5 Desember
Hari ini hujan salju turun, membuat suhu di Seoul menjadi semakin dingin. Semua orang berlomba-lomba memakai pakaian yang hangat tanpa menghilangkan unsur fashion dari pakaiannya.
Kim Yeon Ha berjalan menunduk karena melawan arah angin yang sangat dingin sedangkan kedua tangannya dijejalkan kedalam saku coat-nya yang hangat. “Kenapa hari ini dingin sekali, sih?!” keluh Yeon Ha sambil membenarkan syalnya.
Tangan Kim Yeon Ha bergerak mengambil ponselnya yang berdering menandakan panggilan masuk. “Yeoboseyo? Sehun-ah..” Yeon Ha terdiam di tengah-tengah trotoar selagi mengobrol dengan Sehun di telfon, kepalanya masih tertunduk sehingga tidak bisa melihat wajah orang-orang dengan ekspresi marah mereka karena Yeon Ha yang menghalangi jalan.
“Kau menghalangi jalan,”
Seseorang menyentuh pundak Yeon Ha lalu mendorongnya ke pinggir trotoar. Sontak perlakuan namja itu membuat Yeon Ha kaget sehingga kepalanya terangkat dan membentur tembok jalan. Ponselnya masih dalam posisi ditempelkan ke telinga, sedangkan Oh Sehun yang terus memanggilnya sementara tidak ia hiraukan. Matanya terbelalak kaget. Bukan karena kepalanya yang terbentur, namun karena orang yang berdiri di hadapannya ini.
“Meori gwaenchanha?” tanya namja itu lagi.
“Yya.. Kenapa kau terus menatapku seperti itu? Aku bukan hantu.. Aku Kai!” lanjut namja itu sambil terkekeh.
“Kai... Kau sudah kembali rupanya.” Senyum Yeon Ha pun perlahan mengembang.
***
Kening Sehun berkerut, dia mendengarkan bagaimana ramainya jalan raya lewat sambungan telfonnya dengan Yeon Ha. Mungkin karena ramainya jalan raya Yeon Ha tidak berkata apapun.
“Yeon Ha-ya..”
“Yeon Ha-ya.. Ada masalah?”
“Yeon Ha-ya.. Kenapa kau tidak menjawab?”
“Kim Yeon Ha!”
Kening Sehun kembali berkerut, dia mendengar seseorang berbicara pada Yeon Ha secara samar-samar.
“Kai... Kau sudah kembali rupanya.” ucap Yeon Ha di seberang sana.
Sehun menurunkan ponsel dari telinganya. Raut wajahnya menjadi sangat tidak bersahabat. “Kau sudah kembali rupanya, Kim Jong In.”
Ttok.. Ttok.. Ttok..
“Sehun-ah.. Ibumu menyuruhmu turun kebawah! Sarapan sudah siap!” ucap kakak laki-lakinya sambil tersenyum lalu terlonjak kaget.
“Heok! Raut wajahmu berubah drastis!”
“Neo wae irae? Ada masalah apa?” tanyanya
“Aniyo, hyung. Aku akan kebawah sebentar lagi” jawab Sehun sambil mencari-cari jaketnya di lemari.
“Arasseo! Jangan sampai aku dimarahi karena kau kunjung turun kebawah!” jawab hyungnya lalu pergi
Setelah hyungnya pergi, Sehun kembali menempelkan ponsel ke telinganya. “Yeon Ha-ya” kali ini Yeon Ha menjawab lalu Sehun kembali bicara “Oh, begitu ya? Terima kasih sudah memberitahuku. Ngomong-ngomong, aku mau sarapan dulu, oke? Sampai ketemu di sekolah..”. Setelah Yeon Ha mengucapkan sesuatu, Sehun pun menyentuh beberapa kali ponselnya lalu turun kebawah dengan tas dan jaketnya.
***
“Sehun-ah.. Mianhae, tadi aku berbicara dengan Kai sebentar, dia sudah kembali dari Amerika.” Ucap Yeon Ha dengan ceria lalu melirik Kai sekilas. Setelah Sehun mengatakan sesuatu, Yeon Ha menjawab “Baiklah, sampai ketemu di sekolah”.
“Kau mau berangkat ke sekolah denganku?” ajak Kai sambil menunjuk mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Yeon Ha menatap mobil berwarna hitam itu lalu menatap Kai dan menggeleng. “Aku ingin naik bus saja.” Jawabnya sambil tersenyum simpul.
“Hmm, baiklah.” Kai mengangguk-ngangguk lalu memberi isyarat pada sopirnya. Mereka pun mulai berjalan menyusuri trotoar. “Tapi, kenapa kau lebih naik bus? Padahal di bus biasanya berdesak-desakkan.” Tanya Kai.
Yeon Ha tersenyum manis mengingat sosok Oh Sehun, Kai bisa lihat itu. “Hmm, tidak kok, siapa bilang berdesak-desakkan. Ah, ya! aku juga hanya ingin sampai ke sekolah bersamaan dengan Sehun. Walaupun kami tidak berangkat bersama, kami selalu sampai ke gerbang sekolah bersamaan.”
Seketika, raut wajah Kai berubah. Apakah Yeon Ha sudah melupakannya? Setahun lalu, saat Kai menemuinya di ruang latihan dance di sekolah, gadis itu tidak mau melihatnya. Namun, sekarang saat bertemu dengannya, gadis itu selalu tersenyum padanya. Tapi saat Kai ingin membicarakan sesuatu yang belum diketahuinya mengenai Yeon Ha, Yeon Ha selalu menghubung-hunbungkannya dengan Sehun. Jadi... Ini semua karena Oh Sehun.
Kai memaksa tersenyum saat Yeon Ha melirik dan tersenyum padanya, “Ohh, begitu rupanya.”
***
“Ja.. Hari ini, adalah tes berakting!” ucap Shin Yi Jeong Seonsaengnim membuat seisi kelas menjadi gaduh. “Seonsaengnim! Kenapa mendadak sekali?” protes seluruh siswa kompak kecuali Sehun dan Yeon Ha. Yeon Ha menoleh pada Sehun yang duduk di seberang sana sementara salah satu tangannya menopang dagu.
“Sepertinya mood-nya sedang buruk” gumam Yeon Ha saat melihat Sehun yang melamun dan hari ini wajahnya tiba-tiba suram.
Yi Jeong Seonsaengnim mengetuk-ngetukkan pulpennya ke papan tulis. Semua siswa berhasil ditenangkannya dan sekarang mereka terlihat sudah fokus memperhatikan kedepan, “Aku sengaja melakukannya karena ingin melihat bakat kalian!”. Yi Jeong kembali mengetuk-ngetukkan pulpennya pada sebuah wadah berbentuk tabung yang berisi beberapa gulungan kertas yang merupakan naskah lalu sebuah box yang berisi kertas kecil-kecil.
“Pilih nomornya lebih dahulu! Setelah itu temukan pasangan kalian, lalu aku akan memilih naskah mana yang akan kalian praktekkan, aku akan beri kalian waktu 5 menit untuk berlatih, paham? Ah, ya! Betulkan juga tempat duduk kalian menjadi berhadapan dengan pasangan kalian masing-masing, ya!” ucap Yi Jeong memastikan semua siswa mendengar perkataannya tadi.
“Ne!” jawab seluruh siswa kompak.
***
“Kurasa si pria telah menjalani waktu-waktu yang sulit..” gumam Yeon Ha sambil menopang dagu. Sehun menatapnya sebentar lalu kembali membaca naskah “Kau benar, kurasa kau telah memahami isi hatiku secara tidak langsung. Kau tahu, cerita ini menceritakan kehidupan kita, kenapa kau begitu polos tidak menyadari kalau aku adalah si pria dalam naskah, Kim Yeon Ha?”
“Hari ini Sehun juga menjadi sangat fokus, dia juga tidak banyak bicara.” Gumam Yeon Ha sambil sesekali melirik Sehun dari balik kertas naskah.
Tadi Yeon Ha dan Sehun memilih nomor yang sama, 1 lalu Yi Jeong seonbaenim memberikan salah satu naskah. Naskah itu menceritakan tentang seorang pria dan wanita yang merupakan sahabat sejak SMA, setelah mereka lulus, mereka bekerja di tempat yang berbeda tetapi mereka selalu bertemu untuk menanyakan kabar masing-masing. Pada suatu hari, si wanita mengatakan bahwa ada seseorang yang ia suka pada sahabatnya itu dan ternyata pria yang disukainya mencintainya juga. Setiap kali mereka bertemu, si wanita terus membicarakan pria yang disukainya itu. Si pria menghilang menghindari untuk bertemu dengan si wanita. Sedangkan si wanita terus mencari-cari si pria karena merasakan ada sesuatu yang hilang darinya. Hingga suatu hari, si pria bertemu dengan si wanita lalu menceritakan isi hatinya pada si wanita, lalu si pria pergi setelah berdoa semoga si wanita dan orang yang disukainya hidup bahagia dan si priaberjanji tidak akan menemui si wanita lagi.
“Ja! Akan kumulai test-nya!” ucap Yi Jeong Seonsaengnim. “Kim Yeon Ha—Oh Sehun, maju kedepan!”
“Yya! Kenapa kau menghilang dan membuatku cemas?” tanya Yeon Ha dengan cemas sesaat setelah duduk berhadapan dengan Oh Sehun.
“Kenapa kau harus mengkhawatirkanku? Orang yang harus kau cemaskan dan perhatikan itu bukan aku.” Sehun menunjukkan ekspresi yang sangat baik sampai-sampai seisi kelas merasakan tubuhnya merinding.
“Penghayatannya pada tokoh yang diperankannya sangat baik.” Gumam Yeon Ha dalam hati. Lalu dia tersadar harus meneruskan dialognya.
“Apa maksudmu? Kau kan sahabatku--” jawab Yeon Ha sambil tersenyum kaku.
“Benar.” Sehun menjeda kalimatnya, kalimatnya tertunduk lalu kembali menatap Yeon Ha. “Aku hanya sahabatmu. Kau mungkin tidak tahu aku menyimpan perasaan padamu karena kau menganggap aku hanya sahabatmu.” Sehun mendengus.
“Aku bahkan menyukaimu sebelum aku menyadarinya. Sejak pertama kali bertemu denganmu, aku sudah menyukaimu. Bodohnya aku tidak berani mengungkapkan perasaanku padamu. Bodohnya aku mengulur-ulur waktu dan membiarkan pria lain mencuri hatimu.”
“Yya.. Neo..” ucap Yeon Ha sesuai dialognya.
Mata Sehun yang sipit menatap mata Yeon Ha dalam-dalam. “Kurasa, keputusanku ini tepat. Aku.. tidak ingin mengganggu hubunganmu dengannya, dan aku juga tidak ingin menyiksa diriku lebih lama lagi. Mianhae, kurasa... Kita tidak perlu bertemu lagi. Kuharap kau bahagia bersamanya.”
Yeon Ha tidak sadar dirinya telah meneteskan air mata karena terbawa emosi Sehun. Rasanya.. Aneh. Seolah sosok Oh Sehun yang berbicara, “Ini.. Akting, bukan?” gumam Yeon Ha dalam hatinya lalu kembali meneruskan dialognya.
“Tapi.. Jika tidak ada kau.. Aku merasa ada sesuatu yang hilang.”
“Tapi kau bisa mengisinya dengan orang yang kau sukai. Aku.. Pergi. Kau tidak usah mencariku lagi.” Sehun beranjak lalu pergi menuju ke belakang ruangan. Sementara Yeon Ha masih terduduk.
Yeon Ha mengangkat wajah lalu berdiri, Sehun pun kembali berdiri di depan kelas. Keduanya membungkukkan badan ke seluruh sudut ruangan. Tepuk tangan membahana pun menggema dan memenuhi sudut-sudut kelas. Kata “Wah” dan “Daebak” pun ikut memnuhi ruangan. Yi Jeong Seonsaengnim pun sampai berdiri memberikan standing applause lalu 2 buah ibu jari tangannya dan mengangguk-ngangguk puas. Setelah itu, Yeon Ha dan Sehun kembali duduk di tempat duduk mereka yang berhadapan.
“Sepertinya aku terlalu terbawa emosi karena tadi pagi..” Sehun menghela nafas lalu mengambil keputusan. “Kau tidak boleh menyerah begitu saja, Oh Sehun! Kau harus mengalahkan Kai.”
Setelah tampil di depan kelas, ekspresi Sehun pun melunak dan tersenyum pada Yeon Ha. Yeon Ha pun membalas senyumnya dan perlahan menghembuskan nafas lega. Tadi itu.. Hanya akting Sehun.
***
12 Desember
Sehun keluar dari kamar mandi di kamarnya sambil menggosok-gosok rambutnya yang masih basah. Lalu dia berteriak melihat hyung-nya sedang memainkan ponselnya sambil berbaring di kasurnya.
“Hyung! Sedang apa kau disini?”
“Aku? Melihat foto ini.” Jawabnya polos sambil memperlihatkan foto yang sedang dilihatnya dalam galeri ponsel Oh Sehun. Mata Sehun terlonjak kaget dan tangannya langsung merebut ponselnya dari tangan hyung-nya.
“Hyung!!” teriak Sehun, wajahnya memerah dan itu menjadi bahan tertawaan hyungnya. “Ohh, aku mengerti! Jadi dia adalah kotak perhiasan dalam hatimu, ya?” hyungnya terkekeh lalu menggeliat dan terduduk di kasur.
“Pastikan kau memasang gembok dan menguncinya dengan benar! Oh, ya! Jangan biarkan juga seseorang mencuri kuncinya dan mengambilnya darimu. Itu artinya, kau harus segera memindahkannya ke tempat yang aman! Arasseo, nae dongsaeng?” ucap Hyung-nya sambil menggerak-gerakkan tangannya, lalu beranjak dari kasur dan keluar dari kamar Sehun.
Sehun menatap ponselnya yang masih menampilkan foto Kim Yeon Ha. “Geurae! Hyung benar! Aku harus segera memindahkannya ke tempat yang aman!”. Sehun mengangguk-ngangguk mantap.
Sehun membuka pintu dan berteriak sekerasnya, “Hyung! Gomawo!”. Sontak seluruh penghuni rumah terlonjak kaget dan memandangi hyung-nya Sehun. “Ada apa dengannya?” tanya ibu Sehun. Hyung Sehun hanya terkekeh pelan dan berkata “Sepertinya dia sangat berterima kasih padaku, omma.”. Ibunya mendengus lalu menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. “Omma senang kalian akur.”
***