home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DREAM CATCHER

DREAM CATCHER

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jun 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : EXO OT12, OC
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |71547 Views |5 Loves
DREAM CATCHER
CHAPTER 1 : The Dark Paradise

As if i was as a child who doesn't know anything

I thought it was a dream so i closed my eyes and opened them again

I am standing in front of you as if i was praying

I want to walk side by side with you at least once

Just...once....

***

08.00 AM

Setiap sudut dari sudut kamar dengan tampilan elegan dan mewah ini menggambarkan kebisuan. Pancaran terik chaya matahari yang menelusup melalui jendela, juga seola tak mampu menerangi kegelapan yang menyelimuti tempat di mana aku berada saat ini. Aku terdiam sejenak....merasakan sentuhan angin membelai lembut wajahku. Namun sayangnya, hal itu tak juga membuatku merasa lebih baik. Terdapat rasa sakit di dalam sini. Mereka....orang-orang di sekitarku...kerap kali menyentuhku dan mencoba membawaku 'keluar' dari tempat ini. Aku mengerti betapa mereka merindukan kehadiranku. Tapi sayangnya...aku sudah terlalu merasa nyaman berada di sini hingga aku tak tahu kapan aku bisa mengakhiri ini semua...apakah aku bisa kembali ke tengah-tengah mereka seperti dulu? Aku tak tahu....kurasa aku sudah terjebak di sini...di surga yang penuh kegelapan ini.

"Clekkk...", Aku mendengar suara pintu terbuka. Tak lama kemudian, terdengar sepasang langkah kaki melangkah pelan ke arahku. Siapa lagi yang ingin mencoba membawaku 'keluar' dari tempat ini? Apa mereka tak juga lelah dengan ini semua?

"Minseok-ah...", terdengar suara lembut memanggil namaku. Ah...suara itu lagi....suara yang selalu menyambangiku hampir setiap pagi. Suara seorang yeoja yang pernah menjadi bagian dari hidupku. Aku bisa merasakan yeoja itu melangkah pelan mendekatiku dan aku merasakan sentuhan lembut di kepalaku setelahnya.

"Bagaimana keadaanmu hari ini?", suara itu kembali menggema di telingaku. Aku menutup rapat mataku, mencoba untuk tak menggubris suara itu. Enggan rasanya menatap wajah cantik yang sebelumnya kurindukan setiap detik dalam hidupku. Terdengar helaan nafas pelan.  

"Mengapa kau selalu seperti ini padaku? Tidak bisakah kau melupakan semua yang telah terjadi? Sudah kukatakan aku merasa bersalah bukan?", ujarnya manis mencoba meyakinkanku.  

"Kau membuat ku seperti orang bodoh. Setiap hari aku datang untuk menemui mu dan setiap saat itu pula kau memperlakukan ku seperti orang lain, semakin hari kau membuat ku.. semakin merasa aku tak mengenali diri mu", terdengar nada kekecewaan dari ucapannya. Hanya itu yang ia ucapkan berulang-ulang tanpa henti setiap kali ia menemuiku. Aku bahkan sudah dapat mengingat dengan baik setiap kata-katanya.

"Baiklah……Aku akan pergi... Tapi aku akan kembali besok", gumamnya menyerah akan penolakanku hari ini.  

Tak lama kemudian, aku merasakan sentuhan pada pipiku. Ia memberikan serangan pada pipi ku dengan bibir nya. Gadis lain mustahil melakukan tindakan seberani gadis satu itu. Ia melangkah pergi setelah melakukannya. Cih~ tak ada yang menjamin ia tak akan seberani itu juga pada namja lain.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

05.30 PM

Bangunan rumah mewah dengan halaman yang begitu luas berdiri tegak tak jauh dari bangunan sebuah Academy ternama. Pemilik rumah mewah itu dikenal sebagai salah satu orang terkaya di daerah tersebut. Kim Joonmyeon atau biasa disapa Suho, merupakan putra tunggal dari pemilik rumah mewah tersebut. Ia tinggal bersama beberapa teman-temannya yang diizinkan orangtuanya untuk tinggal di rumah mewah tersebut karena dirinya yang kerap kali merasa kesepian karena kedua orangtuanya yang selalu sibuk bekerja dan meninggalkannya sendiri di rumah mewah tersebut.

Huang ZiTao, salah satu anggota termuda yang juga tinggal di rumah Suho,  tengah berdiri di depan cermin pada kamar mandi tanpa menutup pintu kamar mandi. Berkali kali ia melakukan berbagai pose di sana. Seorang lainnya, bernama Park Chanyeol, tengah duduk di sebuah sofa yang tepat terletak bersebrangan dengan kamar mandi tersebut, mengangkat sebelah alisnya terheran-heran melihat tingkah Tao yang sudah berjam-jam di dalam kamar mandi.

"Tao-ya, kau sedang apa sih dari tadi?" Seru Chanyeol.

"Menurut kalian apa yang salah dari ku?" ujar Tao dramatis. Kim Jongdae atau  yang biasa dipanggil Chen, tengah duduk di samping Chanyeol sibuk mengganti-ganti channel televisi mencoba untuk tak menggubris ucapan Tao.

"Apanya yang salah? tidak ada yang salah sepertinya", jawab Chanyeol yang terlalu polos meladeni Tao yang sebenarnya sudah ribuan kali bertanya hal yang sama.

"Wajah ku.. apa aku kurang tampan?" Tanya Tao makin makin dramatis. "Kemarin gadis yang kusukai baru saja memiliki kekasih….kenapa dia lebih memilih pria lain dibandingkan diriku?”

Chen akhirnya gatal untuk bicara. "Tenang saja, nanti kalau kau sudah setampan diri ku, pasti banyak wanita yang mengejarmu", jawab Chen percaya diri.

Chanyeol langsung bereaksi atas ucapan Chen, ia dengan penuh semangat membenarkan ucapan Chen. "Ahhh.. benar benar…..Aku sering lihat kau dikejar kejar Minhyo noona"

"Yang itu tidak masuk hitungan", gerutu Chen sambil melemparkan tatapan ‘kau-mau-mati’ pada Chanyeol.

Chanyeol tersenyum garing menanggapi tatapan Chen. "Tapi sepertinya hanya Minhyo noona satu-satunya gadis yang mengejarmu selama ini kan?", seru Chanyeol dengan polos dan semangatnya.

“Katakan sekali lagi maka aku akan membunuhmu Park Chanyeol”, ancam Chen.

“Hehehe mian”, ujar Chanyeol sambil membuat huruf “V” dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya pada Chen, ketika menyadari aura membara dari tubuh namja itu.

Tao akhirnya keluar dari kamar mandi setelah bertapa selama berjam-jam di dalam sana. Ia kemudian terduduk di lantai dan langsung menyambar Snack milik Chanyeol. "Aku jadi lapar", gumamnya sambil menikmati snack milik Chanyeol yang direbutnya.

"Makan sana sampai 'ibu' mu pulang nanti", gerutu Chen. Tak lama kemudian, terdengar suara gaduh dari arah depan. Chen, Chanyeol, dan Tao refleks menoleh ke sumber suara. Tepat dari arah pintu muncul sosok sang pemilik rumah.

"Kalian sudah kembali? Sejak kapan? Maaf Aku terlambat", Suho masuk ke dalam kamar Tao. Ia baru saja kembali dari Jeju setelah Chanyeol menelponnya kemarin, memberi tahu bahwa mereka sudah kembali ke rumah Suho setelah masa liburan hampir berakhir. Pagi itu ia menggunakan setelan jas putih, lengkap dengan kacamata hitam ala celebrity.

"Wawww Suho hyung, Kau semakin menjadi-jadi nampaknya(?)" Seru Chanyeol.

Suho melepas jas dan kacamata hitamnya dan melemparkannya begitu saja ke tempat tidur Tao. "Ah biasa saja", ujar suho bernada merendah. “Ada berita apa saja selama aku pergi?”, Tanya Suho sembari merebahkan diri di atas kasur Tao.

"Hyung kau tahu tidak? Tao sekarang sudah tidak bodoh lagi", Seru Chanyeol tiba-tiba saja.

"Ah benarkah?", Ujar Suho menanggapi seolah ia adalah ibu dari Tao. "Kau hebat", Suho menepuk pundak Tao. "Apa semester ini Tao sudah tidak mendapat nilai E lagi?"

"Eeyy….Kalau itu keajaiban namanya Hyung, jangan berkhayal setinggi itu", sambar Chen sambil terkekeh santai.

"Lalu? Apa berita hebatnya?", Tanya Suho lagi.

"Nilai E nya Tao berkurang tapi masih ada 1", Jawab Chen santai.

"Aku hebat kan hyung? hahahahahahaha", Tanya Tao bangga sambil menepuk-nepuk dadanya.

“Hahahahahahahahhahaha”, Suho, Chanyeol, dan Chen ikut tertawa seolah turut bangga dengan ‘prestasi’ Tao.  "Ey…chakkaman....kenapa kita jadi ikut tertawa?",Ujar Chanyeol mendadak sadar ia memperhatikan semua orang dengan tatapan polos.

Selesai bercanda, Tao kembali menyambar snack, kali ini milik Chen lah yang menjadi korbannya. “Ah…aku lapar lagi”, gumamnya lemas.

“Ya! Ibumu sudah datang.. minta belikan makanan sana!", protes Chen  sambil merebut kembali snack miliknya dari tangan Tao.

"Hyung~~~", Tao menarik-narik ujung lengan baju Suho. Ia menunjuk-nunjuk Chen yang sudah mengambil kembali snack nya. Seperti anak kecil yang tengah merajuk pada ibunya. "Hyung snack~Hyung aku sedang sedih jadi aku lapar terus", pinta Tao dengan nada manja.

Suho menatap iba Tao seolah melihat anak hilang yang tak tahu jalan pulang. Ia pun duduk disamping Tao dan menepuk nepuk pundak Tao penuh kasih sayang(?). "Apa yang terjadi padamu, ceritakan pada hyung", ujarnya bijak.

"Hyung….", gumam Tao dengan nada dramatis.  "Kurasa sebentar lagi aku akan mati" ujar Tao.

Chanyeol dan Chen menatap focus Suho dan Tao seolah seperti tengah menonton sebuah mellow drama. Mereka terlihat begitu serius karena sepertinya Tao juga akan serius mengatakan sesuatu yang luar biasa pada Suho.

"Wae?", Tanya Suho penasaran.

Tao menarik nafas panjang, ia menghembuskan nafasnya sambil menundukkan kepala.  setelah itu ia kembali menatap Suho. "SUDAH AKU BILANG AKU LAPAR!!!! CHEN HYUNG MEREBUT SNACK NYA, BELIKAN AKU MAKANAN?", seru Tao.

Suho menghela nafas mendengar ucapan Tao. “Heol…arasseo…”, ujar Suho. Ia pun bergegas keluar dari kamar dengan dramatisnya sambil mengeluarkan senjata ampuhnya (dompet) menghadapi terik matahari yang sebentar lagi akan meninggi hanya demi memberi makan Tao seorang.

"Heol~" seru Chanyeol sudah tak tertarik lagi. Matanya kembali terfokus pada acara televisi yang tengah ditontonnya.

"Payah",  gerutu Chen. "Suho hyung hanya menang urusan uang, tapi ia kalah sangar dengan anak panda.. Kalau aku jadi Suho Hyung, sudah aku usir keluar Tao dari sini, ini kan rumahnya", bisik Chen pelan pada Chanyeol seperti layaknya ibu-ibu yang tengah bergosip.

Tao berdiri lalu berjalan keluar dari kamarnya. "Nanti hubungi aku kalau Suho hyung sudah bawa makanan", ujarnya santai.

"Kau mau kemana?" Tanya Chen dan Chanyeol bersamaan.

"Cari udara segar", jawab Tao sambil berlalu pergi.

“YA TAO-YA! CHAKKAMAN! KAMI IKUT!”, seru Chen sambil mengajak Chanyeol mengikuti Tao.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

06.00 PM

Tao berjalan mendahului Chanyeol dan Chen. Di malam yang begitu dingin, ia masih meratapi yeoja pujaan hatinya yang baru saja memiliki kekasih. Ditatapnya bulan yang bersinar begitu terang. "hufhh", gumamnya lemas.

"YEEEEEIII!!", Chen bersorak gembira setelah melihat nilainya melalui smartphone miliknya. "Chanyeol-ah.. Lihat, aku peringkat 24!! Bukankah itu artinya aku bisa upgrade class?". Seru Chen pada Chanyeol. Sejak pagi tadi mereka berdua sibuk diminta oleh Tao untuk mengurusi nilai Tao, sehingga keduanya belum melihat nilai mereka sendiri. "Cepat lihat milikmu, mungkin kau lebih tinggi", desak Chen.

"Ok..", Chanyeol langsung mengecek website academy melalui ponselnya. Ia menemukan namanya berada pada urutan keenam dari dua ratus siswa pada tingkat dua. "Maldoandwee.. No 6", gerutu Chanyeol.

"Ah jincha? Aiisshh sial mengapa tinggi sekali?", keluh Chen.

"Eiii.. Gwenchana…peringkat dua puluh empat tidak terlalu buruk", ujar Chanyeol menyemangati Chen.

Mendengar teman-temannya bernilai baik membuat Tao semakin tak bersemangat hidup. Pada tes masuk Academy dulu, Tao meraih peringkat 197 dari 200 orang yang diterima. Semester ini setelah mendapat pelajaran intensif dari Suho, Chen, Lay dan Chanyeol, Tao berhasil naik ke peringkat 150 dari 200 siswa pada tingkat satu. "25 dan 150 terasa begitu jauh", gumam Tao lemas.

Chanyeol dan Chen merangkul pundak Tao. Mereka mencoba memberi semangat pada anggota termuda dari team mereka ini. "Tao-ya.. Kau masih semester satu…masih ada semester dua.. Sampai nanti semester tiga, kau sudah bisa meng-upgrade class jika kau masuk dua puluh lima besar. Dalam satu semester saja kau bisa naik empat puluh tujuh peringkat…semester tiga nanti bukan tidak mungkin kau jadi nomor satu!. Bukankah begitu Jongdae-ah?", ujar Chanyeol riang.

"Jangan berharap terlalu tinggi begitu juga", ujar Chen pelan menghancurkan aura positif yang coba dibangun Chanyeol.  Ia lalu tersenyum tulus untuk menyemangati Tao "Tapi…Bagaimanapun nanti, yang pasti selama satu tahun kedepan, kami berjanji akan membantu mu, kau harus bersemangat!!",  seru Chen.

Tao terharu atas perlakukan Chanyeol dan Chen. Ia pun meneteskan air matanya secara dramatis sambil menatap mata Chanyeol dan Chen bergantian. "Gomawo hyungdeul… hikss, aku tak tahu lagi bagaimana kalau tidak ada kalian", sambil memeluk Chanyeol dan Chen bergantian.

“Aish sudahlah”, gerutu Chen sambil mendorong Tao agar menjauh darinya. Tak lama kemudian, ketiganya berhenti didepan danau. Seperti biasanya danau tersebut terlihat sepi, hanya terdapat beberapa orang disana. Tao terdiam, ia membaca sebuah batu yang bertuliskan tentang mitos dari danau tersebut:

Find your Love..

Jika sepasang manusia melemparkan batu dalam waktu yang bersamaan ke dalam danau secara tak disengaja, maka mereka akan berjodoh kelak. Orang pertama yang melihat pasangannya setelah menyadari mereka melemparkan kedua batu, maka ia adalah pihak pertama yang akan jatuh cinta pada pihak yang lainnya.

      

"Tao-ya.. Tak usah dibaca, mitos itu hanya bualan", Chen mencoba meyakinkan Tao bahwa mitos tentang danau jodoh itu tak benar adanya. "Gara-gara aku dan Minhyo noona tak sengaja melamparkan batu ke danau secara bersamaan, sampai saat ini Minhyo noona mengejar-ngejar diriku. Ia begitu yakin bahwa aku adalah jodohnya”, gerutu Chen.

"Mungkin dia memang jodoh mu kelak", sambar Chanyeol. Chen langsung menghantarkan tatapan petirnya pada Chanyeol. "A.. Eu.. Mian.." Seru Chanyeol terbata. Ia kemudian terdiam sejenak sambil menatap tulisan pada batu tersebut lalu menghela nafas. Wajahnya terlihat sedikit muram.

Chen mengamati perubahan ekspresi pada wajah Chanyeol. “Ya..gwenchana?”, Tanya Chen sambil menepuk pundak Chanyeol.

“Eo gwenchana….Jongdae benar Tao-ya….itu hanya mitos belaka…tak usah dipikirkan…sudahlah, kita pulang saja..aku lapar”, ajak Chanyeol.

"Hyungdeul pulang duluan saja…aku mau main disini sebentar", ujar Tao sambil berjalan memasuki kawasan danau meninggalkan Chen dan Chanyeol begitu saja.

"Gurae.. Jangan main dengan hantu-hantu disini Tao-ya, araseo?!", seru Chen memberi saran yang sungguh tak masuk akal

"Psh.. Saran mu selalu terdengar tak enak Jongdae-ah ahahah! khaja..", ujar Chanyeol. Ia dan Chen pun berjalan meninggalkan tempat tersebut. Chanyeol sesekali menatap ke belakang. Ia pribadi sebenarnya pernah mengalami hal yang sama seperti Chen tiga bulan yang lalu. Namun hingga saat ini ia belum pernah bertemu lagi dengan Yeoja yang pernah melemparkan batu secara bersaamaan dengannya waktu itu. Jauh didalam hatinya ia percaya suatu saat nanti ia akan bertemu lagi dengan yeoja itu.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

06.15 PM

"Kau dimana?"

"Lihatlah dengan mata hatimu, maka kau akan menemukan dimana pangeran tampan yang kau cari berada kkk"

"sshhh mwoya!"

Yoora mematikan ponselnya. Sebelumnya, Ia sengaja meminta Kris, kakaknya untuk menurunkannya sebelum sampai rumah. Ia sudah berjanji pada seorang namja bahwa namja itu akan menjadi orang pertama yang ia temui saat ia kembali ke Korea. Yoora berjalan menelusuri sekitaran danau dan ia  tersenyum tipis, saat ia menemukan namja yang ia cari. Namja itu melihat ke arahnya juga dengan ekspresi yang sama, namja itu sudah melihat Yoora sejak tadi. Ia hanya sengaja bermain-main dengan Yoora dengan tidak memberi tahu keberadaannya. "Annyeong" Sapa namja itu riang.

"Ya! Oppa sudah melihat ku sejak tadi kan?", seru Yoora ketika ia dan namja itu akhirnya bertemu.

"Tentu saja hahahah", Jawab namja itu santai.

Yoora menggembungkan pipinya sebal. Ia kemudian menghempaskan dirinya dan duduk disamping namja itu. Ia kemudian mengambil sebuah batu dan hendak melemparkan batu tersebut ke danau yang berada dihadapan mereka saat itu. Tangan namja itu menahan Yoora. "Ya!Yoora-ya…..Jangan melempar sembarangan, kau lupa mitos yang berada di danau ini?"

"Ya! Byun Baekhyun.. Aku tidak percaya dengan mitos dan semacamnya" Jawab Yoora santai.

Takkk.. Namja bernama Baekhyun itu memukul pelan kepala Yoora. "Ya! Oppa-ya Oppa! Kau lebih muda dariku satu tahun", protes Baekhyun.

"Habisnya Oppa kekanakan sekali! Masih saja mempercayai mitos semacam itu! huh", gerurutu Yoora sambil menepis tangan Baekhyun. Ia bangkit dari kursi kayu tempat mereka duduk dan melemparkan batu kerikil ke tengah danau. Gluppp... Glupp..

 "Oppa lihat kan? Tak ada yang terjadi", ujar Yoora santai. Yoora kembali duduk disamping Baekhyun. Mereka sempat berbincang beberapa saat ditempat itu sekedar melepas rindu karena sudah lama tak bertemu. Tiba-tiba saja Yoora melihat bayangan seorang namja dari balik pohon. Matanya membelalak dan bulu kuduknya berdiri. Wajah namja itu pucat dan terdapat lingkaran hitam pada kantung matanya. Yoora refleks berteriak, "AAAAAAAAAAA~~~~", Tanpa pikir panjang, ia menarik Baekhyun pergi dari sana, keduanya berlari sangat cepat seperti dikejar hantu.

Yoora dan Baekhyun berlari cukup jauh dari sana. Nafas mereka saling berpacu. Baekhyun menahan Yoora agar tidak lari lagi. "Ah., huhh.. Aku lelah..Kenapa tiba-tiba mengajakku berlari? Ada apa huh?", protes Baekhyun yang kelelahan.

"Aku melihat hantu Oppa.. Aku yakin itu hantu! wajahnya pucat.. Lingkar sekitar matanya menghitam seperti panda, persis sekali seperti hantu di film-film", seru Yoora menjelaskan masih dalam keadaan panik.

"Ahh…..gurae", gumam Baekhyun tenang. Namun beberapa saat kemudian ia menyadari Yoora baru saja membicarakan tentang hantu. "Eo? Tadi kau bilang apa? Hantu? Hntu? Hantu? MWO HANTUUUUU AAAAA~~", Baekhyun menarik Yoora kembali berlari ketakutan.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

06.15 PM

Meski sudah mendapat pasokan semangat dari kedua Hyung nya, namun Tao tak juga merasa lebih baik. Malam itu, ia memikirkan tentang Yeoja pujaannya juga tentang masa depan prestasinya di Academy. Ekspresi wajahnya pun semakin pucat seperti kehilangan semangat hidup (?). Ia iseng mengambil sebuah batu kerikil didekatnya "Apa mungkin aku akan bertemu jodohku dengan jalan semacam ini?", gumamnya sambil berbicara pada batu di tangannya. Ia melemparkan batu tersebut jauh ke tengah danau. GLUP.. Terdengar suara batu miliknya masuk ke dalam danau, hanya berbeda sepersekian detik saja bunyi, GLUPP.. Lainnya terdengar. Tao mematung mencerna apa yang terjadi.  Hal itu berarti ada orang lain yang melemparkan batu disaat yang bersamaan dengannya. Ia saat ini tengah bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Karena penasaran, ia mengintip dari balik pohon tersebut dan melihat seorang yeoja yang baru saja melemparkan batu ke dalam danau bersamaan dengannya.

"Oppa lihat kan? Tak ada yang terjadi", ujar Yeoja itu santai pada namja yang tengah duduk di kursi di pinggir danau.

Tao terpaku memperhatikan yeoja tersebut. Sampai pada akhirnya, yeoja itu juga melihat ke arahnya secara tak disengaja. Ekspresi yeoja itu tiba-tiba saja berubah ketakutan. "AAAAAAAAA", serunya seperti melihat hantu. Yeoja itu menarik tangan Namja yang sejak tadi bersama nya, lalu berlari terbirit-birit menjauh dari danau tersebut.

"Kenapa ia berlari begitu?",  Tanya Tao pada dirinya sendiri.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

06.30 PM

Kris dan Sungchan turun dari mobil. Sungchan dan kakak sepupunya Kris, baru saja pulang dari berlibur ke China. Kris membantu Sungchan mengeluarkan barang-barangnya dari dalam bagasi mobil. Sekilas dalam pandangan Kris, ia melihat Luhan keluar dari rumahnya yang berseberangan dengan rumah Kris. Ia melihat Luhan tersenyum begitu melihat Sungchan. "Dasar" seru Kris pelan.

"Kenapa Namja itu?" Seru Sungchan tak peduli.

"Begitulah" Jawab Kris santai.

"Begitu apanya?", Tanya Sungchan pada Kris.

"Ya begitu", jawab Kris lagi sambil berdiri terdiam.

"Kita menunggu apa? Kenapa tidak segera masuk?", Tanya Sungchan pada Kris.

"Menunggu ilham", Jawab Kris asal. Ia kemudian duduk di salah satu kursi di halaman rumahnya dan Sungchan duduk disamping kirinya.

“Hoaaahm…”, Sungchan menguap karena ia sedikit bosan.

Luhan tersenyum tenang ketika menghampiri Kris dan Sungchan. "Annyeong", sapa Luhan tersenyum manis.

"Aku masuk duluan", gumam Kris sambil tersenyum tenang. Ia merogoh kunci rumah pada sakunya, membuka pintu lalu membawa beberapa koper dan segera masuk ke dalam. Ia keluar lagi setelah lima menit kemudian untuk membawa koper Sungchan. "Biaya pacaran di sini, satu  jam 5000 won", ujar Kris datar sebelum kembali masuk ke dalam rumah,

"Hahahaha" Luhan tertawa lebar mendengar pernyataan Kris.

"Sana pulang, nanti kau diculik", ujar Sungchan pada Luhan.

"Hahaha... Bagaimana liburan mu? Menyenangkan?", Tanya Luhan.

"Eum tapi aku lelah" Jawab Sungchan,

"Arasseo…Beristirahatlah kalau begitu", ujar Luhan tersenyum.

"Makanya kau pulang sana", perintah Sungchan sambil merogoh-rogoh ranselnya seperti mencari sesuatu. Sungchan menemukan apa yang ia cari, dengan cepat ia mengeluarkan benda itu, lalu memberikannya pada Luhan. "Bye" Ia terburu-buru masuk ke dalam rumah setelahnya.

Luhan memperhatikan Sungchan sampai pintu rumah Sungchan tertutup. Ia membuka kotak kecil berisi sebuah gelang bertuliskan: "Baby Deer" dengan lambang hati. Luhan tersenyum menatap benda itu.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

06.30 PM

Tak ubahnya seperti Chanyeol, Chen dan Tao, Lay (  Zhang Yixing ) juga salah satu teman Suho yang menumpang tinggal dirumah Suho. Ia baru saja kembali dari China, kampung halamannya. Semua pelayan di kediaman Suho selalu menyapa ramah teman-teman Suho.

"Anda sudah kembali tuan Zhang?", Sapa salah seorang pelayan tua disana.

"Ne ahjuma, dimana yang lain? Sepertinya sepi sekali hari ini", Tanya Lay bingung karena susana rumah begitu sepi, tak seperti biasanya.

"Sebagian sedang pergi keluar,. Hanya Tuan muda yang ada di kamarnya, ia masih belum keluar sejak sore tadi", ujar pelayan tersebut.

"Ah…Begitu rupanya….kamsahamnida", ujar Lay  sambil membungkuk sopan lalu berjalan menuju kamarnya. Ia membereskan beberapa barang, lalu menuju ke kamar Suho, untuk memberitau bahwa ia telah kembali.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

06.30 PM

Suho tengah duduk di depan layar komputernya. Ia me-refresh berkali kali halaman website yang sedang ia buka. Ia sedikit tak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya. Namanya berada di urutan ketiga dari dua ratus siswa pada tingkat tiga, Hong Music & Art Academy. “Sial..”, gerutunya pelan.

Disaat bersamaan, Lay muncul dari balik pintu kamar Suho. Ia sedikit terkejut ketika melihat ekspresi tak mengenakkan tergambar di wajah Suho."Eo? Kau baik-baik saja?"

Suho menoleh pada Lay yang sudah sampai didepan pintu kamarnya. "Kau tidak mengetuk pintu?", ujarnya sedikit ketus, berbeda dengan Suho yang Lay kenal selama ini.

"Ne? Mian.. Tapi aku sudah berkali-kali mengetuk pintu, tapi kau tidak menjawabku, dan pintu ini... Memang tidak tertutup sejak tadi”, ujar Lay.

Suho menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya sejenak, "Ah.. Mianhae".

"Gwenchana.. Aku hanya ingin memberi tahu saja kalau aku sudah kembali. Maaf mengganggu, aku akan kembali ke kamar.. Annyeong", ujar Lay, lalu namja itu langsung pergi ke kamarnya.

Suho menghela nafas setelah kepergian Lay.  Ia sekali lagi me-refresh halaman website yang sama, tentunya hasil tersebut juga tidak berubah. Ia bangkit dari kursi tempat ia duduk sebelumnya, lalu balik menghampiri Lay ke kamarnya yang terletak berseberangan dengannya. "Kau sibuk? Bisa aku bicara sebentar?", tanya Suho ketika ia tiba di depan pintu kamar Lay yang juga memang tak tertutup.

"Aniyo.. Masuklah, wae?", Jawab Lay ramah.

Suho menghempaskan dirinya pada Sofa di kamar itu. Ia menjulurkan tangannya pada Lay, mengajak namja itu bersalaman. “Chukkahae”, ujar Suho.

"Wae? Sepertinya hari ini bukan ulang tahunku", Tanya Lay bingung.

Suho kemudian menyerahkan selembar kertas pada Lay. "Semester ini kau menjadi peringkat dua di angkatan kita", ujarnya.

"Jincha?! Kau tidak bercanda?", seru Lay tak percaya. Ia mengambil kertas dari tangan Suho dan memerhatikannya baik-baik. "Kau…di peringkat tiga?" Tanya Lay hati-hati sekaligus tak percaya.

Suho menghela nafas lalu mengangguk pelan, "Aku sudah berusaha semampu ku, begitulah hasilnya", jawab Suho mencoba menerima kekalahannya.

"Chamkaman", ujar Lay yang kemudian mengeluarkan laptop dari dalam tasnya. Ia menyalakan laptop tersebut dan segera mengecek nilainya sendiri. Pada bagian beranda website tersebut hanya ada urutan siswa dari masing-masing tingkatan (1-4) namun untuk detail nilai masing-masing memerlukan login dari setiap siswa. "Kau mencetak nilai mu?"

Suho mengangguk, ia memberikan hasil nilai yang sudah dicetaknya pada Lay. Lay memperhatikan detail informasi pada kertas itu dengan seksama. Nilai di setiap class yang diikuti Lay dan Suho semuanya sama, hanya satu class yang membuat nilai Lay lebih unggul dari suho, yaitu kelas Bahasa China. Lay tak mengatakan apapun pada Suho yang sudah melihat nilai itu lebih dulu. "Hanya berbeda sedikit, sayang sekali ya" ujar Lay pelan. Ia mencoba menghibur Suho yang biasanya selalu meraih peringkat pertama di Academy milik Ayahnya sendiri itu.

"Kau akan naik ke tingkat 4?", Tanya Suho. "Kau masih memiliki 1 kali pilihan untuk upgrade class bukan?"

"Ne.. kurasa aku akan mengambilnya lagi, mungkin dengan begitu aku juga bisa lulus lebih cepat, hitung-hitung mengurangi biaya yang akan dikeluarkan oleh orang tua ku", ujar Lay.

"Kurasa aku juga akan mengambilnya..", Jawab Suho.  "Kita bisa satu kelas lagi"

"Ne.. Di tingkat 4 nanti kau pasti mengalahkanku lagi seperti biasanya", Jawab Lay yang masih tak enak hati karena peringkatnya lebih tinggi semester ini.

“Tak usah menghiburku…nan gwenchana..”, ujar Suho bergegas bangkit dari sofa. “Aku mau mencari yang lainnya…kau mau ikut?”

Lay terdiam sejenak. Ia terlihat sedikit ragu. “Aku ingin sekali…tapi yeojachinguku sudah menungguku”, ujarnya.

“Yeojachingu? Kau punya yeojachingu? Kenapa tak memberitahuku?”, seru Suho terkejut.

“Kupikir kau tak akan tertarik mendengarnya hahahaha….”, ujar Lay tertawa hingga menunjukkan lesung pipi di wajahnya.

“Apa aku mengenalnya?”, Tanya Suho.

“Ah..itu….m-molla…sepertinya tidak hehe”, gumam Lay.

“Ah..gurae..chukkahae…”, ujar Suho santai.

“Ya! Apa aku boleh menumpang sampai halte bus? Aku berjanji bertemu dengannya di sana”, Tanya Lay hati-hati.

“Eung….gurae…aku akan bersiap-siap dulu”, ujar Suho bergegas keluar dari kamar Lay.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

HONG MUSIC N ART ACADEMY'S RULE:

Siswa semester 1 dan 2 (Tingkat 1) akan melewati semester secara normal. Ketika mereka mencapai semester tiga, mereka masuk ke dalam siswa Tingkat 2 , jika ia termasuk dalam peringkat 25 besar pada angkatan/tingkat yang bersangkutan, ia bisa mengambil upgrade class (melewati semester 4) untuk naik ke tingkat 3 (semester 6). Siswa upgrade class akan mengambil Tingkat 4 (semester 5 & 6) sebelum menyelesaikan pendidikan mereka. Kesempatan upgrade class dapat dilakukan 2x. Tingkat 1 dan 3 tetap harus dijalani selama 1 tahun penuh.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

07.45 PM

Seorang yeoja berparas cantik, berambut hitam legam tengah berdiri di halte bus. Sesekali ia mengecek ponselnya. Ia seperti tengah menunggu seseorang. “Kenapa lama sekali?”, gerutunya. Tak lama kemudian, Di hadapan matanya sebuah mobil mewah melaju mendekat ke arahnya. Ia mengenali mobil tersebut. "Suho oppa? aiissshhh", gerutu yeoja itu. Ia  pun segera bersembunyi.

Mobil Suho berhenti tepat didepan halte bus. Suho dan Lay turun dari mobil tersebut untuk menunggu yeojachingu Lay. "Mana yeojachingu mu? Kau bilang ia sudah menunggu"

"Molla, tadi ia berkata begitu..", ujar Lay sambil memperhatikan sekitarnya. Tak lama kemudian, ia merasakan ponselnya bergetar dan terdapat sebuah pesan singkat di sana:

From: Oh Inkyung

"Aku hanya ingin bertemu namjachingu ku, mengapa kau membawa orang lain bersama mu :(, kau tidak mengerti aku merindukan mu huh oppa"

Lay tersenyum tipis membaca pesan itu. Ia merasa yeojachingunya itu sangat lucu. Ia malu untuk menemui Lay karena Lay datang bersama Suho. "Suho-ya, kau tak keberatan untuk pulang lebih dulu? Aku.. Akan menunggu yeojachingu ku disini sendiri saja", ujar Lay.

"Gwenchana?", Tanya Suho khawatir.

"Ne..", jawab Lay tersenyum.

"Baiklah.. Annyeong", sapa Suho sebelum ia kembali masuk ke dalam mobilnya dan bergegas pergi.

Tak lama setelah kepergian Suho, Lay merasakan seseorang memeluknya dari belakang. "Ou.. Kamchagiya!", serunya. Lay kemudian tersenyum saat melihat bahwa Inkyung lah yang baru saja memeluknya. Ia segera berbalik badan untuk menyapa yeojachingu nya yang selama beberapa hari ini tak ditemuinya akibat kepulangannya ke China untuk menemui keluarganya ketika liburan semester kemarin.

"Oppa bogoshippoyeo", ujar Inkyung manja sambil menunjukkan aegyo nya.

"Nado bogoshippo, bagaimana keadaan mu?", Tanya Lay.

"Buruk tanpa Oppa",ujar Inkyung sambil menggembungkan pipinya. "Oppa pergi lama sekali, membuatku bosan setengah mati menunggu Oppa"

"Aku tetap mengirim pesan padamu setiap hari", ujar Lay. Senyum tak henti tergambar di wajahnya, menunjukkan lesung pipinya yang terlihat manis.

Inkyung mengalungkan tangannya pada lengan Lay sembari mengajaknya berjalan. "Oppa pikir semua pesan itu bisa menggantikan kerinduan ku pada Oppa?! Mustahil", rajuknya.

"Araseo.. Araseo.. Yang penting sekarang aku disini", ujar Lay tersenyum.

"Oppa.. Aku punya kejutan untuk Oppa", ujar Inkyung.

"Apa itu?", Tanya Lay penasaran.

"Aku masuk 25 besar pada tingkat dua semester ini!.", Seru Inkyung bangga.

"Ara…kau di peringkat Sembilan matchi? aku melihatnya tadi sebelum aku kemari", ujar Lay bersemangat.  "Chukahaee….Oh Inkyung jjang!", serunya sambil bertepuk tangan tak henti memuji Inkyung, hingga akhirnya ia terdiam saat Inkyung mengungkapkan sebuah pernyataan.

"Itu artinya kita bisa satu kelas di semester baru.. Aku ingin sekali satu kelas dengan Oppa". Rajuk Inkyung. Namun Lay terlihat membisu setelah mendengar ucapan Inkyung. Inkyung memperhatikan Lay yang mendadak terdiam. "Waeyo? Oppa tidak mau sekelas dengan ku ya?"

"B-Bukan begitu..Apa... Apa kau sudah melihat peringkat di tingkat tiga?", Tanya Lay.

"Eo! Majjayo! aku belum melihat peringkat Oppa! ahh mianhaeyo…..Aku tak sempat melakukannya….Oppa mendapat peringkat berapa?" Tanya Inkyung.

Lay menghela nafas mendengar jawaban Inkyung. "Peringkat dua" Jawab Lay. "Dan aku berencana untuk.."

Inkyung menghela nafas lalu mendorong pelan Lay.  "ARA!", seru Inkyung tiba-tiba. "Oppa juga ingin upgrade class bukan? Oppa tak mau sekelas dengan ku!!", seru Inkyung kesal. Ia segera memanggil taxi dan pergi begitu saja meninggalkan Lay.      Lay terdiam karena semua kejadian itu terasa begitu cepat. “Aku bahkan tidak dapat ucapan selamat", gumamnya sedih.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Minseok

Keesokan Harinya…

 07.00 AM

Aku merasakan kehangatan menerpa wajahku. Sepertinya pagi sudah kembali datang. Mengapa pagi datang begitu cepat? Aku membencinya. Terkadang.. Alam mimpi dan tidur ku lebih nyaman dari sinar matahari yang begitu mengganggu. Semua terasa lebih indah ketika mataku terpejam.

"Minseok-ah~~",  Suara itu terdengar lagi. Yeoja itu lagi….ia bahkan datang sepagi ini, saat tubuhku masih melekat erat pada tempat tidur ini. Wajah ku masih pucat dan berantakan. Apa mungkin ia memang bahagia melihat seseorang ketika ia berada dalam keadaan buruk? Aku menyesal harus mengenal seseorang seperti yeoja itu. Lain kali, aku harus memastikan dengan siapa aku bertemu, sebelum aku terikat dan mati di tangan orang itu.

Dapat ku dengar langkah kakinya mendekat ke arahku. Kututup mataku rapat. Kumohon….kedua mataku…tetaplah tertutup rapat dan biarkanlah aku kembali ke alam mimpiku yang jauh lebih baik dibandingkan harus melihat yeoja ini!.

"Minseok-ah.. Ireona.. Aku tahu kau tidak tidur", desak yeoja itu.  Aissshhh mengapa aku masih bisa mendengar suaranya? Mengapa aku belum tidur juga? Wae?  menyebalkan!

****

07.10 AM.

Aku tak tahu apa yang terjadi dan sudah berapa lama aku terpejam. Namun bisa kupastikan kini aku tak lagi mendengar suara yeoja itu.  Apa ia sudah pergi dari kamar ku? Ah..syukurlah…..Aku merasakan hawa sejuk menerpa tubuhku dan wangi embun pagi menyapa hidungku. Aku membuka mataku secara perlahan. Aku berada disini lagi. Di tempat yang sama.. Tempat favorit ku setiap pagi, dimana aku bisa mencium wangi bunga-bunga yang bermekaran, dan embun pagi yang begitu sejuk.

Aku berdiri dari kursi kayu tempat ku duduk saat ini. Aku melihat seorang namja yang bekerja di padang bunga ini, yang selalu kulihat setiap pagi.  Setiap pagi, namja itu selalu membuka pagar perkebunan tersebut. Ia sering mengizinkan ku masuk meski perkebunan belum dibuka untuk umum. “Annyeong”, aku menyapa namja itu ramah.

"Ah.. Kau sudah berada disini lagi?", gumamnya tenang saat melihat ku. Penampilan namja ini sedikit membuat ku iri. Berdasarkan pengamatanku, Tinggi namja ini hampir mencapai 190cm. Dia tampan, kulitnya putih bersih dan selalu berpakaian rapi.. Jangan salah sangka, aku bukan jatuh cinta padanya, hanya saja.. Aku berfikir, jika aku memiliki wajah dan postur tubuh sebaik namja ini, mungkin aku tak akan merasakan bagaimana rasanya dikhianati yeoja yang kucintai. Hey! Yeoja mana yang mau mengkhianati dan menyia-nyiakan namja tampan sepertinya? Jika ada, ia pasti yeoja yang bodoh sekali.

"Ne.. Ya..Kris-ah, Perkebunan bunga belum buka?", aku merespon pertanyaannya.

"Psh…Pikir saja sendiri..kau bahkan datang lebih pagi dari sebelumnya", Jawabnya cuek.

Ah aku lupa mengatakan bahwa Kris adalah nama namja ini. Perkebunan ini bukan miliknya, tapi milik salah satu rekan bisnis ayah ku Tuan Lee Sooman(?) yang dikelola oleh anak pertamanya yang bernama Lee Miyoung.  "Aku tidak melihat mu selama seminggu terakhir ini….aku jadi tidak bisa masuk ke perkebunan, aku hanya memiliki sedikit waktu untuk bermain…aku tidak bisa datang siang hari, ataupun sore", ujarku memprotes absennya Kris selama beberapa hari terakhir ini. Karena hal itu, aku jadi harus terkurung di dalam kamarku bersama yeoja menyebalkan itu.

"Aku baru kembali dari China…Semua orang akan melakukannya jika liburan tiba. Memangnya kau tidak pergi ke suatu tempat untuk berlibur?", Tanya Kris sambil berjalan memasuki perkebunan.

Aku hampir lupa.. Tak ada hari libur untukku, setiap hari akan terasa sama saja. "Ah, mian…aku lupa…banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan. Aku tak memiliki waktu libur".

"Aishh..Busy man..baiklah.. Aku ke dalam dulu…apa kau bisa membantuku memetik beberapa bunga lily yang sudah mekar? Hari ini banyak pesanan bunga lily putih", ujar Kris.

"Eiiii.. Kau bahkan tak menggaji ku", ledekku.

"Ah.. Mian, lupakan hehe…aku akan melakukannya sendiri", ujar Kris bergegas melakukan pekerjaannya.

"Hahah.. Santai saja…aku hanya bercanda! berikan keranjang bunga dan guntingnya padaku", seruku bersemangat.

"Kau akan melakukannya? Aku tadi hanya bercanda", gumam Kris datar.  Terkadang sulit bagiku membedakan kapan ia bercanda dan kapan ia serius hahah! tapi ia teman yang menyenangkan.

"Apa aku terlihat bercanda? Aku suka mencabut bunga yang sudah mekar", ujarku beralasan. Paling tidak ada yang bisa kulakukan untuk Kris yang sudah berbaik hati mengizinkanku ‘bermain’ di tempat ini.

“Gurae”, ujar Kris sambil  memberikan keranjang dan gunting yang kuminta. "Ingat! Memotong…bukan mencabut! Kau bisa merusak bunga-bunga itu kalau  kau mencabutnya", ujar Kris memperingatkanku.

"Aiisshh! Arasseo! Flower boy! ahhahaha", balasku. Tak lama kemudian, seorang yeoja berpakaian putih, dengan rambut yang sedikit berantakan dan wajahnya sedikit pucat lewat dihadapan kami.  Ia terdiam sejenak. Ia terlihat tengah memandangi bunga-bunga yang sedang bermekaran. Lalu  ia tersenyum.. Manis.. Ahhh apa yang kupikirkan, eum.. Tapi wajah yeoja itu memang cantik, ia hanya sedikit berantakan.  "Siapa dia?" Tanya ku pada Kris.

"Kim EunHee..", jawab Kris terpaku melihat yeoja itu, sama seperti diriku. Seulas senyum tipis tergambar di wajah Kris ketika menatap yeoja bernama Kim Eunhee tersebut. Aku memperhatikan Kris dan Eunhee bergantian. Ada yang lain dari cara Kris menatap yeoja itu. Kris kemudian berjalan pelan menghampiri Eunhee. Semakin dekat dengan Eunhee, langkah Kris semakin pelan hingga akhirnya ia menghentikan langkahnya dan memberi jarak antara dirinya dan Eunhee. Eunhee sedikit mundur seperti ketakutan saat Kris mendekat, mungkin itu alasan Kris memberi jarak pada Eunhee. “Pagi…Eunhee-ah”, sapa Kris ramah. Aku memperhatikan keduanya dari kejauhan.

Yeoja itu sangat aneh. Sesaat setelah Kris menyapanya, ia memperhatikan sekitarnya seperti semakin takut dan panik, ada ada dengannya? Ia seperti ingin berlari pergi namun tak tau kemana ia harus pergi.

Kulihat Kris mengulurkan tangannya pada Eunhee. "Aku berjanji tak akan memberi tahu siapapun bahwa kau di sini…Yakseok", ujar Kris berbicara begitu pelan pada Eunhee. Eunhee terlihat sedikit ragu, namun secara perlahan, sebuah senyum tipis tergambar di wajahnya yang terlihat pucat dan lelah. "Apa kau mau berkeliling melihat perkebunan? Hari ini banyak bunga Lily yang bermekaran",  Tawar Kris padanya. Eunhee mengangguk mengiyakan ajakan Kris. Ekspresinya berubah cerah ketika ia mendengar ucapan Kris. Nampaknya, ia menyukai tawaran Kris, meski masih tergambar rasa takut dalam gerak geriknya yang terus melihat kesana kemari. Perlahan tapi pasti Kris meraih tangan Eunhee dan membawa yeoja itu berjalan dengan langkah yang pelan menuju ke arah ku.

 "Eunhee-ah…ini...eum?" Kris ingin mengenalkan ku pada Eunhee. Ia terdiam karena.. Aku belum pernah menyebutkan nama ku sebelumnya.

Aku tidak bisa mengatakan namaku yang sebenarnya, karena aku ingin hidup menjadi orang lain diluar tempatku biasa terkurung. Apa yang harus ku katakan? "Xiumin.. Nama ku Xiumin", ujar ku mengucapkan namaku dalam bahasa Mandarin yang sempat kupelajari sedikit demi sedikit. Kris sedikit terkejut ketika mendengar namaku. Ia pasti berpikir bahwa aku berkewarganegaraan Cina seperti dirinya. Namun ia tak terlalu mempermasalahkan hal itu.

"Ah.. EunHee-ssi ini teman ku…Xiumin. Ia.. juga tidak akan memberi tahu siapapun kau ada disini, benar begitu bukan?".Kris menatap ku memberi kode meminta ku menjawab iya.

"Eum.. Ne! Aku tak akan memberi tahu siapapun.  Kau tak perlu takut, aku bahkan akan menyembunyikan mu jika nanti ada yang mencari mu", seru ku bersemangat. "Ayo mencabut bunga bersama"

"Memotong", ujar Kris meralat ucapanku.

"Memetik heheheh",  Jawab ku. Aku menarik tangan Eunhee cepat, lalu memberikan keranjang bunga pada Eunhee.  Kami lalu berjalan bersama menuju perkebunan bunga yang begitu luas. Hari ini kami akan mencabut.. Ah ani.. memetik bunga Lily bersama.

***

POV: Author

07.30 AM

Dua orang namja terlihat tengah berjalan bersama menuju perkebunan. Keduanya berhenti di depan perkebunan bunga, mencoba melihat-lihat keadaan disana dari jauh.

"Kau yakin noona mu ada disekitar sini?", tanya salah seorang namja bernama Oh Sehun dengan nada malas pada sahabatnya, Kai. “Hoaaahhm”, Sehun menguap. Pagi ini, Kai membangunkannya secara paksa, meminta bantuannya untuk mencari kakaknya yang hilang.  Mata Sehun belum terbuka sepenuhnya. Demi mengalihkan rasa kantuk yang masih melandanya, ia mengunyah roti dan membawa susu kotak ditangannya.

Kai terlihat begitu panic. Ia juga masih mengantuk seperti halnya Sehun, namun ia tak mungkin membiarkan noona nya berada di luar rumah sendirian. "Molla, Perasaan ku mengatakan ia mustahil pergi terlalu jauh dari rumah”, ujar Kai sambil mengintip dari ambang pintu gerbang perkebunan. "Haruskan kita bertanya ke dalam?", Tanya Kai pada Sehun yang masih asyik menikmati sarapan kilatnya.

"Terserah", gumam Sehun sambil duduk di trotoar jalan. Ia menutup matanya malas, sambil meneruskan menghabiskan sarapan paginya.

"Ya! Oh Sehun.. Bagaimana mungkin kau makan sekaligus tidur dalam keadaan duduk dipinggir jalan begitu?", seru Kai menggeleng melihat tingkah Sehun. "Tunggu aku disini, aku akan bertanya ke dalam"

"Eo…ppali~~", jawab Sehun santai. Kai bergegas memasuki perkebunan dan meninggalkan Sehun begitu saja. Dreettt.....tak lama kemudian, Handphone Sehun bergetar. Sehun meletakkan kotak susu di samping tempatnya duduk, lalu mengangkat telephonenya. "Yeoboseyo..", jawabnya malas.

"YA OH SEHUN!! $^$$§»$«€₩$^€[[=^$»€₩£$`$]~~~~~~~", Suara seorang yeoja terdengar di seberang telepon, terdengar memekakkan telinga, membuat Sehun refleks menjauhkan handphonenya dari telinga.

"Ya! Inkyung Noona pulang saja sendiri! aku sedang bersama Kai.. Bye", seru Sehun memutuskan sambungan telepon begitu saja tanpa menunggu jawaban kakaknya. "Siapa yang menyuruh mu menyambangi kediaman orang setiap pagi.. Cih..menyusahkan saja”, gerutu Sehun.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

07.30 AM

"Eumm.. Wanginya enak sekali, aku jadi lapar", gumam Luhan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah. Ia hanya mengenakan celana pendek selutut tanpa memakai baju. Ia mengusap-ngusap rambutnya dengan handuk seraya mendekati Ibunya yang sedang memasak. "Eomma saranghaeyo", ujar nya manja sambil memeluk ibunya dari belakang.

"Aigooo.. Uri adeul! cepat masuk kamar dan pakai pakaian mu.. Kau sudah besar sekarang! nanti adik mu melihat", ujar sang Ibu sambil mengusap pipi anak sulungnya itu.

"Tak ada sejarahnya rusa pakai baju eomma", sambar seorang yeoja lainnya. yang merupakan adik Luhan, yang berjalan santai memasuki dapur. Ia membuka kulkas untuk mencari makanan, tapi karena merasa tak ada yang menarik ia menutupnya lagi.

"Ya Xi Yijie a.k.a Xi Micha, Biar saja aku tak pakai baju! tubuh ku atletis! Igo bwa!" seru Luhan sambil memperlihatkan perutnya yang sixpack dengan bangga.

"Apanya yang atletis? tubuh mu seperti triplek", Jawab Micha cuek.

“Whoah…ige yeojaya…jincha”, gerutu Luhan. Ia kemudian mendekati kulkas dimana Micha berdiri didekatnya. Ia kemudian menyenggol adiknya dengan sengaja, sebelum mengambil susu dari dalam kulkas dan meneguknya pelan. "Itu lebih baik daripada tak tumbuh tinggi semejak lulus sekolah dasar", balas Luhan tak mau kalah.

Plakk.. Micha memukul pundak polos kakaknya. "EOMMAAAA~~!! Oppa terus menghina ku", adu Micha pada sang ibu.

"Kau yang mulai duluan!!", balas Luhan.

"Ini masih pagi.. Jangan berkelahi! Micha-ya cepat mandi! Dan kau Xi Luhan, cepat masuk ke kamar mu dan pakai pakaianmu”, ujar sang ibu tegas.

"Ne Eomma", Jawab Micha dan Luhan patuh. Mereka saling melirik sebal, lalu pergi ke tujuan masing-masing.

Ibu Luhan dan Micha memperhatikan kedua anaknya, sampai betul-betul menjalankan apa yang ia perintahkan tadi. "Mereka sudah 22 dan 21 tahun.. Tapi tak berubah sedikitpun ckckkc.."

***

Luhan memasuki kamarnya dan mengambil T-shirt putih bergambar baby spiderman. Ia menyalakan Laptop setelah mendapatkan pesan dari Sungchan bahwa nilai semester lalu sudah keluar. Ia tak berhenti berdoa sebelum membuka nya. Jika Luhan masuk peringkat 25 besar di tingkat 4 ini, maka ia tak harus melanjutkan semester 8 dan bisa langsung mengurus kelulusannya. Aturan ini berlaku karena Luhan baru 1 kali mengambil upgrade class pada tingkat 2 dulu. Ia sempat gagal masuk 25 besar pada tingkat 3, sehingga sisa upgrade class Luhan bisa digunakan untuk lulus pada semester 7 di tingkat 4. Luhan, yang sebelumnya bersemangat setelah mendengar teman sekelasnya Kris meraih peringkat 25, yang artinya Kris bisa lulus semester ini jika ia mengambil sisa upgrade class nya ini, mendadak terdiam ketika melihat namanya terletak pada urutan "26".

            "Oppa.. Sudah jam berapa ini? Aku tidak lihat kau pegang buku sejak tadi.. Kau hanya terus bermain game, lihat saja nanti kalau aku masuk 25 besar dan kau gagal maka aku dan kau akan sekelas semester depan, kau akan merasa seperti tak naik kelas kalau kau sekelas dengan adik mu sendiri" – Micha -

  

Kata-kata Micha dulu mulai terdengar menusuk saat ini. Dua bulan lalu, Luhan mengacuhkan ucapan adiknya tersebut. Ia tak banyak belajar ketika akan menghadapi tes semester dan hanya terus bermain. Luhan melihat urutan siswa tingkat 3 dan dengan mudah menemukan nama sang adik di sana karena namanya yang terletak pada peringkat pertama. Ucapan Micha, kembali terngiang di telinganya:

            "Oppa.. Tahun depan appa akan pensiun.  Kita harus lulus secepat yang kita bisa, dengan nilai yang baik, sehingga nanti kita bisa menggantikan appa bekerja, Appa sudah tidak muda lagi….sebagai seorang anak sudah saatnya kita memberikan kehidupan yang lebih baik untuk Eomma dan appa"

 "Chukahaee.. Dongsaeng-ah…selamat datang di tingkat 4", gumam Luhan lemas pada layar laptopnya. Micha wajarnya akan lulus 1 tahun setelah Luhan, namun jika ia mengambil upgrade class tahun ini, ia akan lulus bersamaan dengan Luhan, atau jika ia tidak mengambil tahun ini tapi mendapat peringkat 25 besar tahun depan, ia akan lulus hanya berselang 6 bulan dari Luhan. Tapi mustahil ia mengambil tahun depan, karena artinya ia harus melewati 1 1/2 tahun pada tingkat 3.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Minseok

07.45 AM              

Aku menarik tangan EunHee untuk memetik bunga lily yang sudah mekar. Ia tak banyak merespon ku. Wajahnya tetap terlihat takut, meski sesekali ia tersenyum melihat bunga-bunga yang bermekaran disekitarnya. Yeoja ini... Bisu. Tapi apa hanya sekedar itu? Sesuatu dimasa lalu mungkin telah terjadi padanya, sehingga ia menjadi Yeoja yang seperti ini. Kris juga terus meyakinkannya bahwa ia tak akan memberi tahu keberadaan Eunhee pada siapapun. Apa seseorang sedang mengejarnya? Siapa? Mengapa? Dan untuk apa?

Tap.. Kurasakan jari telunjuknya menyentuh lengan ku. Interaksi pertamanya terhadap ku.. DEG.. Mengapa jantungku berdebar begitu cepat? "W-Waeyo?", Tanya ku pelan. Mungkin mengikuti apa yang dilakukan oleh Kris adalah jalan terbaik untuk berinteraksi dengan Eunhee.

Ia tidak mengatakan apapun, tentu saja.. karena ia bisu. Ia menunjuk setangkai Lily putih yang sudah mekar. Aku tak mengerti apa maksudnya, tapi mungkin ia meminta ku memetiknya. "Kau ingin aku memetik ini?"      

Ia mengangguk mengiyakan. Ah.. Ia mengerti kata-kataku ternyata…karena sejak tadi pandangan matanya tak pernah terfokus, jadi kupikir ia tak mengerti kata-kata ku, ternyata aku salah. Aku memotong bunga lily tersebut dan kuserahkan padanya. "Untukmu", ujar ku padanya. "Aku bekerja tanpa dibayar….jadi Kris pasti mengizinkan aku memberikan setangkai bunga padamu", ujarku.

Ia tersenyum tipis.  Melihatnya tersenyum, tanpa kusadari, aku ikut tersenyum. Ia mengarahkan pandangan matanya padaku dan menatapku... "Aku bisa memberi bunga pada mu setiap pagi.. Tapi.. Kau harus datang kesini! Kita.. bisa bermain-main di padang bunga.. Berlari... Berbaring ditengah sana, menghirup aroma bunga yang menenangkan", ujarku bersemangat. Aku tak tahu sejak kapan aku menjadi begitu banyak bicara seperti ini. Mungkin.. karena Eunhee tak bisa bicara, aku jadi harus berbicara lebih banyak darinya.  "Apa kau akan datang untuk bermain esok hari?"

Ia menunduk sambil lagi-lagi memperhatikan sekitarnya. Tiba-tiba ia panik dan bersembunyi dibelakangku.  "Wae?" Tanya ku lagi. Tak mengerti dengan sikapnya. "Euhh.. Euh.. Eung", Hanya rintihan-rintihan ketakutan semacam itu yang dapat ku dengar. Dari kejauhan terlihat seorang namja dengan kulit sedikit gelap melintas masuk ke dalam perkebunan. "KRIS HYUNGG!!", ia berlari dalam keadaan panik. Ia melihat ke arah kami, tapi aku buru-buru berjongkok.. Bersembunyi diantara bunga-bunga Lily bersama EunHee untuk menghindari ia melihat kami.

Eunhee tak bisa tenang, ia terus menerus merintih seperti ingin menangis. Aku tak tega melihatnya. Kuberanikan diri untuk memeluknya dan menepuk-nepuk pundaknya. "Jangan panik.. Tenanglah.. Kita hanya sedang bermain petak umpet, jika kita bersembunyi dengan benar.. Maka tak akan ada yang menemukan kita, aku akan membantu mu untuk bersembunyi", ujarku mencoba menenangkannya.

Ia mulai terlihat tenang. Kami duduk lebih santai diantara bunga lily Tak lama kemudian, ia menyandarkan kepalanya pada pundakku dan tangannya mencengkeram erat pakaian ku seolah ia sangat takut aku pergi dari tempat ini.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Author

08.00 AM         

Sehun nyaris tertidur di trotoar jalan akibat terlalu lama menunggu Kai. Tak lama kemudian, sebuah taxi melintas dan berhenti tepat di depannya. "Ya! Oh Sehun!", seru Inkyung begitu ia keluar dari dalam Taxi. Ia berjalan cepat menuju Sehun, ia begitu emosi dengan adiknya ini. Sementara Sehun hanya menatap malas InKyung.

"Wae! Aku tidak tuli, pelankan suara mu noona", ujar Sehun malas.

"Psh! Aku memintamu menjemputku dan kau menolak dengan alasan kau sedang bersama dengan Kai? Apa Kai lebih penting dari ku?!", bentak Inkyung.

"Eo! Kau pikir saja sendiri", Jawab Sehun cuek.

"Ya!", Bentak Inkyung kesal.

"Kai itu sahabat ku.. dan kau.. Kau bisa pikir sendiri sebutan apa yang pantas untuk dirimu…arasseo? Bye", ujar Sehun tenang. Ia kemudian berdiri dan melangkah masuk ke dalam perkebunan. Ia malas menghadapi Inkyung. Suara Inkyung yang memekakkan  telinganya membuatnya seperti berada di samping speaker saat konser music rock berlangsung. Inkyung adalah kakak biologis Sehun, namun kebiasaannya yang selalu marah dan merajuk tak karuan membuat Sehun tak betah berada di dekatnya.

"Ya! Oh Sehun tunggu" Inkyung mengikuti Sehun masuk ke dalam perkebunan.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Luhan tak menyentuh sarapannya. Ia berfikir keras untuk mengatakan kepada kedua orang tuanya mengenai peringkat yang didapatkannya. Di samping kanannya sang adik sedang memainkan game di handphonenya. Micha hanya ikut duduk di meja makan, namun anak itu tak pernah sarapan pagi. Kedua orang tua Luhan sudah hampir selesai dengan sarapan pagi mereka.

"Kau tidak makan Luhan? Kau bilang kau lapar tadi",  Tanya sang ibu.

"Eum.. Aniyo.. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu", ujar Luhan.

"Ada apa dengan mu? mengapa terlihat sedih begitu?", Tanya sang ibu khawatir.

Luhan memelankan volume suaranya, "Aku…meraih peringkat 26", gumamnya tertunduk lesu.

"Ahh.. Jincha? Chukahaee, anak eomma pintar sekali" Puji Ibu Luhan, ia menyenggol suaminya untuk memberi semangat pada Luhan.

Namun Ayah Luhan merespon lain. "Jadi kau gagal lulus semester ini?", ucapnya dingin.

"Jangan berkata seperti itu….Anak kita sudah bersusah payah mendapatkannya. Peringkat 26 dari 200 itu sudah cukup baik", bela sang ibu. Beliau menggenggam tangan Luhan. "Gwenchana, kau sudah berusaha keras sayang…tak masalah lulus semester depan, teman-teman mu yang lain juga pasti seperti itu.. Hanya 25 orang saja yang lulus lebih dulu, jangan memikirkan nya terlalu keras"

"Kau terlalu memanjakan anak-anakmu! Bahkan jika mereka mendapat peringkat terbawah pun kau juga akan tetap membela mereka! Dan kau Xi Luhan.. Kau anak pertama dan anak laki-laki satu-satunya.. Tapi kerjaan mu hanya bermain terus menerus! Usiamu sudah 22 tahun! Kau bukan lagi anak bayi yang harus terus bersembunyi dibalik ibu mu!", seru sang Ayah.

Luhan dan Ibunya terdiam, mereka tak berani menjawab ucapan sang Ayah. Suasana di ruang makan sontak berubah canggung. "M-Mianhae…Appa..", ujar Micha yang sejak tadi diam, mencoba mencairkan suasana".

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK