home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DREAM CATCHER

DREAM CATCHER

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jun 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : EXO OT12, OC
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |71545 Views |5 Loves
DREAM CATCHER
CHAPTER 2 : The Dark Paradise 2

Luhan dan Ibunya terdiam, mereka tak berani menjawab ucapan sang Ayah. Suasana di ruang makan sontak berubah canggung. "M-Mianhae…Appa..", ujar Micha yang sejak tadi diam, mencoba mencairkan suasana. "Kami akan belajar lebih giat kedepannya", gumam Micha tertunduk.

“Katakan itu pada kakakmu!", bentak sang Ayah sebelum meninggalkan meja makan.

Luhan dan Micha tak sedikitpun bangkit dari kursi mereka selepas kepergian sang Ayah. Ibu mereka berdiri dibelakang keduanya dan memeluk mereka berdua sekaligus dari belakang. "Gwenchana….kalian sudah berusaha keras….Eomma.. bangga pada kalian", ujar sang Ibu mencoba menyemangati Luhan dan Micha.

"Appa tak tahu apapun….ia tak mengerti betapa kami telah berusaha dengan keras.. mengapa beliau berkata begitu pada kami?”, gumam Micha sedih. “Eomma..”, sambungnya.

"Ne?", jawab sang Ibu.

"Aku tidak akan mengambil upgade class tahun ini", Lanjut Micha. DEG... Luhan tercengang dengan apa yang didengarnya."Teman-teman sekelasku.. Mereka jarang yang meraih peringkat 25 besar, tahun lalu aku juga upgade class, sangat menyulitkan jika aku terus menerus harus menyesuaikan diri dengan anak-anak tingkat 4 yang baru lagi.. Aku.. Ingin melewati tingkat tiga satu semester lagi. Aku berjanji akan berusaha lagi untuk lulus pada semester 7 tahun depan.. aku akan lulus satu tahun lagi. Enam bulan setelah Luhan Oppa…jebal…Eomma..", ujar Micha merayu ibunya untuk memberi ijin.

Sang Ibu hanya bisa menghela nafas mendengar permintaan Micha. Namun ia tak bisa menolak permintaan putri bungsunya tersebut. "Lakukan yang terbaik untuk mu sayang, ibu percaya pada mu..", ujar sang Ibu sambil mencium kening Micha.

"Gomawoyo Eomma" Micha balik mencium pipi Ibunya.

***

Selesai sarapan Luhan menemui adiknya dikamar. Di dalam sana, Micha terlihat tengah merenung sambil memeluk boneka diatas tempat tidurnya. Luhan duduk di sisi tempat tidur Micha. “Neo micheoso?”, Tanya Luhan hati-hati.

"Mwo?", Micha bertanya balik.

"Sungchan, Lay, Minhyo.. dan beberapa teman dekatmu lainnya.. Aku melihat nama mereka di peringkat 25 besar. Sebagian dari mereka yang kutahu juga akan mengambil upgrade class, wae.. neo.."

Micha memotong ucapan Luhan, "Aku tak tahu setelah lulus aku akan melanjutkan kemana.. Tak tahu bidang apa yang harus ku ambil.. Jika bukan karena kakak ku yang selalu mengijinkan ku untuk mengikutinya, aku tak bisa memutuskan apapun.. Kakak ku telah memberikan banyak hal padaku. Bagaimana mungkin aku.. Tak mau berkorban sekali saja untuknya?"

"Tapi... Kau selalu mengutamakan hal ini diatas hal-hal lain. Kau memperjuangkan hal ini begitu keras. Tak masalah bagiku jika kau dan aku harus satu kelas, kau bisa lulus bersamaan dengan ku.. semua orang tahu adikku jauh lebih pint.."

"Ya! Tak usah terlalu dramatis begitu.. Aku sudah memutuskan dan aku tak akan mengubahnya", seru Micha sambil menutup telinganya. "Aku.. Benci mendengar Appa terus memandang mu seperti orang bodoh! Tidak semua anak terlahir jenius.. dan tidak semua kegagalan terjadi karena ketidak mampuan, kadang kala kegagalan kita peroleh hanya karena kita.. kurang beruntung", ujar Micha menurunkan volume suaranya pada akhir kata-katanya.

Luhan terdiam sejenak.  Ia meletakkan salah satu telapak tangannya di atas kepala Micha. Ia terlihat berkaca-kaca begitu juga dengan Micha. Mereka sama-sama mencoba menahan air mata mereka. "Mianhae", gumam Luhan.

Micha menepis tangan Luhan. "Hajima.. Aku tidak mau menangis pagi-pagi", gerutu Micha.

"Ya! Kau yang memulainya lebih dulu!", sungut Luhan.

"Kenapa selalu menyalahkanku?! kau yang masuk ke kamarku lebih dulu! Pergi sana! aku mau tidur lagi", seru Micha sambil mendorong Luhan agar segera beranjak dari kasurnya.

"Sudah pagi kau mau tidur lagi?! Dasar pemalas..", gerutu Luhan.

"Apa urusannya dengan mu? Keluar sana!", seru Micha menendang Sang kakak pelan, ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

“Aish jincha..”, gerutu Luhan sambil berjalan keluar dari kamar Micha.Tak lama kemudian, ia berbalik dan melihat sang adik sudah tidur sungguhan. "Psh.." Ia mengambil salah satu boneka milik Micha, lalu melemparkannya ke tempat tidur Micha tepat ke wajah yeoja itu  lalu berlari keluar setelahnya sambil terkekeh.

"YAAAA!!!!! AISH JINCHA!",  Teriak Micha kesal, namun ia kembali tertidur setelah itu tak lama setelahnya.          

☆*:.。. o)o .。.:*☆       

From: Oh Inkyung

"Eonnie, tolong bantu aku mengerjakan tugas pretest untuk semester ini, materinya akan ku kirim ke e-mail mu"

Kim Eunkyo menghela nafas setelah membaca pesan singkat yang dikirimkan Inkyung padanya. Ia terduduk lemas di salah satu sudut perpustakaan. Tak seperti yang lainnya yang masih menikmati liburan, Ia sudah harus kembali lebih dulu ke Academy untuk menyiapkan materi presentasi pengenalan perpustakaan untuk para siswa baru di Academy. Dirinya bekerja paruh waktu sebagai salah satu staff perpustakaan Academy. Ia baru saja naik ke tingkat empat bersamaan dengan Suho dan juga Lay. 

Inkyung adalah salah satu Hoobae Eunkyo di academy. Mereka sudah mengenal satu sama lain sejak kecil.  Orang tua mereka juga begitu dekat karena rumah mereka bersebelahan. Dulu, Orang tua Inkyung kerap kali menitipkan Inkyung dan Sehun pada keluarga Eunkyo. Hal ini sering dimanfaatkan oleh Inkyung untuk terus meminta bantuan pada Eunkyo. Eunkyo bukan tak memiliki daya untuk menolak, namun ia sering tak enak untuk mengatakan tidak karena Inkyung pasti akan mengadukan hal ini baik pada orang tuanya maupun orang tua Inkyung sendiri. Ia tak ingin hubungan keluarganya retak hanya karena hal sepele seperti ini. “Hufh…Inkyung-ah ottokhaji?”, gumamnya lesu sambil menatap layar ponselnya yang baru saja menerima e-mail dari Inkyung. "Ia memintamu melakukan sesuatu lagi?", Eunkyo refleks menoleh ketika ia mendengar suara seorang lainnya. “Eo? Kyungsoo-ya kau datang?”

“Eung…memangnya kau sanggup bekerja sendiri?”,   Tanya seorang siswa yang juga staff perpustakaan academy bernama Do Kyungsoo. Namja itu melangkah santai mendekati Eunkyo.

“Ah…gomawooo…maaf aku merepotkanmu…seharusnya kau masih menikmati liburanmu”, gumam Eunkyo tak enak hati karena ia terpaksa meminta bantuan Kyungsoo untuk membantunya menyiapkan presentasi.

“Gwenchanayo…lagipula…aku bosan berada di rumah terus…”, ujar Kyungsoo tersenyum tenang. Ia melirik e-mail Inkyung yang tertera di ponsel Eunkyo. "Aigoo…Kapan ia berhenti menyusahkanmu?"

"Molla…Mungkin ini sudah nasib ku", ujar Eunkyo lesu.

"Aku tak habis pikir bagaimana anak itu berhasil meraih peringkat 25 besar dan memutuskan untuk upgrade class semester ini.. Ini bahkan tak pernah mengerjakan tugasnya sendiri…seharusnya namamu lah yang tertera di sana, bukan nama Inkyung”, ujar Kyungsoo tenang.

"Justru karena orang lain yang mengerjakan tugasnya, ia bisa mendapatkan nilai bagus", gerutu  Eunkyo yang tak telalu pandai mengungkapkan kekecewaannya, tapi kali ini ia sudah sampai pada batas kesabarannya. Namun, tetap saja ia tak bisa mengatakannya langsung pada Inkyung. Ia hanya berani melakukannya di depan Kyungsoo.

"Guraeyo…Kalau begitu jangan dikerjakan", dukung Kyungsoo.

Eunkyo memangku kepalanya dengan kedua tangannya. "Ah….Seandainya bisa semudah itu menolaknya", keluh Eunkyo.  Pikiran Eunkyo kemudian menerawang jauh, mengingat saat-saat ia masih memiliki sahabat terbaiknya yang selalu menemaninya. "Aku rindu EunHee"

Kyungsoo menarik sebuah kursi, lalu duduk disamping EunKyo. "Kalau begitu…Biar aku yang mengerjakannya", usul Kyungsoo.

"Mworago?! Ani.. Aniya!! Kau tak harus terlibat dalam masalah ini”, seru Eunkyo.

"Gwenchanayo noona…semester ini aku juga upgrade class ke tingkat tiga, aku mendapat tugas yang sama dengan Inkyung. Aku hanya perlu menyelesaikan tugas ku, lalu mengganti nya sedikit-sedikit untuk tugas Inkyung", ujar Kyungsoo tenang.

“Gurae? t-tapi jangan dilanjutkan jika memang kau merasa lelah”, ujar Eunkyo merasa tak enak karena secara tak langsung telah melibatkan Kyungsoo ke dalam urusannya. Semenjak Eunhee sakit, Eunkyo memang banyak menyendiri di perpustakaan dan ia terus menyibukkan dirinya demi membunuh rasa kesepian. Saat itu pulalah ia sering bertemu dengan Kyungsoo. Anak itu selalu muncul di perpustakaan setiap jam istirahat dan ia selalu duduk di meja di mana Eunkyo berada. Hingga akhirnya, Ia menyatakan keinginannya pada Eunkyo, bahwa ia juga ingin menjadi staff perpustakaan sama sepertinya. Persahabatan di antara keduanya terjalin karena Kyungsoo selalu merekomendasikan buku-buku baru padanya. Hingga tanpa disadari Eunkyo, secara perlahan, Kyungsoo bisa mengisi kekosongan yang dirasakannya semenjak ia kehilangan Eunhee.

"Ah!", Eunkyo teringat sesuatu.  Ia membuka website academy, dilihatnya peringkat siswa tingkat dua dan nama Do Kyungsoo terpampang di urutan kedua. "Omo! Kyungsoo-ya kau peringkat dua! Kau hebat sekali! Chukkahae!", seru Eunkyo riang.

Kyungsoo tersenyum malu. "Biasa saja noona.. Aku hanya beruntung, peringkat noona juga bagus…kau masuk lima besar…aku melihatnya sebelum aku kemari”, ujar Kyungsoo tersenyum.

"Kita harus merayakannya! nanti aku akan membelikanmu ice cream setelah kita menyelesaikan ini semua", ujar Eunkyo bersemangat.

"Aku jadi merepotkan noona", ujar Kyungsoo tersenyum.

"Aniya... Ahhh~ Jika saja Inkyung tahu bahwa kini tugasnya dikerjakan oleh seorang namja yang meraih peringkat 2 umum...", gumam Eunkyo sebelum  kembali terfokus pada layar monitornya. Nama Eunkyo sendiri berada pada peringkat lima di tingkat tiga. Ia melihat nama-nama diatasnya dan tak sengaja melihat nama Suho berada pada urutan ketiga. "Mwo? Joonmyeon berada di peringkat tiga? Apa mataku tidak salah liat", gumam Eunkyo tak percaya.

"Aku juga sedikit terkejut ketika aku melihat hal itu….aku tak begitu mengenal dua  nama di atasnya.. Jadi aku juga tak tau mereka seperti apa…whoah…mereka hebat sekali bisa mengalahkan Suho hyung pfhh…”, ujar Kyungsoo tertawa pelan.

"Kau tak mengenal Lay dan Micha? Bukankah kau selalu bermain bersama Micha?”, Tanya Eunkyo terkejut dengan ucapan Kyungsoo.

"Ah..chakkaman! Jadi Zhang Yixing dan Xi Yijie itu adalah Lay hyung dan Micha noona? Ahh.. Kupikir orang lain…haha! Kurasa Suho hyung kalah dalam nilai kelas bahasa china", ujar Kyungsoo menebak apa yang terjadi pada turunnya peringkat Suho.

Belum kering bibir Eunkyo dan Kyungsoo membahas tiga nama teratas pada tingkat tiga, tiba-tiba Clekk.. Sosok Suho muncul memasuki perpustakaan. Wajahnya terlihat sedang kesal. Ia bahkan mengacuhkan Kyungsoo ketika ia mencoba menyapanya. "Ada apa dengannya?", gumam Kyungsoo.

Eunkyo menggeleng tak mengerti. Secara perlahan, Eunkyo bangkit dari kursinya sembari melongok kea rah perginya Suho. “N-Noona?”, tegur Kyungsoo yang duduk di sampingnya.

“Chakkaman…Kyungsoo-ya”, ujar Eunkyo yang matanya terus saja terfokus pada Suho. . Eunkyo yang penasaran pun akhirnya mengikuti Suho. Ia berjalan pelan menyusuri rak-rak buku perpustakaan. "Sepertinya ia ada masalah, mungkin ia kecewa atas peringkat yang diraihnya, haruskan aku menyapanya?", Tanya Eunkyo dalam hati.

"Tapi bagaimana kalau Suho justru meminta ku pergi? Dalam kondisi normal saja aku tak bisa bicara banyak dengannya, apalagi kondisi ia sedang seperti itu...”, ujar Eunkyo pelan pada dirinya sendiri.

"Mengapa aku seperti ini.. Setiap kali aku berusaha memulai sesuatu dengan seseorang yang kusukai, aku melangkah mundur kembali.. Aku takut mendapat penolakan sebelum memulainya.. Hufh", ujar Eunkyo kembali dalam hatinya.

Kyungsoo menghela nafas memperhatikan Eunkyo yang sedang memperhatikan Suho. Ekspresi muram tergambar di wajah namja itu. Apa yang kupikirkan? mustahil aku bersaing dengan Suho Hyung", ujarnya dalam hati. Ia berusaha untuk kembali terfokus pada pekerjaan dan tugasnya, namun pandangannya terus berbalik pada Eunkyo yang masih setia memperhatikan Suho

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV : Minseok

Aku melirik-lirik keadaan di depan. Tak sengaja kulihat dua orang lainnya memasuki halaman depan kebun bunga. Tunggu…..Heokshi! Bukankah itu Oh Sehun dan... Inkyung? Apa yang mereka lakukan disini?! isssh sial aku menghindari anak itu di rumah kenapa ia harus muncul disini juga? jantungku berpacu cepat kembali.. kali ini berbeda, rasa takut dan kesalku bercampur membuat ku tak tenang.

Aku merasakan sentuhan telapak tangan EunHee pada dadaku. Ia menepuknya pelan berkali-kali seolah mengerti aku sedang gelisah. Karena kehadiran Inkyung, aku hampir lupa kalau sejak tadi aku masih memeluk Eunhee, kepalanya bersandar pada dadaku, mungkin ia mendengarkan detak jantung ku. Ia mengangkat wajahnya dan  pandangan kami kembali bertemu.. Aku menemukan kemurnian dari pandangan matanya, ada kehidupan jauh di dalam sana.. Kehidupan yang diselimuti kegelapan entah apa.. Ia menunjuk satu arah, aku mengikuti arah jarinya menunjuk. Ia menunjuk pada salah sau titik tak jauh dari perkebunan. Di sana terdapat sebuah pintu kayu. Rupanya itu jalan keluar lain dari perkebunan bunga ini. Apa maksudnya? "Kau ingin kita pergi dari sini?" Tanya ku.

Ia hanya menggeleng. Ia lalu menunjuk diriku. Ah.. Ia memintaku pergi…lalu bagaimana dengan dirinya? bukankah ia tak mau siapapun menemukannya? apa ia mengetahui bahwa aku tak ingin bertemu dengan Inkyung? Aniya.. Ia bahkan tak mengenalku ataupun Inkyung. Ia melakukan hal aneh lagi.. Ia mengambil batu-batu berwarna putih lalu memasukkannya ke dalam saku jaketnya yang cukup besar. Ia memegang satu batu terakhir, lalu menyerahkannya padaku. Ia tersenyum tanpa kumengerti arti dari senyumannya.

"Mianhae.. Aku tak tahu bagaimana kau bisa mengerti, tapi.. Aku memang harus pergi… aku.. Tak mau bertemu nenek sihir yang baru saja lewat tadi! Kau lihat wajahnya bukan? Ia seperti nenek sihir hehehe.. Besok kita main lagi", ujarku bersemangat.

Eunhee tertawa kecil tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, aku menyukai caranya tersenyum, caranya tertawa, caranya menatapku. Kulangkahkan kaki ku menuju pintu kayu yang Eunhee tunjukkan padaku sebelumnya. Ia memperhatikanku. Setelah sampai diluar aku mengintipnya kembali, dan ia masih memperhatikanku. Aku tersenyum kecil. Tak lama setelahnya ia bangkit dari persembunyiannya dan membawa keranjang berisi bunga Lily yang sudah kami petik bersama. Ia melangkah pelan ke arah halaman perkebunan. Aku hendak pergi.. Tapi.. Mataku kembali terfokus padanya. Ia melakukan sesuatu.. Ia menjatukan satu persatu batu putih yang ia bawa sebelumnya dalam jarak jarak tertentu. Mataku kini menatap batu putih ditangan ku. Ia... rupanya mencoba memperlihatkan sesuatu padaku. Ah.. Aku tidak bisa pergi begitu saja kalau begini caranya, tapi.. jam tangan ku sudah menunjukkan pukul 8.30 saat ini, eotthokhe?

***

POV: Author.

"Hyung... Apa sulit bagimu hanya untuk menjawab apa noona ku berada disini?", seru Kai berkali-kali pada Kris yang masih santai saja melayaninya.

"Aku sudah jawab ada bukan?", ujar Kris tenang.

"Dimana dia hyung?", seru Kai panic sambil memperhatikan seisi perkebunan.

"Suatu tempat..", jawab Kris santai.

Kesabaran Kai mulai menipis ketika berbicara dengan Kris yang terus memutar-mutar ucapannya sejak tadi.  "Hyung! Aku tidak sedang bercanda! Aku menghawatirkan nya!", seru Kai.

"Sudah kukatakan aku sendiri yang akan mengantarkannya ke rumah mu nanti", jawab Kris santai. Ia bahkan terus mengerjakan pekerjaannya dan merapihkan tempat ia bekerja itu sambil melayani Kai bicara.

"Kau tahu kan kalau noona bukan Eunhee noona yang sama seperti dulu lagi hyung? Ia berbeda saat ini", ujar Kai lirih. Ekspresi wajahnya menggambarkan permohonan agar Kris segera memberi tahu dimana EunHee.

Kris terdiam sesaat lalu menoleh dan menatap lekat Kai. "Apapun yang terjadi padanya, aku tak pernah melihat ada sesuatu yang berbeda darinya….Bagiku, Eunhee tetap sama seperti dulu”, ujar Kris serius. Baru kali ini Kris menanggapi serius ucapan Kai. "Ia terlihat berbeda karena kau dan orang-orang di sekitar mu selalu menganggapnya berbeda…dan itu membuatnya semakin tertekan. Apa kau pikir ia bisa sembuh dengan perlakuan semacam itu?!"

Kali ini Kai terdiam karena ucapan Kris. "Kalau begitu aku yang akan menelepon polisi untuk melaporkan adanya tindakan penculikan disini!”, seru Inkyung yang tiba-tiba masuk begitu saja dan mengancam Kris.

"Maaf nona tapi toko bunga kami belum buka…silahkan anda keluar dan kembali beberapa saatlagi", ujar Kris tenang sambil menunjukkan jalan keluar pada Inkyung.

"Sayangnya aku datang kesini bukan untuk membeli bunga tuan.. Aku datang sebagai saksi bahwa kau telah menculik kakak  dari teman adikku", seru Inkyung.

"Ya! Noona! Aish Jangan ikut campur! ini bukan urusan mu!", seru Sehun sambil menarik  tangan InKyung namun yeoja itu menepisnya. "Noona!!" bentak Sehun.

"Kau diam", Bentak Inkyung balik pada adiknya.

Kris melihat Eunhee berjalan pelan menuju toko bunga. Ia berhenti tepat didepan pintu lalu ia merapihkan bunga-bunga lily yang sudah dipetiknya didalam keranjang. Kris tersenyum tenang, meski dalam hatinya ia menanyakan keberadaan Xiumin yang sebelumnya bersama Eunhee.

"Baiklah.. Kita akhiri semua ini.. Noona mu ada disana", Kris menunjuk arah di mana Eunhee berada.

Mata Kai langsung tertuju pada arah yang ditunjukkan Kris. Ia menemukan Eunhee disana. "Eunhee noona!", serunya berlari kea rah Eunhee lalu memeluknya erat. "Noona.. Kau memana saja? aku menghawatirkan mu", ujar Kai panic.

Eunhee menepuk-nepuk pundak Kai, memberi isyarat bahwa dirinya baik-baik saja. Kai melepaskan pelukannya lalu termenung memperhatikan Eunhee. Ia cukup terkejut ketika Eunhee merespon ucapannya dengan menepuk-nepuk pundaknya. Eunhee tak pernah seperti ini sebelumnya.  Biasanya apapun yang ia lakukan, Eunhee tak pernah meresponnya. Sudah dua tahun berlalu semenjak Eunhee mengalami depresi akut setelah kematian orang tua mereka.

Eunhee melangkah pelan melewati Kai dan berjalan menuju Kris. Ia meletakkan keranjang berisi bunga lily putih di atas meja kerja Kris. Ia masih memegang setangkai bunga, memegangnya erat, lalu menatap Kris seolah meminta izin untuk membawa bunga itu pulang, bunga itu adalah bunga pemberian Minseok.

Kris tersenyum tenang. "Kau tidak bisa membawa setangkai bunga itu pulang", ujarnya tenang. Sedikit ekspresi muram tergambar di wajah Eunhee ketika mendengar ucapan Kris. Kris tertawa pelan melihat ekspresi Eunhee, namun dalam hatinya ia merasa lega karena Eunhee sudah mampu merespon orang-orang di sekitarnya sedikit demi sedikit. Kris mengambil dua tangkai bunga lainnya dari dalam keranjang dan menyerahkannya pada Eunhee. "Karena kau akan membuatnya sedih kalau kau membawanya pulang sendirian", sambung Kris tersenyum.

Eunhee mengambil dua tangkai bunga lainnya yang Kris berikan. Wajahnya terlihat cerah saat itu. Hati Kris terenyuh karena sudah sekian lama ia tak melihat senyum itu. Eunhee dulu bekerja di perkebunan bunga bersama dengan Kris. Ucapan Kris yang suka tak jelas terkadang membuat Eunhee frustasi dan wajah Frustasi Eunhee itu membuat Kris selalu tertawa terbahak-bahak. "Pulanglah sekarang….Kai menghawatirkan mu sejak tadi", ujar Kris sambil menyentuh tangan Eunhee. Eunhee mengangguk patuh. Ia dan Kai pun pulang kembali ke rumah mereka yang tak jauh letaknya dari perkebunan bunga.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Kai membawa kembali Eunhee ke rumahnya, Sedangkan Inkyung dan Sehun mengantar ke duanya sampai ke rumah. Disana mereka bertemu dengan seorang anggota keluarga Eunhee dan Kai yang kini ikut membantu merawat Eunhee. Bibi Kai tersebut merawat Kai dan Eunhee semenjak kematian kedua orang tuanya, wajahnya terlihat begitu khawatir saat Kai pulang bersama Eunhee. "Omoo.. Eunhee-ah", serunya seraya memeluk Eunhee. "Dimana kau menemukannya Jongin-ah?", Tanya sang bibi.

"Ia ke perkebunan bunga…mungkin noona rindu dengan bunga-bunga itu. Tenanglah bibi Shin.. Noona tidak melakukan apapun disana", ujar Kai tersenyum.

"Syukurlah.. Bibi sudah memasak sarapan untukmu, biar Bibi membawa eunhee kembali ke kamarnya, kau makanlah dulu, ini sudah telat dari jam sarapan.. Jangan sampai kau sakit nanti", ujar bibi Shin. Ia membungkuk pada Inkyung dan Sehun, lalu pamit untuk membawa Eunhee kembali ke kamarnya.

"Kalian ingin ikut sarapan? Maaf merepotkan pagi-pagi begini", ujar Kai tak enak hati, khususnya pada Sehun yang harus terbangun di pagi buta karena dirinya.

"Gwenchana", ujar Inkyung tersenyum. Ia kemudian menggenggam tangan Kai. "Kau harus banyak bersabar menghadapi noona mu"

Sehun mengalihkan wajahnya malas melihat Inkyung yang selalu bertingkah prihatin pada Kai dan Eunhee. Ia juga tau pasti Kai memiliki perasaan pada noonanya tersebut. Ia langsung menarik Inkyung. “Ayo pulang!”, gerutunya tak sabar.

Inkyung mendengus kesal. "Araseo! Aish", gerutunya kesal. Inkyung kembali menoleh pada Kai dan tersenyum manis pada namja itu. "Annyeong", pamitnya manis. Ia pun keluar lebih dulu dari rumah Kai.

Pandangan Kai tak lepas dari Inkyung. Ia tersenyum sambil terus memperhatikan Inkyung yang baru saja keluar. Hingga ia tak menyadari bahwa Sehun masih berada di sana menatapnya dengan tatapan curiga. “M-Mwo?”

Sehun meninju pelan pundak Kai agar namja itu tersadar. "Sudah ribuan kali aku memperingatkan mu.. Ia memiliki seorang tunangan dan satu orang kekasih!. Menjauhlah darinya jika kau tidak ingin memiliki cap 'kekasih gelap' di kening mu", ujar Sehun memperingatkan Kai sebelum ia meninggalkan rumah Kai. Kai menghela nafas mendengar ucapan Sehun.

Tak lama setelah kepergian Sehun, Kai mendengar suara gaduh dari arah kamar Eunhee.

Kai segera berlari ke lantai dua rumahnya, dimana kamar Eunhee terletak. Sampai di depan pintu kamar, ia melihat Eunhee berteriak-teriak sambil memberontak. Bibi shin nampak berusaha menenangkannya, namun ia justru mendapat pukulan, cengkraman tak jarang ia juga mendapat cakaran. "Eunhee-ah tenanglah.. Sayang.. tenang..", ujar Bibi Shin dengan sabar berulang kali.

Kai segera mendekat.  Ia menjauhkan bibi Shin dari Eunhee sebelum bibi Shin terluka. Karena tenaga Kai lebih kuat, ia menahan tangan Eunhee yang terus memberontak. Ia berucap pelan. "Noona.. Hentikan.. Noona~" ucap Kai lirih. 

"AAAAAAARGGHH!!”, jerit Eunhee terus berusaha memberontak.

"NOONA HENTIKAN!!" , Kai refleks membentak Eunhee karena ia sudah tak sanggup lagi menahan yeoja itu.

Eunhee sontak terdiam. Ia menatap Kai. Matanya mulai berair dan ia menangis. Ia menjauh ketakutan dari Kai seolah adiknya tersebut adalah monster menakutkan yang berusaha menyakitinya.

"N-Noona…", ucap Kai semakin lirih. Ia menyesal atas apa yang ia lakukan.. Eunhee mundur semakin jauh darinya. Setiap Kai mencoba untuk mendekatinya, Eunhee mengeluarkan reaksi ketakutan yang semakin hebat. Kai semakin frustasi, air matanya berjatuhan setetes demi setetes "Noona... Hiks.. Noona~M-Mianhaeyo…"

Bibi Shin menghampiri Kai, ia memeluk keponakan nya tersebut. "Bersabarlah….. Lebih baik sekarang kau tak memaksanya….nanti kita kembali lagi dan mencoba bicara padanya lagi", ujar Bibi Shin sembari membawa Kai keluar dari kamar Eunhee dan meninggalkan Eunhee sendiri di kamarnya untuk sementara.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Minseok

08.55 AM

Aku menemui Kris di toko bunga. Ia mengatakan pada ku bahwa Eunhee sudah pulang dengan adiknya. Ternyata namja tadi adalah sang adik bernama Jongin. Masih kutemukan batu putih yang sama dengan yang ada di tangan ku. EunHee menjatuhkan satu persatu batu berwarna putih tersebut, setelah kuiikuti sampai batu terakhir ternyata aku berhenti didepan sebuah rumah. Ia rupanya berusaha memberi tahuku dimana ia tinggal.

Sebelum aku mengikuti batu petunjuknya, Kris sempat menceritakan padaku apa yang terjadi pada Eunhee sesungguhnya. Aku selalu berfikir hidup ku begitu berat, nyatanya ada orang lain diluar sana yang hidupnya mungkin jauh lebih berat dariku atau mungkin sama beratnya dengan hidupku. Eunhee mengalami depresi berat semenjak kematian kedua orang tuanya. Ia sering berteriak-teriak dan menurut pengakuan Kai, yang Kris sampaikan padaku, ia juga kerap menyerang orang-orang didekatnya saat ia lepas kendali. Tapi.. Ia kelihatan baik-baik saja saat bersama ku tadi.

Aku setuju dengan ucapan Kris. Menurutnya semakin Eunhee terkurung sendiri ditempat yang tak ia inginkan, maka ia tak akan pernah sembuh. Bahkan tak akan membaik sedikitpun. Sekarang aku mengerti mengapa Kris mencoba meraih Eunhee sedikit demi sedikit saat awal kami bertemu tadi. Tak ada seorangpun yang mengertahui apa yang Eunhee alami saat kedua orang tuanya tewas dan untuk meminta keterangan padanya pun sulit mengingat ia seperti itu sekarang. Mungkin aku sudah gila.. Tapi.. Aku ingin sekali melihatnya kembali normal. Aku ingin suatu hari nanti kami bisa berbincang seperti orang-orang normal. Mungkin itu juga yang Eunhee inginkan. Aku bisa membaca hal tersebut dari pancaran matanya.

Aku melihat Inkyung dan adiknya, Sehun, baru saja keluar dari rumah tersebut. Aku refleks bersembunyi ketika melihat mereka. Dari jauh, aku memperhatikan.  mereka. Nenek sihir itu tak pernah berubah sedikitpun. Caranya berpakaian, caranya bicara.. Semua hal tentang nya membuat ku muak.

Tak lama setelah kedua manusia itu pergi, aku dapat mendengar suara teriakan dari salah satu kamar di tingkat dua rumah yang tak terlalu besar ini. Itu suara Eunhee sepertinya. Mungkin disana adalah kamarnya. Aku harus memikirkan cara untuk bisa bertemu dengannya. Seandainya ada tangga untuk naik ke atas.

Aku berjalan-jalan mengelilingi sekitar rumah dengan hati-hati tangga. Mataku menemukan apa yang kucari. Sebuah Tangga. Aku mengambil tangga tersebut dan menyandarkannya pada dinding rumah itu. Ku pastikan tangga ini sudah dalam posisi aman. Setapak demi setapak, kunaiki tangga kayu yang sedikit rapuh ini. Pintu kamar Eunhee tertutup saat aku tepat sampai ke atas. Kurasa keberuntungan sedang berada di pihakku. Kulihat Jongin dan seorang wanita setengah baya keluar dari kamar Eunhee. Perlahan aku melangkah dari tangga menuju beranda kamar Eunhee. Kulihat ia menangis sambil terbaring lemah di lantai.....Apa yang terjadi padanya?

Aku mencoba membuka pintu kaca geser, namun pintu ini terkunci. Tok..tok..tokk.. Ku ketuk pintu kaca geser kamar Eunhee yang menghubungkan kamar dengan beranda kamarnya. Eunhee tak bergeming. Ia masih menangis. Sepertinya ia sama sekali tak mendengar ku. Seandainya pintu ini tak terkunci, aku pasti dengan mudah menghampirinya. Aku bersandar pada pintu kaca tersebut. Pasrah menunggu sampai Eunhee melihat ku. Lima menit berlalu semenjakaku berada disini, ia masih seperti itu juga. Sedikit mengantuk, tak sengaja tubuhku bergerak dan SREKK~~ pintu kaca bergeser karena terdorong oleh tubuh ku, chamkan.. Pintu ini tak terkunci??

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Author

05.00 PM

Baekhyun berbaring gelisah di ranjangnya. Suara ambulance terdengar begitu keras memekakkan telinga. Kedua orang tua Baekhyun termasuk berkecukupan, mungkin dapat disebut lebih dari cukup, besar rumahnya dan rumah Suho juga tak jauh berbeda. Perbedaan yang paling mencolok adalah keadaan didalam kedua rumah tersebut. Baekhyun seperti berada dikastil kosong setiap saat ia pulang ke rumah. Tak seorangpun akan menyapanya. Ayah dan Ibunya sibuk berbisnis. Sejak kecil yang sering mengajaknya bermain hanya kakaknya saja. Namun sejak dua tahun lalu, Bekhyun seperti telah kehilangan sang kakak. Ia hanya bisa berbicara dengan kakaknya melalui foto-foto yang dimiliki nya.

Bunyi ambulance di luar juga ia dengar hampir setiap tiga kali dalam seminggu. Ambulance itu dipanggil oleh kedua orang tuanya setiap kali keadaan sang kakak memburuk dan tak ada satupun hal yang bisa ia lakukan selain menunggu di kamarnya. Menunggu ucapan, "Keadaan nya sudah kembali stabil" atau mungkin suatu hari nanti ia akan mendengar ucapan "Kuharap kau bisa menerima kenyataan.. Kakakmu.. Sudah pergi untuk selamanya". Namun Ia mencoba untuk berfikir positif bahwa dokter dan perawat yang sekarang berada dikamar kakaknya itu akan berhasil menyembuhkannya. Karena selama dua tahun terakhir, hal semacam ini sudah sering kali terjadi. Baekhyun menggunakan headphone ditelinganya, menyalakan music sekeras mungkin agar ia tak lagi mendengar suara ambulance.

Baekhyun menatap foto dirinya dengan kakaknya. Ia membalik foto tersebut dan  di belakang foto itu tertulis Byun Baekhyun-Byun Minhyun. Melihat foto tersebut membuat Baekhyun semakin merindukan sang kakak. Baekhyun menulis postingan pada SNS nya.

Dreeett.. Dreeeett.. Berulang kali terdengar suara notification masuk dari handphonenya, Baekhyun mengecek account SNS nya tersebut, ia tersenyum kecil melihant kekacauan yang terjadi disana dalam waktu sekejap.

POST » Byun Baekhyun

Bogoshipeo..

REPLY» Park Chanyeol

Nado Bogoshipeo.. Yuuuyuuuu..

REPLY » Kim Jongdae

Gomawo kkkk

REPLY » Huang Zi Tao

Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir.

REPLY» Park Chanyeol

BAEKHYUN-A~ CHUKAEEEEE.. NO.1 YuuuuYuu

REPLY» Kim Jongdae

Yoo Byun Baekhyun Chukadeurimnida,No.1 Guy Kkk. Kau mau masuk tingkat 3 mana?

REPLY» Park Chanyeol

Masuk 3-1 saja.. Aku dan Jongdae akan disana, Suho hyung bilang anak dikelas itu baik.

REPLY» Kim Jongdae

Aku tak percaya pada Joonmyeon kkkk

REPLY» Xi Yi Jie

Jangan masuk 3-4 ara!!!

REPLY » Park Chanyeol

Waeyeo noona??

REPLY » Huang Zi Tao

SELAMAT MAKANNNN.

REPLY » Xi Yi Jie

Nanti kelas ku jadi berisik.. Kkkk welcome anak-anak bandit ^^

REPLY » Park Chanyeol

Nona tidak upgrade class????? Omooo wae??

REPLY » Kim Jongdae

Aisshh peraturan academy memang menjebak, upgrade class di tingkat 2, masuk semester 6 lebih dulu di tingkat 3... Lalu melalui semester 5 setelahnya, lalu kalau gagal masuk 25 besar pada smester 5 harus terperangkap 1,5 tahun di tingkat 3.. Upgrade class tingkat 2 semacam tak ada artinya lagi.. Sabar ya noona

Teman-teman Baekhyun itu begitu polos membalas postingan milik Baekhyun. Tanpa tahu pasti situasi sang pemilik sesungguhnya. "Pabo Chingudeul..", gumam Baekhyun tersenyum. Meski begitu, kepolosan teman-teman Baekhyun tersebut selalu berhasil membuat Baekhyun merasa lebih baik. Setidaknya menghilangkan rasa kesepiannya dan kesedihannya karena sang kakak yang tak jua bisa ia ajak bicara.

REPLY » Park Chanyeol

Masalahnya Micha noona masuk 25 besar Jongdae-a, no 1 bahkan.. Kalau tidak salah

REPLY » Kim Jongdae

OHHH JINCHA! CHUKAE NOONAA.... Lalu kenapa tidak upgrade class.?

REPLY » Byun Baekhyun

YOOOO PABODEUL...

HOO.. SimShimi Kau tidak upgrade class? Yeoja No.1. Kkkkk

REPLY » Park Chanyeol

Baeeeekkkkk...

REPLY » Xi Yi Jie

Aku tidak upgrade class... Kurasa aku masih betah di tingkat 3 kkk, anyway Chukae Byun Baek ^^

REPLY » Byun Baekhyun

Kau tidak sedang bercanda kan SimShimi? Kalau begitu aku akan masuk 3-4 huahahah

REPLY » Xi Yi Jie

Ku harap aku sedang bercanda T.T, kenyataanya tidak

YA!!! Jangan berani berani masuk kelas ku, aku akan menghajar mu

REPLY » Kim Jongdae

Kalau berita ini sampai ke telinga JoonMyeon hyung pasti dia juga tak mau upgrade class. Kkk Aku ikut ke 3-4.. MARI MERUSUH.

REPLY » Park Chanyeol

Sepertinya masuk 3-4 akan seru.. Hahahah

3-4 kelas Lay Hyung juga hahahaha huaaaa aku jadi tak sabar.

REPLY » Byun Baekhyun

OK CALL... 3-4, Akan sangat bahagia jika Sungchan noona juga tidak upgrade class T.T

REPLY » Huang Zi Tao

SELAMAT MAKAN.

REPLY »Xi Yi Jie

YA! Kim Jongdae.. Akan ku beri tahu Minhyo kau akan masuk sini hahah

Byun Baek .. Berhenti mengganggu hubungan Sungchan dan Oppa ku ARASEO!!

ANDWEEEE... Kalian semua jangan ganggu hidup ku.

LAY??? ia tidak upgrade class?

REPLY » Byun Baekhyun

WAE?? Aku lebih tampan dari Rusa tersesat itu..

REPLY » Xi Yi Jie

Oppa ku lebih tampannnnn...

REPLY » Kim Jongdae

Noona T.T kumohon jangan katakan apapun pada Minhyo noona

Cita-cita Lay Hyung untuk lulus cepat terhalang restu yeojachingu, poor Lay Hyung.

REPLY » Xi Yi Jie

Lay T.T.. Chakam... Tak seorang pun disini yang berteman dengan nenek sihir kan?

REPLY » Kim Jongdae

Tidak.. Tenang saja, kita bebas bergosip tentang nenek sihir itu disini hahah.

REPLY » Huang Zi Tao

Hyung, aku boleh pesan makanan lagi ?

REPLY » Kim Jongdae

Pesan lagi sana, bayar sendiri hohoho....

REPLY » Xi Yi Jie

Kalian sedang makan berdua? Romantis sekalii.. Yuuuyuuu haahah

Mana Chanyeol dan Baek? Mereka menghilang.

REPLY » Kim Jongdae

Candle light dinner hahaha..

Tadi Chanyeol di perjalanan pulang, mungkin ia sudah di rumah sekarang, Baekhyun tidur mungkin hahaha.

 

Baekhyun meninggalkan handphonenya ditempat tidur saat sang ibu masuk ke dalam kamar tersebut. Ia melepas headphone dari telinganya. Kabar buruk nampaknya akan disampaikan oleh sang ibu. Baekhyun menghela nafas mempersiapkan diri menerima apapun yang akan di dengarnya. Ia menghampiri sang Ibu di depan pintu kamar. "Hikss... Baekhyun-a hiksss", Sang ibu memeluk erat Baekhyun sambil terus menangis.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

"Eonnie.. Kau kenapa gelisah sekali sepertinya?" Tanya Yoora pada Sungchan.

"Gwenchana." Jawab Sungchan, ia mengecek handphonenya berkali-kali, tak ada pesan ataupun chat, atapun telephone dari orang yang biasa menjadi alasan handphone nya selalu berbunyi. Ting.. Tong... Bel rumah mereka berbunyi. Segera Sungchan berlari ke depan pintu rumahnya untuk membuka pintu, meninggalkan Yoora dalam keadaan heran. Clekk.. Ia membuka pintu rumahnya "Ya.. Wae..n.." Sungchan terdiam saat melihat seseorang didepan pintu bukanlah seseorang yang ia pikir akan datang sebelumnya ."Yixing.."

"Annyeong.. Kenapa menatapku seperti itu? Apa kau sedang menunggu seseorang?" Tanya Lay ikut bingung.

"Aniya.. Ayo masuk

"Ah, disini saja.. Aku hanya ingin bicara sebentar, setelah ini aku harus menemui Inkyung" Ujar Lay.

"Belum putus juga?" Tanya Sungchan santai.

"Mengapa menyumpahi ku begitu?"

Sungchan hanya membalas dengan senyuman. Ia mengajak Lay duduk pada bangku di halaman rumahnya "Apa yang ingin kau bicarakan?".

"Chanyeol dan Chen akan mengambil upgade class ke tingkat 3 semester ini.. Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Lay.

Sungchan menghela nafasnya sesaat. "Kurasa aku juga akan mengambil upgrade class tahun ini...berada didekatnya hanya kan menyusahkannya nanti... aku tak ingin ia menjadi tak nyaman dengan keberadaan ku"

"Kurasa itu yang terbaik", ujar Lay

"Bagaimana dengan mu?", tanya Sungchan.

Helaan nafas Lay juga terasa berat saat Sungchan bertanya hal itu. "Inkyung meminta ku untuk tetap di tingkat 3 agar kami bisa sekelas"

"Kau tak harus selalu mendengarkannya", ujar Sungchan tenang. "Lagipula.. Jika Inkyung sudah tak marah karena masalah ini, ia akan marah karena masalah lainnya lagi nantinya", ucapan Sungchan tak terbantahkan.  Kenyataannya, Inkyung memang akan terus menuntut Lay melakukan semua hal yang yeoja itu inginkan.

"Aniyo.. Gwenchana, aku akan mengambil upgrade class tahun depan saja,  pada tingkat 4, tak masalah.. Waktu lulus hanya akan berbeda 6 bulan", ujar Lay pasrah.

 "Terserah kau saja..", ujar Sungchan.

  "Eo??"

 "Wae?"

"Tadi aku lihat Luhan hyung melihat kesini dari jendela kamarnya?" Ujar Lay.

Sungchan melihat ke arah rumah disebrang, tepatnya ke jendela Luhan yang kini sudah tertutup. Sungchan tak melihat siapapun disana.

"Baiklah.. Aku hanya ingin mengatakan itu saja, aku pergi dulu.. Annyeong" Lay meninggalkan Sungchan, ia berjalan kaki menuju rumah Inkyung yang tak terlalu jauh dari sana.

"Hufh.. Apa-apaan rusa bodoh itu, mengapa ia terus menenerus diam saja setiap aku bersama dengan Lay, sampai kapan ia akan terus berfikir Lay masih menyukai ku". Sungchan akhirnya memutuskan untuk menelpon Luhan, meski jika ia menghubungi Luhan lebih dahulu, setelahnya Luhan akan keluar rumah lalu mengucapkan hal-hal yang menunjukkan ia mulai besar kepala karena merasa Sungchan merindukannya. "Yeoboseyo"

"Eung"

"Jawaban macam apa!! Cepat keluar! apa yang kau lakukan seharian ini didalam rumah? aku akan hitung sampai 10, kalau sampai hitungan ke 10 kau tidak mau keluar, aku akan masuk ke dalam rumah ku, lalu tidur... Bye" Sungchan bicara secepat mungkin, ia kesal bercampur khawatir sejak tadi. Sungchan kembali duduk.. 1.. 2...3...4...5...6...7..8..9..10..."10... 10.. 10...10" Sungchan beberapa kali mengulangi hitungan ke 10, ia belum juga melihat Luhan keluar dari rumahnya. "Aisshh.. Apa yang terjadi padanya" Sungchan menunduk, menatap kakinya yang sejak tadi terus bergerak gelisah. Saat ia mengangkat kepalanya kembali, ia menemukan Luhan disebrang jalan, Luhan sepertinya hendak menghampirinya, Sungchan segera berlari menghampiri Luhan.

Ia berhenti ditengah jalan antara rumahnya dan rumah Luhan. "Sepertinya seseorang sedang merindukan ku", Ujar Luhan dengan senyum bodohnya.

"Ani.. Aku tidak merindukan mu.. Aku hanya ingin bilang, tadi Lay datang ke sini. Ia hanya memberitahuku bahwa Chanyeol akan upgade class ke tingkat 3, ini artinya aku juga akan upgrade class ke tingkat 4. Aku akan masuk ke kelas mu.. Hanya itu saja.. Bye" Sungchan berbalik badan menghindari menatap Luhan terlalu lama yang hanya akan membuatnya semakin berdebar. Ia melangkah hendak meninggalkan Luhan. Sampai akhirnya ia membeku saat Luhan menarik tangannya, dan memeluknya. Luhan tak mengatakan apapun, hanya diam dan memeluk Sungchan.

 "Wae?" Tanya Sungchan pelan Ia sadar betul saat ia menatap Luhan sebelumnya, mata Luhan terlihat sembab.

 "Aniya.. Hanya ingin memeluk mu" Jawab Luhan datar.

Jelas sudah, jawaban Luhan selalu sama. Setiap kali ia bermasalah, ia akan memeluk Sungchan dan mengatakan bahwa ia hanya ingin memeluknya. Sungchan tak pernah memaksa Luhan bicara, cukup mengetahui keadaan namjachingu nya itu saat ini sudah cukup baginya. Nanti saat Luhan sudah tenang ia kan bercerita dengan sendirinya. "Anak bayi", gumam Sungchan.

"Um hihi.." terdengar suara kekehan Luhan, ia sudah membaik sepertinya.

 

☆*:.。. o)o .。.:*☆

05.30 PM         

 Kedua anak pemilik perkebunan bunga Lee Songhee dan Lee Miyoung berada didalam mobil menuju perkebunan bunga. Sebelum sampai disana, tiba-tiba saja Miyoung yang menyetir mobilnya sendiri ini, menghentikan mobilnya didepan kediaman keluarga Kim. "Ya.. Cepat turun", ujarnya pada sang adik SongHee

"Mwo? Eonnie bilang ingin ke perkebunan bunga tadi? Kenapa berhenti di depan rumah Suho oppa?"

"Dengar, appa sedang menghukumku karena aku travelling selama tiga minggu penuh. Ia menghukum ku untuk tetap di rumah dan menyerahkan urusan perkebunan pada sekretaris Kim.  Aku meminta izin padanya tadi untuk mengantar mu bertemu dengan Suho. Makanya ia mengizinkan ku keluar.. " Jawab Miyoung. Ia megacak-acak rambut Songhee ."Tolong aku sekali ini ya.. Dongsaengiee"

"Ya! Jadi kau menggunakan aku sebagai alat?! Ah..jincha! Eonnie kau tahu pasti aku tidak menyukai Suho oppa .. Kalau kau terus menggunakan hubungan ku dan Suho oppa sebagai alasan, apaa dan omma akan semakin keras ingin menjodohkan ku dengan Suho oppa! Tega sekali kau melakukan hal ini pada adik mu sendiri!", protes Songhee.

"Cih.. Ya.. Lagipula biar saja kau dijodohkan dengan Joonmyeon. Kau cocok dengan nya dan juga dengan begitu kau akan berhenti mengganggu Kris bukan?"

"Eonnniieee! KRIS OPPA NAEKOYA!!" Ujar Songhee meninggi pada Miyoung.

" Shikkeuro....Jangan terus membantah ku. Kris tidak suka anak kecil yang manja sepertimu.. Cepat sana keluar!  Nanti aku terlalu malam sampai ke perkebunan bunga dan Kris bisa jadi sudah pulang... aku ingin memberikan oleh-oleh untuknya", perintah Miyoung.

"Shireo.. Aku akan ikut kesana" Songhee tetap teguh pada pendiriannya tak mau turun dari mobilnya.

Miyoung memutar otak, bagaimana cara menendang keluar (?) sang adik dari dalam mobil. "Eo!! KRIS!!" Serunya tiba-tiba, ia hendak keluar dari dalam mobil.

 "KRIS OPPA..EODI?" Songhee kaget dengan seruan sang kakak. Ia segera membuka pintu lalu keluar, tak ingin kalah cepat dengan Miyoung. Miyoung terkekeh, ia segera menutup pintu, lalu menguncinya, Mobil Miyoung tancap gas meninggalkan Songhee.

"EONNIEEEEE!!! YAAA!!! " teriak Songhee. Ia tersadar bahwa ia telah ditipu oleh Miyoung. "Ah.. Tas ku didalam mobil, eottokhe? Aku tidak akan membiarkan mu eonnie, lihat saja nanti!", gerutu  Songhee. Ia  mengambil Handphonenya dan menekan tombol call pada nama Suho. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Suho namun tak diangkat oleh Suho. "Kemana mahluk ini.. Aisssh jinja!!"

Songhee memutuskan untuk masuk ke dalam rumah Suho. Halaman rumah Suho yang terlalu luas membuatnya harus berjalan lumayan jauh  untuk sampai ke pintu utama. Pelayan di rumah Suho sudah mengenal Songhee. Mereka selalu membiarkan setiap kali Songhee datang ke sana. Meski sebenarnya Songhee jarang masuk ke dalam, karena ia biasanya hanya meminta Suho untuk mengantarnya pulang, Ia lebih sering menunggu diluar agar tak membuang waktu. "Ya! JoonMyeon Oppaaa!!!!.."

 Salah satu pelayan menghampiri Songhee "Nona Lee.. Tuan ada dikamarnya, biar saya panggilkan"

"Aku sedang buru-buru ajuma, aku langsung keatas saja" Jawab Songhee. Ia bisa seenaknya seperti itu, karena kedua orang tua Suho memang tidak tinggal disana, jadi ia santai saja jika bertamu. "KIM JOONYEON OPPA" teriak Songhee lagi.

Suara Songhee yang terlalu keras terdengar hingga kamar Suho, membuat sang pemilik kamar terganggu dan akhirnya keluar. Suasana hatinya yang sedang kacau juga membuatnya sedikit emosi dengan kedatangan Songhee. "Bisakah kau sopan sedikit saat bertamu ke rumah orang?!" Seru Suho. Ia menghampiri Songhee yang berhenti di tengah tangga saat melihat Suho sudah keluar dari kamarnya.

"Oppa.. Aku tak punya banyak waktu, antar aku ke perkebunan bunga milik Miyoung eonnie, sekarang.. Palli" Pinta Songhee.

"Shireo...Aku bukan supir mu" Jawab Suho ketus.

 "Ya.. Apa aku perlu menelpon orang tua mu?!" Ancam Songhee.

Suho semakin emosi, "Berhenti melibatkan orang tua ku! Mereka juga sudah tahu aku tak pernah terima jika mereka terus membicarakan bahwa kita akan dijodohkan kelak ! Aku tidak peduli jika kau menyukai ku, tapi aku tidak menyukai mu.. Mian" Jawab Suho percaya diri.

"Mwo?!! Apa tidak ada kaca di  Rumah sebesar ini ?! Kau pikir kau siapa?!". Songhee menghela nafas untuk menenangkan dirinya, ia harus tenang karena ia butuh bantuan Suho untuk membalas tindakan kakaknya. "Oppa.. Aku sungguh butuh bantuan mu sekarang, jebal..." Pintanya lagi kali ini dengan nada memohon.

"Tapi aku sibuk" Jawab Suho singkat. Ia meninggalkan Songhee agar terlihat keren. "Lihat saja nanti ia pasti mengejar ku, sudah jelas ia menyukai ku, apa lagi yang mau ia pungkiri, mulai saat ini aku harus sedikit jual mahal". Pikir Suho. Ia kembali masuk ke kamarnya. Suho memberi sinyal dengan membanting pintu  kamarnya tersebut agar terlihat bahwa ia sedang kesal.

 Songhee tak bergerak naik ataupun turun satu anak tanggapun. Ia melipat tangannya di depan dada. "Ohh..gurae....apa mereka semua bersekongkol untuk menjatuhkan ku? Akan ku balas kau nanti Kim JoonMyeon", gerutu Songhee ketus. Dibandingkan naik untuk memohon pada Suho, Songhee lebih memilih untuk turun dan berniat untuk meninggalkan rumah Suho. Ia menuruni anak tangga satu demi satu sambil terus berfikir apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

05.35 PM

Micha berulang kali mengecek postingan dimana ia dan yang lain merusuh tadi. Tak ada postingan masuk dari Chen, Chanyeol, Baekhyun ataupun Tao. "Mereka sudah selesai main", gumamnya bergegas bangkit dari tempat tidurnya. Membuka jendela kamarnya dan merasakan semilir angin malam yang saat itu terasa cukup dingin dan segar. Ia melihat ke bawah dan matanya menangkap Luhan dan Sungchan terlihat sedang saling memeluk satu sama lain. Ia tersenyum tipis "Kuharap Sungchan dapat membuat Oppa merasa lebih baik". Ia kembali terdiam, tak tahu apa yang ingin ia kerjakan. Sepanjang matanya memandang, ia hanya menemukan ruangan sepi  hampir 24 jam setiap harinya. "Aku benci hari libur", ujarnya. "Ahhh.. Mengapa tiba-tiba mood ku memburuk, perasaan ku tidak tenang begini" Ia mengecek sekali lagi SNS nya dan terdapat sebuah postingan di sana:

POST » Do Kyungsoo

Apa aku se "kecil" itu di matamu?

REPLY » Kim Jongdae

NE!!!!! NE! !!! NEEEE HAHAHAHAHAHHA kau harus banyak main basket haha.

REPLY » Do Kyungsoo

=_=

Micha terkekeh. "Jongdae merusuh di tempat lain rupanya, dasar Kim jongdae", gumamnya  sambil menutup kembali jendela kamarnya dan kembali ke tempat favoritenya, Kasur. Ia ikut mereply postingan milik D.O bersama dengan Chen.. Ditambah Tao yang setiap kemunculannya selalu mereply dengan hal-hal tak penting dan tak ada hubungannya dengan apa yang orang lain bicarakan. "Kenapa perasaan ku tetap tak enak begini??"

Xi Yi Jie »» Byun Baekhyun

Ya! Byun Baek... Sudah tidur?? Kau salah minum obat? Tidak biasanya tidur cepat

Xi Yi Jie »» Park Chanyeol

Chanyeol-a sudah sampai rumah???

☆*:.。. o)o .。.:*☆

05.55 PM

Chen, Chanyeol dan Tao seperti biasanya sering berjalan-jalan keluar. Chanyeol memutuskan pulang lebih dulu karena ada hal yang ingin ia kerjakan. Sepanjang jalan tadi ia terus menjawab postingan Baekhyun sambil terkekeh. Ia berhenti menjawab saat teman-temannya mulai membicarakan Sungchan. Chanyeol membuka pintu rumah. Saat ia masuk, ia melihat Suho sedang bicara di tangga dengan seorang yeoja yang tak dikenalnya. Ia berjalan pelan dan mencolek salah seorang pelayan yang berdiri di anak tangga paling bawah. "Ajuma.. Ada apa?" Tanya Chanyeol berbisik.

"Saya juga tidak tau tuan....yang saya tau hanya nona Lee datang lalu berteriak memanggil tuan muda" Jawab pelayan tersebut.

"Nona Lee?", gumam Chanyeol terdiam sejenak. "Ah...gurae", ujarnya tersenyum.

"Saya permisi dulu.."

"Ne ajuma" Jawab Chanyeol. Karena tidak mau mengganggu, Chanyeol menunggu di sana sampai Suho dan yeoja itu selesai bicara. Sambil menunggu Chanyeol kembali mengecek handphonenya. Sekarang pada postingan Baekhyun sudah terlihat sepi. Ia melihat Micha mengirim sebuah pesan padannya. "Hahah Micha noona, ia selalu saja terlalu cepat khawatir"

    "Oppa.. Aku sungguh butuh bantuan mu sekarang, jebal..."

            "Tapi aku sibuk" Jawab Suho singkat

Yeoja itu menuruni tangga. Chanyeol masih dalam posisi membelakanginya, karena ia takut disangka menguping jika menatap ke arah tangga. Saat mendengar suara langkah kaki semakin mendekat, Chanyeol berbalik, ia membungkuk sopan tanpa mengucapkan apapun. Begitu pula dengan yeoja yang tak lain adalah Songhee. Terdapat saat dimana keduanya mengangkat wajah bersamaan setelah menunduk dan pandangan keduanya bertemu. Mata mereka sama-sama melebar saat mentap wajah satu sama lain. "Dia" Seru mereka sama-sama dalam hati.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Minseok

08.00 PM

Aku masih disini, disamping Eunhee. Sejak pagi tadi aku terus berada didalam kamarnya, ia tak bicara sedikitpun. Maka dari itu tenggorokan ku sedikit sakit akibat aku tak berhenti bicara. Aku menceritakan banyak hal padanya. Cerita masa kecil ku, cerita ku saat masih sekolah dulu dan banyak hal. Aku tak percaya dengan perasaan ini.. Tapi aku sungguh merasa sedang mengarungi hidup sesungguhnya. Sesekali Kai dan seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar ini untuk memastikan keadaan EunHee. Aku sendiri memilih bersembunyi di kolong tempat tidur ataupun lemari saat mereka masuk. Seperti yang baru saja terjadi. Jongin... Adik Eunhee masuk untuk membawakan makanan. Aku sudah mengatakan pada Eunhee, jika ia bersikap ketakutan pada Jongin, maka adiknya itu akan merasa sedih. Mungkin jika seseorang melihat ku melakukan ini, mereka akan mengatakan aku hanya melakukan hal yang sia-sia.

Tapi kenyataannya, Ketika Jongin memasuki kamar ini, Eunhee melakukan apa yang kukatakan padanya. Awalnya ia masih ketakutan, tapi saat wajah sang adik sudah pucat dan hampir menangis, diluar dugaan ia menyentuh tangan jongin, lalu memeluk adiknya itu. Seseorang yang mengalami depresi bukan berarti kehilangan hatinya bukan? Ia hanya dikuasai oleh rasa takut yang berlebihan untuk alasan yang tak semua orang ketahui. Membantunya untuk menggunakan hatinya agar suatu saat nanti hati itu akan menguasai diri nya lebih dari rasa takutnya kurasa adalah cara terbaik untuk membuatnya kembali menjadi dirinya yang sesungguhnya. Kuharap begitu.

Aku keluar dari dalam lemari. Eunhee mengarahkan pandangannya padaku. Aku tersenyum padanya "Sudah aman?" Tanya ku. Ia mengangguk. Mungkin hanya diriku yang merasakannya, tapi.. Mengapa ia terlihat semakin normal-normal saja dimataku? ia hanya tak bisa bicara. Anggaplah ia seperti gadis bisu bagiku, tapi ia merespon ku dengan baik. Ia mengerti semua ucapanku. Apa yang terjadi padanya dimasa lalu? Aku semakin ingin mengetahuinya. Ia mengambil piring berisi makanan yang baru saja diantar oleh JongIn. Ia membelah sumpitnya, mengambil sepotong kecil daging menggunakan sumpit tersebut. Lalu memakannya perlahan. "Enak? Kau harus banyak makan" Ucap ku padanya. Ia menyumpit potongan daging lainnya, tak kusangka ia lalu mengarahkannya padaku. Aku menggeleng, "Kau makan saja, aku tidak lapar" jawab ku. Jawaban ku rupanya membuat Eunhee berhenti makan. Ia ikut menggeleng. Sinar matanya seolah mengatakan padaku agar aku mau makan bersama dengannya. Daripada ia tidak mau lanjut makan karena diriku, lebih baik aku mengiyakannya saja. "Baiklah.. Tapi setelah ini kau makan lagi, ok?" Ujar ku. Aku membuka mulut ku, menyambut makanan yang ia suapkan padaku.  "Eum.. Enak sekali". Ia tersenyum.

"Noona~" Suara JongIn terdengar lagi. Gawat!  aku harus segera bersembunyi! Dengan tergesa-gesa aku kembali masuk ke dalam lemari. Clekkk.. Kulihat dari celah kecil pintu lemari, JongIn tersenyum melihat Eunhee memakan makanannya. Eunhee meneruskan makan malamnya seolah tak terjadi apapun. Ahh dia pintar juga.....JongIn menghampiri Eunhee. Tangannya membelai rambut Eunhee. "Mianhaeyo noona.....tadi pagi aku tak bermaksud membentak mu", ujarnya sedih.  Ia masih merasa bersalah atas kejadian tadi pagi. Kasihan sekali JongIn, ia pasti sangat menyangi Eunhee, ditambah lagi mereka sudah tak memiliki orang tua. Sama.. seperti diriku. BRUKK.. Tak sengaja aku menggerakkan tanganku dan tangan ku membentur permukaan lemari.. Aiissshh minseok ah mengapa kau begitu bodoh?!

"Suara apa itu? Noona tenang disini dulu, aku akan mengeceknya...sepertinya suara itu dari dalam lemari" kudengar Jongin mengucapkan itu, eotthokhe? Ia sungguh mendekat. Kulihat Eunhee mengejarnya. Ia mendahului Jongin, lalu merentangkan tangannya didepan lemari, mencegah Jongin menemukan ku. Aku memejamkan mataku pasrah. Sudah sekitar 1 menit aku terdiam sambil memejamkan mataku. Mengapa tidak ada yang terjadi? Apa Eunhee berhasil menghalangi JongIn? Kubuka pelahan mataku. Psh... Aku sudah kembali, suasana kamar ku terpampang jelas saat ini, aku kembali ke tempat ini, tempat sunyi yang begitu ku benci. Lagi-lagi Aku hanya bermimpi.. Kulirik jam dinding yang berada tepat di dinding sudut lurus dari mataku 20.10. Ini sudah malam??? Berapa lama aku tertidur?

To be continued...

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK