lay. "Kau.. pergilah selamanya dari hidup sahabat ku…pergi dari kehidupan Sungchan, juga kehidupan adik ku Yi Jie."
"Aku tidak akan meninggalkan nya”, ujar Lay membuat Luhan dan Sungchan tercengang.
"YA!" Sungchan menarik kerah baju Lay. "Kau gila?! Mengapa kau terus mempertahan nya. IA TELAH MENGHANCURKAN HIDUP MU! MENGHANCUR KAN ORANG-ORANG DISEKITAR MU! SADARLAH ZHANG YIXING!"
Tap.. Luhan menyentuh telapak tangan Sungchan pada kerah baju Lay. "Mianhae.. mianhae..", Luhan membendung air mata dipelupuk matanya. Ia menyempatkan diri untuk tetap tersenyum. "Seharusnya aku tidak menahan mu untuk terus bersama ku, maafkan aku..". Luhan juga menarik telapak tangan Lay, lalu menyatukan kedua telapak tangan tersebut. "Akhiri hubungan mu dengan Inkyung dan aku.. akan. ... melepaskan Sungchan untuk mu". Bagaikan sebuah petir menyambar di tengah hari, Luhan menyampaikan pernyataan yang mengejutkan.
"Kau puas, Oh Inkyung? mulai detik ini.. pergilah sejauh mungkin" Seru Luhan.
Inkyung menghela nafasnya. "Baiklah.. Kita berakhir disni.. Lay" Ujarnya. Ia meninggalkan Lay, Sungchan dan Luhan. Inkyung tidak berjalan ke arah rumahnya, ia pergi ke arah berlawanan.
Luhan menatap nanar kedua sahabatnya.. Sungchan dan Lay. Setelah itu ia berbalik dan perlahan melangkah meninggalkan keduanya.
"Luhan tunggu!" Lay memanggil Luhan, berharap namja itu akan kembali, tapi Sungchan menghalanginya. "Kita harus menjelaskan hal ini padanya"
"Biarkan dia" Jawab Sungchan. Yeoja itu jelas terpukul, tapi ia membiarkan Luhan pergi "Ia menyimpan perasaan ini semenjak pertama kali ia menjadi namjachingu ku.. biarkan ia melakukan apapun yang membuatnya akan merasa tenang, kau pulanglah"
"Sungchan-ah…" Ujar Lay lirih.
“Jebal….aku…aku ingin sendiri…untuk saat ini”, ujar Sungchan tertunduk.
"Gurae…Aku pulang.. jaga dirimu", Lay terpaksa meninggalkan Sungchan sendiri di jalan itu. Sungchan menatap miris Luhan yang semakin menjauh. "Mengapa kau.. tidak pernah sekalipun bertanya padaku tentang perasaan ku? hiks.. nado saranghae Xi Luhan hiks.. eungh..hhh"
☆*:.。. o)o .。.:*☆