home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > My Love Is Old-Fashioned

My Love Is Old-Fashioned

Share:
Author : Dhani712
Published : 24 Jun 2015, Updated : 25 Jun 2015
Cast : Kim Yeon Ha (fictional character), Oh Sehun, Kim Kai, Others.
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |18159 Views |1 Loves
My Love Is Old-Fashioned
CHAPTER 5 : Chapter 5

24 Desember

            Sehun membuka lokernya dan tangannya terulur mengambil sebuah kotak yang lumaan besar. Kotak kado natal yang belum sempat ia berikan kepada Yeon Ha tahun kemarin. “Aku perlu menggantinya.” Gumam Sehun sambil kembali menyimpan kotak itu ketampatnya semula. Sehun berbalik dan menangkap sesuatu di ujung sana, Kim Yeon Ha dan... Kai.

            “Sedang bicara apa mereka?” Tanpa sadar, ekspresinya sudah berubah menjadi sangat kusut. Sehun melangkahkan kakinya, namun dihentikan oleh Yeon Ha. “Sehun-ah!”. Sehun berbalik dan alisnya terangkat. Yeon Ha menghampirinya dengan ceria seperti biasa.

            “Kau mau ke kantin?” tanya Yeon Ha. Sehun menatapnya sejenak, “Aku mau ke toilet dulu sebentar.”

            “Ah, geurae. Akan kutunggu kau di kantin.” Yeon Ha berjalan mundur selangkah, berbalik lalu kembali melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangannya ke arah Sehun.

***

            “Tadi aku melihatmu dan Kai.. Kalian ngobrolin apa?” tanya Sehun sambil menikmati serealnya. Yeon Ha menatap Sehun sejenak, “Dia mengajakku bertemu besok lusa..” ucapnya polos.

            Ekspresi Sehun seketika berubah, “Katanya besok lusa sibuk?” tanya Sehun sambil mengaduk-aduk serealnya dengan malas. “Entahlah, sepertinya sesuatu yang penting. Aku tidak bisa menolaknya.”

            4 kata terkutuk itu terngiang di kepala Sehun. Aku tidak bisa menolaknya. “Jadi... Aku sudah kalah rupanya.” Gumam Sehun dalam hati. Yeon Ha menatap Sehun dengan aneh, “Jangan hancurkan corn flakes nya, kalau sudah bubuk tidak enak tau!”. Sehun menatap Yeon Ha lalu kembali melahap serealnya meskipun nafsu makannya hilang.

***

11 PM

            Terdengar suara ketukan dari balik pintu, sehun menoleh sebentar lalu membiarkannya. Hyung Sehun masuk lalu menyambar sebuah guling di kasur milik Sehun.

“Hyung.. Manghaesseo” ucap Sehun sambil melamun. Hyung Sehun memetikkan jarinya tepat di depan wajah Sehun untuk menyadarkannya. “Kau jangan menakutiku! Wae geurae?” tanya hyungnya sambil memeluk guling Sehun.

            “Kai... Aku sudah dikalahkannya.”. Hyung Sehun mengernyitkan dahinya, “Kai... Maksudmu sainganmu?”. Sehun menatapnya dengan mata yang disipitkan. Hyung Sehun menggaruk hidungnya, “Ani, memangnya ada apa?”

            “Kemarin, Yeon Ha bilang saat hari natal dia akan sibuk.. Tapi dia menerima tawaran Kai, dia bilang dia tidak bisa menolak karena sepertinya penting.” Jelas Sehun. Hyung Sehun mengangguk-ngangguk lalu kemarahannya melonjak, “Kau benar-benar menyukainya ternyata..”

Sehun memalingkan wajah lalu menopang dagunya di meja. “Menurutku dia sama sekali tidak sadar kalau aku menyukainya..”

            “Babo Oh Sehun, Nae Dongsaeng.. Tidak, kau bukan dongsaeng-ku karena kau menyerah begitu saja! Tidak! Tidak!”. Sepertinya perkataan Hyungnya tidak didengar Sehun karena dia terus melamun. Hyung Sehun terus menatap dongsaeng-nya yang sedang kacau. Lalu dia berdiri dan menepuk pundak Sehun.

            “Kurasa kau butuh waktu sendirian, cepatlah tidur! Atau omma akan menerormu nanti.”

***

25 Desember

            Tangan Yeon Ha memegang sebuah kotak kecil erat-erat. Dimana Oh Sehun sementara seluruh siswa di kelasnya sedang berkumpul merayakan natal? Yeon Ha terus menatap benda yang ada di tangannya itu. Yeon Ha menghela nafas lalu memasukkan benda itu kedalam saku coat berwarna kuning berkancing hitam. Kakinya melangkah menuju keluar ruangan namun tertahan sebentar oleh suara ajakan teman-teman untuk saling bertukar kado natal. “Aku mau keluar sebentar.” Sahutnya lalu pergi.

            “Oh Sehun.. Dimana kau? Kenapa kau membuatku khawatir” Yeon Ha menyusuri jalan di taman sekolah yang dipenuhi lampu-lampu kecil dengan kepala tertunduk. Angin dingin di sore menjelang malam hari memang menusuk, namun tidak dihiraukan oleh Yeon Ha.

Seseorang menghampiri dirinya dari belakang lalu menepuk pundaknya. Yeon Ha menoleh lalu tersenyum.

            “Kau sedang apa disini?” tanya Kai.

            Yeon Ha memasukkan tangannya kedalam coat. “Aku sedang ingin mencari udara segar.” Jawabnya singkat.

            “Ah, ya! Bukankah aku berjanji akan memberimu hadiah? Tunggu sebentar,” tanpa menunggu jawaban Yeon Ha, Kai berlari kedalam gedung sekolah.

Yeon Ha menundukkan kepalanya, kenapa.. perasaan tidak enak ini muncul? Saat ini yang sedang ada dalam kepalanya adalah Sehun.. Oh Sehun.. Dan saat itu juga Kai muncul dari balik pintu. “Gwaenchana?” tanya Kai sambil menyelidiki ekspresi mata Yeon Ha. Yeon Ha mengangkat kepalanya dan tersenyum, “gwaenchana”.

            “Ini..” Kai menyodorkan sebuket bunga tulip berwarna ungu yang indah.

Yeon Ha menatap tepat di mata Kai. Di mata itu, tersirat sebuah kesungguhan. Tapi.. Kenapa hatinya serasa menolak kesungguhan itu? Tidak ada jantung yang berdebar yang seharusnya ia rasakan sekarang.

***

            Sehun menyusuri jejalanan yang lumayan sepi. Sehun mengandalkan kakinya untuk menuntun kemana ia akan pergi sedangkan hati dan pikirannya memikirkan nasibnya tentang perasaan yang ia punya untuk Yeon Ha.

Sehun menjejalkan tangannya kedalam saku jaket yang tidak terlalu tebal. Matanya terasa berkunang-kunang, seluruh badannya terasa lemas dan kepalanya terasa berat. Hari ini Sehun belum makan apapun, dan sekarang sudah sore hari. Sekarang Sehun juga tidak memakai pakaian yang tebal untuk menahan rasa dingin bulan Desember yang menusuk hingga ke tulang.

Di tengah keramaian, Sehun terjatuh, kepalanya membentur trotoar dengan keras. Pandangan matanya kabur. Yang dilihatnya adalah bayangan orang-orang yang sedang mengerumuninya. Setelah itu, Sehun tidak bisa merasakan apa-apa lagi.

***

            Kai merogoh sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah cincin berwarna-warni yang sangat lucu (*Note Author : Kalo yang udah pernah nonton OhLaLa Couple, cincin yang author maksud itu cincin yang dibeli sama si tokoh utama cewek di toko cincin punya si malaikat cinta tapi akhirnya dipake sama si pemeran utama cowoknya buat nembak pacarnya.). Semua orang melihatnya pasti ingin segera memakainya atau membelikannya pada orang yang disayangi.

            “Aku tidak tahu kau suka apa.. Makanya aku ingin mengenalmu lebih baik. Apa... Kau mau mengijinkanku mengenalmu lebih baik?” tanya Kai.

Yeon Ha menatap cincin itu. “Aku.. Tidak tahu.”. Matanya beralih menatap Kai. Kai tersenyum simpul, “Sudah kuduga, karena.. Sehun, kan?” tanyanya sambil memainkan cincin itu. Yeon Ha menatapnya dengan alis terangkat, “Mwo? ... Sehun?” Kai menoleh dan kembali tersneyum penuh arti, “Kau bahkan masih belum menyadarinya.” Gumamnya.

            Disaat itulah ponsel Yeon Ha berdering, Yeon Ha membaca nama yang tertera di layar ponsel itu. “Sehun-ah, kau dimana sekarang?”. Alis Yeon Ha terangkat mendengar suara laki-laki lain yang berbicara di ujung sana. “Nugu.. seyo? Dimana Sehun?”

***

Seorang pria berinisiatif menelfon salah satu nomor di ponsel Sehun. Pria itu menekan nomor 1 dengan lama lalu pria itu menempelkan ponsel Sehun ke telinganya.

            “Yeoboseyo?”

Yeoja di seberang sana menjawab dengan nada khawatir, “Sehun-ah, kau dimana sekarang?”

            “Jeogi, aku bukan Sehun. Aku”

            “Nugu.. seyo? Dimana Sehun?”

            “Sekarang.. Bisakah kau datang ke rumah sakit?”

            “Ne? Rumah sakit.. Sehun.. Dia terluka?”

            “Sekarang aku sedang di ambulan menuju ke rumah sakit, sebaiknya kau pergi ke rumah sakit sekarang, agassi.”

            “Ne.. A-algesseumnida. A-aku akan pergi kesana sekarang juga.”

***

Tangan Yeon Ha yang gemetaran menekan layar ponselnya beberapa kali. Wjahnya berubah menjadi pucat dan keningnya berkerut.

            “Ada apa?” tanya Kai ikut panik.

            “Sehun.. Kau bisa antar aku ke rumah sakit, kan?”

            “Mwo? Rumah sakit?”

***

            Air matanya yang menetes segera dihapusnya. Matanya menatap ke jalan sedangkan tangannya saling meremas. Keninganya berkerut dan wajahnya pucat. Kening Kai ikut berkerut melihat yeoja yang di sampingnya ini menjadi kacau. Tangan kai terulur memberikan sapu tangan berwarna biru. Yeon Ha menatapnya, mengambilnya lalu meremasnya.

            Setelah sampai di rumah sakit, Kim Yeon Ha dan Kai langsung berlari kedalam ruang UGD. Langkah kaki Kim Yeon Ha dan Kai berhenti saat melihat seorang pria yang tersenyum melihat kedatangan mereka berdua. Pria itu membungkukkan badannya lalu dibalas oleh Kim Yeon Ha dan Kai.

            “Apa yang sudah terjadi?” tanya Yeon Ha, matanya terlihat sembab.

            “Dia pingsan di tengah jalan, jadi aku membawanya ke rumah sakit. Kalian tidak usah khawatir, dia tidak terluka parah.“

            “Terima kasih telah menyelamatkannya.” Sahut Kai sambil membungkukkan badannya.

            “Aku sudah mengurus administrasinya, karena aku ada urusan, aku pergi dahulu.”

            “Sekali lagi terima kasih.” Sahut Kai dan Kim Yeon Ha sambil berkali-kali membungkukkan badan.

            “Kau deluan.” Ucap Kai mempersilahkan. Kim Yeon Ha tersenyum.

            Kim Yeon Ha berjalan menghampiri tempat Sehun berbaring. Wajahnya terlihat pucat, di keningnya bahkan tertempel sebuah kain basah. Tangan Yeon Ha mengambil kain itu lalu memegang dahi Sehun yang masih terasa panas. Yeon Ha mengambil ponsel Sehun yang tergeletak di meja lalu membuka kontaknya. Alis Yeon Ha terangkat melihat nomornya terletak di nomor 1 panggilan cepat. Lalu tangannya beralih menekan nomor 4 panggilan cepat, hyungnya Sehun.

            “Yeoboseyo?”

            “Sehun-ah, kenapa kau tidak menjawab telfon—Nuguseyo?” tanya Hyung Sehun.

            “Aku.. Teman Sehun, Kim Yeon Ha. Saat ini, Sehun sedang ada di rumah sakit, katanya dia pingsan. Bisakah anda kesini?” tanya Yeon Ha hati-hati.

            “Tentu, tentu. Aku akan segera kesana.”

Yeon Ha membuka tirai lalu berjalan menghampiri Kai dengan senyuman lega dan di tangannya ada  sebuah wadah kecil berisi air dan lap. “Aku akan mengganti airnya dulu.” Kai tersenyum dan mengangguk.

***

            Seorang pria berlari menghampiri Kai yang sedang melipatkan kedua tangan di dada. “Kau Kai-kan?” tanya pria itu. Kai membungkukkan dada. Mungkin pria itu appa-nya Sehun, pikir Kai. Tapi kenapa appa-nya Kai tau namanya?

            “Ne. Sehun ada di dalam.” Sahut Kai setelah membungkukkan badan.

Pria itu tersenyum lalu menyibakkan tirai. Kai masih terus memperhatikannya sebelum Yeon Ha memanggilnya.

            “Kai-ya! Apa ada orang yang datang?” tanya Yeon Ha

Kai mengangguk, “Sepertinya appa Sehun”. Alis Yeon Ha terangkat, perasaan tadi Yeon Ha menelfon hyungnya.

***

            “Kau ayahnya Sehun?” tanya Yeon Ha sambil menyelidiki punggung pria yang sedang duduk di kursi di pinggir kasur Sehun. Pria itu menoleh, “Aku hyung-nya”. Yeon Ha menyimpan wadah berisi air itu di meja lalu membungkukkan badan, “Kukira ayahnya Sehun, karena tadi Kai bilang kau ayah Sehun.” Yeon Ha terkekeh pelan.

            “Haduh.. Aku tersinggung,”

            “Ah, ya! Aku mau berbicara sesuatu denganmu, akan kutunggu di kantin rumah sakit ya.” Setelah hyung Sehun pergi, Yeon Ha memandangi Sehun dengan ekspresi cemberut.

            “Kenapa kau bisa pingsan, babo-ya!” Yeon Ha memeras kain kecil itu, melipatnya lalu menempelkannya ke dahi Sehun, lebih tepatnya menekannya.

***

Yeon Ha keluar lalu kembali meminta Kai menjaga Sehun sementara dirinya mengobrol sebentar dengan hyung Sehun. Kai menyibakkan tirai lalu duduk di kursi di pinggir Sehun. Kai mengambil ponsel Sehun lalu memainkannya. Kai melihat panggilan cepat, dan ternyata di nomor 1 terdapat nomor Yeon Ha. Setelah itu, Kai membuka galeri di ponsel Sehun. Disana ada sekitar 5 foto selca Yeon Ha dan Sehun. Lalu beberapa foto solo Yeon Ha. Kai tersenyum simpul. Disaat itu, Sehun mengerang lalu membuka matanya.

“Kau sudah bangun?” tanya Kai polos sambil menyimpan ponsel Sehun kembali ke tempatnya.

“Kai? Kenapa aku.. kau disini?” tanyanya.

Kai tersenyum, “Kau pingsan di jalan, kau belum sempat mengatakan terima kasih pada orang yang menolongmu, tapi tenang saja, sudah kuwakilkan.”

“Bukan.. Kukira kau sedang di suatu tempat bersama Yeon Ha sekarang.”. Sehun berusaha untuk duduk meskipun kepalanya masih terasa berat.

“Sampai beginikah kau memikirkan Yeon Ha? Tenang saja, aku tidak akan mengambilnya darimu!” jawab Kai sambil mendengus.

“Mengambilnya dariku? Maksudmu?” Sehun mengerutkan dahinya sedangkan Kai memijat pelipisnya pelan.

            “Baiklah, harus ku akui, kau menang. Aku kalah. Tadi aku memberikan Yeon Ha ini, tapi dia menolaknya, dia bilang tidak tahu. Lalu setelah kami tau kau sedang di rumah sakit, dia menjadi sangat panik, dia bahkan menangis sebentar saat dalam perjalanan kemari, jadi sekarang aku sudah mengerti. Yeon Ha menyayangimu. Rasa sayang akan mengalahkan segalanya.. Bahkan dunia juga akan menjadai damai jika tumbuh rasa sayang antar manusia.” Kai mengeluarkan cincin yang ada dalam saku jaketnya lalu menunjukkannya pada Sehun.

            “Saat aku pulang dari amerika, dan aku mengejutkannya di jalan, dia tidak marah lagi kepadaku. Lalu saat aku berusaha mengobrol dengannya membicarakan sesuatu tentangnya, Yeon Ha selalu mengaitkannya denganmu. Saat aku mampir ke rumah Yeon Ha, adik dan ibunya membicarakan dirimu. Bukankah itu sudah jelas?“

            “Sehun-ah, cepatlah keluar dari rumah sakit! Kuharap kau bisa menjaga Yeon Ha karena setiap kali aku menjaganya, selalu ada yang menghalangiku.” Sahut Kai sambil tersenyum.

            “Minggu depan sepertinya aku akan pergi ke Amerika lagi.” Sambungnya. “Aku sudah kalah sejak lama, tapi aku baru menyadarinya sekarang.”

            “Lalu.. Dimana Yeon Ha sekarang?” tanya Sehun

            “Dia sedang mengobrol bersama ayah—eh! hyungmu.”

            “HYUNG....???!!!!”

Kai mengangguk polos, “kurasa sebentar lagi mereka datang.”

***

            “Duduklah, Yeon Ha-ya” ucap hyung Sehun mempersilahkan. Yeon Ha pun duduk di hadapan hyung Sehun.

            “Aku mau membicarakan Sehun. Kau tau? Tanggal 23, Sehun bertanya padamu, saat hari natal kau sibuk atau tidak. Saat kau jawab sibuk, Sehun langsung tidak karuan. Dia menjadi kacau bahkan saat malam hari dia hanya makan sedikit.”

Alis Yeon Ha terangkat, “Aku juga sudah menyangka Sehun akan begini hari ini, karena dia belum makan apapun lalu kau lihat sendiri, dia hanya memakai pakaian yang tipis. Dan terima kasih telah menghubungiku dan menjaganya.” Yeon Ha terngiang-ngiang oleh kata-kata hyung Sehun kalau Sehun belum makan apapun dan memakai pakaian tipis keluar rumah, lalu tiba-tiba mulutnya mengeluarkan kata, “Babo Oh Sehun!”. Hyung Sehun terkekeh mendengar perkataan Yeon Ha.

            “Menurutku adikku punya selera yang bagus.” Sahut hyung Sehun sambil tersenyum penuh arti pada Yeon Ha. “Ne?” Yeon Ha tidak mengerti.

            “Jadi... Apakah kau menerima Kai?” tanya hyung Sehun to the point. Yeon Ha menatap hyung Sehun, kenapa pria ini berbicara blak-blakan padanya padahal ini baru pertemuan pertamanya dengan hyung-nya Sehun.

            “Tidak. Kai bahkan bilang padaku kalau aku tidak menyukai dirinya.” Jawab Yeon Ha polos. Hyung Sehun memetikkan jari lalu tersenyum mantap, “Aku benar! Sebuah persahabatan antara laki-laki dan perempuan pasti ada sebutir rasa suka.” Jelas hyungnya. Yeon Ha kembali mematung.

            “Maafkan aku, kurasa aku terlalu blak-blakan. Ah, aku juga tidak tahu. Mungkin ini semua karena Oh Sehun yang selalu bercerita tentangmu.” Jawabnya sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

            “Sehun benar-benar menyukaimu. Dan aku yakin kau juga menyukainya.”

            “Kurasa... Aku menyayanginya.”

***

            “Kau sudah kembali.. Aku perlu bicara denganmu” ucap Kai. “Sehun sudah bangun, sementara aku berbicara denganmu, biarkan hyung-nya yang menjaganya.”

***

            “Minggu depan aku harus pergi ke Amerika lagi”

            “Mwo? Lagi?” tanya Yeon Ha.

            “Ya, aku masih harus sekolah disana, Tapi kenapa reaksimu seperti ini? Kau mau aku tidak pergi?” tanya Kai setengah bercanda sambil terkekeh. Yeon Ha hanya bergumam tidak jelas.

            “Kau bahkan tidak apa-apa jika aku tak ada. Tapi jika Sehun tidak ada di sampingmu, kurasa kau tidak akan baik-baik saja. Sehun sudah berjanji padaku kalau dia akan menjagamu. Jika dia tidak menjagamu dengan baik, adukan padaku. Oke?”

            Yeon Ha tersenyum lalu mengangguk, “Aku senang melihatmu bersama Sehun. Ini.. Hadiah natalku, walaupun kau tidak memakainya, simpanlah baik-baik.”

            Yeon Ha menerima cincin yang tadi Kai sodorkan, “Baiklah..”

            “Kita... teman, kan?” tanya Kai. Yeon Ha menatapnya sebentar lalu mengangguk, “Tentu saja, kuharap kau juga menemukan yang baik sepertiku disana.” Yeon Ha menepuk pundak Kai sambil tersenyum.

            “Haa.. Kurasa ini kado natal terbaik untukku.” Kai mendongakkan kepalanya keatas menghadap langit yang berwarna oranye. “Menjadi temanmu, melihatmu bahagia. Aku senang.” Kai menatap Yeon Ha dalam-dalam, senyumnya masih melekat di wajahnya.

***

 
POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK