home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DREAM CATCHER

DREAM CATCHER

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jun 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : EXO OT12, OC
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |71545 Views |5 Loves
DREAM CATCHER
CHAPTER 19 : The Bracelet's Curse

03.10 PM

"CHANYEOL OPPA!!" Yoora berteriak-teriak didalam rumah karena Chanyeol kerap kali membuat berantakan seisi rumah mereka "Ya Oppa! Sudah kubilang jangan taruh pakaian kotor mu di box milikku! kenapa kau melakukannya lagi?! Aish jincha..michigesseo", gerutu Yoora.

"Mian", jawab Chanyeol datar.

"Kau sudah mengucapkannya ribuan kali!", Protes Yoora.

Chanyeol tidak menggubris ucapan Yoora. Ia kembali bermalas-malasan di atas sofa. Sibuk dengan pikirannya sendiri. "Mian", ulang Chanyeol sekali lagi seperti mainan anak-anak rusak.

“Isssh…jincha",gerutu Yoora. Ia mengerti Chanyeol sedang patah hati, tapi tingkahnya terus menerus membuat Yoora naik darah. Ia menaiki tangga dengan menghentak langkahnya kesal.

Yoora sempat menyenggol Sungchan di tangga. Sungchan menuruni tangga perlahan. Ia memperhatikan Yoora yang terlihat kesal. Ia lalu melihat keadaan Chanyeol yang tak juga membaik setelah kejadian beberapa hari lalu. Sungchan menghela nafas pelan. Ia menghampiri adik sematawayangnya tersebut. "Chanyeol-ah" Panggilnya. Ia berlutut di samping sofa, tangannya menyentuh lembut kepala Chanyeol. "Lay menelpon ku tadi. Ia bilang Songhee menunggu mu di perkebunan"

"Ah..gurae..", respon Chanyeol lesu, lalu beberapa detik setelahnya, "MWO? SONGHEE?!" ia baru tersentak setelah sadar akan apa yang diucapkan Sungchan.

"Eum…Songhee", ujar Sungchan mengkonfirmasi ucapannya.

Chanyeol segera berdiri detik itu juga. Ia segera merapikan pakaiannya juga rambutnya dengan tergesa-gesa. "Noona, aku langsung kesana sekarang"

"Eo..josimhae", ujar Sungchan mengikuti Chanyeol sampai depan pintu rumah.

"Jaaagiyaaa!!", Terdengar suara Luhan memanggilnya dari sebrang jalan.

"Heol~ tidak kenal", gumam Sungchan segera menutup pintu rumahnya.

Sepuluh detik kemudian, Sungchan membuka lagi pintu rumah, sesuai dugaan..Luhan sudah sampai di pekarangan rumahnya "Aku mengantuk, besok saja datang lagi"

"Hehehehe" Luhan hanya terkekeh.

"Hush.. Hush sana pulang, nanti kubacakan mantra juga kau lama-lama" Usir Sungchan.

Alih-alih menyuruh Luhan pulang, sang target malah mendekat. "Shireo, nanti kau pasti merindukan ku" Jawab nya. "Sungchan.. Aku butuh pasokan makanan manis sore ini.. Boleh kulihat senyum mu?"

"Ah…jincha…Penyakit mu semakin parah tuan rusa", gumam Sungchan datar.

"Hahahah"

"Tawamu menyebalkan sekali", gerutu Sungchan.

"Karena itu suara ku selalu berputar-putar dipikiran mu..matchi?”, ujar Luhan sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ya tuhan.. Ampunilah anak ini", keluh Sungchan. Tak lama kemudian, terdengar suara seseorang dari kejauhan.

"Hyungg..! Noona!", Kai berteriak dari kejauhan. Ia terlihat memapah Minseok dengan susah payah. Karena rumahnya lebih jauh, ia berinisiatif untuk meminta tolong pada Luhan dan Sungchan. Ia sempat memanggil Chanyeol tadi, tapi Chanyeol terlalu sibuk dan hanya mengabaikannya.

"Xiumin!”, seru Luhan terkejut.  Ia bergegas menghampiri Kai dan membantunya memapah Minseok.

"Bawa Xiumin Oppa masuk dulu ppali!", Ujar Sungchan membuka lebar pintu rumahnya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

03.25 PM

Tak jauh dari area perkebunan terdapat hutan homogen yang cukup indah. Suho diminta oleh Songhee untuk datang menemui nya di tempat itu. Kebetulan saat Songhee memberikan pesan padanya, ia sedang mengantar Tao ke restoran pancake kesukaan Tao yang tak jauh dari sana. Sehingga ia tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk sampai ke perkebunan.

Suho meminta Tao untuk menunggu di toko bunga saja, sementara ia sendiri menyusuri perkebunan bunga yang luas menuju hutan homogen yang terletak di sisi kiri perkebunan bunga. Ia dapat melihat sosok Songhee dari kejauhan. Songhee juga melihat ke arahnya. Suho mengangkat sebelah tangan, sekedar memberi tahu ia sudah datang.

Suho memicingkan matanya begitu menyadari Songhee tidak sendiri disana. Ia bersama seorang namja bertubuh tinggi yang jelas dikenali oleh Suho. Dia adalah Chanyeol. Posisi Chanyeol membelakangi arah Suho tiba.

Songhee dan Chanyeol belum memulai pembicaraan. Songhee memang sengaja mengulur waktu hingga Suho tiba. Melihat Suho sudah ada di dekat mereka. Tepatnya di balik pohon yang terletak dibelakang Chanyeol, Songhee pun membuka pembicaraan "Chanyeol-ah"

"Hm..?". respon Chanyeol. "Kau baik-baik saja? Seminggu ini kau tidak masuk academy", Tanya Chanyeol.

"Angwenchana.. Kurasa kau tahu apa penyebabnya", jawab Songhee tegas.

"Hm.. ara…m-mian", gumam Chanyeol merasa bersalah karena telah bertanya hal itu.

Songhee mengangkat wajahnya. Di sana terlihat cukup jelas wajahnya pucat juga bagian pipi Songhee terlihat lebih tirus dari sebelumnya. "Apa kau tahu? Sampai detik ini, aku masih berharap bahwa apa yang terjadi saat ini hanyalah mimpi. Kau tahu…Pikiranku yang belum cukup dewasa ini hanya berfikir hal indah tentang mencintai dan dicintai. Bahwa saat kau mencintai seseorang, kau akan mempertahankan cinta mu apapun yang terjadi. Yang aku tahu, mereka yang saling mencintai harus saling memiliki. Maaf kan aku karena aku belum cukup dewasa untuk menerima kenyataan bahwa seseorang yang ku cintai dan ku tahu pasti ia juga mencintai ku..melepaskan ku dengan mudah untuk namja lain", ujar Songhee getir.

"Songhee-ah.. Kau salah.. Aku"

"Ara", Songhee memotong ucapan Chanyeol. "Naneun ara.. Karenanya aku ingin meminta maaf padamu. Aku.. terlalu egois, berfikir akulah satu-satunya yang akan tersakiti dengan keputusan ini. Aku.. mencintai mu Chanyeol dan cintaku yang membabi buta ini tidak berarti akan berakhir sekalipun kita memutuskan untuk mengakhirinya. Aku yakin kau juga merasakan hal yang sama"

Suho membeku di belakang sana. Ia mendengar hal itu langsung dari bibir yeoja yang dicintainya itu. Baik Songhee, Chanyeol juga mereka di sekitar Suho, tidak seorang pun pernah menyinggung masalah ini. Bahkan saat Suho bertanya pada Chanyeol mengapa ia keluar dari rumahnya, Chanyeol hanya menjawab karena ia dan Sungchan sudah berbaikan. Ia ingin tinggal dengan kakak nya lagi. Suho tidak menyangka hal semacam ini yang sebenarnya melandasi kepergian Chanyeol dari rumahnya.

"Chanyeol-ah…", ucap Songhee lirih. "Aku tidak akan menangis.. Aku tidak akan bersedih. Karena aku tahu..Kau juga akan merasakan hal yang sama jika aku melakukan hal itu. Mulai saat ini.. Aku akan berusaha menerima takdir ku. Menerima.. Mungkin kau dan aku memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Kau benar.. Suho Oppa adalah seseorang yang terlalu baik untuk kusakiti. Aku memang tidak memiliki perasaan sedikitpun terhadap nya, tapi.. sejak kami kecil. Ia selalu melindungiku. Ia namja yang lemah, tapi ia terus berusaha melindungi ku. Aku.. akan berusaha mencintai nya semampuku. Kau tidak perlu menghawatirkan ku Chanyeol-ah. Hidupku kedepan akan bahagia, aku pasti akan bahagia bersama Suho Oppa."

Songhee mendongak memandang langit luas diatas sana. Ia berusaha mengatur nafasnya agar tidak menangis. "Kuharap suatu hari nanti kau akan menemukan seseorang yang lebih baik dari ku Chanyeol..  kau juga harus meneruskan hidup mu.. Aku ingin tetap menjadi teman mu seperti sebelum nya. Sedikitpun tak ada penyesalan bagiku. Aku… bahagia pernah memilikimu", Songhee melepaskan cincin yang sempat diberikan oleh Chanyeol. "Hhh~", Songhee menghela nafas berat mencoba menahan tangisnya. “Semuanya…sudah berakhir….”, gumamnya lirih.

Chanyeol berusaha tersenyum. Sekalipun tak dapat dipungkiri mata Chanyeol memerah menahan tangis ketika mendengar Songhee bersedia melepaskannya juga. "Mianhae.. Diriku ini…terlalu pengecut untuk dapat mempertahan mu disisi ku. Aku tidak ingin kau menderita hanya karena kau mempertahan kan ku Songhee-ah. Aku tidak ingin kau berselisih paham dengan orang tua mu.. mianhae..jeongmal mianhae", ujar Chanyeol lirih.

"Ne aku mengerti", balas Songhee.  Ia tertunduk dan terdiam selama beberapa saat. "Hiks.. Hiksss.. Hhhh~ hikss", Songhee tak dapat lagi menahan tangisnya. Isakan mulai terdengar jelas. “Apa…hiks…apa…aku…hh..hiks…boleh memelukmu untuk yang terakhir kalinya? Hiks…”, gumam Songhee lirih.

"Songhee-ah", ujar Chanyeol. Perlahan tangannya bergerak memeluk tubuh Songhee yang menangis semakin terisak. "Uljima".

***

Setelah Chanyeol pergi, Songhee menghampiri Suho yang sudah terududuk lemas d isamping pohon. Suho mengacak-acak rambutnya frustasi. "Wae?!! Kau seharusnya menolak ku sejak awal Songhee-ah! Nan gwenchana! GWENCHANA! Hikss.. Aku menghancurkan segalanya.. Aku telah mengancurkan perasaan banyak orang hikss", rutuknya pada dirinya sendiri.

Songhee berjongkok di hadapan Suho. "Aku tidak bisa Oppa….menolak mu saat itu akan membuat eomma dan appa membenci Chanyeol. Mereka memang menginginkan mu menjadi pasangan ku sejak dulu. Apapun yang kulakukan, sebaik apapun Chanyeol.. Pandangan mereka tidak akan pernah berubah", mencoba memberi pengertian pada Suho.

"TAPI AKU TELAH MENGANGGAP CHANYEOL SEPERTI ADIKKU SENDIRI SONGHEE-AH!!”, seru Suho frustasi. “Melihatnya sesakit itu, melihat mu juga dalam kondisi yang sama.. Aku.. Hiks.. Aku.. AAAARRGGHHHH! BODOH KAU JOOMNYEON….BODOH!!", Suho mulai memukuli dirinya sendiri, hatinya begitu hancur saat itu.

"Oppa.. Hentikan",  Songhee menahan kedua tangan Suho. "Oppa..! Ini sudah terjadi.. Kumohon hentikan!", serunya. Songhee jadi iba melihat kondisi Suho saat ini. "Mianhae.. Mianhae hikss.. Selama ini aku sudah memanfaatkan kebaikan Oppa untuk mendekati Chanyeol hiks.. aku membuat Oppa salah paham terhadap ku dan menyeret Oppa dalam kondisi sulit ini.. mianhaeyo…jebal hikss"

"Kau tidak bersalah Songhee-ah…..Kau tidak bersalah hikss….Semua ini murni kebodohan ku. Kau.. Chanyeol.. Eunkyo.. Semua menderita karena kebodohan ku. Aku.. Mencintaimu, tapi aku juga yang membuat mu menderita.. namja macam apa aku ini hikss.. Hikss..", seru Suho sambil memukuli dadanya sendiri yang kini terasa sesak.

"Oppa…bukan ini yang ku inginkan.. Aku meminta Oppa datang karena aku merasa tidak adil jika Oppa menjadi satu-satunya orang yang tidak mengetahui semua ini. Aku dan Chanyeol telah memilih mengakhiri hubungan kami. Semua telah berakhir.. Aku..hikss. Aku.. Akan berusaha mejadi seorang yeojachingu yang baik untuk Oppa. Aku hanya membutuhkan waktu untuk mengenal Oppa lebih dalam lagi.. Itu yang coba ku tunjukkan pada mu. Aku tidak mempersalahkan mu atas semua ini"

"Tidak Songhee..~ Hikss Aku tidak bisa menahan mu bersama ku.. Hiks.. Kau dan Chanyeol akan menderita hiks.. Aku akan bicara pada Orang tua kita. Beri aku kesempatan.. Aku akan mengakhiri semua ini, Songhee-ah jebal....", Pinta Suho memohon.

"Oppa hajimaseyo.. tidak akan ada gunanya lagi sekarang. Jika kau mengakhiri hubungan mu dengan ku... Kelak siapapun pasangan yang akan kau hadapkan pada orang tua mu, juga siapapun pasangan yang kuhadapkan pada orang tua ku. Mereka akan membencinya. Mereka akan membandingkan pasangan mu dengan ku, juga pasangan ku dengan mu..",Jelas Songhee pada Suho. "Oppa.. Kau mencintai ku, dalam.. bahkan mungkin lebih dalam dari Chanyeol yang baru saja mengenal ku. Cintai aku.. Buat aku bahagia, maka Chanyeol bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang dan mencari yeoja lain juga melupakan ku.. hikss~.. Kumohon. Jangan melakukan tindakan bodoh apapun, hikss.. Aku tidak ingin seorangpun bersedih lagi..kumohon Suho Oppa"

Suho tidak menjawab ucapan Songhee. Ia berdiri dan melangkah pelan menjauhi Songhee. Langkahnya gontai meninggalkan Songhee sendiri dalam kesedihannya. Ia berjalan tanpa arah, memasuki hutan homogen itu lebih dalam. Melepaskan dan mempertahankan Songhee sama menderitanya bagi Suho. Melepaskan seorang yeoja yang sudah lebih dari sepuluh tahun dicintainya setelah berfikir telah memiliki hati yeoja itu sangat menyakitkan. Tapi mempertahankan yeoja yang jelas tidak mencintai nya, mengetahui ia dan namja yang dicintainya menderita karena dirinya juga semakin menyakitkan baginya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

03.56 PM

Yoora berlari ke ruang tamu setelah keluar dari kamar Kris. "Oppaaa, eonnie!! Kai!", teriaknya heboh.

"Wae Yoora-ya?" Tanya Luhan.

"Oppa.. Xiumin Oppa tidak ada di dalam kamar!", Seru Yoora membuat panik Luhan, Kai dan Sungchan. Keempatnya langsung mengecek ke dalam kamar Kris, dimana sebelumnya Minseok dibiarkan beristirahat disana. Kamar itu kosong, Minseok sudah tidak ada disana.

Kai memeriksa jendela, tidak ada yang aneh. "Jendela masih terkunci dari dalam. Kemana Xiumin hyung pergi? Dari tadi kita bergantian menjaganya. Aku hanya pergi ke kamar kecil sebentar", ujar Kai tak mengerti.

"Kami juga ada di ruang tamu. Kami pasti melihatnya jika ia keluar dari dalam kamar", sambung Sungchan.  "Kemana ia pergi?"

☆*:.。. o)o .。.:*☆

03.50 PM

 

Inkyung dan Sehun telah sampai di rumah Minseok. Mereka segera berlari ke dalam kamar Minseok. Inkyung kaget karena benar, tubuh Minseok masih ada diatas tempat tidurnya dalam keadaan tertidur. Inkyung melihat ekspresi tersirat dari wajah Minseok. "Oppa..!", Inkyung mencoba membangunakan Minseok. Setidaknya agar ia tidak terperangkap dalam mimpinya. Meski sulit bagi Inkyung mempercayai apa yang seseorang yang dikenalnya sebagai 'Xiumin' sebelumnya itu katakan, tapi Inkyung tetap berusaha membangunkan Minseok, karena ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada tunangannya itu. "Oppa, bertahanlah!"

Pandangan Sehun terfokus pada gelang giok di tangan Minseok yang sempat diceritakan Inkyung dalam perjalanan mereka ke rumah Minseok. Sekilas gelang tersebut terlihat jauh lebih besar dari tangan Minseok. Tapi ketika Sehun berusaha melepaskan Gelang giok itu. Gelang tersebut tak bisa dilepaskan dari pergelangan tangan Minseok. "Noona, gelang nya tidak mau lepas!" Seru Sehun. "Kalau ku hancurkan dengan benda keras, aku takut melukai tangan Minseok hyung, eothokhe?"

☆*:.。. o)o .。.:*☆

03.55 PM

"Aahh!!", Baekhyun terbangun dari tidurnya. Ia dikagetkan dengan mimpi buruk yang baru saja menyapanya. "Aissh.." eluhnya. Jam dinding sudah menunjukkan hampir pukul empat sore. Mungkin memang sudah waktunya ia bangun, begitu pikir Baekhyun.

Sebuah benda tak asing berada di tangannya. Sebuah buku.. Buku catatan yang selama ini sering ia sengaja tinggalkan di dalam tas Micha. Pandangan menelisik ditunjukkan oleh Baekhyun. "Buku ini ada pada Yi Jie semalam. Mengapa ada di kamar ku sekarang?". Baekhyun yakin betul buku tersebut seharusnya ada pada Micha. Semalam ia bahkan menghubungi Micha untuk mengatakan buku nya terbawa lagi dan Micha juga mengatakan buku itu ada padanya.

Angin dari sela jendela kamar Baekhyun berhembus kencang. Buku itu tertiup. Beberapa lembar buku tersebut terbuka. Selembar kertas yang disisipkan dalam buku tersebut hampir tertiup juga, Baekhyun sigap memegang kertas tersebut.

Dalam kertas tadi terdapat tulisan baik pada bagian depan maupun pada bagian belakang. Kedua tulisan sepertinya ditulis oleh dua orang berbeda. Salah satu tulisan dikenali oleh Baekhyun dan satunya lagi tidak:

Karena kau terlalu bodoh, aku bertindak sejauh ini, Tulisan ini kudapat dari seseorang yang sangat mengenalnya, baca baik-baik. Kalau kau masih belum mengerti juga aku akan mengahajar mu Byun Baekhyun  (front)

 

Setiap kali ia mulai menyayangi seseorang, maka ia akan menaruh perhatian yang dalam, bahkan kadang terlalu dalam. Ia mengatakan padaku.. Kadang ia merasa perhatian itu berlebihan. Ia sendiri kadang takut orang lain akan merasa tak nyaman dengan caranya menaruh perhatian. Biasanya ia akan menunjukkan perhatian tersebut dengan terbuka, menunggu orang yang diperhatikannya merespon. Sekiranya orang itu tidak menyukai atau merasa terganggu, maka ia akan berhenti. Bukan berhenti memperhatikan.. Hanya berhenti untuk menunjukkannya, bersembunyi, menangisi orang itu saat orang itu saat ia merasa ada yang tidak beres telah terjadi (Back)

 

Baekhyun membuka lembar demi lembar buku catatannya. Pada berapa lembar di akhir buku, juga terdapat banyak tulisan yang sangat Baekhyun kenali. Tulisan-tulisan yang terdapat disana membuat sesak seisi hati Baekhyun. Ia menjatuhkan buku tersebut ke atas tempat tidurnya. Ia melompat turun dari tempat tidurnya, lalu berlari keluar kamar.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Minseok

03.56 PM

Tubuh ku berpindah tempat begitu saja. Sedikit terlonjak saat kulihat sosok Eunrin di hadapan ku. Di depan kami terdapat sebuah pintu berwarna hitam. Di sekitar kami berada gelap gulita, hanya sedikit cahaya dari dari dalam ruangan dibalik pintu hitam ini.

"Ia menemukan nya", ujar Eunrin lemah.

"Apa? Siapa?", Tanya ku pada Eunrin.

"Surat….Eomma…", gumam Eunrin menatap lemah ke arah ku. Kulihat darah mengalir dari matanya. Aku terkejut bagai melihat adegan dalam sebuah film horor. Sosok Eunrin membuat ku takut, bukan hanya karena sosoknya saja, tapi karena aku membayangkan suatu hari nanti sosok ku juga bisa menjadi seperti dirinya jika aku terus terperangkap di dunia ini.

"Oppa….dua tahun lalu saat pertama kali kau bertemu dengan ku. Saat itu baru satu tahun setelah aku tak sadarkan diri dan terperangkap dalam mimpi ku. Malam dimana aku bertemu denganmu, baru saja aku melihat sebuah pembantaian yang dilakukan oleh ibuku sendiri.. Seorang ibu yang selama hidupku ku ketahui adalah ibu yang baik. Ia menjadi gila karena harta. Dalam sosok tak nyata ku, kulihat dengan mata kepalaku sendiri ia membunuh adik iparnya sendiri.. Beberapa orang suruhan Eomma memergoki ku berada di tempat itu. Mereka tidak mengetahui sebenarnya aku sudah berada dalam keadaan koma selama satu tahun. Mereka mengejarku karena merasa takut rahasia mereka terbongkar. Aku berlari dan berlari dengan membawa sebuah boneka yang paman titipkan padaku sebelum eomma membunuhnya. Eomma sendiri mengejar istri paman yang sempat berlari bersama dengan anak pertama dari keluarga paman."

Jadi begitu, tapi mengapa perasaan ku mengatakan bahwa cerita Eunrin ada hubungannya dengan ku. Perasaan tak nyaman yang kurasakan membuat tangan ini menyentuh handle pintu hitam di hadapan ku. Dari ruang kecil terbukanya pintu, dapat kulihat sosok asli tubuh Eunrin terbaring di dalam sana. Di hadapannya terdapat seorang yeoja setangah baya tertawa puas dengan sebuah dokumen berada ditangannya. DEG.. Mataku membelalak lebar. BIBI SHIN?!

“HAHAHA.. Kau sungguh anak bodoh Kim Eunrin. Kau menyembunyikan dokumen sepenting ini dari eomma mu sendiri? Kau tahu sayang.. Aku memerlukan ini untuk menyembuhkan mu. Dengan dokumen ini aku bisa menyembuhkan mu sayang.. Hahaha", Bibi Shin tertawa juga menangis disaat bersamaan. Ia nampak seperti orang tak waras. Ia terlihat menyentuh pipi Eunrin yang telah terkapar selama tiga tahun dengan tubuh yang sudah membiru seperti mayat.

"Dokumen apa itu Eunrin-ah?" Tanya ku.

"Dokumen pengalihan harta warisan.. Eomma memaksa paman untuk menanda tangani dokumen yang berisi kesepakatan untuk menjadikan ia sebagai wali dari kedua sepupu ku. Dalam dokumen itu juga tertulis.. Jika kedua sepupu ku meninggal dunia, maka semua warisan kedua orang tua mereka akan menjadi milik eomma sebagai wali mereka, aku menyembunyikan dokumen itu selama ini.. Aku tidak ingin eomma melanjutkan usahanya untuk membunuh kedua sepupuku. Mereka berdua begitu baik pada diriku dan eomma .."

Berdasarkan cerita Eunrin tadi, tiba-tiba sesuatu melintas di kepalaku dan aku mendadak membeku. “E-eunrin-ah…”, gumamku gemetar.

"Ne Oppa?"

"A-Apa….Kedua sepupu mu.. Bernama..K.. Kim Eunhee dan.. Kim.. Jong In?", tanya ku berharap mendapat jawaban tidak dari Eunrin.

"Oppa mengenal Eunhee eonnie dan Jongin Oppa?", Tanya Eunrin padaku. Benar, jadi..hal itu benar. Aku membeku seketika.

Dari dalam ruangan terdengar suara Bibi Shin menelepon seseorang. "Cari dan habisi Jongin sekarang juga lalu serahkan Eunhee pada ku.. Kita sudah memenangkan permainan ini". Apa katanya? dasar wanita iblis, bisa-bisanya ia...

"Siapa disana!!" Sentak wanita iblis itu.

Aku tidak bisa menunggu lagi. Yang ada dipikiran ku saat ini hanya menyelamatkan Eunhee dan Jongin. Kulihat tangga kayu entah menuju kemana, aku berlari menaiki tangga.. Arrgggh! sakit ini terasa semakin menjadi.

Di belakang ku terdengar suara Bibi Shin mengejarku.  Lalu terdengar suara gaduh di belakangku. Aku menoleh dan melihat Eunrin muncul di hadapan ibunya sendiri dalam kondisi mengenaskan. Apa dia sudah gila? ia muncul dihadapan orang yang jelas-jelas baru saja melihat jasad nya! Namun, Tidak ada waktu, aku harus cepat pergi. Tapi.. Terima kasih Eunrin. Kuharap Inkyung tidak menghancurkan gelang giok ku sebelum aku menemui Eunhee.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Author.

03. 54 PM

Sehun mengambil beberapa benda keras untuk menghancurkan gelang giok di tangan Minseok, begitupun dengan Inkyung. Tapi hingga saat ini, mereka belum juga bisa menghancurkan gelang tersebut.

"Noona eotthokhaeyo?!", seru Sehun panik.

Keadaan Minseok semakin memburuk. Beberapa kali tubuhnya mengalami kejang. kesadarannya juga belum kembali. "Oppa.. Oppa!! Ini aku Inkyung! kumohon buka mata mu!! Oppa.. Minseok Oppaaa!", seru Inkyung tak kalah panic.

BRAKK!! Seseorang membuka kasar pintu kamar Minseok. "Apa yang kalian berdua lakukan pada Minseok Hyung?!", bentak Baekhyun.

Inkyung segera menghampirinya, lalu menarik tangan namja itu. "Baekhyun-ah, kau pasti tidak mempercayai ku.... tapi belakangan ini aku bertemu dengan namja bernama Xiumin. Wajah, suara, sikap dan yang lainnya sangat mirip dengan Minseok Oppa. Tadi ia menemuiku dan mengatakan.. sebenarnya ia memang Minseok Oppa. Baekhyun-ah, Minseok Oppa mengatakan ia terkurung dalam alam mimpinya karena gelang giok itu. Ia meminta ku untuk menghancurkannya agar ia bisa terbangun dari mimpi nya dan kembali ke dunia nyata.. Baekhyun kumohon.. Percayalah pada ku", Inkyung memohon-mohon meminta bantuan pada Baekhyun.

Baekhyun berfikir keras. Ia memperhatikan Sehun yang sedang mencoba memukul-mukul gelang giok itu menggunakan palu, tapi ia tidak bisa memukulkan terlalu keras karena takut melukai tangan Minseok.

"Baekhyun-ah, apa eomma menyimpan kunci lemari putih ini?", tanya Inkyung berdiri di depan lemari putih tempat Minseok menyimpan boneka teddy bear nya. "Minseok Oppa meminta ku mencari boneka teddy bear besar miliknya"

"Boneka itu?.. Boneka itu ada dikamar ku. Di bawah tempat tidur ku", Jawab Baekhyun.

"Bisa aku mengambilnya ke kamar mu?", Izin Inkyung meski kamar Baekhyun hanya terletak disamping kamar Minseok.

"Psh.. Untuk apa kau jinta izin masuk ke kamar adik mu sendiri? palli jangan banyak bicara!", perintah Baekhyun.

"Cih.." Inkyung berlari keluar kamar Minseok.

***

03.55 PM

Inkyung segera memasuki kamar Baekhyun. Ia tidak melakukan hal lain selain mencari boneka teddy bear yang Minseok maksud. Disibaknya sprei tempat tidur Baekhyun. Lalu dilihatnya bagian kolong tempat tidur itu. Mungkin ini adalah kolong tempat tidur terapih yang pernah Inkyung lihat.

Di sana terdapat kasur lipat, bantal, juga selimut.. Bahkan lampu belajar yang normalnya diletakkan di atas meja. "Jangan bilang bocah itu masih sering tidur disini.. " gerutu Inkyung.

Inkyung menemukan selembar foto. Bertuliskan Byun Baekhyun - Byun Minhyun yang terbingkai rapi di samping bantal. Hatinya miris ketika melihat foto itu.

Sebelumnya kedua bersaudara itu saling menyayangi. Tapi semenjak Tuan Byun memperkenalkan Inkyung sebagai anak kandung kepada keluarga nya empat tahun lalu, keadaan berubah. Ditambah lagi ketika dengan sengaja Inkyung mempergunakan Minseok sebagai alat baginya dan ayahnya untuk tetap dapat memperlakukan dirinya sebagai anak tanpa mengakui ia sebagai anak kandung di hadapan public. Minseok adalah anak angkat keluarga Byun. Ia diangkat anak sejak berusia enam tahun dan diberi nama Byun Minhyun sebagai nama keluarga resminya. Dengan pertunangan antara Inkyung dan Minseok, tuan Byun dapat membela Inkyung di sekolah ataupun academy dan juga bebas membiarkan Inkyung keluar masuk rumah nya dengan alasan Inkyung akan menjadi calon menantunya.

Minseok bukan tidak tahu semua apa yang dilakukan Inkyung dan ayah angkatnya tersebut. Ia sangat mengetahui bahwa ayah dan tunangannya itu hanya memanfaatkannya. Tapi perasaanya terhadap Inkyung membuatnya mengabaikan banyak hal. Ia dan Baekhyun pun seringkali berselisih paham. Merasa tak seorangpun membelanya, Baekhyun mulai bertindak brutal. Satu malam sebelum kecelakaan yang Minseok alami, keduanya juga bertengkar hebat.

"Mianhae Baekhyun-ah…Kau pasti merindukan hyung mu, kau pasti kesepian" Ujar Inkyung lirih. Minseok selalu bercerita jika Baekhyun sudah masuk ke dalam kolong tempat tidurnya, ia pasti menangis didalam sana. Inkyung tahu pasti Baekhyun merasa bersalah karena ia tak sempat meminta maaf kepada Minseok sampai kecelakaan itu terjadi. Itu juga alasan mengapa Baekhyun selalu datang ke dalam kamar Minseok setiap malam dan mengajak kakak nya itu bicara. Ia berharap mendengar Minseok mengucapkan beberapa hal yang membuat rasa bersalahnya itu berkurang.

Setelah semua hal buruk yang Inkyung lakukan dalam hidup Baekhyun. Baekhyun tetap menganggap Inkyung sebagai kakaknya. Hal tersebut cukup membuat Inkyung teriris.

"Ahh~.. Apa yang ku lakukan.. Boneka, seharusnya aku mencari boneka", gumam Inkyung pada dirinya sendiri.

Inkyung menemukan boneka yang ia cari. Boneka itu memang berada di bawah sana. Sekilas tidak ada yang berbeda dari boneka tersebut. "Apa yang harus kulakukan pada boneka ini?" Inkyung memutar-mutar posisi boneka ditangannya hingga ia tidak sengaja menemukan zipper di bagian belakang boneka tersebut. Inkyung menarik turun zipper disana. Alangkah kagetnya Inkyung saat melihat apa yang terdapat didalam boneka itu "Ya tuhan.." Seru nya melihat satu persatu lembaran kertas dan foto.

***

03.57 PM

Baekhyun memikirkan sebuah cara. "Sehun-ah minggir sebentar!", seru Baekhyun. Ia berlutut di lantai samping tempat tidur Minseok. "Hyung mianhaeyo", gumam Baekhyun melepaskan alat infus dari tangan Minseok dengan hati-hati.

"Baekhyun hyung mwohaeyo?!", Seru Sehun panic akan aksi Baekhyun. "A-Apa Kau yakin?", Tanya Sehun ragu.

"Tidak ada cara lain Sehun-ah….Bisakah kau bantu mendorong tubuh Minseok hyung sedikit kepinggir tempat tidur?", pinta Baekhyun.

"Ne hyung", ujar Sehun patuh. Sehun bergegas berdiri dan menggeser pelan tubuh Minseok hingga sekarang ia berbaring di pinggir tempat tidurnya. "Sudah hyung"

"Ne..", Sedikit darah keluar dari bekas infus di tangan Minseok. Baekhyun melilitkan selimut pada telapak tangan Minseok. Ia mengangkat naik tangan Minseok, mengambil posisi untuk membenturkan tangan tersebut pada kayu tempat tidurnya.

"Baekhyun hyung hati-hati jebal" Ujar Sehun berdiri tepat di belakang Baekhyun.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV: Minseok

10.58

Ini rumah Eunhee. Ternyata sejak tadi aku berada di ruang bawah tanah rumah Eunhee. Di sana Bibi Shin menyimpan tubuh Eunrin, anaknya. Ibu macam apa ia?! ia bahkan tidak membawa anaknya ke rumah sakit dan membiarkan keadaan anaknya semakin parah. Sekarang aku menaiki tangga menuju kamar Eunhee, di ujung tangga sana.. Sedikit lagi..

Arghhh.. Drukkk aku terjatuh di anak tangga terakhir. Bodoh kau Kim Minseok! Bodoh! Aku harus memberi tahu Eunhee! Aku.. Arrghhh Harus memberi tahu Eunhee bagaimana pun caranya. "Eunheee-a!!!! Cepat pergi dari sini!!", Teriakku dari tangga.

Tangan ku.. Tidak.. Sekujur tubuh ku terasa berbeda.. Mungkinkah..

ANDWEEEEE EUNHEEEE!!!!!!!

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV : Eunhee

03.56 PM

Seperti biasa, aku hanya bisa terdiam di dalam kamar ku. Sebentar lagi Bibi Shin ataupun adikku Jongin akan masuk ke kamar untuk mengantarkan obat. Aku harus berpura-pura sakit lagi saat mereka datang.

Hh~ Disaat seperti ini aku begitu merindukan Xiumin. Ia menghilang begitu saja seminggu terkhir. Dimana ia berada sesungguhnya? Aku tidak pernah mengetahui dimana ia tinggal, dimana ia berada, dan bagaimana ia bisa datang.

Bagaimana keadaan mu saat ini Xiumin? Apakah kau merindukan ku seperti apa yang kurasakan saat ini? Bogoshipeo.. Jeongmal.

Kutemukan secarik kertas bertuliskan nama Xiumin dalam buku milikku yang memang sering di baca oleh Xiumin. Kertas itu bertuliskan partisi dan lirik lagu. Mungkinkah Xiumin yang membuat nya? Aku selalu tersenyum setiap membaca setiap baris dari lirik ini. Entah hanya perasaan ku atau bukan, tapi apa yang tertulis disini seperti apa yang ku alami bersama Xiumin. Mungkinkah ia menulis lagu ini untuk ku?

As if I was reborn as a child who doesn’t know anything

I thought it was a dream so I closed my eyes and opened them again

I am standing in front of you as if I was praying

I want to walk side by side with you at least once

Just once

I ride the soft wind into your world

I go right next to you and you ask where I came from

You asked so innocently so I answered that it is a secret

Because if we just walk together like this

Wherever we go, it’ll be heaven

You are more dazzling than Michael

Who can ever oppose you? I won’t forgive anyone who does

Just like the first person to step on Eden

Every day, I will only go toward you and trust you with my heart

Even if it’s a small thing,

I want to protect you for always

So you won’t ever have to suffer

I’m eternally love

As your guardian angel , I will block out that strong wind

Even if everyone turns their back against you

On hard days, I will wipe away your tears

If only I can be that kind if person

Wherever we go, it’ll be heaven

Dibalik kertas ini terdapat tulisan lainnya. Tunggu.. Mengapa tulisan ini jauh berbeda dibandingkan lirik lagu yang ditulisnya. Seketika hati ku terenyuh membaca pesan ini.

Aku hanya bermimpi, dan kau adalah bagian dari mimpi ku.

Suatu hari nanti saat aku terbangun, mungkin selamanya aku tak akan pernah melihat mu lagi. Apapun yang terjadi... Kuharap suatu saat kau akan menjadi nyata bagiku.

Selamat tinggal.....Kim Eunhee.

Tetes demi tetes air mataku membasahi kertas ini. Bagaimana mungkin aku baru membaca pesan yang mungkin sudah lama ia tinggalkan untukku. Salam perpisahan..... ini adalah sebuah salam perpisahan.. Hiks.. Hiks.. Kau pergi…Mengapa kau pergi tanpa pamit? Mengapa kau menemui ku dan pergi dariku dengan alasan yang tak pernah ku ketahui? siapa kau sesungguhnya? Hikss..~

 

03.58 PM

Brukk bruk brukk... Kudengar langkah kaki seseorang seperti berlari di tangga rumah ku. Ah.. Mungkin Jongin. Tapi mengapa ia begitu terburu-buru? Ada apa?

BRUKKKK

Suara apa itu? Sepertinya seseorang terjatuh di tangga rumah ku.

"Eunheee-a!!!! Cepat pergi dari sini"

Suara itu…..Xiumin? Ya aku yakin itu suara Xiumin! Kugerakkan tubuh ku cepat menuju pintu kamar ku. Ku buka keras pintu kamar itu. Kosong.. Tidak ada siapapun disini. Mustahil.. Barusan aku mendengar suara langkah kaki, suara orang terjatuh, lalu suara Xiumin.

Brukk brukk brukkk.. Lagi-lagi kudengar suara seseorang berlari. Kali ini kulihat sesosok manusia di anak tangga paling bawah. Ia tepat menatap ke arah ku. Ia membawa benda tajam di tangannya. "Sore Eunhee-ah", Sapanya dari bawah tangga sana. Tangannya menggerakkan benda tajam itu. "Apa yang sedang kau lakukan disana? Dimana.. Namja bertubuh kecil tadi itu?"

Namja bertubuh kecil? Benar.. Xiumin tadi ada disini.. Ia berteriak agar aku segera pergi. Ya Tuhan.. Jangan-jangan.

Langkah ku mudur.. Perasaan ku mengatakan hal buruk akan terjadi. BRAKKK ku banting pintu kamar ku. Segera ku kunci secepat mungkin. Dapat kudengar suara langkah Bibi Shin pada tangga.

"Kau tahu kau tidak mungkin lari dari ku.. Keponakan ku sayang", ucapannya terdengar begitu menakutkan di telingaku. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Apa?!

--TBC--

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK