04.46 PM
Bunyi bel rumah Yoora tidak berhenti sejak tadi, begitu pula dengan bunyi ketukan pintu. Yoora dan Kai bersembunyi di dapur, karena sejak tadi orang-orang berpakaian hitam itu terus mengintip dari sela-sela bagian jendela yang tidak tertutup tirai. Yoora bukan tidak berusaha menelpon polisi. Ia sudah melakukannya dan lima menit lalu polisi juga baru saja datang, tapi karena Yoora dan Kai sejak tadi bersembunyi mereka tidak sadar bahwa polisi yang mengetuk pintu rumah mereka.
Orang-orang berpakaian hitam itu juga ternyata bersembunyi di dalam rumah Luhan ketika polisi datang. Laporan Yoora pun hanya dianggap seperti laporan orang iseng oleh polisi.
Setelah polisi pergi, orang-orang itu kembali mengepung rumah Yoora. Kali ini mereka lebih menggunakan strategi, sebagian sengaja menggunakan T-shirt biasa. Hanya dua orang yang berdiri di depan pintu rumah Yoora. Mereka mengetuk dan membunyikan bel, sisanya menyebar. Bolak-balik seolah sedang jalan biasa didaerah sana agar tidak dicurigai. Sisanya masih berada di dalam rumah Luhan.
Kai sudah tidak sabar dengan keadaan ini. Ia beranjak dari tempatnya sebelum akhirnya tangannya ditahan oleh Yoora. "Ya! Kau mau kemana?!", gumam Yoora panic.
"Yoora-ya, mereka hanya mencari ku. Kau tidak harus terlibat dengan masalah ini. Kau tetaplah di dalam, biarkan aku keluar seperti keinginan mereka", ujar Kai.
Yoora menggeleng, telapak tangannya mencengkram kuat lengan Kai. "Tidak!! Kita harus menunggu! Aku tidak akan membiarkan mu pergi!", seru Yoora teguh pada pendiriannya.
"Apa yang kita tunggu?", Tanya Kai sambil menepis pelan tangan Yoora. "Yoora-ya, perasaan ku mengatakan hal buruk telah terjadi pada noona ku. Aku ingin mencarinya, aku tidak bisa diam saja disini"
"Aku akan menelpon yang lain untuk meminta bantuan!" Sambar Yoora.
"Kau lihat di luar sana?! jumlah mereka banyak! Menelepon seseorang untuk datang hanya akan membahayakan nyawa mereka!", Seru Kai. "Lepaskan aku Yoora-ya!"
"Shireo!", balas Yoora. Pegangan tangannya semakin kuat. Yoora menundukkan kepalanya. Secara perlahan air matanya turun. "Mereka akan menyakiti mu hikss.. Mungkin.. Juga lebih dari itu hikss.. Bagaimana aku hhh..bisa melepaskan mu pergi, sementara aku tahu apa yang akan terjadi jika kau pergi hikkss"
"Yoora-ya", jawab Kai lirih. Ia menyentuh pipi Yoora. "Jangan menangis, aku tidak akan pergi.. Terima kasih kau telah mencemaskan ku"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Minseok
04.40 PM
Prakkkk..
Eomma menjatuhkan handphone di tangannya. Langkahnya terhuyung keluar dari kamar ku. Seorang pelayan memapahnya.
Tidak adil! ini sungguh tidak adil!. Baru saja kudengar dengan telinga ku sendiri, eomma mendapat kabar dari pihak kepolisian setempat tentang kecelakaan yang menimpa ketiga adikku. Andwe.. katakan padaku apa yang kudengar adalah sebuah kesalahan. Beberapa saat lalu mereka masih berada di sampingku. Beberapa saat lalu mereka bertiga menangis saat melihat ku tersadar, beberapa saat lalu mereka memberikan senyuman pada ku.
Air mataku tumpah begitu saja. Sesak... rasa sesak ini bukan karena sakit pada organ tubuh ku. Tapi hati ku, perasaan ku, pikiran ku. Seharusnya aku tidak membiarkan mereka pergi. Seharusnya aku menemani mereka atau minimal berada bersama mereka. Tidak masalah aku harus berada dalam kecelakaan itu, tidak masalah aku mati.. Mengapa Tuhan membiarkan ku medengar berita ini dalam keadaan aku tidak bisa melakukan apapun? aku tidak bisa menyelamatkan diri ku apalagi adik-adikku.
Hikss..
Baekhyun….
Sehun…..
Inkyung…..
Maafkan aku yang bodoh ini. Aku yang melibatkan mereka dalam masalah ini. Aku yang membuat Inkyung melihat isi dari boneka itu. Aku yang menyebabkan mereka bertiga pergi. Semua.. Adalah kesalahan ku.hikssss..
Salah ku..
Semua..kesalahan mu.. Kim Minseok.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.00 PM
POV: Author
Kris, Lay dan Luhan kembali ke perkebunan. Mereka langsung masuk ke dalam toko bunga. Tepatnya ke ruang kerja Miyoung.
"Eunhee-ah!" Teriak Kris cepat setelah melihat Eunhee. Ia memeluk erat tubuh Eunhee "Gwenchana? Apa yang terjadi?"
"Eunh.. Eugh..", Eunhee mencoba mengucapkan beberapa hal, tapi tentu tidak di mengerti siapapun. Eunhee menyerahkan kertas berisi coretan tangannya. Tulisan tangannya sangat berantakan dan tak ada seorang pun tidak bisa membacanya... Kecuali Kris. Ia tersentak hebat, "Dimana kai?" Tanya nya.
"Ia ada dirumah bersama Yoora. Mereka bilang mereka akan menunggu Sehun saat aku dan Luhan tinggal tadi", Jawab Sunchan.
"Hanya berdua?!" Pekik Kris kaget.
"N-Ne", Jawab Luhan. "Wae?"
"Apa Eunhee menuliskan sesuatu disana?", Tanya Miyoung "Katakan pada kami Kris!" desak Miyoung.
"Bibi Shin sudah mendapatkan apa yang ia mau. Ia berusaha membunuh Eunhee dan Kai" Ucap Kris dengan pandangan kosong.
"Jadi…orang-orang yang tadi kutemui dengan Kyungsoo dijalan itu adalah..", Eunkyo menutup mulutnya dengan tangan, ia baru sadar ia menyelamatkan Eunhee dari bahaya.
"Dan mereka disini sekarang" Ujar Kyungsoo tiba-tiba. Pandangannya tertuju ke arah gerbang perkebunan.
"Apa maksud mu Kyungsoo-ya?!" Seru Songhee.
Lay ikut melihat keluar jendela bersama Kyungsoo. "Maldo andwae…Mereka menemukan kita"
Kris mengepalkan tangannya. Ia dengan cepat menekan tombol call pada handphonenya untuk menghubungi Yoora. Kris tersentak dan ia lari ke arah luar tiba-tiba.
Miyoung menghubungi pihak keamanan setempat dan juga beberapa keaman toko bunga nya untuk mengahalangi orang-orang di depan. "Songhee, Eunkyo, Sungchan bawa Eunhee pergi ke rumah ku sekarang juga! Pergilah lewat jalan belakang! Di sana lebih aman ppalli!", Perintah Miyoung sigap. "Tapi eonnie" Bantah Songhee cemas.
"Cepat pergi..!!", Bentak Miyoung. "Lay.. Kau antar mereka"
"Ani.. Aku tetap disini", Jawab Lay tegas "Aku, Kris dan Luhan akan tetap disini.. Miyoung noona, kau pergilah dengan mereka" Perintah Lay balik.
"Ya!"
"KAU INI YEOJA!", bentak Lay pada Miyoung. "Dengarkan aku.. Mungkin kau merasa cukup kuat untuk tetap berada disini, tapi Miyoung noona.. cepat atau lambat, mereka pasti berhasil masuk ke dalam, meski mereka dihalangi. Jika salah satu dari kami pergi, maka kami akan kekurangan kekuatan.. lagi pula noona bisa menyetir. Kami percaya pada noona, tolong lindungi yang lain"
Miyoung selalu keras kepala. Ia sulit sekali menerima pendapat seseorang. Namun pandangan tajam Lay dan ucapannya yang tegas terhadap Miyoung membuatnya terdiam seketika, seolah mengakui kelemahannya.. Ia mengangguk. "Jaga diri kalian baik-baik.. Lay, Kris, Luhan, Chanyeol, Kyungsoo.. Kami pergi" Miyoung dan Eunhee keluar melewati jalan belakang lebih dahulu.
Sungchan merasa begitu berat melepas adik, sepupu juga kekasihnya sekaligus disana. Luhan tersenyum tenang disampingnya, "gwenchana", gumam Luhan memberikan doktrin pada Sungchan.
Pandangan Sungchan menyendu menyadari Luhan tetap tersenyum meski wajahnya telihat pucat. "Aku tidak kan mengobati mu kalau kau sampai terluka" Ujar Sungchan dengan mata berkaca. 'Jangan sampai terluka' itulah arti ucapan Sungchan.
"Nado Park Sungchan..kau juga tidak boleh terluka. Kau harus sampai ke rumah Miyoung dengan selamat…Saranghae" Luhan memberikan kecupan kecil pada pipi Sungchan". Luhan berlari keluar mengikuti Lay. Karena orang-orang itu sudah mulai melawan petugas yang menghalangi mereka.
"Noona", Chanyeol memeluk Sungchan erat sebelum akhirnya melepaskan saudara kandung semata wayangnya itu.
"Jaga diri mu Chanyeol-ah", ujar Sungchan.
"Jangan khawatir noona..Aku akan baik-baik saja", Jawab Chanyeol. Chanyeol menyentuh lengan Songhee. "Tolong jaga noona ku, Songhee-ah"
Songhee mengangguk, ia menarik tangan Sungchan menyusul Miyoung. Chanyeol juga keluar bersama Kris. Songhee menoleh ke arah Eunkyo yang masih berada di belakangnya. “Onnie ppalli juseyo!”, seru Songhee lalu berlari melewati pintu belakang.
Eunkyo menatap Kyungsoo yang masih berdiri di sana menunggu para yeoja untuk keluar. Entah mengapa hatinya begitu sakit. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada namja itu.
"Apa yang kau tunggu? cepat pergi! aku akan mengunci pintu belakang", ujar Kyungsoo mengambil kunci pintu belakang di atas meja kerja Miyoung.
"K-Kyungsoo-ya..", Panggil Eunkyo lirih "Kau…kau akan baik-baik saja matchi?”, Tanya Eunkyo gemetar mencoba menahan air matanya.
Kyungsoo terdiam menatap Eunkyo yang berdiri di hadapannya. Ia tidak tahu pasti apa yang sedang mereka hadapi, tapi orang-orang diluar jumlahnya cukup banyak. Ia juga tidak bisa memastikan mereka tidak membawa senjata api ataupun senjata tajam.
"Kyungsoo-ya..", Panggil Eunkyo sekali lagi. Ia mendekati namja itu dan mencengkeram baju namja itu. “Jawab aku! Kau..kau…akan baik-baik saja matchi?! Hiks..”, seru Eunkyo sambil menggoyang-goyangkan tubuh Kyungsoo yang hanya terdiam. Ia begitu frustasi hingga air mata perlahan mulai membasahi wajahnya. “YA! AKU TAK AKAN PERGI JIKA KAU TAK-“
Kyungsoo segera menangkup wajah Eunkyo dengan kedua tangannya dan membungkam mulut yeoja itu dengan bibirnya.
Eunkyo tersentak kaget dengan apa yang dilakukan Kyungsoo padanya. Namun ia tidak bergeming sedikitpun. Tangannya masih mencengkeram kuat baju namja itu.
Mereka tidak bisa membuang waktu disana. Kyungsoo segera melepaskan kecupannya pada bibir Eunkyo. "Nan mollayo…..aku tak bisa berjanji banyak hal. Tapi…aku pastikan kita akan melakukan kencan kita yang tertunda hari ini.. Yang kulakukan barusan, adalah jaminan nya.. Kim Eunkyo", ujarnya sambil menatap dalam Eunkyo. “Sekarang pergilah! Ppali!”
Eunkyo tersenyum getir. "Ingatkan aku untuk menghajar kepala mu di kencan kita nanti Do Kyungsoo", ujarnya. "Na kalkke..", Eunkyo berlari menyusul yang lain.
Kyungsoo memastikan mereka pergi sebelum mengunci pintu belakang. "Ku harap begitu", gumamnya ragu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
04.59 PM
Draakkk..Drakk!! Pintu rumah Yoora tak berhenti bergerak. Sepertinya orang-orang diluar terus berusaha membuka pintu itu. Terdengar bunyi Clekkk.. yang cukup keras. Disaat bersamaan, handphone Yoora bergetar, lalu terjatuh dan tanpa sengaja tombol answer pada handphone tersebut tertekan.
Yoora panic. Ia menarik Kai menaiki tangga menuju kamarnya. Ia Mengunci rapat pintu kamar tersebut setelah sampai di sana.
"Mengapa kau membawa ku kesini?" Tanya Kai.
"Mereka sudah masuk ke dalam rumah", ujar Yoora ketakutan.
"Mworago?!", Seru Kai.
"Mereka menggunakan alat lain untuk membuka pintu. Aku mendengar jelas suara pintu terbuka tadi", jelas Yoora. Ia melirik ke jalanan melalui jendela kamar. Keadaan begitu genting. Yoora meraba sakunya, ia rasa ia harus menghubungi Kris, setidaknya jika ia mati disana Kris tahu penyebabnya, pikir Yoora. "Ya Tuhan!" Pekik nya panik. "Handphone ku! dimana handphone ku?! Omo Ottokhae?!", gumam Yoora panik mencari handphone nya ke saku yang lain, tapi ia tak menemukannya. "Jangan-jangan aku menjatuhkannya? Omo ottokhae?!”, gumam Yoora frustasi.
Kai mengeluarkan handphonenya, wajahnya menujukkan ekspresi kurang baik. "Aish jincha! Handphone ku juga mati!", seru Kai.
"Aku bodoh sekali.. Ini kan masih di daerah perumahan, jika aku berteriak mungkin.. Ah maja", Yoora bicara sendiri. "T.."
BRAKKKKKK!! Pintu kamar Yoora terhempas kencang. Yoora dan Kai tersentak. Grekkkk.. Sebuah sejata api rakitan di arahkan terhadap Yoora dan Kai. "Berani kalian teriak, habislah kalian"
Kai mengambil kendali atas diri Yoora. Ia berdiri di depan Yoora. "Kau hanya menginginkan ku.. Bawa aku dan bebaskan yeoja ini!", Selak Kai dengan suara bergetar.
"Apa yang kau katakana?! Ya! Kau jangan berbuat bodoh!", Yoora meminta penjelasan pada Kai yang telah berjanji sebelumnya bahwa ia tidak akan pergi.
"Ini masalah ku Yoora-ya. Kau memang tidak seharusnya terlibat", jawab Kai. Ia tersenyum miris. "Mianhae Yoora-ya"
Lima orang namja lainnya masuk ke dalam kamar Yoora. Mereka mengepung Yoora dan Kai. “K-Kai-ah ottokhae?”, gumam Yoora ketakutan. Ia mencengkram pundak Kai. “AAAKKKK!!”, salah satu namja yang mengepung mereka, membekap mulut Yoora dari arah belakang dan menariknya hingga ia menjauh dari Kai. Tidak sesuai perkiraan Kai, mereka tidak bisa melepaskan Yoora begitu saja, karena bagaimanapun ia telah mengetahui apa yang terjadi. Kedua namja lainnya membeli tubuh Kai. Mereka semua memaksa Kai dan Yoora untuk menuruni tangga.
Kai mencoba memberontak. "Jangan sentuh yeoja itu!! ku bilang bawa saja aku!!"
"Lepaskan aku! Lepasss!", berontak Yoora.
Tidak ingin mengambil resiko dan tidak peduli Yoora adalah seorang anak wanita. Salah satu namja memukul kepala Yoora. Saat itu juga Yoora tak sadarkan diri akibat pukulan namja itu.
"Ya! Apa yang kalian lakukan!", Gertak Kai. "Yoora-ya….", panggil Kai lirih.
"Kau sungguh menganggu", gerutu Namja yang sepertinya pemimpin mereka memberi kode kepada anak buahnya untuk menindak lanjuti Kai.
Anak buah namja itu mendekati Kai, lalu mennyumpal mulut Kai dengan sapu tangan. Mereka juga menutup kepala Kai dengan kain berwarna hitam.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.01 PM
Satu persatu namja yang tadi memenuhi rumah Luhan kini keluar dari sana. Rumah itu mulai sepi. Dari balik semak halaman rumah Micha, seorang yeoja terlihat mengintip. Setelah merasa keadaan aman dan juga memastikan jumlah namja yang keluar dari sana sama dengan jumlah namja yang sebelumnya yang memang ada di dalam, ia mengendap-endap memasuki rumah itu. Ditariknya kunci rumah yang masih tergantung pada pintu. Kemudian ia mengunci pintu agar tak ada lagi yang bisa masuk ke dalam rumah.
***
Chen membuka matanya. Kepalanya terasa sangat berat dan sekujur tubuhnya lemas. Ia memutar kembali ingatannya untuk mengerti apa yang telah terjadi. Ia tidak bisa berbuat apapun karena saat ini tangan Chen dalam keadaan terikat.
"Noona~", Panggil Chen lemah begitu menemukan sosok Micha tergeletak di atas karpet ruang tamu tempat mereka berada.
Chen mendengar suara pintu tertutup. Jantungnya berpacu cepat. Apa mungkin orang-orang tadi kembali? Apa yang mereka inginkan sesungguhnya? Beribu pertanyaan kini memenuhi pikiran Chen. Suara langkah kaki juga terdengar dengan sangat jelas. Chen ingin sekali melakukan sesuatu, tapi entah mengapa tubuhnya sangat sulit bergerak. "Ish", desisnya sementara suara langkah kaki semakin mendekat. "Apa yang harus kulakukan?" Tanya Chen dalam hatinya. Ia sangat kecewa karena ia sama sekali tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi orang-orang di sekitarnya.
Sesosok yeoja muncul dari balik rak buku pada rungan tersebut. "Jongdae-a!" "Minhyo Noona!" Seru Jongdae.
Minhyo mengahampiri Micha. Ia menepuk-nepuk pipi Micha. "Noona.." Panggil Minhyo, tapi tidak ada respon dari Micha. "Jongdae-ah apa yang terjadi pada noona?"
"Nado mollayo, buka dulu ikatan ku jebal" Pinta Chen.
Minhyo menyandarkan tubuh Micha pada sofa. Ia lalu mendekat ke arah Chen. Ia membuka ikatan pada tangan dan juga Kaki Chen. "Gwenchana?" Tanya Minhyo khawatir.
"Bagaimana Noona bisa tahu aku dalam bahaya?" Tanya Chen.
"Tentu saja karena hati ku dan hati mu memiliki ikatan", Canda Minhyo. "kkk Aku hanya bercanda.. Kau tadi menelpon ku, tapi aku hanya dengar suara teriakan"
Chen terdiam tak percaya.
"Wae?"
Chen menggeleng. "Aniya.. Aku hanya sedang panik saat tiba-tiba mereka menyerang kami tadi. Aku hanya memencet asal handphone ku, berharap bisa menghubungi seseorang. Aku tidak tahu yang kutekan adalah nomor noona"
"Hahahah Ternyata kita memang jodoh" Ujar Minhyo puas. Ia menjatuhkan tali yang tadi mengikat tangan dan kaki Chen "Sudah.."
Minhyo dan Chen melihat bayangan sekitar 3-4 buah mobil berhenti jalanan depan. Keduanya mengintip dari jendela "Mereka membawa Yoora dan Kai? Mereka mau kemana?" Tanya Minhyo.
"Aku harus coba hubungi yang lain", Ujar Chen.
"Aku sudah coba ribuan kali. Tapi tidak seorangpun mengangkat" Jelas Minhyo. "Kemana mereka semua? Apa mungkin mereka mengalami hal serupa?", gumam Minhyo sembari berpikir.
"Apa maksud noona?"
"Saat aku pergi tadi, Aku melihat Kyungsoo, Eunkyo juga Eunhee eonnie datang terburu-buru ke perkebunan. Wajah mereka terlihat panik. Tapi karena aku terlalu panik akan kondisi mu, aku pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun pada mereka. Tapi yang pasti aku sempat dengar Kyungsoo berkata Eunhee eonnie dikejar-kejar orang. Kemungkinan.. Mereka masih komplotan orang-orang di sana. Sepertinya incaran mereka adalah Kai", Minhyo bicara serius saat itu.
Orang-orang diluar sana memasuki mobil. Mereka memasukkan Yoora dan Kai di mobil kedua. Mata Minhyo melebar, ia baru sadar ia sebenarnya tidak pergi sendiri tadi. "CHINGU TAO!" Minhyo mengoyak-goyangkan tangan Chen. "Jongdae-ah! Tao..", seru Minhyo sambil menunjuk-nunjuk keluar.
"Mwo?"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.04 PM
Gerombolan orang-orang suruhan bibi Shin membawa Kai dan Yoora ke sebuah gudang tua yang lokasinya tidak jauh dari perumahan. Tempat itu mereka anggap 'sempurna' untuk melancarkan misi mereka. Karena tempat itu gelap dan juga sepi. Mereka diperintahkan untuk membunuh Kai.
Mereka membiarkan tubuh Yoora tergeletak di pinggir tanpa melakukan pengawasan. Jumlah mereka sekitar sebelas orang secara total di dalam dan di luar gudang. Mereka berdiri membuat lingkaran mengitari Kai yang tepat berada ditengah-tengah, masih dengan kondisi kepala tertutup kain hitam.
***
Kesadaran Yoora pelan-pelan kembali. Ia hampir berteriak saat merasa seseorang menyentuh tangannya. Dengan segera mulut Yoora mendapat dekapan. Yoora menoleh sedikit ke belakang dan menemukan sosok Tao di sana.
Tao meletakkan telunjuk pada bibirnya, memberi perintah pada Yoora untuk tidak bersuara. Yoora pun mengangguk cepat. Tao sedang berusaha membuka ikatan tangan Yoora.
Tangan Yoora sudah bebas. Tao mendekatkan wajahnya ke telinga Yoora. Ia menyodorkan handphone miliknya, "Bersembunyi lah, kirim pesan pada Suho hyung tentang keberadaan kita. Ia ada di kantor polisi.. Mungkin juga sudah dalam perjalan ke rumahmu"
Yoora mengangguk mengiyakan. Tao membimbing Yoora untuk bersembunyi. Yoora mencengkram tangan Tao, "Tao-ya"
Tao menatap Yoora.
"Kupikir..Kau tidak akan datang setelah aku mengirimkan pesan padamu. Tao.. Mianhae, aku baru menyadari tentang perubahan sikap mu belakangan ini. Kau pasti kecewa karena aku menyukai Kai.. Mia.."
Tao menyela ucapan Yoora "Aku datang untuk menyelamatkan Kai", ujar Tao. "Karena kau menyukainya, karena Kai adalah satu-satunya namja yang akan membuat mu bahagia. Aku akan menyelamatkan nya", Tao menepis pelan tangan Yoora. "Gwenchana, sejak dulu aku memang selalu hidup sendiri" Ujarnya.
Tidak terlihat sedikitpun keraguan dalam langkah Tao. Ia menghampiri gerombolan namja itu dengan tubuh tegak. Tersirat perasaan bersalah dalam wajah Yoora. Tao selalu melindungi nya di saat-saat sulit. Saat semua orang mencoba menyakiti dirinya. Bahkan ia rela membawa dirinya dalam bahaya hanya untuk meyelamatkan seseorang yang dicintai oleh Yoora. "Mianhae Tao-ya" Perasaan tak enak yang sejak tadi menghantui Yoora terasa semakin kuat setelah melihat kepergian Tao. Ia berharap tidak akan ada yang terjadi apapun pada Tao ataupun Kai.
Ia bergegas menghubungi Suho seperti apa yang diperintahkan oleh Tao.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.03 PM
Pekebunan bunga menjadi mendadak sepi. Seluruh karyawan perkebunan tersebut disekap dalam sebuah ruangan penyimpanan bunga dan diawasi oleh tiga orang disana. Petugas keamanan perkebunan tersebut juga dapat dengan mudah 'dibereskan' oleh mereka.
Kris, Luhan, Lay, Kyungsoo, dan Chanyeol tercengang melihat kondisi di luar. "Sial" Umpat Kris kesal. Ia buru-buru keluar tadi karena menghawatirkan keadaan Yoora dirumah. Ia tidak menyangka ia justru mendapat halangan besar disini.
Lay berada beberapa langkah di depan yang lain. Ia terlihat tenang seolah tak terjadi apapun. Ia menghampiri namja-namja berpakaian hitam. "Siapa kalian? apa ada yang bisa kami bantu?"
"Tentu.. Kami juga tidak akan menyakiti bocah-bocah seperti kalian, jika kalian mau bekerja sama" Ujar salah seorang namja.
"Baiklah, Kalau begitu apa yang kalian butuhkan?" Tanya Lay hati-hati.
"Serahkan Kim Eunhee pada kami"
Lay menyingkir ke sisi. "Tidak ada pekerja bernama Kim Eunhee disini, atau kalau kalian tidak percaya.. Kalian bisa cek sendiri ke dalam. Tapi ku mohon jangan membuat keributan di perkebunan kami", Ia mempersilahkan namja-namja itu masuk.
Salah satu dari mereka melihat sosok Kyungsoo yang sempat mereka temui di tengah jalan tadi. Ia membisikkan sesuatu pada namja di depannya.
Namja yang berdiri paling depan menekan alat pada telinganya. Ia tersenyum licik. "Bocah jaman sekarang begitu pandai menipu rupanya. Bagi kami ini penghinaan". Ia menggerakkan jari telunjuk nya, memberikan perintah pada anggota lain untuk menyerang.
Keadaan itu tidak bisa dihindari. Mereka menyerang Kris, Lay, Chanyeol, Kyungsoo juga Luhan. Mereka semua juga membawa sejata tajam. Kelimanya harus bertahan setidaknya sampai polisi datang.
Salah seorang namja menghajar habis tubuh kecil Kyungsoo. Namja ini bukanlah orang baru bagi Kyungsoo. "Tak kusangka aku bisa dibohongi oleh bocah lemah seperti dirimu!", serunya murka. Namja ini adalah namja yang ditemui Kyungsoo beberapa saat lalu di Taxi saat ia menyelamatkan Eunhee.
Pukulan keras dilayangkan namja itu tepat pada wajah Kyungsoo. Tubuhnya terhuyung sebelum ia sempat memberikan perlawanan yang berarti.
"Ugrrrhh..", erang Kyungsoo menahan sakit. Namun ia mencoba bangkit ketika teringat janjinya pada Eunkyo bahwa ia akan menjaga dirinya sendiri.
DUAAAKK!!, namja itu menendang Kyungsoo yang sempat mencoba bangkit hingga akhirnya ia kembali tergeletak tak berdaya. Namja itu mencengkeran kerah bajunya dan memberikan pukulan bertubi-tubi padanya.
"KYUNGSOO-YAA!!", Teriak Chanyeol ketika melihat Kyungsoo dihajar habis-habisan. Ia berlari menuju Kyungsoo, Namun BRUKKKKK.. Kaki nya terselengkat hingga kini ia juga terjatuh.
"Bukan saat nya memikirkan nasib orang lain", Ujar Namja yang menyelengkat kaki Chanyeol. "Lebih baik kau pikirkan sampai kapan kau bisa bernafas", ancamnya.
Di hadapan matanya, ia melihat sahabat baiknya terus mendapat tendangan keras meski tubuh Kyungsoo sudah tidak berdaya. Chanyeol mengepalkan tangannya kuat. Dengan cepat ia berdiri. Melayangkan pukulan tersebut ke arah wajah namja dihadapannya. SHUUNGG.... Alih-alih menyerang, pukulan Chanyeol justru meleset jauh. Ia malah balik mendapat serangan pada punggungnya yang justru membuatnya terjatuh sekali lagi. "Arrgh"
Keadaan serupa juga terjadi pada Kris. Ia ingin menolong sepupunya, tapi ia sendiri mendapat serangan dari dua orang sekaligus. Tubuh tinggi nya tidak berpengaruh besar. Ia juga mendapat serangan bertubi-tubi dari lawannya. Ia terpepet pada dinding toko bunga. Ia pun turut mendapat serangan bertubi-tubi.
Hanya Luhan dan Lay yang masih tersisa. Mereka masih mampu bertahan melawan beberapa orang. Tapi pikiran mereka terpecah dengan keadaan tiga teman mereka lainnya. Satu dua kali mereka juga tidak bisa menghindar dari serangan lawan.
Punggung Lay dan Luhan merapat. Enam orang mengelilingi mereka. "Mengapa mereka seperti tidak ada habisnya? jangan-jangan mereka bisa mengkloning diri", gerutu Luhan yang mulai lelah.
"Bertahanlah.. Kurasa enam orang ini yang terakhir.... Sepertinya" jawab Lay.
Luhan memandang sekitarnya. Hatinya semakin miris dengan keadaan Chanyeol, Kris, juga yang terparah, Kyungsoo.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.06 PM
Polisi datang memenuhi jalanan depan rumah Luhan dan Kris. Mereka datang bersama Suho. Sayangnya saat mereka sampai, di sana sudah sepi. Pintu rumah Yoora terbuka dan bagian dalam rumah tersebut juga berantakan.
"Suho Hyung!", Chen berlari keluar rumah Luhan bersama dengan Minhyo.
"Dimana mereka?!", Tanya Suho juga berlari menghampiri Chen
"Suho-ya, mereka membawa Tao dan Yoora pergi dengan empat mobil. Kami tidak tahu mereka pergi kemana, tapi Tao masuk ke bagasi salah satu mobil yang mereka kendarai", Jelas Minhyo.
"Tao?!", Kekhawatiran memuncak dalam diri Suho. Ia berfikir keras apa yang harus mereka lakukan.
"Hyung, kurasa mereka juga melakukan sesuatu pada Micha noona. Ia belum sadarkan diri sejak tadi" Adu Chen.
"Dimana Yi Jie sekarang?", Tanya Suho.
"Di dalam Hyung" Jawab Chen.
Suho segera masuk ke dalam untuk melihat keadaan MiCha.
Disaat bersamaan, handphone Suho menunjukkan sebuah pesan masuk. Pesan tersebut dari Tao, namun di akhir pesan itu terdapat nama Yoora yang memberi kode bahwa dirinyalah yang mengirim pesan dengan menggunakan nomor milik Tao.
Ia memberi tahu lokasi tempat ia berada saat ini. Tanpa membuang waktu, Chen dan Suho bersama dengan polisi melaju ke tempat yang Yoora beritahu. Satu mobil polisi lainnya melaju ke rumah sakit terdekat bersama Minhyo membawa MiCha yang tak kunjung sadar.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.05 PM
Satu dari sebelas orang yang mengelilingi Kai membuka kain hitam yang menutupi Wajah Kai sejak tadi. Sumpalan pada mulut Kai, juga ikatan pada tangan Kai. Mereka tidak takut melakukannya, karena mereka semua membawa senjata. Dua orang di antaranya membawa senjata api dan sembilam lainnya membawa senjata tajam.
"Ya Ahjussideul!", Tantang Tao menahan aksi ke-sebelas orang itu. Mereka semua sontak menoleh ke arah Tao.
"Menghadapi satu bocah saja harus sampai sebelas orang. Apa kalian terlalu tua untuk bertarung?!", seru Tao Memprovokasi mereka.
Sebelas orang itu mulai terpengaruh ucapan Tao. Mereka yang membawa senjata Api tetap berada di samping Kai, sisanya terpancing untuk mengeroyok Tao.
Kai menundukkan kepalanya. Namun dibalik itu ia tersenyum lega karena aksi Tao yang memberi sedikit ruang gerak untuknya. Kedua orang disamping Kai lengah. Kesempatan itu diambil oleh Kai. PRAKKKKK.. Dengan satu tendangan Kai berhasil membuang jauh senjata api yang keduanya miliki. BUUKKKK.. Tendangan lainnya dilayangkan Kai pada perut seorang dari mereka hingga terjatuh. Ia hanya berhadapan dengan sisa seorang saja saat ini. "Jangan meremehkan ku Ajussi!" BUKKK...
Satu per satu dari mereka maju menyerang Tao. Mereka pun tumbang ditangan Tao secara bergiliran. "Kalian sungguh sudah terlalu tua!" Ejek Tao.
Setelah membereskan dua orang sebelumnya, Kai membantu Tao. Mereka "Hai Chingu", Sapa Kai.
"Annyeong", jawab Tao santai. "Payah sekali kau tertangkap Ajussi-Ajussi tua begini" Ejeknya pada Kai. "Cih..."
"Ini semua gara-gara Sehun" Canda Kai.
"Heol.. Dimana anak itu sekarang? Dasar bodoh", respon Tao malah asik berbincang.
Tingkah Kai dan Tao membuat namja-namja yang mereka hadapi merasa diremehkan. Mereka pun maju menyerang Kai dan Tao. "Dasar bocah-bocah brengsek!"
DUAAAKK.
BUKKKK....
BRAKKK!! BRUKK...
Hanya dalam waktu kurang dari dua menit, Tao dan Kai berhasil mengalahkan mereka semua disana. Tao dengan sombongnya memarahi Ajussi-Ajussi yang sudah tergeletak tak berdaya. "Ya Ajussi! kalian menganggu saja! Apa kau tak lihat aku sedang berbincang dengan teman ku? Aissh Ajussi tidak tahu sopan santun" hardiknya.
***
Yoora tercengang menyaksikan cara Tao dan Kai berkelahi. "Mereka hebat sekali" Puji Yoora. Pelan-pelan setelah melihat semua namja yang menyerang Kai dan Tao sudah tumbang, Yoora melangkah mendekat.
Tiba-tiba mata Yoora tak sengaja melihat seorang dari namja itu berhasil menggapai senjata api yang terjatuh. Ia mengarahkan senjata api pada Kai. Yoora pun berlari "KAIIIII AWAAAAASSSSSS"
DDDDDDUARRRR!!
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.10 PM.
Seharusnya Miyoung, Songhee, Eunhee, Eunkyo dan Sungchan sudah berada di dalam mobil. Namun Kenyataannya, mobil Miyoung masih terparkir rapi di halaman belakang.
Sang pemilik bersama keempat yeoja lainnya terdiam tepat di depan pintu kayu yang membatasi perkebunan dengan jalan raya pada jalan belakang. Miyoung berdiri paling depan bersama Sungchan. Dibelakang mereka Eunhee diapit Eunkyo dan Songhee.
Dihadapan mereka berdiri seorang yeoja yang menjadi akar dari semua permasalahan yang terjadi. Ia mengarahkan senjata api tepat ke arah mereka. "Masih belum mau menyerahkan Eunhee juga?" Kalimat demi kalimat berbau provokasi dilancarkan olehnya sejak tadi.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya? Kau adalah bibi Eunhee. Mengapa kau menerornya seperti ini?!" Bentak Miyoung.
"Nona Lee senior.. Rasa takut mu sungguh sudah mati rupanya.. Kau berani meninggi kan suara mu padaku meski senjata ini siap mencabut nyawa mu kapan saja", ujar Bibi Shin tenang. "Ini tidak ada hubungannya dengan keluarga mu nona Lee, jadi lebih baik kau lepaskan keponakan ku. Serahkan ia pada ku dan aku akan membebaskan kalian semua"
"Kau ingin apa? UANG?! APA UANG SUDAH BEGITU MEMBUTAKAN MATA HATIMU?!", bentak Miyoung habis kesabaran. Ia tidak habis pikir bagaimana mungkin seorang bibi ingin membunuh keponakan nya sendiri.
Bibi Shin menunjukkan senyum frustasi "Kau..Baru menjalani hidup mu kurang dari setengah lamanya aku menjalani hidup ku..... Masih terlalu kecil bagimu, bicara mengenai hal-hal yang belum kau mengerti". Bibi Shin maju satu langkah, membuat jarak senjatanya semakin dekat dengan kepala Miyoung yang berdiri paling depan.
Eunhee tidak bisa hanya diam. Ia menarik mundur Miyoung. Kini ia berdiri paling depan. Ia memukul-mukul dadanya sendiri seolah menyuruh bibi Shin membunuhnya sekarang juga. "Eung.. Eung.. Eungh"
"Eunhee-ah" Miyoung menggenggam erat lengan Eunhee.
Bibi Shin meletakkan ujung senjatanya tepat pada kening Eunhee. "Kau.. Merindukan kedua orang tua mu bukan? Kalau begitu kau akan segera menyusul mereka. Ah.. Menyusul JongIn juga mungkin"
DEG.. Sekujur tubuh Eunhee lemas. Apa maksudnya Bibi Shin mengatakan akan menyusul JongIn? Cairan hangat mengalir di pipi Eunhee. "Andwe.. Jongin.. bagaimana mungkin aku begitu bodoh tidak mencari adikku lebih dulu? apa mungkin bibi Shin telah.."
"Apa kau sedang berfikir bahwa adik mu telah mati? Kalau kau berfikir demikian.. Chukahae...pikiranmu tidak meleset keponakan ku sayang. Orang-orang ku sudah membunuh Jongin"
BRUK....
Senyum bibi Shin melebar begitu Eunhee terjatuh tepat dibawah kakinya. Ia menjambak rambut Eunhee lalu mendorongnya kasar hingga Eunhee tersungkur.
"YA!" Keempat yeoja disana berusaha mendekat. Bibi Shin cepat mengarahkan senjatanya kepada keempat yeoja tersebut "JANGAN MENDEKAT! ATAU KALIAN AKAN MENYAKSIKAN SENDIRI KEMATIAN TEMAN KALIAN INI!", seru Bibi Shin histeris sambil mengarahkan pistolnya pada Eunhee.
Dalam pandangan Eunhee, Samar-samar ia melihat JongIn berdiri di ujung jalan menangis menatap ke arahnya. Eunhee mengulurkan tangannya seolah ingin mengapai JongIn.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.08 PM
"KAIIIII AWAAAAASSSSSS!!" Yoora berlari secepat mungkin. Ia memeluk Kai begitu sampai ke tempat Kai berdiri.
DDDDDDUARRRR....
"Jangan bergerak!!!" Hanya selang satu menit setelah terdengar bunyi tembakan polisi datang memenuhi gudang itu.
***
Current time
POV : Yoora.
Aku..tidak bisa membiarkan Kai mati. Akal sehat ku meminta ku untuk hanya berteriak, tapi seluruh tubuh dan hati ku memerintahkan untuk terus berlari dan melindunginya. Kai tidak pernah menyukai ku, juga belum tentu menyukai ku setelah ini. Aku juga tidak berharap banyak. Jika aku masih ada kesempatan untuk hidup maka aku.. mungkin akan lebih memilih untuk belajar mencintai Tao, ia....
DDDDDDUARRRR....
Suara tembakan itu terdengar bertepatan dengan sampainya tubuh ku didepan Kai, aku tidak percaya.. aku melakukan ini.
Tubuhku membatu.
Kaku..
Aku membuka mataku perlahan dan membeku seketika. Aku nekat melindungi orang yang kusayangi.. Kupikir.. mungkin aku..akan mati untuknya..
Tapi...Namja dihadapan ku memberikan senyum hangat padaku.
Sakit... Hanya sakit yang kurasakan. Air mata segera membanjiri wajahku tanpa bisa kubendung lagi.
"Jangan bergerak!!". Semua orang disekitarku sibuk. Aku tidak peduli, Sungguh saat ini aku tidak mempedulikan apapun kecuali satu hal...
Setapak demi setapak kulangkahkan kaki ku dan berhenti seketika tak lama setelahnya.
"Kau dengar?", ujar namja itu lirih. "Aku.... mendengar suara piano.. ...Melantun, begitu romantis.. Apa kau mendengarny juga?"
Pertanyaan tak masuk akal itu semakin membuat air mataku tak terbendung. Piano? Romantis? Senyumnya membuat hatiku semakin sakit.
"Aku.....Aku aneh ", gumamnya lirih. "Begitu yang orang-orang ucapkan padaku, tapi karena aku menyukai mu..aku.... Aku melupakan kenyataan itu, kupikir.. Mungkin kau bisa menerima ku"
Air matanya menetes tenang bersamaan dengan terkantupnya pelupuk matanya. "Tao-ya...hikss", panggilku lirih.. Aku..
"Karena aku tidak pernah menyukai seorang pun seperti aku menyukai Yoora.. Karena jantung ku berdegup kencang saat kau dan aku melemparkan batu ke dalam danau.. Karena ku pikir kau adalah jodoh ku. Aku... membuat mu takut dengan cara ku berusaha mendapatkan mu" Ia bicara, terus bicara tanpa sedikitpun membuka matanya. Gurat rasa skait itu dapat ku baca.. Setiap ucapan nya membuat hatiku semain teriris.
"Gomawo.. Gomawo Yoora-ya, karena kau telah jujur pada ku tentang perasaan mu. Dengan begitu.. aku sadar. Kau adalah gadis normal yang juga menyukai namja normal.. Bukan anak aneh seperti diriku"
"Aniya.. Aniya Mianhae.. Tao-ya.. Mianhae hikss.."
"Jangan menangis, aku.. Tidak ingin kau menangis."
"Huang Zi Tao.. Hajima.. Aku akan menerima mu.. Aku akan menjadi Yeojachingu mu.. Tao-ya jebal bertahanlah", aku mendekat padanya dan bersimpuh di dekatnya.
"Y-Yeojachingu?" Tanya nya dengan nada polos.
"Ne.. Ne.. Mulai detik ini kau akan selalu bersama ku selamanya. Kita akan menjadi sepasang kekasih. Aku tidak akan memilih Sehun ataupun Kai.. Aku ingin hikssss.. Mengerti hikss semua tentang Tao.." Ku ucapkan apapun yang bisa ku ucapkan. Ia harus mendengarnya, harus.. Aku membenamkam wajahku di atas tubuhnya yang sudah tergeletak tak berdaya.
"Gomawo.." jawabnya singkat. Kurasakan tangan Tao melingkar memeluk tubuh ku. "Aku.. Adalah milik Yoora seutuhnya...heheh...Aku akan memberikan seluruh nya pada mu.. Hati ku, cinta ku, tubuh ku.... hidup ku.. nyawa ku", Ujarny semakin melemah. Pelukannya yang tadi erat itu kini merenggang. Dapat kurasakan Kai sekarang berdiri di belakang dan turut bersimpuh di sampingku.
"Jeongmal.. Saranghae.. Wu Yoora... Selamat tinggal.. euh" Tangan Tao terlepas dari ku. Mata namja itu kini tertutup rapat. Aku sedang bermimpi.. Aku pasti sedang bermimpi. Ku angkat sedikit tangan ku yang tadi memeluk tubuhnya.. Merah.. Seluruh tangan ku dipenuhi warna merah. Ini..
"Ya Tao-ya!!!!!", Kai mencoba menggerakkan tubuh Tao.
Sementara Aku... hanya terus memeluknya. Ia pasti hanya mengerjai ku, ia pasti hanya mengerjai ku.. Pasti.. Karena kau Tao, karena kau.. selalu melakukan hal yang tidak dapat ku mengerti, karena kau.. selalu mencoba menarik perhatianku.. Kau pasti bercanda.. Kau pasti sedang bercanda agar aku terus memeluk mu.. Iya kan? Aku tersenyum Tao, Kau harus melihat nya, aku bahagia, sekarang kita bersama.. Tao.. Tao..
Mengapa kau diam? Mengapa kau tidak bergerak? Ya!. "Hikkkksss.... Andwee.. Andweee.. Hhh~ Tao-a.. Bukankah kau ingin memiliki yeojachingu? Hikss Jangan diam saja.. Hikss. Katakan kau akan mengajakku makan ice cream bersama. Cepat bangun atau aku akan pergi dengan Sehun.. Atau dengan Kai.. YA!!"
Ini tidak nyata, Tao tidak mungkin.. "Eeeuungg.. Tao-a~ Tao-a Hiksss.."
***
Suho dan Chen tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan di depan mata mereka. Polisi di sekitar mereka bergerak sigap maju untuk mengaman kan namja-namja yang telah tergeletak dilantai setelah dikalahkan oleh Tao dan Kai.
Suho berlari dengan hati yang amat hancur. "TAOOOOO!!!" ia berteriak kencang. "TAO-YA IREONA!!", seru Suho histeris.
Yoora bersimpuh di samping Tao dengan tetap memeluk Tao.
Kai menangis merasa bersalah atas semua ini. Yoora ingin melindunginya dan Tao ingin melindungi Yoora.. itulah yang terjadi. "Aku lah yang seharusnya mengalami semua ini.. Aku. Hikssss.. Hiksss", ucap Kai lirih.
Chen menepuk-nepuk pundak Kai berusaha menenangkan namja itu. Ia juga menitikkan air matanya. Ia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.
"Tao-a.. Ini hyung.. Hikss...Ya Huang Zi Tao.. Katakan sesuatu pada hyung!! Tao..hyung akan membelikan makanan untuk mu, apapun yang kau mau!" Suho mengajak Tao bicara seperti orang frustasi, sementara tubuh Tao semakin dingin. "Tao-ya.. Hikkkksss.. Hyung sendiri dirumah. Kau akan temani hyung kan? Tao!! Tao hyung akan marah kalau kau tidak menjawab!!! YAAAAA HUANG ZI TAO KAU TIDAK PERNAH SEKALIPUN MELAWAN HYUNG..SEKARANG BANGUN..HYUNG PERINTAHKAN KAU UNTUK BANGUN..!", seru Suho semakin histeris
"Hyung sudahlah", gumam Chen menarik Suho menjauh dari Tao dan memeluknya Sdari samping untuk menenangkannya.
Suho terlihat sangat terpukul melihat keadaan Tao. "Sebentar lagi ambulance akan datang Hiks~ hyung.."
"Tao selalu menuruti ucpaan ku Chen... Ia tidak pernah seperti ini Hikss..", Isakan Suho tidak juga berhenti.
"Hiks.. Tao tidak mendengar mu hyung.. Hiks...Suho hyung sudahlah.. Tao akan baik-baik saja", ucapan Chen berusan juga untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia mengerti betul perasaan Suho. Disaat ia, Chanyeol dan Lay pergi dari rumah Suho. Tao lah yang tersisa disana bersama dengan Suho. Suho juga merupakan hyung yang selalu membela dan memahami Tao.
"Tao-ya~~ dengarkan hyung.. Eungghh hhh~ Huang Zi Tao..", Panggil Suho lirih tanpa henti.
Yoora tak lepas memegangi tangan Tao, karena sekarang kepala Tao telah berada di pangkuan Suho. Ia hanya terus menangis tanpa mengucapkan apapun.
"Aku.. Adalah milik Yoora seutuhnya, aku akan memberikan seluruh nya pada mu.. Hati ku, cinta ku, tubuh ku.... hidup ku.. nyawa ku" Huang Zi Tao
-TBC-