home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DREAM CATCHER

DREAM CATCHER

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jun 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : EXO OT12, OC
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |71545 Views |5 Loves
DREAM CATCHER
CHAPTER 35 : The White Lily (2)

POV: Author.

Dengan perasaan tidak menentu, Inkyung menghampiri meja dimana sang Ayah duduk bersama seorang namja yang amat sangat dikenalnya. Ia membungkuk sopan sebelum duduk di hadapan namja tersebut, di samping sang Ayah. "Minseok Oppa eodieyo?" Tanya Inkyung tak bersemangat. Kedua namja yang sedang bersamanya saat ini menatapnya heran.

Sang Ayah mengelus kepala Inkyung. "Minseok sedang ada urusan dengan Baekhyun, ia pergi pagi-pagi sekali. Kenapa kau menanyakan nya anakku?"

"Minseok Oppa yang mengundang ku kesini Appa", Jawab Inkyung ketus.

"Ah.. Gurae. Appa memang menyuruhnya menelpon mu tadi, tapi appa lah yang sebenarnya mengundang mu. Appa juga yang mengundang Yixing ke sini", Ujar Tuan Byun sambil menunjuk Yixing.

"Annyong Oppa" Sapa Inkyung kaku, tak menatap Lay.

"Eoh.. Ne.. Annyeong Inkyung-ah", Jawab Lay. Ia heran mengapa Tuan Byun mengatakan ia adalah Ayah dari Inkyung, padahal sebelumnya ia mengatakan ia adalah ayah Baekhyun. Baekhyun juga yang sebenarnya mengundang Lay pagi itu. Lay juga heran mengapa sosok Baekhyun tidak terlihat sama sekali. Lalu apa hubungan Minseok, tunangan Inkyung dengan tuan Byun? Tuan Byun memberi kode pada pelayan untuk segera membuatkan pesanannya, karena mereka akan mulai sarapan yang sudah telat itu. Selama menunggu sampai pesanan diantarkan Tuan Byun membuka pembicaraan ditengah suasana yang canggung antara Inkyung dan Lay saat itu. "Jadi sebelumnya kalian adalah sepasang kekasih?"

DEG.. Pertanyaan Tuan Byun membuat Inkyung dan Lay terkejut. Kedua insan ituhanya terdiam tak tahu harus menjawab apa. Tuan Byun menunggu jawaban dari mereka, tapi tak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Ia tersenyum tenang memulai menceritakan apa yang ingin sekali ia sampaikan pada Inkyung dan Lay.

 "Pertama.. Tentunya aku akan menjelaskan status ku dulu disini. Aku akan berbicara sebagai ayah dari Inkyung dan juga Minseok"

"Ayah Inkyung? Ayah Minseok? Mungkinkah Inkyung dan Minseok adalah saudara dan selama ini? aku salah paham atas hubungan mereka? Maksud ku Inkyung sengaja membuat ku salah paham agar ia bisa pergi dari ku? Tapi mengapa Inkyung melakukannya?", Berbagai pertanyaan yang tak terucap itu muncul dalam pikiran Lay.

"Harus ku beritahu pada mu, Yixing-ah.. Inkyung dan Baekhyun.. Keduanya adalah anakku"

"Appa cukup! Appa tidak perlu menjelaskan apapun pada Lay Oppa! Aku sudah tidak berhubungan dengannya dan aku akan tetap menikah dengan Minseok Oppa! Jadi semua ini tidak penting untuk diketahui ataupun dijelaskan", Suara Inkyung meninggi meluapkan emosi yang sejak tadi ditahannya. Tuan Byun menggenggam tangan anak wanitanya satu-satunya itu."Baekhyun, Minseok dan Sehun yang meminta ku untuk melakukannya. Appa mengerti kau pasti menolak, tapi sebagai Ayah yang baik, Appa akan berpihak pada mayoritas anak-anakku terlebih dahulu. Kau tenanglah.. Setelah ini, appa akan mengabulkan apapun yang kau pinta sebagai balasannya"

"J-Jweiosonghamnida.. Tuan, Kalau memang Inkyung tidak berkenan, tidak masalah bagi ku. Inkyung memang benar.. Kami sudah tidak berhubungan lagi. Semua ini adalah kesalahan ku. Maaf telah lancang menjalin hubungan dengan Inkyung" Ucap Lay membungkuk sopan.

Tuan Byun terdiam memperhatikan Lay dengan seksama. Seulas senyum tipis lalu tergambar di wajahnya. "Sekarang aku mengerti mengapa putriku satu-satunya ini sangat mencintaimu”, ujar Tuan Byun tenang.

"Appa!!"

"Pelankan suara mu anakku. Kau bicara pada Ayahmu", Tuan Byun tertawa sambil menatap anak nya Inkyung. Ia lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Lay. "Ia mirip sekali dengan ibunya. Ah.. Aku akan melanjutkan cerita ku. Kau juga harus mendengarkan ini Inkyung-ah, karena Appa juga belum pernah detail menceritakan hal ini pada mu" Ujar tuan Byun. Meski wajahnya tertekuk kesal, Inkyung mulai tenang dan bersedia mendengar cerita Tuan Byun.

"Yixing-ah, seperti yang ku ucapkan pada mu sebelumnya. Aku adalah Ayah dari Baekhyun, Inkyung, juga Sehun. Kau mungkin kaget karena Inkyung dan Baekhyun berusia sama. Inkyung lahir lebih dulu dari Baekhyun di tahun yang sama, namun di bulan yang berbeda. Tapi yang perlu kau ketahui.. Mereka bukan anak kembar", Jelas Tuan Byun. Ia menarik nafasnya sebelum melanjutkan ceritanya. "Ini semua mungkin adalah suatu aib bagi ku. Karena kebodohan dan keserakahanku…maka semua ini terjadi. Ibu dari Baekhyun adalah Istri sah ku. Tentunya itulah mengapa semua orang hanya tahu bahwa diriku adalah ayah dari Baekhyun. Sedangkan Ibu dari Inkyung sendiri.. adalah seorang yang sangat.. Kucintai tapi ia tak bisa kumiliki karena suatu hal”

Lay tersentak kaget. Ia sama sekali tidak menyangka hal seperti ini sungguh ada. Inkyung sendiri menunduk. Ia merasa malu Lay mengetahui bahwa ia adalah anak hasil perselingkuhan Ayah Baekhyun dengan Ibu nya. "Saat itu aku menikah dengan Ibu dari Baekhyun karena perjodohan yang diajukan oleh kedua orang tua kami untuk memperlancar bisnis mereka. Tidak ada pilihan lain bagi ku selalin menjalani pernikahan itu. Ditambah lagi yeoja yang dijodohkan dengan ku juga ternyata adalah seorang yeoja yang amat sangat baik. Seorang yeoja yang tak pernah sekali pun melawan ku. Ia sopan, cantik dan baik hati. Tapi hati ku tak bisa berbohong bahwa aku tidak mencintai nya. Dengan bodohnya aku juga tetap berhubungan dengan Ibu dari Inkyung meskipun aku telah menikah saat itu. Sampai saat kedua anak ku lahir di tahun yang sama dari dua wanita yang berbeda. Aku menyembunyikan hubungan kami, bahkan hingga dua tahun lamanya setelah Ibunya Inkyung melahirkan Sehun yang juga anakku. Aku menyayangi ketiga anakku. Beberapa tahun kemudian aku mengangkat Minseok sebagai anakku."

Tetesan demi tetesan air mata Inkyung mulai membasahi pipinya. Ia hanya tahu selama ini sang ayah tidak mau mengakuinya karena sang Ibu hanyalah yeoja dari kalangan rendahan, bukan yeoja kaya raya seperti Ibu Baekhyun.

"Setelah mereka mulai beranjak dewasa, aku mulai merasa kehidupan yang Inkyung dan Sehun dapatkan sama sekali tidak adil dengan Baekhyun dan juga Minseok. Saat mereka, Inkyung dan Baekhyun berusia 10 tahun, kuputuskan untuk mengakui yang sesungguhnya pada istriku. Ku bawa Inkyung dan Sehun masuk ke dalam rumah ku. Istri ku begitu terpukul. Ia bahkan sempat dirawat selama tiga bulan di rumah sakit". Kesedihan mulai terbaca di wajah Tuan Byun ketika beliau mengingat hal itu. "Tapi.... Ia sama sekali tidak membenci ku. Ia tetap meminta ku untuk  menjadi suaminya demi Baekhyun. Ia bahkan berjanji akan menyayangi Inkyung dan Sehun seperti ia menyayangi Minseok dan Baekhyun. Aku menyadari.. Yeoja yang ku nikahi ternyata seseorang berhati malaikat.. Seseorang yang tidak seharusnya aku hianati seperti ini. Aku berbicara pada Ibu dari Inkyung untuk mengakhiri hubungan kami mulai saat itu. Aku akan tetap membiayai kebutuhan Inkyung dan Sehun tapi tidak untuk terus bersamanya. Empat tahun setelahnya, ia pun menikah dengan orang lain yang sekarang mungkin kau ketahui sebagai tuan Oh. Ayah angkat dari Sehun dan Inkyung. Meskipun begitu... Sejujurnya jauh dilubuk hati ku, aku hanya mencintai dirinya. Aku melepaskannya hanya karena merasa tak adil telah menyakiti yeoja sebaik istri ku."

Tangis Inkyung semakin terisak. Ia sama sekali tidak mengetahui Ayah dan Ibunya ternyata saling mencintai. Inkyung selalu menuntut sang Ayah untuk mengakuinya di depan public sampai ia rela dijodohkan dengan Miseok tanpa mengetahui betapa sulit situasi sang Ayah untuk memenuhi tuntutan Inkyung.  Rangkulan hangat diberikan Tuan Byun pada pundak Inkyung. "Aku mengabulkan permintaan Inkyung karena aku sangat menyayangi Inkyung dan Sehun secara berlebihan. Aku menjodohkan Minseok dengan Inkyung agar dapat lebih mudah bagiku untuk mengakui Inkyung sebagai anak ku tanpa masalah. Orang-orang akan berfikir ia adalah menantuku. Tanpa sadar, aku telah memprioritaskan Inkyung diatas segalanya, termasuk anak ku Baekhyun. Hingga pada akhirnya aku membuat kesalahan besar lainnya karena hal itu. Anak itu... tumbuh dengan perasaan ia hanya memiliki seorang Ibu. Ia juga kehilangan satu-satunya 'ayah' baginya yaitu, kakak angkatnya, Minseok. Karena semenjak Minseok bertunangan dengan Inkyung ia juga lebih banyak membela Inkyung dibandingkan dengan Baekhyun. Ia menjadi anak yang keras kepala demi mencari perhatian yang tak pernah ia dapatkan lagi. Aku mulai membencinya karena tingkah brutalnya itu tanpa menyadari bahwa ia bersikap seperti itu juga karena diriku", Tuan Byun yang terus berusaha kuat pun akhirnya meneteskan air matanya.

"Hikkks.. Hikss..", Inkyung berulang kali mengusap air matanya. Ia juga sudah menyadari sakit hati yang Saudara tirinya, Baekhyun rasakan selama ini. Kalau bukan karena bertemu dengan teman-teman seperti Chanyeol, Chen, dan Kyungsoo dan juga jatuh cinta pada yeoja seperti Micha, mungkin Baekhyun akan terus menjadi brutal seperti sebelumnya. Ia sangat menyesal membenci Baekhyun dan iri pada anak itu selama ini.

Pelan tangan Lay menggapai tangan Inkyung dan menggenggamnya. Lay menunjukkan senyum dan lesung pipi manisnya untuk menenangkan Inkyung.

 "Aku tak menyangka hal seperti ini terjadi pada orang-orang yang berada di dekat ku selama ini. Aku mengenal Baekhyun sebagai anak yang ceria. Tidak pernah sedikitpun terpikir di pikiran ku ia mengalami keadaan hidup yang berat. Ada untungnya juga ia menyukai yeoja yang memperhatikannya dengan penuh kasih sayang seperti YiJie. Syukurlah hubungan mereka sekarang telah membaik", ujar Lay pada Tuan Byun. "Benar bukan Inkyung-ah?"

Tuan Byun menatap sedih Inkyung sambil terus merangkulnya. "Semua ini seperti keajaiban bagi ku. Melihat anak-anakku sekarang dapat hidup berdampingan. Walau perasaan gagal tetap kurasakan sebagai seorang ayah sampai sekarang",ujar Tuan Byun menatap tangan Inkyung dan Lay yang saling terpaut di atas meja makan restaurant. Ia menangkupkan tangannya diatas tangan Inkyung dan Lay, mempererat pegangan tangan inkyung.

"Maka dari itu.. "

Lay dan Inkyung menatap Tuan Byun intens.

"Aku ingin kalian kembali menjalin hubungan kalian.. Aku tidak ingin anakku Inkyung menikah dengan Minseok hanya karena Minseok adalah sosok yang baik baginya. Banyak orang baik yang dapat kau temui di dunia ini. Tapi tidak semua dapat kau cintai dengan sepenuh hati mu. Aku tidak ingin kesalahan besar yang ku perbuat terulang pada anak-anak ku kelak. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan mu Yixing-ah.. Tapi sebagai ayah dari Inkyung, aku yakin bahwa kau adalah pria baik yang mencintai dan mau menerima putriku apa adanya. Aku ingin memohon langsung kepada mu untuk menjaga gadis kecil ku ini. Aku tahu ia hanya mencintai mu. Aku bisa melihatnya dari caranya ia menatapmu”

"Tapi appa..hikss Minseok Oppa..", Selak Inkyung. Tuan Byun memotong ucapan Inkyung. "Minseok memintaku  untuk menghubungi nya setelah kau bicara dengan ku.. Ia bilang ada hal penting yang harus ia katakan pada mu", ujar Tuan Byun bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan beberapa langkah sampai di dekat Lay. Ditepuk nya pundak Lay. "Tolong bujuk putri ku.. Aku telah memberi mu kesempatan, jangan sia-siakan hal itu karena aku tak akan memberikan kesempatan kedua", Canda tuan Byun sambil mengerlingkan sebelah matanya dan tersenyum ramah.

"Appa.. Hikss..Appa mau kemana?", Tanya Inkyung panik karena akan ditinggal berdua dengan Lay saja.

"Kalian berdua butuh waktu untuk bicara empat mata. Appa menunggu kalian di rumah. Appa ingin bertemu dengan Baekhyun dan kekasih nya dirumah. Ia berjanji akan membawa Yi Jie menemui ku hari ini", Tuan Byun melangkah meninggalkan tempat itu. Ia tidak berbalik meski Inkyung terus memanggilnya.

Inkyung menghembuskan nafasnya kecewa. Ia juga menarik tangannya dari genggaman Lay. "Aku tidak mengiyakan dan  aku akan kembali pada Minseok Oppa!", serunya sambil menggembungkan pipinya kesal. Lay tertawa, karena Inkyung terlihat lucu saat itu.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV : Minseok.

Selesai makan mereka semua mulai berkeliaran satu persatu. Sehun, Yoora, Kai dan Tao bermain game di kamar Kai. Sungchan, Kris dan Luhan pamit untuk membeli cemilan, padahal ini masih pagi dan kami baru saja sarapan, memang susah kalau ada Tao haha. Ahhh~ aku rindu berkumpul dengan mereka. Nyaman rasanya karena saat ini aku dapat menjadi diri ku. Nyata. Tidak harus takut akan kehilangan kebahagiaan ini setelah ku buka mata ku. Aku dan Eunhee berada di ruang keluarga, masih sama-sama canggung, aku sengaja diam saja sampai nanti Inkyung menelpon ku. "Minseok hiiiyung~~~" , Panggil Baekhyun gerubak gerubuk duduk disamping ku, pasti ia ada maunya =_= "Hiyungg~ Aku ingin mengajak YiJie ke rumah! nanti Lee Ajussi  aku suruh kembali lagi kesini untuk menjemput Hyung Arasseo?"

"Aku tidak ikut pulang saja?"Tanya ku mengetes, dijamin Baekhyun tidak akan mengizinkannya. Ia pasti ingin melakukan hal lain dulu sebelum membawa YiJie ke rumah.

"Andweee andwee andwee andwee! Jebal hyung! hyung tunggu disini saja!", Mata Baekhyun berkedip-kedip manja ke arah ku. Mau tidak mau ku iyakan keinginan adik ku ini. Ia pun langsung menarik YiJie keluar. Ia sempat masuk kembali hanya untuk pamit kepada Eunhee. "Aku Pamit dulu noona.. Calon.kakak.ipar annyeooooong~"

"Y..Ya!! e..eung!", Ucapan asal Baekhyun membuat ku panik setengah mati. Eunhee juga menatap ku bertanya-tanya maksud ucapan Baekhyun. "M..Mianhae..a.ad.. Adikku memang suka begitu…ahaha…aish…I nom”, gerutuku canggung. Akan kubalas ia begitu aku tiba di rumah.

"Jadi kau dari kakak Baekhyun? Minseok-ssi?", Tanya Eunhee heran. Ia mengalihkan pandangannya sesaat berfikir entah apa. Tatapan ku menerawang jauh ke atas sana. Sigh~ Minseok-ssi? Panggilan yang terdengar begitu aneh ditelinga ku.

 "Ah~ Aku baru mengingatnya! ternyata setelah sekian lama aku baru bisa bertemu dengan mu lagi", Waktu seperti berhenti seketika. Ia berkata.. ia mengingat ku? apakah ia.. "Kau pernah menolong ku saat aku kecil dulu!", serunya. Memory ku mencoba memutar setiap kejadian, namun mungkin karena sudah terlalu lama terjadi, aku tidak mengingatnya sama sekali. "Ahh…", Jawab ku yang sebenarnya sedikit kecewa. Kupikir ia akan membicarakan tentang diriku sebagai xiumin.

"Rumah ku dulu hanya berbeda dua rumah dari kediaman Baekhyun. Saat eomma masih hidup, ia selalu bercerita mengenai diriku yang tak pernah bisa diam. Setiap kali ada kesempatan untuk bermain diluar, aku pasti pergi ke sana.. danau itu. Kita bertemu beberapa kali disana!", ceritanya bersemangat. Danau itu.. dulu memang aku juga sering bermain ke sana bersama eomma, kadang juga menemani Baekhyun bermain di tempat itu. Benarkah aku sering bertemu dengan Eunhee disana? molla.. saat itu danau masih begitu ramai dan banyak anak yang bermain disana. Tidak bisa ku ingat terlalu jelas yang mana Eunhee saat itu.

"Kau.. mengenali ku? ani.. maksud ku.."

"Kau tidak mengingat ku?" Tanya Eunhee sambil menatap ku. Senyum nya merekah tipis. "Kau pasti tidak ingat…karena aku saat kecil dulu sangat berbeda dengan saat ini. Tapi.. kau pasti mengingat seorang anak wanita yang sering bersama dengan Miyoung dan JoonMyeon?"

Mwoya! heokshi.. "Chamkaman! Jangan-jangan kau..", Mata ku melebar begitu mengingat seorang yeoja yang sering bersama dengan Miyoung. Yeoja itu sering memanjat pohon di dekat danau. Ia pernah membuat Joonmyeon menangis karena melempar sepatu Joonmyeon ke atas pohon. Eunhee tertawa geli, ia mengangguk. "Kau benar.. yeoja itu adalah diri ku. Kau.. pernah menolong ku saat aku hampir jatuh dari pohon karena mengambil sepatu Suho yang ku lempar ke atas pohon. hh~". Senyum ku kini terkembang bersamaan dengannya. "Hem~ Hihi.. kau terlihat begitu kuat saat itu. Sulit mempercayai yeoja kecil yang ku tolong itu adalah Eunhee yang sama dengan Eunhee yang ada dihadapan ku saat ini. Sepertinya kita bertemu kembali di situasi yang salah setelah kita dewasa..", Ia mendadak kembali terdiam setelah mendengar pernyataan ku.

***

POV: Eunhee

Senyum nya kini terkembang bersamaan dengan ku "Hem~ Hihi.. kau terlihat begitu kuat saat itu. Sulit mempercayai yeoja kecil yang ku tolong itu adalah Eunhee yang sama dengan Eunhee yang ada dihadapan ku saat ini. Sepertinya kita bertemu kembali di situasi yang salah setelah kita dewasa.."

DEG.. pernyataannya barusan membuat ku mendadak terdiam. Wae.. sepertinya sejak tadi ia mencoba mengatakan hal-hal yang sulit ku mengerti. Situasi yang salah semacam apa yang ia maksud?

"Setelah kedua orang tua ku meninggal dunia dan keluarga Byun mengangkat ku sebagai anak. Aku jarang sekali keluar rumah. Aku hanya menemani Baekhyun bermain di halaman saja. Kurasa semenjak saat itu juga, kita tidak pernah bertemu lagi..", Ku rasa.. juga demikian. Dalam kondisi depresi ku sebelumnya. Tak sengaja juga ku dengar perbincangan Kai dan Sehun mengenai kecelakaan yang menimpa salah satu anak keluarga Byun yang membuatnya berada dalam kondisi koma. Jika benar Minseok adalah anak itu.. maka mustahil.. ia adalah Xiumin. Aisshh Kim Eunhee bisakah kau berhenti berharap ia adalah Xiumin? Mereka berbeda..

Drettt dreettt... Handphone Minseok bergetar. "Akhirnya!", serunya. Ia menekan tombol hijau pada layar handphonenya. Ia juga menyalakan loud speaker. "Yeoboseyo.. Oppa!" Kudengar suara seorang yeoja diujung sambungan telpon itu.. seperti suara Inkyung. Nampaknya memang Inkyung, mengingat ia dan Inkyung sudah bertunangan. Untuk apa ia dengan sengaja memasang loud speaker? aisshh namja ini jangan-jangan ingin memamerkan hubungannya di hadapan ku agar terlihat keren? atau.. ahh molla.. Ada apa dengan diriku? Aku.. terus menyakinkan diriku ia bukanlah Xiumin. Hal itu membuat sejak tadi hanya pikiran-pikiran buruk tentang nya yang muncul di kepalaku.

"Ige mwoya?! Oppa eodiya?!!!", Suara Inkyung terdengar penuh emosi bertubi-tubi menyerang Minseok, padahal Minseok belum berkata sepatah kata pun. "Hikss.." Inkyung.. menangis? Wae?

"Kau sudah bertemu Appa? Bagaimana sarapan mu?", Tanya Minseok penuh perhatian.

"Hikss.. Aku tidak suka berbasa-basi Oppa! Eodiya? EODIYA?!! Wae Oppa... wae.. Oppa tidak bisa mempercayai ku? hikss.. hikss.. Sudah jutaan kali ku ucapkan pada Oppa bukan? Aku akan terus berada disisi mu.. Aku akan mencintai mu! Suatu hari nanti Hikss.. aku akan akan menjadi ibu dari anak-anak mu... Geundae mengapa Oppa sengaja merancang pertemuan ku, Appa dan Lay Oppa?! mengapa Oppa melakukannya.. Wae. WAE?!!"

Apa mereka sedang bermasalah? Kai sering bercerita tentang Inkyung, Lay dan juga tentang tunangan Inkyung. Sedikit banyak aku tahu tentang apa yang terjadi pada mereka. Karena dulu rumah kami juga tidak jauh, Appa dan Eomma juga bersahabat dengan keluarga Byun.. mereka memberi tahu ku bahwa Inkyung dan Sehun sebenarnya adalah anak Tuan Byun. Tiga Tahun lalu pertunangan Inkyung dan Minseok juga cukup meriah, tapi aku tidak dapat hadir karena sedang berada di luar kota. Aku sengaja mengajak Kai pergi karena tidak ingin Kai mengetahui tentang pertunangan itu. Meskipun pada akhirnya ia mengetahuinya juga. Lalu belum lama ini Miyoung juga menceritakan pada ku tentang Inkyung yang sempat berhubungan dengan Lay, namun Lay menyerah setelah ia mengetahui Inkyung telah bertunangan. Hubungan mereka begitu rumit.

"Aku mempercayai mu.. mempercayai mu lebih dari siapapun Inkyung-ah."

"LALU MENGAPA OPPA..?"

"Ya! Tidak bisakah kau mendengar penjelasan ku sebentar Inkyung-ah?", Minseok menahan kata-katanya untuk menenangkan Inkyung disana. Setelah itu hanya terdengar suara tangis Inkyung. Ini pertama kalinya ku dengar Inkyung sampai seperti ini. Setahu ku ia adalah seorang yeoja yang cukup angkuh. Aku adalah salah satu orang yang menentang Kai untuk menyukainya sejak dulu. Tapi.. mungkin aku salah menilainya. Ia bersedia mencintai Minseok dan menerima Minseok sebagai tunangannya meski ia mencintai Lay. Aku semakin tak mengerti apa alasan Minseok mempersulit keadaan ini. Ia seharusnya memberi kesempatan pada Inkyung.

Bagai dapat mendengar suara hati ku, Minseok menjawab pertanyaan Inkyung dengan jawaban yang tanpa alasan jelas membuat dada ku sesak. "Semua ini bukan kesalahan mu. Tapi aku.. aku yang telah mengkhianati mu.. Inkyung-ah”, ujar Minseok.  “Aku….. Aku…”, gumamnya mendadak gugup. Sesekali kulihat ia melirik gugup ke arahku. Mengapa tiba-tiba aku menjadi gugup begini?. Minseok terlihat memnghembuskan nafasnya mencoba mengusir kegugupannya. “Aku jatuh cinta pada yeoja lain tanpa kau ketahui"

"Hh~ Psh~ Baekhyun lebih pandai berbohong untuk menutupi perasaan nya.. Kau harus belajar darinya sebelum menjawab pertanyaan ku Oppa.. mencintai yeoja lain kau bilang? Oppa tidak memiliki kebohongan lain yang lebih masuk akal? Hikss.. Neo.. Oppa.. Kau mengalami koma selama dua tahun dan tidak menemui siapapun selama kurun waktu tersebut. Bagaimana kau bisa mencintai yeoja lain? Eottaeyo?! Kau menemui nya dalam tidur mu? DALAM MIMPI MU?!! hhh.. Hikss.. Oppa hajima hikss..", Inkyung benar.. Alasan yang Minseok ucapkan memang kurang masuk akal tapi.. chakkam..

"Eoh.. Aku bertemu dengannya dalam mimpi ku..", DEG!! Jawaban Minseok terus menusuk ku. Andwe.. andwe.. Apakah mungkin Minseok mengalami hal yang sama dengan E..Eun..jin? Sesak didada ku semakin menjadi. Mata ku mulai basah karenanya. Jika benar.. Minseok dan Eunjin.. itu artinya.. ia adalah..

===

 

Kaki ini memaksa ku untuk terus berlari. Baru saja dihadapan mata ku ku lihat bibi Shin, seorang bibi yang kupikir selama ini menyayangi ku dan Kai dengan tulus, mencabut nyawa Appa dengan begitu sadis. Kaki ku lemas.. begitu juga dengan seluruh tubuh ku. Eomma juga mengalami kondisi yang sama dengan ku. Tapi kami terus berlari menuruni tangga untuk mencari pertolongan. Appa.. Appa hikss..     Rumah ku saat ini sangat sepi. Semua orang.. pelayan, penjaga, supir mereka dalam keadaan pingsan. Tak tahu apa yang Bibi Shin lakukan terhadap mereka sebelumnya. Bibi Shin memang mulai terlihat aneh semenjak Eunjin sepupu ku mengalami koma setelah kegagalan Operasi yang dijalaninya untuk mengangkat penyakit ganas yang bersarang dalam tubuhnya. Eunjin mengalami koma dan belum sadarkan diri hingga saat ini. DUKKKK.. "Eomma!" Pekik ku saat eomma terjatuh.

"Eunhee-ah pergilah.. palli!"

"Shireo Omma.. Shireoyo!"

"Pergilah.. temui Kai! Ia menginap di rumah Sehun malam ini. Selamatkan Kai!", Darah di kaki eomma mengalir semakin deras. Keadaan eomma sangat lemah saat ini. Eomma.. kau harus bertahan! Kita harus pergi dari sini! Eomma Hiksss.. Hiksss Aku takut.. panik.. hingga tak ada yang bisa ku ucapkan. Eomma menyerahkan sebuah boneka beruang berukuran cukup besar pada ku, "Pergilah, bawa ini bersama mu"

"ARRGH!!!", Seseorang menarik tubuh ku menjauh dari eomma. Tenaga nya jauh lebih kuat dari ku, tentu karena sekujur tubuh ku memang sudah terlalu lemah saat ini. Ia membekap mulut ku dengan tangannya dan menyeret ku ke dalam lemari tak jauh dari tempat eomma berada. "Eummm..!! Eummhh!" Perlawanan lemah coba ku lakukan.

"Eonnie.. hajima", Bisik nya pelan. "Ini aku", Ku gerakkan kepala ku, kulihat sosok Eunjin berada disamping ku. Tidak mungkin! Aku masih melihat sosok Eunjin terbujur kaku di atas tempat tidurnya! Kondisi Eunjin sangat buruk. Tubuhnya kurus dan sebagian bagian tubuhnya juga membiru. Tapi Eunjin yang ada dihadapan ku terlihat jauh lebih sehat. "Aku berada di alam mimpi ku. Tubuh ku ini.. tidak nyata. Aku tidak mengerti bagaimana semua ini bisa terjadi eonnie.. tapi apa yang ku alami dalam mimpi ku ini, semua terjadi di dunia nyata. Mianhae.. Bibi dan Paman meminta ku untuk menyelamatkan Kai dan Eonnie serta dokumen dalam boneka ini dari eomma.. Eonnie jangan takut.. aku akan melindungi eonnie appaun yang terjadi", ujar Eunjin memeluk erat diri ku. Sekujur tubuh ku gemetar. Ditambah lagi saat ku dengar suara Bibi Shin menuruni tangga mendekat ke arah eomma. Andwe eomma Ireona.. EOMMAAAAAA! Ada apa dengan ku? mengapa aku tidak bisa bicara sepatah kata pun? Eomma.. Eomma.. ANDWEEEEE!

CRASSHHHHH~~ Dihadapan ke dua mata ku, Bibi Shin menghujani Eomma degan tusukan pisau berkali-kali. Kaku.. seluruh tubuh ku menjadi kaku. Setiap hujaman pisau itu bagai merobek kulit ku juga. Nae Oma, Nae Appa..Hiks Air mata ku mengalir deras. Kalau bukan karena tangan Eunjin menahan dan memelukku mungkin aku sudah berteriak meski saat ini aku sulit bicara. Biadap.. bibi ku sendiri.. kau.. Hiksss....

"Aaaaa~~~!!", Seorang anak berlari membawa boneka beruang ku keluar dari dalam rumah. Ia berlari begitu cepat. Bibi dan orang-orangnya segera berlari mengejar anak itu karena mereka pikir anak itu adalah diriku. Tanpa kusadari Eunjin sudah tak disampingku lagi. Entah sejak kapan. Sekejap kesunyian menerkam ku sepeninggal bibi Shin dan orang-orangnya. Kuseret kaki ku menyapu lantai menuju sosok Eomma yang kini sudah tak bernyawa "Eungg~ Hhhh.. Hikssss..." Eommaaa.. EOMMAAAAAA!!!!

===

Mengingat kejadian itu membuat ku sakit. Kejadian yang membawa ku tertekan. Membuat ku harus merasakan hidup dalam bayang-bayang kematian yang mungkin kapan saja dapat menghampiri diri ku dan Kai yang tak mengetahui apapun tentang kejadian malam itu. Setiap saat aku berusaha memberi tahu Kai, Bibi Shin mengancam untuk membunuh adikku. Kalau bukan karena Xiumin.. mungkin hingga saat ini aku..

"Oppa.. hikss neo michoseo hikss.. Minseok Oppa.."

"Inkyung-ah.. Aku tidak berbohong padamu…….yeoja yang kutemui dalam mimpiku…..”, ujar Minseok. Ia menoleh dan menatapku. “Kini berada di sampingku”. DEG!!!!! Kau.. j-jadi Kau.., "Selama ini.. aku bersembunyi darinya. Sekalipun aku mengetahui ia adalah yeoja yang kutemui dalam mimpi ku itu... nyata. Sama hal nya dengan diri mu. Ia.. mungkin tidak akan dapat menerima dengan akal sehatnya tentang apa yang ku alami. tapi..", Tatapan Minseok mengarah tepat menyatu dengan sorot mata ku. Ia bicara pada Inkyung di sambungan telpon sana sekliagus bicara dengan ku yang ada dihadapan nya. Sekarang aku mengerti mengapa ia menyalakan loud speakernya sejak tadi. "Tapi.. ternyata aku, terlalu egois untuk dapat melepaskan nya. Tak masalah bagiku jika ia memang tidak dapat menerima ku setelah ia mendengar apa yang ku ucapkan. Aku akan pergi kalau ia memang meminta ku untuk melakukannya. Tapi setidaknya.. aku ingin ia mengetahui bahwa aku.. mencintainya. Aku.. tidak pergi meninggalkannya karena aku ingin. Aku pergi.. karena aku ingin menemuinya dalam kehidupan nyata ku", Beberapa tetes air mata terlihat membasahi pipi Minseok. "Aku.. juga ingin meminta maaf padanya karena aku telah meninggalkan nya disaat ia harus melalui saat terberat dalam hidupnya. Ia hampir saja mati karena aku tidak melindungi nya dengan seharusnya. Mianhae.."

"Oppa.. Hikss.. Oppaa na.."

 "Selama ini aku berfikir apa yang kurasakan terhadap mu adalah cinta.. aku menjaga mu, mengekang mu untuk mengenal sembarang teman, mengawasi mu. Tapi setelah bertemu dengan yeoja ini.. aku menyadari, apa yang kurasakan terhadap mu dan apa yang kurasakan terhadapnya sangat berbeda. Aku.. bukan sekedar ingin melindungi nya. Tapi aku juga ingin selalu bersamanya.. bahkan disaat hatiku sakit mendengar ia memiliki seorang namjachingu yang jauh lebih baik dari ku dalam segala hal.. aku tetap bahagia karena merasa ia mungkin juga akan bahagia. Berada di sampingnya jauh lebih penting dari sekedar keinginan ku untuk memilikinya", Air mata Minseok semakin deras. Namun ia berusaha agar suara isak nya tak terdengar Inkyung. Ia tetap menjaga nada bicaranya. "Inkyung-ah.. Mianhae Kau telah menjaga ku selama aku tertidur dalam hidup ku selama dua tahun terakhir ini. Tapi disaat yang bersamaan setiap malam aku menemui yeoja lain tanpa sepengetahuan mu. Mian.. Hh~ Mianhae Nae dongsaengi.. Byun Inkyung"

"Hiksss. Oppa tidak sedang membohongi ku? Hikss.. Oppa.. Hikss Jika apa yang kau ucapkan adalah sebuah kebenaran, sekalipun ini menyakitkan bagi ku, sekalipun aku ingin sekali memukul Oppa saat ini Hikss.. hikkss Aku akan mendukung Oppa Hikss.. Katakan pada ku siapa yeoja itu.. aku akan membantu Oppa bicara pada nya.. Aku tidak bisa tidak mempercayai mu.. karena aku bertemu dengan Oppa saat Oppa berada dalam mimpi Oppa. Aku bisa menyakin kan yeoja itu dengan mengatakan yang sesungguhnya. Hikss hiksss ~~~ GEUNDAE.. jika apa yang Oppa katakan hanya sebuah kebohongan saja, aku tidak akan pernah memaafkan Oppa."

Tidak ada hal lain yang dapat ku lakukan selain terus menatap Minseok.. ani haruskah ku sebut ia Xiumin?

"Eum.. arasseo…tapi kumohon jangan terus melawan Lay.. kau harus menjadi yeoja yang lembut dan penurut, karena meskipun kau dan aku akan mengakhiri pertunangan kita.. aku akan tetap menjadi Oppa mu..", Jawab Minseok. Ia tidak melepaskan pandangannya satu detik pun dari ku.

"ISSHHH~~ Mengapa semua namja selalu berperilaku seenaknya?!!! Kkeutnasseo!" Inkyung memutuskan sambungan telepon mereka.

"Psh.. Mwoya", Setelah semenjak tadi ia hanya menatap ku. Kini suara keras yang Inkyung timbulkan saat menutup telpon berhasil membuat pandangan Minseok terlalih beberapa saat ke arah handphonenya. Meski tetap saja pada akhirnya tatapan itu kembali menelisik ke arah ku. Ku coba alihkan pandangan ku agar tak terpaku ke arahnya juga.

"Kau masih berniat memanggil ku Minseok-ssi.. Eunhee-ah?", Tanya Minseok seolah apa yang terjadi bukanlah hal yang sulit dicerna. Aku tidak menjawab nya, lebih tepatnya tak tahu harus merespon nya seperti apa.

"Wae neo.. tidak pernah memberi tahuku kau sudah putus dengan Kris tiga hari setelah kalian resmi menjalin hubungan? Psh…Aku hampir saja merelakan mu untuk Kris begitu saja", Ujar nya tiba-tiba saja.

"Kau tidak bertanya" Jawab ku singkat dan pelan "Kau bahkan mengatakan pada ku kau bukan Xiumin saat kita bertemu di toko bunga" lanjut ku.

"Haah~ Aku kalah.. aku bersalah. Mian",ujarnya enteng. "Aku takut kau tidak akan mengerti kondisi ku. Manusia normal akan sulit mempercayai yang terjadi, termasuk diri ku sendiri"

"Hemh~ ddaengida... keadaan sudah membuat ku sedikit tak tak normal"

"Mwo?"

"Aku pernah bertemu dengan Eunjin di hari kematian kedua orang tua ku.. Eunjin mengalami hal yang sama dengan mu.. ia.."

"Lebih tepatnya Eunjin membuat ku mengalami hal yang sama dengan nya. Ia.. boneka teddy bear dan gelang giok yang dibawanya membuat ku mengami hal aneh ini", Teddy bear? Gelang giok? apa mungkin surat-surat yang dilaporkan ke pihak kepolisian itu berasal dari Xiumin? Apa ia bertemu dengan Eunjin sebelumnya? Apa mungkin Eunjin menyerahkan boneka itu pada Xiumin? "Apapun yang kau pikirkan saat ini, kurasa kau benar.. semua terjadi begitu saja tanpa ku mengerti. Tapi sepertinya aku harus berterima kasih dengan semua itu, apapun itu. Sebab tanpa semua itu.. aku mungkin tak akan bertemu dengan mu", Ujarnya. Ku rasakan wajah ku memanas. Cermin yang menempel pada dinding tak jauh dari sofa ini menunjukkan betapa wajah ku ini memerah. Perlahan telapak tangan Xiumin ahh Minseok.. mengapai tangan ku. Ia menggenggam nya kuat "Neomu..... Bogoshipda….Eunhee-ah"

Ia membuat ku kembali terikat oleh tatapannya. Tanpa perintah pikiran ku, bibir ku berucap lantang. "N-Nado.. Minseok-ah", Ia memperlihatkan senyuman, senyuman yang selalu kurindukan. Senyuman yang mampu menyakinkan ku untuk bangkit dalam keadaan sulit ku. Tangannya sedikit menarikku mendekat. Ia juga menggeser posisi duduknya hingga jarak di antara kami menyempit. Tanpa banyak bicara ia mendekatkan wajahnya ke wajah ku. Begitu mudahnya ku pejamkan mata ku. Detak jantung ini sudah tak menentu. Hangat lembut sentuhan bibir nya membuat ku terhanyut. Ia meletakkan pelan bibir nya pada bibirku. Aku melupakan kenyataan dada ku sesak dan aku ingin sekali menangis sejak tadi. Mengapa.. setiap saat ia berada disamping ku.. aku.. menjadi lebih tegar dari sebelumnya? Aku.. menjadi lebih kuat dari apa yang ku pikirkan. Saranghae.. Xiumin.. Minseok.. siapapun diri mu.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Author

Lay dengan sabar menunggu Inkyung sampai selesai menelpon. Ia hanya diam memperhatikan yeoja itu membentak Minseok sambil menangis. Ia sudah siap dengan hal ini, lebih tepatnya sudah mengetahui semua ini akan terjadi. Bruuukkkk.. Inkyung menghentak meja, lalu menutup sambungan telpon.

"Eotte?", Tanya Lay seperti orang bodoh.

"Mwo?!!!", Bentak Inkyung "Joha?!! Oppa bahagia mendengar pembicaraanku dengan Minseok oppa?!!"

Lay menggaruk kepalanya tak mengerti. Ia sejak tadi berusaha sebisa mungkin untuk tidak mendengarkan pembicaraan karena tak enak pada Inkyung. "Sejujurnya aku tak terlalu mendengar apa yang kalian bicarakan", Jawab Lay tenang.

"AH WAE?!!", Bentak Inkyung lagi. "Aku tak peduli! Yang pasti aku enggan menjelaskan lagi pada Oppa!"

Lay mengangguk terima-terima saja. "Arasseo…Gwenchana"

Inkyung menarik tas tangan yang dibawanya. Air matanya belum berhenti menetes. Ia berdiri dan beranjak meninggalkan Lay. Lay tidak diam saja. Kali ini ia menahan Inkyung "Mau kemana?" Tanya Lay. Inkyung menolak untuk menatap Lay. Ia mengalihkan pandangannya. "Hikss.."

Inkyung menarik nafasnya dalam. Memberanikan diri menatap mata Lay dengan tatapan tajam "Kemana pun asal jauh dari Oppa" seru Inkyung tegas.

"Wae?" Tanya Lay tenang.

"Karena aku membenci Oppa"

"Gwenchana…kau bisa tetap disamping ku sekalipun kau membenci ku"

"Gurae.. Aku akan membuat Oppa menyesal telah mencintai ku"

"Eumh.. gwenchana.. lakukan apapun yang membuat mu nyaman"

Jawaban demi jawaban Lay membuat Inkyung emosi. "Kau tidak akan pernah bahagia bersama ku! aku akan membuat mu menderita!!", Seru Inkyung dengan suara meninggi.

"Eoh.. gwenchana selama kau bahagia, tak masalah bagi ku. Lagipula aku sudah menderita sejak dulu", Jawaban tenang lainnya disampaikan Lay.

"YAAA!!! hhh~~ Hiksss", Teriak Inkyung. Ia terus memberontak  hingga akhirnya Lay menarik yeoja itu ke dalam pelukannya. "H..Hkss.. Aku membenci Oppa.. Hikss.. Kau selalu..hh membuat ku tak nyaman dengan sikap mu. Hikss.. Aku benci seseorang yang terlalu memaklumi ku.. Hiksss.. Aku benci namja yang terlalu baik seperti Oppa.. Hiksss Kau.. membuat ku merasa semakin buruk Hikss.. Aku membenci mu..hh hhs Hiksss", Inkyung mengucapkan semua hal yang bertentangan dengan perasaannya yang sebenarnya.

 Lay mendekap Inkyung semakin erat "Tidak ada orang jahat yang mengakui diri nya jahat Inkyung-ah", Ia tersenyum tenang. "Tidak ada.. orang jahat yang terus menangisi kejahatannya.. Aku.. mencintai mu sebagai Oh Inkyung, tanpa berharap ia akan berubah menjadi Xi YiJie ataupun Park Sungchan suatu hari nanti"

Dukkk.. Inkyung mendorong Lay "Kau tuli? KU KATAKAN AKU TIDAK MENYUKAI NAMJA YANG TERLALU MEMAKLUMI KU!!"

"Jangan terus berteriak, nanti tenggorokan mu sakit", Ujar Lay. "Kalau begitu.. apa yang kau inginkan dariku? Kau ingin aku seperti apa?"

"Oppa... seharusnya.....", Inkyung menghentikan ucapannya untuk berfikir. Ia sendiri sebenarnya tak tahu apa yang ia inginkan. Ia hanya merasa terlalu buruk berada disamping namja sebaik Lay. "Seharusnya.. eum.."

Lay melangkah mendekat pada Inkyung. "seharusnya apa?"

"Eumh.. Oppa bisa memperingatkan ku jika memang aku bersalah, keterlaluan atau ada yang ku lakukan tak sesuai dengan apa yang Oppa inginkan.. eum.. lalu eum", Inkyung terpaku pada Lay yang sudah kembali merapatkan diri dengannya. Tangan Lay sudah kembali menggenggam siku Inkyung.

"Inkyung-ah"

"Eum?"

"Kau.. sudah keterlaluan. Ku peringatkan kau untuk tidak mengulanginya lagi", Lay menghapus air mata Inkyung. Sentuhan itu berawal lembut pada pipi Inkyung. Lama kelamaan Lay mengarahkan wajah Inkyung mendekat ke arah wajahnya. Mata Inkyung membulat sempurna ketika wajah Lay tepat dihadapan wajahnya. "Aku bisa memberi mu peringatan dengan cara ku bukan?", Sebuah pertanyaan basa basi terlantun sebelum akhirnya Lay mendaratkan bibirnya ke bibir Inkyung. Tak ada siapapun disana. Pelayan sudah keluar dari ruangan privat itu setelah mengantar makanan tadi. Sentuhan bibir Lay semakin dalam menarik bibir Inkyung.  Dekapan Lay juga menahan gerak Inkyung. Inkyung sendiri tak bisa melakukan apapun. Lebih dari satu menit Lay membiarkan Inkyung tak leluasa menarik nafas sampai akhirnya namja itu melepaskan Inkyung.

"Ya Oppa!"

"Kau berteriak lagi? Kau ingin aku memperingatkan mu sekali lagi?" Ancam Lay pelan namun membuat bulu kuduk Inkyung merinding mengingat apa yang baru saja Lay lakukan. Inkyung menutup bibirnya dengan kedua tangan. "Anak pintar", Lay menyentuh lembut pucuk kepala Inkyung. "Kau ingin sarapan sekarang? sepertinya makanan nya sudah dingin semua atau haruskah kita pergi ke tempat lain?"

"Nafsu makan ku sudah hilang" Jawab Inkyung.

"Makan lah nanti kau sakit.. Tak perlu sampai ku peringatkan bukan?"

Inkyung menjauh dari Lay. "Oppa hajima.. kau membuat ku takut"

Lay tertawa tenang, "Tenyata penjahat jaman sekarang takut akan tindakan-tindakan manis"

"Manis? Psh~", Inkyung membuang muka "Malaikat jaman sekarang terlalu agresif, bagaimana penjahat tidak ciut nyali Cih"

"Mworago?"

"Aniya.. Obseoyo.. aiishh"

==Minseok Kris Last night conversation (Author POV)==

"Aku putus dari Eunhee hanya beberapa hari setelah kami resmi bersama. Kami merahasiakan nya dari semua orang. Aku tidak mau terlihat begitu murah karena hanya menjalin hubungan dengan seorang yeoja selama tiga hari.. padahal aku mengincarnya cukup lama. Image cool ku bisa melayang begitu saja. Berhubung Eunhee juga menyetujui hal itu.. jadi kami benar-benar tak memberi tahu siapapun kecuali Kai dan Yoora bahwa kami sudah putus. Orang lain yang juga ku beritahu hanya Minhyo saja"  Kris.

"Wae Minhyo?", Minseok. "Apa pentingnya kau memberitahu Minhyo?"

"Aku.. menyukainya!", seru Kris lalu ia terdiam sesaat hingga kemudian. "AHHHHHH KARENA ITU AKU FRUSTASI! apa yang harus kulakukan untuk membawa Minhyo kembali? Ottokhae?", gerutu Kris sambil mengacak-acak rambutnya

"Kau jemput saja dia.. eum.. jika memungkinkan”, Saran Minseok.

"Ia bilang ia hanya bisa kembali jika ada pria kaya raya yang mau menikahinya ah chakam.. Aku kaya.. aku tampan... kalau aku menikahi nya, mungkinkah aku bisa membawanya kembali?", Tanpa mendengar pendapat Minseok lagi, Kris menepuk pundak Minseok. "Gomawo Xiumin, Minseok…..ah apapun namamu! Ahh chingu Aku pergi dulu! Aku harus menghubungi Appa ku!", Kris meninggalkan Minseok begitu saja. Minseok masih bingung dengan apa yang terjadi. "Ige..mwoya? Kris menyukai Minhyo? Sejak kapan? Mengapa tak terlihat sama sekali selama ini? Aku sudah memikirkan berbagai cara dramatis untuk mengakhiri hubungan ku dengan Eunhee demi Kris tapi ternyata.. dia dengan santai mengatakan sudah lama putus dari Eunhee dan menyukai Minhyo? Apa memang semudah ini? Atau aku saja yang mempersulit semua ini?.. ahh michigeseo"

☆*:.。. o)o .。.:*☆

END MINSEOK-EUNHEE || LAY-INKYUNG FLASHBACK STORY

 

Back to Current Time

POV : Minseok

Belajar dari semua pengalaman yang terjadi. Dari jalan hidup yang kami alami, dari betapa mudah sebenarnya semua hal dapat terselesaikan. Aku sadar.. Hidup ini tidaklah sesulit apa yang kita bayangkan. Sebaliknya.. yang membuat sulit hidup ini.. adalah cara berfikir kita sendiri. Mulai saat itu dan seterusnya, aku akan terus belajar untuk berfikir positif dalam menghadapi setiap masalah ku. Tentu aku harus melakukannya. apalagi saat ini, hidup ku.. bukan hanya tentang diri ku saja.. tapi juga tentang keluarga kecil yang ku miliki. Putra dan Putri ku... juga istri ku Eunhee. Karena kebahagian bukan lah sebuah mimpi yang mustahil untuk dicapai. Aku akan berusaha mencapainya.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK