18 Desember
“Kapan aku harus mengatakannya? Babo Oh Sehun!” gumam Sehun sambil mengerutkan dahinya. Yeon Ha mengerutkan dahi dan menyidik-nyidik Sehun, “Kau hampir saja menumpahkan serealnya, Sehun-ah.”
Sehun menoleh kebelakang dan terkekeh pelan. Sehun dan Yeon Ha menaruh nampan makan siangnya di meja, lalu duduk berhadapan.
“Meokja..” sahut Sehun. Mereka berdua saling melempar senyum lalu memasukkan sesendok sereal kedalam mulutnya. “Baiklah.. Harus kukatakan padanya sekarang.”
“Yeon Ha-ya, nanti--”. Tiba-tiba seseorang datang dan duduk di samping Yeon Ha. “Annyeong~ Aku boleh bergabung, kan?” tanya Kai sambil tersenyum pada Yeon Ha dan namun tidak pada Sehun. “Eoh,” jawab Yeon Ha membalas senyum Kai lalu kembali malahap sereal.
Kai membuka pembicaraan. “Yeon Ha-ya, aku ingin kau menemaniku nanti pulang sekolah.” Yeon Ha menoleh, “Eodiro?” tanyanya. “Hmm, akan kuberi tahu nanti.” Jawabnya tersenyum simpul. Sehun menundukkan kepala dan menatap Kai dingin. Menyadari dirinya sedang diperhatikan, Kai membalas tatapan dingin Sehun.
***
“Yeon Ha-ya, apa boleh aku mampir ke rumahmu?” tanya Kai. Alis Yeon Ha terangkat. “Ke rumahku? Jigeum?” tanyanya. “Eoh, tapi sebelumnya aku ingin membeli pizza dulu.”. Yeon Ha tampak berpikir, lalu mengangguk. “Geurae.”
“Kaja!” Kai membukakan pintu mobil untuk Yeon Ha. Lalu pergi membuka pintu mobil di sisi lainnya.
***
“Kita sudah sampai,” sahut Yeon Ha sambil memandangi rumahnya di depan sana. Kai ikut melihat dan menyuruhnya berhenti. Kai turun lebih dahulu lalu kembali membukakan pintu untuk Yeon Ha.
Yeon Ha memimpin jalan di halaman rumahnya. Yeon Ha memencet bel rumahnya beberapa kali. Terdengar suara Kim Ha Na dari dalam, “Ne! Jjankkanmanyo!”
“Eonni!” sambut Ha Na ceria. Lalu pandangan Ha Na beralih ke seorang laki-laki yang tingginya sepantar dengan Oh Sehun dan berseragam sama seperti Yeon Ha. Ha Na kembali menatap eonni-nya. “Sehun oppa?”. Yeon Ha mengerjap lalu menggeleng. “Kai-ya! Ayo kita masuk.” Kai berbalik badan lalu tersenyum, “Oke”
***
“Tumben kau sudah pulang!” ucap Yeon Ha basa-basi. Ha Na mengangguk “Ada rapat tadi di sekolah, jadi seluruh siswa dipulangkan lebih awal.” jawab Ha Na dengan ceria lalu kembali menikmati sepotong pizza-nya.
“Geunde, Kai-ya. Seharusnya kau tidak datang tiba-tiba seperti ini. Aku bahkan belum memasak apapun.” Desah ibu Yeon Ha.
“Jwisonghaeyo, omonim. Lain kali, aku akan berkunjung kemari untuk mencicipi masakan bibi, ya.” Jawab Kai berusaha menenangkan. “Omong-omong, apakah aku laki-laki yang pertama kali datang kemari?” tanya Kai. Respon yang didapatkan Kai adalah : Yeon Ha yang tersedak, ibu Yeon Ha dan Ha Na terkekeh.
“Ani, Sehun Oppa yang pertama kali datang kemari, benar, kan?” sahut Ha Na sambil menatap Yeon Ha. “Eoh,” jawabnya sambil tersenyum kikuk. “Waktu itu Sehun Oppa mengantar Yeon Ha Eonni karena kaki Yeon Ha Eonni terkilir dan sakit ketika berjalan.” Jelasnya.
Kai merasa tenggorokannya tidak bisa menelan sesaat. “Geu.. rae? Kau dekat dengannya rupanya.”. Wajah Ha Na memerah lalu berkata, “Aku.. hanya mengaguminya.”. “Lagipula, kurasa Yeon Ha eonni--”. Saat itu Yeon Ha membelototinya, jadi Ha Na tidak meneruskan kata-katanya. Kai menatap Yeon Ha sejenak lalu kembali mengunyah pizza sambil mengangguk-ngangguk kecil dan tersenyum simpul.
***
Yeon Ha menggaruk-garuk kepalanya dan berdeham kecil. Matanya mengawasi Kai yang sedang memandangi foto masa kecilnya. “Kau lucu juga saat di masa kecil.” Sahut Kai lalu menoleh ke arah Yeon Ha.
“Geureom, saat sudah besar aku tidak lucu, begitu?” tanya Yeon Ha bercanda. Kai pun terkekeh, “Saat sudah besar kau menjadi cantik.”
Kai kembali terkekeh melihat Yeon Ha yang sedang memalingkan wajahnya.
“Ah, benar!”
“Aku akan mengajakmu kesuatu tempat saat hari natal nanti” lanjutnya sambil tersenyum. “Kali ini aku tidak akan pergi meninggalkanmu atau memberikan kado yang buruk.”
Yeon Ha tersenyum lalu mengangguk, “Geurae, mannaja.”
***
22 Desember
“Ah, benar! Pulang sekolah nanti aku harus menghias pohon natal dirumah! Kau sudah menghias pohon natal, Yeon Ha-ya?” tanya Sehun sambil menjejalkan kedua tangannya kedalam saku jaket. Yeon Ha mengangguk, “Pohonnya sangat indah!”
Tangan Sehun meraih pegangan pintu lalu menahannya membiarkan Yeon Ha masuk terlebih dahulu.
“Ah, hangatnya!” gumam Sehun ketika masuk kedalam sekolah. “Ngomong-ngomong, nanti saat hari natal--”. Saat itu segerombolan adik kelas perempuan yang sepertinya masih kelas 1 mengerumuni Sehun dan Yeon Ha.
“Sunbaenim, annyeonghaseyo! Kami mau meminta tanda tangan kalian, boleh, kan?” tanya seorang dari mereka. Yeon Ha dan Sehun saling berpandangan lalu Sehun mengangguk sedangkan Yeon Ha hanya memandangi segerombolan ana perempuan yang kemudian berbaris meminta tanda tangan Sehun.
Seorang siswa yang pertama kali mendapat tanda tangan Sehun memandangi Yeon Ha lalu memberikan pulpennya kepada Yeon Ha, “Yeon Ha Sunbaenim juga harus memberiku tanda tangan. Aku fans-mu juga, eonni!” Pujinya sambil tersenyum ceria.
Sehun menoleh kepada Yeon Ha lalu terkekeh sambil terus menandatangani buku siswa lainnya. “Geurae? Tapi menurutku aku sama sekali tidak populer” jawab Yeon Ha sambil memainkan pulpen yang diperikan siswa itu. “Ey.. Apa maksudmu, eonni? Kau cantik, berbakat, dan juga ramah. Tentu saja kau populer!”, Yeon Ha tersenyum malu lalu menandatangani buku siswa itu, “Gomawo”. Satu goresan lagi Sehun pun selesai menandatangani semua buku fansnya, sekarang fansnya balik mengerumuni Yeon Ha sambil berkata, “Eonni, nado! Nado!”.
Kalau dipikir-pikir, siswa yang tadi memang benar. Yeon Ha memang ramah, berbakat, cantik, dan masih banyak hal lain yang membuat banyak orang terpesona dan kagum. Dan dari sekian banyak orang, Sehun juga termasuk kedalam orang-orang itu. Dan Sehun juga merasa beruntung bisa dekat dengannya setiap hari.
“Tapi, kenapa kalian meminta tanda tangan kami sekarang bukannya nanti saat hari natal?” tanya Yeon Ha. “Eonni, kau tahu kan kalau saat hari natal selain kami banyak siswa lain yang meminta tanda tangan? Selain itu juga kami tidak mau merusak acara hari natal kalian.” Sahut perwakilan dari mereka lalu disusul dengan anggukan siswa yang lain.
Yeon Ha dan Sehun tersenyum lalu Sehun berkata, “Baiklah, sampai ketemu lagi, ya! Kami harus segera masuk kelas sekarang, fighting!” sahut Sehun sambil menunjukkan 2 kepalan tangannya tanda untuk memberi semangat lalu pergi meninggalkan kerumunan itu bersama Yeon Ha. Sejak kepergian Yeon Ha dan Sehun, kerumunan siswa masih terus membicarakan mereka.
“Kau tahu? Menurutku mereka berdua bukan sekedar sahabat.”
“Mereka terlihat seperti pasangan saat berjalan bersama. Pasangan yang ideal.”
“Mereka sangat cocok, wajah mereka cantik dan juga tampan. Ah, aku cemburu!”
“Sehun Oppa beruntung bisa punya sahabat seperti Yeon Ha Eonni dan sebaliknya.”
“Kau benar! Ah! Aku juga ingin seperti Yeon Ha Eonni! Cantik dan berbakat.”
“Karena Sehun Oppa telah menyemangati kita, kita harus lebih giat belajar hari ini! Ayo kembali ke kelas!”
***
“Wah, aku tidak menyangka kau punya fans ya!” celoteh Sehun sambil membuka loker lalu melepaskan tasnya. Yeon Ha menoleh dan memicingkan mata, “Kau lihat?! Aku juga populer di kalangan adik kelas! Yah.. Walaupun tidak sepertimu.”
“Ah, ya! Tadi kau mau bilang apa sebelum para adik kelas mengerumuni kita?” tanya Yeon Ha. Sehun menggaruk-garuk hidungnya, “Hmm, aku sudah lupa.”. Yeon Ha mendengus, “Haa.. Kau selalu lupa!”
Sehun terkekeh, “Tapi menurutku mereka benar! Kau memang cantik, berbakat dan juga ramah. Pertama kali aku juga terpesona olehmu.” Sahut Sehun sambil tersenyum setelah mengunci lokernya. Yeon Ha mematung, matanya masih menatap mata Sehun. Yeon Ha berdeham, “Berarti itu tandanya kau beruntung bisa menjadi sahabatku!”.
Sehun mengangguk-ngangguk, “Yah, kau juga pasti merasa beruntung bisa menjadi sahabat seseorang yang populer seperti aku!”. Yeon Ha mendesis, “Eoh, kau benar! Sekarang jangan bahas tentang bagaimana populernya dirimu, lebih baik kita ke kelas sekarang!”. Sehun kembali terkekeh.
***
23 Desember
“Ah, hyung! Kurasa aku bisa jadi gila!” Sehun mengacak-acak rambutnya lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasurnya. Hyung Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya lalu melipatkan tangannya di depan dada. “Kau sudah bertambah 10 tahun rupanya! Ayolah.. Kau pasti bisa!”
Sehun menatap hyungnya lalu beralih manatap ponselnya, “Geurae hyung.. Kalau begitu akan kumulai seperti seorang Sang Namja.”
Untuk : Kim Yeon Ha
“Hari natal nanti kau sibuk?”
3 menit berlalu dan ponsel Sehun masih belum berdering juga. “Mungkin dia sedang sibuk, Sehun-ah. Sabarlah.” Ucap Hyung Sehun berusaha menenangkan dongsaeng kesayangannya yang terlihat mulai gelisah.
Dding.. Ddong..
“Hyung, dia menjawab!” sahut Sehun panik sambil menggoyang-goyangkan ponselnya. Hyungnya pun terkekeh melihat dongsaeng nya itu panik tidak seperti biasanya.
Dari : Kim Yeon Ha
“Eoh.. Memangnya kenapa?”
Sehun memejamkan matanya lalu menundukkan kepalanya, “Katanya besok dia sibuk..”. Hyung Sehun memberikan reaksi berlebihan seperti ada seorang pemain bola yang gagal menambah poin. “Sedikit lagi!”. Hyung Sehun menatap dongsaeng-nya sejenak. “Gwaenchanha? Kau tidak baik-baik saja.”
“Eoh.. Aku tidak baik-baik saja, hyung.”. Hyung Sehun meneguk ludah lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Terdengar teriakan omma yang menyuruh kedua kakak-beradik itu turun untuk makan malam.
“Yya Oh Sehun, kita makan saja dulu..” Hyung Sehun menghampiri adiknya lalu menepuk pundaknya.
“Kau deluan saja, hyung. Nanti aku menyusul.” Jawab Sehun singkat sambil mengangkat wajahnya dan menyentuh layar ponselnya beberapa kali. “Geurae. Kau harus turun kebawah ya!” jawab hyung Sehun sambil kembali menepuk pundak dongsaengnya.
Untuk : Kim Yeon Ha
“Aniya.. Aku hanya bertanya. Pastikan kau makan malam ya! Aku juga mau makan malam sekarang.”
Dari : Kim Yeon Ha
“Geurae, makanlah yang banyak. ^^ Aku masih harus membantu omma memasak.”
Sehun memandangi ponselnya sejenak lalu mengerang dan beranjak dari kasur empuknya. “Geurae, hari natal tahun ini mungkin sangat spesial bagi Yeon Ha. Hari natal memang perlu dihabiskan bersama keluarga.”
***
“Kukira Sehun Oppa akan mengajakmu bertemu, eonni.” Celetuk Kim Ha Na yang sedang menyiapkan sup kedalam mangkuk-mangkuk kecil satu per satu. Kim Yeon Ha menoleh lalu membelototi adiknya, “Yya! Berisik! Kalau omma sampai mendengar lihat saja nanti, eoh?!” Tangan Yeon Ha terangkat melayangkan sendok nasi kepada adiknya jika saja ibunya tidak datang kembali ke dapur.
“Hey.. Kalian jangan bertengkar terus! Kau harus membantu omma dengan benar!”
“Aku tahu eonni pasti berharap dia--”
“Neo! Siapa juga yang--” Yeon Ha kembali melayangkan sendok nasi kepada adiknya namun kembali dilerai oleh ibunya.
“OHO...!!!!”
Ha Na menjulurkan lidahnya dan Yeon Ha menatap adiknya dengan tatapan maut.