home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DREAM CATCHER

DREAM CATCHER

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jun 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : EXO OT12, OC
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |71545 Views |5 Loves
DREAM CATCHER
CHAPTER 31 : Bittersweet Sacrifice

 

Ya, ia adalah sahabat kecil ku Lee Miyoung. Sebentar lagi ia akan resmi menjadi seorang nyonya Kim. Haru menyeruak di relung hati ku.. keduanya adalah sahabat kecil ku yang tidak pernah akur sedikitpun. Siapa yang sangka hubungan yang mereka selalu sebut sebagai 'Percobaan' berakhir begitu manis seperti ini. Meski aku tidak terlalu terkejut seperti apa yang kurasakan pada hari pertunangan mereka, tapi.. segala yang berhubungan dengan mereka berdua tetap terasa seperti kejutan bagiku. Lepas dari semua itu.. mereka adalah kedua orang baik hati yang pantas untuk mendapatkan kebahagiaan, aigoo aku jadi tidak sabar menyaksikan janji suci mereka.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

SUHO MIYOUNG FLASHBACK STORY

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Five Years Ago...

Lay menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia juga menceritakan banyak hal yang diucapkan Miyoung saat Miyoung mabuk tadi. Suho mendengarkan setiap ucapan Lay dengan seksama.

"Apakah itu benar?

"Ne", ujar Suho menghela nafas. "Kedua orang tua kami membahas tentang pertunangan antara diriku dan Songhee. Aku bersikeras agar pertunangan itu tidak dilakukan, tapi Songhee justru menerimanya. Aku sama sekali tidak mengerti lagi sekarang. Aku sungguh tidak bisa mempertahankan Songhee, Lay-ah. Tapi Songhee tidak ingin Miyoung merasa semua ini adalah kesalahannya, jadi ia ingin ia terlihat baik-baik saja, makanya ia menerima pertunangan itu.."

"Bagaimana dengan Chanyeol? Kau sudah bicara dengannya?"

"Chanyeol dan Songhee sama-sama mengatakan mereka sudah tidak ada hubungan lain selain teman. Mereka juga sekalipun tidak pernah pergi bersama kecuali ada aku bersama mereka. Setiap kali hal itu terjadi hatiku jauh lebih sakit dibanding aku harus memilih melepaskan Songhee. Aku merasa begitu buruk karena semua ini"

Lay turut menghela nafas mendengar ucapan Suho. Ia menepuk pundak sahabatnya itu pelan. "Mianhae....aku tak bisa banyak membantumu", ujar Lay prihatin.

"Gwenchana....aku tak mau melibatkanmu", ujar Suho tersenyum getir.

"Himnae chingu-ya", ujar Lay mencoba menyemangati Suho sebelum beranjak dari hadapan namja itu.

Suho melirik ke arah kamar Miyoung yang pintunya sedikit terbuka. Ia kembali memasuki kamar itu dan menghampiri Miyoung yang masih tertidur karena ia belum sadar sepenuhnya saat mabuk tadi. Suho kembali menghela nafas berat. Ia sedikit membungkuk dan merapikan selimut Miyoung agar menutupi tubuh yeoja itu dengan benar. Ia hendak kembali meninggalkan kamar Miyoung namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara Miyoung.

"Mianhae....Songhee-ah...jeongmal mianhae....hikss", Suho menoleh ke arah Miyoung setelah mendengar ucapan yeoja itu. Ia kembali mendekati tempat tidur Miyoung. Dilihatnya, yeoja itu tengah tertidur namun air mata tak henti mengalir membasahi wajahnya. Ia tengah mengigau. "Aku...hiks...aku tak bisa menjadi kakak yang baik untukmu...hikss..hh...aku...aku mengorbankan kebahagiaanmu...Aku...memaksamu..menerima Joonmyeon......hikss...mianhae.....Songhee-ah...mianhae...hikss", ucap Miyoung meminta maaf berulang-ulang dalam tidurnya.

Tangan Suho perlahan mengepal mencoba mengendalikan emosinya. Ia tertunduk mencoba menahan tangisnya. Tubuhnya gemetar dengan tangan kanannya mengepal. Ucapan Miyoung terus menggema di telinganya. "Aku.....aku adalah kakak yang jahat..hikss...aku...hngh....", ucap Miyoung lagi sebelum akhirnya ia benar-benar tertidur dan berhenti mengigau.

Clek....pintu terbuka dan Songhee memasuki kamar tidur Miyoung. Ia melihat Suho tengah berdiri tertunduk di samping tempat tidur sang kakak. "Oppa? Kau belum pulang?", tanya Songhee. Suho menoleh ke arahnya dan menatapnya. Songhee bisa melihat air mata tergambar di wajah Suho. "O-Oppa? Kau menangis? Oppa wae guraeyo?", tanya Songhee panik. Ia mendekati Suho dan hendak menyentuhnya namun namja itu refleks bergerak mundur. "O-Oppa....", gumam Songhee tak mengerti. "Oppa kenapa kau menangis-"

"HAJIMA!", seru Suho dengan suara meninggi.

Songhee terkejut dengan sikap Suho tadi. "Oppa....ada apa denganmu?"

"M-Mianhae...aku...", gumam Suho dengan volume yang kembali merendah. Ia lalu berjalan pergi melewati Songhee, yang masih menatapnya dengan tatapan bingung, begitu saja.

***

Suho melangkah pelan menyusuri jalanan perumahan yang terletak tak jauh dari area danau. Ia sengaja berjalan-jalan sendirian untuk menghilangkan penat karena masalah yang terus menekannya bertubi-tubi selama beberapa hari terakhir ini. Tak lama kemudian langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok Eunkyo yang baru saja berpamitan dengan Kyungsoo yang bergegas pergi setelahnya. Suho terdiam sejenak seperti tengah memikirkan sesuatu. Tak lama setelahnya, setelah dirasa bahwa Kyungsoo sudah pergi menjauh, ia melangkah pelan mendekati Eunkyo.

Eunkyo yang berbalik hendak masuk ke dalam rumah, terkejut ketika melihat kehadiran Suho yang berdiri tak jauh darinya. "J-Joonmyeon-ah?", tanya yeoja itu tak percaya. "A-Apa yang kau lakukan malam-malam begini?"

"Aku hanya berjalan-jalan saja mencari angin lalu aku melihatmu dan Kyungsoo", ujar Suho mencoba tersenyum.

"Ah...g-gurae....", ujar Eunkyo canggung. "K-Kau mau mampir?", tanya Eunkyo basa-basi.

Suho menggeleng pelan. "Eunkyo-ya...apa kau sibuk?", tanya Suho hati-hati.

"Ani...wae gurae?", tanya Eunkyo.

"Apa..um...apa kau keberatan menemaniku berjalan-jalan di sekitar danau sebentar saja?", pinta Suho hati-hati.

Eunkyo terdiam sejenak menatap Suho lalu berpikir sejenak. "Gurae.....kaja"

***

"Kyungsoo...tak akan marah kan jika-"

"Aku tak memberitahunya...ia mungkin juga masih di jalan pulang....kkokjongma", Eunkyo memotong ucapan Suho datar tanpa menatap namja itu sedikitpun. Kini mereka tengah duduk bersama di salah satu kursi taman di area danau cinta.

"Gurae...gomawo", gumam Suho tertunduk.

"Apa yang sebenarnya yang ingin kau bicarakan?", tanya Eunkyo to the point.

