NEXT DAY
02.35 AM
POV : Minseok
Kenapa aku terbangun disaat-saat penting seperti ini?! Padahal aku merindukan makan siang bersama teman-teman ku. Sekarang sudah hampir pukul tiga pagi. Aku baru bisa kembali kesini, tapi tentu belum ada orang di academy. Bukan masalah bagiku, karena memang tujuan ku saat ini adalah tempat itu. Mata ku menatap jendela kamar EunHee, aku datang..
"Aaaaaaaa!!!!! Aaaaaaaa!!", Suara tersebut terdengar dari atas sana. Nampaknya Eunhee yang berteriak, hal ini terjadi lagi. Hal apa sebenarnya yang membuat EunHee jadi seperti itu? Aku ingin sekali masuk kesana tapi.. saat ia berteriak seperti itu JongIn dan bibi Shin pasti sudah berada disana, bisa gawat jika mereka menemukan ku. Tapi aku juga tak bisa diam saja. Eummm..
Nekat memang...aku tetap memanjat tangga yang selalu kugunakan untuk naik ke kamar Eunhee dilantai dua rumah ini. Keberanian ku belum cukup besar untuk naik sampai beranda, jadi aku hanya mengintip dari tangga melalui pintu geser. Eunhee terlihat memberontak. Di sana JongIn dan Bibi Shin memegangi nya, mereka membawa sebuah alat suntik kecil, dengan cekatan Jongin menyuntikkan alat itu pada lengan EunHee. Setelah itu Eunhee tak memberontak lagi. Sepertinya itu adalah obat penenang atau sejenisnya. Kasihan sekali Eunhee....Jongin juga tak kalah kasihan. Setelah menyuntikkan obat pada Eunhee, ia terlihat meneteskan air matanya. Ia tak tega mungkin.. tapi tak ada yang bisa ia lakukan juga.
Bibi Shin mengelus pundak Jongin lalu ia keluar dari kamar EunHee. JongIn masih di sana sampai kurang lebih sepuluh menit, ia mengelus kepala Eunhee sampai Eunhee menutup mata dan tertidur. Setelah itu JongIn keluar dari kamar EunHee. Akhirnya....Lelah juga berdiri di tangga hampir lima belas menit seperti ini. Kaki ku menapak pada beranda kamarnya. Ku sentuh pintu kaca geser bertirai putih tipis.. Sreeekk.. Eo? Pintu ini tak terkunci atau Eunhee memang sengaja tak mengunci nya karena ia tahu aku akan datang. Dengan hati-hati aku membuka pintu tersebut, berjalan mengendap-endap seperti pencuri.
"Hiks..~ hiks..~" Eunhee menangis. Suara tangisnya samar-samar terdengar. Ia belum tidur rupanya. Sekarang aku berjalan merangkak dan terhenti di bawah tempat tidurnya. Pelan-pelan kepala ku muncul dari bagian bawah tempat tidurnya itu "Annyeong.."
Eunhee mendengar suaraku. Ia langsung menoleh, ia ingin bangun tapi nampaknya pengaruh obat penenang membuatnya sulit melakukan hal tersebut. "Jangan memaksakan diri...Gwenchana", Aku pun menghampirinya, duduk tenang di sisi tempat tidurnya, membantu Eunhee untuk duduk. Tubuhnya begitu lemah. Ia bersandar pada pundak ku. Dapat kubaca masih terdapat ketakutan dalam dirinya, karena saat ini ia mencengkram kuat lengan ku, ia juga tak berhenti menangis. Kuberanikan diri untuk mengelus kepalanya, kubiarkan ia memeluk ku. "Kau aman sekarang.. Tenangkan dirimu, aku disini"
"Eung.. Eung..~ eung.. Hiks", Ia memelukku dengan tangannya yang semakin melemah. Tatapan matanya seolah mencoba bicara padaku. Seandainya aku dapat membaca semua arti dibalik tatapannya, mungkin aku dapat melakukan sesuatu untuknya.
"Maafkan aku.. Aku pergi terlalu lama, kau pasti kesepian" Ujar ku.
Ia mengangguk lemah, namun perlahan ia mulai tenang. Isak tangisnya pun sudah mulai menghilang. Kulihat matanya sudah mulai sedikit berat, mungkin obat tadi juga membuatnya mengantuk. Kubantu ia merebahkan tubuhnya, kutarik selimut agar menutupi tubuhnya, "Tidurlah "
Eunhee mengangguk lagi. Ia lalu menunjuk diriku dan menunjuk sebuah bantal disamping bantalnya. Ia mungkin meminta ku untuk berbaring, mungkinkah? Deg..deg.. Mengapa aku jadi berdebar lagi. Tak ada salahnya, toh tak ada yang kami lakukan. Aku berbaring di sampingnya, kami sama-sama dalam posisi miring dan saling berhadapan satu sama lain. Ya Tuhan.. Aku tak pernah seperti ini sekalipun saat aku sedang bersama Inkyung dulu. "Kemarin aku datang ke academy" Ujar ku mulai bercerita.
Ia memperhatikan ku meski matanya semakin berat untuk terus terbuka. "Aku bertemu dengan YiJie dan Eunkyo"
Mata EunHee melebar. Ia bagai bertanya padaku, "Bagaimana keadaan mereka?" setidaknya itu yang sedikit bisa kuartikan dari caranya menatap ku. "YiJie meraih peringkat 1 semester lalu, tapi ia tidak upgrade class karena kakaknya masih ada di tingkat 4, ia sedikit mendapat masalah dengan seorang siswa bernama Inkyung dan ia dipindahkan ke kelas lain karena hal itu. Begitu mendengar ceritaku tentang YiJie, Eunhee langsung merespon dengan kehawatiran, ia menunjuk sisi matanya membentuk garis lurus dari arah mata sampai pipi dengan jarinya, sepertinya ia bertanya apakah YiJie menangis karena kejadian itu. "Aku tak sempat bertemu dengan YiJie lagi setelah itu, tapi tenang saja.. Kuyakin YiJie pasti baik-baik saja, dia gadis baik. Ah.. Aku juga bertemu dengan Luhan kakaknya, kau mengenal Luhan?" Tanya ku.
Eunhee kembali mengangguk. "Dia juga baik sekali, sama seperti YiJie. Lalu Eunkyo.....eumm apakah kau tau bahwa ia menyukai seseorang bernama JoonMyeon?" Tanya ku lagi. Kali ini Eunhee menggeleng. "Eum.. Sepertinya ini sedikit sulit kujelaskan, jadi....berdasarkan pengamatanku, Eunkyo itu menyukai seorang bernama Joonmyeon. Tapi....Aku bertemu juga dengan seorang siswa lainnya bernama Do Kyungsoo, dia baik sekali, ia membantu ku juga tadi....dan apa kau tahu?", tanyaku mencoba memancingnya dan ia terlihat penasaran. Ia menggeleng cepat sambil menarik-narik bajuku seolah memintaku untuk segera melanjutkan ceritaku. "Nampaknya ia menyukai Eunkyo", ujarku berbisik seperti penggosip. "Ia bahkan sempat terlihat sedikit cemburu padaku karena aku memperhatikan Eunkyo hahaha", aku begitu bersemangat menceritakan apa yang kualami pada Eunhee. "Tapi Eunkyo menyukai JoonMyeon....", ujarku mengakhiri ceritaku. Kekhawatiran kembali tergambar dari ekpresi wajah EunHee. Ia lalu menunjuk dirinya, setelah itu membuat gerakan seperti memeluk sesuatu. "Kau merindukan mereka?" Tebak ku. EunHee mengangguk lagi.
"Sudah ku katakan pada mu bukan? aku akan membawa mu menemui mereka. Tapi kau tak bisa berteriak seperti tadi, jika kau seperti itu maka akan banyak orang yang mencurigai mu" Ujar ku. Eunhee murung, ia seperti menyerah. Ia menghela nafasnya berkali-kali, seperti ingin menangis. Ia takut.. Takut untuk melawan rasa takutnya, takut jika ia terus terkalahkan dengan rasa takutnya itu.
"Aku sudah berjanji akan membantu mu.. dan aku.. Tak akan mengingkarinya" Ujar ku berusaha menyakinkan Eunhee "Kau harus tenang, setiap kali kau takut.. pejamkan mata mu, berusahalah berfikir apa yang kau takutkan itu tak ada didekat mu, bukankah kau juga takut padaku saat pertama kali kau melihat ku? Kau takut jika seseorang berada didekat mu? lihatlah sekarang.. Kau dan aku sedang berbincang, bercerita, berbagi kekhawatiran.. kau bisa melawan nya, semenakutkan apapun itu, percayalah padaku" Tangan ku menggenggam telapak tangannya erat. "Kau harus melakukannya, demi hidup mu, demi melindungi orang-orang yang kau sayangi, kau.. harus melawan semua itu"
Ia menggenggam tangan ku erat.. lebih erat.. dan semakin erat, "euh..euh" serunya mencoba mengucapkan sesuatu "hhh.. euh.. ssih.. hhh ssi..siyu..min"
DEG!!! Ia.. "Mworago? Barusan kau bilang apa?! coba ucapkan lagi!" Aku bermimpi, ah..aku memang bermimpi, tapi ia... baru saja menyebutkan nama ku, aku tak salah.. pasti tidak salah ia mengatakan siyumin (xiumin). HUG... Terlalu bahagia, mungkin begitulah perasaan ku saat ini, aku memeluknya tanpa izin. Tanpa kuduga ia juga memelukku. Tangannya bergerak pelan merangkul ku. Bisakah kutukar kehidupan nyataku dengan mimpi ini? bisakah aku hidup disini selamanya? Aku ingin bersama yeoja ini sampai suatu hari nanti ia bisa bicara panjang lebar pada ku, aku ingin mendengar suara nya. Ingin.. Sangat ingin.
»»»»» TBC««««««