03. 59 PM
POV: Minseok
TREEKK...
Suara itu jelas terdengar di telingaku. Inkyung pasti berhasil memecahkan gelang giok di tanganku. Haruskah aku bahagia? Aku pergi disaat Eunhee membutuhkanku. Kuharap tak ada berita buruk yang kudengar saat aku bangun nanti. Lari Eunhee-ah! lari lah sejauh mungkin sehingga iblis itu tidak bisa menemukanmu. Mianhae.. Mian karena aku hanya selalu dan akan selalu menjadi sesuatu yang tak nyata bagimu.
Saat ini hanya gelap yang menyelimuti pandangan ku sejak tadi. Sekalipun tubuh ku tak dapat kembali kedalam dunia mimpi, tapi ia juga tidak kian menampakkan pemandangan dunia nyata. Dimana aku sekarang? Apa yang harus ku lakukan? Apakah aku sudah mati?
"Minseok hyung..! Minseok hyung!"
Suara itu….. Kulihat secercah cahaya menyilaukan pandangan mataku. Sesosok namja kecil berdiri di tengah cahaya itu. Tubuhku terpaku. Pandanganku menyendu seketika. Anak ini.. Ku langkahkan kakiku mendekat. Aku berjongkok untuk menyamakan tinggi ku dengannya.
Namja kecil berusia empat tahun ini menangis. "Hyung.. ", panggilnya lirih.
"Annyeong", sapa ku tak kalah lirih. Aku mencoba menahan air mata. Ku usap pelan kepalanya.
"Hyung.. Ayo main", ujar anak itu polos.
====
16 Years ago…..
POV : Author
Usia enam tahun bukan penghalang untuk Minseok mengerti mengenai perginya sang ayah untuk selamanya. Satu tahun lalu, ia juga baru saja kehilangan sang ibu. Ia terdiam di pekarangan rumah besar milik majikannya itu. Sendiri menghadapi kerasnya hidup di usia sekecil itu.
"Minseok-ah", Ny.Byun sang pemilik rumah menyapa Minseok. Siang itu ia akan dipulangkan kembali ke rumah neneknya. Ya….hanya nenek dan kakek nya yang ia miliki sekarang. Nyonya Byun mendekat, ia memeluk tubuh kecil Minseok, sekedar menenangkan namja kecil itu. "Kau tidak boleh nakal di rumah nenek dan kakek mu nanti arasseo? bibi akan sangat merindukan mu Minseok-ah", ujar wanita setengah baya itu lembut.
"Ne…bibi", Jawab Minseok patuh. "Bibi, bolehkah aku menemui Baekhyun sebelum aku pergi?"
"Tentu saja. Ia ada di kamarnya. Kau kesana lebih dulu.. Nanti bibi menyusul"
***
Kaki kecil Minseok menapaki satu demi satu anak tangga. Ia berpapasan dengan MyungJae, salah satu teman Baekhyun yang sering sekali datang untuk bermain dengan Baekhyun bersama dengan pengasuhnya. "Aku ingin main", gerutu anak itu.
"Tapi tuan Baekhyun tidak ada di kamarnya tuan muda.. Kita pulang saja", pengasuh MyungJae menasehati anak itu seraya membimbingnya turun.
Minseok meneruskan langkahnya. Baekhyun sedang panas tinggi, sepanjang hari ia berada di dalam kamar, tapi mengapa Myungjae dan baby sitternya mengatakan ia tidak ada di dalam kamar. Pikir Minseok.
Minseok berjinjit untuk membuka pintu kamar Baekhyun. Setelah berhasil membukanya, pandangannya berpendar ke penjuru kamar Baekhyun dan ia memang tidak menemukan Baekhyun di sana. "Baekhyun-ah~" Panggilnya.
"Hyung", Baekhyun menjawab panggilan Minseok.
Minseok terlonjak kaget melihat kepala Baekhyun muncul dari bawah tempat tidurnya. Minseok berlari mendekat, membantu Baekhyun keluar dari sana. Ia juga membantu Baekhyun kembali ke atas tempat tidurnya. Minseok masih merasakan panas tinggi tubuh Baekhyun saat menyentuhnya. "Baekhyun-ah, kau masih sakit.. Kenapa main di bawah sana?”
Baekhyun terdiam. Pipi chubby bocah berusia empat tahun itu menggembung kecil.
"Wae? Kau tidak mau bercerita pada hyung?". Minseok merayu Baekhyun untuk bercerita.
Pelan-pelan ekspresi polos Baekhyun kecil berubah. Ia mulai menangis.
Minseok bingung kenapa Baekhyun tiba-tiba menangis. "Baekhyun-ah wae?"
Baekhyun kecil memeluk Minseok kecil dengan sangat kuat. "Hyung ~ hiikkss..."
"Wae?"
"Aku main dengan hyung saja.. Aku tidak mau main dengan yang lain.. Mereka jahat hyung hikkkss.. Myungjae merebut mainan dan makananku. Ia suka memukul ku juga. Aku tidak suka main dengannya hyung", adu Baekhyun. Baekhyun selama ini terlihat baik-baik saja dengan Myungjae, karena itu kedua orang tua nya membiarkan Myungjae terus bermain bersama Baekhyun tanpa tahu bahwa anak itu nakal.
"Jangan menangis Baekhyun-ah…nanti peri air mata akan bersedih karena mu.." Ujar Minseok.
"Hyung.. Peri air mata itu seperti apa?", Tanya Baekhyun polos. Ia sudah lupa begitu saja dengan ke sedihannya sesaat setelah Minseok mulai bercerita padanya. "Apa ia kecil dan rambutnya diikat ke atas seperti tinkerbell?"
"Benar sekali…Ia juga memiliki sayap seperti peri-peri lainnya. Ia selalu menangis setiap melihat seorang anak menangis juga, makanya kau tidak boleh menangis. Kasihan nanti peri air mata juga menangis terus" Ujar Minseok.
"Tapi Myungjae nakal hyung!" Adu Baekhyun sekali lagi.
"Kau harus melawannya", ujar Minseok memberi semangat. “Kau ini namja…kau tidak boleh kalah!”
Baekhyun menggembungkan pipinya lagi. "Hyung temani aku kalau Myungjae datang lagi ya hyung? Nanti hyung dan aku bersatu melawan Myungjae. Kita bisa menggabungkan kekuatan kita, lalu berubah jadi robot untuk menyerangnya!", ujar Baekhyun bersemangat mencampurkan fantasinya dalam harap itu.
"Minseok-ah", Ny. Byun masuk kedalam kamar Baekhyun untuk memanggil Minseok, karena ini sudah waktunya Minseok untuk pergi. "Kakek mu menunggu di bawah. Ayo bibi antar"
Baekhyun menatap Minseok polos. "Waaa.. Minseok hyung haraboji disini? hyung.. Aku boleh berkenalan dengan kakek hyung tidak?"
Minseok menatap Baekhyun ragu. Kalau sampai Baekhyun tahu bahwa ia akan pergi, bagaimana perasaannya nanti? Pikir Minseok dalam usia dini nya.
***
"Omma! aku mau main ke kamar", Ujar Baekhyun lesu. Ia tidak berkata apapun setelah mendengar ayahnya dan kakek Minseok membicarakan tentang kepergian Minseok. Baekhyun hanya tahu bahwa rumahnya adalah rumah Minseok juga, dan Minseok hanya bisa pulang ke rumah nya. Meski ia masih begitu kecil dan tidak mengerti apapun, tapi ketika sang ayah mengatakan bahwa Minseok tidak bisa main lagi dengannya, ia begitu terpukul.
***
Hanya berselang dua hari setelah kepergian Minseok, Baekhyun yang memang sedang sakit itu harus dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya semakin memburuk. Sang Ibu memjemput Minseok kembali dari rumah sang kakek, karena Baekhyun terus mengigau menyebut nama Minseok selama ia di rumah sakit.
"Baekhyun-ah ireona…hiks", Air mata Minseok menetes melihat Baekhyun kecil terbaring di rumah sakit. Suhu tubuhnya masih tinggi, ia juga terus tertidur. "Baekhyun.. Hyung isseo…Hyung bawa coklat untuk mu….ireona..hiks..jebal", ucap Minseok lirih.
Baekhyun membuka matanya yang sayu itu tak lama kemudian. "Minseok hyung?”
"Ne.."
Baekhyun mengganggam tangan Minseok kuat sekali dengan tangan kirinya. Matanya melirik sang Ibu tanpa sepatah katapun. Tangan kanan nya juga memegangi kotak berwarna merah berukuran cukup besar dengan pita putih menghias kotak tersebut. Ia menyodorkan kotak itu pada Minseok.
"Apa Ini Baekhyun-ah?" Tanya Minseok.
"Saengil Chukahaeyo Minseok hyung..", ujar Baekhyun tersenyum lemah.
Kemarin adalah hari ulang tahun Minseok dan kado berisi robot gundam itu sudah disiapkan oleh Baekhyun untuknya
"Gomawo Baekhyun-ah", ujar Minseok menerima hadiah pemberian Baekhyun.
"Nanti kita main hyung. Sekarang hyung sudah punya robot sendiri", ujar Baekhyun tersenyum lemah.
Minseok terdiam dan ia menangis hingga terisak tak lama kemudian. Ia menatap Ny. Byun. "Bibi…hikkss…"
Ny. Byun mendekat. Ia menenangkan Minseok juga Baekhyun yang tiba-tiba ikut menangis saat melihat Minseok menangis. "Omoo.. Adeul.. Jangan menangis sayang Cup cup..". Kedua tangan Ny. Byun bekerja keras menepuk-nepuk pelan kepala Minseok dan Baekhyun.
"Bibi.. Hikkkss.. Bolehkan aku menginap di rumah bibi sampai aku besar nanti? Aku tidak akan nakal. Aku berjanji.. Hikkkss.. Aku.. Aku ingin main dengan Baekhyun setiap hari. Teman-teman Baekhyun yang sering datang itu nakal bibi.. Kalau aku jauh, aku tidak bisa menjaga Baekhyun..jebal…hikss" pinta Minseok terisak.
Ny.Byun melihat tangan Baekhyun yang menggenggam erat tangan Minseok. Meski anak itu tidak meminta apapun padanya, ia tau Baekhyun menginginkan Minseok tetap bersamanya. "Tentu saja Minseok, kau boleh 'menginap selamanya' di rumah bibi", jawab Ny.Byun mengunakan bahasa Minseok memberi izin Minseok tinggal di rumahnya.
===
Current Time
POV: Minseok
Sosok Baekhyun kecil berlari menjauh menuju cahaya itu. Ia menggenggam tangaku seraya menarikku. Silau.. Terlalu silau, aku tidak bisa melihat apapun. Ku tutup mataku. Tak ada pilihan lain karena cahaya ini memang terlalu menyilaukan.
Beberapa saat kurasa sekitar ku mulai terasa dingin. Aku mulai tenang, entah mengapa tapi kurasa sekarang aku merasa sangat nyaman dan tenang. Perlahan kubuka mata ku.
Hatiku terenyuh.. Ia terduduk di sana, disamping tempat tidur ku. Tangan nya kuat menggenggam tangan ku. Tak ada yang berubah, caranya menggenggam tangan ku dulu dan saat ini. Aku kembali.. Ke kehidupan nyata ku. "Baekhyun" panggil ku dalam hati.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.05 PM
POV: Author.
BRAKKKKK! Bibi Shin membuka pintu kamar Eunhee dengan kasar. Ia tidak melihat seorangpun di sana. Tak juga ada cahaya yang menerangi kamar itu, mengingat langit mulai gelap juga seluruh tirai pada kamar itu tertutup. Bibi Shin tersenyum sinis. "Kau tidak akan bisa bersembunyi keponakan ku tersayang.... Kemarilah, bibi tidak akan menyakiti mu"
Langkah bibi Shin menapak satu demi satu. Ia mendekati arah kamar mandi di dalam kamar Eunhee. BRAKK.. Ia mendorong kasar pintu kamar mandi. Matanya memicing. Eunhee tidak berada di dalam sana.
Bibi Shin kembali berpindah tempat. Ia mendekati lemari. Braakkk! Sekali lagi ia membuka kasar pintu. "Hhh~",rutuknya kesal karena lagi-lagi ia tidak bisa menemukan Eunhee.
DREEETT... Handphone Bibi Shin bergetar. Ia melihat nama Kai tertera di layar ponselnya. Ia tersenyum licik. "Yeoboseyo" Sapa Bibi Shin ramah seperti biasanya.
"Bibi... Bisa aku bicara dengan noona?"
"Bicara? Tapi.. Eunhee sedang tertidur", ujar Bibi Shin berbohong. "Dimana kau saat ini sayang? cepatlah pulang.. tadi noona mu berteriak-teriak lagi", Tanya Bibi Shin untuk mempermudah usahanya menemukan Kai.
"Aku? Sedang berada di rumah Yoora bibi, ada yang sedang ku kerjakan.."
"Gurae", Bibi Shin mengangkat kepalanya. Seulas senyum licik ditunjukkan olehnya. Sekarang ia mengetahui dimana Kai berada. "Jaga... diri mu.. Baik-baik Jongin-ah", Bibi Shin memberi penekanan pada kata-katanya. Ia lalu mengakhiri sambungan teleponya dengan Kai.
Angin berhembus meniup tirai kamar Eunhee. Kencangnya angin yang berhembus membuat pintu geser bergerak dan menimbulkan suara. Bibi Shin melangkah mendekati pintu yang ternyata terkunci itu. Kunci pintu geser tersebut juga ternyata ada di bagian luar. Hanya dengan melihat sekilas saja, Bibi Shin sudah dapat menyimpulkan. PRANGGGG... Bibi Shin mendorong vas bunga di meja hingga terjatuh, pecah berserakan di lantai. "SIAALLLLL"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
03.59 PM
POV : Eunhee.
Langkah Bibi Shin terus terdengar mendekat pada tangga rumah. Saat ini tanganku begitu gemetar. Aku tidak bisa mengetikkan pesan untuk Kris. Handphone ini sudah ditangan ku sejak tadi, tapi tidak satupun kata mampuku rangkai. Aku tidak mau mati, tidak.. Tidak boleh. Aku harus menyelamatkan JongIn.
Pasti Bibi Shin sudah menemukan surat peninggalan Appa, karena itu ia berani menyerang ku seperti ini. Tenang Eunhee-ah…kau harus berfikir.. Kupejamkan mata ku sesaat, kutarik dalam nafas ku. Ditengah kesadaran ku, ku dengar suara Xiumin terus terngiang di telingaku.
"Eunhee.. Eunhee.. Lari"
Kubuka mata ku dan berharap aku menemukan Xiumin disini. Tapi semua itu tak terjadi. Ia tidak ada disini. Xiumin-ah apa yang harus kulakukan sekarang? Apa yang akan kau lakukan untuk menyelamatkan ku jika kau berada disini bersama ku sekarang?
Srekkkk.. Kertas berisi lirik lagu milik Xiumin tertiup angin. Aku berusaha mengambil nya, sampai di depan pintu geser. Kutatap pintu geser ini. Pintu ini selalu digunakan oleh Xiumin untuk memasuki kamar ku. Tunggu.. Memasuki?
Ku buka pelan pintu geser ini. Terlihat tangga tepat di samping beranda kamarku. Masih lekat dalam ingatan ku, beberapa kali aku dan Xiumin juga pergi melewati tangga ini untuk menemui teman-temannku, untuk pergi ke perkebunan bunga dan yang lainnya.
Bergerak cepat. Itulah yang harus ku lakukan! Berkali-kali kucoba mengatur nafas ku yang terus berpacu. Mempraktekkan hal-hal yang sudah sering kali Xiumin ajarkan padaku. Sekalipun ia tidak ada di samping ku saat ini, tapi hanya dengan mengingatnya, aku.. merasa.. Aku bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya kupikir hal mustahil bagiku.
Niat ku sudah mantap. Aku hanya membawa sebuah dompet kecil berisi sedikit uang yang kumiliki, juga handphone milik Kris. Kubiarkan tubuh ku merasakan dingin nya udara di luar kamar. Ku sibak tirai putih kamar ku. Setidak nya aku memiliki waktu cukup untuk pergi jauh jika Bibi Shin membuang waktu untuk mencariku di dalam kamar sebelum menyadari aku telah pergi. Pintu ini juga tak lupa ku geser. Untuk lebih meyakinkannya bahwa aku tidak melewati pintu ini, maka ku kunci pintu. Kunci pintu tersangkut dan sulit untuk dicabut. Aku tidak punya banyak waktu. Cepat atau lambat bibi Shin memang pasti akan menyadari aku telah melarikan diri. Ku tinggalkan kunci itu agar tetap menggantung pada pintu. Langkah kaki ku bergerak cepat menuruni tangga yang biasa xiumin gunakan ini dan kini aku telah sampai di bawah.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.20 PM
POV: Author.
Yoora dan Kai hanya berdua di dalam rumah Yoora. Luhan dan Sungchan pergi menemui Kris untuk memberi tahu tentang Xiumin. Kai mendapat telpon dari Sehun yang memintanya untuk tidak pulang ke rumahnya dengan alasan yang ia bilang belum bisa ia ungkapkan, karena itu Kai tetap berada di rumah Yoora dan menunggu sampai Sehun datang.
"Apa lebih baik aku pulang saja? lagipula Sehun kan tahu rumah ku, kenapa juga ia menyuruh ku tetap disini?", gumam Kai tak mengerti.
"Andwee!! ", Tahan Yoora dengan gelagat aneh.
Kai menaikkan sebelah alisnya, mengendus gelagat aneh yang ditunjukkan Yoora. "Wae? Kau tahu sesuatu?" telisik Kai.
"Eummm..", gumam Yoora yang wajahnya mendadak pucat begitu Kai bertanya padanya.
===
04.00 PM
"Yoboseyo? Yoora-ya", Suara Sehun terdengar dari sebrang sambungan telpon.
"Ne wae?"
"Apa Kai ada di dekatmu? Menjauh lah sebentar, ada hal penting yang harus kubicarakan dengan mu. Pastikan Kai juga tidak pulang saat kita bicara" Ujar Sehun terdengar panik.
Yoora menurunkan handphone dari telinganya. "Kai-ah, kau tunggu disini sebentar ya? Eomma ku menelpon. Tapi kau jangan pulang dulu.. Kris oppa bilang sebentar lagi ia pulang, aku takut di rumah sendiri"
"Haha.. Kau manja sekali", Celetuk Kai tanpa mengerti apa yang terjadi. "Araseo, aku akan tunggu disini, lagipula Sehun juga bilang ia mau kesini tadi"
***
"Ya Oh Sehun, aku sudah di kamar ku sendiri, wae?", ujar Yoora begitu ia sampai di kamar nya di lantai atas.
"Yoora-ya.. Aku akan datang secepatnya. Tapi.. Kumohon kau tahan kai disana"
"Kau terus berkata seperti itu dari tadi! ada apa sebenarnya?!", seru Yoora kesal karena Sehun terus bicara sesuatu yang membingungkan sejak tadi.
"Yoora-ya, Bibi Shin.. Ternyata adalah pembunuh kedua orang tua Kai", ujar Sehun to the point agar Yoora mengerti bahwa ia bicara serius.
"MWORAGO?!", Sentak Yoora menutup mulutnya sendiri, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Oh my god.. "
"Aku tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya dengan detail. Kau juga mungkin akan sulit mempercayainya. Kai bilang tadi ia membawa Xiumin hyung ke rumah mu, karena itu aku menghubungi mu. Xiumin hyung adalah kakakku Yoora-ya. Ia tadi meminta Inkyung noona untuk mencari sebuah boneka, ternyata di dalam boneka itu terdapat foto-foto pembunuhan orang tua Kai yang dilakukan oleh bibi nya sendiri. Aku harus bicara empat mata dengan Kai. Mustahil membicarakan hal semacam ini di telpon. Ia juga mungkin akan marah dan tidak akan percaya jika aku tidak memberikan bukti. Kai harus mengetahui nya, karena bukan tidak mungkin bibi Shin akan membahayakan nyawa Kai dan Eunhee noona", Jelas Sehun panjang lebar.
"A-Aku mengerti Sehun-ah…Aku akan menunggumu. Cepatlah datang Sehun-ah", ujar
Yoora menutup sambungan telponnya. Seketika hatinya menjadi tidak tenang. "Mengapa sepertinya akan terjadi sesuatu hal yang buruk. Perasaan macam apa ini?", Ia memutar-mutar handphonenya. Lalu memperhatikan setiap nomor yang tersimpan dalam kontaknya. Pandangannya terhenti pada sebuah nama disana. "Perasaan ku mengatakan aku harus menghubungi nya"
Yoora akhirnya hanya mengirimkan pesan singkat dibanding menelepon, perasaanya begitu resah.
====
Back to current time
"Yoora-a.. Jawab aku!", seru Kai.
Yoora menghela nafasnya karena Kai terus mendesaknya. "Tunggu Sehun saja, kumohon.. Apa yang sehun ingin bicarakan adalah masalah yang serius, jadi kuharap kau tidak pulang sebelum ia datang", pinta Yoora. Sekilas dari balik tirai jendelanya, Yoora melihat sekelompok namja bertubuh besar disekitar rumahnya. Wajahnya mendadak pucat. "K-Kai-ah.. B-Bukan kah orang-orang itu?"
Kai ikut mengintip dari balik tirai. "Mereka yang memukuli ku waktu itu..", lanjut Kai.
"Perasaan ku tidak salah! bagaimana sekarang", gumam Yoora dalam hatinya. Tangan Yoora memegang erat siku Kai. "Tetaplah disini bersama ku, jika kau keluar mereka mungkin akan menyakiti mu" pinta Yoora khawatir.
"Apa Eunhee noona baik-baik saja? Tiba-tiba aku sangat menghawatirkan nya" Ujar Kai dalam hati.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.25 PM
Minhyo menghampiri Tao di dekat hutan homogen. Tao terlihat berbaring di rerumputan. Ia sudah lama sekali terus seperti orang frustasi begitu. Minhyo juga menemukan Suho terduduk di dekat pohon tak jauh dari sana. Minhyo duduk bersila disamping Tao. "Chingu Tao"
"Hm?" Jawab Tao lesu.
"Chingu Tao kau kenapa? Aku kesepian tidak ada teman main kalau kau begini terus. Padahal selama bekerja aku punya lebih uang untuk mengajak mu makan, tapi kau seperti ini terus, aku jadi sedih chingu" Bujuk Minyo.
"Noona", panggil Tao.
"Mwo?"
"Noona apa aku ini jelek?" Tanya Tao.
Minhyo menggaruk kepalanya. "Kau mau jawaban jujur atau bohong?"
Tao menghela nafas kecewa. "Sudahlah.. Aku mengerti maksud noona, pasti aku memang tidak tampan, noona mau bilang begitu matjyo?", gumam Tao lesu.
"Chingu-ya.. Aku juga tidak cantik", ujar Minhyo. "Meski aku keren..", sambung Minhyo percaya diri.
"Iya noona", jawab Tao seadanya.
Minhyo menepuk-nepuk kening Tao seperti menepuk kening anak sakit. "Sabar ya chingu.. Tidak semua orang memandang segala sesuatu berdasarkan wajah saja. Kau memang tidak tampan tapi kau baik chingu..", Minhyo mengesampingkan wajahnya, lalu bergumam pelan, "ya meski kau suka aneh sih"
Tao tidak merespon ucapan Minhyo. Ia terdiam menikmati udara di sana dan kesendiriannya.
"Chingu.. Handphone mu bergetar", Minhyo memberi tahu Tao. "Chingu, sepertinya ada pesan.. biar aku saja yang baca ya?"
"Mungkin hanya pesan operator.. Mana ada yang mau mengirimkan pesan pada namja seperti diriku" ujar Tao mengenaskan.
Minhyo membaca pesan di ponsel Tao, "Ya Chingu.. Ini Yoora! pesan dari Yoora!", seru Minhyo.
Tao tidak bergeming. Ia yakin Minhyo hanya berusaha menghiburnya. "Noona sudahlah"
"Eiii jincha! Aku serius ini Yoora!", seru Minhyo menghentikan ucapannya ketika handphonenya sendiri bordering. Ia meletakkan handphone Tao diatas perut namja itu, lalu mengurusi handphoneya sendiri. "He? Jongdae?" pekik Minhyo. "Ah dia pasti rindu padaku", gumamnya percaya diri.
Minhyo menekan tombol answer. “Yeoboseyo Jongdae…….”, ia mendadak membeku ketika mendengar suara lain di seberang telepon:
BBUUUKKKKK!!
"Jongdae-ah!"
"Ya! Apa yang kalian lakukan.. Toooloong... "
PLAAAKKK.....
"Argh!!"
"Kim Jongdae? Ya! ya! Kim Jongdae!! Ya Kim jongdae!". Pekik Minhyo sekali lagi. Tuttt~~~ Sambungan tersebut terputus begitu saja.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.22 PM
Baekhyun, Inkyung dan Sehun dalam perjalanan mereka menuju kantor polisi untuk melaporkan apa yang mereka temukan. Inkyung satu satunya yang bisa menyetir mobil diantara ketiganya, karena mereka terburu-buru mereka tidak menggunakan supir.
"Neo Gwenchana Inkyung-ah?", Tanya Baekhyun memperhatikan tangan Inkyung yang gemetar.
"Hm n-ne.." Jawab Inkyung seadanya, karena ia sedang konsentrasi menyetir.
Baekhyun menoleh ke bangku belakang dimana Sehun duduk di sana. "Sehun-ah kau sudah kabari Kai?"
"Ne hyung, ia masih dirumah Yoora... Perasaan ku tidak enak sekali ai…cham", gumam Sehun tak tenang sambil menatap foto-foto ditangannya.
Baekhyun menghela nafas. "Nado.. Pikiran ku juga masih bercabang begini.. Aku khawatir dengan keadaan Minseok Hyung juga", jawab Baekhyun. "Tapi eomma pasti menelpon, jika di rumah ada masalah"
"NOONA AWAS!!", seru Sehun tiba-tiba
"YA INKYUNG-AH!!!!!"
"Aaaaa!!!"
"AAAAAAA!"
SSHUNG.. Tiba-tiba saja Inkyung membanting stir ke arah kiri karena menghindari truk container yang hampir saja menabrak mobil mereka. Mobil mereka begejolak hilang arah. Mobil berwarna hitam itu bergerak menerobos pembatas jalan.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.25 PM
Chen dan Micha kembali ke rumah Micha setelah membeli makanan kecil pada Supermarket. Kedua orang tua Micha dan Luhan berada di luar kota sampai akhir bulan nanti, karena itu Chen menginap di rumah Micha selama beberapa hari terakhir. Pandangan risih ditunjukkan oleh keduanya pada sekelompok orang yang berdiri di depan rumah seberang (rumah Kris, Yoora, Chanyeol, Sungchan). Sebagian dari mereka juga menunggu tepat di depan rumah Micha.
Chen berbisik pada Micha. "Mereka sedang apa noona? Apa mungkin Kris hyung ada hutang, jadi mereka ingin menyita rumah Kris hyung?"
"Entahlah Chen.. Tapi mengapa sepertinya mereka bukan orang baik-baik? Mengapa perasaanku mendadak tak enak ya?", ujar Micha berbisik pada Chen.
Sebagian namja yang menunggu di depan rumah Micha, membungkuk sopan saat melihat Micha dan Chen datang. Meski begitu gelagat mereka semua tetap mencurigaka "Joesonghamnida.. Siapa kalian? Apa kalian mencari seseorang" Tanya Micha memberanikan diri.
Namja yang Micha ajak bicara nampak bingung menjawab. "Eum.. Kami mencari pemilik rumah di depan itu", ujar namja asing itu sambil menunjuk kea rah rumah Kris yang terlihat seperti tak berpenghuni.
"Pemilik rumahnya sedang tidak ada di rumah.. Kalian bisa kembali besok atau nanti malam..", Jawab Micha. "Di dalam sana hanya ada seorang anak wanita, adik dari pemilik rumah, kalau kalian tetap berdiri disini beramai-ramai seperti ini. Kalian akan membuatnya ketakutan". Micha hanya tahu Yoora sendiri di dalam rumah, karena tadi ia melihat Luhan dan Sungchan pergi berdua. Sedangkan ia mengetahui Kris berada di perkebunan bunga.
"Noona sudahlah", Bisik Chen seraya menarik tangan Micha masuk.
"Gadis kecil.. Masuk lah sebelum kami bertindak kasar karena kau banyak bicara sekali", Ancam namja itu pelan tapi penuh penekanan. Empat orang lainnya yang juga berada disana mengarahkan pandangan mereka pada Micha dan Chen.
"Ini tempat umum dan kalian berada di depan rumah ku. Aku bisa saja memanggil kemanan jika kalian masih berada disini" Bentak Micha.
Para namja itu saling menatap satu sama lain. Dalam waktu sekejap keempatnya mengepung Chen dan Micha. "Rupanya anak-anak jaman sekarang suka sekali ikut campur masalah orang"
Merasa sudah terdesak, Micha segera berteriak hendak meminta pertolongan. "TO..EUMH!!"
Tangan seorang dari namja itu dengan cepat membekap mulut Micha.
"Noona!", Sentak Chen. "EUMH" Belum sempat Chen melawan, perlakuan serupa juga diterimanya. Tubuh Micha dan Chen dengan mudah dibuat sulit bergerak oleh keduanya. Mereka juga menodongkan pisau di belakang tubuh Micha dan Chen.
"Cepat buka pintu rumah mu!", Perintah seorang namja yang membekap Micha. Micha mau tidak mau mengikuti ucapan namja itu. Ia merogoh kantung nya untuk mencari kunci rumah dengan tangan yang gemetar.
Sampai di dalam.... BBUUUKKKKK!! Satu dari keempat namja itu menghantam kuat bagian belakang kepala Chen, sehingga Chen kehilangan kesadarannya
"Jongdae-a!" Seru Micha yang sudah tak lagi dibekap.
"Ya! Apa yang kalian lakukan.. Toooloong!!", seru Micha memberontak.
PLAAAKKK!! "Argh..", namja itu menampar wajah Micha.
"Padahal aku tidak berniat menyakiti mu.. Kau yang memaksa ku nona manis..", ujar Namja itu. Ia mengeluarkan sebuah suntikan obat. Micha sudah terkapar di lantai akibat pukulan namja tadi. Micha mencoba menyadarkan Chen dengan menggerakkan tubuhnya. "Jong..dae..~ Jongdae-ah Ireona”
Seorang lainnya menarik tangan Micha dan menahan tubuh yeoja itu dengan mendekapnya kuat dari belakang. Seorang lainnya menyuntikkan obat di tangannya ke lengan Micha. Seketika itu juga Micha mulai kehilangan kesadarannya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.40 PM
Kris bersama dengan Luhan dan Lay sampai di depan rumah Eunhee. Mereka mendapat telepon dari Baekhyun untuk membawa keluar Eunhee dari rumahnya. Tapi rumah Eunhee terlihat begitu sepi. Mereka bertanya pada tetangga Eunhee yang kebetulan keluar. Mereka mengatakan Bibi Shin sedang keluar rumah.
Setelah melihat keadaan aman, ketiganya menggunakan tangga untuk naik ke kamar Eunhee. Tapi sesampainya disana, mereka tidak menemukan Eunhee.
"Sepertinya Eunhee noona tidak ada di rumah" Ujar Lay.
"Bibi Shin juga tidak ada. Aku takut Eunhee.." Kris mencoba melawan pikiran buruknya, ia tetap berharap Eunhee baik-baik saja.
"Eunhee tidak menghubungi mu?" Tanya Luhan cepat.
Kris mengecek handphone nya. "Ani...."
"Coba kau hubungi dia", ujar Lay memberi saran.
Kris menghubungi nomor miliknya yang dipegang oleh Eunhee. Berkali-kali bunyi tuttt~ terdengar tapi belum ada seorang pun yang mengangkat. Kris terus mencoba sampai ia dengar suara telpon tersebut terangkat. "Ah. Yeoboseyo! Eunhee-ah?"
"Y-Yeoboseyo?". Terdengar suara seorang yeoja diujung sambungan telpon. Kris mengerutkan dahi nya heran, karena Eunhee tidak bisa bicara.
"Kris hyung!" Kali ini suara namja menyambar sambungan telpon tersebut.
"Nuguseyo?", Tanya Kris heran.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.40 PM
"Ah. Yeoboseyo, Eunhee-ah"
"Y-Yeoboseyo?", Jawab Songhee setelah melihat handphone milik Eunhee bergetar. Songhee menutup bagian permukaan handphone menggunakan tangannya. "Ini Kris Oppa", ujarnya.
"Berikan padaku!", seru Chanyeol "Kris Hyung!"
"Nuguseyo?"
"Hyung ini aku.. Chanyeol!", Jawab Chanyeol. "Kris hyung.. Eunhee noona sudah bersama dengan kami" Serunya.
"Ah jincha? Kau tidak sedang bercanda Chanyeol-ah?", tanya Kris kaget.
Kyungsoo meminta Chanyeol memberikan handphone itu padanya. Chanyeol pun menyerahkan handphone tersebut. "Kris hyung, ini Kyungsoo.. Hyung Apa yang terjadi? Tadi beberapa orang mengejar-ngejar Eunhee noona. Semua sudah teratasi sekarang, tapi Eunhee noona terlihat sangat takut. Ia berusaha menyampaikan sesuatu pada Eunkyo, Sungchan noona dan Miyoung noona, tapi kami semua disini tidak mengerti apa yang ia coba katakan"
===
04.26 PM
Eunkyo dan Kyungsoo berada di dalam taxi. Awalnya mereka berniat pergi dengan bus, tapi sore itu bus sangat penuh, mereka pun sengaja memilih menggunakan taxi agar mereka tidak pulang terlalu malam nantinya. Taxi berjalan melewati area rumah Eunhee. Eunkyo melamun memperhatikan rumah Eunhee yang sudah cukup lama tak dikunjunginya. Ia menghela nafas dan tertunduk lesu. Entah mengapa setelah melihat rumah itu, perasaannya mendadak tak tenang.
Kyungsoo menoleh memperhatikan Eunkyo yang mendadak terlihat murung. “Gwenchana?”, Tanya Kyungsoo. Ia sempat berpikir mungkin Eunkyo tak suka pergi dengannya.
“Eung….entah mengapa mendadak perasaanku tak enak”, gumam Eunkyo lesu.
Kyungsoo menghela nafas mendengar ucapan Eunkyo. Ia sempat memeriksa SNSnya dan entah mengapa hari ini terasa begitu sunyi. Tak ada satupun updatetan dari teman-temannya, bahkan Jongdae yang tak pernah meninggalkan SNSnya sekalipun. Hal itu juga membuatnya sedikit resah. Ia tak menyangka jika Eunkyo juga merasa resah karena hal yang berbeda. Ia memberanikan diri menggenggam tangan yeoja itu. “Gwenchanayo…kita akan bersenang-senang nanti”, ujar Kyungsoo mencoba menenangkan Eunkyo. Yeoja itu hanya membalas ucapannya dengan tersenyum tipis.
Belum jauh dari tempat taksi mereka melintas, pandangan Eunkyo tersita oleh sosok yang sangat dikenalnya. "C-Chakkaman! Kyungsoo-ya…i-itu…itu Eunhee onnie matchi?!", Pekik Eunkyo kaget.
"Majayo!" Seru Kyungsoo mengkonfirmasi ucapan Eunkyo. Ia menoleh ke belakang dan terdapat sekelompok namja berpenampilan mencurigakan tengah berlari kea rah yang sama dengan Eunhee. "Eunkyo-ya.. Sepertinya ia dikejar beberapa orang dibelakang", gumam Kyungsoo.
Eunkyo turut menoleh ke belakang mengikuti arah pandang Kyungsoo. "Berhenti! Ajussi.. Tolong hentikan taxi nya!", Pinta Eunkyo panic.
Taxi yang mereka tumpangi segera berhenti. Kyungsoo segera keluar dari dalam taxi. "Eunhee noona!", Panggilnya segera. Detik itu juga Eunhee melihat sosok Kyungsoo. Ia sempat terdiam sejenak karena sosok Kyungsoo terasa asing baginya. Namun entah mengapa ia segera berlari kea rah Kyungsoo. Tidak menyia-nyiakan waktu, Kyungsoo menarik Eunhee masuk ke dalam taxi.
"Merunduk", ia melepas jaketnya dan memberikannya pada Eunkyo. “Tutupi Eunhee noona”, Perintah Kyungsoo sambil menutup pintu taxi.
Eunkyo membantu Eunhee untuk masuk. Ia menerima jaket milik Kyungsoo dan menggunakannya untuk menutupi tubuh Eunhee.
Kyungsoo sendiri tidak ingin terlihat mencurigakan. Dengan tenang, ia berdiri menutupi jendela Taxi untuk berjaga-jaga. Tangan Kyungsoo menyentuh handle pintu taxi, berpura-pura seolah ia baru ingin masuk.
"Jeosonghamnida..", Sapa seorang dari beberapa namja yang mengejar Eunhee.
"Ne?", Jawab Kyungsoo tenang.
"Apa anda melihat seorang yeoja lewat dekat sini tadi?", Tanya namja mencurigakan itu.
Kyungsoo memasang ekspresi seolah ia berfikir. "Ini tempat umum, banyak yeoja yang lewat sekitar sini sejak tadi", jawabnya tenang.
"Yeoja itu terlihat seperti yeoja sakit. ia memakai jaket biru dengan warna putih keabuan dibagian lengan", Jelas namja itu.
"Ahhh.. Apa yeoja itu rambutnya berantakan? Wajahnya pucat, lalu ia tidak bisa bicara?", ujar Kyungsoo.
"Anda benar"
"Tadi ia lewat sekitar sini, seperti sedang minta bantuan orang-orang disekitar sini.. " Jawab Kyungsoo tanpa sedikitpun kelihatan berbohong.
"Anak itu memang mengalami gangguan jiwa, karena itu kami mencarinya" Ujar namja tersebut mengatakan bahwa Eunhee adalah orang gila.
"Yeoja itu lari ke seberang jalan sana", Tunjuk Kyungsoo.
Sekelompok namja itu tidak menunggu lagi. Mereka segera berlari ke arah yang ditunjukan Kyungsoo. Begitupula dengan Kyungsoo. Ia segera masuk ke dalam taxi.
"Noona, kemana kita harus pergi?", Tanya Kyungsoo pada Eunkyo.
"Lebih baik kita ke perkebunan saja, disana banyak orang.. Mungkin akan lebih aman" Saran Eunkyo. Ia menatap Eunhee, Eunhee mengangguk mengiyakan.
===
Back To Current Time
Sambungan telpon berakhir. Kyungsoo, Chanyeol, juga Songhee kembali ke dalam ruangan kerja Miyoung. Di sana Miyoung, Eunkyo, Sungchan juga Eunhee berada.
"Eonnie, tadi Kris Oppa menelepon, ia bilang ia akan segera kesini" Ujar Songhee memberi tahu.
Eunhee menggenggam pensil di tangannya. Ia terus mencoba untuk menuliskan apa yang ingin ia katakan, tapi tangannya selalu gemetar hebat. Ia juga frustasi sendiri dengan dirinya yang selalu seperti itu disaat-saat penting.
"Eonnie.. Jangan dipaksakan, eonnie lebih baik menenangkan diri eonnie dulu", ujar Eunkyo merangkul Eunhee agar ia bisa sedikit lebih tenang.
"Eunkyo benar Eunhee-ah..", Miyoung mengambil pensil di tangan Eunhee. Ia membantu Eunkyo untuk merangkul Eunhee untuk menenangkan Eunhee.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.46 PM
Bunyi bel rumah Yoora tidak berhenti sejak tadi, begitu pula dengan bunyi ketukan pintu. Yoora dan Kai bersembunyi di dapur, karena sejak tadi orang-orang berpakaian hitam itu terus mengintip dari sela-sela bagian jendela yang tidak tertutup tirai. Yoora bukan tidak berusaha menelpon polisi. Ia sudah melakukannya dan lima menit lalu polisi juga baru saja datang, tapi karena Yoora dan Kai sejak tadi bersembunyi mereka tidak sadar bahwa polisi yang mengetuk pintu rumah mereka.
Orang-orang berpakaian hitam itu juga ternyata bersembunyi di dalam rumah Luhan ketika polisi datang. Laporan Yoora pun hanya dianggap seperti laporan orang iseng oleh polisi.
Setelah polisi pergi, orang-orang itu kembali mengepung rumah Yoora. Kali ini mereka lebih menggunakan strategi, sebagian sengaja menggunakan T-shirt biasa. Hanya dua orang yang berdiri di depan pintu rumah Yoora. Mereka mengetuk dan membunyikan bel, sisanya menyebar. Bolak-balik seolah sedang jalan biasa didaerah sana agar tidak dicurigai. Sisanya masih berada di dalam rumah Luhan.
Kai sudah tidak sabar dengan keadaan ini. Ia beranjak dari tempatnya sebelum akhirnya tangannya ditahan oleh Yoora. "Ya! Kau mau kemana?!", gumam Yoora panic.
"Yoora-ya, mereka hanya mencari ku. Kau tidak harus terlibat dengan masalah ini. Kau tetaplah di dalam, biarkan aku keluar seperti keinginan mereka", ujar Kai.
Yoora menggeleng, telapak tangannya mencengkram kuat lengan Kai. "Tidak!! Kita harus menunggu! Aku tidak akan membiarkan mu pergi!", seru Yoora teguh pada pendiriannya.
"Apa yang kita tunggu?", Tanya Kai sambil menepis pelan tangan Yoora. "Yoora-ya, perasaan ku mengatakan hal buruk telah terjadi pada noona ku. Aku ingin mencarinya, aku tidak bisa diam saja disini"
"Aku akan menelpon yang lain untuk meminta bantuan!" Sambar Yoora.
"Kau lihat di luar sana?! jumlah mereka banyak! Menelepon seseorang untuk datang hanya akan membahayakan nyawa mereka!", Seru Kai. "Lepaskan aku Yoora-ya!"
"Shireo!", balas Yoora. Pegangan tangannya semakin kuat. Yoora menundukkan kepalanya. Secara perlahan air matanya turun. "Mereka akan menyakiti mu hikss.. Mungkin.. Juga lebih dari itu hikss.. Bagaimana aku hhh..bisa melepaskan mu pergi, sementara aku tahu apa yang akan terjadi jika kau pergi hikkss"
"Yoora-ya", jawab Kai lirih. Ia menyentuh pipi Yoora. "Jangan menangis, aku tidak akan pergi.. Terima kasih kau telah mencemaskan ku"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Minseok
04.40 PM
Prakkkk..
Eomma menjatuhkan handphone di tangannya. Langkahnya terhuyung keluar dari kamar ku. Seorang pelayan memapahnya.
Tidak adil! ini sungguh tidak adil!. Baru saja kudengar dengan telinga ku sendiri, eomma mendapat kabar dari pihak kepolisian setempat tentang kecelakaan yang menimpa ketiga adikku. Andwe.. katakan padaku apa yang kudengar adalah sebuah kesalahan. Beberapa saat lalu mereka masih berada di sampingku. Beberapa saat lalu mereka bertiga menangis saat melihat ku tersadar, beberapa saat lalu mereka memberikan senyuman pada ku.
Air mataku tumpah begitu saja. Sesak... rasa sesak ini bukan karena sakit pada organ tubuh ku. Tapi hati ku, perasaan ku, pikiran ku. Seharusnya aku tidak membiarkan mereka pergi. Seharusnya aku menemani mereka atau minimal berada bersama mereka. Tidak masalah aku harus berada dalam kecelakaan itu, tidak masalah aku mati.. Mengapa Tuhan membiarkan ku medengar berita ini dalam keadaan aku tidak bisa melakukan apapun? aku tidak bisa menyelamatkan diri ku apalagi adik-adikku.
Hikss..
Baekhyun….
Sehun…..
Inkyung…..
Maafkan aku yang bodoh ini. Aku yang melibatkan mereka dalam masalah ini. Aku yang membuat Inkyung melihat isi dari boneka itu. Aku yang menyebabkan mereka bertiga pergi. Semua.. Adalah kesalahan ku.hikssss..
Salah ku..
Semua..kesalahan mu.. Kim Minseok.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.00 PM
POV: Author
Kris, Lay dan Luhan kembali ke perkebunan. Mereka langsung masuk ke dalam toko bunga. Tepatnya ke ruang kerja Miyoung.
"Eunhee-ah!" Teriak Kris cepat setelah melihat Eunhee. Ia memeluk erat tubuh Eunhee "Gwenchana? Apa yang terjadi?"
"Eunh.. Eugh..", Eunhee mencoba mengucapkan beberapa hal, tapi tentu tidak di mengerti siapapun. Eunhee menyerahkan kertas berisi coretan tangannya. Tulisan tangannya sangat berantakan dan tak ada seorang pun tidak bisa membacanya... Kecuali Kris. Ia tersentak hebat, "Dimana kai?" Tanya nya.
"Ia ada dirumah bersama Yoora. Mereka bilang mereka akan menunggu Sehun saat aku dan Luhan tinggal tadi", Jawab Sunchan.
"Hanya berdua?!" Pekik Kris kaget.
"N-Ne", Jawab Luhan. "Wae?"
"Apa Eunhee menuliskan sesuatu disana?", Tanya Miyoung "Katakan pada kami Kris!" desak Miyoung.
"Bibi Shin sudah mendapatkan apa yang ia mau. Ia berusaha membunuh Eunhee dan Kai" Ucap Kris dengan pandangan kosong.
"Jadi…orang-orang yang tadi kutemui dengan Kyungsoo dijalan itu adalah..", Eunkyo menutup mulutnya dengan tangan, ia baru sadar ia menyelamatkan Eunhee dari bahaya.
"Dan mereka disini sekarang" Ujar Kyungsoo tiba-tiba. Pandangannya tertuju kea rah gerbang perkebunan.
"Apa maksud mu Kyungsoo-ya?!" Seru Songhee.
Lay ikut melihat keluar jendela bersama Kyungsoo. "Maldo andwae…Mereka menemukan kita"
Kris mengepalkan tangannya. Ia dengan cepat menekan tombol call pada handphonenya untuk menghubungi Yoora. Kris tersentak dan ia lari ke arah luar tiba-tiba.
Miyoung menghubungi pihak keamanan setempat dan juga beberapa keaman toko bunga nya untuk mengahalangi orang-orang di depan. "Songhee, Eunkyo, Sungchan bawa Eunhee pergi ke rumah ku sekarang juga! Pergilah lewat jalan belakang! Di sana lebih aman ppalli!", Perintah Miyoung sigap. "Tapi eonnie" Bantah Songhee cemas.
"Cepat pergi..!!", Bentak Miyoung. "Lay.. Kau antar mereka"
"Ani.. Aku tetap disini", Jawab Lay tegas "Aku, Kris dan Luhan akan tetap disini.. Miyoung noona, kau pergilah dengan mereka" Perintah Lay balik.
"Ya!"
"KAU INI YEOJA!", bentak Lay pada Miyoung. "Dengarkan aku.. Mungkin kau merasa cukup kuat untuk tetap berada disini, tapi Miyoung noona.. cepat atau lambat, mereka pasti berhasil masuk ke dalam, meski mereka dihalangi. Jika salah satu dari kami pergi, maka kami akan kekurangan kekuatan.. lagi pula noona bisa menyetir. Kami percaya pada noona, tolong lindungi yang lain"
Miyoung selalu keras kepala. Ia sulit sekali menerima pendapat seseorang. Namun pandangan tajam Lay dan ucapannya yang tegas terhadap Miyoung membuatnya terdiam seketika, seolah mengakui kelemahannya.. Ia mengangguk. "Jaga diri kalian baik-baik.. Lay, Kris, Luhan, Chanyeol, Kyungsoo.. Kami pergi" Miyoung dan Eunhee keluar melewati jalan belakang lebih dahulu.
Sungchan merasa begitu berat melepas adik, sepupu juga kekasihnya sekaligus disana. Luhan tersenyum tenang disampingnya, "gwenchana", gumam Luhan memberikan doktrin pada Sungchan.
Pandangan Sungchan menyendu menyadari Luhan tetap tersenyum meski wajahnya telihat pucat. "Aku tidak kan mengobati mu kalau kau sampai terluka" Ujar Sungchan dengan mata berkaca. 'Jangan sampai terluka' itulah arti ucapan Sungchan.
"Nado Park Sungchan..kau juga tidak boleh terluka. Kau harus sampai ke rumah Miyoung dengan selamat…Saranghae" Luhan memberikan kecupan kecil pada pipi Sungchan". Luhan berlari keluar mengikuti Lay. Karena orang-orang itu sudah mulai melawan petugas yang menghalangi mereka.
"Noona", Chanyeol memeluk Sungchan erat sebelum akhirnya melepaskan saudara kandung semata wayangnya itu.
"Jaga diri mu Chanyeol-ah", ujar Sungchan.
"Jangan khawatir noona..Aku akan baik-baik saja", Jawab Chanyeol. Chanyeol menyentuh lengan Songhee. "Tolong jaga noona ku, Songhee-ah"
Songhee mengangguk, ia menarik tangan Sungchan menyusul Miyoung. Chanyeol juga keluar bersama Kris. Songhee menoleh ke arah Eunkyo yang masih berada di belakangnya. “Onnie ppalli juseyo!”, seru Songhee lalu berlari melewati pintu belakang.
Eunkyo menatap Kyungsoo yang masih berdiri di sana menunggu para yeoja untuk keluar. Entah mengapa hatinya begitu sakit. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada namja itu.
"Apa yang kau tunggu? cepat pergi! aku akan mengunci pintu belakang", ujar Kyungsoo mengambil kunci pintu belakang di atas meja kerja Miyoung.
"K-Kyungsoo-ya..", Panggil Eunkyo lirih "Kau…kau akan baik-baik saja matchi?”, Tanya Eunkyo gemetar mencoba menahan air matanya.
Kyungsoo terdiam menatap Eunkyo yang berdiri di hadapannya. Ia tidak tahu pasti apa yang sedang mereka hadapi, tapi orang-orang diluar jumlahnya cukup banyak. Ia juga tidak bisa memastikan mereka tidak membawa senjata api ataupun senjata tajam.
"Kyungsoo-ya..", Panggil Eunkyo sekali lagi. Ia mendekati namja itu dan mencengkeram baju namja itu. “Jawab aku! Kau..kau…akan baik-baik saja matchi?! Hiks..”, seru Eunkyo sambil menggoyang-goyangkan tubuh Kyungsoo yang hanya terdiam. Ia begitu frustasi hingga air mata perlahan mulai membasahi wajahnya. “YA! AKU TAK AKAN PERGI JIKA KAU TAK-“
Kyungsoo segera menangkup wajah Eunkyo dengan kedua tangannya dan membungkam mulut yeoja itu dengan bibirnya.
Eunkyo tersentak kaget dengan apa yang dilakukan Kyungsoo padanya. Namun ia tidak bergeming sedikitpun. Tangannya masih mencengkeram kuat baju namja itu.
Mereka tidak bisa membuang waktu disana. Kyungsoo segera melepaskan kecupannya pada bibir Eunkyo. "Nan mollayo…..aku tak bisa berjanji banyak hal. Tapi…aku pastikan kita akan melakukan kencan kita yang tertunda hari ini.. Yang kulakukan barusan, adalah jaminan nya.. Kim Eunkyo", ujarnya sambil menatap dalam Eunkyo. “Sekarang pergilah! Ppali!”
Eunkyo tersenyum getir. "Ingatkan aku untuk menghajar kepala mu di kencan kita nanti Do Kyungsoo", ujarnya. "Na kalkke..", Eunkyo berlari menyusul yang lain.
Kyungsoo memastikan mereka pergi sebelum mengunci pintu belakang. "Ku harap begitu", gumamnya ragu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.59 PM
Draakkk..Drakk!! Pintu rumah Yoora tak berhenti bergerak. Sepertinya orang-orang diluar terus berusaha membuka pintu itu. Terdengar bunyi Clekkk.. yang cukup keras. Disaat bersamaan, handphone Yoora bergetar, lalu terjatuh dan tanpa sengaja tombol answer pada handphone tersebut tertekan.
Yoora panic. Ia menarik Kai menaiki tangga menuju kamarnya. Ia Mengunci rapat pintu kamar tersebut setelah sampai di sana.
"Mengapa kau membawa ku kesini?" Tanya Kai.
"Mereka sudah masuk ke dalam rumah", ujar Yoora ketakutan.
"Mworago?!", Seru Kai.
"Mereka menggunakan alat lain untuk membuka pintu. Aku mendengar jelas suara pintu terbuka tadi", jelas Yoora. Ia melirik ke jalanan melalui jendela kamar. Keadaan begitu genting. Yoora meraba sakunya, ia rasa ia harus menghubungi Kris, setidaknya jika ia mati disana Kris tahu penyebabnya, pikir Yoora. "Ya Tuhan!" Pekik nya panik. "Handphone ku! dimana handphone ku?! Omo Ottokhae?!", gumam Yoora panik mencari handphone nya ke saku yang lain, tapi ia tak menemukannya. "Jangan-jangan aku menjatuhkannya? Omo ottokhae?!”, gumam Yoora frustasi.
Kai mengeluarkan handphonenya, wajahnya menujukkan ekspresi kurang baik. "Aish jincha! Handphone ku juga mati!", seru Kai.
"Aku bodoh sekali.. Ini kan masih di daerah perumahan, jika aku berteriak mungkin.. Ah maja", Yoora bicara sendiri. "T.."
BRAKKKKKK!! Pintu kamar Yoora terhempas kencang. Yoora dan Kai tersentak. Grekkkk.. Sebuah sejata api rakitan di arahkan terhadap Yoora dan Kai. "Berani kalian teriak, habislah kalian"
Kai mengambil kendali atas diri Yoora. Ia berdiri di depan Yoora. "Kau hanya menginginkan ku.. Bawa aku dan bebaskan yeoja ini!", Selak Kai dengan suara bergetar.
"Apa yang kau katakana?! Ya! Kau jangan berbuat bodoh!", Yoora meminta penjelasan pada Kai yang telah berjanji sebelumnya bahwa ia tidak akan pergi.
"Ini masalah ku Yoora-ya. Kau memang tidak seharusnya terlibat", jawab Kai. Ia tersenyum miris. "Mianhae Yoora-ya"
Lima orang namja lainnya masuk ke dalam kamar Yoora. Mereka mengepung Yoora dan Kai. “K-Kai-ah ottokhae?”, gumam Yoora ketakutan. Ia mencengkram pundak Kai. “AAAKKKK!!”, salah satu namja yang mengepung mereka, membekap mulut Yoora dari arah belakang dan menariknya hingga ia menjauh dari Kai. Tidak sesuai perkiraan Kai, mereka tidak bisa melepaskan Yoora begitu saja, karena bagaimanapun ia telah mengetahui apa yang terjadi. Kedua namja lainnya membeli tubuh Kai. Mereka semua memaksa Kai dan Yoora untuk menuruni tangga.
Kai mencoba memberontak. "Jangan sentuh yeoja itu!! ku bilang bawa saja aku!!"
"Lepaskan aku! Lepasss!", berontak Yoora.
Tidak ingin mengambil resiko dan tidak peduli Yoora adalah seorang anak wanita. Salah satu namja memukul kepala Yoora. Saat itu juga Yoora tak sadarkan diri akibat pukulan namja itu.
"Ya! Apa yang kalian lakukan!", Gertak Kai. "Yoora-ya….", panggil Kai lirih.
"Kau sungguh menganggu", gerutu Namja yang sepertinya pemimpin mereka memberi kode kepada anak buahnya untuk menindak lanjuti Kai.
Anak buah namja itu mendekati Kai, lalu mennyumpal mulut Kai dengan sapu tangan. Mereka juga menutup kepala Kai dengan kain berwarna hitam.
☆*:.。. o)o .。.:*☆