"Eobseo...", jawab Suho. Ia terdiam sejenak lalu menghela nafas berat setelahnya. "Aku hanya ingin minta maaf padamu atas apa yang terjadi di acara yang kubuat dulu. Aku begitu bodoh dan egois saat itu. Aku hanya memikirkan perasaanku tanpa sedikitpun memikirkan perasaanmu. Aku mempermalukanmu di depan yang lainnya...aku-"

"Gomawo", gumam Eunkyo sekali lagi memotong ucapan Suho. Suho menoleh menatap Eunkyo tak mengerti mengapa yeoja itu justru berterima kasih padanya. "Apa yang kau lakukan saat itu sudah tepat...", ujar Eunkyo. "Aku memang kecewa, tapi setelah kupikir lagi...saat itu...disaat kau berpikir bahwa kau menyakitiku, maka tanpa kau ketahui di saat bersamaan, aku juga menyakiti seorang lainnya.....Jika saat itu aku lah yeoja yang kau pilih, maka kita berkomplot untuk menyakiti seorang lainnya...ia akan merasakan rasa sakit yang jauh lebih dalam dari apa yang kurasakan", ujar Eunkyo.

"Apa kau...membicarakan Kyungsoo?", tanya Suho.

Eunkyo mengangguk pelan. "Aku sudah menyakitinya selama ini. Jika karena bukan insiden yang terjadi pada acara itu dulu....aku tak tahu apakah aku masih mempunyai kesempatan untuk menebus kesalahanku pada Kyungsoo", ujar Eunkyo tersenyum tipis.

"Eunkyo-ya...tapi aku-"

"Naneun gwenchana...kau tak perlu terus merasa bersalah padaku. Aku sudah melupakan apa yang terjadi dan aku akan menjalani hari-hariku bersama Kyungsoo. Aku mungkin belum bisa mencintainya sebesar aku mencintaimu tapi aku akan berusaha. Aku bahagia berada di sisinya....kkokjongma", ujar Eunkyo menatap Suho tersenyum.

"Gomawo Eunkyo-ah", ujar Suho tersenyum lega. Ia mungkin belum bisa menebus semua kesalahannya. Tapi paling tidak, sedikit dari bebannya sudah terangkat.

"Ne..aku harus segera kembali...himnae Joonmyeon-ah", ujar Eunkyo berpamitan. Ia segera bangkit dari kursi dan beranjak pergi.

"Eunkyo-ya!", seru Suho.

"Ne?", tanya Eunkyo yang mendadak menghentikan langkahnya karena Suho memanggilnya lagi.

Suho melangkah mendekat namun ia tetap memberi jarak antara dirinya dengan Eunkyo. "Aku mungkin pernah menghancurkan mimpimu...tapi aku lega ketika kini aku tahu bahwa kini kau telah menemukan seseorang yang akan membantumu membangun kembali mimpi-mimpimu yang baru...", ujar Suho tulus. "Aku berjanji.............aku...akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku padamu dan juga yang lainnya", ujar Suho. Eunkyo menatap Suho dengan penuh tanya apa maksud dari ucapannya itu. Namun, sebelum Eunkyo sempat mengucapkan sepatah katapun, Suho segera membungkuk pelan dan bergegas pergi dari hadapan Eunkyo.

"Himnae....Jooonmyeon-ah", gumam Eunkyo tersenyum tipis memperhatikan kepergian Suho.

***

The next day.........

Miyoung membuka matanya. Kepalanya masih terasa berat akibat efek alkohol yang dirasakannya semalam. "Ah...mori apha....", rintihnya sambil memegangi kepalanya.

"Jaljasseoyo?", ujar sebuah suara lainnya. Miyoung segera menoleh dan terkejut ketika mendapati sosok Suho sudah duduk manis di sofa yang terletak di dekat jendela kamarnya. "Y-Ya Kim Joonmyeon! M-Mwohae?"

Suho membalik halaman koran yang sedang dibacanya. "Kau bisa melihatnya sendiri aku sedang melakukan apa bukan?", tanya Suho tetap terfokus pada koran yang dibacanya.

"Psh..jincha...tak penting juga kau melakukan apa", gerutu Miyoung sambil kembali memijat-mijat kepalanya yang masih terasa berat.

Sreekk~ Suho melipat koran yang sedang dibacanya lalu beranjak berdiri dari sofa. "Cepat bangun dan habiskan sarapanmu lalu segera temui aku di perkebunan", ujar Suho tegas. "Ada yang ingin kubicarakan denganmu"

"Mwo?"

"Perihal pertunanganku dan Songhee...aku membutuhkan bantuanmu di pertunangan kami", ujar Suho.

"Kenapa harus aku?", gerutu Miyoung. Namun Suho segera melemparkan tatapan: jangan-banyak-tanya-lakukan-saja pada Miyoung. "Ah! Arasseo! Arasseo! Geunyang ka! Aku akan bersiap-siap", gerutu Miyoung sembari mengusir Suho keluar dari kamarnya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Suho & Songhee's Engagement Day

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Suasana meriah memenuhi kediaman keluarga Lee. Malam ini anak mereka Songhee akan bertunangan dengan anak tunggal dari keluarga Kim, yaitu Suho. Tamu-tamu yang datang juga bukan dari sembarang kalangan, hampir 70% lebih merupakan kalangan 'berada'. Sudah hampir 30 menit acara pertunangan ini belum dimulai. Tuan dan Nyonya Lee juga Kim sudah berada disana menyambut para tamu.

Baekhyun, Chen dan Kyungsoo berdiri di sekitar Chanyeol yang terus tersenyum walau semua orang tahu hatinya sakit saat itu. "Kenapa kalian berekspresi seperti itu?" Tanya Chanyeol dengan senyuman palsu tersemat diwajahnya.

Baekhyun, Chen dan Kyungsoo tidak memberi jawaban. Mereka yang biasanya selalu ribut itu terdiam dalam suasana prihatin. Keadaan serupa juga ditunjukkan Sungchan. Kakak kandung Chanyeol itu berdiri tak jauh dari sang adik. Ditemani dengan kekasihnya Luhan juga Minseok berada didekat mereka. Sungchan tidak bersuara sama sekali.

Songhee duduk di depan dengan didampingi kedua orangtuanya. Sesekali ia melihat ke arah Chanyeol yang duduk tak jauh di depannya. Namun ketika pandangan mereka bertemu, Songhee mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kemana anak itu? Aish!", gerutu Nyonya Kim. Ia bolak-balik mencoba menghubungi Suho yang begitu sulit dihubungi sejak tadi.

"Biar aku yang mencari Suho oppa, bibi", ujar Songhee menawarkan diri.

"Ah...jincha? Apa tak apa?", tanya Nyonya Kim yang tak ingin merepotkan Songhee.

"Gwenchanayo bibi...aku juga akan mencari Miyoung onnie", ujar Songhee.

"Aigooo...uri ttal manis sekali", puji Nyonya Lee yang senang ketika melihat Songhee peduli pada Suho yang merupakan tunangannya.

Songhee segera bangkit dari kursinya dan berjalan melewati pada tamu yang sudah duduk manis di kursi mereka masing-masing. Namun, tak lama kemudian langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok Suho berjalan memasuki ruangan. Ia tersenyum tipis ketika melihat kehadiran Suho namun secara perlahan senyum itu sirna ketika ia juga menangkap sosok Miyoung berjalan di samping Suho dalam keadaan tangan keduanya terpaut satu sama lain.

Para tamu begitupun dengan keluarga Lee dan Kim tak percaya melihat Suho mengenggam tangan Miyoung. Keduanya melangkah pelan dan berhenti tepat di hadapan Songhee yang masih mematung di tempatnya berdiri. "Kau tak perlu mencariku Songhee-ah......", ujar Suho tenang sementara Miyoung yang berdiri di sampingnya hanya berdiri tertunduk.

"O-Oppa...oppa....ige mwoya? Ige...ige m-mwoya?", gumam Songhee terbata-bata karena ia begitu terkejut melihat apa yang terjadi.

***

A Few Days before The Engagement Day

***

Sepanjang hari Suho berada di perkebunan bunga. Ia berkeliling-keliling tanpa melakukan apapun. Pikirannya melayang memikirkan apa yang harus ia lakukan esok hari. Ia mencintai Songhee, itu pasti. Namun memiliki Songhee dirasa beban baginya. Ia seperti seorang tak berperasaan yang menahan yeoja yang ia cintai di sisinya dan mengabaikan perasaan yeoja itu. Begitu yang ia rasakan saat itu.

"Ya kim Joonmyeon" Tegur Miyoung pelan.

"Ah....kau sudah datang?", tanya Suho yang sejak tadi sudah menunggunya.

"Wae gurae?", tanya Miyoung.

"Aku ingin kau melakukan sesuatu di hari pertunanganku nanti", ujar Suho.

"Mwo?", tanya Miyoung.

Suho melangkah mendekati Miyoung dan menatap yeoja itu dalam. "Jadilah tunanganku", ujar Suho.

Mata Miyoung membelalak mendengar ucapan Suho tadi. "M-Mworago? T-Tapi-"

"Kau ingin menebus kesalahanmu pada Songhee Matchyo? Kau ingin ia bahagia bukan? Begitupun denganku, Noona......", ujar Suho. Ia menceritakan apa yang didengarnya di malam ketika Miyoung mabuk dan mengeluarkan semua isi hatinya. Lay juga menceritakan padanya tentang Miyoung yang terus bertanya padanya, apa sebaiknya ia menggantikan Songhee di hari pertunangan Suho dan Songhee.

Miyoung terdiam sejenak. Ia bertanya pada dirinya sendiri apakah ia mampu melakukan hal itu. Ia memejamkan matanya sesaat. Ia membuka mata kembali dengan jawaban yang telah pasti. "Aku akan melakukan apapun.....". Mata Miyoung berkaca-kaca. Ia membuang pandangannya ke arah lain meski saat ini Suho memandangnya tegas, menunggu apa yang akan ia ucapkan. "Aku.....aku akan menggantikan posisi Songhee di malam pertunangan kalian"

***

Back to Songhee & Suho's Engagement Day...

"Songhee-ah mianhae aku-"

"IGE MWOYA OPPA?! Hhh~ Hiks...Ige mwoya? hiks..", seru Songhee frustasi. Ia memukuli dada Suho. "Ige mwoya...oppa..hikss~ Hiks...", isak Songhee tertunduk.

Suho menarik Miyoung melewati Songhee begitu saja. Ia melangkah tenang melewati para tamu yang menatapnya bingung. Ia melangkah pasti menuju ke hadapan kedua orangtuanya dan juga orang tua Songhee.

"I-Ige mwoya Kim Joonmyeon?", tanya Tuan Kim yang juga tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Aku menghadiri acara pertunanganku. Appa...", ujar Suho tegas. "Dengan Miyoung noona", ujar Suho.

Tuan Kim melangkah mendekati Suho dan... PLAAAAKKKK!! Tamparan keras dilayangkan tuan Kim untuk Suho. "Neo Micheoso? Ini tidak lucu Kim Joonmyeon", ujar Tuan Kim mencoba mengendalikan amarahnya. "Seharusnya kau dengan Songhee-"

"AKU TIDAK MENCINTAI SONGHEE!!", Seru Suho memotong ucapan sang Ayah.

"BERANINYA KAU BERTERIAK SEPERTI ITU PADAKU KIM JOONMYEON!", Balas Tuan Kim hendak menampar Suho sekali lagi namun Nyonya Kim menahannya.

"Yeobo andwaeyo..", gumam Nyonya Kim gemetar.

"Bukankah aku sudah berkali-kali memintamu membatalkan pertunanganku dengan Songhee tapi kau selalu menolaknya", ujar Suho menatap tuan Kim tajam. Tak gentar sedikitpun meskipun ia berhadapan dengan Ayahnya sendiri.

"Neo! KAU SUNGGUH MEMBUAT KU MALU!!", Sekali lagi Tuan Kim tidak dapat menahan emosinya, ia hampir saja melayangkan pukulan ke arah anaknya lagi. Tapi Tuan Lee menahannya. "Sudahlah....", ujar Tuan Lee mencoba menenangkan Tuan Kim.

Suho dan Miyoung membungkuk sembilan puluh derajat pada orangtua mereka. "Jweisonghamnida...", gumam keduanya pada kedua orangtua mereka. Tak lama setelahnya, Suho berbalik menatap Songhee yang masih berdiri mematung menatap keduanya tak percaya. Suho mengajak Miyoung menghampiri Songhee. Setelah keduanya kembali ke hadapan Songhee, Suho melepaskan genggamannya pada tangan Miyoung lalu berjalan menghampiri Songhee. Ia memeluk yeoja itu erat. "Mianhae Songhee-ah....jeongmal mianhae....aku hanya ingin kau bahagia", bisik Suho di telinga Songhee. Ia kemudian menoleh sedikit ke arah Chanyeol dan teman-temannya yang berada di sisi kanannya. Mereka semua menatap tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Oppa....hikss....", gumam Songhee membenamkan wajahnya di pundak Suho dan menangis tersedu-sedu.

Miyoung menggenggam tangan Songhee dari belakang tubuh Suho yang masih memeluk Songhee. Songhee menarik Miyoung perlahan hingga merapat pada Suho dan dirinya. Mereka bertiga saling memeluk satu sama lain. Entah sudah sesesak apa dada Songhee akibat tangisannya. Ia tidak tahu harus bahagia ataupun bersedih karena semua ini. Suho dan Miyoung melindungi nya dan membiarkan diri mereka berdua menjadi korban. Sekedar maaf dan terimakasih dari Songhee pun mungkin tak pernah cukup membayar segala pengorbanan yang Suho dan Miyoung lakukan untuknya, karena itu Songhee hanya bisa menangis tanpa berbicara sepatah katapun.

==Three Years Later==        

Tiga tahun setelah pertunangan adalah batas maksimal yang diperkirakan Suho dan Miyoung untuk mengakhiri permainan mereka. Namun Songhee dan Chanyeol nyatanya belum menikah seperti dugaan awal mereka.

Perkebunan dan toko bunga Miyoung berkembang pesat. Ia juga memiliki beberapa cabang toko bunga di luar kota. Ditambah ia juga mengarang lagu di waktu luang nya. Pekerjaan Miyoung begitu padat. Tak ubahnya dengan Suho, yang kini mengurusi perusahaan keluarga Kim tanpa mengenal lelah. Kesibukan ini yang membuat mereka 'lupa' tentang mencari pasangan hidup yang mereka inginkan. Di depan kedua orang tua mereka, keduanya terlihat baik-baik saja. Menghadiri acara penting bersama, saling memperkenal diri sebagai tunangan dan yang lainnya.

Malam itu Miyoung sangat lelah. Ia baru saja pulang dari suatu tempat, lalu menyempatkan diri mengecek perkebunan bunga nya. Ia memasuki ruang kerjanya. Dahinya mengerut saat ia melihat sosok Suho berbaring di atas sofa masih lengkap dengan pakaian kerjanya. "Apa yang kau lakukan disini? Pulang kerja seharusnya kau pulang ke rumah bukannya kemari”

Suho menoleh setelah mendengar suara Miyoung. "Cih.. seandainya bisa, juga lebih baik aku pulang dari pada menunggu mu disini. Cepat beres-beres lalu kita pulang. Aku sudah mengantuk" Ujar Suho seraya menutup matanya.

"Eomma memintamu menjemput ku lagi?", Tanya Miyoung.

Suho tetap menutup matanya. "Menurutmu bagaimana? tentu saja iya. Mustahil kan kalau aku berinisiatif utuk menjemput mu. hoaamm~" , Ia menguap lebar.

Bukan nya cepat-cepat berberes, Miyoung justru duduk di kursi kerjanya. Ia melanjutkan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda meskipun wajahnya sudah pucat karena terlalu lelah. "Aissh kepala ku", rintihnya. "Kapan pekerjaan ini selesai?", sambungnya sembari menyibukkan diri dengan pekerjaan karena ia telah berjanji pada dirinya bahwa ia tidak akan pergi-pergi seenaknya seperti dulu lagi. Ia juga mendapat larangan keras dari sang ayah. Jadi ia membiarkan dirinya tidak memiliki waktu untuk berlibur.

"Ya Lee Miyoung! Aissh!", Gertak Suho. Ia menghampiri Miyoung, menutup semua berkas-berkas yang hendak Miyoung kerjakan. "Kau tidak punya kaca? Kau tidak tahu lingkar mata mu itu sudah mirip sekali dengan Tao?", seru Suho memegang kuat pergelangan tangan Miyoung. "Ayo pulang", ujarnya tegas.

"Ya.. apa-apaan kau ini? aku tidak suka dipaksa-paksa!", Jawab Miyoung malas.

"Kita harus membeli beberapa pakaian dingin!", Seru Suho.

"Untuk apa? aisssh sudah sana kau pulang saja!", Usir Miyoung.

"Ya! Selama dua Minggu kedepan aku harus pergi ke Paris untuk mengurus beberapa pekerjaan", ujar Suho.

"Kalau begitu beli keperluan sendiri sana.. tidak ada urusan nya dengan ku", ujar Miyoung tetap pada pendiriannya.

Suho menyerah. Ia melepaskan tangan Miyoung, lalu kembali duduk bersandar pada sofa. "Gurae.. kerjakan semua sampai kau selesai. Aku akan menunggu disini"

"Cih" Desis Miyoung.  Miyoung tidak bisa konsentrasi karena Suho terus membuat nya terganggu dengan menanyakan apakah Miyoung sudah selesai atau belum setiap lima menit sekali. "Aaaaiissh!!", gerutu Miyoung menutup semua dokumen yang berhubungan dengan pekerjaannya. "Ayo pulang sekarang! !" Bentaknya kesal.

Suho tersenyum puas. "Lee Miyoung" Ia menahan tangan Miyoung dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kananya ia gunakan untuk menyodorkan dua buah tiket pesawat ke hadapan Miyoung. "Pekerjaan ku di paris hanya dua hari. Sisanya bisa kita habiskan untuk berlibur. Kau lelah.. aku tahu..itu kau pasti membutuhkan liburan"

Tatapan Miyoung terkunci pada dua buah tiket di hadapannya. Sedikit banyak ia dapat menangkap tujuan Suho memberikan tiket itu padanya. Mereka bukan anak kecil yang tidak tahu konsekuensi dari perbuatan mereka. Mereka berdua.. saat ini, saat sudah sejauh ini berjalan, kini terjebak dalam keadaan yang sama seperti Songhee tiga tahun yang lalu. "Kau sudah menyerah rupanya"

Senyuman tipis diperlihatkan oleh Suho. Senyum nya merebak setelah itu, "Lebih tepatnya aku sudah terlalu malas berfikir untuk jalan yang lain". Ia bersandar pada sisi meja, memutar-mutar bolpoin milik Miyoung ditangannya. "Semakin keras kucoba untuk melepaskan beban ku, maka semakin kuat beban itu menghimpit ku. Sebaliknya semakin aku tenang menghadapi semua ini, semakin kusadari pula ternyata semua tidak seburuk yang ku pikirkan. Melihat ke belakang apa yang telah kujalani.. akan lebih sulit lagi jika aku harus memulai hal baru dengan orang lain. Aku juga sudah lupa cara memulai. Hal terakhir yang bisa ku lakukan.. hanya menikmati nya. Bagaimana dengan mu, nona Lee?"

Miyoung memegang tiket di tangannya. "Mau bagaiman lagi? Pilihan mu adalah pilihan ku juga. Kita terjebak di ruangan yang sama. Saling menjatuhkan hanya akan menyebabkan satu diatara kita atau bahkan kita berdua mati", Jawabnya santai.

"Gurae.." Jawab Suho pasrah. Seperti layaknya Suho dan Miyoung, tidak ada tatapan dalam di antara mereka. Mereka lebih sering mengalihkan pandangan mereka ke segala sudut dibandingkan harus saling menatap satu sama lain.

"Lakukan semampu apapun kau berjalan. Kalau memang suatu hari nanti kau berubah pikiran dan jatuh cinta pada yeoja lain. Kau bisa mengatakannya padaku. Kita bisa segera mengakhiri permainan ini"

"Tenyata kau tuli" Ujar Suho.

"Ya! Aku mengerti maksud mu tentang kau memilih menjalani pertunangan ini dengan ku! Aku juga setuju.. yang aku katakan barusan hanya pengandaian saja.. mungkin saja kau suatu hari nanti.."

Lelah yang dirasakan Suho membuatnya semakin malas berdebat dan memang tidak akan ada habisnya juga berdebat dengan Miyoung. Ia lebih memilih untuk melakukan langsung dengan tindakannya. Ia menarik bahu Miyoung dengan cepat. Ia memberanikan diri untuk menyatukan bibir nya dengan bibir yeoja yang sudah menjadi tunangannya selama tiga tahun itu. Otomatis kata-kata Miyoung pun tertahan.

Kemudian Suho melepaskan tautan bibir mereka. Ia menggigit bibirnya sendiri pelan lalu terdiam seperti sedang memikrikan sesuatu. “Ah…hal itu bekerja rupanya”, ujar Suho. “Kudengar apa yang kulakukan tadi adalah salah satu cara ampuh untuk membungkam mulut yeoja yang banyak bicara sepertimu”, ujar Suho santai.

“YA! NEO KIM JOONMYEON!”, Bentak Miyoung. Ia hendak menampar Suho tapi namja itu memegangi kedua tangannya dan menatapnya tajam. Kali ini Miyoung tidak bisa menghindar lagi. Jelas di hadapan matanya kini, mata Suho menatap tajam ke arahnya. Ada getaran yang tidak biasa dalam hatinya. Hal yang ia takutkan akan terjadi selama ia bersama Suho pelahan muncul. Tumbuhnya sebuah perasaan yang sulit keduanya hindari karena mereka sudah terlanjur menjalani terlalu banyak waktu mereka bersama.

"Dengarkan aku sekali ini saja..", Ujar Suho dengan jarak yang tipis antara keduanya. "Tak masalah kau merasa lebih pintar ataupun merasa kau lebih benar dariku. Tapi aku.. adalah calon kepala keluarga mu. Belajarlah untuk tidak membantah ku, nyonya Kim", ujar Suho. Ia menyentuh wajah Miyoung dengan kedua tangannya. "Aku.. tidak.. akan.. jatuh cinta lagi.. pada. .wanita.. manapun.  Aku tidak memiliki waktu untuk itu, begitu juga dengan mu. Pilihan mu hanyalah aku dan pilihan ku hanya kau.. jangan terus menghindar, kau akan lelah sendiri"

"Kau.. dan apa yang kau lakukan barusan..", Miyoung balik menatap tajam pandangan Suho. "SAMA SEKALI TIDAK KEREN!.. jangan coba-coba berlagak sok tampan lagi dihadapan ku. Kau membuat ku mual!", seru Miyoung mendorong Suho sampai..

Brukkk Suho terjatuh. "Aissh YA! Lee Miyoung neo Jincha!"

BRAKK.. Miyoung membanting pintu ruang kerjanya setelah sampai di depan. Ia terhenti sesaat dan sebuah senyum menghiasi wajahnya. "Gomawo.. karena kau tidak pernah sekalipun mempersulit ku menjalani semua ini. Juga.. terimakasih karena telah menjaga ku dengan baik.. Joonmyeon-ah", gumam nya. "Ehem.. Ya Kim JoonMyeon Pallii!!" Bentak Miyoung memanggil Suho tak lama setelahnya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

END SUHO MIYOUNG FLASHBACK STORY

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Back to current time

10.20 AM

POV : Author

"Chris-ah, Christina-ya apa yang sedang kalian lakukan? Aku sudah menunggu di ruang piano sejak tadi. Kenapa kalian masih saja disini?", Tanya seorang wanita muda pada kedua anak kembar berusia empat tahun bernama Chris dan Christina.

"Piano Nae Style aniya" Jawab namja kecil bernama Chris.

"Suri sonsaengnim.. Wedding party is my style.. aku ingin menyusul Appa dan eomma", Sahut Christina.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK