home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DREAM CATCHER

DREAM CATCHER

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jun 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : EXO OT12, OC
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |71545 Views |5 Loves
DREAM CATCHER
CHAPTER 24 : Bittersweet Feeling

☆*:.。. o)o .。.:*☆

NEXT 5 DAYS

☆*:.。. o)o .。.:*☆

07.12 AM

Di luar beberapa hal, sebagian telah berangsur membaik dan kembali seperti semula. Pagi itu cuaca cukup cerah. Satu persatu dari siswa Hong Music & art Academy memasuki halaman Hong Academy dengan riang.

Miyoung menggandeng Eunhee yang sudah dua hari terakhir kembali ke academy. Ia tidak perlu memikirkan tentang berkas-berkasnya. Jelas Miyoung dan Suho menghandle segala yang berhubungan dengan academy dengan mudah.

"Eotte? Kau senang kembali ke academy?" Tanya Miyoung seraya merangkul pundak Eunhee.

"Eum" Jawab Eunhee cepat beriring sebuah anggukan riang.

"ONNIEDEUL!", terdengar suara seseorang di belakang mereka. Terlihat Eunkyo berlari ke arah mereka. "Eunhee onnie! Omo!", seru Eunkyo sembari memeluk Eunhee. "Aku mendengar kabar tentang kembalinya dirimu ke akademi...maaf aku baru bisa menemuimu sekarang...mianhaeyo", ujar Eunkyo masih memeluk Eunhee. Yeoja itu menepuk-nepuk  pelan pundak Eunkyo seolah mengatakan bahwa ia tak mempermasalahkan hal itu.

"Psh...jincha...lalu bagaimana kondisi Kyungsoo?", tanya Miyoung.

"Ah...Kyungsoo-ya gwenchaneunde...harusnya ia kembali hari ini, tapi aku belum melihatnya", ujar Eunkyo.

"Gurae...kalau begitu, ayo kita antar Eunhee ke kelasnya", ajak Miyoung. Ketiga yeoja itupun segera bergegas pergi.

Songhee berjalan di belakang ketiganya. Ia tengah di sibukkan dengan status SNS rekan-rekan sekelasnya.

POST »» Do Kyungsoo

Finally.. Back to Academy ^^

REPLY » Park Chanyeol

WELLCOMMEEEEEE KYUNGSOO-YA~

REPLY » Kim Jongdae

Aissshh sial.. aku kalah cepat mereply!!

REPLY » Park Chanyeol

:p

REPLY » Lee Songhee

Memangnya kenapa kalau tidak mereply pertama? =_=

REPLY » Xi Yi Jie

Harga dirinya jatuh dari lantai 60 Songhee-ah

REPLY » Kim Jongdae

Ya.. mengapa sekarang kalian mereplay cepat-cepat sekali? T.T andweee..

REPLY » Byun Baekhyun

Atau mungkin tangan mu yang melambat Jongdae-a.. mungkin kecepatannya terkikis cinta Minhyo noona.

REPLY » Park Chanyeol

EHEMMMM... ~~~ Aku melihat ada yang makan siang bersama di kantin kemarin uhukkk.. ehemm ehemm..

REPLY » Park Chanyeol.

Baekhyun-ah kau bolos lagi hari ini?

REPLY » Kim Jongdae

YA!!! BEBEK BURUK RUPA Jangan mulai! ku hajar kau nanti!!

Kau juga Park Chan Chan! jangan menyebar gosip! aku tahu aku tampan.. tapi tak usah menjadi stalker ku begitu.

REPLY » Kim Jongdae

Hum.. Kau bolos terus Byun Byun.. Ada yang merindukan mu di kelas uhuukkk!!

REPLY » Lee Songhee

YUHUUUUU... Jongdae-Minhyo eonnie jjang~!

REPLY » Xi Yi Jie

Kelas damai sekali tanpa Baekhyun.. ^^

REPLY » Byun Baekhyun

Ara Ara... Kalian semua merindukan ku.. Tapi maafkan aku T.T aku belum bisa datang.. Schedule ku padat sekali..kkkk /FLYING KISS FOR JONGDAE/ Saranghaeee~

REPLY » Kim Jongdae

JANGAN MEMBUAT KU MUAL PAGI PAGI BEGINI...

Bukan aku yang merindukan mu..

REPLY » Xi Yi Jie

Mengaku saja Jongdae-ah, kau fans berat Byunnie

REPLY » Byun Baekhyun

Ya! Ya! Ya Shimi-ya!! pangggilan macam apa itu?!  kau belum minta izin memanggil ku begitu!

REPLY » Xi Yi Jie

Memang kau pernah minta izin memanggil ku Shimi huh?!

REPLY » Kim Jongdae

UHUKKKK!!!!

REPLY » Park Chanyeol

EHEM...

REPLY » Lee Songhee

Wae? 0-0

REPLY » Byun Baekhyun

Kalian semua minum obat sana hahaahha

Songhee menggaruk kepalanya. Ia bingung mengapa Chanyeol dan Chen tiba-tiba menulis postingan seperti itu. Untuk siapa postingan tersebut ditujukan? pikirnya. Dari kejauhan, ia melihat Suho baru datang. Setelah memilih untuk membiarkan semua berjalan begitu saja, kini Songhee merasa semua menjadi lebih mudah baginya. Ia dan Chanyeol masih bersahabat baik. Hubungannya dengan Suho juga masih lancar-lancar saja. "Oppa!!" Panggilnya.

Begitu melihat Songhee, Suho segera menghampiri yeoja itu. "Pagi Songhee-ah...kau datang sendiri?"

"Pagi Oppa" Jawab Songhee. Ia dan Suho berjalan masuk berdua. Ia juga baru sadar Miyoung dan Eunhee sudah pergi entah kemana. "Hehe.. Tadi dengan Miyoung eonnie dan Eunhee eonnie... tapi kemana mereka sekarang ya?"

Suho mengacak-acak rambut Songhee. "Dasar.. kau pasti sibuk dengan hal lain"

"Hehe ne.. Oppa tahu saja" Jawabnya. Perhatian Songhee kembali tersita pada Handphone nya. Ia tekekeh karena Jongdae merusuh pada post orang lain lagi.

"Songhee-ah, pulang nanti akan ada pertemuan #-/#/@-#/#++#+(#(#+#-/%/%", Suho bicara panjang lebar mengingatkan Songhee tentang pertemuan nanti sore. Ia dan Miyoung diundang oleh ayah mereka mewakili keluarga Lee dalam acara itu. "Kau sudah siapkan semuanya kan?"

"Hahaha" Tawa Songhee.

Suho menoleh kesampingnya, "Songhee-ah…"

"Ne?", Tanya Songhee polos.

"Kau tidak mendengarkan ku?", ujar Suho sedih.

"Ah Mianhae Oppa.. bisa diulangi?" Pinta Songhee.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

07.15 AM

Inkyung membuka pintu kamar Baekhyun cepat.  "Baek", panggilnya singkat.

"Ho?", jawab Baekhyun santai berbaring di tempat tidur nya sambil memainkan handphone.

"Kau tidak berangkat lagi hari ini?"

Baekhyun meletakkan handphonenya di atas tempat tidur dan ia bangkit dari sana. Baekhyun Berjalan menghampiri Inkyung. "Mau bagaimana lagi", Jawab Baekhyun cuek. "Tidak ada yang bertanya pada mu kan?"

"Kyungsoo.. beberapa kali ia bertanya padaku…ku jawab kau sedang ke luar kota", ujar Inkyung.

Baekhyun meletakkan tangannya di depan kening Inkyung lalu mengelus pelan rambut yeoja itu. "Aigoo.. uri noona…gomawo"

Inkyung menepis tangan Baekhyun, "Ya! Neo?! jajungna", gerutu Inkyung.

"Hehe.. Aku ke kamar Eomma dulu. Kau berangkat sana.. nanti terlambat", usul Baekhyun santai.

***

Tok tok tok tok tok... Baekhyun mengetuk-ngetuk pintu kamar Sang Ibu. "Morning Eomma", Kepalanya muncul dari balik pintu, menyapa riang sang ibu, meskipun jauh di dalam hatinya Baekhyun merasa begitu lelah. Baekhyun mendekati ibunya dengan santai. Ia melirik sarapan di meja samping tempat tidur belum disentuh oleh sang Ibu.

Memburuknya keadaan Minseok sangat mempengaruhi psikis sang Ibu. Meski Minseok bukanlah anak kandungnya, tapi sejak kecil hingga dewasa anak itu selalu menurut dan sering juga membanggakan keluarga tersebut. Wajar Nyonya Byun begitu terpukul dengan kenyataan yang harus diterimanya lima hari lalu. Setelah dokter memeriksa keadaan Minseok, Dokter menyatakan tidak ada penyakit serius yang diderita Minseok, hanya saja entah karena alasan apa Minseok tidak juga bisa membuka matanya. Dokter tidak bisa memastikan sampai kapan Minseok akan terus seperti itu.

"Eommaa~~", Panggil Baekhyun manja. "Eomma sarapan eomma nanti dingin, eomma mau ku suapi?"

"Eomma tidak lapar Baekhyun-ah", Jawab Ny. Byun murung. Selama lima hari terakhir ini kesehatan Nyonya Byun terus menurun karena ia selalu menolak untuk makan.

Selang infus yang terpasang pada lengannya juga tidak banyak membantu memulihkan kesehatan yeoja itu.

"Padahal bibi Yoo (Asisten rumah tangga keluarga Byun) sudah memasak makanan kesukaan eomma. Hemm enak sekali tampaknya…Eomma cicipi sedikit saja ya?", Bujuk Baekhyun tetap manja dan ceria. Baekhyun meletakkan meja kecil tempat makanan didepan sang ibu. Ia mengambil sumpit, meyumpit selembar daging lalu mengarahkannya pada sang ibu. "Eommaa.. aaa" Candanya.

BRAKKKKK!!

Disaat bersamaan, Sehun masuk ke dalam kamar Ny. Byun dengan terburu-buru. "Baekhyung h...", Sehun membeku didepan pintu kamar saat ia melihat makanan sudah berserakan di lantai. Nyonya Byun baru saja menepis tangan Baekhyun yang berusaha menyuapinya sehingga seluruh makan itu tumpah ruah ke lantai.

Baekhyun membeku di posisinya sembari menatap nanar makanan yang kini berserakan di lantai tersebut. Seulas senyum getir tergambar di wajahnya. 

Sehun sendiri juga masih membeku di tempatnya. Ia menghela nafas melihat apa yang baru saja terjadi. Ia merasa tak tega dengan Baekhyun yang terlihat begitu keras mengatur emosinya di depan sang Ibu, karena kondisi sang ibu sendiri juga sama tak stabilnya dengan dirinya.

"Sehun-ah pallii!!", Pekik Inkyung. Ia muncul dari arah belakang Sehun dan tak sengaja ia melihat kejadian di dalam. Ia ikut membeku bersama Sehun disana. "Ayo berangkat", ujar Inkyung datar.

"Tapi Noona", tahan Sehun.

"Jangan membantah.. sekarang juga pergi ke mobil, aku akan menyusul", Perintah Inkyung pada Sehun.

"Ne", Jawab Sehun patuh. Ia pergi meninggalkan kamar seperti perintah Inkyung.

Di dalam kamar, Baekhyun sedang membereskan makanan yang berserakan. Seorang pelayan juga ikut membantu Baekhyun sampai semua makanan yang berserakan selesai dibersihkan.

Inkyung masih berdiri di depan pintu. Ketika pelayan sudah keluar kamar, Inkyung melangkah masuk ke dalam kamar. "Sebaiknya bibi tidak mendramatisir suasana. Apa bibi pikir dengan cara seperti ini Minseok Oppa bisa sadar?", ucap Inkyung ketus.

Baekhyun menahan langkah Inkyung. "Pergilah…kau bisa terlam-"

"Diam!!”, potong Inkyung sembari menatap tajam Baekhyun. “Kalau kau tidak bisa bicara, biar aku yang bicara", sambungnya Inkyung tegas.

"Inkyung-ah!!", Gertak Baekhyun pelan, ia hanya memberi peringatan.

Inkyung tidak gentar sma sekali dengan gertakan Baekhyun.  "Minseok Oppa bukanlah anak kandung mu bibi! Kalau dia mati apa kau juga akan mati?!!! Kau pikir semua akan selesai jika kalian berdua mati?!", seru Inkyung.

“Hentikan…”, pinta Nyonya Byun.

“Apa bibi pikir dengan bibi bersikap seperti ini akan membuat kondisi Minseok oppa akan menjadi lebih baik? Aniyo! Kau membuat kondisinya semakin memburuk!”, sambung Inkyung dengan nada suara yang semakin meninggi.

"HENTIKAN!!", Teriak Nyonya Byun. Ia menutup kedua telinganya. Ucapan Inkyung membuatnya semakin merasa tertekan. Yeoja setengah baya itu menangis. "Hhikss.. Hiksss Hikss"

"Geumanhae jebal", gumam Baekhyun segera menarik paksa Inkyung keluar dari kamar sang Ibu agar masalah tidak semakin melebar.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

07.20 AM

Minhyo baru datang. Ia memasuki ruangan kelasnya. Pagi ini ia kurang bersemangat karena saat sarapan tadi, Ayahnya kembali membahas tentang persiapan kepergian dirinya ke Jepang setelah kelulusannya nanti. Ia melihat kalender yang terdapat pada handphonenya. Waktunya hanya tinggal sebentar lagi. Langkah Minhyo terhenti saat ia melihat Eunhee duduk di samping Kris. Mereka tertawa bahagia mendiskusikan sebuah majalah yang tengah mereka baca. "Bahkan kuda itu pun mungkin tidak akan merindukan ku.. apalagi Jongdae", gumamnya lirih.

Minhyo melewati kursi yang seharusnya menjadi tempatnya duduk. Ia tidak ingin menganggu Kris dan Eunhee. Ia duduk di belakang keduanya.

"Ya Minhyo-ya, kenapa duduk disini? Ini tempat Sungchan", tegur Luhan.

"Aku tidak mau menganggu yang di depan itu", Jawab Minhyo sambil menunjuk kea rah Kris dan Eunhee.

"Kalau begitu jangan ganggu kami (Ia dan Sungchan) juga", jawab Luhan ngotot. Luhan menendang bangku Kris saking paniknya Minhyo akan terus duduk di tempat Sungchan "Kris!"

"Ya! Mwo?!!", Teriak Kris kesal. "Mwo mwo mwo?!!"

"Kau membuang teman sebangku mu? kau jahat sekali!", tegur Luhan.

***

11.48 AM

Minhyo menikmati makan siangnya sendiri. Sejak pagi tadi ia sedang ingin berada jauh dari semua orang. Sudah empat cup ramyun ia habiskan seorang diri. Ia tidak mau memikirkan apapun, karena itu ia mencoba makan sebanyak mungkin. Berharap hal itu dapat membantunya melupakan semua hal.

"Minhyo-ya", Seru Kris. Ia menghampiri Minhyo lalu duduk di meja yang sama dengan Minhyo. Ia tidak percaya Minhyo menghabiskan begitu banyak ramnyun. "Ya Neo Michoseo! Kau makan sebanyak ini? Kau lapar atau doyan?"

"Bukan urusan mu", Jawab Minhyo cuek. Slurpp Slruppp~ ia malanjutkan makan tanpa mempedulikan Kris.

Kris meletakkan sebotol kecil cola di meja tersebut, "Untuk mu".

Tidak ada jawaban dari Minhyo. Ia sibuk dengan menghabiskan ramnyunnya. "Ah~" Ia berhasil menghabiskan cup keempat, bersiap menghajar cup kelima.

"Ya Hajima….kasihan pencernaanmu", tegur Kris.

"Shuutt!! kau diam saja! kalau lapar, kau pesan saja sana! tapi jangan ambil milikku", gerutu Minhyo. "Hmmm.. ", Ia menghirup wangi Ramyun kelimanya. "Selamat makan" Ujarnya yang kelima kalinya.

Entah mengapa hati Kris terasa sakit ketika melihat sikap Minhyo yang tak biasa. "Ya! Kim Minhyo", seru Kris lagi "Hentikan..jebal", bujuk Kris sekali lagi. Namun yeoja itu tetap mengabaikannya. Ia tetap menikmati ramyun kelimanya. "Kim Minhyo!", panggil Kris sekali lagi dan lagi-lagi Minhyo tetap mengabaikannya. "YA! KIM MINHYO!" seru Kris yang mulai tak sabar. Ia menarik cup ramyun Minhyo hingga sebagian kuah panas Ramyun tersebut menumpahi tangannya. Beberapa pasang mata di kantin memperhatikan mereka. Kris menatap mereka satu persatu. Mereka menjadi canggung, lalu berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

Minhyo sendiri terdiam sesaat dengan kondisi masih memegang sumpit ditangannya.

"Tidak ada orang yang terus hidup bahagia di dunia ini", ujar Kris. "Kau tidak juga berdosa hanya karena kau merasa sedih.. berhentilah bersikap seperti ini..neo wae gurae? wae? Malhae", desak Kris agar Minhyo mau bercerita padanya tentang apa yang membuatnya begitu sedih.

Minhyo meletakkan sumpitnya. Ia tertunduk lesu dansecara perlahan terdengar isakan pelan dari yeoja yang selalu terlihat ceria tersebut. "Hikss.. Kalian semua nampak bahagia hikss.. Aku juga harus hikss bahagia melihat itu.. hh~ "

Kris hanya terdiam mencoba mendengarkan apa yang ingin diucapkan Minhyo.

“T-Tapi.. Hiksss.. eung hiksss", Tangis Minhyo semakin terisak. Ia menunduk dan terus menangis. "Akankah hikss.. seseorang saja dari kalian menangisi ku saat aku pergi nanti? hikss.. aku…..aku tidak ingin menganggu kebahagiaan kalian.. aku ingin memberi tahu tentang kepergian ku, tapi aku hikss..tidak ingin mereka.. memikirkan ku hikss"

Selama mendengarkan Minhyo bicara,mata Kris tertuju pada sesuatu. Di kala Minhyo tertunduk, ia diam-diam melakukan sesuatu sebelum kembali focus mendengarkan cerita Minhyo. Tawa dan canda yang selama ini selalu ditunjukkan oleh Kris dan Minhyo hilang begitu saja detik itu, keduanya hanya bisa terdiam, tenggelam dalam kesedihan mereka. Hanya Minhyo, Kris dan Miyoung yang mengetahui tentang kepergian Minhyo. "Aku.. begitu egois bukan? hikkkss.. Hanya demi untuk mengharap seseorang menangisi ku.. aku sampai berfikir apakah hikss... lebih baik aku memberi tahu mereka semua tentang kepergian ku.. Aku.. seharusnya tidak seperti ini", isak Minhyo.           

"Minhyo Noona", ujar sebuah suara lainnya.

Minhyo tersentak saat suara yang dikenalnya muncul dari belakangnya. Ia tidak berani menengok ke belakang. “J-Jongdae?”, gumamnya tak percaya.

 Ia menatap Kris seolah bertanya apa yang ia harus lakukan, tapi. . ia justru mendapatkan kenyataan Kris memegang handphonenya yang menyala dan jelas sedang tersambung dengan seseorang. Minhyo dapat membaca nama Kim Jongdae di sana.

"Mianhae.. Patrick", ujar Kris. "Aku tidak cukup pandai dalam menghibur orang.. Aku.. terlalu keren", canda Kris. Rupanya sejak tadi Kris sengaja menelpon Chen agar Chen mendengar semua percakapan dirinya dengan Minhyo. Ia melakukan hal itu karena ia tidak tahu bagaimana caranya menghibur Minhyo. Minhyo selama ini selalu ceria, ia sendiri begitu sedih melihat sikap Minhyo yang berbeda sejak pagi tadi. Kris menepuk pelan pundak Minhyo. "Aku bantu sampai disini saja", ujar Kris lalu pergi meninggalkan Minhyo dan Chen.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

12.01 PM

"Yoora-ya,  Ayo makan siang", ajak Sehun.

Yoora menggeleng pelan. Ia tidak bersemangat sama sekali. Ia membereskan semua peralatan tulisnya ke dalam tas. "Sehun-ah, aku tidak akan ikut kelas setelah makan siang", ujar Yoora datar.

"Wae?"

"Aku dan Kai ingin menjenguk Tao ke Rumah sakit.. kau mau ikut?"

Sehun berfikir cukup lama sebelum menjawab. "Sehun-ah", tegur Yoora.

"Ah.. ne..ne.. Aniya.. Kau pergi dengan Kai saja", jawab Sehun. Sehun mengeluarkan bekal makan siang dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Yoora. "Ah ini.. Kau dan Kai pasti lapar nanti. Kalian bisa makan ini berdua. Jangan lupa kalian jangan pelit pada Tao kalau sampai ia bangun dan minta ini juga hehe", ujar Sehun.

Yoora terdiam menatap Sehun sesaat lalu menerima bekal yang diberikan Sehun. “Gomawo Sehun-ah", ujar Yoora tersenyum tipis.

Kai menghampiri mereka berdua tak lama setelahnya. "Yoora-ya, Ayo…Sehun-ah…kau tak mau ikut?", ajak Kai.

Sehun hanya menggeleng pelan. “Ani…kalian saja…sampaikan salamku pada Tao jika ia sudah sadar”, ujar Sehun tersenyum.

“Gurae…”, ujar Kai lalu menoleh pada Yoora. “Yoora-ya, kaja”, ajak Kai.

"Ne..", Yoora berdiri dari kursinya. Ia dan Kai berjalan berdua keluar dari dalam kelas.

Sehun memperhatikan mereka dari belakang. "Kalian serasi sekali", ujarnya tersenyum miris. Ia sadar betul, ia adalah orang pertama yang memutuskan mundur dari 'medan perang' demi kebaikan mereka semua. Dengan begitu, kalaupun Tao sadar nanti, akan mengurangi beban Yoora jika hanya harus memilih Kai atau Tao tanpa harus mempertimbangkan dirinya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

12.03 PM

Bandit gank baru saja menyelesaikan kelas mereka hingga tiba-tiba Chen memutuskan untuk pergi lebih dulu begitu saja setelah menerima sebuah panggilan telepon dari seseorang. Hal itu membuat teman-temannya bingung.

"Kira-kira siapa yang menelpon Jongdae tadi, sampai-sampai anak itu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun pada kita?", Tanya Chanyeol membahas hal itu lebih dulu.

"Hm.. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi. Apa mungkin dari orang tua nya atau seseorang yang dekat dengannya sedang mengalami kesulitan? aku mencemaskannya", ujar Songhee.

“Eum…nado….Baekhyun pun juga tak ada kabar ia bolos terus selama beberapa hari terakhir ini..”, keluh Chanyeol.

Kyungsoo melirik Chanyeol sekilas dan menghela nafas pelan. Ia juga sedikit mengkhawatirkan kondisi Baekhyun yang sering membolos akhir-akhir ini. Sebelum berangkat ke akademi, ia sempat mengunjungi rumah namja itu namun ia hanya bertemu dengan Inkyung yang memberitahunya bahwa ia sedang keluar kota. Namun entah mengapa, ia tak percaya sepenuhnya akan kabar tersebut.

"Kita tunggu kabar dari mereka saja", Jawab Kyungsoo. Tak lama kemudian, Handponenya berbunyi dan terdapat sebuah panggilan di sana. "Yeoboseyo? Eo? Kau sudah selesai? Arasseo…aku akan segera kesana…gidaryeo Jagi~”, ujar Kyungsoo manis.

"Woooo~~!", Goda Songhee, Micha dan Chanyeol. "Gidaryeo Jagi~", ledek Chanyeol menirukan mimic wajah Kyungsoo.

"Geumanhae..", Jawab Kyungsoo tersipu malu. "Eum.. mianhae…aku.. pergi duluan", pamit Kyungsoo.

"Palli kha kkkk.. nanti 'jagiya' mu menunggu. Eiii Jincha~", goda Chanyeol  mendorong pelan Kyungsoo sambil terkekeh. "Jangan pikirkan kami hahaha"

"Aku juga tidak berniat memikirkan kalian ahahha", canda Kyungsoo. “Na kalkke!”, ujarnya. Ia lalu berlari cepat menuju perpustakaan academy.

“Ah…jincha…anak itu…tak kusangka namja pendiam sepertinya bisa juga memiliki kekasih…”, ujar Songhee memperhatikan Kyungsoo yang semakin menjauh.

“Bahkan kupikir ia sama sekali tak tertarik pada wanita kkk”, ujar Chanyeol. “Ah…ngomong-ngomong, Kalian ingin ikut ke kantin? Aku ingin makan siang dengan Sungchan noona dan Luhan Hyung", ajak Chanyeol.

Songhee mengangkat tangan. "Ah chakkaman…tapi aku harus menghubungi Suho Oppa dulu. Nanti dia merasa dilupakan hehehe"

Chanyeol terkekeh, meski dalam hatinya terasa sesak. Tapi ia harus menerima kenyataan Songhee bukan lagi miliknya. "Gurae.. jangan sampai Suho hyung salah paham"

"Kalian saja…aku tidak lapar.. aku ingin menyelesaikan tugas di taman belakang sekolah saja", jawab Micha tenang. "Aku duluan, Annyeong", ujarnya berpamitan.

"Annyeong noona"

"Annyeong eonnie", Songhee lalu mengirim pesan pada Suho. Setelah itu ia mengajak Chanyeol untuk segera ke kantin. "Chanyeol-ah.. palli, aku lapar sekali"

"Araseo.. palli"

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Jam makan siang telah tiba. Sebagian siswa sudah berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka yang kelaparan. Eunkyo menoleh menatap Miyoung yang tengah sibuk berjalan kesana kemari. Ia menatap Lay seolah bertanya ada apa dengan Miyoung, namun Lay hanya menggeleng pelan. “Eonnie, neo gwenchanayo? Apa kau mau makan siang?”

“Ani…”, jawab Miyoung singkat.

Eunkyo menghela nafas melihat sikap Miyoung. Tak lama kemudian, Lay mencolek Eunkyo dan menunjuk kea rah pintu kelas mereka. Eunkyo menoleh dan mendapati Kyungsoo sudah berada di sana sambil melambaikan tangan ke arahnya. “Geunyang ka…Kyungsoo sudah menunggumu”, ujar Lay.

Eunkyo menghela nafas pelan. “Gurae…na kalkke”, ujar Eunkyo segera bergegas pergi menghampiri Kyungsoo dan keduanya pun pergi tak lama setelahnya.

 "Kepala ku sudah tidak digunakan untuk berfikir.. " gerutu Miyoung sambil memijat-mijat dahinya, selepas kepergian Eunkyo.

Lay yang duduk di sampingnya hanya bisa menggeleng-geleng ikut pusing dengan melihat sikap Miyoung. "Noona, kepalaku ikut pusing karena noona terus mondar mandir tidak karuan sejak tadi. Semua orang sudah keluar kelas dan sekarag aku ingin tidur. Tapi noona berisik sekali", keluh Lay.

"Lay-ah", Miyoung menyambar tempat duduk di samping Lay tanpa mempedulikan keluhan namja itu. "Menurut mu apa yang harus ku lakukan malam ini?"

"Ho? Moreugesseoyo…kalau kau bosan kau bisa pergi ke perkebunan atau shopping atau tid-" Lay tidak mengerti sama sekali arti pertanyaan Miyoung.

"Malam ini.. keluarga ku dan keluarga Suho akan bertemu”, ujar Miyoung memotong ucapan Lay. “Mereka akan membahas mengenai pertunangan Suho dan Songhee nanti malam". Miyoung kemudian menghembuskan nafasnya berat. "Ottokhaji? Apa yang harus ku lakukan? menggagalkannya? atau membiarkan semuanya terjadi begitu saja? tapi aku tidak yakin Songhee akan baik-baik saja dengan hal ini, eothhokhe?", gumam Miyoung frustasi.

Lay hanya melongo mendengar ucapan Miyoung.

"Hhh~~mian.. tidak seharusnya aku menyusahkan mu", ujar  Miyoung mengecek dompetnya lalu memasukkan ke dalam tas. "Aku harus pergi ke suatu tempat untuk menenangkan pikiranku. Aku tak akan mengikuti kelas berikutnya. Percuma saja, berada disini pun aku tidak bisa berfikir apa-apa, na kalkke Lay-ah", ujar Miyoung hendak pergi.

"Noona!”, panggil Lay tiba-tiba.

Miyoung menoleh ke arah Lay. "Ne?"

Lay mengambil tas ranselnya dan berjalan mendekati Miyoung. "Kurasa kelas juga memang mulai membosankan setiap mendekati ujian mid semester seperti ini…..aku lelah…apa kau keberatan jika aku ikut?"

"Psh.. tentu saja tidak! kaja!", seru Miyoung.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

12.10 PM

Sehun mengendap-endap berjalan memasuki halaman belakang sekolah. Luhan dan Sungchan yang kebetulan lewat, tak sengaja memperhatikan tingkah aneh Sehun itu. "Baby.. Sehun sedang apa? Tingkahnya aneh sekali"

"Kalau dia bertingkah wajar, berarti ia sedang kesurupan" Tanggap Sungchan datar.

"Tapi.. kali ini aneh sekali"

Sungchan lagi-lagi santai menanggapi. "Itu berarti ia normal…jika Sehun bersikap normal, baru kau boleh mengkhawatirkannya"

"Yeobo.."

Slupp.. Sungchan mengganjal (?) mulut Luhan dengan lolipop agar namja itu berhenti bicara. Ia merangkul tangan Luhan karena perutnya sudah lapar. "Kita harus segera pergi. Chanyeol pasti sudah menunggu kita"

Luhan selalu lupa segalanya, saat permen lolipop pemberian Sungchan masuk ke dalam mulutnya. "Heheh.. Kau benar", Ia melepas pegangan tangan Sungchan, lalu merangkul pundak yeoja yang dicintainya itu. "Ayo Jagiya"

"Baby, Yeobo, Jagiya.. kurang dari tiga menit, ia sudah memanggilku dengan tiga panggilan berbeda. ungguh aku tidak mengerti apa yang ada di otaknya itu. Ya Tuhan ampuni dosa bocah ini" Gerutu Sungchan.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

12.11 PM

Sepanjang hari hanya handphone yang menjadi pusat perhatian Micha. "No updates”, gumamnya lesu. "Neo ediya.. Huffh~". Tak lama kemudian, ia merasakan ponselnya bergetar.

POST »» Byun Baekhyun

Saat nya makan siangggg... selamat makannn ^^

REPLY » Xi Yi Jie

Baegopha.. T.T

"Noona", gumam Sehun yang tiba-tiba berada di belakang kursi taman yang Micha duduki.

"Eo?! Sehun-ah? kau sedang apa disana? Bersembunyi?" Tanya Micha heran karena Sehun bersembunyi di belakang bangku.

Sehun memberi isyarat pada Micha untuk memelankan suaranya. "Shuutt.. Aku tidak ingin Inkyung noona melihat ku bicara pada Micha noona!  nanti ia curiga"

“Wae?", Tanya Micha semakin tak mengerti.

"Ia meminta ku untuk tidak ikut campur.. tapi aku merasa aku harus melakukannya"

"Aku semakin tidak mengerti", Micha menggaruk kepalanya semakin bingung.

"Ini tentang Baekhyun hyung.. "

"Baekhyun?"

"Eo.. Noona tidak curiga mengapa ia tidak masuk selama lima hari terakhir ini? Apa noona tidak merasakan perasaan tidak enak atau apapun tentang Baekhyun hyung?", Sehun terus bicara berbelit-belit membuat Micha semakin bingung.

"Sebenarnya perasaan ku sedikit tidak enak.. tapi Baekhyun terus mengupdate post di SNS, mungkin.. semua hanya kekhawatiran ku saja", Jawab Micha.

"Itu tidak benar noona.. kekhawatiran noona tidak salah, Baekhyun hyung..."        

"YA OH SEHUN!", seru sebuah suara memotong ucapan Sehun.

***

Eunkyo sedang berjalan bersama Kyungsoo menuju kantin. “Eunkyo onnie!!”, hingga tak lama terdengar suara Inkyung memanggil namanya. Keduanya menoleh kea rah Inkyung yang berlari ke arahnya. “Eo? Inkyung-ah wae?”

“Onnie kau mau makan siang? Aku ikut denganmu ya?”, Tanya Inkyung mengalungkan tangannya di lengan Eunkyo, bergelayut manja pada yeoja itu. Ia melirik sejenak kea rah  Kyungsoo yang terlihat tak suka dengan ide Inkyung tersebut. Inkyung sedikit menjulurkan lidahnya pada Kyungsoo.

“Ah…g-gurae”, ujar Eunkyo.

“Ah mwoya..”, gerutu Kyungsoo pelan sembari membuang muka kea rah lain.

Eunkyo melirik Kyungsoo yang terlihat kecewa. Ia ingin menolak Inkyung tapi ia juga merasa tak enak menolak permintaan Inkyung. Ia menggenggam tangan Kyungsoo memberinya isyarat agar ia bisa sedikit bersabar.

“Gurae..kaja!”, seru Inkyung bersemangat.

Ketiganya pun berjalan bersama menuju kantin hingga tak lama kemudian, mata Inkyung menangkap sosok Sehun. "YA OH SEHUN!" Teriak Inkyung begitu memergoki Sehun tengah bicara pada Micha. "Aissshh geu sarami Jincha!" gerutunya kesal. "Eonni... aku ada urusan sebentar…aku tak jadi makan siang denganmu…kau duluan saja…annyeong!”, ujar Inkyung terburu-buru bergegas pergi meninggalkan Eunkyo dan Kyungsoo begitu saja.

“Annyeong”, balas Eunkyo yang terheran-heran melihat sikap Inkyung.

“Psh…pergilah yang jauh dan jangan kembali lagi”, gerutu Kyungsoo pelan sembari menatap Inkyung yang berlari menjauh. Ia kemudian menoleh dan mendapati Eunkyo menatap curiga ke arahnya dan tak sengaja mendengarnya meggerutu tentang Inkyung. “Ah…hahaha….Annyeong Inkyung-ah!”, seru Kyungsoo berpura-pura melepas kepergian Inkyung. “Sayang sekali ya…Inkyung tak bisa makan bersama kita hahaha”, elaknya sembari menunjuk-nunjuk Inkyung canggung.

Eunkyo tertawa pelan melihat sikap Kyungsoo. “Ppali ka…nan baegopha”, ujarnya tanpa mempermasalahkan sedikitpun ucapan Kyungsoo sebelumnya.

***

Inkyung berlari ke taman belakang academy. Sesampainya disana, ia langsung menarik Sehun. "Apa yang ia katakan padamu?", Tanya Inkyung ketus pada Micha.

"Eobseoyo!", sambar Sehun.

"Jangan menipu ku! aku thau niat mu!", Bentak Inkyung.

"Aniya Inkyung-ah….Sehun memang belum mengatakan apapun padaku. Ada apa sebenarnya? Ada apa dengan Baekhyun?", Tanya Micha semakin tak mengerti.

"Tidak ada apa-apa! Dan kuasa itu bukan juga urusan mu!..", Jawab Inkyung sinis. Ia memaksa Sehun pergi dengannya. "Sehun Ikut aku!"

"Tapi Noona!", tolak Sehun.

"Jangan membantah!", seru Inkyung tegas sambil menarik Sehun pergi. Inkyung berhenti dan ia memperhatikan Micha sebentar. Lalu memilih pergi setelahnya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

12.06 PM

Kris berada di ruang kesehatan bersama Eunhee. Eunhee panik karena tangan Kris memerah dan membengkak sebagian. Selesai tangan Kris di obati perawat ruang kesehatan, mereka berjalan keluar. Menatap pemandangan sekitar academy.

"Maaf soal tadi pagi", ujar Kris.

Eunhee menulis pada Note kecil miliknya, yang sengaja di berikan oleh kris untuk mempermudah Eunhee berkomunikasi dengan orang lain. Tadi Pagi?

"Eum.. Kau jadi harus pindah ke bangku belakang dan terpaksa duduk sendiri.. aku jadi tidak enak" Jawab Kris.

Eunhee tersenyum tenang. Tidak perlu Minta maaf, tempat duduk disamping mu memang tempat duduk Minhyo.

Kris juga ikut tersenyum setelah melihat senyum Eunhee. "Sayang sekali…seharusnya kau tidak duduk sendiri. Tapi teman sebangku mu, JooHee, baru saja pindah karena ia mendapat kesempatan pelatihan vocal di luar negri", Ujar Kris. Mereka terdiam beberapa saat. "Semoga Xiumin cepat kembali, jadi kau tak perlu lagi duduk sendiri", ujar Kris. “Tempat yang kini kau duduki itu dulu ditempati olehnya….tapi sekarang ia menghilang begitu saja entah kemana”, sambung Kris.

DEG.. Langkah Eunhee terhenti.

"Eunhee-ah Wae?" Tanya Kris ikut menghentikan langkahnya, menatap Eunhee bingung.

===

07.20 AM

POV : EunHee         

"Ya! Mwo?!!", Teriak Kris kesal. "Mwo mwo mwo?!!"

"Kau membuang teman sebangku mu? kau jahat sekali!”, tegur Luhan.

Sungchan kembali dari toilet tak lama setelahnya.  Ia melihat Minhyo duduk di kursinya "Ada apa ini?"

"Yeobong.. aku ingin duduk disini", Pinta Minhyo pada Sungchan.

Wajah Sungchan berseri-seri mendengar permintaan Minhyo. "Jincha?! Tentu saja, seharusnya kau minta dari dulu saja.. gomawo bong-ah", ujar Sungchan senang.

Luhan merajuk, ia menahan tas Sungchan. "Andwee.. ", rengeknya.

Jadi ini tempat duduk Minhyo? Aku sama sekali tidak tahu. Kris juga tidak memberi tahuku. Segera ku ambil note ku dan kutuliskan sesuatu disana:

Mian.. semua ini kesalahan ku. Mianhae.. Minhyo-ya..kau kembali saja disini, aku akan duduk di belakang.

Ku tarik Minhyo kembali ke tempat duduk nya dan juga kuminta Sungchan untuk kembali duduk di tempatnya.

"Ah wae? padahal ini kesempatan bagus lepas dari bocah liar ini”, gerutu Sungchan. Aku melirik Luhan yang tersenyum senang akan apa yang baru saja kulakukan. Mereka lucu sekali.

"Baby~", panggil Luhan manja.

"Neo nuguya?", gerutu Sungchan.

Bibir ku tak henti tersenyum melihat mereka. Sekarang aku duduk di kursi tepat dibelakang Luhan.

Ini aneh. Aneh sekali…perasaan ku  terasa aneh begitu aku duduk di tempat ini. Mataku tertarik pada ukiran tulisan diatas meja. Aku memicingkan mataku untuk membaca ukiran kecil ini. Di sana tertulis:

Masihkah aku memiliki kesempatan untuk kembali setelah aku hidup di kehidupan nyataku? Mengapa mimpi ini terlalu sempurna?.. Aku akan merindukan tempat ini ^^

Siapa yang nakal sekali mengukir-ukir meja dengan tulisan semacam ini? merusak saja.

===

Back to current time

POV : Author

"Eunhee-ah Wae?", Tanya Kris ikut menghentikan langkahnya.

Eunhee masih terdiam seperti memikirkan sesuatu. Kris menjentikkan jari didepan wajah Eunhee "Eunhee-ah…annyeong?"

"Eung?", Eunhee tersadar, dengan cepat ia menggeleng.

Kris sekali lagi menunjukkan senyumnya, ia menawarkan telapak tangannya untuk digenggam Eunhee. "Khaja..", ujarnya mengajak Eunhee pergi.

Eunhee mengangguk. Ia menyambut tangan Kris. Setelah dua tahun lamanya ia terkurung dan tak banyak berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, sedikit aneh baginya ketika ia kembali menggenggam tangan Kris yang merupakan kekasihnya sebelum semua hal buruk itu terjadi. Mungkin memang ia harus kembali membiasakan diri.

"Apakah.. Aku.. masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mu lagi, suatu hari nanti.. Xiumin-ah?" Tanya Eunhee dalam hatinya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

18.00 (06.00 PM)

Langit mulai gelap. Chen dan Minhyo menyusuri jalanan malam yang cukup ramai itu berdua. "Noona sudah merasa lebih baik?" Tanya Chen pada Minhyo.

"Gomawo", jawab MinHyo. Hari ini, ia jauh berbeda dengan Minhyo yang selalu ceria.

Chen menatap ke atas langit. Tangan kanannya bergerak tanpa izin menggenggam tangan Minhyo. "Berapa lama lagi Noona akan pegi? Apa kepergian noona sudah pasti dan tidak mungkin batal?"

“Tiga bulan lagi... Tidak mungkin.. perusahaan appa membutuhkan bantuan ku disana", Jawab Minhyo lesu.

"Pasti menyenangkan di Jepang", ujar Chen mencoba menghibur Minhyo.

"Eung…kuharap begitu", gumam Minhyo. Keduanya terdiam sesaat. "Jongdae-ah…"

"Ne?"

"Kau….apa kau tidak ingin mencoba mendekati nya?", Tanya Minhyo.

Chen terdiam. Ia menghentikan langkahnya dan menatap Minhyo tanpa bisa mengatakan sepatah katapun. “Noona…”

"Kau menyukainya bukan?", Minhyo menarik tangannya dari genggaman Chen. "Geu yeojaga.. yang sering bekerja dengan mu di studio untuk radio academy”

====

A Year ago…

“Sambil menunggu pesan-pesan yang masuk, mari kita dengarkan dulu salah satu lagu permintaan dari Ji-eun untuk kekasihnya, Junhyun, yang berjudul ‘Only One’ from BoA”, suara Chen bergema memenuhi seisi akademi. Hari ini adalah jadwal siarannya di radio akademi ditemani dengan salah satu rekan siarannya, Kang Suri. Chen merebut minuman yang sedang dinikmati Suri.

“YAH!! Memangnya kau tidak punya minum sendiri?!”, gerutu Suri.

“Ada, tapi di dalam sana aku malas sekali mengambilnya haha…”, ujar Chen.

“Dasar….biar ku ambilkan sedotan lagi”, ujar Suri bergegas mengambil sedotan lainnya, namun Chen menahannya.

“Tak usah…ini saja cukup”, ujarnya sambil mengembalikan minuman milik Suri. “Gomawo”, sambung Chen.

“Bukankah kau ada tutorial class hari ini?”, Tanya Suri.

“Eung…nanti jam tiga…ah malas sekali…..”, ujar Chen sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Kenapa sih kau tak memilih Minhyo noona juga? Biar aku ada temannya”, protesnya.

“Kan sudah ada Chanyeol…lagipula, Songhee tidak mau sendirian di kelompoknya karena tidak ada yang dikenalnya selain aku”.

“Songhee?”

“Ne, Lee Songhee…salah satu teman sekelasku…putri bungsu dari keluarga Lee yang juga salah satu pemegang saham di akademi ini. Kau tak mengenalnya?”

“Molla…..dan Hadirnya Chanyeol di sana semakin menambah mimpi burukku…anak itu selalu saja meledekku di depan anak-anak lainnya”, keluh Chen. “Apa sebaiknya aku pindah saja ya dari kelompok Minhyo noona ke kelompokmu?”, gumam Chen.

 “Kenapa kau sepertinya terlihat tak menyukai Minhyo onnie? Minhyo onnie kan baik sekali”, ujar Suri. Chen terdiam mendengar pertanyaan Suri. Ia juga tak mengerti mengapa ia bersikap seperti ini pada Minhyo, padahal Minhyo tak pernah berbuat apapun padanya. Minhyo hanya selalu berusaha menyapanya setiap kali mereka bertemu, namun Chen selalu bersikap ketus padanya karena berpikir bahwa Minhyo akan mempermalukannya di depan umum dengan menunjukkan rasa sukanya secara langsung pada dirinya.

 “Mungkin karena ia selalu menunjukkan rasa sukanya padaku secara berlebihan”, ujar Chen.

“Justru itu membuatku kagum padanya…”, gumam Suri. “Aku selalu berharap bahwa aku bisa seberani dirinya dalam mengekspresikan rasa sukaku seseorang yang kusukai”, sambungnya.

Chen menoleh memperhatikan Suri yang sedang tertunduk seperti sedang memikirkan sesuatu. “Ya Kang Suri”, panggilnya.

“Ne?”

“Kau……sedang menyukai seseorang?”, Tanya Chen.

Dan tanpa mereka sadari, seseorang melangkah pergi begitu saja setelah tak sengaja mendengarkan percakapan mereka dari balik pintu.

======

Chen menghela nafas mendengar pertanyaan Minhyo."Minhyo noona…"

"Jongdae-ah…..Kau adalah seorang namja. Kau akan menyesal kalau kelak yeoja itu menjadi milik namja lain. Jika memang ia tetap tak bisa menjadi milikmu, tapi paling tidak….biarkan ia tahu bahwa kau memiliki perasaan lebih padanya", ujar Minhyo.

"Minhyo noona.. dari mana noona-"

Minhyo memotong ucapan Chen. "Aku.. mungkin terlalu banyak memperhatikan mu. Tidak sengaja perasaan mu terbaca oleh ku.. psh.. miris sekali bukan?"

Chen tersenyum kecil. "Minhyo noona.."

"Mwo?"

"Noona cemburu?"

"Mwo? N-Naega?”, Tanya Minhyo sambil menunjuk dirinya sendiri. “Psh…mwoya? yeoja sekeren aku? cemburu? tentu saja tidak!", Bantah Minhyo.

Chen mencubit gemas hidung Minhyo yang sering disebut 'hilang' oleh Kris itu. "Asal Noona tahu.. Aku cukup banyak belajar dari kawan-kawanku yang sering ku pikir tak jelas itu.. Hh~"

"Apa yang kau pelajari dari mereka? Mereka hanya sekumpulan bandit bodoh", gerutu Minhyo.

"Aku belajar bahwa Yeoja lebih banyak mengalah daripada Namja", Jawab Chen tenang.

"Mwo?", Tanya Minhyo tak mengerti.

"Kebanyakan yeoja lebih mengikuti apa pun yang mereka lihat, dibandingkan memaksakan sesuatu yang belum jelas. Kadang hanya dengan alasan tidak ingin menyakiti seseorang, mereka memilih menyakiti diri mereka sendiri. Pertama Micha noona melepaskan Lay hyung begitu saja, bahkan tanpa ku ketahui kapan ia mulai menyukai nya sama halnya dengan Eunkyo noona yang melepaskan Suho hyung setelah sadar namja itu tidak menyukainya…dan Songhee melepaskan Chanyeol karena mereka tidak ingin menyakiti banyak orang. Awalnya kupikir mereka begitu bodoh karena melepaskan namja yang mereka sukai begitu saja tanpa sedikitpun pernah berbuat sesuatu untuk menunjukan bahwa mereka menaruh hati pada namja-namja itu. Tapi setelah kupikir lagi, apapun yang mereka lakukan, pada akhirnya tetap saja akan ada pihak yang tersakiti. Mungkin itu alasannya mengapa mereka memilih untuk diam dan menyimpan semuanya sendiri…”, ujar Chen memberi jeda sejenak pada ucapannya.  “Dan lihatlah sekarang…setelah mereka mencoba melepaskan apa yang mereka rasa tak akan menjadi milik mereka dan mencoba menerima apa yang ada di depan mata mereka, mereka terlihat jauh lebih baik. Sebagian dari mereka terlihat lebih bahagia bersama namja yang sebelumnya tak pernah mereka bayangkan akan menghiasi hari-hari mereka", Chen menatap dalam mata Minhyo. "Noona.. Tapi bagiku itu tidak adil. Yeoja itu lebih lemah daripada namja. Seharusnya seorang namja yang berkorban untuk mencoba mencintai yeoja yang mencintainya dibanding mengejar-ngejar yeoja lain yang tidak pernah jelas perasaannya terhadap mereka"

Minhyo menghela nafasnya. "Kau bicara berputar-putar membuat kepala ku pusing saja"

Chen tertawa geli karena Minhyo. Ia menyesal memberi perumpamaan terlampau panjang. "Psh..", Chen menjulurkan tangannya ke arah Minhyo. "Mulai hari ini, aku akan mencoba menjadi namja yang akan menghiasi hari-harimu. Aku tidak bisa memastikan apakah aku akan jatuh cinta pada noona atau tidak. Tapi…bukankah lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali?"

DEG.. Minhyo membatu di hadapan Chen. Ia tidak pernah menyangka Chen akan mengucapkan hal semacam itu. "Ah~ Aku pasti bermimpi..ireona Minhyo-ya ireona", gumam Minhyo sambil menampar-nampar pelan wajahnya sendiri. “Ya Jongdae-ah tampar aku ppalli”, perintah Minhyo.

Chen menyentuh kedua pipi Minhyo lalu menariknya perlahan sehingga wajah yeoja itu sedikit melebar dan terlihat lucu.  "Aku bukan namja yang romantis.. Mungkin hehe.. Selama noona masih berada disini, aku akan menjaga dan melindungi noona. Tiga bulan nanti.. saat noona memang harus pergi jauh dari ku, noona bisa memutuskan ingin mempertahankanku atau melepaskanku", ujarnya melepas wajah Minhyo dan mengulurkan tangannya pada yeoja itu. “Ottaeyo?”

Minhyo menatap tangan Chen yang namja itu julurkan untuknya.

Chen menunggu Minhyo menjabatnya sebagai tanda mereka telah menyetujui 'Kontrak tiga bulan' mereka. Hangat tetesan air di pipi Minhyo mengalir begitu saja. Ia tersenyum dan menangis disaat bersamaan. "Hikss hehe.. Hikss"

"Noona menolakku? Mengapa Noona tidak menyambut tangan ku?", Ujar Chen sedih.

Minhyo segera memeluk Chen. "Hikss….aku tak mau menjabat tanganmu…hikss…"

Chen tersenyum tenang setelah Minhyo memeluknya. "Uljimaseyo noona. Nanti kau tidak keren lagi"

"Aku tetap keren meski aku menangis Hiks…aku..hiks…aku menangis dengan cara yang keren", ujar Minhyo yang masih sempat bercanda meskipun ia sedang terisak.

"Arasseoyo…hahaha", Canda Chen dengan tawa melengkingnya yang khas.

Meski sedang sedih, Minhyo masih sempat menghina Chen. "Jangan tertawa Hiks.. Suara mu cempreng seperti nenek-nenek"

Chen melepaskan pelukan Minhyo. "Mwoya! Noona!", gerutu Chen.

"Kau rekam saja suara tawa mu! Lalu dengarkan sendiri, kau pasti tuli nanti.. Suara ku paling keren", Seru Minhyo membela diri.

“Heol….kau ini selalu tak mau kalah keren dariku…arasseoyo kau yang paling keren! ahhaha", hibur Chen.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

19.00 (07.00 PM)        

Tok Tok.. Inkyung masuk ke dalam kamar Nyonya Byun setelah mengetuk pintu, meski sebenarnya ia belum dipersilahkan masuk. Ny.Byun menghela nafasnya setelah melihat sosok Inkyung. "Apa yang kau lakukan disini Inkyung-ah?", Sapanya mencoba bersabar.

"Eobseoyo.. Hanya ingin menemani Minseok Oppa seperti biasanya", Jawab Inkyung angkuh selayaknya Inkyung.

"Gurae.. Pergilah ke kamar Minseok kalau begitu karena ia tak ada di kamarku. Sehun dan Baekhyun juga ada disana sepertinya" Jawab Ny. Byun datar mencoba tak mempedulikan Inkyung. Ia terbaring lemah di tempat tidurnya. Keadaannya terus memburuk seiring waktu berjalan. Makan malam di mejanya belum tersentuh.

Inkyung membuka pembicaraan ke arah yang sudah malas di dengarkan oleh Ny.Byun. "Aku tidak dibesarkan di tempat sebaik Baekhyun.. juga tidak memiliki seorang ayah dan Ibu yang merawat ku sebaik yang Baekhyun miliki. Terkadang aku iri padanya. Tapi.. Melihat bagaimana Baekhyun justru tumbuh menjadi seorang namja yang lemah membuat ku bahagia dengan diri ku yang sekarang"

Ny. Byun mengalihkan wajahnya, tangan kanannya mengelus dada nya sendiri. Ia tidak ingin timbul masalah lagi antara dirinya dan Inkyung.

"Tapi.. Ia berhasil membuat ku menyayanginya", ujar Inkyung tak lama setelahnya.

Ny. Byun yang sejak tadi mencoba untuk tak menatap Inkyung, refleks menoleh menatap yeoja itu tak percaya. "Inkyung-ah…", Panggilnya lirih. Dari tempatnya berbaring, Ny. Byun bisa melihat mata Inkyung berkaca-kaca.

"Dan aku benci melihat nya seperti saat ini….hhh", ujar Inkyung menahan air matanya. "Aku.. Memang tidak dilahirkan untuk mengucapkan hal-hal baik. Sekalipun kuteruskan bicara pada bibi seperti ini, tetap saja pada akhirnya aku hanya akan semakin menyakiti Baekhyun", ujarnya menghela nafas mencoba menahan tangisnya. Tak lama kemudian, “Clekk….”, Pintu kamar itu terbuka satu kali lagi....

☆*:.。. o)o .。.:*☆

19.20 (07.20 PM)

Sehun berniat menjenguk Minseok. Di dalam kamar Minseok, ia bertemu Baekhyun. Kakak tirinya itu terlihat sangat mengantuk. Beberapa kali ia terpejam dan hampir jatuh kemudian kembali bangun.

"Baekhyun hyung.. Tidur lah di kamar mu", ujar Sehun prihatin.

Mata Baekhyun menerjap-nerjap untuk melihat jelas Sehun "Ah Sehun-ah….sejak kapan kau datang?"

Sehun miris melihat kondisi Baekhyun. Sudah berhari-hari anak itu hanya menunggui orang sakit. Berpindah dari kamar Minseok ke kamar Ibunya, lalu kembali dan terus berulang setiap harinya. Ia bahkan mengabaikan sekolahnya dan membuat teman-temannya khawatir. "Hyung…jangan paksakan dirimu kalau kau lelah, nanti hyung yang justru sakit"

"Aissh Gwenchana ahhaha", Wajah lelah Baekhyun memasang ekspresi riang di hadapan Sehun. "Bagaimana di academy hari ini?"

"Apanya yang bagaimana?"

Baekhyun memicingkan matanya, "Apa maksudnya bagaimana? Tentu saja aku bertanya tentang kondisimu Sehun-ah! Hahahah”

"Biasa saja", Jawab Sehun datar. "Hanya saja tadi ada seseorang mengatakan padaku..."

Clekkk…."Baekhyun!", Inkyung masuk disaat bersamaan dengan Sehun bicara. Sehun terdiam seketika.

"Ah Inkyung-ah….Tumben sekali Sehun sampai lebih dulu", ujar Baekhyun. Biasanya Inkyung dan Sehun berangkat bersama ke rumah besar.

Sehun juga sedikit heran. "Ne noona…kau kemana? Tadi kau pergi lebih dulu, tapi sampai di sini yang terakhir".

"Ada sedikit urusan", Jawab Inkyung tenang. Ia menarik kursi lalu duduk di samping Baekhyun. "Tugas mu akan sedikit ringan Baekhyun-ah", ujar Inkyung tanpa menatap Baekhyun.

"Mwo?", Tanya Baekhyun tak mengerti.

"Eommamu…..ia sudah mau makan.. Kau tidak usah menunggui nya sepanjang hari lagi. Bukankah dokter bilang kondisinya akan membaik kalau ia mau makan?", ujar Inkyung lagi.

Baekhyun menganggap ucapan Inkyung hanyalah sebagai candaan. "Psh.. Terima kasih sudah menghibur ku.. Angin apa yang bisa merasuki eomma sehingga mau makan begitu saja? Aku bahkan tidak pernah berhasil membujuknya selama lima hari ini"

"Ia sedang makan saat ini…Kau lihat saja sendiri kalau tidak percaya, aku malas berdebat denganmu”, ujar Inkyung.

"Baiklah.. Kalau kau sampai berbohong, lihat saja pembalasan ku nanti hhaha!. Jaga Minseok Hyung dulu Inkyung-ah, Sehun-ah", Canda Baekhyun. Ia melangkah keluar dari kamar Minseok.

Sehun menoleh memperhatikan Inkyung, lalu menyenggol yeoja itu pelan. “Noona, kau melakukan sesuatu ya?”

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK