POV: Author
08.00 PM
Miyoung menghentikan mobilnya tepat didepan gerbang perkebunan bunga. Ia merapikan tatanan rambut juga pakaian yang dikenakannya. Sedikit memoles wajahnya kembali. Ia berjalan tenang memasuki perkebunan bunga. Senyum Miyoung terkembang, mood nya mendadak naik. "KRRRIISSSSS~~"
"Ah.. Yo" Jawab Kris enteng. Ia sibuk merapikan ruangan kecil tempat karyawan perkebunan bunga. beberapa karyawan yang bekerja disana sudah pulang. Ia sendiri di dalam sana.
"Ya~~ kau tidak bahagia melihat ku?" Tanya Miyoung sebal.
"Haha" Tawa Kris 2 detik, lalu kembali ke ekspresi nya semula.
Miyoung mengerutkan wajahnya, ia menarik kursi lalu duduk di kursi tersebut, menatap sebal Kris yang hanya mengacuhkannya. "Padahal aku sudah susah payah datang kesini huhh~~" Eluhnya sendiri.
"Sekertaris ayah mu sudah mengatakannya tadi.. Kau dihukum lagi" Seru Kris.
"Ayah ku memang keterlaluan" Gerutu Miyoung.
Kris tersenyum kecil "Bukankah sebaliknya? haha"
"Ya~.. Aku sedang stress! aku hanya perlu refreshing saja", Jawab Miyoung. "Lagipula aku menggunakan uang ku sendiri, bukan uang appa"
"Uang mu juga pemberian ayahmu", ujar Kris.
"Kau mau berdebat dengan ku lagi..huh?", tantang Miyoung.
"Haha.. Ini Laporan hari ini….gara-gara kau sering tidak datang.. Aku jadi mengerjakan ini terus, kau harus menggaji ku lebih", ujar Kris.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Chanyeol tersenyum penuh arti. Ia cukup berdebar bertemu dengan yeoja di hadapannya "Eung.. Eumh... aa.. Eung.. Sepertinya aku pernah bertemu dengan mu, tapi aku tak ingat dimana Haha!", ujarnya basa basi. Padahal Chanyeol sangat mengingat siapa yeoja itu.
"Ne.. Sepertinya begitu..", gumam Songhee tersenyum malu-malu. SongHee juga sangat mengingat wajah Chanyeol dengan baik. SongHee tak berhenti bicara dalam hatinya "Apa aku bermimpi? Aku bertemu dengan namja ini lagi? Atau jangan-jangan kami sungguh berjodoh, ya Tuhan, detak jantung ku cepat sekali.. Kurasa saat ini wajah ku sudah memerah, ia semakin tampan, lebih tampan dari saat aku bertemu dengan nya pertama kali"
"Apa yang.. Eung kau lakukan disini? apakah kau.. Kekasih Suho hyung?" Tanya Chanyeol berharap SongHee tak menjawab 'iya`.
"Mwo?! T-Tentu saja bukan! Haha! Mwoya…Aku hanya datang untuk meminta bantuan padanya, tapi sepertinya ia sibuk", ujar Songhee menghela nafas. "Atau pura-pura sibuk.. Mengesalkan sekali JoonMyeon oppa itu" eluhnya.
"Mau minta bantuan apa?", Tanya Chanyeol. "Ah.. Mian jika kau tak mau memberi tahu juga tak apa….hahahahahaha EHM", seru Chanyeol segera merubah pernyataannya. Ia takut dianggap terlalu ingin tahu oleh Songhee.
"Gwenchana….bukan sebuah hal besar yang perlu disembunyikan. Kakakku menurunkan ku disini, lalu ia pergi ke perkebunan bunga miliknya, dan tas ku tertinggal di dalam mobil. Aku tidak tahu bagaimana harus pulang…jika menelepon orang rumah, kami berdua sudah pasti akan kena marah..", gumam Songhee sedih.
"Dimana perkebunan bunga eonnie mu? eum….A-Aku sedang kosong…j-jadi mungkin aku bisa…eum…t-tapi Aku tidak bisa mengantar mu dengan mobil.. Aku tak memiliki mobil juga haha! Tapi.. Aku hafal rute bus sekitar sini, aku bisa mengantar mu ke sana" Ujar Chanyeol menawarkan.
SongHee berfikir untuk menerima ajakan Chanyeol, tapi ia juga takut akan menyusahkan Chanyeol nanti. "Aku.. tidak bermaksud menolak, tapi tas ku tertinggal di mobil eonnie, aku tak ada uang untuk membayar bus….ahh.. atau apa kau tidak keberatan jika aku mengganti uang mu nanti setelah sampai disana?"
Chanyeol tersenyum, "Jangan pikirkan itu….kau tak mengganti pun tak masalah bagiku, lagipula uang yang ku keluarkan juga tak seberapa. Aku hanya memikirkan bagaimana cara kau bisa sampai ke sana dengan selamat.. Kau kan yeoja, kasihan kalau kau harus pergi sendiri"
Wajah Songhee memerah seketika. "Omoo.. Bukan hanya tampan, tapi ternyata ia juga baik hati.. ahhhh.." puji songhee dalam hati.
"Bagaimana?" Tanya Chanyeol memastikan.
"Ne.. Baiklah, kuharap aku tidak merepotkan", jawab Songhee malu-malu.
"Ahh.. Tentu saja tidak.. Silahkan", Chanyeol mempersilahkan SongHee berjalan lebih dahulu. “Yesss!”, gumam Chanyeol sambil mengepalkan tangannya senang setelah Songhee berjalan mendahuluinya.
Chanyeol dan Songhee memasuki Bus yang akan membawa mereka menuju perkebunan bunga. Keduanya duduk bersebelahan divdalam sana. Baik songhee ataupun Chanyeol sama sekali tak bicara. Mereka hanya sesekali saling melirik satu sama lain. Setiap kali pandangan mereka bertemu, mereka hanya tersenyum lalu mengalihkan pandangan karena tak mampu saling menatap lama-lama. Rona merah terpancar di wajah keduanya. Chanyeol tak tahu harus bagaimana. Ia terlalu tegang berada disebelah seorang yeoja yang sudah beberapa bulan terakhir ia harapkan akan bertemu, semua ini seperti mimpi baginya.
POST »» PARK CHANYEOL
Inside the bus... And I Lost My Mind @o@ <3 <3 <3
Bagaikan pengintai, Kurang dari satu menit notification penanda ada replay pada account SNS Chanyeol berbunyi.
REPLY » Kim JongDae
Wae???? Apa yang terjadi.. Sepertinya kau bahagia sekali, cepat beri tahu aku
REPLY » Huang Zi Tao
MWORAGO?????? HYUNG KAU HILANG INGATAN DIDALAM BUS!!"
REPLAY » Park Chanyeol
Aku sedang berada di alam mimpi ku Jongdae-ah
REPLY» Huang Zi Tao
HEEEE????? Chanyeol hyung kau naik bus apa? Aku akan segera menyelamatkan mu.
SongHee melirik Chanyeol yang sedang terkekeh sambil memainkan handphone milik nya, "Ada yang lucu?"
"Eo? Aniyo…aku hanya sedang chatting dengan Teman-teman ku. Mereka sama-sama tinggal di rumah Suho hyung bersama dengan ku heheh", Jawab Chanyeol. Ia segera menyimpan handphone. Ia tak mau Songhee merasa diacuhkan akibat ia bermain sendiri saat sedang bersama dengan SongHee.
"Jadi kau tinggal di rumah JoonMyeon Oppa?", Tanya Songhee penasaran. Chanyeol mengangguk sambil tersenyum. "Sejak kapan?", Tanya Songhee lebih jauh.
"Eumm.. Sekitar 1 1/2 tahun", Jawab Chanyeol.
Songhee berfikir lagi. Ia melamun sambil terus memikirkan kebodohannya. "Aisshh.. Mengapa aku sampai tak tau dia tinggal di rumah JoonMyeon Oppa? aku sering datang tapi hanya menunggu di luar. Seandainya saja aku masuk, pasti aku akan bertemu dengannya…mulai sekarang kalau aku datang ke rumah JoonMyeon oppa lagi, aku harus pastikan aku bisa bertemu dengannya hihihi", ujarnya dalam hati.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Sungchan dan Luhan menyusuri jalan dari rumah mereka hingga sudah hampir sampai ke perkebunan bunga dimana Kris bekerja. Tangan keduanya saling menggenggam satu sama lain. Luhan masih diam saja, meski ia sudah mulai tersenyum dan terkekeh setiap menatap wajah Sungchan. "Besok kita masuk pre class bukan? Kau sudah siapkan yang harus dibawa besok?" Tanya Luhan.
"Memangnya apa yang harus dibawa besok?" Tanya Sungchan.
"Bukankah kau akan upgrade class? Kau harus siapkan beberapa surat yang dibutuhkan untuk mengurus upgrade class mu saat pre class bukan? Surat rekomendasi, surat pengajuan upgrade class, bukti cetak nilai, bukti cetak peringkat", ujar Luhan merinci setiap hal yang harus dibawa. Di sisi lain ia jadi mengingat kembali masalahnya. Tiga hari lalu, Micha begitu bersemangat memberi tahu Luhan apa saja yang harus dibawa saat semester baru akan dimulai. Namun sekarang ia sendiri yang memutuskan untuk tak jadi meng-upgrade class.
"Aku belum mempersiapkan apa-apa…Apa Micha noona sudah mempersiapkan semua nya?" Tanya Sungchan. Ia menyadari ekspresi Luhan kembali muram. Ia hanya bisa menghela nafas dan mengeratkan genggaman tangannya.
"Yi Jie tidak akan upgrade class" Jawab Luhan.
Sungchan mencoba bersikap tenang menanggapi ucapan Luhan, meskipun ia sedikit terkejut dengan hal itu. "Gwenchana.. noona tahu yang terbaik untuk dirinya….pasti akan sulit baginya jika ia memilih untuk upgrade class"
Secara natural tanpa sedikitpun paksaan, Luhan akhirnya mengungkapkan sendiri masalahnya. "Aku.. Seharusnya berusaha lebih keras untuk masuk 25 besar"
"Permainan tidak akan seru kalau berakhir terlalu cepat…kalau kau lulus tahun ini, kau tak akan pernah tahu rasanya masih bisa berpegangan tangan dengan yeojachingu mu meski berada didalam kelas", ujar Sungchan.
Tiba-tiba saja Mood Luhan berubah setelah mendengar ucapan Sungchan, ia tersenyum bahagia. "Jadi aku boleh menggenggam tangan mu saat pelajaran berlangsung? Benarkah bisa seperti itu"
"Tidak... Karena aku tidak akan duduk disamping mu", Jawab Sungchan menekankan kata-kata tidak. Luhan justru tersenyum semakin lebar, matanya menatap genit Sungchan. Wajah Sungchan memerah "Ya! Jangan berfikir macam-macam.. Jangan memperlihatkan wajah seperti itu padaku! Kuperingatkan kau" ujarnya ketus untuk menutupi perasaannya.
"Aku yakin kau tidak akan duduk jauh dariku",ujar Luhan percaya diri.
"Mungkin saja, karena aku memang tidak akan duduk didekat mu", Seru Sungchan.
"Mustahil.. Kau kan selalu merindukan ku, mana mungkin jauh dariku", balas Luhan.
"Ah.. Jincha... Kau besar kepala sekali, aku sungguh menyesal…aku lebih baik tidur tadi.. Sungguh", gerutu Sungchan. Luhan sendiri hanya tertawa mendengar itu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
08.15 PM
Suho menunggu begitu lama didalam kamar. Tak ada sedikitpun tanda-tanda Songhee menghampiri kamarnya untuk memohon-mohon seperti apa yang ia bayangkan. Ia pun keluar dari kamarnya, mencari Songhee, melihat dari lantai atas ke arah tangga, tak seorangpun disana. Ia lalu menuruni tangga dan bertanya pada salah satu pelayan "Ajuma.. dimana Songhee?"
"Sepertinya tadi ia keluar tuan muda.. Mungkin ia sudah pulang" Jawab Pelayan itu "Saya permisi" lanjutnya.
Rencana Suho yang gagal ini membuatnya khawatir. Miyoung mengirimkan pesan pada Suho, memberitahu Suho bahwa tas Songhee tertinggal di mobilnya. Namun Songhee masih membawa Handphone. Ia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Songhee karena kesalahannya. Ia pun menguhubungi Songhee. Songhee tidak mengangkat sama sekali. "Aiisshh Lee Songhee! dimana anak itu?!", gerutu Suho. Suho pun memutuskan untuk mengirim pesan pada Songhee.
From: Suho
SongHee-a kau dimana? Kau baik-baik saja? jangan pergi sendiri, aku akan mengantar mu pulang.
From Songhee:
Kurasa... Aku sudah berada di surga saat ini
“Mworago?! Di surga? Apa maksudnya? Ia…..Ya Tuhan, jangan-jangan Songhee mengalami kecelakaan! dan dia dalam keadaan koma.. Hampir mati", gumam Suho panic. Ia segera naik ke atas, memasuki kamarnya dengan terburu-buru, mengambil jaket, dompet juga kunci mobil, lalu keluar dan kembali menuruni tangga. Ia berjalan cepat menuju pintu. Saat tangan Suho sudah menyentuh handle pintu, lalu menarik pintu tersebut, pintu tersebut terdorong ke dalam disaat yang bersamaan, Seseorang diluar, yang mendorong pintu dari luar tertarik ke dalam dan Brrrrukkkkk.. Ia jatuh tepat di atas tubuh Suho. " YA!! HUANG ZI TAOO.. !!!!!!" Teriak Suho kesal.
Tao menutup mulut Suho yang sedang berteriak kesal. "Hyung gawat, Chanyeol Hyung hilang ingatan di dalam bus! Ia tak ingat jalan pulang! Hyung.. Kita harus segera menyelamatkan Chanyeol hyung sebelum ada orang yang menyakitinya hiksss" Tao menangis sungguhan karena ia menghawatirkan keadaan Chanyeol. Ia bangkit dan terduduk di lantai sambil terus menangis.
"Ya! Apa maksud mu? Dimana Chanyeol?! berapa nomor bus nya? Bus menuju kemana? Tenangkan dirimu dulu Tao-ya.. Jelaskan padaku!", Tanya Suho tak kalah panik.
Chen yang memperhatikan hal tersebut menggeleng-geleng tak henti sambil menghela nafas akibat kebodohan Suho dan Tao. "Mereka pasti sudah tak waras", gumamnya santai. Ia melangkahi Suho dan Tao, berjalan santai menaiki tangga untuk segera beristirahat dikamarnya.
“YA CHEN HYUNG! KENAPA KAU BISA SANTAI SEKALI BEGITU?!” seru Tao panic. “Kita harus menjemput Chanyeol hyung!”, sambung Tao.
Chen menoleh malas kea rah Tao, “Shireo….aku terlalu sibuk untuk menjemput Chanyeol di surga”, ujarnya melengos menuju kamarnya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
08.30 PM
Baekhyun memasuki sebuah kamar yang gelap. Satu jam lalu kamar ini begitu ramai dengan aktivitas para dokter dan perawat yang sedang berusaha menyembuhkan sang kakak. Sekarang kamar tersebut sudah kembali sepi... Sunyi dan senyap. Hanya suara alat-alat penopang kehidupan sang kakak yang terdengar. Langkah Baekhyun terhenti di depan tempat tidur dimana sang kakak bebaring saat ini. "Aku tidak menangis hyung.. Aku kan menjadi seorang namja yang tegar seperti apa yang hyung pernah sampaikan pada ku" Ujarnya tersenyum getir.
Baekhyun menggengam selembar kertas ditangannya. "Aku ingin memberi tahumu tentang ini…tapi orang-orang tadi membuat ku tak bisa menemui hyung", gumamnya lirih seolah sang kakak masih dapat mendengarnya. "No.1 hyung.. Aku meraih peringkat pertama…Aku bukan anak malas yang hyung selalu paksa untuk belajar lagi".
Baekhyun duduk di kursi belajar sang kakak. Ia membuka sebuah buku yang bisanya selalu digunakan untuk catatan harian bersama ia dan kakak nya tersebut. Dua tahun terakhir hanya Baekhyun saja yang menulis disana. Ia menuliskan beberapa hal lagi disana.
Semester ini mungkin aku akan dapat tugas membuat sebuah lagu hyung, kau akan membantu ku kan? Hyung kan suka membaca buku, pasti hyung banyak menemukan kata-kata yang manis untuk lyric lagunya nanti
Selesai menulis pada buku tersebut, Baekhyun kembali berjalan kehadapan tempat tidur sang kakak "Selamat malam hyung, selamat tidur"
***
Baekhyun kembali ke kamarnya, mengecek lagi handphonenya yang tadi ia tinggalkan, mencoba mengusir rasa sedihnya. Ia lagi-lagi berhasil dibuat terkekeh ketika melihat postingan teman-temannya. "Mwoya.. Tao sungguh…hahahahahaha". Ia membaca beberapa postingan yang dibuat tempat merusuh terutama oleh Jongdae, ia ingin ikut meramaikan juga, namun nampaknya mereka sudah berhenti bermain. Mungkin sebagian sudah tidur. Baekhyun mengecek postingan yang masuk untuknya dan ia menemukan sebuah pesan disana. "Psh…Dia ber-acting mellow lagi", gumamnya terkekeh. Baekhyun segera menyentuh tombol Call pada layar ponselnya. Beberapa kali terdengar nada tersambung, namun cukup lama masih belum ada yang mengangkat.
"Yoboseyo" terdengar suara seorang yeoja menjawab.
Entah atas dasar apa, Baekhyun pura-pura menangis. "Huaaa hikss..hiksss"
"Ba..Baekhyun-ah gwenchana.. Wae?", Suara yeoja itu terdengar panik.
Senyum jahil Baekhyun terkembang lebar, namun ia tetap berakting sedih. "Aku.. Hikss.. Aku.. Hiksss.."
"Wae?Wae?!"
"Aku.. Hiksss.." Baekhyun menghentikan kata-katanya, karena ia sungguh tak tahan ingin tertawa. "Aku.. Ketiduran ehhehehheheheh”
"YAAA!!!"
"Hahahahaha", Baekhyun tertawa terbahak-bahak.
"Kau pikir ini lucu huh! kau keterlaluan sekali"
"Hahaha.. Araseo, mian.. Hahaha.. ya~ Shimshimi, besok apa yang harus ku bawa saat pre class?", Tanya Baekhyun mengalihkan pembicaraan agar yeoja itu tak lagi marah padanya.
Suara diujung sambungan telpon sana sudah terdengar malas, "Bawa diri saja"
"Ara, tapi aku tidak bertanya apa yang kau butuhkan, aku bertanya apa yang sonsaengnim butuhkan untuk berkas upgrade class ku besok.. Hahaha", ledek Baekhyun.
"YA!! NEO JINCHA.."
Baekhyun tertawa lepas, melepas segala kegelisahannya sejak tadi, ia sengaja menelpon untuk mencari hiburan setelah apa yang terjadi padanya. "Hahaha"
"Aku juga sedikit lupa, nanti ku kirim pesan pada mu"
"Ok" Jawab Baekhyun.
"Eo.."
"Eumh.. Ne"
"Ya! Tutup telponnya!", bentak yeoja di seberang telepon.
"Eo.. Hahaha, seharusnya kau berterima kasih karena aku mengizinkan mu mendengarkan suaraku yang merdu ini..kau pasti tidak bisa tidur sepanjang malam kalau kau belum mendengar suara ku kan shimshimi? Kau pasti terus bertanya 'Apa yang terjadi pada baekhyun, apa dia baik-baik saja?' hahaha, lagipula kalau memang mau tutup ya tutup saja, tidak usah menunggu aku menutup", ujar Baekhyun.
"Eum.. Katakan apapun yang membuat mu bahagia.. Sampai kau puas", gumam yeoja itu.
Baekhyun tidak menjawab, nada bicara yeoja diujung sambungan telpon sana mulai terdengar mellow. "Ya…Aku baik-baik saja.. Chanyeol juga sepertinya baik-baik saja"
"Eo…ara… kurasa Tao yang sedang tak baik hahaha"
"Kurasa hidup Tao memang tak pernah baik", sambung Baekhyun.
"Ne.. Eumm apa kau dan yang lain serius akan masuk kelasku? Kuharap tidak"
"Aniya.. Aniya tenang saja, kami sudah berniat akan masuk 3-1 dari awal, karena kudengar Kyungsoo juga akan berada di kelas itu. Tadi hanya bercanda.. tapi kau jangan kecewa tidak sekelas dengan kami haha", ujar Baekhyun.
"Ya! Berhentilah mengganggu anak itu”
“Hahahaha….kalau tidak ada Kyungsoo siapa yang akan mengingatkanku jika ada tugas?”, ujar Baekhyun.
“Gurae.... "
Baekhyun dapat membaca kekecewaan dari jawaban tersebut. "Sudah ku bilang jangan kecewa begitu hahahah", Candanya. "Masih ada Lay hyung dikelas mu, lagipula meski teman-teman baik mu sudah upgrade class, setidaknya kau masih berada dikelas mu, dan orang-orang disana masih kau kenal"
"Aku tidak kecewa! Aku bersyukur tidak sekelas dengan kalian"
"Terus saja membantah! Hahahaha.. baiklah malam simshimi.. Mimpi indah, Annyeong", ujarnya mengakhiri pembicaraan.
"Kau juga.. Sampai jumpa besok"
"Yakin sekali besok kita akan bertemu", jawab Baekhyun.
"Jangan mulai lagi, kau bilang mau tutup.."
"Araseo.. araseo ahaha, see u" Baekhyun menutup sambungan telphone.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
08.00 PM
Ting tong.. Suara bell rumah Inkyung berbunyi. Inkyung yang sedang sibuk dengan Lay mengacuhkan bunyi bell tersebut, alhasil Sehun segera turun dari lantai atas. Ia mendengus kesal karena Inkyung tak mau membuka pintu. "Telinga mu tuli ya", Sindir Sehun pada Inkyung didepan Lay.
"Gwenchana?" Tanya Lay tak enak pada Sehun.
"Biar saja...biasanya juga temannya sendiri yang datang" Jawab Inkyung
"Ah.. Kembali lagi pada pembicaraan kita tadi, jadi kau tidak akan upgrade class?", tanya Inkyung.
Lay mengangguk "Ne.. Aku sudah membicarakan pada orang tua ku, mereka bilang tak masalah lulus normal tanpa menggunakan upgrade class tahun ini"
Inkyung memeluk Lay tanpa basa basi "Kau.. Memang namjachingu yang paling pengertian! saranghae", Ujar Inkyung manja.
Lay tak enak jika ada melihat mereka sedang seperti itu. Ia ingin mengatakannya pada Inkyung tapi nampaknya nanti inkyung malah berfikir ia melarang Inkyung, dan pasti Inkyung akan marah lagi, Lay pun akhirnya hanya diam.
***
"Kai? Ada apa malam-malam kesini?" Tanya Sehun setelah membukakan pintu.
"Wae? Kenapa kaget begitu? aku hanya ingin main...ada hal aneh yang baru saja kualami, aku ingin menceritakannya pada mu" Jelas Kai, ia heran karena Sehun masih berdiri didepan pintu tanpa mempersilahkannya masuk.
"Eumm....gurae...tapi bagaimana kalau kita main diluar saja? aku ingin makan sesuatu, khaja" Ujar Sehun sambil mendorong Kai pelan.
Kai menelisik memandang Sehun. "Kau menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa yang sedang kau lakukan? pasti hal yang buruk kan? kau pasti membawa anak wanita masuk ke dalam kamar mu, karena itu kau tak membiarkan ku masuk", tuduh Kai.
"Ya! Kotor sekali pikiran mu!", bantah Sehun.
"Kalau begitu kita main didalam saja hahaha", Kai dengan santai mendorong Sehun lalu memasuki rumah Sehun. Orang tua sehun belum pulang, Kai mengetahui itu, karena itu ia santai menerobos masuk.
"Ya! Chamkam..Aiisshh..", gerutu Sehun. Apa yang Sehun coba hindari untuk Kai lihat sudah tak dapat dicegah lagi saat ini. Kai mematung di depan ruang keluarga Inkyung, dimana Inkyung sedang memeluk erat namjachingunya Lay.
Sehun bersandar pada dinding. "Jangan salahkan aku, aku sudah melarang mu masuk tadi" ujarnya santai. Kai tidak menjawab apapun, ia masih mematung menyaksikan hal itu. Sehun menghela nafasnya. Ia tahu sahabatnya, Kai, menyimpan rasa pada kakaknya, Inkyung. Sekalipun Sehun sudah memperingatkannya berulang kali. "Geunyang kaja", ujarnya sambil menarik bagian belakang kerah baju Kai dan menariknya pergi dari rumahnya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
8.45 PM
Songhee dan Chanyeol sampai di perkebunan bunga. Mereka berdua masuk ke dalam dan bertemu dengan Miyoung. Songhee ingin sekali balas dendam pada Miyoung, paling tidak berteriak atau memukul kakaknya tesebut. Namun ia mengurungkan niat nya itu demi menciptakan image baik di hadapan Chanyeol. "Eonnie, tas ku" Pinta Songhee pelan.
"Mana JoonMyeon? Kau kesini dengan...", Miyoung menghentikan ucapannya dan mengarahkan pandangannya pada Chanyeol. Ia teperangah melihat Chanyeol. Ia menarik Songhee, lalu berbisik "Songhee-a kau memungut anak tampan itu dimana? Lucu sekali wajahnya"
Songhee balik berbisik pada Miyoung "Eonnie, namja ini adalah namja yang pernah kuceritakan pada eonnie.. Namja yang waktu itu kukatakan melemparkan batu ke danau bersamaan dengan ku. Aku tak sengaja bertemu dengannya, ternyata ia tinggal di rumah Suho", ujar Songhee tak kalah bersemangat dan melupakan kekesalannya pada Miyoung.
Kris baru selesai membereskan beberapa hal. Ia tersenyum saat melihat Chanyeol. "Hai sepupu", seru Kris menyapa tenang Chanyeol.
Songhee dan Miyoung sama-sama terkaget-kaget saat mendengar sapaan Kris "SEPUPU??????????"
"Kenapa kaget begitu? namja yang memiliki ketampanan diatas rata-rata sudah pasti anggota keluarga ku" Ujar Kris sambil merangkul Chanyeol.
"Yoooo.. Tentu saja!" Chanyeol mengangkat tangannya. Kris menyambut tangan Chanyeol, mereka melakukan high five. "Tapi aku tetap yang paling tampan"
"Psh.. Semua orang tahu aku lebih tampan hyung" ujar Chanyeol tak mau kalah.
"Jangan fitnah begitu, adik sepupu", balas Kris.
Miyoung dan Songhee sama-sama mengerutkan dahi. "Baiklah, mereka serupa"
"Terima kasih sudah mengantar adikku kesini" Ujar Miyoung. "Kau mau aku mengantar mu kembali ke rumah Suho?"
"Gwenchana noona, aku akan pulang naik Bus saja" tolak Chanyeol halus.
"Tidak bisa begitu! kau pasti menolak kalau aku mengganti uang bus tadi, karena itu jangan menolak diantar pulang juga, lagi pula kami memang lewat sana kalau pulang", desak Songhee.
"Sudah jangan menolak, daripada kau hilang di jalan" Ujar Kris.
Chanyeol pun akhirnya menerima tawaran Miyoung dan Songhee untuk diantarkan kembali sampai rumah Suho.
Ketika mereka keluar, keempatnya bertemu dengan Luhan dan Sungchan.
"Tidak usah susah susah menjemput ku" Ujar Kris pada Luhan dan Sungchan.
Miyoung menghela nafas, ia iri dengan Sungchan yang saat itu sedang bergandengan tangan dengan Luhan. Dulu ia sempat menyimpan rasa pada Luhan, namun ia menyerah saat sepertinya Luhan dan Sungchan sulit dipisahkan.
"Kami tidak berniat menjemput mu...tadi hanya kebetulan lewat" Jawab Luhan menjelaskan.
"Tidak perlu dijelaskan. Kris hanya bicara asal" Ujar Sungchan.
"Begitu rupanya ahhaha" Jawab Luhan, ia menemukan sosok Chanyeol yang sebelumnya tak ia sadari "Chanyeol-ah kau kah itu?"
"Annyeonghaeseyo Sunbaenim" Ujar Chanyeol. Ia berpura-pura tak melihat Sungchan. "Sepertinya ini sudah malam, noona sebaiknya kita pulang secepatnya" seru Chanyeol terburu-buru.
"Wae? Apa Joonmyeon akan memarahi mu jika kau pulang terlambat?" Tanya Miyoung. "Padahal kebetulan bertemu begini.. Aku baru saja berinisiatif untuk mengajak kalian makan"
"Gurae.. Gwenchanayo noona, tapi kurasa aku harus cepat pulang" Jawab Chanyeol.
"Chanyeol-aaaaa~~", Teriak Lay berlari kearah mereka semua "Annyeonghaseyo" sapa Lay pada yang lain.
"Hyung kenapa berada disini?" Tanya Chanyeol.
"Aku baru dari rumah Inkyung, kau mau pulang?" Tanya Lay.
"Ne.. Hyung juga? Kita pulang bersama saja" Ajak Chanyeol "noona, Aku akan pulang dengan Lay hyung saja".
Miyoung jadi gemas mendengar penolakan Chanyeol, karena ia tahu adiknya ingin sekali pulang dengan Chanyeol. Ia menarik tangan Chanyeol "Aku tidak akan memakan mu! khaja" juga menarik tangan Lay. "Kau ikut juga! aku kan mengantarkan kalian berdua pulang! Songhee khaja!"
Songhee tersenyum senang. Biarpun ia dan Miyoung sering berkelahi, tapi ternyata Miyoung begitu memerhatikannya. "Ne eonnie.. Kris Oppa annyeongg, Oppa dan eonnie juga annyeong" pamit Songhee meski ia tak begitu mengenal Luhan dan Sungchan.
Tinggal lah Kris, Luhan dan Sungchan disana. Luhan dan Sungchan menatap Kris dengan iba(?) "Aku tak perlu belas kasihan, aku bisa pulang sendiri....jangan tak enak pada ku begitu. Selamat bersenang-senang" Kris menyusuri jalan untuk kembali ke rumahnya.
"Gwenchana?" Tanya Luhan pada Sungchan yang sejak tadi terdiam.
Sungchan justru bertanya balik "Eum.. Wae?"
"Ani...." Luhan merangkul Sungchan, lalu melanjutkan langkah mereka.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Minseok
02.30 AM
Aku terbangun sebelum matahari datang. Aku berjalan menyusuri jalan sunyi dengan hanya bermandikan cahaya-cahaya lampu jalan. Tak ada aktivitas dari mahluk-mahluk egois yang disebut manusia, karena mereka masih tertidur saat ini. Begitupun dengan diri ku... aku.. bagian dari mereka juga bukan? Eum.. Tentu saja.
Langkah kecilku terhenti di depan sebuah rumah yang tak asing bagiku. Kurasa aku memiliki kekuatan gaib, entah apa. Aku selalu bermimpi setiap kali aku tertidur. Setiap mimpiku, bagai sebuah film yang terus bersambung. Hal ini sungguh tak sedikitpun kumengerti. Tapi.. aku menikmatinya. Menikmati mimpi ku lebih dari aku menikmati kehidupan nyata ku. Jika aku harus memilih, maka aku akan memilih hidup di tempat ini untuk selamanya....di alam mimpi ku.
Seulas senyum kecil terpancar dari sudut bibirku. Inilah yang kusuka dari sebuah mimpi... karena dunia ini ciptaan alam pikiran ku. Maka aku dapat melakukan apapun yang aku inginkan.
Kaki ku memasuki pekarangan rumah dihadapan ku. Tujuan ku adalah kamar dilantai dua sana yang sempat kusinggahi sebelumnya. Tangga yang kemarin ku gunakan masih terdapat dibagian kiri rumah ini. Dalam waktu kurang dari satu menit, aku berhasil masuk ke beranda kamar sang pemilik rumah. Tirai pintu geser tak tertutup sempurna, begitupun dengan mata sang pemilik kamar. Kasihan dia.. kali ini ia sungguh terlihat... berbeda. Berbeda karena ia tak tertidur seperti kebanyakan orang normal.
Takk.. Tak.. Takk.. Kupukul-pukul pelan pintu geser kamar Lee Eunhee, yeoja yang baru saja ku kenal, Ia melihat ke arah ku, lalu ia mengawasi sekitarnya. Hal pertama yang ia lakukan setelah itu adalah memastikan pintu kamarnya terkunci. Setelah ia yakin, ia berlari kearah pintu geser dimana aku berada diluar sini. SREEKKK.. Penghalang ini terbuka "Annyeong" sapa ku.
Eunhee segera menarik ku masuk, menutup pintu geser kamarnya dengan cepat. Ia panik, dan lagi-lagi aku tak mengerti arti dari tingkah paniknya itu. Ia berlari lagi menuju lemari pada sudut kiri dari kamar tersebut, ia mencari-cari sesuatu didalam sana. Eunhee mengambil selimut tebal dari lemari nya dan segera menutup tubuh ku dengan selimut tebal itu. Betapa bodohnya aku....Alasan kepanikan Yeoja ini adalah aku...karena aku berada di luar. Udara di luar sana sedang benar-benar menusuk sampai ketulang. "Gomawo" Ujar ku tenang.
Eunhee mengalihkan pandangannya dari ku. Ia perlahan melangkah meninggalkan ku. Ditatapnya lemari tempat ia mencari selimut tadi, sedikit berantakan akibat ia terburu-buru mengambil selimut. Tangan kurusnya melipat satu persatu pakaian yang tadi berserakan. Aku menghampirinya, mencoba membantunya.
Lantai kamar ini juga ternyata cukup dingin. Aku merasakannya saat duduk sambil melipat pakaian. Kuminta Eunhee berdiri sebentar, ia menurut. Kuletakkan sebagian dari selimut ditubuh ku ke lantai, lalu sebagian lagi kubiarkan menutupi tubuh ku, juga kubagi untuk menutupi tubuhnya "Begini lebih hangat kan?" Ujar ku.
Eunhee mengangguk tanpa menatap ku. Ia tetap terfokus pada pakaiannya. Tangan itu menggenggam sebuah seragam sekolah dan tangan lemah seperti tak bertenaga itu memeluk seragam itu.
"Itu seragam sekolah mu?" Tanya ku. Mengapa aku merasa tak asing dengan seragam tersebut? Ini aneh. "Bisa aku melihatnya?" pinta ku.
Eunhee mengangguk, lalu menyerahkan seragam itu padaku. Hampir tak percaya, kurasa saat ini mulut ku menganga. Seragam ini milik Hong Music & Art Academy. Tempat ku melanjutkan pelajaran setara tingkat universitas. "Kau melanjutkan masa setelah HighScool mu di academy ini?" tanya ku penasaran. Sekali lagi ku terima sebuah anggukan darinya.
Eunhee lalu berdiri. Kali ini ia berjalan lagi ke laci disamping tempat tidurnya dan mengambil sebuah album foto besar, lalu kembali duduk disamping ku.
Halaman pertama album foto tersebut terbuka. Kalau aku tak salah lihat, terdapat tiga orang yeoja disana. Eunhee, dan dua orang yeoja lainnya. Yeoja lainnya.. Chakam.. sepertinya aku mengenal yeoja di dalam foto bersama Eunhee itu. "Bukankah itu Lee SongHee dan Lee Miyoung? Kau mengenal mereka?"
Eunhee menatap ku heran l, mengapa aku mengenal Songhee dan Miyoung. Ia seolah mencoba bertanya pada ku. Karena ia tak mengucapkan apapun, aku tak tahu pasti mengapa ia menatap ku. "Mereka" Telunjukku mengarah pada Songhee dan Miyoung. "Anak... ", Aku menghentikan ucapan ku. Mustahil aku mengatakan anak rekan bisnis Appa, aku bahkan sudah tak memiliki Appa. Sementara Eunhee begitu sabar menunggu jawaban keluar dari mulut ku. "Anak dari.... eum... rekan bisnis dari pemilik perusahaan tempat almarhum ayah ku bekerja"
Eunhee tak terlalu menanggapi. Ia hanya melempar pandangan pada album fotonya kembali setelah mendapat jawaban dariku. Tanpa mau tahu betapa sulitnya aku mencoba menjelaskan hal tadi.
Lembar berikutnya dari album foto tersebut terbuka. Terlihat dua foto yeoja lainnya. Aku bersyukur karena kali ini aku tak mengenal kedua yeoja tersebut. Ini mimpi ku, tak lucu kalau aku harus bertemu dengan banyak orang yang ku kenal. "Siapa yeoja ini? dan yang ini juga siapa?" Tanya ku terus menerus. Aku terlalu penasaran dengan kehidupan Eunhee. Eunhee mengeluarkan kedua foto tersebut dari album foto. Ia membalik kedua foto tersebut. Ah.. Ia meminta ku membaca sendiri. Aku gagal memancingnya bicara. Selembar foto bertuliskan Xi Yi Jie dan selembar lagi bertuliskan Kim Eunkyo pada bagian belakang masing-masing foto. "Mereka teman baik mu?"
Eunhee mengambil pelan kedua foto tersebut dari tangan ku. Ia tak menjawab ku, bahkan dengan anggukan pun tidak. Ia memandangi foto dua orang yeoja tersebut. Semakin lama semakin lekat. Terbaca sebuah kerinduan dari sana. Ia sepertinya begitu ingin bertemu dengan kedua yeoja tersebut. Perlahan air matanya pun mulai menetes.
Foto terakhir yang kulihat adalah foto Eunhee bersama dengan Kris di perkebunan bunga. Mereka memakai seragam kerja yang sama. Kesimpulan ku adalah sebelum mengalami hal ini, Eunhee bekerja di perkebunan bunga bersama Kris. "Haruskah kita temui mereka?"
Pancingan ku berhasil. Eunhee tertarik dengan ajakan ku. Ia menarik-narik tangan ku sambil berkali-kali menunjuk pada foto-foto ditangannya. Jika bisa kuterjemahkan sedikit, ia.. Mungkin bertanya padaku apakah kami sungguh bisa bertemu dengan mereka semua?
"Eum.. Kau harus sembuh", ujarku hati-hati. "Kau tidak gila! kau sehat! dan normal seperti yang lainnya", ujarku memberikan doktrin pada pikirannya, berharap mindset nya bisa berubah. "Kau normal, karena itu kau juga harus bertindak normal. Jangan dengarkan ucapan semua orang yang mengatakan kau tidak normal. Aku percaya kau gadis normal. Hanya saja.. Pertama.. kau harus menggunakan pakaian yang bagus...tak membiarkan rambut mu berantakan. Kau cantik.. sama dengan yeoja-yeoja lainnya", kuberikan senyum ku untuknya. "Tunggu sebentar" Pinta ku. Ku ambil sebuah sisir pada meja rias nya, lalu kembali kesamping nya. Tangan ku bergerak pelan menyisir rambutnya. Rambutnya panjang dan halus. "Rambut mu bagus....mengapa kau membiarkannya berantakan? hihihi"
Eunhee menatap ku, tak sedetikpun pandangannya lepas dari wajah ku. Karena itu aku terus tersenyum agar ia merasa tenang berada didekat ku. Untuk saat ini aku tak bisa mengartikan pandangannya, bahkan bakat sok tahu ku sedang tak bekerja dengan baik. "Jha.. Kau sudah cantik, tapi kau harus begini setiap saat"
Eunhee menyentuh rambutnya sendiri, merapihkannya dengan tangan. "Anak pintar", Puji ku padanya. "Yang kedua.. Eumm ini sedikit sulit untuk kujelaskan. Kalau begitu aku akan bertanya. Apakah kau takut akan sesuatu?"
Ia mengangguk takut, memeluk dirinya sendiri hanya karena pertanyaan ku. Kuletakkan kedua tangan ku pada bahunya. "Gwenchana.. selama aku bersama mu, maka tak akan ada yang menyakiti mu. Kau tak perlu takut. Katakan padaku apa yang kau takutkan" pintaku pelan. Tangan Eunhee gemetar menunjuk sebuah foto yang terpajang di meja atas laci tempat tidurnya, foto itu adalah foto JongIn, adik Eunhee "Kau takut pada Jongin?"
Eunhee menggeleng cepat. Ia mulai panik kembali, ia mencoba memberitahuku sesuatu, tapi tak satupun dari tindakannya yang kumengerti. Ini sulit sekali, ia meremas lengan ku, memukul-mukul pelan selimut, sambil sesekali menujuk foto Jongin. "Aku tidak mengerti" Ujar ku padanya.
Eunhee nampak ingin menangis. Ia sudah mencoba menyampaikan sebisanya, namun ini terlalu sulit bagiku, mungkin ia sedih karenanya. Dengan sedikit keberanian, kugenggam tangannya "Gwenchana.. pelan-pelan saja, kau harus menenangkan diri mu.. belajar melawan rasa takut mu. Kau tak perlu panik dan takut apapun yang terjadi, dengan begitu.. Kau bisa memberitakuhu apa yang membuat mu takut dan aku...berjanji pada mu akan membantu mu."
Tangan Eunhee masih sangat gemetar "Lihat.. Tangan mu selalu gemetar begini. Ini tidak baik....sekalipun kau tidak bisa bicara padaku, tapi kalau tangan mu berhenti gemetar seperti ini, kau...mungkin bisa menuliskan sesuatu untuk kau sampaikan padaku, tanpa kau harus bicara"
Eunhee memandangi telapak tangannya yang saat ini berada dalam genggaman ku. Dapat kurasakan ia seperti berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Karena gemetar pada tangannya pelahan tak secepat sebelumnya. "Tak usah dipaksakan, kita masih memiliki banyak waktu" Ujar ku. "Sekarang kau harus tidur, yeoja normal akan tidur pada jam segini....Kau bagian dari mereka bukan? Jadi kau juga harus tidur! besok aku akan datang ke academy untuk mengecek keadaan disana. Akan kupastikan juga untuk bertemu teman-teman mu nanti"
Eunhee terus mengikuti ucapan ku. Ia segera berbaring pada ranjang nya, meminta ku duduk disamping nya, memaksakan matanya agar terpejam. Dia lucu sekali.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author
HONG MUSIC& ART ACADEMY
07.00 AM
Belum banyak siswa memenuhi academy. Kegiatan dimulai pulul 08.30 AM nanti. Micha menyusuri lorong sendiri. Ia berangkat lebih pagi untuk menghindari Luhan. Ia sering tak enak karena selalu mengganggu Luhan dan Sungchan. Kakinya terhenti pada papan pengumuman dimana terdapat catatan peringkat 1-200 dari tingkat 1-4 pada semester ganjil. "Sigh.." hanya itu yang bisa ia ungkapkan. Dreeetttt.. Dreeett.. Handphone Micha bergetar. Lagi-lagi ia menerima notification dari account SNS nya.
POST» Xi Yi Jie
MORNINGGGGGG... ~~
REPLY » Kim JongDae
Pagi noonaaaaa..~~~
"Psh.. Jongdae" Micha melihat timeline dari account SNS nya dan disana penuh oleh postingan dari Account SNS milik Chen. Micha tekekeh tak henti melihatnya.
POST » Kim Jongdae
Huaaaaaaaaa aku masih mengantuk.
POST » Kim Jongdae
HUANG ZI TAO MENGGUNAKAN KAMAR MANDI DI KAMAR KU.
POST » Kim Jongdae.
Tao belum selesai mandi juga =_=
POST » Kim Jongdae
Sarapan apa pagi ini.
"Kurasa ia bisa mati tanpa account SNS" Seru Micha. Sedang asik melihat account SNS nya, tiba-tiba Micha mendengar suara piano dari dalam ruang Music. Mendadak saja bulu kuduknya berdiri. Sepagi ini saat academy masih sepi siapa yang memainkan piano? Pikirnya. Tapi karena penasaran, ia memberanikan diri untuk melihat ke ruang Music. Micha melihat seorang namja didepan piano tersebut. Ia sedikit tenang karena setidaknya ia menemukan bahwa namja itu adalah manusia. Seseorang yang Micha kenal, wajah namja terlihat murung, sesekali terlihat air matanya menetes, tapi segera ia hapus dengan cepat sambil tak henti jarinya bermain lincah diatas tuts piano.
Ingin sekali Micha masuk ke dalam sana, sekedar bertanya apabila namja itu memiliki masalah, tapi ada kalanya seseorang lebih suka sendiri saat ia dalam masalah, karena itu Micha pun mengurungkan niatnya.
Namja tersebut menghentikan permainan pianonya. Matanya kosong menatap ke depan tanpa memperhatikan sekitarnya.
Tak lama setelah itu, Handphone Micha kembali bergetar.
POST » Park Chanyeol
PRE CLAAAAASSSS... I`M COMING ^^
Micha hanya tersenyum kecil. Ia mereply postingan Chanyeol menyuruh Chanyeol agar cepat datang, karena ia sendirian di academy. Berselang kurang dari satu menit, notifikasi lainnya muncul.
POST » Byun Baekhyun
Nice weather.. It should be a happy day ^^ Hello pre class ^^
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Minseok
07.00 AM
Setelah beberapa jam terbangun, akhirnya aku bisa kembali tertidur dan kembali ke dalam mimpi ku. Saat ini aku berdiri didepan bangunan academy tempat ku belajar dulu. Tak banyak yang berubah dari academy atau mungkin mimpi ku yang menyesuaikan dengan kenyataan yang kuketahui haha.. Entahlah.
Kulangkah kan kaki memasuki bangunan academy. Aku berjalan disebuah lorong, didekat papan pengumuman. Beberapa tahun lalu aku begitu bahagia melihat nama ku tepampang di papan pengumuman sebagai nomor satu di tingkat 2. Sedikit kaget saat kubaca nama-nama yang terpampang pada peringkat-peringkat atas pengumuman peringkat academy. Mereka begitu familiar. Tingkat 1... 1. Kim Jongin, aku mengenalnya, tentu.. Ia adalah adik Eunhee. Tingkat 3, 1.Xi Yi Jie, nama yang baru kuketahui beberapa jam lalu dari Eunhee. Tingkat 4, 1.Lee Miyoung, ahh dulu Miyoung juga saingan ku dalam peringkat di academy, ia masih mempertahankan posisinya sampai sejauh ini. Aku juga membaca nama Kris pada peringkat 25. Lumayan juga, semakin membuat ku iri dengan semua yang dimikinya. "Mana peringkat tingkat 2?" Tanya ku pada diriku sendiri. Ternyata kertas nya terjatuh. Aku memungutnya dari lantai. DEG sesuatu seperti memukul ku keras. Tidak.. Aku sedang bermimpi, jadi mungkin aku melihat hal-hal yang kuinginkan dalam mimpi ini. Mungkin.. Atau mungkin.. Tuhan mencoba memberi tahuku sebuah fakta yang belum sempat kuketahui. "Aku bangga padamu" Hanya itu yang dapat ku ungkapkan. Tak banyak nama anak tingkat 2 yang ku kenali 9. Oh Inkyung, 23. Lee Songhee. Tak mengerti aku harus bahagia, marah atau.. sudahlah, aku harus bahagia, setidaknya dalam mimpi.
Lantunan permainan piano terdengar jelas. Kulangkahkan kaki ku lagi menuju ruang music. Di depan pintu ruang music kulihat seorang yeoja berdiri terpaku disana. Aku menghampirinya. Ia terpaku. Sungguh terpaku sampai tak menyadari kehadiran ku. Kulirik keadaan didalam ruang music, seorang namja sedang memainkan piano disana. Namja didalam sana terlihat dalam keadaan tersakiti, mungkin. Semakin menyedihkan karena yeoja ini juga terlihat sama tersakitinya setelah melihat keadaan namja di dalam. Jika aku boleh menyimpulkan lagi, mungkin yeoja ini.. Menyimpan hati pada namja didalam, atau sekedar khawatir. Tangannya menggenggam erat handphone yang masih menyala, berhubung ia juga belum sadar dengan keberadaan ku, aku membaca apa yang tertulis pada layar handphonenya.
Mungkin bukan sesuatu yang benar, tapi.. Kenyataan membuat hatiku semakin miris. Tak sengaja kulihat nametag pada pakaian yeoja ini. 'Xi Yi Jie'. Mata ku membelalak, langsung kuperhatikan baik-baik wajahnya. AH! dia benar-benar yeoja pada album foto Eunhee. Dunia begitu sempit, bahkan dalam alam mimpi sekalipun.
Aku berjalan mendahului Yi Jie yang masih berdiri terpaku pada tempat yang sama. Kaki ku sedikit lelah, maka aku duduk pada kursi panjang yang banyak terdapat pada sekitar lorong ini.
Dua menit kemudian, Yi Jie pun melangkah dari depan ruang music. Is berjalan pelan hampir melewati ku. "Annyeonghaseyo" aku berdiri, membungkuk dan menyapanya.
Ia menatap ku, tanpa ragu tersenyum. Yeoja ini ramah. Ia membungkuk sopan juga padaku "Annyeonghaseyo"
"Maaf mengganggu, tapi aku anak baru.. Xiumin.. nama ku Xiumin". Aku menunjuk nametag ku dan wow.. entah sejak kapan aku memiliki namtag ini, tapi ini terjadi. Nametag bertuliskan "Xiumin" tersemat pada pakaian ku. "Bisa kah kau menunjukkan ku... ruang kepala academy?"
***
Yi Jie mengantarkan ku menuju ruang kepala academy. Ia tak merasa asing meski ia tak mengenalku. Yeoja yang sangat bersahabat. Aku jadi berharap.. Ah bodoh, aku sering lupa kalau aku saat ini hanya sedang bermimpi. "Kau.. Xi Yi Jie?"
"Ah ne.. Aku belum memperkenalkan namaku. Mianhae...naneun Yi Jie imnida tapi siswa disini lebih sering memanggil ku Micha" Ujarnya.
DEG.. Begitu banyak kebetulan-kebetulan yang membuat ku shock. Nama ini.. Sering ku dengar, sangat sering, jadi ternyata...Yi Jie mengibaskan tangannya didepan wajah ku "Xiumin-ssi gwenchana?"
Aku tersadar dari lamunan ku. "N..Ne gwenchana...geundae...aku lebih tua dari mu, kau boleh memanggil ku Oppa"
"Eo ne.. Xiumin oppa" Jawabnya singkat.
"Yi Jie-ssi.. Kau juga tingkat 4 sekarang bukan? Aku tadi melihat nama mu pada peringkat 1 tingkat 3, kau pasti melakukan upgrade class"
Yi Jie menundukkan kepalanya. Ia berusaha menunjukkan senyum, meski senyum itu terlihat getir. "Aniya.. Aku akan tetap di tingkat 3"
"Wae?" Tanya ku. Yi jie hanya melirik ku. Ia nampak bingung harus menjawab apa "Aku berjanji tak akan memberi tahu siapapun, lagipula aku tak mengenal siapapun disini"
"Aku tetap di tingkat 3 karena kakak ku belum berhasil masuk 25 besar untuk dapat lulus lebih cepat. Ia sudah berusaha semaksimal mungkin. Aku.. tidak ingin membuatnya tertekan karena merasa kalah dengan adiknya" jawab Yi Jie mempercayai ucapan ku begitu saja. Padahal ia belum begitu mengenalku. Bisa saja aku berbohong dan membocorkan rahasianya. Polos sekali dia, kasihan jika bertemu orang yang suka membohonginya.
"Gurae.. Kau adik yang baik" Puji ku padanya.
"Kakak ku juga kakak yang baik" Jawabnya.
"Bagus.. Tetaplah menjadi anak yang baik Karena... terdapat banyak kebaikan yang akan mengelilingi anak yang baik" Ujar ku, ia menatapku terpaku.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Author
07.25 AM
Chen, Tao, dan Chanyeol sampai di Academy berama dengan Suho. Tapi karena Suho ada urusan, ia pergi mendahului ketiga temannya ini. "Academy masih sepi seperti kuburan begini, mataku jadi kurang segar" eluh Jongdae.
"Coba teteskan jeruk lemon di matamu, siapa tau matamu nanti jadi segar" Jawab Chanyeol memberi saran, karena menurutnya jus lemon dipagi hari sangat segar.
"Terserah kau saja"z Jawab Chen "Baekhyun belum datang ya? tak enak rasanya tak ada yg bisa ku ajak berkelahi"
"Tapi Kyungsoo sudah datang tadi. Aku bertemu dengannya" seru Chanyeol.
"Apa asiknya menggoda batu" Jawab Chen dengan tawa cemprengnya. "Lagipula ia pasti langsung bertapa di perpustakaan...aku tak mengerti apa yang menarik di sana", gumam Chen.
BUKK... tiba-tiba saja, Tao yang berjalan didepan berhenti, menyebabkan Chen yang tak terlalu memperhatikan jalan, karena sedang bicara dengan Chanyeol ini tertabrak punggung Tao, lalu terjepit oleh Chanyeol yang tadi berjalan dibelakangnya. "Aaaa!!" Chen mendorong Chanyeol. "Ah sakit."
"Aww.. aku juga sakit! kau kenapa berhenti tiba-tiba?!" protes Chanyeol.
"Bukan salah ku! Tao yang berhenti!" Chen menunjuk Tao.
"Ya! Tao-ya! kau kenapa lagi?" Tanya Chanyeol.
Tao terpaku. Ia hanya mengucapkan satu kata "Cantik.."
"Apa? Siapa?" Tanya Chanyeol langsung bersemangat mencari-cari siapa yang Tao maksud cantik barusan.
Chen berinisiatif untuk merunut arah pandangan Tao. Ia menemukan dua orang disana. Ia pun mengarahkan kepala Chanyeol agar menatap siapa yang Tao maksud 'cantik' barusan "Itu" ujar Chen.
Chanyeol tersentak hebat. "Kris Hyung?!" ujarnya dengan suara meninggi, hingga terdengar oleh sang pemilik nama.
Dari tempat duduknya, Kris menoleh. Ia melambaikan sebelah tangannya pada Chanyeol dan Chen. Chen membalas dengan bungkukan sopan dan juga senyuman. "Ayo kita kesana, tidak enak tadi terkesan memanggil"
"Chakaman" cegah Chanyeol
"Wae?"
"Tao menyukai Kris hyung?" Tanya Chanyeol serius.
"Tentu saja bukan neo paboya", gerutu Chen. Tanpa menunggu Chanyeol dan Chen, Tao berjalan lebih dulu. Ia membereskan rambutnya agar terlihat lebih rapih, begitu juga dengan pakaian yang ia kenakan.
Kris bangkit dari kursi lebih dahulu "Annyeon....." Belum selesai Kris bicara, tanpa menyapa bahkan melihat Kris sedikitpun, shuungg~~ Tao melewatinya "Mwoya?", gerutu Kris datar.
Tao terhenti dihadapan Yoora. "Anyyeonghaseyo" Tao membungkuk dihadapan Yoora. "Huang Zi Tao... Tao imnida. Tahun ini aku akan berulang tahun ke 20. Sekarang aku sudah 1st grade di academy. Bolehkah aku mengetahui nama mu?" Tao mengulurkan tangannya untuk berjabat.
"Eungh?~~" Suara semacam itu terdengar saat Yoora sedikit menggerakkan tubuhnya. Tapi ia tidak berkata apa-apa lagi setelah itu, ia hanya tertunduk tenang dengan posisi masih duduk di kursi. Karena kasihan(?) melihat Tao menunggu, Kris sengaja menyentuh pundak sang adik, yang ternyata..."Yoora-ya, ireona"
Yoora tertidur "Euhng.. eungh.. wae oppa?" Tanya Yoora setengah sadar pada Kris disampingnya.
"Tragis sekali" Ujar Chanyeol dan Chen melihat kejadian barusan.
Yoora yang masih setengah sadar bingung karena kini seorang namja berdiri dihadapannya dengan tangan sudah menjulur ke arahnya. Canggung Yoora menyambut tangan Tao "Annyeong" genggaman tangan Tao semakin erat membuat Yoora panik. Ia melirik-lirik Kris yang justru terlihat santai. Yoora memperjelas pandangannya, mendadak ia terkejut. "HUAAAAAAA HANTUUUUU DANAU MENGEJAR KU!!!!!!"
Tap.. Kris menutup mulut Yoora dengan tangannya "Shuut.. Dia manusia"
Yoora mengangguk-angguk mengerti, ia mencoba menetralisir pikirannya.
Tao dengan gaya kerennya (?) mendorong Kris agar menjauh dari Yoora. "Jangan kasar pada anak wanita, Hyung" Tao kembali menatap Yoora. "Annyeong.. Huang Zi Tao, Tao imnida"
"Ne.. Yoora....Yoora Wu" balas Yoora memperhatikan nasib tangannya yang belum juga mau dilepas oleh Tao.
Chen merasa tak enak pada Yoora dan Kris. Ia menyenggol Chanyeol untuk membantunya menyingkirkan Tao dari tkp sebelum Tao semakin menjadi-jadi. Chen memposisikan diri di bagian kiri Tao, sedangkan Chanyeol pada bagian kanan. Chen melakukan serangan langsung dengan memisahkan tangan Yoora dan Tao. Ia berpura-pura menjabat tangan Yoora "Annyeong Chen imnida" Chen menekuk tangan Tao ke belakang tubuh Tao.
Chanyeol juga menjabat tangan Yoora setelah Chen "Annyeong.. Chanyeol imnida" Ujar Chanyeol, ia melepaskan nya setelah itu.
"Mereka menyelamatkan ku" Ujar Yoora dalam hati. Yoora tersenyum penuh arti pada Chen dan Chanyeol seolah berucap 'Terima kasih'.
Saat Yoora tersenyum, baik kepada Chanyeol maupun Chen. Mata Tao tajam menatap kedua temannya itu seolah siap memakan mereka karena mereka mendapat senyuman Yoora. Mata Tao tak lepas dari Yoora sedetikpun setelah itu, sekalipun kini Chanyeol dan Chen sudah menariknya pergi, tapi matanya tetap menatap Yoora hingga ia sudah benar-benar jauh.
"Oppa.. namja tadi itu kenapa?" Tanya Yoora masih tak percaya apa yang ia alami.
"Yah begitulah" Jawab Kris.
"Begitu apanya lagi Oppa?"
"Ya begitu"
Yoora memicingkan matanya. Ia lalu meraba-raba sekitar tubuh Kris. "Ya! Aku kakak mu, apa yang kau lakukan?!" Seru Kris risih.
"Aku hanya ingin memastikan kau tak pakai baterai ditubuh mu" Jawab Yoora.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Kyungsoo-ya?" Panggil EunKyo saat melihat sedang berjalan menuju perpustakaan. Ia juga baru saja tiba.
"Eo.. Annyeonghaseyo noona..kau baru datang?" jawab Kyungsoo.
"Eung....kau mau langsung bertugas? Hari ini preclass, kau tidak libur dulu?", tanya Eunkyo.
"Aku libur sebenarnya...hanya sedang bosan menunggu. Aku berniat mencari buku untuk ku baca", ujar Kyungsoo. "Beberapa buku baru datang sore kemarin" lanjutnya lagi.
"Ah jincha? gurae! rekomendasikan pada ku jika ada yang bagus" pinta Eunkyo sambil tersenyum.
"Tentu saja", ujar Kyungsoo tersenyum. Kyungsoo dan Eunkyo terdiam sesaat. Keduanya memang sama-sama tak terlalu banyak bicara. Waktu mereka berdua juga sering mereka habiskan untuk membaca buku bersama di perpustakaan.
"Eo! Suh..", Kyungsoo menghentikan ucapannya. Tanpa disengaja, Suho melintas didepan mereka. Tak ubahnya seperti kemarin, Suho seperti sedang dalam keadaan kesal. Ia pun tak menegur Kyungsoo dan EunKyo, hanya melintasi mereka berdua begitu saja.
"Ya! Lee Songhee" Suho memanggil nama seorang yeoja yang duduk tak jauh dari Kyungsoo dan Eunkyo. "Ya Lee Songhee" Panggil Suho untuk kedua kalianya. Headphone yang dikenakan Songhee sepertinya menjadi penyebab utama ia tak mendengar panggilan Suho. Suho mengambil mp3 player songhee, lalu mematikannya.
"Ya! Neo! issh" Songhee baru melihat ada Suho dihadapannya. "Joonmyeon Oppa, apa yang kau lakukan? mengganggu saja!" Songhee melepas Headphone dari telinganya.
"Mengapa kau tidak mengangkat telpon ku semalam?" Tanya Suho to the point.
"Apa keuntungan yang kudapatkan dari mengangkatnya?" Tanya Songhee dengan nada menantang.
"Aku menghawatirkan keadaan mu! kau pergi begitu saja...Miyoung noona mengatakan padaku tas mu tertinggal di mobilnya.. Lalu bagaimana cara kau pulang semalam?" Nada bicara Suho terdengar seperti ia sungguh-sungguh memperhatikan Songhee.
Songhee tak merubah nada ketusnya terhadap Suho. "Apa peduli mu? Kau lah yang tak mau mengantarkan ku"
Suho menghela nafas, ia menyadari kejadian semalam adalah kesalahannya. Ia duduk di samping Songhee. "Mian.. Kemarin aku hanya bercanda" Ujarnya. Namun nada maaf itu tak bertahan lama. Suho pun melanjutkan ucapannya dengan pembelaan diri. "Tapi kau tidak bisa pergi begitu saja dalam keadaan seperti semalam! kau seharusnya memohon padaku dan meminta maaf karena kau datang ke rumah ku seenaknya! berteriak-teriak padahal kau ingin minta tolong padaku.. kalau kau minta tolong dengan cara lebih baik, aku juga tidak akan menolak untuk menolong mu...toh biasanya juga aku sering mengantar mu pulang"
"Ok.. "Jawab Songhee mengalah. Ia tak mau masalah semakin panjang hanya karena mereka sama-sama merasa benar. Songhee tersenyum tipis. Ia menatap Suho ceria. "Oppa, pulang nanti.. boleh aku ikut pulang ke rumah oppa? Nanti eonnie mau kembali mengurus perkebunan bunga, eomma dan appa juga tidak ada di rumah, aku bosan"
Suho tersenyum puas melihat sikap Songhee terhadapnya "Tentu saja boleh".