home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Marion Tower

Marion Tower

Share:
Author : gerryzolaxana
Published : 07 Jun 2015, Updated : 07 Jun 2015
Cast : All Members of EXO, Rachel Wu, SM Family | Additional Cast: Mariah Carey
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |4018 Views |1 Loves
Marion Tower
CHAPTER 3 : Inferno

Jauh di bawah lantai 70, tepatnya di basement. Pemeriksaan rutin dilaksanakan. Beberapa engineer terlihat memeriksa kondisi gedung; mulai dari kondisi pipa air, gas, kabel listrik, jalur telepon dan internet. AC, pemanas, dan spring-wrinkler juga tak luput dari inspeksi.

Saat sedang asyik-asyiknya memeriksa semua infrastruktur penting Marion Tower, seluruh engineer dikejutkan oleh suara sirene yang terdengar meraung berulang kali dari arah ruang sistem komputer.

Mesin pembangkit listrik terlalu panas karena hampir seluruh lampu baik di luar maupun dalam gedung dinyalakan secara bersamaan atas permintaan pemilik gedung guna memukau tamu undangan dan para wartawan dari seluruh dunia. Ini menyebabkan sistem komputer menara Marion menjadi malfungsi.

Sialnya, kejadian malfungsi tersebut mempengaruhi sistem lainnya. Sebuah stasiun pemasok gas untuk puluhan lantai di atas ikut mengalami malfungsi juga, tekanan gas berlebih memaksa masuk kedalam pipa. Hingga membuat pipa patah dan terjadi kebocoran. Menyebarkan gas ke seluruh sudut basement tempat pondasi dan infrastruktur penting Marion Tower berada.

Semua engineer yang berada disitu langsung mengambil tindakan darurat dengan mematikan semua mesin yang aktif. Namun sayang, gas sudah terlanjur menguap melalui lubang ventilasi ke seluruh basement dan lantai 1 hingga lantai 5.

Bau gas di lingkungan Atrium tidak tercium, karena tersamar oleh wangi parfum dan bunga yang ada di seluruh penjuru Marion Tower. Membuat tidak ada satu orang 'pun yang curiga.

"Beruntung! Semuanya masih bisa dikendalikan!", ujar salah satu engineer gedung.

"Saya tidak mau sampai terjadi sesuatu yang bisa membuat pak Frederick marah besar...", sambung yang lain.

Awalnya semua terkendali seperti sedia kala. Hingga 1 jam berlalu dan salah satu teknisi mengaktifkan kembali beberapa mesin yang dianggap penting untuk kinerja Marion Tower.

Akibat mendapat beban berlebih untuk kedua kalinya secara mendadak, mesin pembangkit listrik mengalami shock hingga mengalami korsleting.

Ledakan terjadi. 

"BLAAAARRRR!!!!!",

Satu dari sepuluh mesin pembangkit listrik utama meletup keras. Membuat semua engineer dan teknisi panik bukan kepalang. Asap mengepul memenuhi seluruh besement.

Api berkobar membakar mesin yang masih menyala. Guncangan hebat melanda basement dan 2 lantai diatasnya. Namun atrium Marion Tower tidak tersentuh guncangan tersebut, sehingga orang-orang yang ada disana tidak sadar kalau mereka dalam bahaya.

Korsleting semakin hebat membuat api juga semakin menyala.

Gas yang masih menggantung di dalam ventilasi udara dan langit-langit di lantai 1 sampai 5 akhirnya tersulut api.

"WOOOSHHHHH!!!! BLAAAAMMMMMMM!!!!!", rentetan ledakan terjadi kembali.

Api langsung menyambar mobil-mobil yang terparkir di P1 hingga P4. Satu per satu mobil yang ada disitu meledak. Membuat api menjadi tidak terkendali.

Water sprinkler langsung menyala deras. Mengguyur semua daerah di basement.

"BLAAARRRRRRRR!!!!", ledakan kali ini terjadi di atrium Marion Tower.

Kubah kaca besar yang terdapat di bagian tengah langit-langit atrium hancur dalam sekejap. Menjatuhkan ribuan pecahan kaca ke  orang-orang yang ada dibawahnya.

Besi timpa penopang kubah langsung bengkok dalam sesaat, menyebabkan lampu gantung yang menghiasi atrium lepas. 

Lampu tersebut langsung terjun bebas, menghancurkan mini Oasis yang tepat berada dibawahnya. Air kolam tumpah ruah ke seluruh lantai dasar atrium. Tidak hanya mini Oasis yang hancur, pilar-pilar yang ada di lantai 1 dan Lantai marmer yang terkenal sangat susah pecah 'pun turut remuk setelah terhantam lampu gantung tersebut.

Ledakan terus menerus terjadi, membakar ruang tunggu klasik yang ada disekitar mini Oasis. Perabotan mahal dalam ruang tunggu tersebut musnah dilumat api.

Celakanya, pilar-pilar yang sebelumnya hancur akibat lampu gantung yang jatuh itu ternyata mempunyai fungsi untuk menahan beban 10 lantai diatasnya.

Pondasi atrium perlahan-lahan ringkih. Satu per satu patung dewi yunani yang terpahat di pilar tertekan hingga hancur.

Lukisan picasso yang terpatri di langit-langit, juga ornamen rumit yang menghiasi setiap dinding kayu di atrium Marion kini rusak tak berbentuk.

Surga yang kini ditawarkan oleh Marion Tower berubah menjadi di neraka. Arsitektur mewah yang semula menawarkan pemandangan indah juga berubah menjadi mesin pembunuh yang siap memusnahkan apa saja yang tersentuhnya.

Ledakan besar kembali terjadi. 3 mesin utama pembangkit listrik Marion Tower meledak. Api yang berkobar langsung menyambar stasiun gas yang letaknya beberapa meter dari mesin pembangkit listrik, hal ini memicu api dengan mudah merambat ke stasiun gas lainnya di lantai 7, lantai 15, lantai 46 dan lantai 65.

Bola api langsung melesat keluar gedung, meruntuhkan atap kaca di pintu masuk ke lobby utama Marion Tower.

Kejadian ini spontan menjadi bahan berita untuk seluruh media di dunia. Wartawan yang kebetulan ada di avenue hall Marion Tower langsung mengambil gambar kebakaran yang melanda lantai satu hingga lantai lima menara Marion.

"Api!! Ada api keluar dari lobby Marion!!! Cepat ambil gambarnya!!", kata salah satu reporter.

"Marion Tower kebakaran!!! Hubungi kantor pusat! Kita akan meliput langsung sekarang juga!!", ujar reporter lainnya.

Blitz kamera kembali menghujani Marion Tower.

Suasana riang gembira yang semula tercipta kini berubah jadi jerit tangis. Banyak pengunjung Marion yang terluka. Bahkan meninggal terbakar, atau tertimpa benda-benda yang berjatuhan dari belasan lantai diatasnya.

Kali ini guncangan benar-benar terasa di seluruh lantai.

"Waaaaaaa!!!!!", para tamu di lantai 70 berteriak ketakutan.

Pegawai Marion yang sudah tahu kejadian ini langsung mengungsikan pemilik gedung ke tempat yang lebih aman. Kini semuanya menjadi tanggung jawab Rachel Wu. Karena dia adalah manager umum di Marion Tower, sehingga mau tidak mau dia yang harus mengambil keputusan setelah pemilik gedung dan asistennya tidak ada di tempat.

Api berhasil masuk ke dalam pipa gas. Menghantar ledakan lainnya ke stasiun gas di lantai 7, lantai 15, lantai 46 dan lantai 65.

Pipa air yang mengalirkan air untuk water sprinkler patah akibat ledakan lainnya. Membuat air tidak lagi mengalir ke sistem pemadam.

Water sprinkler mati. Api menjadi semakin leluasa menyebar.

Marion Tower kini menyala terang. Menyala dengan api yang berkobar hebat.

5000 orang yang ada di dalam Amartapura Grand Ballroom panik setelah tahu kalau Marion kebakaran. Mereka berlari kesana-kemari untuk menyelamatkan diri, situasi ini membuat panitia bingung bukan kepalang. Panitia juga dibuat pusing karena semua orang tidak mengindahkan peraturan yang sudah dibuat. Mereka tidak diperbolehkan menaiki elevator pada saat kebakaran terjadi, namun para tamu tetap memaksakan diri untuk menggunakan elevator, hingga terjadi penumpukan di elevator hall.

Petugas keamanan yang ada di lantai bawah memberitahu semua pegawai termasuk Rachel yang berada di lantai 70 kalau api akan merembet ke ballroom. Karena lantai 65 sampai lantai 67 kini terbakar habis.

Setelah diberi tahu informasi itu, Rachel mengambil inisiatif untuk mengevakuasi seluruh tamu VIP ke top floor dibantu dengan pegawai Marion lainnya. Disana sudah ada helikopter yang menunggu. Namun sial bagi para personel EXO. Mereka tidak berada di tempat tamu VIP berada. Para personel EXO kembali ke parissian cafe, untuk beristirahat sebentar sehabis tampil. Padahal lantai 65-67 sudah terbakar.

Hal ini membuat semua panitia salah menghitung jumlah tamu VIP. Mereka pikir, para personel EXO sudah duluan di evakuasi oleh panitia lainnya.

Sirene terdengar di seluruh penjuru gedung.

"Alert! Please evacuates the building as soon as possible. This is not a drill... Alert!...", suara dari P.A. terdengar berulang-ulang.

"Gawat! Bagaimana ini? Gedung ini kebakaran!", D.O. menunjuk ke lantai dibawahnya lewat jendela besar di cafe tersebut.

Dibawah lantai 68, api terlihat berkobar hebat, bergabung dengan asap hitam pekat yang mulai mengepul keluar dari gedung.

"Cepat keluar dari sini! Lewat tangga darurat!!", teriak salah satu pegawai cafe.

Beruntung, di cafe tersebut tidak terlalu dipenuhi banyak orang; hanya ada 25 orang termasuk pegawai cafe. Sehingga, proses evakuasi bisa dilakukan secara cepat.

Mereka semua berlari ke arah pintu darurat, namun saat pintu dibuka oleh salah satu tamu, api langsung menyambar kearah kumpulan para survival. Semua orang langsung berusaha menutup lagi pintu darurat dengan cepat. Supaya api tidak menyebar di lantai 68.

"Sial!! Api sudah sampai ke lantai ini!", Xiumin terlihat sangat khawatir setelah tadi melihat api yang sudah berkobar hebat di belakang pintu darurat.

Para pegawai cafe dan tamu lainnya segera beranjak pergi dari tempat kejadian, meninggalkan para personel EXO yang kebingungan.

Di lantai itu, regulasi penyelamatan ditulis dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sehingga menyulitkan mereka untuk membacanya.

"Aisshh! Coba lihat ini, jalur evakuasi ditulis dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Aku tidak terlalu pintar bahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia. Bagaimana ini hyung?", tanya Kai panik pada D.O.

"Jinjeonghae! Aku bisa bahasa Inggris! Coba minggir sebentar, biar kulihat apa yang tertulis di papan itu", ujar D.O. mendekati papan regulasi penyelamatan.

D.O. mulai membaca perlahan.

Raut muka D.O. berubah menjadi pucat pasi, membuat member EXO lainnya kebingungan dan panik.

"Wae?? Ada apa?? Apa yang tertulis disana?", tanya SuHo penasaran.

D.O. diam.

"Kenapa kamu diam saja? Daedaphae!! Palli!", Luhan semakin penasaran.

Dengan suara bergetar, D.O. menjawab;

"K, kita terjebak. Satu-satunya akses darurat untuk naik atau turun hanya tangga ini..."

"Jangan bercanda! Gedung sebesar ini hanya punya satu akses tangga darurat?!!", pekik Tao.

"Kenapa panitia belum ada yang datang kemari?", Chen mulai ketakutan.

Suara pecahan kaca mulai terdengar dari balik pintu darurat.

"Praangg!!! Krassshhh...",

Suara besi berjatuhan 'pun terdengar keras dan sangat menyeramkan.

"Se, sebaiknya kita menjauhi pintu ini. Aku khawatir akan meledak. Kita tidak tahu apa yang terbakar di balik pintu ini...", Chanyeol mengajak para member menjauh.

"Tapi kita harus kemana?", Kai bertanya penuh harap.

"Kita kembali ke kamar! Ayo cepat!", Sehun memberi usul.

"Tidak ada waktu untuk berpikir! Ayo cepat ke kamar Chen!", ajak Baekhyun.

Mereka berlari secepat mungkin menjauhi area yang terbakar. Tanpa mereka sadari, disamping pintu darurat ada parissian cafe, tempat favorit EXO selama di Marion, yang memiliki bar besar dengan stok ratusan minuman alkohol berkadar rendah dan tinggi.

Ketika melewati ruangan kebugaran, Kai berhenti di salah satu tempat spa yang memiliki bak kayu besar. Terlihat disana, air bak mulai mendidih. Menandakan api dibawah ruangan itu sudah sangat besar.

"Lihat! Air dalam bak kayu itu mendidih!", Kai menunjuk ke arah ruangan Aquatic Spa.

"Kita tidak mungkin kebawah. Kita harus kembali ke grand ballroom! Aku yakin, manager hyung masih ada disana mencari kita!". sambungnya dengan nada panik.

"Aku setuju dengan Kai, kita tidak bisa menunggu di kamar, kita harus secepatnya menemukan jalan keluar untuk naik keatas!", timpal Xiumin.

"Tapi bagaimana cara menghubungi manager hyung? Semua ponsel kita tertinggal di cafe tadi", Baekhyun mengingatkan.

"Sialan! Aku terlalu panik, sehingga lupa dengan barang-barang kita!", Chanyeol mengutuki dirinya sendiri.

"Nado!", ujar Tao, Xiumin, dan Lay bersamaan.

Hawa di Zeus Arena semakin panas. Keringat terlihat mulai bercucuran dari pelipis setiap member.

"Ah! Aku bawa ponsel ku yang satu lagi! Tertinggal di tasku dalam kamar!", tiba-tiba D.O. berteriak.

"Ah! Jinjjayo?", tanya Sehun lega.

"Benar! Aku belum sempat membereskan sisa barangku, ponsel ku yang satu lagi masih ada di saku bagian dalam tas aksesoris, bercampur dengan mp3's player dan headphone!", ujar D.O.

"Ayo ke kamar D.O.!!" SuHo berlari diikuti member lainnya.

Asap mulai menyebar ke dalam Zeus Arena.

Kai mulai sesak nafas.

"Uhuk!! Uhukk!!", nafas Kai tersenggal-senggal.

"Tahan Kai! Tahan! Sebentar lagi kita sampai ke dalam kamar!", Lay memberi semangat. Padahal dirinya 'pun sudah sesak.

Akhirnya mereka sampai di kamar D.O. dan Kai. 6805B. D.O. segera menggesek kartu, dan memencet pass.

"Trek...", pintu kamar terbuka.

Semua member lantas masuk ke dalam kamar.

Chen lalu menutup pintu kamar secepat mungkin.

SuHo langsung mengambil selimut di atas kasur, dan berlari kearah kamar mandi. Menyiram selimut tadi hingga semua bagian basah dengan sisa air yang ada di bathtub.

Setelah semuanya dianggap sudah basah, SuHo kembali ke pintu masuk, dan menyumbat lubang kecil di bawah pintu dengan selimut itu. Guna menghalangi jalan masuknya asap ke dalam kamar.

D.O. juga terlihat berlari menuju kamarnya diatas. Melempar benda-benda tak penting di tasnya dan akhirnya menemukan ponsel miliknya yang tertinggal.

"Ini dia! Syukurlah benar-benar ada!", D.O. menghembuskan nafasnya lega.

"Guys! Aku menemukan ponselnya! Kita bisa...", belum selesai D.O. berbicara, tiba-tiba dari luar kamar...

"BLAAAAAARRRRRRRR!!!!!!", suara ledakan terdengar kencang.

Parissian Cafe terbakar habis. Semua minuman keras berkadar alkohol tinggi yang ada di Bar dalam Cafe itu mendidih karena panas hingga akhirnya meledak, menyebarkan api ke semua tempat. Bahan kayu jati yang semula tidak mudah terbakar kini menjadi gampang sekali tersulut api karena tersiram minuman beralkohol. Dedaunan Ivy yang merambat di dinding Cafe membuat api semakin mudah menjalar ke setiap sudut ruangan. Hingga api akhirnya menjalar ke dalam dapur Cafe.

Sekitar 15 tabung gas yang ada di dalam dapur terancam meledak.

Lantai 68 bergetar hebat. Semua kaca mozaik dan patung-patung porselen, juga koleksi guci berharga ratusan juta rupiah di setiap kamar dan sudut ruangan hancur berkeping-keping.

"Ya Tuhan! Suara ledakan tadi...", pekik Baekhyun ketakutan.

"Asalnya dari luar kamar. Kita benar-benar kehabisan waktu. Kalau tidak segera lari dari lantai ini, kita bisa terpanggang hidup-hidup!", SuHo melanjutkan.

"Cepat telepon manager hyung! Saluran telepon di gedung ini sudah putus. Sepertinya stasiun telepon disini sudah hangus terbakar!", pinta Xiumin pada D.O. yang sedaritadi mengenggam erat ponsel miliknya.

"Ba, Baiklah... Tunggu sebentar!" D.O. segera menekan 8 digit nomor ponsel managernya.

"tuut... tutt... tuutt..", nada sambung terdengar.

"Tersambung! Ponsel manager hyung masih menyala!", D.O. memberitahu semua member yang masih berharap cemas.

2 menit berlalu, tapi tetap saja manager hyung tidak mengangkat ponselnya.

"Bagaimana ini? Manager hyung tidak mengangkat ponselnya", D.O. mulai khawatir.

"Kalu begitu kita harus menelpon siapa lagi??", Chanyeol berpikir keras.

"Rachel. Rachel Wu! Coba telepon dia! Kartu namanya dibagikan waktu hari pertama kan?!", tiba-tiba Lay teringat akan Rachel.

"Benar juga!", pekik D.O. sambil berlari ke arah lemari dvd di lantai bawah.

"Ada! Ada!! Ini kartu namanya!", D.O. mengacungkan kartu kecil berukuran se-telapak tangannya yang tak kalah mungil.

D.O. kembali menekan 10 digit nomer ponsel Rachel Wu.

"tuut... tutt... tuutt..", nada sambung kembali terdengar.

"Halo?", suara Rachel yang terengah-engah terdengar bercampur dengan suara teriakan lainnya.

"Yeoboseyo!!! Anii, Hallooo!! Hallooo!!!", D.O. sedikit berteriak, suara Rachel sulit terdengar akibat suara berisik di belakangnya.

"Yaa! Ini siapa??", tanya Rachel lagi.

"Aku D.O.!! Kami dari EXO. Kita masih tertinggal di Zeus Arena! Cepat tolong kami!!", pinta D.O., air matanya mulai membendung. Rasa takut semakin menjadi saat suara ledakan semakin mendekati kamar mereka.

"Mwoo?!!!! Kalian masih di Zeus Arena?!!! Bukankah kalian sudah di evakuasi pertama?!!", jerit Rachel. Dirinya kini diam terpaku. Langkahnya semakin berat saat tahu EXO, yang menjadi tanggung jawabnya, masih terperangkap 2 lantai dibawahnya.

"Kami tertinggal di Zeus Arena karena sebelum kebakaran terjadi kami sedang mengambil break di parissian cafe seperti biasanya", D.O. memberi penjelasan.

"Astaga!! Jadi semua member EXO masih ada di lantai 68?? Eeh,  tu, tunggu dulu... Bukankah lantai itu jadi pusat api??", tanya Rachel semakin khawatir.

"Benar! Suhu dilantai ini semakin panas! Cepatlah, kami tidak tahu sampai berapa lama lagi kami bisa bertahan! Akses untuk ke pintu darurat 'pun sudah terbakar, kami tidak bisa kemana-mana", D.O. memberi tahu.

"Baiklah! Aku akan mengabarkan yang lainnya! Kalian tenang saja. Tetap diam di tempat kalian berada sekarang, aku akan mencoba membawa beberapa orang untuk menjemput kalian", Rachel mencoba menenangkan D.O.

"Kami ada di kamar 6805B! Palliii!!!", D.O memberitahu dimana tempat EXO berkumpul.

Setelah itu, sambungan telepon terputus. Rachel bertindak cepat, dengan segera ia berlari kembali ke arah belawanan. Mencari pintu darurat yang ada di belakang grand ballroom.

Rachel menyibak semua orang yang masih berada di lantai 70. Dirinya meminta panitia lainnya untuk tetap membantu para tamu mengungsikan diri ke top floor, dan menunggu helikopter menjemput dari helipad di puncak gedung. Sementara dirinya harus menjemput EXO yang tertinggal.

Saat dirinya menemukan pintu darurat dan membukanya, asap hitam langsung mengepul ke arah Rachel membuat Rachel sesak nafas.

"Uhukk!! Uhukk!!! Aduh, gawat! Satu-satunya cara kebawah hanya lewat tangga darurat ini!", Rachel bingung bukan kepalang.

"Oh! Benar juga, aku baru sadar ada tangga lainnya di Bougenville Plaza!", Rachel teringat akan sesuatu.

Dirinya kembali berlari. Kini tempat yang ia tuju adalah sebuah mall besar di gedung itu. Rachel ingat kalau ada eskalator dalam mall yang menembus 4 lantai dibawahnya, yang berarti, lantai pertama mall itu ada di lantai 66, dan pasti ada pintu masuk yang berada di lantai 68.

Suara sepatu tinggi Rachel mengetuk lantai menggema di sepanjang hallway gedung. Keringat menetes sedikit demi sedkit, membasahi gaun berwarna hijau turquoise milik Rachel.

Akhirnya ia sampai di mall tersebut. tulisan 'Bougenville Plaza' terlihat kokoh menempel di dinding batu pualam yang terletak tepat di luar pintu masuk mall. Mall itu terlihat berantakan. Barang-barang berjatuhan dimana-mana. Kaca-kaca berhamburan tak berbentuk di seluruh lantai mall.

Rachel langsung mencari hydrant station. Dia memecahkan bufet kaca, tempat senter berada dengan stick softball yang berada di dekatnya. Untuk berjaga kalau saja tiba-tiba lampu dalam gedung mati.

Lantas, dia mencari eskalator yang ada di dalam mall itu. Lagu instrumen masih terdengar dalam mall yang kini sepi. Lampu-lampu mulai korslet. Sebentar nyala, sebentar mati membuat Rachel pusing.

Akhirnya dia menemukan eskalator yang dicari. Eskalator itu sudah tidak berfungsi, menjadikannya hanya seperti tangga biasa.

Rachel sadar dia tidak bisa sendirian ke bawah, jadi dia mencoba menghubungi anak buahnya lewat handphone, namun sayang, tidak ada satu 'pun yang meresponnya.

"Mereka sibuk menyelamatkan semua orang", pikir Rachel dalam hati.

"Tapi aku akan kehabisan waktu kalau hanya terus menunggu. Aku akan coba kebawah sendirian saja...", Rachel memberanikan diri.

Walau asap mulai terlihat membumbung dari lantai bawah mall. Rachel tetap berjalan. Perlahan.

"Uhuk!! Uhukk!! Astaga, asap-nya tebal sekali!!", Rachel mencoba menutup hidungnya dengan tangan, namun asap tetap saja terhirup olehnya.

Dirinya mencari apa saja yang bisa menghalangi asap untuk tidak terhirup. Dan dia menemukan sebuah syal berbahan organza dari salah satu manekin di mall tersebut. Rachel segera menariknya, dan membalut bagian bawah mukanya dengan syal tadi, menutupi mulut dan hidung sehingga asap yang terhirup bisa diminimalisir.

Suara dentuman ledakan mengiringi jalannya Rachel menyusuri setiap lantai mall itu hingga sampai di lantai 68.

Beruntung, tidak berapa lama kemudian, Rachel menemukan papan bertuliskan 'Welcome to Bougenville Plaza. You're at 68th Floor - West Wing Entrance'.

"Ini dia! Lantai 68!", pekik Rachel girang.

Dirinya segera berlari keluar dari mall.

Perasaan ngeri semakin menjadi setelah Rachel melihat pemandangan di depannya.

Beberapa koleksi mobil Rolls Royce di depan mall hancur tertimpa salah satu pilar gedung, dinding kaca di setiap sudut mall juga pecah berkeping-keping, plafon gedung berjatuhan, lampu-lampu mengeluarkan percikan api. Sebuah patung besar dewi Aphrodite terbelah menjadi beberapa bagian akibat terhantam balkon lantai atas.

Tempat yang semula mewah kini perlahan musnah.

Ditambah lagi asap tebal yang mengepul dimana-mana, menambah kesan seram di lantai itu. Asap juga membuat jarak pandang semakin pendek.

Rachel berlari sekencang mungkin untuk menemukan Zeus Arena, tempat dimana kamar EXO berada.

Hallway yang terbentang di lantai 68 layaknya labirin. Dalam keadaan gelap dan dipenuhi asap seperti ini, mustahil untuk orang yang tidak tahu denah gedung bisa keluar dari lantai itu. Berbeda dengan Rachel yang sudah hapal dengan tata letak ruang di lantai 68. Dengan cekatan, dia menyusuri setiap liuk ruangan dan sampai di Zeus Arena.

Dinding kaca yang membatasi Zeus Arena dengan area publik kini sudah hilang, meninggalkan serpihan tajam yang masih menempel di pinggir dinding.

Kabel-kabel dan bagian plafon yang rusak 'pun terlihat bergelantungan di sepanjang koridor menuju kamar EXO.

Nomor kamar yang menempel di pintu tidak bisa terlihat karena suasana di Zeus Arena gelap.

Rachel akhirnya beteriak sekencang mungkin memanggil nama member EXO.

"D.O.!!! Kai! Lay!!!!", jerit Rachel melengking. Namun suasana tetap bergeming. Tidak ada sahutan balasan.

"SuHo!!! Luhaan! Baekhyunn!! Chanyeooll!!", Rachel kembali menjerit.

Samar-samar suara Rachel terdengar oleh Chen.

"Hei! Apa kalian mendengar itu? Sepertinya ada suara seseorang diluar sana yang memanggil SuHo hyung...", ujar Chen membuat beberapa member yang sedang mengirim sinyal dengan senter ponsel lewat jendela berlari mendekati arah pintu kamar.

SuHo menempelkan kupingnya di pintu. Benar! Ada seseorang yang memanggil nama member EXO.

"Xiumin!!!! Tao!! Chenn!! Sehunnn!!!!", suara Rachel mulai terdengar jelas.

"Itu suara Rachel! Dia sampai disini!", SuHo menyingkirkan selimut yang menghalangi pintu masuk, lantas membuka pintu.

"Rachel!! Kami disiniii!!!!", SuHo ikut berteriak seperti Rachel.

"Aku kesanaa!!", jawab Rachel kemudian.

Suara ketukan sepatu tinggi Rachel kembali terdengar menggema. Suara itu semakin, dan semakin dekat dengan kamar tempat EXO berada. Akhirnya terlihat juga batang hidung Rachel yang terlihat pias kelelahan.

"K, kau sendirian? Dimana yang lain??", tanya Xiumin heran.

"Orang-orang sedang mengungsi ke lantai atas, seluruh panitia membantu mereka. Jadi hanya aku yang kesini. Kita akan dibantu oleh pihak gedung yang lain setelah ada di ballroom. Jadi ayo cepat naik ke lantai 70!", Rachel mengajak semua member pergi.

"Jangan gila! Kau tahu kan akses tangga darurat terbakar! Mana mungkin kita bisa naik ke atas!? Lagipula, bagaimana caramu datang ke lantai ini?", tanya Chanyeol.

 

"Bougenville Plaza. Disana ada eskalator yang bisa kita gunakan ke lantai 70. Aku lewat sana tadi. Sebelum sampai disini aku sempat melihat api mulai menjalar ke mall itu! Jadi cepatlah!!", Rachel mencoba membujuk member EXO supaya mengikutinya.

"Pantas saja semua orang yang bersama kami tadi hilang entah kemana. Mungkin mereka naik keatas lewat mall itu. Kurang ajar! Mereka sama sekali tidak peduli dengan kita!", ujar Sehun kesal.

"Ba, Baiklah! Ayo guys! Cepat keluar dari sini!!", perintah SuHo disusul oleh anggukan dari member lainnya.

Akhirnya semua member dan Rachel berlari menuju ke arah mall.

"Omo! Lihat itu! Cafe favorit kita lebur oleh api!", Baekhyun menunjuk ke arah parrisian cafe yang kini sudah terbakar ditelan api.

"Pallii!! Tidak ada waktu untuk melihat-lihat!", Chanyeol menarik Baekhyun yang masih tertegun memperhatikan api yang menyala dengan hebatnya.

Setelah melewati pecahan kaca, hawa panas mematikan, asap tebal, percikan api, dan reruntuhan langit-langit koridor, mereka sampai juga di dalam mall.

"Rolls Royce?!!", kini gantian Chanyeol yang menjerit kaget melihat mobil klasik para jutawan itu remuk tertimpa bagian bangunan yang runtuh.

"Yaaa!!! Kamu yang bilang kalau tidak ada waktu untuk melihat-lihat, sekarang malah kamu yang takjub melihat mobil hancur itu! Baboo!!!", Baekhyun marah-marah.

"Ah! Mianhaee~", tukas Chanyeol sambil menggaruk kepalanya.

Kini Rachel dan para member EXO sudah berada di depan eskalator mall.

"Ini dia! Ayo cepat naik!" ajak Rachel menyuruh para member EXO untuk naik terlebih dahulu.

Xiumin, Luhan, Tao, Lay, Chen menaiki tangga eskalator satu per satu.

SuHo menyuruh Rachel untuk naik menyusul member EXO lain yang terlebih dahulu naik keatas.

Semula Rachel menolak, namun setelah dibujuk, akhirnya Rachel menyerah dan naik disusul SuHo. Namun...

"PSYUHHHHH!!!!! BLAAAAMMMMMM!!!!!!!", suara desis disusul ledakan besar terjadi, menimbulkan bola api raksasa yang menyebar ke berbagai arah.

Ternyata 15 tabung gas yang ada di parrisian cafe tersentuh api dan meledak, menyemburkan api ratusan derajat ke segala penjuru di lantai 68. Melelehkan apa saja yang dilaluinya.

Lantai 68 kini kembali bergetar. Lebih hebat dari sebelumnya.

Kamar para member EXO dilumat api dalam sekejap tidak menyisakan sedikut 'pun barang yang selamat.

Zeus Arena kini benar-benar hancur. Api juga semakin membesar mendekati mall.

Semua member EXO langsung berpegangan pada selusur eskalator.

Kreeekk... Suara besi penyangga tangga berjalan itu terdengar bengkok. Selusur kaca eskalator juga mulai retak perlahan.

"Tahan!!! Jangan bergerak! Eskalator ini mulai rapuh akibat goncangan tadi. Aku yakin kekuatan eskalator ini tidak se-stabil sebelumnya!", SuHo berteriak mengingatkan semua orang.

"Satu per satu!! Semua orang jalan perlahan. Ingat! Satu per satu! Jangan bersamaan bergerak. Kai, D.O., Baekhyun, Chen, Chanyeol, Sehun tunggu dibawah dulu!!", pinta SuHo layaknya pemadam kebakaran handal.

Xiumin yang pertama kali sampai di lantai 69. Disusul Luhan, Tao, dan Lay.

Kini yang berada di dalam ambang bahaya adalah Rachel dan SuHo yang masih berada di tengah-tengah eskalator yang mulai bengkok itu.

"Kriieeett.....", suara besi penyangga mulai terdengar lagi.

Rachel mempercepat langkahnya. Dengan hati-hati dia menapaki setiap anak tangga, hingga akhirnya sampai di lantai 69.

Xiumin, Tao, Luhan, Lay, dan Rachel segera menjulurkan tangan untuk membantu SuHo.

"Cepatlah! Cepat!!!", Tao berteriak gemas.

"KLANGG!!!!", besi penyangga eskalator patah membuat tangga berjalan itu putus menjadi dua bagian.

Bagian atas eskalator langsung terjun bebas menimpa semua yang ada dibawahnya.

Sedangkan bagian bawah eskalator masih menyangkut di lantai 68. SuHo bergelantungan di eskalator itu.

"Hyungg!!!!!!!!", D.O. berlari menekan sisa eskalator yang menyangkut.

"Jangan lepaskan peganganmu!!!", Xiumin mencoba menemukan apa saja yang bisa menolong SuHo.

"Tahan!!! Jangan banyak bergerak!", Kai mengingatkan.

Kini SuHo benar-benar terancam keselamatannya. Dia bergantung dengan kedua tangannya pada selusur eskalator.

Lantai dibawahnya bertebaran kaca dan besi runcing yang siap menusuk tubuh SuHo kapanpun dia jatuh.

Sisa air dari spring-wrinkle yang rusak membasahi bagian karet selusur eskalator, membuatnya menjadi licin.

Rachel yang melihat kejadian itu langsung mencari serpihan kaca, lantas merobek bagian bawah gaun panjangnya. Dibantu oleh Lay, dan Tao, mereka menyambung sobekan gaun  dengan tirai yang ada di mall itu, sehingga membentuk tali panjang.

"KRAAKK!!", baut yang menahan badan eskalator perlahan longgar dan patah. Tidak kuat menahan beban SuHo.

"Tangkap ini!!!", Luhan melempar tali 'buatan' yang dibuat Rachel, Tao dan Lay.

Ternyata tali tersebut terlalu pendek untuk menjangkau SuHo.

Chen yang melihat itu langsung berteriak pada Luhan,

"Hyung!! Lempar kain itu pada kami!!!"

"Baiklah!!! Jangan sampai meleset!!", ujar Luhan.

Luhan mengambil langkah sejauh tiga petak ubin, berlari hingga ujung lantai yang runtuh, lantas melempar gulungan kain pada Chen yang sudah bersiap menangkap gulungan itu.

"Dapat!!!", seru Chen sambil menggenggam gulungan kain tersebut.

"Suho hyung!! Ambil kain ini!!", Chen kembali melempar gulungan itu.

Gulungan kain yang kini berubah fungsi jadi tali tersebut jatuh tepat di hadapan SuHo, lantas SuHo segera membelit kain itu ke tangannya.

"KRAAAK... KRAAAAAAKKK...", besi peyangga semakin bengkok.

Saat SuHo mencoba naik ke atas tangga eskalator, besi penyangga 'pun runtuh.

"KATSSS!!!", suara kabel putus terdengar keras sekali.

Beruntung, SuHo sudah melilit gulungan kain tadi, sehingga dirinya selamat.

Eskalator yang jatuh itu lantas jatuh menghantam 2 jembatan, dan mendarat sempurna di tengah-tengah atrium mall. Menghancurkan keramik marmer hingga berkeping-keping.

D.O, Sehun, Chen, Chanyeol, dan Kai langsung menarik SuHo kembali ke tempatnya.

"Hyung!!!", D.O., berlari memeluk SuHo sesampainya dia diatas.

Chanyeol, Sehun, Chen, dan Kai jatuh tersungkur kelelahan. Napas mereka terdengar menderu. Dada mereka juga mulai sakit, karena menghirup banyak asap.

"Tenanglah, aku sudah selamat. Gomawo chagiya", SuHo balik memeluk D.O. erat. Tangannya mengusap kepala D.O.

"SuHo!!! Apa kau baik-baik saja?!!", Xiumin berteriak dari lantai 69.

"Gwenchanaa!!!", balas SuHo sambil melambaikan tangannya.

"Tetap disana!!! Aku akan mencoba mencari bantuan!!", Rachel mencoba menenangkan member EXO yang masih tertinggal dibawah.

"Cari hydrant station terdekat!! Bawa tabung pemadam dan senter kemana saja kalian pergi! Paham?!", suara Rachel mulai habis karena dipakai teriak terus menerus.

"Cepatlah!! Jangan terlalu lama!! Cepat naik keatas!! Asap dan api mulai mengepung kami disini!!", ujar Chanyeol.

"Apakah kalian akan baik-baik saja dibawah sana?!", tanya Lay khawatir.

"Kokjjeongmal!", tidak ada satu 'pun member EXO yang mudah terluka! Kita kuat seperti baja! ingat itu!!", SuHo mencoba membuat Lay tidak khawatir.

"Ba,baiklah! Kami akan membawa bala bantuan secepatnya kesini...", sambung Tao.

"Coba untuk tetap hidup! Kami akan kembali!!", ujar Rachel sembari membawa pergi Tao, Lay, Xiumin, dan Luhan.

Mereka 'pun pergi dan perlahan menghilang dibalik reruntuhan gedung. Meninggalkan D.O., SuHo, Baekhyun, Chanyeol, Sehun, Chen, dan Kai sendirian.

"Aku akan mencari tabung pemadam untuk berjaga-jaga", Chen bangkit berdiri.

"Jangan berpencar! Kita tidak hapal daerah ini, kita harus bersama!", SuHo melarang Chen untuk pergi.

"Kalau begitu, kita pergi bersama saja. Bagaimana?", tanya Chen.

"Yang penting kita tidak terpisah!", jawab SuHo.

Saat akan berdiri, rasa nyeri menyerang bagian perut SuHo.

"Aakkhhh!!!", SuHo mengerang kesakitan.

"Hyung?? Ada apa?!", tanya D.O. panik.

Badan SuHo ambruk dalam pelukan D.O., yang saat itu masih merangkul SuHo.

"Hyung!!!!", Baekhyun berteriak.

"Apa kau terluka hyung?", tanya Kai sambil memegang perut SuHo.

Sesuatu mengalir membasahi tangan D.O. yang sedang menahan SuHo agar tidak jatuh berbaring. Darah.

"Hyung...", muka D.O. terlihat merengkut membuat Kai bingung.

"Museun ireyeo?", tanya Kai.

"Li, lihat ini...", ujar D.O. sambil memperlihatkan tangannya yang kini bersimbah darah SuHo.

Chen, Sehun, Baekhyun dan Chanyeol terperangah.

D.O. segera membuka jas dan kemeja SuHo.

Ternyata di daerah pinggang SuHo ada pecahan kaca yang cukup tebal menancap lumayan dalam.

"Sepertinya kaca tersebut menusuk tubuh SuHo hyung saat dia terjatuh dari eskalator barusan", Baekhyun mulai cemas melihat keadaan hyungnya.

"B, bisa jadi", Kai terlihat kebingungan.

Chanyeol segera berlari ke arah smart LCD di seberangnya. Disana ada map yang berisi letak ruangan dan denah lantai 68.

Ketika sedang mencari-cari informasi tentang lantai 68, dirinya melihat sebuah tulisan 'medical clinic'.

"Ada klinik di lantai ini! Mungkin disana kita bisa menemukan sesuatu yang bisa menghentikan darah SuHo hyung", ujar Chanyeol membuat member lain merasa sedikit lega.

"Tapi dimana tempatnya?", tanya Sehun.

"Tidak jauh dari mall ini. Aku akan memotret map ini supaya kita tidak tersesat. D.O. hyung, coba pinjam sebentar ponselmu", ujar Chanyeol.

Segera, Chanyeol menekan tombol shutter dan akhirnya mereka memiliki salinan map lantai 68 tersebut.

"Bantu aku membopongnya!", perintah D.O.

Chanyeol dan Sehun langsung mengangkat tubuh SuHo bersamaan. Memapahnya berjalan untuk mencari klinik terdekat.

"Jangan lupa tekan lukanya dengan kain ini, supaya tidak mengeluarkan darah lagi", ujar D.O., tangannya mengambil pecahan kaca dan merobek jasnya.

Chen, Baekhyun dan D.O., memimpin di depan. Chanyeol dan Sehun mengikutinya sambil terus memapah SuHo.

Mereka lupa kalau Rachel sudah memperingatkan untuk tetap di dalam mall, supaya bala bantuan bisa dengan mudah mendapati mereka. Namun solidaritas EXO terlalu besar, mereka tidak mau kehilangan sang leader. Cara apapun mereka tempuh supaya SuHo bisa selamat.

"Lihat gedung ini. Berbeda sekali dengan yang pertama kali kita lihat. Semuanya jadi rusak!", ujar Sehun.

"Aku masih penasaran, apa yang terjadi dengan Marion sampai bisa hancur seperti ini", sambung Baekhyun.

Mata semua member yang tersisa tidak henti-hentinya menengok ke kanan dan ke kiri. Mereka masih tidak percaya dengan keadaan Marion. Gedung mewah yang sebelumnya berdiri anggun, kini hitam legam dan rusak berat.

D.O. dengan teliti melihat map yang ada di ponselnya.

"Astaga, gedung ini benar-benar seperti labirin. Mengerikan sekali kalau sampai tersesat disini. Tidak ada saluran telepon, tidak ada pasokan air, api dan asap dimana-mana, dan tidak ada orang sama sekali", D.O. menggaruk-garuk kepalanya.

"Belum lagi tempat ini makin lama makin redup. Semoga kita bisa sampai di klinik sebelum lampu di lantai ini benar-benar padam", gumam Chen pelan.

"BLLAAAMMMMM!!!!!!", suara dentuman terdengar sangat kencang.

Kerikil-kerikil kecil berjatuhan.

"Ledakan tadi terdengar dari belakang. Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus kembali ke mall secepatnya!", Chanyeol mengingatkan.

Langkah kaki para member semakin cepat, mereka khawatir kalau keadaan SuHo semakin memburuk.

Setelah melewati beberapa hallway, akhirnya Baekhyun melihat tulisan 'medical clinic' di ujung koridor.

"Itu dia kliniknya!", pekik Baekhyun sambil menunjuk sebuah pintu kaca besar di ujung hallway.

"Baiklah! Cepat bawa SuHo hyung kedalam!", pinta D.O.

Chen segera membuka pintu klinik. Beruntung, klinik itu baik-baik saja. Tidak ada kerusakan apapun. Sehingga para member tidak mengalami kesulitan.

Sehun dan Chanyeol segera membaringkan SuHo di atas kasur. Wajah SuHo terlihat sangat pucat, keringat dingin mengucur tak berhenti membasahi tubuhnya. Nafasnya juga tersenggal, membuat para member lannya menjadi semakin was-was.

D.O. segera melepas jas miliknya. Mencuci tangan dengan air seadanya dan meraih beberapa perlengkapan medis di lemari penyimpanan.

"Apa kamu tahu apa yang kamu lakukan hyung?", tanya Chen.

"Aku pernah melihat tayangan Dr. Oz. Semoga ini berhasil. Atau, kamu memiliki ide yang lebih baik dari ini?", D.O. bertanya balik pada Chen yang kini hanya bisa diam.

D.O. kembali membuka kemeja putih SuHo dengan perlahan, mengambil sobekan kain yang sebelumnya berguna untuk menutup luka dan mencabut pecahan kaca tersebut dengan hati-hati.

Darah langsung mengalir keluar, D.O. langsung menekan luka tersebut dengan kain kasa yang sebelumnya sudah diberi alkohol.

SuHo menjerit kesakitan.

Baekhyun tidak kuat melihatnya sehingga memutuskan untuk berbalik badan.

Chanyeol, Sehun, dan Chen hanya bisa ikut meringis melihat hyung mereka kesakitan seperti itu.

Setelah darah mulai sedikit yang keluar, D.O. membersihkan tepian luka dan mengolesinya dengan krim. Lantas, menutup kembali lukanya dengan kain dan menggulung pinggangnya dengan perban besar.

"Ambilkan air minum untuk SuHo hyung. Dia sepertinya dehidrasi", pinta D.O. pada Baekhyun yang berdiri paling dekat dengan dispenser.

"Baiklah!", ujar Baekhyun sembari bergegas mengambil gelas dan menuangkan air dari dispenser.

"Minum ini hyung, kamu terlihat buruk sekali!", pinta Baekhyun seraya menyodorkan gelas.

SuHo minum seteguk demi seteguk. Kini rasa sakitnya berkurang, tenggorokannya 'pun sudah lebih baikkan.

"Gomawo", SuHo berterima kasih. Kepalanya terlihat sedikit menunduk.

"Apa hyung sudah kuat berdiri?", tanya Chanyeol cemas.

"Tunggu sebentar lagi", ujar SuHo.

Setelah mengumpulkan tenaga, SuHo akhirnya bisa berdiri kembali dibantu oleh Chanyeol dan Sehun.

"Baiklah, ayo kita keluar dari tempat ini!", usul SuHo.

Betapa terkejutnya mereka saat pintu klinik dibuka. Kini api sudah membakar langit-langit koridor tempat dimana klinik berada. Mereka sudah terlalu lama di dalam sana, sehingga tidak mengawasi keadaan diluar. Satu-satunya cara adalah menerobos api untuk keluar dari situ.

"Tidak ada cara lain. Kita harus melewati api ini kalau tidak mau terbakar disini!", ujar Chen.

D.O. langsung mengambil sebuah tas kain, dan memasukan beberapa obat-obatan, kain kasa, dan peralatan P3K lainnya.

Sedangkan Baekhyun langsung menarik beberapa tirai kain dan membasahinya di kamar mandi klinik. Setelah itu, kain basah tadi digunakan untuk melindungi badan dan muka dari api dengan cara melilitkannya menutupi tubuh.

"Apa kalian siap??", tanya Chanyeol. Matanya tajam melihat api yang berkobar di depannya.

"Siap!", sentak Chen, D.O. dan Baekhyun.

"Go!!!!", Chanyeol memberi aba-aba untuk segera berlari.

Berhasil! Mereka semua bisa menyebrangi api tanpa terkena api sedikit 'pun.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK