☆*:.。. o)o .。.:*☆
MINSEOK-EUNHEE || LAY-INKYUNG FLASBACK STORY
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Tangan ku bergetar hebat menerima bunga Ini. Eunhee.. dan bunga Lily. Aku merasa sekarang aku kembali ke alam mimpi ku. Hidup ini sedang mempermainkan ku untuk kedua kalinya.
Inkyung dan Kris menghampiri kami. Pandangan Kris tepat terarah pada Eunhee. Begitu juga dengan Inkyung. "Eonnie gwenchanayo?" Tanya Inkyung.
Eunhee mencoba tersenyum. "G-Gwenchana", gumamnya terbata-bata.
Kris tercengang mendengar Eunhee bicara. "Eunhee-ah.. k..kau bicara?! Jincha?!", Ia memeluk Eunhee begitu gembira. Menyadarkan ku bahwa Eunhee memang tidak sendiri. Menyadarkan kebodohan ku yang sempat berfikir mungkin aku masih memiliki kesempatan untuk mencintai gadis itu di dunia nyataku.
Ku genggam tangan Inkyung. "Inkyung-ah, ayo kita pulang"
Inkyung mengangguk. Aku dan dirinya melangkah meninggalkan Eunhee dan Kris di sana. Kau adalah mimpiku Eunhee dan selamanya hanya akan menjadi mimpi yang tidak pernah mungkin ku miliki. Tapi setidaknya, aku lega melihatmu bahagia sekarang”.
Inkyung berkali-kali melirik ke belakang. Tak sengaja kutemukan apa yang ia tatap sejak tadi.
Tentu.. Lay. "Kau mencintainya?", Tanya ku.
“Ne oppa?”, Tanya Inkyung bersikap seolah aku tak melihat gerak-geriknya.
“Namja itu…”, ujarku sambil menunjuk Lay.
“A-Aniyo…”, ucap Inkyung ragu.
"Kau mencintainya. Aku tahu itu" Ujar ku lirih.
Inkyung meneteskan air matanya. Tapi ia tetap menuntunku untuk berjalan pergi. "Aku akan terus berada di sisi mu hiksss.. Jebal..percayalah pada ku sekali ini saja. Aku akan melupakan Lay Oppa.. Ia sudah menemukan seseorang yang lebih baik dari ku. Aku tidak ingin merusak kehidupannya lagi seperti sebelumnya.. hikss"
Kami sampai di depan mobil. Tangan Inkyung mengapai pintu lebih dulu. Aku menahannya. Ku tarik ia ke dalam pelukan ku. Aku harus melakukannya, semua orang yang melihat Inkyung mungkin akan membencinya. Tapi Inkyung.. adalah seorang yeoja yang setia. Sejak awal kami bersama, ia memang tidak pernah jatuh cinta padaku. Tapi karena aku terus berusaha menunjukkan perasaan ku padanya. Ia mempertahankan cinta kami dalam keadaan paling sulit sekalipun. Selama dua tahun lamanya ia harus menunggu ku sembuh dari sakit ku. Ia bahkan rela meminta namja yang ia cintai agar berhenti mencintainya. Ia lah yang mungkin selama ini paling menderita atas semua yang terjadi. Ia pasti merasa sendiri tanpa seorang pun di sisinya. Mianhae Inkyung-ah. Aku akan berusaha mencintai mu seperti dulu lagi. Aku..tidak akan meminggalkan mu untuk kedua kalinya. Sudah kuputuskan.. Ini lah.. Jalan yang ku pilih.
Kusentuh pintu mobil dengan tanganku. "Kita harus segera pulang sekarang" Ujar ku. Inkyung memasuki mobil lebih dahulu. Pandangan ku menerawang ke dalam. Kris dan Eunhee di dalam sana membuat ku semakin yakin untuk pergi selamanya dari kehidupan mereka. Tidak.. Untuk sementara mustahil bagi ku berada disekitar mereka, karena selama aku masih melihat Eunhee, aku.. mungkin akan terus memikirkannya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Author.
Miyoung dan Lay memperhatikan dari arah perkebunan ke luar. Lay terpaku memperhatikan Inkyung yang pergi berlalu menaiki sebuah mobil dengan tunangannya yang pada akhirnya bisa bertatapan langsung dengan Lay beberapa saat lalu.
"Kau akan menyesal kalau sampai Inkyung menikah nanti", Ujar Miyoung membuyarkan lamunan Lay. Lay tersenyum getir. "Sekarang pun aku sudah menyesali nya. Tapi memang tidak ada yang bisa ku perbuat. Ia bukan milikku", ujar Lay menatap Miyoung tenang. "Bukan kah itu yang terjadi antara dirimu dan Luhan?"
Miyoung bersandar tenang di samping pintu kaca pembatas halaman dengan toko bunga nya. "Tentu berbeda", Ucapnya pelan. "Luhan tidak mencintai ku, tapi ........ Inkyung mencintai mu". Ia balas menatap tenang Lay sambil tersenyum tipis.
"Kau masih bisa mendapatkan Inkyung tanpa harus menyakiti hatinya. Jangan bertindak bodoh seperti Chanyeol.."
"Haha", Tawa Lay tenang. "Ku rubah pernyataan ku kalau begitu... Ehem bukankah itu juga yang terjadi pada Chanyeol dan Songhee?". Miyoung melengos, membuang pandangannya sebal, "Ahhh~ Apa yang kalian pikirkan sebenarnya? Kau.. Chanyeol.. sama saja….Bodoh", gerutu Miyoung mengalihkan pandangannya pada kalender gantung di bagian dalam toko bunga yang dapat ia lihat karena pintu toko bunga adalah pintu transparan. Miyoung menghela nafas berat.
"Sudah kau putuskan apa yang akan kau lakukan akhir minggu nanti?" Tanya Lay yang mengerti Miyoung sedang memikirkan pertunangan Songhee dan Suho.
"Eum..", Jawab Miyoung. "Aku akan menebus semua kesalahan ku.. Mengurangi stok namja-namja bodoh seperti dirimu dari peredaran.. Kalian terlalu membuat ku ingin menghajar kepala kalian dengan high heels ku", Sindir Miyoung.
"Haha.. Gurae" Respon Lay tenang. "Hwaiting noona"
"Semoga saja kau sedikit beruntung seperti Chanyeol", Harap Miyoung tulus dari dalam hatinya. "Aku ke dalam dulu", Ia menepuk pundak Lay, lalu melangkah ke dalam.
"Semoga saja.." Gumam Lay.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Minseok.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 07.00. Sebentar lagi makan malam keluarga ku akan dimulai. Malam ini juga aku akan mengutarakan keinginan ku untuk menikahi Inkyung dan menetap di luar negeri untuk sementara setelah menikah. Sebenarnya sudah sering juga aku berdiskusi dengan Appa mengenai masalah ini dan ia menyetujui nya. Tapi alangkah baiknya jika malam ini aku mengutarakan langsung saat Inkyung berada di hadapan ku juga. Kutatap cermin di hadapanku. Pantulan bayangan diri ku didalam sana menunjukkan ketidak yakinan di wajah ku. Meski ribuan kali ku perintahkan hati dan pikiran ku untuk percaya dan yakin semua akan baik-baik saja, mengapa wajah ku tetap menunjukkan ekspresi semacam ini? Mungkinkah cermin ini salah? Aniya.... Tidak mungkin cermin ini salah. Brukk~ Pintu kamar ku terbuka kasar. Baekhyun berdiri didepan pintu sana. "Minseok Hyung", panggilnya terburu-buru. Ia berjalan cepat menuju ke arah ku, menarik tangan ku begitu dapat meraihnya. "Ayo ikut aku"
"T..t.. tapi.. sebentar lagi", tahan ku.
"Justru kita harus pergi sebelum yang `sebentar lagi` itu terjadi hyung!", Jawab Baekhyun cepat. "Ya Hyung! Jangan bilang aku harus membius mu dulu, lalu menculik mu agar ikut dengan ku?! Aku bukan mafia hyung. Jadi sebagai korban penculikan yang sudah cukup umur, bertindaklah cooperatif sedikit terhadap adik mu tercinta ini", Kapan aku bisa mendengar ucapan normal keluar dari bibir Baekhyun? Aku ingin belajar bicara aneh seperti dirinya.. Mau tidak mau ku ikuti langkah penculikan yang dilakukan oleh Baekhyun.
***
Baekhyun meminta supir menghentikan mobil di depan kediaman YiJie. Apa lagi ini? jangan-jangan ia ingin kawin lari dengan YiJie dan meminta ku menjadi saksi? Ya tuhan! Kim Minseok, kenapa kau jadi berfikir yang aneh-aneh?
==NEXT DAY==
Matahari pagi bersinar cerah. Seisi kamar ku kini dipenuhi oleh sinarnya. Apa yang terjadi semalam membuat ku tidak bisa memejamkan mata barang sedetik pun. Kusibak tirai kamar yang tadi baru terbuka sebagian. Kurasakan udara segar pagi hari menyambut ku. Aku.. apa yang harus kulakukan sekarang? Semua pertanyaan ada di kepala ku saat ini. Kuraih handphone di atas meja kecil disamping jendela kamar ku. Beberapa saat kuputar-putar ragu handphone ditangan ku. Kuhela nafas ku.. sampai kapan aku terus berubah? Sampai kapan aku terus menimbang? Tidak bisa begini.. Aku harus yakin dengan apa yang ku lakukan.
Anggukan pelan kepala ku membawa ku menekan tombol call pada salah satu nama yang tertera di layar handphone. Suara nada tunggu terdengar cukup lama. Clek.. "Yeoboseyo" suara seorang yeoja terdengar diseberang sambungan.
"Inkyung-ah", Ucap ku lantang. Sekali lagi ku hela nafasku, "Mengenai kejadian semalam.. Mianhae, seharusnya aku pulang lebih cepat untuk menemuimu dan Appa. Sebagai gantinya pagi ini jam 10, bisakah kau temui aku dan Appa di OO restaurant?"
"Araseo.. Sampai jumpa disana Inkyung-ah"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Inkyung
Suara dering handphone membangunkan tidur ku. Ya Tuhan masih pagi begini siapa yang menelpon berulang kali? Nama Minseok Oppa terpampang di layar handphone ku. Haruskan aku mengangkatnya? Hufh~ Kecewa.. begitu yang dapat ku gambarkan dari perasaan ku saat ini. Semalam seharusnya keluarga kami berkumpul di rumah besar untuk makan malam dan membicarakan hal penting. Masih segar dalam ingatan ku apa yang di ucapkan Minseok Oppa sebelumnya.
"Aku ingin menikah di usia muda.. Dan setelah menikah, aku ingin sekali tinggal di luar negri bersama Istri ku"
Kutarik kesimpulan kemungkinan besar Minseok Oppa seharusnya akan bicara mengenai pernikahan kami di hadapan Appa. Tapi kenyataannya, ia dan Baekhyun pergi entah kemana hingga larut malam dan tak juga kembali sampai aku pulang. Mengapa para namja hobi sekali memberi harapan palsu pada para yeoja? Mereka melakukan segala hal sesuka mereka tanpa memikirkan perasaan peka kami. Dengan malas ku angkat telephone nya
"Yeoboseyo?"
"Inkyung-a" "Mengenai kejadian semalam.. Mianhae, seharusnya aku pulang lebih cepat untuk menemui mu dan Appa. Sebagai gantinya pagi ini jam 10, bisakah kau temui aku dan Appa di OO restaurant?"
Dengar itu? seenaknya saja bukan? hufh ~ "Hem.. Aku mungkin akan sedikit terlambat, aku baru saja bangun", ku buat sedikit malas nada bicara ku, berharap ia menyadari bahwa aku sedang tidak enak hati.
"Araseo.. Sampai jumpa disana Inkyung-ah", Sambungan terputus begitu saja. Mwo? Psh.. Cih sedikitpun ia tidak sadar aku marah? Atau memang sengaja? Aiissh jincha! Sejak dulu Minseok Oppa memang begitu. Ia tidak peka dengan perasaan ku. Dulu semua terasa baik-baik saja, tapi.. mengapa sekarang terasa berat bagi diri ku.
Minseok Oppa baik, sangat baik meski ia seringkali terlalu protektif. Sedangkan aku.. Aku tidak suka segala sesuatu yang terlalu membuat ku sulit atau harus banyak berfikir. Mood ku berubah dengan cepat dan aku berharap orang-orang disekitar ku dapat memahami ku. Mendapat 'kekangan' dari sikap protektif Minseok Oppa sedikit menjemukan bagi ku. Aku suka bergaul dan dekat dengan banyak orang, tapi bukan berarti aku akan memberikan hati ku pada sembarang orang. Aku bukan gadis murahan. Hal itu yang sebenarnya yang coba ku tunjukkan lada Minseok Oppa. Tanpa perlu ia melindungi ku terlalu ketat. Aku sudah mengerti, aku juga akan berada disampingnya selama ia meminta ku berada disamping nya. Seandainya ia bisa mempercayai ku seperti. .....
Andwe.. Aku tidak boleh memikirkannya lagi. Ia sudah bahagia dengan Miyoung eonnie. Kalau pun bukan Miyoung eonnie, suatu hari nanti ia juga pasti akan mendapatkan yeoja yang pantas untuk nya. Ah~ hati ku sakit bahkan hanya dengan membayangkan ada yeoja lain di sampingnya.. Mwohaneungeoya Inkyung-a! Hufffh~ Aku tidak boleh seperti ini!
***
10.10 AM
Aku sudah berdiri di depan restaurant tempat Minseok Oppa meminta ku bertemu. Sebelum masuk kurapikan pakaian dan rambut ku. Harus kupastikan aku sudah cukup cantik untuk pembicaraan penting pagi ini. Kaki ku melangkah memasuki restaurant. Seorang pelayan membimbing ku ke arah meja yang sudah dibooking oleh Appa. Dari kejauhan dapat ku lihat sosok Appa di sana.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Eunhee
Terik sinar matahari menembus celah-celah jendela kamar ku. Menyadarkan ku pagi telah menyambut. "Eungghh~" ku rengkuh pinggir tempat tidur ku. Merubah posisi ku menjadi duduk. Mata ku masih sulit untuk terbuka.
"Eunhee-ah…."
"Eumh?", Ku gerakkan jari-jari ku pada mata ku. Kuusap-usap pelan agar penglihatan ku lebih jelas. Detak jantung ku seperti berhenti saat ku lihat seorang namja berdiri di depan pintu geser kamar ku. Sosok itu.. Ia tersenyum tenang seperti biasanya, kedua gigi depannya yang cukup besar membuat nya telihat seperti hamster bagi ku. Senyum itu.. sangat ku rindukan. "Xiumin?", sebut ku tegas. Lega rasanya bisa menyebut namanya saat ini. Ia mendekat ke arah ku. Menjulurkan tangannya tenang. Kusambut kedua tangannya saat itu. Dingin.. Mengapa tangan nya begitu dingin?
"Eunhee-ah mianhae"
Mata ku terpaku pada sinar matanya. "Mwo?" Tanya ku.
"Hari itu.. Aku pergi meninggalkanmu. Disaat seharusnya aku menyelamatkan mu, aku.. justru terbangun dari mimpi panjang ku.", Sedikitpun aku tidak mengerti penjelasannya.
"Kau mendengarku bukan? sebelum aku pergi.. Aku berteriak agar kau juga dapat menghindar dari bibi Shin. Kau berhasil pergi bukan? Kau hebat.. tentu.. karena kau memang seorang yeoja yang kuat", Mungkin saat ini aku sudah kehilangan sedikit kesadaran ku, pandangan ku dan Xiumin bersatu layaknya magnet.
"Jadi benar.. Kau yang berteriak saat itu? Lalu.. Apa yang terjadi padamu setelah itu? Mengapa baru sekarang kau menemui ku? Hhh~", Ku tahan kesedihan ku sebisa mungkin. Xiumin mengalihkan pandangannya, wajahnya memucat. "Aku.. ada di suatu tempat yang jauh berbeda dengan diriku saat itu Eunhee-ah. Dengan kondisi, situasi dan kehidupan yang juga berbeda. Dan hari ini.. mungkin akan menjadi hari terakhir aku bisa menemui mu. Aku harus pergi.. pergi jauh dari mu, pergi ke tempat aku berada seharusnya"
BRUUUUUKKKKKKK!! "BERANI NYA KAU!!!!!!! BOCAH BAJINGAN" Dalam waktu sekejap pintu kamar ku terbuka kasar. Sebelum aku bisa mencerna apa yang terjadi. Ku dengar suara JLEBBB! Disertai darah yang tiba-tiba saja memercik ke wajah ku seperti air. Xiumin sekarang berada didepan ku, ia menghalangi ku dari seseorang yang mendadak datang dan hendak menusukku dengan pisau tajam ditangan nya. Dia.. Bibi Shin. Mata ku membulat sempurna, mulut ku menganga tak percaya. Ia.. Bukankah ia sudah ditangkap oleh polisi? b.. bukan ia.. a..ndwe.. i..ni..apa ini.. Kulihat senyum Xiumin mengembang di wajahnya. "L..la..lari.. Lari Eunhee-ah", ujarnya terbata lalu Brukk! ia terjatuh di samping ku dengan bagian belakang tubuhnya sudah tertusuk pisau. Kepala ku menggeleng, Air mata ku sudah deras membasahi pipi. "Xiumin-ah.. Ireona... Ya.. Xiumin-a.. XIUMIN-AAAAAAAAA!!!!! ANDWEEEEEE"
"HAHAHAHAHA", Tawa Bibi Shin menyeruak. Menakutkan ia bukan manusia! ia Iblis.. Hiksss.. Hiksss.. Ia menatap ku ganas, apa aku akan mati?
Sudut mata ku menangkap seseorang berdiri di depan pintu. Tepat di belakang bibi Shin. E.. Eunjinnie? Aniya... Ia sudah dikuburkan tiga bulan lalu.. Bagaimana ia bisa berada disini? Chakkaman..
"Noona!!! Noona!!"
***
"Mengapa wajah mu pucat begitu Eunhee-ah?", Tanya Kris. Ia berdiri di dekat meja ruang keluarga rumah ku bersama Luhan. Mereka bilang mereka sudah berjanji akan sarapan bersama dengan Kai dan Sehun. Ahh~ Mimpi buruk tadi berefek pada wajah ku pagi ini ternyata.
"Eunhee noona mimpi buruk tadi. Ia sampai teriak-teriak. Untung saja aku segera membangukannya", ujar Kai memeluk manja tubuh ku. Senyumnya membuat ku dapat sedikit melupakan mimpi burukku barusan. Ku tunjukkan juga senyum ku. Aku tidak ingin Kai cemas.
"Kalian seharusnya memberi tahuku kalau ingin sarapan disini. Aku mungkin bisa menyiapkan sesuatu. Sekarang kami tak memiliki apapun untuk dimakan, mungkin aku hanya bisa membuat telur gulung.. Aku belum berbelanja", Ujar ku.
"Jangan pikirkan soal itu. Sehun bilang ia akan dengan membawa makanan", Jawab Luhan tenang.
"Ia bersama YiJie dan Baekhyun juga, jadi ia pasti beli makanan enak"
"Memangnya kalau dia sendiri kenapa?", Seru Sungchan yang duduk pada sofa di samping Luhan. Luhan segera duduk merapat di samping yeojachingu nya itu.
"Ia pasti tidak mau keluar uang banyak. Bisa-bisa sarapan pagi kita hanya dengan roti tawar", benar juga apa yang diucapkan Luhan. Kalau Sehun membeli makanan dengan Kai, mereka pasti hanya akan membeli roti tawar.
"Ya Oppa.. Sehun sudah tidak pelit lagi! Ia sering mentraktir ku makan ddokboki!", Bela Yoora. Eum? Belakangan ini sepertinya Yoora memang sedang dekat dengan Sehun. Kutatap Kai yang terlihat santai saja. Hufh~ kapan adikku akan memiliki kekasih. Padahal aku sangat berharap ia bisa dekat dengan Yoora.
"Sungchan-ah, Yoora-ya bisa bantu aku menyiapkan meja makan?" Tanya ku.
"Tentu saja" Ujar keduanya.
***
10.12 AM
Dari arah ruang keluarga sudah ribut, sepertinya Sehun sudah datang. Bisa ku dengar suara berisik Baekhyun. Yoora langsung meninggalkan dapur untuk menyambut Sehun. "Eonnie aku kesana dulu", pamit Sungchan menyusul.
Aku hanya tersenyum kecil. Mereka nampak bahagia sekali. Sudah lama juga rumah ku tidak seramai ini. Meski mimpi buruk sempat menyambangi ku pagi ini, ku rasa indahnya hari ini tidak akan terpengaruh. Ku lanjutkan menuangkan air minum pada gelas-gelas yang telah ku tata. Aku juga memberikan salad yang sempat ku buat dengan Yoora dan Sungchan tadi. Kudengar suara Sehun berteriak.
"Hyung cepat berikan makanan yang kita beli pada Eunhee noona didapur, agar segera dibereskan dan kita bisa segera makan!", ckckck dasar Sehun. Ia sudah lapar sepertinya. Setelah suara teriakan tadi suara mereka mulai mereda. Hem? Wae? Apa mungkin mereka sudah kelaparan?
Saking sunyinya, sampai-sampai dapat ku dengar suara langkah kaki mendekat. Mungkin itu Kris yang tadi diminta oleh Sehun untuk membawa makan kepada ku. ah mungkin juga bukan, banyak yang bisa dipanggil Hyung oleh Sehun
"Eunhee-ah ini makanannya.. Dimana harus ku letakkan?", Suara itu terdengar di telinga ku. Segera aku menoleh karena itu bukan suara Kris, Baekhyun, Sehun ataupun Luhan. "Letakkan saja disa....", Seketika suara ku seakan habis. Tunggu.. Aku... mungkinkah aku.. belum bangun dari tidur ku.
"SAENGIL CHUKAHAEYO EUNHEE NOONAAAA! !!!!!!", Baekhyun, Sehun, Kai muncul dari balik dinding dapur. Mereka meniup terompet kecil bersama dengan Yi Jie, Sungchan dan Yoora. "SAENGIL CHUKAHAEEYO EUNHEE EONNIEE!!"
Kris dan Luhan membawa beberapa kotak dengan hiasan pita sebagai hadiah ulang tahun ku. Lalu? Dapatkah seseorang menjelaskan padaku apakah aku sudah terbangun dari mimpiku? Karena meskipun disini sudah mulai ramai begini, mata ku masih menangkap jelas sosok Xiumin dengan kue ulang tahun ditangannya.
"Saengil Chukahae Eunhee-ah", Ujarnya pelan. Ia tersenyum layaknya seseorang yang telah begitu lama mengenal ku. Siapa dia? Xiumin? Atau hanya seorang namja yang kutemui di pekebunan waktu itu?
"Ya ya ya Minseok Hyung! Kau memberikan kue tanpa lilin ulang tahun.. Kau hidup jaman batu memangnya?" Protes Baekhyun pada namja dihadapan ku. Rasa kecewa muncul dalam hati ku. Minseok.. Itulah namanya. Tapi untuk apa ia datang kesini? Apa ia ada hubungannya dengan salah satu dari mereka?
"Eunhee noona! Kau melamun terus.. lilinnya sudah ku nyalakan! Cepat noona segera tiup lilinnya, aku sudah lapar!", Sentak Tao yang entah sejak kapan ada disini atau aku yang sejak tadi tidak memperhatikan ia memang ada?
"Ya Zi Tao.. Kalau kau berisik kau pulang saja sana!", Usir adikku Kai bercanda.
"Sudah ku bilang tadi kau jangan ajak Tao, Sehun-ah! Aish jincha!", Sentak Baekhyun memukul tangan Sehun. Sehun hanya cengar cengir meminta damai (?). Tawa kecil ku nampak karena aku bahagia banyak yang datang untuk memberi ucapan selamat ulang tahun untukku yang bahkan tak ingat bahwa hari ini aku berulang tahun. Akan tetapi perhatian ku masih terpusat pada namja pemegang kue ulang tahun ku ini. Keberadaannya membuat ku merasa sedih tanpa sebab yang jelas. Aku.. terlalu berharap ia adalah Xiumin, dan setiap kali mengingat itu aku ingin sekali....
"Noona.. Kau menangis?", Tanya Kai seraya menghapus air mata ku. Air mataku jatuh begitu saja meski tak kuperintahkan.
"Ah.. Aku hanya terharu", Ujar ku beralasan. Kurasakan Luhan dan Kris menepuk pundak ku. "Aigoo.. Aku mengerti sekali kau pasti sedih, setelah dua tahun lamanya, kita baru bisa merayakan pesta ulang tahun bersama lagi" Luhan benar.. Sudah 2 tahun aku terkurung dalam ketakutan ku menghadapi dunia ini. Ashh.. Hikss.. Semua hal selalu membuat ku mengingat Xiumin. "Palli" Seru 'namja itu' terhadap ku "Sebentar lagi lilinnya bisa meleleh ke kue" Sekali lagi mataku terpaku kearahnya, bahkan suaranya sama persis dengan Xiumin. Anggukan ku pelan menyambut ucapannya. Ku pejamkan mata ku perlahan. Shuuu~~ Ku tiup lilin ulang tahun ku setelah mengucapkan permohonan ku dalam hati. Tepuk tangan mereka semua yang berada disini mengiringi padamnya lilin tersebut.
"Gomawo yedeul-a"
"Tidak perlu berterimakasih noona", Ujar Tao.
"Apa sekarang kita sudah bisa makan? Hyaaaaaaa mogooooo". hahahah dasar Tao. Kris menarik kerah belakang baju Tao, "Ya kita harus tunggu Miyoung dan Eunkyo dulu" Tao menunjukkan kekecewaan. Ia segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. “yoboseyo? Ya Kyungsoo hyung!”, seru Tao. Ia menyalakan Loudspeaker mode pada ponselnya agar semua mendengar.
“Mwo Tao-ya?”, ujar Kyungsoo di seberang telepon.
“Ya ppali! Eunhee noona tak mau memotong kuenya jika Kau dan Eunkyo noona tak segera datang!”, gerutu Tao kesal.
“Ah mwoya?! Aku masih mencari kado bersama Eunkyo! Mengganggu saja!”, gerutu Kyungsoo di seberang telepon.
“PPALLI!”, balas Tao. Tak lama kemudian terdengar suara ribut di seberang telepon.
“Berikan teleponnya padaku!”, tak lama kemudian terdengar suara lainnya. “Eunhee onnie! Saengil chukkaheyo! Maaf aku akan sedikit terlambat karena aku ingin memberikan hadiah untukmu! Saranghaeyo~”, ujar Eunkyo panjang lebar di seberang telepon.
“Gomwo Eunkyo-ya”, ujarku menjawab panggilan Eunkyo. Anak itu semakin banyak bicara semenjak ia menjalin hubungan dengan Kyungsoo. Aneh sekali padahal keduanya sama-sama bukanlah tipe orang yang banyak bicara.
“YA NOONA! HYUNG! PPALI!”, seru Tao masih belum menyerah.
“MOLLA!”, balas Kyungsoo di seberang telepon lalu mematikan sambungan telepon Tao begitu saja.
“YA KYUNGSOO-HYUNG!”, seru Tao menatap nanar layar ponselnya. Pupus sudah harapannya untuk segera makan kue karena sepertinya Eunkyo-Kyungsoo masih berjalan-jalan, apalagi Miyoung yang selalu terlambat.
“HAHAHAHAHAHAHHA”, Baekhyun, Kai, Sehun, Kris dan yang lainnya menertawakan Tao dengan brutal. “Kurasa itu pembalasan dari Kyungsoo karena kau sempat merebut Cheesecake milik Eunkyo noona dulu”, seru Baekhyun.
"Mereka selalu begitu haha", Setiap ucapan namja ini selalu membuat ku kembali terfokus padanya. Ia meletakkan Kue ulang tahun di atas meja makan, lalu mengambil pisau kue dan memberikannya pada ku.
"Kita mulai saja…kasihan Tao…Potonglah kuenya, lalu berikan potongan pertama untuk orang yang berarti bagi mu. Kalau kau berikan padaku juga aku pasti terima dengan senang hati hehe". 100% Aku yakin saat ini aku terlihat seperti orang bodoh yang selalu menatapnya. Bagaimana tidak, selain wajah dan suaranya ternyata cara bercandanya pun sangat mirip dengan Xiumin. "Tapi aku baru mengenal mu…Ah.. Kim Eunhee imnida". Ia tersenyum, lagi-lagi senyum itu. "Ahaha.. Untuk apa memperkenalkan diri? sejak tadi aku sudah menyebut nama mu.. Eunhee.. Eunhee.. Eunhee", Bodoh! benarkah ia menyebut nama ku sejak tadi? Ahh~ "Gurae, mianhae"
"Lagi pula aku sudah sering bertemu dengan mu"
"Ne?", a..apa.. Maksudnya ia?
"Aku selalu melihat mu dalam mimpiku"
DEG.. Perasaan macam apa ini? apa yang ia coba katakan pada ku? Di samping ku Kai sudah memaksa agar aku memotong kue ulang tahun ku. Tenang Eunhee.. Ia pasti hanya bercanda. Namja mana yang tidak salah sangka jika ditatap sejak tadi begitu? Namja ini pasti berfikir aku menyukainya, karena itu ia berusaha merayu ku. Aku menyadarkan diriku dari fantasi gila ku. Ku ambil pisau kue dari tangan namja itu, lalu secepat mungkin kupotong kue ini. Potongan kue pertama.. asiihh hentikan Eunhee kau tidak boleh memberikan potongan kue pertama pada orang asing hanya karena ia berwajah mirip dengan seseorang yang kau cintai. "Nae Dongsaeng, Kai"
"Huaa.. Gomawo noona", Adikku Kai memeluk erat tubuh ku.
"Padahal aku sudah lapar, keluh Tao kecewa.
"Kau bisa makan sisa semua kue nya Tao ya", Celetuk Kris dan Luhan.
"Lalu piringnya" Lanjut Sungchan.. Mulai lagi.
"Pisau kuenya juga boleh", Sambung Baekhyun.
Sehun tak mau kalah menyahut. "Lalu makan meja agar lebih spektakuler!"
Lalu Yoora, "Kursi juga".
Lalu diakhiri oleh Protes dari adik ku Kai "Ya! Ini rumah ku! Kalau kalian izinkan begitu, rumah ku pun bisa habis dimakan Tao!"
"Nanti kalian juga kumakan", Selak Tao kesal.
"Nanti kalian juga ku makan!" Tiru Baekhyun.
"Cukup!!", Ujar Yi Jie pusing hahaha. Aigoo perut ku sakit karena mereka.
☆*:.。. o)o .。.:*☆