POV : Minseok
08.00
Aku tengah berjalan bersama Kyungsoo setelah kami selesai mengurus urusanku. Di tengah jalan kami melihat banyak siswa berkerumun di salah satu lorong. Secara perlahan, satu persatu mulai membubarkan diri. Kulihat tiga orang siswa berjalan diawasi oleh pengawas kesiswaan yang berjalan dibelakang mereka. Aku melihat sosok seseorang di sana. “Bukankah itu Yi Jie?”, gumamku tercengang.
“Kau mengenal Micha noona?”,Tanya Kyungsoo melirik diriku. Ia heran jika aku juga mengenal sosok Micha.
“Ah..eum…tidak terlalu…kami baru bertemu tadi pagi”, ujarku.
“Ah…guraeyo…”, gumam Kyungsoo mengangguk pelan. “Ada apa? Kenapa mereka membawa Micha noona?”, gumam Kyungsoo tak kalah bingung. “Ah…molla…”, gumamnya mencoba tak peduli. "Hyung.. Kita berpisah disini, aku akan masuk kelas 3-1 ini", ujar Kyungsoo sambil menunjuk kelas di sampingnya dan ia bergegas masuk ke dalam kelas.
"Ah.. Begitu.. Hwaiting.." kulanjutkan langkah ku melewati ruangan kelas 3-1. Aku baru saja hendak pergi namun tak lama kemudian, anak itu keluar lagi dari dalam kelas tersebut. "Hyung", Panggil Kyungsoo keluar dari kelas 3-1 setelah 1 menit.
"Kenapa kau keluar lagi?". Tanya ku heran.
"Ani.. Kelas ini tak bagus..haha!", Jawab nya singkat. "Annyeong hyung, aku akan cari kelas lain". Tak lama kemudian terdengar suara gaduh dari kelas itu. “KYUNGSOO-YAAA~ IRIWAAA~”, Dua orang namja seusia Kyungsoo berlari keluar dari dalam kelas itu melewatiku. Mereka mengejar Kyungsoo yang terburu-buru berjalan menjauh ketika ia mendengar suara tersebut.
Aku hanya tertawa pelan melihat kejadian tersebut. "Aku juga harus segera ke ruang kepala academy". Kupercepat langkah ku, aku sengaja memutar arah agar lebih dulu sampai ke ruang kepala academy, sepertinya ada hal yang harus kuselesaikan disana.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author
08.00 AM
Kyungsoo memasuki ruangan kelas 3-1. Kelas tersebut adalah bekas kelas Suho. Ia merekomendasikan Kyungsoo untuk masuk kelas tersebut, karena persaingan di kelas itu cukup ketat sehingga dapat memicu semangat belajar nantinya. Namun Harapan tak selamanya seindah kenyataan. Baru beberapa langkah ia memasuki kelas tersebut, D.O sudah disapa oleh wajah-wajah yang 'siap membully' didalam sana. Ia mengerutkan dahi begitu melihat anak-anak tersebut. “Mwohae?”, Tanya Kyungsoo datar pada Chanyeol, Chen, dan Baekhyun yang sudah menyambutnya. Mereka segera “mengeroyok” tubuh mungil Kyungsoo.
"Annyeong Kyungsoo-yaaaa~~~", suara nyaring Chen membahana di telinga Kyungsoo membuatnya semakin frustasi.
"Aigoo.. Betapa bahagia hatiku bisa satu kelas dengan Kyungsoo lagi", Canda Baekhyun sambil menyandarkan kepalanya di pundak Kyungsoo.
“KYUNGSOO-YAAA~~”, goda Chanyeol dengan suara besarnya yang sangat dibenci Kyungsoo.
“Bikyeo”, gumam Kyungsoo datar namun tiga makhluk itu masih saya menggerayangi dirinya.
“Kau pasti mau kabur lagi dari kami! Hahahah”, tuduh Chen.
“Ani…aku mau duduk”, jawab Kyungsoo datar.
“Jincharo? Tumben sekali kau tak marah-marah pada kami? Hahahaha”, seru Chanyeol. Mereka pun melepaskan Kyungsoo karena mereka pikir, Kyungsoo sedang tidak terlalu menyenangkan karena tak membalas aksi usil mereka.
“Oke Bye”, Kyungsoo segera pun segera keluar dari sana begitu Chen, Chanyeol, dan Baekhyun melepaskannya.
“YAAH! HAHAHAHA”, Chanyeol dan Chen mengejar D.O untuk menahan namja itu tetap di keklas 3-1. "Kyungsoo~yaaa~ Illowabwa~~ jangan pergi manis.. Hahahahah"
Baekhyun tertawa terbahak-bahak ditempat duduknya. Ia terlalu malas bergerak untuk mengejar Kyungsoo. Chen dan Chanyeol pun pasti berhasil untuk membawa Kyungsoo kembali ke kelas tersebut. Kyungsoo biasanya hanya bercanda tak mau sekelas dengan mereka. Ia juga sudah berjanji pada Suho untuk masuk kelas 3-1 bersama yang lain.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Minseok
08.03 AM
Aku sengaja berlari menuju ruang kepala academy. Sebelum masuk kurapikan pakaian ku. Aku tak enak kalau terlihat berantakan di depan ibu kepala academy. Ku ketuk pintu ruang kepala academy. Kudengar suara seorang yeoja setengah baya memberi izin ku masuk. "Annyeonghaseyo.." Kubungkukkan tubuh ku sopan.
Yeoja setengah baya itu kaget melihatku. Mungkinkah ia mengenali wajah ku? aisshh tentu saja ia mengenalinya. Aku harus meyakinkan bahwa aku adalah orang lain, bukan Kim minseok. "Minseok-a?" Ujarnya.
"Minseok?" Tanya ku pura-pura bodoh. "Maaf ibu kepala.. Nama ku Xiumin, aku.. Siswa transfer dari China", Ujar ku. Kuserahkan berkas-berkas perpindahan ku pada Ibu kepala academy yang tak lain adalah Ibu dari Joonmyeon, nyonya Kim.
"Ah mianhaeyo.. Tapi wajah mu mirip sekali dengan seseorang yang kukenal" Ujarnya ramah.
"Ne.. Beberapa siswa juga menyapa ku sebagai Minseok tadi", alasan ku untuk menyakinkan, setidaknya bukan hanya ia yang salah orang.
Kriiinggg~~ Telephone pada ruang itu berbunyi "Tunggu sebentar Xiumin-ssi"
"Ne" Jawab ku.
Bibi Kim masih berbicara ditelpon, sepertinya yang menelpon adalah pengawas kesiswaan yang berhubungan dengan masalah di lorong tadi, karena ia menyebut-nyebut nama YiJie dalam pembicaraannya tersebut. "Aku tidak bisa memberi hukuman berat pada Oh Inkyung. Kau tahu sendiri bahwa anak itu adalah anak 'titipan' tuan Byun. Aku akan mempersiapkan dokumen pindah kelas untuk Xi YiJie. Aku akan mengatakan langsung pada mereka, suruh mereka masuk sebentar lagi"
Apa? Oh inkyung? ternyata Yi Jie bermasalah dengannya…yeoja sial itu membuat masalah dimana-mana. Mengapa sulit menghindar untuk mendengar namanya sekalipun didalam mimpi. Kasian sekali Yi Jie gara-gara Inkyung ia harus pindah kelas.
Salah seorang sekertaris Bibi Kim menghampirinya. Bibi Kim memintanya untuk membuat surat perpindahan kelas untuk Yi Jie. Ia juga meminta ku untuk ikut ke ruang sekretaris itu untuk mengambil surat transfer ku.
"Duduklah dulu…tunggu sebentar lagi" Ujar sekertaris itu ramah. "Wajah mu mirip sekali dengan seorang anak bernama Minseok, dulu ia juga siswa di academy ini" Ujarnya. Lagi-lagi aku mendengar hal tersebut. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
Suratku sudah selesai dicetak. Sekretaris tersebut keluar sebentar untuk meminta cap dari ketua academy. Aku tidak bisa tinggal diam begini. Kulihat layar komputer sekertaris tersebut. Ia sedang menginput data perpindahan kelas Yi Jie. Di sana tertulis 3-1 namun nekat kuganti menjadi kelas 3-2 dalam form input digital tersebut. Kelas 3-1 adalah kelas yang dimasuki Kyungsoo sebelum ia keluar lagi dan masuk ke kelas 3-2. Setidaknya Yi Jie akan aman disana karena ada anak sebaik kyungsoo akan menjadi temannya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Author
08.13 AM
"Jelaskan pada ku apa yang terjadi" Pinta kepala academy pada ketiga siswa.
"Aku hendak masuk ke kelas 3-4, tapi Yi Jie melarang ku….hanya dengan alasan ia tidak menyukai ku secara personal. Ia tidak suka namjachingu nya berada didekat ku Padahal aku juga tidak ada rasa pada namjachingu nya…ini tidak adil bibi" Adu Inkyung.
"Posisi ku sebagai ketua academy... Oh Inkyung, kau harus memanggil ku Ibu kepala, kita tidak sedang bicara dalam keadaan non formal", ujar Ibu kepala tegas.
"Jeosonghamnida" Ujar Inkyung tertunduk.
Micha angkat bicara "Kejadiannya tidak seperti itu.."
"Jeosonghamnida" Selak Lay. "Aku minta maaf telah melibatkan Inkyung dalam hal ini. Ini sebenarnya hanya masalah antara diri ku dan yeojachingu ku….YiJie, dan semua hanya kesalah pahaman, sekali lagi maafkan kami Ibu kepala"
DEG.. Micha tak percaya dengan apa yang ia dengar terucap dari bibir Lay. Ia tak percaya seseorang seperti Lay mampu melakukan hal ini. Mata gadis itu sudah berair. Ia tak berkata apapun. Ia tahu semua akan semakin buruk jika ia angkat bicara. Jangan sampai ia berakhir dengan harus mendatangkan appa nya mengahadap kepala academy.
"Aku tidak bisa membiarkan kalian tetap dikelas yang sama.. Karena kelak kejadian semacam ini pasti terulang. Oh Inkyung kau siswa upgrade bukan? Masuklah di kelas 3-4. Dan kau Zhang Yixing, anakku JoonMyeon sudah meregistrasi nama mu untuk upgrade class semester ini, semua berkas mu sudah diurus olehnya dan Xi Yi Jie, aku akan memindahkan mu ke kelas 3-2" Ujar Ibu kepala.
Inkyung termakan permainannya sendiri. Ia ingin lepas dari kelas 3-4 untuk menghindari Baekhyun, tapi nyatanya ia justru harus stay pada kelas 3-4. Ditambah lagi namjachingu nya juga akan mengupgrade class sehingga ia akan sendiri dikelas itu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Suho memasuki ruangan kelasnya. Ia melihat Miyoung duduk disalah satu kursi disana. Di depan Miyoung, Ia juga terlihat Eunkyo. Kedua kursi disamping mereka masih kosong. Suho tersenyum melihat hal tersebut. Begitu Suho melewati depan kelas, sebagian siswa wanita disana sudah ribut membicarakan nya. Suho tersenyum tebar pesona (?) pada semua siswi. Ia berhenti didekat Eunkyo dan segera duduk di samping Eunkyo. "Annyeong Eunkyo-a" sapa Suho dengan senyum.
Eunkyo terlihat terkejut ketika Suho duduk di sampingnya. “J-Joonmyeon? M-Mwohae?”, gumamnya gugup. Jantung eunkyo berdetak semakin cepat saat Suho ada disampingnya. Ia berniat menghindari suho dengan random memilih kelas. Nyatanya ia justru bertemu dengan Suho. Takdir seperti mempermainkan Eunkyo saat ini. Ia justru semakin didekatkan dengan Suho saat ia hampir memilih kata menyerah dibanding maju. “Kenapa kau terkejut begitu? Kau bahkan tak membalas sapaanku”, gerutu Suho.
“Ah…J-Jweisonghamnida….a-annyeong Joonmyeon-ah”, sapa Eunkyo cepat.
“Pffth!”, Suho tertawa melihat Eunkyo. “Mwoya! Neo wae gurae? Kau ini seperti sedang berbicara dengan Ibu Kepala Academy saja! Tak perlu gugup begitu…santai saja”, ujar Suho santai. Suho menoleh sejenak kea rah Miyoung, namun ia tak menyapa Miyoung, karena Miyoung sepertinya sedang sibuk mengurusi beberapa berkas. Ia tak mau mengganggu. Maka ia pun memilih untuk berbicara dengan Eunkyo. "Untung sekali ada kau disini, setidaknya ada seseorang yang ku kenal"
"Ne.. Aku..", Eunkyo menghentikan ucapannya. "Aku amat sangat bahagia melihat mu disini Suho-ya" Lanjutnya dalam hati.
"Dari tadi aku mencari mu untuk bertanya kau mau masuk kelas mana…kau kemana saja? Aku tidak melihat mu sejak tadi" tanya Suho.
"Aku..bahkan melihat mu sejak kemarin" Jawab Eunkyo tanpa menatap Suho.
"Jincha? Kenapa kau tidak menegur ku?", seru Suho.
Eunkyo tersenyum getir, "Mungkin karena kau tak melihat ku" Ucapan Eunkyo sekaligus bermakna lain.
"Mungkin begitu.. Mungkin aku sedang banyak pikiran saat itu..mian", ujar Suho.
"Gwenchana", gumam Eunkyo mencoba tersenyum.
[EunKyo's mind] "Kyungsoo benar. Aku harus segera mengambil keputusan untuk meneruskan atau mundur. Aku tidak bisa menggantungkan hati ku pada seseorang tanpa tahu bagaimana perasaannya.. Tapi.. Aku bahkan bahagia hanya dengan mendengar suara nya, mendengar ia bertanya dan berbicara kepadaku... Aku tersesat dan kehilangan pintu keluar dari permainan hati ku, lalu.. Bagaimana sekarang?"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
08.16 AM
Dalam kelas lain, Minhyo dan Kris berkali-kali melihat kebelakang, memperhatikan Luhan yang sejak tadi seperti orang tak tenang. Sesekali mengecek handphonenya berulang ulang. Sungchan sudah mengirimkan pesan pada Kris dan Minhyo agar mereka tak bertanya lagi apa yang terjadi. Karena menjelaskan ulang kronologis kejadian itu mungkin hanya akan menambah kekhawatiran Luhan. "Pangeran tampan.. Jangan sedih begitu, noona pasti baik-baik saja", ujar Minhyo mencoba menenangkan Luhan. "Kalau kau bersedih nanti kau terlihat cantik lagi", Lanjut Minyho. Biasanya Luhan akan ribut mengatakan bahwa ia tidak cantik, tapi kali ini ia hanya tersenyum pahit tanpa menjawab.
"Telepon saja dia…mungkin dia sudah keluar dari ruang kepala academy sekarang", Saran Kris yang mencoba normal (?) setelah melihat situasi nampaknya tak bagus untuk berbicara sembarangan.
"Ia tidak mengangkat", Jawab Luhan khawatir.
"Kirim pesan" Saran Kris lagi. Luhan mengangguk, ia mengikuti saran Kris untuk mengirim pesan pada Micha:
Luhan's Text »»
Bagaimana? Apa yang Ibu kepala katakan? Apa kau baik-baik saja?
Yi Jie`s Replay ««
Gwenchana ^^ Aku akan pindah kelas... Ini lebih baik daripada aku harus tetap sekelas dengan Inkyung.
Meski Micha sudah membalas pesannya, Luhan masih tak yakin bahwa adiknya baik-baik saja. Ia mencoba menghubungi Micha, tapi Micha tak menjawab. "Ia bilang ia dipindahkan ke kelas lain"
Sungchan menghela nafasnya. Ia tahu sejak kemarin Luhan memang masih merasa bersalah karena ia menyebabkan Micha gagal upgrade class. Meski Micha tak mempermasalahkannya, Luhan jelas masih memikirkan hal tersebut. Kejadian hari ini juga pasti membuat Luhan berfikir seandainya Micha jadi upgrade class, hal semacam ini tak akan terjadi padanya. "Aku akan mengirim pesan pada Chanyeol" Ujar Sungchan.
"Andwe.. Gwenchana" Larang Luhan. Ia semakin merasa tak enak karena ide Sungchan tersebut.
"Chanyeol adalah adikku dan teman baik Micha juga, ia tak akan marah padaku", ujar Sungchan.
"Mian.. Menyusahkan mu" Jawab Luhan lirih.
"Akan lebih menyusahkan ku jika melihat mu terus seperti ini", Sungchan menatap mata Luhan begitu dalam. Ia sudah kehabisan akal menenangkan Luhan, jadi ia mencoba mengatakan apapun yang bisa ia katakana. "Aku bukan orang lain.. dan tak akan berprilaku seperti orang lain juga.. Kau adalah bagian dari hidupku, kau susah maka aku juga.."
Terlihat senyum lirih di wajah Luhan. "Neomu.. gomawo", Luhan menggenggam erat telapak tangan Sungchan. "Pasti sulit bagimu mengucapkan hal semacam itu untukku"
"Yang pasti aku sulit mengetik pesan kalau kau menggenggam tangan ku" Ujar Sungchan.
"Eo.. Mianhae akan ku lepaskan", ujar Luhan hendak melepaskan tangan Sungchan.
"Andwe.." Sungchan menahan tangan Luhan. "Aku kidal, tangan kiri ku bisa mengetik keyboard handphone"
Senyum Luhan terlihat sedikit lebih lepas. "Bergenggaman tangan didalam kelas ternyata menyenangkan" Ujarnya.
"Jangan bicara terus atau aku tidak jadi mengirim pesan pada Chanyeol" Sungchan tahu hubungannya dengan sang adik Chanyeol tak terlalu baik beberapa tahun belakangan ini, tapi ia tidak bisa memepercayakan masalah ini kepada orang lain selain Chanyeol.
Sungchan's Text »»
Park Chanyeol... Aku tak berniat mengganggu mu, tapi.. aku bantuan mu untuk mencari Micha noona. Ia berkata ia dipindahkan ke kelas lain oleh Ibu kepala, tapi ia tidak mengatakan ke kelas mana ia akan dipindahkan.. Aku sangat berterima kasih jika kau mau membantu ku.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Chanyeol dan Chen tengah sibuk menggoda Kyungsoo setelah berhasil membuatnya kembali satu kelas dengan mereka semua. Chen duduk disamping Kyungsoo. Ia merangkul Kyungsoo sambil terus meledek-ledek namja itu. Tak jauh berbeda dengan Baekhyun. Namun Entah mengapa tapi sonsaengnim di kelas mereka belum juga masuk. Jadi ia dengan asik duduk diatas meja, tak henti tertawa melihat ekspresi datar dan pasrah Kyungsoo.
"Mereka lucu sekali", ujar Songhee yang duduk disamping Chanyeol saat Ini.
Malu-malu Chanyeol menjawab, "Ne.. Kau bisa awet muda jika bermain dengan mereka terus hehe"
"Benarkah? hahaha... Aku beruntung bisa satu kelas dengan kalian", Ujar Songhee senang. Chanyeol hanya menjawabnya dengan senyuman.
Baekhyun melihat handphone Chanyeol yang bergetar. Chanyeol meletakkan handphone tersebut diujung meja dan hampir saja terjatuh jika Baekhyun tak segera mengambilnya. Baekhyun menatap Chanyeol tapi sepertinya ia tak sadar terdapat pesan masuk di handphonenya. "Aissh Jincha", gerutu Baekhyun sambil membuka pesan tanpa izin dari Chanyeol. Ia terdiam sejenak membaca pesan yang masuk tersebut.
"Park Chanyeol! Aku pinjam Hanphone mu", seru Baekhyun sambil berlari keluar kelas begitu saja.
"Ya! Byun Baekhyun! Ada apa dengannya?", seru Chanyeol mencoba bertanya pada Chen dan Kyungsoo, tapi mereka sama-sama tak mengerti.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
08.16 AM
Micha seharusnya mengurusi berkas perpindahan kelas ke kelas barunya 3-2, tapi ia justru lebih memilih pergi ke taman belakang sekolah untuk melampiaskan sesak yang sejak tadi ditahannya. Ia masih tak dapat mempercayai seseorang yang baru saja bersama nya di ruang Ibu kepala academy adalah Lay. Lay rela berbohong dan memojokkan Micha dan dirinya sendiri. Ia rela mengakui Micha sebagai yeojachingu- nya demi melindungi Inkyung.
Saat memutuskan untuk tidak meng-upgrade class Micha sudah bersiap dengan kenyataan ia harus kehilangan kedua sahabat baiknya didalam kelas yaitu Sungchan dan Minhyo dan sekarang ia harus kehilangan semua teman satu kelasnya untuk memulai segala sesuatu di kelas baru. Bukan hal besar memang bagi kebanyakan orang, tapi yeoja ini tak merasa nyaman berada di tengah suasana asing, ia begitu mudah merasa kesepian.
Perlahan Micha mulai menangis namun tak akan ada yang mendengarnya, karena semua siswa saat ini sudah masuk ke kelas mereka masing-masing. "Kebaikan akan selalu mengelilingi anak-anak yang baik.. Kenyataan menjawab bahwa aku tak cukup baik untuk membiarkan kebaikan mengelilingi ku" Ujarnya Miris. "Hikssss.. Hiksss.. Hahh.." Ia menutupi wajahnya dan menangis semakin dalam ditempat itu. Micha meletakkan Hanphone disampingnya, entah berapa kali handphone itu bergetar. Ia juga tau siapa yang menghubungi nya, itu pasti Luhan.
Luhan's Text »»
Bagaimana? Apa yang Ibu kepala katakan? Apa kau baik-baik saja?
Micha berfikir keras untuk membalas pesan sang kakak, berharap pesan tersebut akan membuat Luhan tenang dan tak memikirkannya. Tak perduli bagaimana keadaan ia sesunguhnya.
Yi Jie`s Replay ««
Gwenchana ^^ Aku akan pindah kelas... Ini lebih baik daripada aku harus tetap sekelas dengan Inkyung.
Micha membalas pesan yang Luhan kirimkan tapi mustahil jika ia mengangkat telponnya karena Luhan akan semakin khawatir jika mendengar nya sedang menangis. "Ada waktu dimana kau tak dapat mempercayai siapapun, sekalipun kau mengenalnya dengan baik. Kadangkala.. Beberapa orang dapat menjadi musuh disaat terdesak. Demi kebahagiaannya, demi orang yang dicintainya dan tak peduli pada orang lain.. Hanya orang-orang yang benar-benar peduli padamu, yang akan berada disisi mu dalam segala situasi. Kuharap.. Aku akan menjadi seseorang yang seperti itu untuk orang-orang yang kusayangi…kuharap aku tak perlu menyakiti orang lain dan dapat tetap menjaga apa yang kumiliki.. ", ujarnya pada dirinya sendiri. Ia mengambil nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Dreettt.. Dreeett..Ponselnya kembali bergetar.
Byun Baekhyun ««
Angkat atau ku laporkan Luhan Hyung kau sedang menangis di taman belakang.
Dreeetttt.. Dreeettt... Micha melihat sekitarnya. Ia mengangkat telepon tersebut. "Y-Yeoboseyo.." pandangannya terhenti saat ia menemukan di mana Baekhyun berada. Baekhyun berdiri di depan jendela dan tepat sedang menatap ke arahnya. "Aku melihat mu.. Hkss..", ujar Micha terisak.
"Bacalah dongeng sampai page terakhir.."
"Mwo?"
"Sonsaengnim sudah hampir semua masuk ke dalam kelas, kau akan mendapat masalah lain jika terus menangis disana, jangan pikirkan nenek sihir brengsek itu.. ia diciptakan memang untuk mempersulit hidup orang lain"
Micha terdiam, tidak beranjak dari tempat duduknya.
"Ya! Kalau kau tidak bodoh kau pasti mengerti ucapan ku Shimshimi.." , Baekhyun terlihat emosi karena Micha masih juga disana. Ia memelankan suaranya menahan emosi tersebut. "Kau tidak pernah akan mengetahui bahwa cinderella akan bertemu pangeran di ending cerita mereka jika kau hanya membaca cerita tersebut sampai bagian dimana cinderella harus pergi meninggalkan pangeran pada pukul 12 malam, sepatu kaca pun tak akan ada fungsinya lagi". Baekhyun menutup sambungan telpon begitu saja, ia pergi dari tempat ia berdiri, mungkin ia kembali ke kelasnya.
Micha menekan tomboll call dihandphonenya "Oppa"
"Yi Jie.. Eottokh.."
"Oppa nan gwenchanayo.. Aku….”, Micha terdiam sesaat. “Aku berada didalam kelas…aku tidak bisa lama-lama…aku tak mau sonsaengnim memarahi ku", ujar Micha berbohong.
"Ah.. Syukurlah, Apa kelas itu menyenangkan? Ada yang kau kenal disana?" Tanya Luhan bertubi-tubi.
"Ne.. Ne..Ne.. Oppa ini cerewet sekali! Aku akan menemui Oppa setelah kelas selesai"
"Baiklah.. Saranghae..", ujar Luhan mengakhiri percakapan mereka di telepon.
"Nado saranghae Oppa.. Annyeong"
***
08.22 AM
Micha memasuki kelas 3-2 dengan langkah berat. Saat ia masuk kelas belum ada sonsaengnim yang memasuki kelas tersebut. Ia duduk di meja kedua dari kiri pada baris ke dua, pandangan matanya kosong. Ia tak memperhatikan sekitarnya, hanya duduk tenang berharap hal buruk tak berkelanjutan terjadi. Tap.. Seseorang mencolek pundak Micha dari belakang. Micha menoleh melihat seorang anak perempuan yang tak dikenalnya. "Annyeonghaseo" Sapa yeoja itu ramah.
"Ne annyeonghaseyo"
Yeoja itu memberikan sebuah sapu tangan yang dilipat-lipat dan terasa ada sesuatu didalam sapu tangan tersebut. "Untuk eonnie"
"Apa ini?" Tanya Micha heran.
"Teman-teman ku menitipkan itu padaku…kata nya tolong eonnie kembalikan semua itu pada pemiliknya", ujar Yeoja tersebut.
Micha membuka lipatan-lipatan pada sapu tangan berwarna putih polos tersebut. Tertulis nama seorang yeoja di ujung sapu tangan tersebut. Mungkin nama yeoja yang memberikan sapu tangan tersebut. Pada lipatan terakhir, Micha menemukan empT buah namWtag bertuliskan empat nama. Ia membaca dalam hati "Kim Jongdae.. Park Chanyeol, Do Kyungsoo, Byun Baekhyun"
"Kalau bisa noona kembalikan namtag ku secepatnya", ujar sebuah suara di depan Micha. Micha mendongak dan menemukan Chen di hadapannya. "Jongdae?", Tanya Micha tak percaya.
"Annyeong noona", sapa Chen riang.
"Mereka memaksa ku memberikan namtag itu….tapi syukurlah setidaknya aku bukan satu-satunya orang yang terperangkap bersama mereka disini…annyeong Micha noona", gerutu Kyungsoo.
"Kyungsoo...." Micha membulatkan matanya.
"Sudah kukatakan kau harus membaca dongeng sampai halaman terakhirnya..", Suara lain terdengar tepat dari samping tempat duduk Micha
"Baekhyun..", ucap Micha sedikit lirih, matanya mulai berkaca.
"Mulai hari ini sampai enam bulan ke depan akan sangat sibuk. ..... Noona harus menyiapkan perut dan telinga noona untuk tetap tersadar karena kita akan berpesta pagi dan siang hari di kelas dan malam di tempat rahasia kita hahahah" Suara Chanyeol pun terdengar dari belakang Baekhyun.
"Chan..yeol..", Ucap Micha makin terbata karena ia menahan air matanya.
"Annyeonghaseyo.. Lee Songhee imnida. Aku akan menjadi anggota baru yang akan menemani eonnie agar eonnie tidak kesepian sebagai satu-satunya yeoja", ujar yeoja yang tadi memberi sapu tangan berisi nametag pada Micha.
"Dia yeojachingu baru Chanyeol", bisik Baekhyun.
"Mwoya! Baekhyun-a" Chanyeol mendorong pundak Baekhyun malu. SongHee tidak bereaksi apa-apa, ia hanya tersipu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
FLASH BACK
"Annyeong Kyungsoo-ya~~"
Secepat kilat tanpa ba bi bu.. Kyungsoo memutuskan untuk batal masuk kelas 3-1. "Bye" Ujar Kyungsoo cepat. Ia pun segera keluar dari sana. Chanyeol dan Chen mengejar D.O untuk menahan namja itu tetap di kelas 3-1 "Kyungsoo~yaaa~ Illowabwa~~ jangan pergi manis.. Hahahahah"
Kyungsoo memasuki kelas 3-2. Ia enggan satu kelas dengan perusuh-perusuh seperti Chanyeol, Chen, dan Baekhyun. Ia segera duduk di salah satu kursi dan berpegangan erat pada meja agar tak bisa diseret oleh Chen dan Chanyeol.
"Kyungsoo-yaaa~", Panggil Chen kembali saat ia memasuki ruang 3-2. "Ada apa dengan mu? kau sampai berpegangan pada meja begitu? Aku tidak akan memakan mu hahahahah", seru Chen.
"Kha", Usir Kyungsoo dengan ekspresi datar.
Chen duduk di samping Kyungsoo. "Ya.. Kau berjanji pada Suho hyung kalau kau akan masuk 3-1 bukan?" Seru Chen.
"Ne.. Aku mendengar kau berjanji" Tambah Chanyeol.
"Saat itu aku tidak tau kalian juga ada disana" Jawab Kyungsoo masih dengan ekspresi datar dan tangan yang masih merengkuh erat sudut meja.
"Hahahahha.. Kau terdengar begitu membenci kami! kami bahkan tak pernah melukai mu", ujar Chanyeol. Ia menarik Kyungsoo mencoba melepaskan tangan namja itu dari meja. Memang terlihat seperti penganiayaan, tapi mereka sebenarnya hanya bercanda.
BRUKK! Tak sengaja seorang yeoja tertabrak pundak Chanyeol saat mencoba menarik tangan Kyungsoo. "Ah mianhae..", Chanyeol terpaku tak lama kemudian. "Neo?", ia melihat namtag SongHee. Mereka memang belum sempat memperkenalkan nama satu sama lain semalam. Chanyeol baru mengetahui nama Songhee saat itu "Lee songhee"
Chen kaget saat melihat wajah Songhee. Ia bersama Chanyeol saat Chanyeol melemparkan batu bersamaan dengan Songhee di danau. Ia juga masih mengingat dengan baik wajah Songhee. "Yeoja ini..", Chen menepuk-nepuk tangan Kyungsoo. "Kita semua harus pindah kelas!! cepat panggil Baekhyun disebelah! ambil tas ku dan Chanyeol juga! palli!" Perintah Chen pada Kyungsoo.
"Kenapa harus aku?" Tolak Kyungsoo.
"Ya.. Ini demi Chanyeol...yeoja itu jodoh Chanyeol", Bisik Chen pada Kyungsoo.
"Baiklah" Jawab Kyungsoo dengan ekspresi datar. Ia berjalan keluar kelas untuk menjemput Baekhyun juga tas Chen dan Chanyeol di 3-1.
Lima menit setelahnya, ia membawa Baekhyun ke kelas 3-2 beserta tas Chanyeol dan Chen. "Ini.. Kalian tenanglah disini...aku jadi bisa masuk 3-1 dengan damai. Jangan kejar-kejar aku lagi..BYE" Ujar bergegas meninggalkan kelas 3-2.
Chen merangkul Kyungsoo menahannya agar tetap duduk di sampingnya. "Sudahlah, jangan menghindar terus begitu, kau bagian dari kami"
Kyungsoo mengerutkan dahinya pasrah. "Ah.. Mau bagaimana lagi".
END OF FLASHBACK
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Micha mencoba menenangkan dirinya. Ia mengembangkan senyum untuk teman teman barunya itu "Annyeong.. Jongdae-a", MiCha menyerahkan nametag milik Chen. "Annyeong teman seperjuangan Kyungsoo-ya~", Ia juga menyerahkan nametag pada Kyungsoo. Micha memiringkan posisi duduknya "Annyeong.. Uri happy virus.. Chanyeolie" Nametag Chanyeol diserahkan pada pemiliknya. "Annyeong.. Mr. Theory Byun Baekhyun" Micha juga menyerahkan nametag milik Baekhyun. Namun Baekhyun tidak mau menerima nametagnya. "Pasangkan" pintanya dengan senyum usilnya.
"Eo.." Micha hanya menurut. Ia menundukan kepalanya dan sedikit mendekat untuk memasangkan nametag milik Baekhyun. Baekhyun memberi kode pada Chen. Chen berdiri dari tempat duduknya, dengan sengaja mendorong Micha. Baekhyun juga dengan sengaja memeluk Micha setelahnya "Jhaa~~ "
Chen duduk di sisa sudut belakang kursi yang Micha duduki. "Menurut para ahli, menangis dapat menenangkan perasaan noona" Chen menepuk-nepuk pundak Micha.
"Gwenchana.. Noona menangis pelan-pelan saja, agar yang lain tak mendengar. Kami akan merahasiakan hal ini dari Luhan Hyung" Ujar Kyungsoo.
Chanyeol ikut bangkit dari kursinya. Ia duduk diatas meja, tangannya mengelus kepala Micha. "Hari ini kami mengijinkan noona menangis, sebagai gantinya noona harus berjanji tidak akan bersedih lagi. Apalagi hanya gara-gara nenek sihir itu"
Yeoja itu pun meneteskan air matanya. "Hiks.." ia memeluk erat Baekhyun dan memendamkan wajahnya di pelukan Baekhyun. "Hikss.. hiks.. Gomawo.. Hikss.. Neomu Hikss. Gomawo hhh~~ hikss"
Songhee meneteskan air matanya. Ia terharu melihat teman-teman barunya itu. Dari luar mereka kelihatan ramai, rusuh selalu meledek satu sama lain. Tapi saat satu dari mereka mendapat masalah mereka bisa begitu kompak menyelesaikan masalah itu bersama. "Kurasa... Aku juga beruntung bertemu mereka" ujar Songhee dalam hati.
"People wanted a perfect ending. Now I've learned, the hard way, that some poems don't rhyme, and some stories don't have a clear beginning, middle, and end.
Life is about not knowing, having to change, taking the moment and
making the best of it, without knowing what's going to happen next. Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving." Xi YiJie's Mind
Quote By : Gilda Radner
===To Be Continue==