"Baiklah Oppa.. Aku pergi dulu. Pulang nanti jangan lupa menunggu ku" Pinta Songhee masih dengan ekspresi ceria. Ia melambaikan tangannya pada Suho, lalu pergi.
"Ok.. annyeong" Ujar Suho melepas kepergian Songhee.
[Suho`s mind] "Yeokshi.. Untuk menaklukkan hati Yeoja memang butuh sediki trik.. Aku hanya meminta maaf, ia sudah manis lagi padaku.. Bahkan tak pernah semanis ini sebelumnya, semakin jelas ia jatuh cinta padaku"
[Songhee`s mind] "Yippyyyy..Aku akan bertemu chanyeol lagi hari ini >_<"
***
Tatapan mata Suho terhadap Songhee, ucapaan kehawatirannya dan segala tindak tanduknya terlihat jelas oleh EunKyo. Ia memperhatikan baik-baik Songhee. Yeoja dengan tubuh tinggi semampai, kulitnya putih, bersih, cara berpakaiannya begitu modis, cantik.. sudah tidak diragukan, ia juga sepertinya berada di 'kelas' yang sepadan dengan Suho. "Kkeutnaseo" gumam Euknyo pelan. Gumam Eunkyo bergegas pergi dan mengurungkan niatnya untuk kembali ke perpustakaan.
Kyungsoo terdiam memperhatikan Eunkyo yang berjalan menjauh. Ia berpikir mungkin menjauh adalah satu-satunya cara untuk membuat susana hati Eunkyo membaik, dibanding terus berdiri disana seperti orang bodoh yang berharap dapat melihat matahari bersinar di malam hari. Kyungsoo juga mengurungkan niatnya untuk masuk ke perpustakaan dan mengikuti Eunkyo diam-diam.
***
"Suho Hyung.. Suho hyungg tolong kami" Teriak Chanyeol dan Chen sambil menarik Tao yang terus memberontak.
"Ada apa ini?" Tanya Suho.
"Hyung.. Tao tiba-tiba jadi ganas begini gara-gara melihat gadis cantik! Is baru bertemu dengan yeoja itu, tapi sikapnya langsung seperti ini hyung" Ujar Chanyeol mengadu pada Suho.
"Sepertinya tadi pagi Tao lupa minum obat" Tambah Chen.
"Jangan halangi aku! aku harus tau siapa dia dan dimana kelasnya!", seru Tao memaksa jalan meski Chen dan Chanyeol sudah menahannya.
"Tao.. tenanglah! kau baru saja melihatnya! kalau terlalu agresif dia malah bisa takut padamu nanti" ujar Suho.
Chanyeol menahan tangan Tao. "Lagipula kalau kau ditolak lagi bagaimana?"
Tao's angry level One.
"Lalu kalau ternyata dia adalah kekasih Kris Hyung bagaimana?" Lanjut Chanyeol cepat. Meskipun ia tahu itu tidak mungkin.
Tao's angry level Two.
Chanyeol mencoba menyadarkan Tao. Mungkin saja dengan begitu Tao akan berhenti bertindak mengerikan "Kalau kau harus bersaing dengan Kris Hyung, kau jelas pasti kalah darinya! Ia jauh lebih tampan, lebih putih, lebih tinggi.. lebih pintar, lebih populer."
Tatapan 'Siap Mengunyah Chanyeol' ala Tao sudah dilancarkan pada Chanyeol. Sejenak, Chanyeol mencoba mencerna situasi yang sedang terjadi. Ia baru sadar sepertinya Tao's angry level telah mencapai maksimal. "wajahnya sudah makin mirip panda buas.. itu artinya... eommaa eotthokhe?"
Chen menyenggol-nyenggol Chanyeol "Cepat pergi sebelum dia memakan mu!" bisik Chen.
"Ne.. ne... ne. .ne!" Jawab Chanyeol terbata-bata. "Kalau begitu.. aku eung.. aku.. aku ada urusan, oke.. Bye" Secepat kilat Chanyeol kabur untuk menyelamatkan dirinya dari kemarahan Tao.
Belum selesai satu masalah, suara teriakan seorang yeoja, yang tak lain adalah Minhyo kini sudah terdengar sampai ke tempat mereka berada "HUAAAAA KIM JONGDAEEEEEEEEEE"
"Aissshh gawat! Suho Hyung, tolong urus Tao! Maaf hyung aku tak bisa membantu! Ujar Chen. Ua segera berlari kencang menyusul Chanyeol. "Park Chanyeol tunggu akuuuuu, selamatkan akuuuuuu!!!"
Suho menelan ludah saat melihat Tao yang sudah pada batas maximal. To merengkuh kerah baju Suho. "Katakan hyung... jawab aku sejujurnya, apa Kris hyung lebih tampan dari ku?"
"Eung.. itu.. itu.." ujar Suho terbata
"Kalau aku bersaing dengan Kris hyung, aku pasti kalah? Begitu?" Tanya Tao semakin kencang menjerat kerah baju Suho.
"Eung.. a.. eung" Suho masih tidak bisa bicara. Kalau ia bilang Tao lebih tampan maka ia akan berdosa karena memfitnah, kalau ia jawab Kris lebih tampan, Tao pasti memakannya hidup hidup (?).
Lalu tiba-tiba, "Huaaaaaaaa hiksss..." Dengan dramatisnya, Tao melepaskan jeratannya pada kerah baju Suho, Lalu Tao berlari sambil menangis ala bollywood. (?)
"Ada apa dengannya?", tanya Suho heran.
***
Dari sisi Minhyo, Chen langsung berlari cepat saat Minhyo memanggilnya. Ia berlari sangat cepat seperti dikejar anjing. MinHyo pun juga bergegas mengejar Chen "YA! KIM JONGDAE BERHENTI!"
Tak seperti biasanya, kali ini Minhyo berhenti berlari di tengah jalan. Ia tidak lanjut mengejar Chen, membiarkan Chen berlari jauh meninggalkannya. Wajah Minhyo murung pagi itu. "Padahal aku hanya ingin mengucapkan selamat karena ia akan naik ketingkat tiga" Minhyo menghela nafanya kecewa.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Baekhyun menunggu Chen dan Chanyeol. klKedua mahluk itu tak kunjung datang seperti janji mereka. Ia menunggu dengan tak sabar. Menggerakkan kakinya berkali-kali saat ia bosan. Ia membuka lebar matanya saat mendengar suara langkah kaki.
Chanyeol dan Chen berlari seperti dikejar hantu. Mereka terhenti saat melihat sosok Baekhyun."BAEKHYUNNNN-AAAH", dengan cepat Chanyeol memeluk teman baiknya ini "Selamatkan nyawaku"
"He? Selamatkan dari apa?" Tanya Baekhyun bingung. "Maaf tapi aku sedang ada urusan.. hohoho.. lain kali saja kita main lagi" ujarnya berniat meninggalkan kedua orang itu. Sreeeeeettttttt Chen menarik bagian belakang kerah baju Baekhyun. "YA! bebek jelek.. kau tidak setia kawan sekali! ini hal yang penting! masa seenaknya kau mau pergi!", protes Chen seenaknya berlari kembali sambil menarik Baekhyun dan Chanyeol.
"Aaahhh.. apa-apaan ini?! lumba-lumba sialll! lepaskan aku!!" teriak Baekhyun yang mau tak mau akhirnya mengikuti Chen dan Chanyeol.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Minseok.
07.35 AM
Aku berjalan mengelilingi bangunan academy. Aku merindukan susana di tempat ini, dimana aku bisa bertemu dengan banyak teman, berbincang, bercengkrama satu sama lain, dengan begini, mungkin saat aku bangun dari mimpi ku nanti, perasaan ku bisa berubah dengan sekejap. Atau mungkin juga akan kembali kacau mengikuti suasana kehidupan nyata ku. Aisshh disaat seperti ini mengapa tiba-tiba aku merindukan Eunhee, apa yang sedang ia lakukan?
Kuarahkan pandangan ku lurus ke depan. Kulihat seorang namja yang kukenal berada didekat perpustakaan. Aku berada pada taman belakang, jadi aku hanya memperhatikan namja itu dari jauh melalui jendela. Kim JoonYeon.
Sesosok lainnya dapat ku kenali, sosok seorang yeoja yang baru saja dihampirinya, ahh itu Lee Songhee, adik Miyoung. Hubungan mereka berdua terbilang lucu. Sebenarnya sejak kecil kedua orang tua mereka sudah begitu bersemangat untuk menjodohkan mereka, namun kedua anak itu menolak. Menolak tapi juga tak pernah menghindari. Dulu saat eomma masih hidup, ia mengatakan padaku dengan nada bercanda bahwa ia akan menikahkan ku dengan Miyoung. Aku dan Miyoung baru berusia 7 tahun dan kami tak mengerti apa-apa. Dengan tegas sejak kecil sampai dewasa Miyoung terus mengatakan padaku "Aku jatuh cinta pada namja lain, namanya Luhan".
Sampai saat ini aku penasaran dengan namja bernama Luhan itu. Bukan karena cemburu, aku sungguh tak menyimpan hati pada Miyoung! Aku hanya penasaran dengan seorang namja yang bisa membuat anak berusia 7 tahun jatuh cinta padanya. Hahha.. Masa kecilku ternyata jauh lebih indah dari pada saat ini. Banyak hal yang terjadi dan banyak hal yang kurindukan.
Kembali kuperhatikan JoonMyeon dan Songhee, kedua sahabat kecil ku. Mataku sedikit tertarik pada dua sosok lainnya. Mereka hanya berdiri menyaksikan Joon Myeon dan Songhee. Seorang gadis disana memiliki sinar mata yang sama dengan tatapan Yi Jie pada namja di ruang music, mungkinkah ia jatuh cinta pada JoonMyeon?
Mirisnya lagi namja disamping yeoja itu balik memperhatikan yeoja itu dengan tatapan yang sama pula seperti yeoja itu terhadap JoonMyeon. Mungkin ini yang disebut cinta segi banyak (?). Mengapa hal semacam ini selalu sulit untuk ku cerna?. Mengapa banyak orang yang lebih suka meletakkan hatinya di tempat yang ia tak yakin akan terjaga atau tidak, dibanding tempat yang sudah pasti lebih aman. Melihat jauh pada orang-orang yang bahkan tak menatap mereka dibanding seseorang yang selalu berdiri di sampingnya tanpa lelah memperhatikannya. Jika hal semacam ini terjadi, siapa yang sebenarnya bersalah?
Yeoja itu pergi begitu saja dan namja disampingnya tadi tetap mengikutinya. Eo??? mereka berjalan keluar! menuju kearah ku!. Mereka duduk di kursi taman di belakang kursi taman yang kududuki.
"Sigh.." Kudengar Yeoja itu menghela nafasnya berat.
"Gwenchanayo?", tanya namja yang tadi mengikutinya.
"Eo...", jawab yeoja itu tersenyum getir.
"Psh...gotjimallyo", balas namja itu. "Noona tidak bisa seperti ini terus...Suho hyung tak akan mengetahui perasaan noona, jika noona diam saja" Ujar namja itu. Nasehat nya terdengar cocok untuk dirinya sendiri juga bagiku.
"Ia lebih baik tidak mengetahui nya, kurasa semua akan lebih baik seperti ini" Jawab Yeoja itu pasrah.
Namja itu terdiam. Tak ada suara lagi. Mereka duduk berdampingan tapi keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Namja itu memanggil yeoja ini noona, rupanya usia namja itu lebih muda. Tapi cara ia bicara cukup dewasa menurut ku.
Kuperhatikan, berkali kali namja itu melirik lawan bicaranya, sedangkan sang yeoja hanya diam saja. Ia sepertinya menyiapkan kata-kata yang pas untuk diucapkan, namja yang penuh persiapan, berbeda sekali dengan diriku. "Kau tak akan pernah tahu hati seseorang sebelum mendengar langsung darinya. Setidaknya.. Kau harus mendapatkan kepastian untuk diri mu sendiri. Kau harus tetap mencintainya atau berhenti untuk menjalani hidup mu dengan orang lain yang suatu hari mungkin akan kau temui. Kau tidak bisa menggantungkan hati mu pada seseorang tanpa kepastian, membiarkan dirimu sakit saat ia merasa sakit.. dan juga tetap merasa sakit saat ia bahagia dengan orang lain. Seolah merasakan sakit adalah satu-satunya pilihan yang ada", Namja ini sungguh mengucapkan hal yang bahkan tak pernah terpikir oleh ku. Aku semakin tak yakin ia lebih muda dari ku.
"Lalu.. apa.. Yang akan kau lakukan jika kau menjadi diriku?" Tanya Yeoja itu.
Pertanyaan yang menarik, mengingat tanpa yeoja ini ketahui, namja dihadapannya berdiri di situasi yang sama dengan dirinya. Aku jadi menunggu-nunggu jawaban namja ini.
"Aku tidak mau menjawab", jawab namja itu.
"Wae?"
"Kalau aku menjawab, kemungkinan 99% kau akan mencontek jawaban ku" canda namja itu.
"Ya neo..Do KyungSoo!" Protes yeoja itu. Namum nyatanya yeoja itu berhasil tersenyum.
Psh.. Padahal aku berharap jawaban yang serius..kadang canda memang ampuh untuk menutupi perasaan seseorang yang sesungguhnya. Mungkin itu alasan banyak orang menyebut dunia akan hampa tanpa tawa.
"Ah.. Aku lupa belum mencetak surat keterangan.....tadi diruang cetak sedang ramai sekali...ottokhae?", gumam yeoja itu sedih.
"Tenanglah Eunkyo noona...berikan berkas noona padaku...Aku akan mencetaknya di ruang staff perpustakaan", ujar namja bernama Do Kyungsoo tadi.
Mworago?? Eunkyo? Apa dia Kim Eunkyo sahabat Eunhee? Ahh.. Pantas saja sepertinya aku pernah melihat wajah yeoja ini! dunia memang lebih sempit dari perkiraan ku! eumm.. Aku bangkit dari tempat duduk ku, berjalan sedikit hingga sampai dihadapan mereka berdua.
Mereka berdua membulatkan mata mereka heran melihat ku yang tiba-tiba saja menghampiri mereka. "Annyeonghaseo.. Xiumin imnida....mian aku.. tak sengaja mendengar tadi kau bisa membantu yeoja ini mencetak berkas di perpustakaan. Jika boleh minta tolong, aku ingin kau membantu ku mencetak berkas ku juga. Di sana tadi terlalu ramai" Pinta ku nekat.
Diluar dugaan ku, namja yang tadi sempat ku dengar bernama Do Kyungsoo tersenyum ramah "Ah.. Gwenchanayo.. kalian berdua bisa ikut dengan ku. Kalian bisa membaca buku di perpustakaan selama aku mencetak data kalian" Ujarnya.
"Apa kau siswa baru? Sepertinya aku baru melihatmu", tanya Eunkyo sambil memperhatikanku.
"N-Ne....aku baru saja pindah dari Cina", ujarku berbohong.
"Ah...gurae...senang bertemu denganmu", ujar Eunkyo ramah. Ia menoleh pada Kyungsoo. "Aku tak bisa ikut ke perpustakaan...aku harus segera menemui Park ssaem...kau bisa menyerahkan surat itu padaku nanti saja", ujar Eunkyo.
"Eo..guraeyo...", ujar Kyungsoo tersenyum. Eunkyo pun segera berpamitan dan meninggalkanku berdua saja dengan Kyungsoo. Aku memperhatikan sosok Eunkyo yang berjalan menjauh hingga aku tak menyadari bahwa ada seorang lainnya juga yang tengah memperhatikanku.
"EHM", Kyungsoo berdehem pelan.
"N-Ne?", tanyaku gugup karena Kyungsoo baru saja menangkap basah diriku.
"Kau tertarik padanya?", tanya Kyungsoo to the point. Ia bertanya padaku sambil tersenyum tapi entah mengapa aku merasakan adanya nada kekhawatiran seolah berharap aku tak menjawab "Iya".
"M-Mwo?! A-Ani! hahahaha mwoya! Ia hanya mengingatkanku pada seseorang", ujarku. Ya....ia sedikit mengingatkanku pada Eunhee yang rapuh. Mereka terlihat serupa.
"Ah...guraeyo...", jawab Kyungsoo. Aku bisa membaca sedikit kelegaan tergambar di wajahnya. "Kaja...hyung", ujarnya tersenyum.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author.
07.40 AM
Lay keluar dari ruang Music, lalu bertemu dengan Sungchan dan Luhan. "Kau sudah lama datang? Sedang apa di ruang music?", Tanya Sungchan.
"Aniya.. Baru sekitar 10 menit, aku bosan jadi iseng bermain piano disini" Jawab Lay. "Aku sedang menunggu Inkyung, ia bilang ingin ke kelas bersama"
Luhan tersenyum tenang "Kalau begitu kita bisa kesana bersama juga, aku ingin menemui adikku"
"Fyuh.. Aku malas bertemu Inkyung" gumam Sungchan. "Mengapa kita tidak duluan saja? aku tidak enak menganggu" Ujar Sungchan menyarankan.
"Ani gwenchana.. sama sekali tidak menganggu”, ujar Lay.
Beberapa menit kemudian. "Oppa.. Bagaimana penampilan ku hari ini?" Seorang yeoja dengan makeup cukup tebal, pakaian rapih dengan berbagai acessoris melekat, ditambah high heels putih mengampiri dan kini berdiri dihadapan Lay, Luhan, dan Sungchan. Luhan dan Sungchan sedikit mundur, berdiri dibelakang Lay. Mulut Luhan mengaga melihat penampilan yeoja yang tak lain adalah kekasih dari Lay itu. Sungchan membuka sebungkus permen lolipop rasa anggur, lalu memasukkan nya ke dalam mulut luhan yang menganga.
Tangan Luhan otomatis memegang gagang lolipop dan mulutnya mengatup dengan sendirinya setelah mengemut permen itu. Meski begitu, pandangan matanya masih belum lepas dari InKyung, kekasih Lay. "Baby memang hari ini academy sedang mengadakan pesta?" Tanya Luhan berbisik.
"Otak mu tertinggal dirumah ya? Hari ini preclass”, gumam Sungchan.
"Ah, aku lupa" Jawab Luhan masih mengemut permen. "Lalu kita ada kelas apa?" Tanya nya lagi.
Sungchan tak henti mengerutkan dahinya. "Kau artis? aku manager mu begitu? Kenapa terus bertanya padaku? Mana aku ingat!", gerutu Sungchan.
Setelah lima menit berlalu, untuk pertama kalianya Luhan mengalihkan pandangan matanya. Ia menatap Sungchan, yeojachingunya. "Kau benar…kau bahkan sering lupa jadwal class mu sendiri. Tapi tak apa! mulai sekarang kan kita satu kelas", ujar Luhan riang.
“Lakukan sesukamu”, gumam Sungchan.
Luhan menarik Sungchan agak mundur lagi dari belakang Lay dan Inkyung. Ia kembali berbisik. "Jagiya.. tidak kah kau merasa make up Inkyung terlalu tebal hari ini? tidak hanya makeup nya, tapi semua yang ia kenakan serba berlebihan"
"Bukankah ia memang seperti itu setiap hari?", tanya Sungchan menampar-nampar pelan kedua pipi Luhan "Ireonaaa.. ireonaa!! jangan mengigau terus, kau hidup di dunia mana? Huh!", gerutu Sungchan.
Luhan tersenyum bodoh. Ia menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. "Hehehe..benarkah? aku tak pernah memperhatikan". Ia menggenggam tangan Sungchan yang ia raih dari pipinya.
"Memangnya apa yang kau perhatikan? Sepertinya kau memang selalu ketinggalan berita dan tak tau apa-apa. Kau selalu menjadi rusa hilang yang tak tahu jalan pulang", gerutu Sungchan.
"Hahahaha! Benarkah?" Luhan tertawa lebar hingga rahang nya hampir copot (?).
"Heol~~ terserah kau saja", ujar Sungchan menyerah.
"Ouh.. Tapi menurut adikku, tak masalah aku tertinggal banyak berita disekitar ku, asalkan aku tak pernah tertinggal sesuatu yang menjadi prioritas ku…benar kan?", ujar Luhan.
"Apa yang kau prioritas kan? Aku tak pernah melihat perbedaan antara sesuatu yang kau peduli dan tak pedulikan atau mungkin karena wajah mu memang terlalu bodoh", gerutu Sungchan.
Luhan berfikir keras sambil menikmati lolipop dimulutnya hingga permen itu sudah terlepas dari batangnya. Ia membuang asal batang lolipop ke sudut. "Ah aku tau!" Ujarnya. “Prioritasku adalah……dududuududududu”, ujar Luhan menirukan suara tabuhan gendering. “PARK SUNGCHAN! JJAJAAN!”, seru Luhan bersemangat.
“Oke Bye….aku tak kenal denganmu”, ujar Sungchan pergi mendahului Luhan.
***
"Apa hari ini ada acara penting?" Tanya Lay dengan ekspresi wajah tercengang mirip dengan ekspresi wajah Luhan.
"Maksud Oppa apa?" Tanya Inkyung tak mengerti.
"Sepertinya hari ini jadwal preclass padat. Apa kau akan baik-baik saja dengan Heels setinggi itu? pakaian mu juga.. apa kau tidak susah berjalan nanti?" Tanya Lay polos. Ia khawatir Inkyung akan repot jika berdandan semacam itu ditengah jadwal padat hari ini.
InKyung menghela nafas kesal. Ia sudah bersusah payah berdandan seperti itu hanya agar ia terlihat cantik dan manis dihadapan Lay, namun ia malah mendapatkan komentar semacam itu dari Lay sendiri. Ia kecewa karena Lay kerap kali melakukan hal yang sama setiap kali ia berdandan maksimal. Amarahnya sudah mencapai puncak, meski hubungannya dan Lay baru berjalan kurang dari 3 bulan, mereka sudah sering berkelahi karena alasan serupa. InKyung tak tau harus mengatakan apa lagi pada Lay. "Terserah kau saja!", Suara Inkyung meninggi. Ia berjalan meninggalkan Lay begitu saja.
Luhan dan Sungchan merapatkan barisan (?) "Lay.. mengapa tak mengejar nya? Ada apa?" Tanya Luhan. Ia tak terlalu mendengarkan pembicaraan Lay dan Inkyung karena sibuk bicara sendiri dengan Sungchan tadi.
"Aku hanya.. mengatakan padanya pakaian dan heels nya nanti akan menyusahkan nya, karena jadwal preclass hari ini padat" Ujar Lay bercerita. Lay sangat memperhatikan Inkyung. Ia bahkan mencatat setiap jadwal kelas Inkyung dan mengingatkan Inkyung apabila ia lupa. Lay juga sering membantunya mengerjakan tugas-tugasnya. "Apa aku salah bicara?" Tanya Lay.
"Sebenarnya, aku pikir juga begitu" Jawab Luhan.
BLEPAKK... Sungchan menghajar pundak Luhan dengan buku diktat nya. "Ya.. Inkyung itu yeoja! jelas dia sakit hati mendengar pernyataan semacam itu. Kau seharusnya bilang saja kalau dia cantik hari ini, dia pasti senang...... mungkin" Ujar Sungchan.
Lay mengacak-acak rambutnya frustasi. "Inkyung... tunggu!" Lay mencoba memanggil Inkyung, beberapa pasang mata memperhatikan ke arah mereka. Jika Lay mengejar Inkyung, mereka akan terlihat semakin bermasalah dimata semua orang. Lay hanya membungkuk sopan pada setiap orang yang memperhatikannya. "Jeoseonghamnida.. " Ujarnya terus menerus sambil mengejar Inkyung.
Entah dasar apa, Inkyung yang tadi marah tiba-tiba kembali. "Kali ini aku memaafkan Oppa, lain kali tak ada maaf untukmu!", gerutu Inkyung. Ia menarik tangan Lay mendahului Sungchan dan Luhan.
"Aishh.. bagaimana Lay bisa bertahan dengan yeoja semacam itu" Seru Sungchan. Luhan terdiam."Sekarang ada apa dengan mu?" Tanya Sungchan heran.
"Aniyo gwenchana...Khaja!" Luhan merangkul Sungchan, lalu berjalan menyusul Lay dan Inkyung.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Baekhyun Oppaaaa..", Yoora berteriak memanggil Baekhyun.
Baekhyun melepaskan tangan Chen dan Chanyeol yang tadi menariknya "Sebentar.. Yoora-a"
Yoora menghampiri Baekhyun, Chen dan Chanyeol. Ia langsung mengenali Chanyeol dan Chen "Kalian? Kalian teman Baekhyun Oppa?"
"Kau? Wu Yoora?" Seru Chen.
"Ne Oppa" Jawab Yoora.
"Kalian sudah saling mengenal rupanya….Yoora ini calon adik ipar ku", Ujar Baekhyun langsung merangkul pundak Yoora santai.
"Calon adik ipar dari mana?" Tanya Yoora heran.
"Ei.. Jika aku menikah dengan Sungchan noona kelak, maka kau akan jadi sepupu ipar ku" Jelas Baekhyun percaya diri.
"Oppa! Sungchan eonnie bahkan tidak menyukai mu! lagipula ia memiliki Luhan Oppa, Oppa menyerah saja" Seru Yoora to the point.
"Dia memang tidak pernah sadar diri Yoora-a…maklum saja bebek biasanya hanya berkaca di air beriak" Tambah Chen.
"Ya Neo!" Gertak Baekhyun naik darah.
Belum kering bibir mereka, orang-orang yang tadi mereka bicarakan terlihat mendekat. "Ei~ kebetulan sekali", gumam Chanyeol. Lay, Inkyung, Sungchan dan Luhan menghampiri Baekhyun, Chanyeol, Yoora dan Chen. Luhan memasang senyum tenang dan menyapa dongsaeng-dongsaengnya ini. "Annyeong"
Chen mengipas-ngipasi Bekhyun dengan tangannya, begitu juga dengan Chanyeol. "Baekhyun K.O" bisik mereka meledek Baekhyun. "Annyeong hyung.." Jawab Chen dan Chanyeol.
Baekhyun tersenyum tipis. Dibanding mempedulikan Sungchan dan Luhan, matanya lebih tertarik melihat Inkyung yang berpegangan tangan dengan Lay, meski sebenarnya Baekhyun sudah tahu tentang hubungan Lay dan Inkyung sesungguhnya, namun 'memergoki' secara langsung terasa berbeda.
Begitu sadar Baekhyun memperhatikannya, Inkyung segera melepaskan tangan Lay yang sejak tadi dalam genggamannya. Wajah Inkyung jadi sedikit pucat. Ia nampak takut dengan tatapan Baekhyun yang memojokkan. Mereka berdiri didepan kelas 3-1 saat ini, kelas yang hendak dimasuki Chen, Baekhyun, dan Chanyeol. "Jadi kalian mau ke 3-4 ya? Bagaimana kalau aku ikut? aku juga mau masuk kesana!", Seru Baekhyun.
"Mworago?!!" Chen dan Chanyeol kaget dengan pernyataan Baekhyun yang tiba-tiba saja. Kegelisahan inkyung semakin terlihat mendengar pernyataan Baekhyun.
"Khaja" Seru Lay.
"Hyung duluan saja.. Aku menyusul, aku mau mengantar Chanyeol dan Chen dulu" Alasan Baekhyun. Tentu ia tidak serius untuk masuk ke kelas 3-4 ia hanya memberi gertakan pada Inkyung.
"Kalau begitu aku duluan ke kelas ku ya Annyeong Oppadeul, eonniedeul " Ujar Yoora pamit pada semua. Luhan dan Sungchan juga berjalan pergi lebih dulu menuju kelas 3-4. Lay mengikuti setelahnya. Ia mencoba menarik Inkyung, namun yeoja itu masih mematung di tempat. Lay akhirnya berjalan lebih dahulu.
Chen dan Chanyeol juga memasuki kelas 3-1 lebih dulu, meninggalkan Baekhyun dengan Inkyung di tempat tersebut. Baekhyun melangkah maju dengan tenang. "Wae? Jangan kaget begitu.. Aku bahkan sudah bisa menduga kau ini yeoja macam apa"
"Dengar! Kuharap kau menutup mulut mu tentang..", gertak Inkyung.
Baekhyun memotong ucapan Inkyung, “Status hubunganku denganmu? Psh…apa untungnya bagiku membicarakan hal itu pada yang lain? Menurunkan derajatku saja..cih…psh…”, ujar Baekhyun dengan penekanan disetiap katanya. "Atau.. bahkan lebih baik kalau semua ini berakhir selamanya saja…aku lelah menyandang status ini.. Cih.. sampai jumpa di kelas" lanjutnya santai. Ia melanjutkan langkahnya memasuki kelas 3-1.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
7.55 AM
Micha keluar dari dalam kelas untuk melihat apakah sonsaengmin sudah hampir sampai atau belum. Saat ia melihat keluar tak ada tanda-tanda sonsanengnim akan datang. Ia justru melihat sosok Luhan dan Sungchan mendekat bersama dengan Lay. Micha menggembungkan pipinya cepat, ia melipat tangan didepan dada.
Luhan sudah cengar cengir saat melihat sang adik. Ia tahu anak itu marah karena Luhan membiarkan nya berangkat sendiri tadi pagi. "Annyeong dongsaeng"
"Neo nuguya?" Tanya Micha sebal.
Luhan merangkul pundak Micha. "Oppa tak tahu kau akan berangkat lebih dulu.. bukan sengaja membiarkan mu berangkat sendiri". Rayu Luhan. Luhan mengeluarkan sekantung permen dan coklat dari tasnya "Untuk mu"
"Aisshh kalian berdua membuat ku mual" Sergah Sungchan.
"Lihat yeojachingu mu cemburu padaku" Seru Micha sembari mengambil permen dan coklat pemberian Luhan. Micha mengambil dua coklat kotak dari dalam kantung, lalu memberikan pada Sungchan. "Untuk sahabat terbaikku, dan calon kakak ipar ku tercinta, saranghae..." rayu Micha balik pada Sungchan.
"Ahh.. Kalian berdua..aissh", Sungchan membuang muka menutupi malu akibat diperlalukan terlalu berlebihan oleh kedua kakak beradik itu.
Lay tersenyum miris melihat hubungan mereka bertiga. Sangat berbeda dengan dirinya. Inkyung hanya sesekali baik padanya. Itu juga jika Inkyung ada maunya. Begitupun dengan adiknya, Sehun, yang juga hanya kadang-kadang saja berprilaku baik.
Micha mengambil coklat dan permen lainnya lalu menyerahkannya pada Lay "Untuk memperbaiki suasana hati sahabat ku" Ujarnya.
"Kamsahamnida", ujar kedua orang yang sama-sama memiliki lesung pipi ini tersenyum.
Namun tiba-tiba, sebuah tangan menepis tangan Lay. Inkyung sengaja memukul keras tangan Lay, menyebabkan coklat ditangannya terjatuh ke lantai. "Apa yang kau lakukan?", Tanya Lay pelan. Ia hendak mengambil coklat tersebut, tapi Inkyung menahannya.
"Aku hanya berdiri tak jauh dibelakng mu tadi dan kau sudah menerima coklat pemberian yeoja lain?!" Bentak Inkyung.
Sungchan mengepalkan tangannya. Ia sudah kesal sekali melihat tingkah Inkyung sepanjang pagi ini. Ia juga sedikit gemas karena Lay terus memaklumi tingkah mengesalkan yeojachingu nya tersebut.
Luhan melihat kepalan tangan Sungchan, seperti biasanya ia hanya diam saja. Pelan ia merasakan sang adik meyentuh jari kelingking nya. Luhan tersenyum kecil untuk memberi sinyal pada sang adik bahwa ia baik-baik saja. Luhan melihat pengawas kesiswaan dan sonsaengnim pengarah pre-class mendekat, hendak memasuki kelas 3-3. "Masuklah ke dalam kelas", Perintah Luhan pelan pada Micha. Ia punya perasaan tak enak akan apa yang terjadi.
"Aku tidak mau masuk kelas ini", ujar Inkyung langsung sambil menatap tajam Micha.
"Mwo?" Lay membulatkan matanya. "Lalu mau masuk kelas mana?"
"Aku mau masuk kelas lain…kelas mana saja tak masalah, asal bukan kelas ini" Inkyung menarik tas milik Lay, memegangnya kuat. "Dan kau harus ikut pindah kelas, aku ingin tetap satu kelas dengan Oppa!" paksanya.
"Aku tidak bisa! aku tidak mengurus berkas untuk perpindahan kelas Inkyung-ah jebal!" Ujar Lay menjelaskan pelan-pelan pada Inkyung.
"AKU TIDAK MAU TAHU!" teriak Inkyung.
Kepala Sungchan sudah hampir meledak. Kesabarannya sudah habis karena tingkah Inkyung. Tangan nya bergerak ragu, bergerak lalu kembali ke posisi semua. Disaat yang bersamaan....BRUUUUKK!!! Emosi Micha rupanya meledak lebih dulu dari Sungchan. Ia menepis tangan Inkyung yang membuat tas Lay yang dipegang oleh Inkyung terhempas dan menimbulkan suara berdebam keras. "Apa yang kau inginkan sesungguhnya?!! Gara-gara kau Lay tidak jadi mengupgrade class! apa kau tahu bahwa Lay sudah berjanji kepada orang tuanya bahwa ia akan lulus lebih cepat?! kau menghancurkan semua yang sudah Lay rencanakan dan sekarang dengan mudahnya kau meminta ia pindah kelas begitu saja disaat preclass hampir dimulai!! DIMANA KAU MELETAKKAN PIKIRAN MU?! APA KAU TIDAK PUAS KALAU HIDUP LAY BELUM BENAR-BENAR HANCUR KARENAMU?!"
Luhan tercengang. Ia tak pernah sekalipun melihat sang adik marah, bahkan disaat kesal Micha lebih memilih pergi untuk menangis dibanding marah. Ekspresi Sungchan juga tak jauh berbeda dengan Luhan. Tapi jika ditelisik lebih dalam lagi, adalah hal yang wajar jika Micha marah, karena Sungchan juga merasakan hal yang sama.
Beberapa siswa kelas 3-4 keluar dari dalam kelas. Mereka menyaksikan jelas apa yang terjadi. Sebagian siswa diluar kelas 3-4 juga tercengang dengan kejadian tersebut.
"Lalu kau pikir kau siapa?! Kalau kau pikir kau bisa lebih baik dariku?! Mengapa tidak kau saja yang menjadi yeojachingu nya?!", Inkyung hendak menyerang Micha.
Luhan dengan cepat menarik sang adik kedalam pelukannya. Ia menghalangi Inkyung mendekat pada sang adik. Sungchan juga melakukan hal yang sama, ia berdiri diantara Inkyung dan Luhan.
Lay sendiri terus menahan Inkyung, "Cukup Inkyung-ah!!", seru Lay frustasi.
"Jadi hanya itu yang bisa kau lakukan?! bersembunyi dibalik kakak mu!!" Inkyung masih memprovokasi.
"Apa yang terjadi disini?!" Tanya sonsaengnin pengarah pre-class kelas 3-3 menghampiri mereka.
Seketika tubuh Micha gemetar. Luhan sadar betul ketakutan adiknya. Micha selalu fokus untuk bersikap baik dan meraih prestasi yang baik di academy. Ketakutan terbesar yang selalu berusaha ia hindari adalah dipanggil ke ruang kepala academy sebagai anak bermasalah. Apalagi kalau sampai orang tua mereka harus dipanggil ke academy juga.
"Anak ini.. Ia menghalangi ku masuk ke dalam kelasnya karena ia tidak menyukai ku secara pribadi Sonsaengnim", Adu Inkyung memutar balikkan fakta.
"Igo aniyeo sonsaengnim.. Tak ada yang terjadi! semua ini hanya salah paham" Ujar Lay agar masalah tidak berlanjut.
"Kalian bertiga ikut aku ke ruang kepala academy. Siswa lain.. Kalian kembali ke kelas masing-masing, preclass akan segera di mulai!", perintah pengawas kesiswaan.
Lay, Inkyung dan Micha mengikuti pengawas kesiswaan menuju ruang kepala Academy. Mau tak mau Luhan melepaskan adiknya. Ia mengambil kantung coklat dan permen yang terjatuh dari tangan Micha.
☆*:.。. o)o .。.:*☆