Kini Chanyeol memimpin di depan. Dia berjalan sangat cepat namun ekstra hati-hati. Ledakan sebelumnya membuat Chanyeol dan yang lainnya semakin waspada. Maklum saja, api yang berkobar bisa membumbung tinggi tiba-tiba dan melumat mereka dalam waktu hitungan detik.
Asap yang mengepung mereka juga sudah semakin tebal, namun sebelumnya Baekhyun sudah memikirkan masalah ini. Dia sudah menyiapkan beberapa lembar kain yang sebelumnya sudah dibasahi oleh air waktu di klinik tadi. Ini membuat mereka bisa bernafas tanpa khawatir menghirup asap CO2 sekalgus melindungi badan dari panas dan api.
“Hyung, apa kau baik-baik saja? Tidak merasa sakit?”, tanya Baekhyun pada SuHo yang raut wajahnya kini terlihat pucat.
“Gwenchana~ kau tahu hyung mu ini kuat kan?”, ujar SuHo menenangkan namdongsaengnya supaya tidak khawatir.
Para member berjalan dengan perasaan tidak karuan. Mereka kebingungan untuk mencari jalan masuk kembali ke dalam mall.
Sepanjang mereka berjalan, tidak ada tanda-tanda kehidupan dari manusia lainnya. Hanya mereka 6 yang tertinggal disana. Sendirian, tanpa ada bantuan.
Saat mereka sedang serius memperhatikan keadaan sekeliling, Chanyeol menghentikan langkahnya, membuat member lainnya pun berhenti.
“Gawat!”, seru Chanyeol.
“Ada apa?”, tanya Chen yang masih berselimutkan kain basah.
“Selama kita berkeliling tadi, tidak ada satu pintu masuk pun yang aku temukan. Kita tidak bisa kembali ke dalam mall. Bagaimana ini?”, tanya Chanyeol kepada semua member.
“Sial! Sudah susah payah sejauh ini berjalan, tetap buntu juga...”, Sehun mulai hilang kesabaran.
Kai segera meletakan badan SuHo di sebuah sofa yang ada di hallway yang mereka tempati sekarang.
D.O. segera memberi SuHo minum supaya hyung-nya itu tidak dehidrasi.
“Minumlah hyung. Pelan-pelan”, bujuk D.O.
Tangannya memegang botol minum dan menuangkannya ke dalam mulut SuHo secara perlahan. Lantas SuHo mulai meminumnya.
“Uhuk! Uhukk!!!”, SuHo tersedak. Luka di perutnya mulai terasa nyeri lagi.
“Sehun! Tolong pegang ini”, pinta D.O. seraya memberikan botol minum tadi.
“Oh!”, Sehun lantas mendekati D.O. dan mengambil botol minum tadi lantas menggantikannya untuk merawat SuHo.
D.O. langsung beranjak menjauh dari SuHo dan Sehun. Dia menarik Chanyeol, Chen, Baekhyun, dan Kai untuk ikut dengannya.
Dengan suara sedikit berbisik, D.O. mulai mengungkapkan kekhawatirannya.
“Bagaimana ini? SuHo hyung tidak bisa diajak jalan lebih jauh lagi dengan keadaanya yang seperti itu. Aku juga khawatir kalau nanti luka di perutnya terbuka lagi. Itu akan membahayakan SuHo hyung...”, ujar D.O. pelan.
“Aku juga bingung. Aku sudah mencari akses jalan masuk ke dalam mall, tapi tidak bisa aku temukan celah satu ‘pun. Dengan begini Rachel dan yang lainnya pasti akan sulit untuk menemukan kita disini”, sambung Chanyeol.
“Belum lagi ruangan ini buntu. Mau kembali ‘pun akan sangat sulit sekali”, lanjut Chen.
Kebingungan benar-benar melanda mereka yang tersisa di lantai 68. Satu hal yang mereka tahu pasti. Nyawa mereka terancam.
Saat Baekhyun dan yang lainnya mencoba untuk berpikir bagaimana cara keluar dari ruangan itu, mata Baekhyun tertuju pada satu objek yang tertutup oleh reruntuhan bingkai kayu di depannya. Objek yang mungkin bisa membantu mereka keluar dari hallway tersebut.
“Choge...”, ujar Baekhyun.
“Wae? Ada apa?”, tanya D.O.
“Itu...”, jawab Baekhyun.
“Itu apa?”, tanya Chanyeol. Dirinya segera mendekati Baekhyun.
“Memang tidak terlalu kelihatan sih, tapi coba perhatikan... Bukankah itu sebuah pintu?”, tanya Baekhyun lagi.
“Chanyeol dan D.O. menyipitkan matanya. Dan...”
“Itu pintu!!”, jerit D.O. girang.
Sebuah objek yang dilihat Baekhyun tadi ternyata memang sebuah pintu. Pintu ganda. Seperti pintu masuk lainnya kedalam mall.
Chen, Sehun, Kai dan SuHo lantas menoleh ke arah D.O.
“Pintu?? Jinjjaa?!”, Chen tak percaya.
“Ya! Bantu aku mengangkat bingkai kayu itu!”, pinta Chanyeol kepada member lainnya.
“Baiklah!”, seru Chen, Sehun dan Kai bersamaan.
Chanyeol segera melepas beberapa plafon yang tersangkut menghalangi pintu tersebut. Sedangkan Sehun dan Kai mencoba untuk menarik bingkai kayu yang menutupi sebagian daun pintu. D.O. dan Baekhyun juga ikut membantu melempar serpihan lainnya yang ada di depan pintu ganda tersebut.
Benar saja, saat semua benda yang memblokir pintu tersebut hilang, terlihat tulisan “'Welcome to Bougenville Plaza. You're at 68th Floor – East Wing Entrance”. Pintu masuk lainnya menuju mall.
“Kita selamat!!!!”, pekik Baekhyun girang disusul dengan ‘Assaa!’ dari member lainnya.
Belum selesai mereka menjerit kegirangan, Kai menyadari sesuatu yang aneh dari pintu tersebut.
"Ng? Bagian bawah pintu ini kok bercahaya?", gumam Kai dalam hati.
“T,tunggu sebentar...”, ujar Kai sambil membungkuk.
“Wae? Kenapa Kai?”, tanya D.O. heran.
“Lihat itu, dibelakang pintu ini... Kok ada cahaya terang sekali?”, jawab Kai. Dirinya mencoba untuk mendekati pintu ganda tersebut.
"Mungkinkah bantuan??", ceplos Chen membuat Kai semangat untuk membukanya.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Ayo kita buka pintunya", Kai segera mendekati pintu ganda tersebut.
Saat tangannya membuka pintu, Kai mengerang kesakitan. Handle pintu tersebut sangat panas.
"CSSSSHHHHH....", suara desis terdengar kencang.
“Arrgghhhh!!!”, suara Kai terdengar nyaring.
“Ah! Ada apa?”, tanya Baekhyun. Muka senangnya berubah menjadi panik setelah melihat Kai mengerang kesakitan sembari memegang tangannya yang melepuh.
“Jangan! Jangan buka pintu ini!”, Kai melarang semua member untuk mengutak-atik pintu ganda tersebut.
“Waeyeo?”, tanya Chen. Dahinya mengerut.
“Api. Dibelakang pintu ini ada api kan?”, sanggah Chanyeol. Badannya menghadap pintu yang sebelumnya akan dibuka.
“Iya! Aku tadi memegang handle pintu itu dan sangat panas. Panas sekali! Lihat, tanganku melepuh...”, ujar Kai sembari memperlihatkan tangannya yang sedikit hangus terbakar.
“Omo!!! Kai! Kenapa kau tidak bilang?! Cepat obati! Nanti bisa infeksi!”, D.O segera membuka tas kain yang sebelumnya ia bawa dari klinik tempat SuHo dirawat. Dalam tas itu banyak macam-macam obat yang D.O. bawa untuk berjaga-jaga.
“Api? Lantas bagaimana kita bisa keluar dari sini?!”, tanya Sehun bingung.
"Oh iya! Bagaimana kalau kita pecahkan saja kaca jendelanya? Kita minta bantuan dari sana. Kita lempar barang-barang yang ada disini untuk menarik perhatian orang-orang di bawah...", Sehun memberi ide.
"Jangan...", sela SuHo.
"Ng? Wae??", tanya Sehun sedikit kecewa lantaran ide-nya di tolak.
"Coba kamu dekati kaca jendela itu. Perhatikan baik-baik...", pinta SuHo pada Sehun.
"Untuk apa?", Sehun bingung.
"Sudahlah, coba dekati saja...", SuHo menyuruh Sehun untuk ke dua kalinya.
Sehun akhirnya mendekati kaca jendela seperti yang disuruh oleh SuHo.
Sehun mulai memperhatikan kaca jendelanya. Matanya mulai menyipit. Menilik tiap sudut jendela.
Tak selang berapa lama, Sehun menemukan sesuatu yang janggal.
"Igeo... Hyung, kau benar. Ada yang aneh dengan kacanya...", ujar Sehun. Kini tangannya menempel di jendela.
"Aneh? Apa yang aneh??", tanya Baekhyun.
"Kacanya bergetar...", jawab Sehun.
"Lantas? Mungkin kacanya bergetar akibat ledakan yang dari tadi terjadi. Bukan hal yang aneh kan?", Baekhyun mencoba realistis.
"Kau salah Baekhyunie. Kacanya bergetar bukan karena ledakan. Tapi karena adanya tekanan udara dalam ruangan ini", SuHo menjelaskan.
"Benar kata SuHo hyung. Kalau ada tekanan udara disini, kita tidak bisa memecahkan kaca jendelanya", sambung Chanyeol.
"Kenapa?", kini Kai yang bertanya.
"Aku pernah menonton Discovery Channel. Mereka bilang kalau kita memecahkan kaca jendela waktu sedang terjadi kebakaran. Api yang ada dalam ruangan akan terhisap keluar dan membakar semua yang ada di sekitarnya", papar Chanyeol.
"Itu terjadi karena oksigen di luar ruangan akan memancing api untuk membakarnya".
"Terus? Bagaimana sekarang? Kita terjebak disini mau sampai berapa lama lagi?", Baekhyun mulai kehilangan semangatnya.
Mereka semua kembali tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Memikirkan jalan keluar untuk semua masalah ini.
Tenaga mereka sudah terkuras terlalu banyak. Mereka terlalu lelah untuk mencari pintu lain. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan api dan macam-macam reruntuhan yang harus mereka lewati.
Baekhyun hanya bisa duduk disamping sofa yang ditiduri SuHo. Chanyeol, Sehun dan Chen berdiam diri di dekat jendela. Sedangkan Kai hanya bisa mondar-mandir di sepanjang hallway tempat mereka berada bersama D.O.
Rasa panik, ketakutan dan ngeri menghantui mereka semua saat ini.
Saat semua member terdiam, tiba-tiba suara seperti desing pistol terdengar dari ujung hallway, disusul api yang membumbung tinggi.
“PSSYYUUUUU!!!! BLAAAARRRRRRRRR!!!!!!!!”, ledakan yang entah untuk berapa kalinya kembali terjadi.
“What the...”, mata D.O. terbelalak menyaksikan pilar beton ambruk terlumat api di depan mata kepalanya sendiri.
“Kalau kita diam disini, aku yakin kita semua mati seketika!”, Chen mulai gusar melihat api yang perlahan mendekati mereka semua.
"Sudahlah! Pecahkan saja jendelanya. Dengan begitu, pintu masuk ini akan terbuka dan api yang ada di dalamnya akan terhisap keluar gedung!", Kai sudah tidak bisa berpikir panjang lagi.
“Ya kalau api tidak membesar setelah kita buka pintunya. Kalau ternyata apinya merambat ke seluruh ruangan ini bagaimana?”, tanya Chanyeol menolak mentah-mentah ide konyol Kai.
"Lihat, kita punya 5 tabung hydrant. Kalau apinya mulai membesar, kita padamkan saja dengan alat pemadam itu...", jawab Kai.
"Kai... Apa kau tidak lihat api yang menyala di seluruh sudut gedung ini besarnya seperti apa??", tanya Chanyeol lagi.
“Tapi... apa ada opsi lainnya?”, ujar Kai yang kini sudah bersiap-siap mengambil tabung hydrant yang menempel di dinding belakangnya.
“Sayangnya tidak ada...”, jawab Chanyeol pelan.
“Tak ada pilihan lagi! Kita harus mencoba membuka pintu itu!”, Sehun buka suara.
“Benar! Lebih baik mati mencoba daripada mati berdiam diri!”, sambung Baekhyun.
Chanyeol yang semula tidak menyetujui ide gila Kai hanya bisa pasrah. Lama kelamaan, Chanyeol berpikir juga kalau mereka semua tidak punya pilihan lain selain bertaruh.
“Baiklah... Tutup semua badan kalian dengan kain yang kita pakai untuk melindungi dari api tadi! Aku akan memecahkan kacanya”, pinta Chanyeol setengah berteriak.
"Chanyeol-ah! Kau tahu kan ini misi bunuh diri?!!", tiba-tiba SuHo memperingatkan.
"Misi bunuh diri??", Baekhyun tertegun.
"Iya! Walaupun Chanyeol bisa memecahkan kaca jendela itu, api akan sangat cepat melesat keluar. Tidak ada waktu untuk dia melarikan diri...", cecap SuHo.
Chanyeol diam. Tangannya dikepal. Matanya nanar.
"Hyung... Jangan khawatir! Aku pelari yang handal. Aku bisa menjauh dari jendela itu secepat flash. Aku akan selamat...", gumam Chanyeol. Senyum lebarnya terlihat. Dia tidak mau membuat member lain menjadi mengurungkan ide tersebut.
Gagal. Upaya Chanyeol untuk mencairkan keadaan tidak berjalan lancar setelah Baekhyun mendengar kata-kata 'misi bunuh diri'.
Baekhyun mulai mendekati Chanyeol dan memegang erat lengannya.
"Chanyeolie... Aku mohon... Kita cari ide lain saja. M,mungkin ini ide yang buruk...", suara Baekhyun terdengar bergetar.
Wajah Baekhyun tertunduk.
"Hyung, kau tahu cuma ini satu-satunya kesempatan yang kita punya untuk masuk lagi ke dalam mall supaya Rachel-sshi bisa menyelamatkan kita kan?", Chanyeol memberi penjelasan.
Kini tangannya memegang tangan Baekhyun.
"Jebal... Aku tidak mau kau terluka seperti SuHo hyung...", Baekhyun mulai menatap Chanyeol.
"Hyung...", Chanyeol mencoba menenangkan Baekhyun dengan mengusap pundaknya.
"Hajima!! Jangan membujukku untuk mengiyakan ide gila ini. Aku menarik kata-kataku. Aku tidak setuju dengan ide ini!", mata Baekhyun mulai berlinang.
"Tapi...", ucapan Chanyeol berhenti saat Baekhyun memeluk Chanyeol.
"Jebal. Jebal! Jangan lakukan ini!!", kini wajah Baekhyun tenggelam di dada Chanyeol.
"Hyung, aku janji. Aku sendiri yang akan mengantarmu keluar dari Marion Tower...", tangannya mendekap punggung Baekhyun.
Baekhyun melepaskan pelukannya.
"Eottokhae?!"
"Bagaimana kamu bisa berjanji kalau kau yang akan mengantarku keluar dari tempat ini. Padahal sekarang kamu mau melakukan aksi bunuh diri?!! Bagaimana?!!! Bagaimana kau bisa berjanji seperti itu Chanyeol!!!", suara Baekhyun melengking tinggi.
Member lain tidak bisa berbuat apa-apa. Yang merasa paling bersalah adalah Kai. Karena dialah yang mengangkat ide ini.
"Kalau kau tidak ada, bisa kamu bayangkan bagaimana aku nanti Chanyeolie?", tanya Baekhyun. Matanya sembab.
Chanyeol diam.
Kini senyumnya mengembang lagi. Dia tidak tahu kalau Baekhyun sangat membutuhkannya. Mengkhwatirkannya.
"Hyung... Apa aku pernah sekali. Sekali saja. Bisa berbohong padamu?", tanya. Chanyeol sambil mengusap air mata di pipi Baekhyun.
"Tidak...", jawab Baekhyun.
"Apa aku pernah mengingkari janjiku sendiri?", tanya Chanyeol lagi.
"Belum pernah...", Baekhyun mulai merenggangkan tangannya.
"Jadi?", Chanyeol mengusap kepala Baekhyun.
"Kau akan menepati janjimu...", jawab Baekhyun. Kini tangannya sudah tidak lagi mengenggam lengan Chanyeol. Ketakutan Baekhyun sedikit mereda.
"Chanyeolie, aku pegang janjimu. Kamu sendiri yang akan mengantarku keluar dari tempat ini...", kini Baekhyun mulai tenang.
"Benzeng! Aku bersumpah!", Chanyeol memeluk Baekhyun.
"Nah, sekarang menjauhlah dari sini. Setelah memecahkan kaca ini, aku akan lari ke arahmu hyung...", Chanyeol menyuruh Baekhyun untuk melangkah pergi.
"Ba,baiklah...", perlahan kaki Baekhyun mulai berangsut menjauh. Namun matanya tetap melihat Chanyeol. Tidak bergerak.
"Chingudeul! Cepat bersembunyi di belakang sofa yang ditiduri oleh SuHo hyung!", perintah Chanyeol.
"Baik!!", Sehun menyahut.
"Kai, bantu aku membopong SuHo hyung. Bawa dia kebelakang sofa!", pinta D.O.
"Ne!", Kai mulai menghampiri SuHo dan D.O.
"Angkat badannya pelan-pelan!", D.O. memberi aba-aba.
"Hana... Tul...", Kai menghitung mundur.
"Set!!", D.O. dan Kai mulai mengangkat badan SuHo.
"Aaarghhhhh!!!", SuHo berteriak kesakitan.
"Hyung ayo kita juga bersembunyi...", ajak Sehun pada Chen.
"Jangan lupa menutup badan kita dengan kain ini...", Chen mengambil kain yang sedari tadi dibawa Baekhyun untuk menahan panas.
Saat tangannya meraih kain itu, Chen menyadari sesuatu.
“Gawat! Kainnya mulai mengering karena panas. Kalau begini caranya, kita tidak bisa melindungi diri...”, papar Chen sembari mengibaskan kainnya.
"Sialaaann!!! Kenapa setiap ada kesempatan, pasti ada masalah yang muncul?!!”, ujar Sehun gemas.
"Sudah biar saja! Kainnya masih agak basah! Mungkin kita masih bertahan... Kita tidak punya banyak waktu lagi. Api di ujung sana mulai datang kemari!", tegas D.O.
Baekhyun yang melihat itu langsung sadar kalau dia dan member lainnya tidak bisa bertahan lama kalau hanya ditutupi kain yang mulai mengering itu.
Baekhyun putar otak.
Ia melihat sekeliling dan menemukan sebuah akuarium besar yang menempel di dinding hallway.
Tanpa berpikir dua kali, Baekhyun langsung meraih pipa besi yang berserakan di sekitarnya dan langsung berlari ke arah akuarium itu.
"Baekhyun!! Kau mau kemana?!!!", sahut Chen.
Baekhyun tidak menjawab Chen.
Dengan cekatan, dia mulai meraba akuarium.
"Yak!! Kacanya tidak terlalu tebal! Gampang untuk dipecahkan...", gumam Baekhun.
Lantas, dalam satu ayunan yang sangat kuat. Baekhun mulai menghantamkan pipa besi ke arah akuarium.
"Aaaisshhh!!!!!!!!", tangan Baekhyun yang memegang pipa besi mengarah kepada kaca akuarium.
"KRRAAASHHHHH!!!", kaca akuarium mulai retak. Mengeluarkan sedikit air.
Baekhyun mulai menghajar lagi kaca akuarium itu dengan pukulan kedua dan pukulan ketiganya.
"PECAHLAAHHHH!!!!", Baekhyun mengeluarkan seluruh tenaganya.
"PPRAAAAKKKK!!!", pukulan terakhir berhasil membuat retakan mulai membesar dan melebar ke sudut akuarium.
Tak selang berapa lama, suara dentuman terdengar kencang.
"BRUUUSHHHHHHHH...", ribuan air galon berhasil keluar dari akuarium, menghempaskan Baekhyun. Air mulai menyebar ke seluruh ruangan. Menggulingkan beberapa perabotan yang ada di hallway.
Susah payah, Baekhyun bangkit setelah tergulung air berulang kali. Rasanya seperti terhantam ombak di laut.
"Kita sudah cukup basah!!! Lakukan sekarang Chanyeoliee!!!!!", Baekhyun berteriak pada Chanyeol. Suaranya bercampur dengan deburan air yang masih turun dari akuarium.
Chanyeol segera mengangkat sebuah kursi kayu dan melemparnya ke arah kaca jendela.
"AAAARRGGGHHHHHHH!!!!!"
Kursi yang dilempar Chanyeol melayang sempurna.
"BBRRRAAAAANNNNGGGGG!!!!!", kaca jendela itu pecah.
Sialnya, kaca yang pecah bukan saja kaca jendela yang diarah oleh Chanyeol saja, namun seluruh barisan kaca jendela yang ada juga ikut-ikutan runtuh.
Angin mulai masuk ke dalam ruangan. Menghisap semua yang ada di ruangan seperti jet ke luar gedung. Memporak-porandakan semua barang yang berada di sekitarnya.
Karena angin bertiup terlalu kencang, Chanyeol jadi susah untuk bergerak. Ditambah lagi, kini ada air yang menggenang di seluruh penjuru lantai. Hal ini membuat kaki Chanyeol selalu terpleset bila dia bergerak. Chanyeol hanya bisa menjauh dari jalur api sejarak 1 meter saja.
Pintu yang dianggap menjadi jalan masuk menuju mall mulai berderap.
Tak lama kemudian, pintu terbuka berikut bola api yang ikut melesat keluar.
Karena kaca jendela yang pecah bukan hanya satu, api yang melesat keluar pun menjadi menyebar luas ke seluruh ruangan. Api juga mengarah ke Chanyeol yang masih berusaha berlari ke arah Baekhyun.
Terlambat. Chanyeol sudah tidak bisa bergerak lagi.
Bola api yang mengarah padanya seperti kereta yang siap membabat habis badan Chanyeol.
Chanyeol hanya bisa menutup matanya.
Kenangan Chanyeol bersama keluarga dan para member lainnya berputar seperti roll film. Dimana dia sedang berlibur bersama ibu, ayah dan eonni-nya, dimana dia pertama kali di audisi oleh SM, dimana dia mulai gabung dan debut bersama EXO, dimana dia mulai masuk acara televisi, program musik, dan variety shows.
Chanyeol mengingat semuanya. Mengingat janjinya pada Baekhyun, mengingat senyum dari tiap member, SuHo, Chen, Kai, D.O., Baekhyun, Sehun, Lay, Xiumin, Tao, Luhan, bahkan Kris.
"Maafkan aku hyung...", gumam Chanyeol dalam hati
Muka Baekhyun terus terbayang. Senyum hyungnya itu manis sekali.
Chanyeol kini pasrah. Menunggu maut menjemputnya.
Selagi menunggu dirinya habis terbakar, tiba-tiba badannya terdorong.
"BRUKKK", badan Chanyeol jatuh terjelembab.
Api berputar di atas kepala member, membakar bingkai jendela dan menghancurkan dinding di atas para member membuat beberapa serpihan langit-langit hallway berjatuhan ke bawah. Lampu-lampu yang menempel di langit-langit pun ikut rusak.
Semenit kemudian, api mulai mengecil karena sudah keluar melewati jendela.
"Apa aku sudah mati? Rasanya cepat sekali. Api nya bahkan tidak panas", Chanyeol masih menutup matanya dan berpikir dia sudah tamat.
"Tapi... Kenapa aku jatuh seperti ini? Apa aku terlempar? Terus kenapa punggungku basah?", Chanyeol mulai bingung.
"Deg...Deg...Deg...", ada suara detak jantung yang dirasakan oleh Chanyeol.
"Loh? I,ini degup jantung siapa??", tanya Chanyeol dalam hati.
Penasaran, Chanyeol mulai membuka matanya perlahan.
Betapa terkejutnya Chanyeol saat matanya terbuka. Dia melihat orang lain yang berada di depannya. Terbaring di dada bidangnya.
Karena redup, Chanyeol tidak bisa melihat jelas siapa yang sedang berbaring di dadanya. Chanyeol lantas mengibaskan rambut orang itu.
"B,Baekhyun?!!!!", Chanyeol kaget bukan kepalang.
Chanyeol segera mengangkat tubuh Baekhyun. Lantas menaruhnya di lantai.
"Baekhyun!! Baekhyun!!!!", Chanyeol mengguncangkan badan Baekhyun.
"Bangun Baekhyun!!", kini tangannya menampar pipi Baekhun hingga merah. Namun Baekhyun tetap bergeming. Diam.
"Baekhyun!!!", kini Chanyeol panik.
"Memberdeul!!!", Chanyeol langsung melambaikan tangannya ke arah member lain yang masih di belakang sofa. Dirinya meminta bantuan.
D.O., Kai dan Sehun segera berlari dan menghampiri. Chanyeol. Sedangkan Chen tetap menjaga SuHo. Sebenarnya, SuHo ingin menghampiri Chnyeol dan Baekhyun, namun Chen mencegahnya. Chen tetap meminta SuHo untuk tidak banyak bergerak dulu.
"Baekhyun!! Chanyeolieee!!!!", SuHo benar-benar ingin menghampiri namdongsaengnya.
"Ada apa??", tanya Kai. Nafasnya menderu. Matanya melotot melihat Baekhyun tergolek lemah tak berdaya di samping Chanyeol.
"Hyungmu tidak bergerak. A,aku tidak tahu. Saat aku bangun, Baekhyun sudah ada di depanku. Dan su,sudah seperti ini...", ujar Chanyeol terbata-bata.
"Se,sebenarnya... Sebenarnya tadi Baekhyun berlari menjauh dari kami saat api datang. Aku pikir dia mau bersembunyi di tempat lain karena belakang sofa yang kami pakai untuk bersembunyi memang sempit. Maka dari itu aku tidak menghiraukannya. Ternyata dia lari untuk, untuk...", ucapan D.O. terhenti.
"Jadi dia melindungiku??", raut muka Chanyeol berubah.
Chanyeol segera memeluk Baekhyun erat. Tangannya merangkul punggung Baekhyun.
Chanyeol kaget karena saat meraba punggung Baekhun. Jasnya hangus terbakar.
"Baekhyun... Aku mohon bangun...", bisik Chanyeol.
"Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kamu begitu bodoh?", air mata Chanyeol jatuh.
"Ya, baboya...", Chanyeol mengusap rambut hitam Baekhyun pelan.
Tangan Chanyeol meremas jas Baekhyun yang hangus. Lantas mengguncangkan badan Baekhyun berulang kali.
"Baekhyun... Irona...", Chanyeol kini menangis.
D.O. dan Sehun jatuh terduduk. Sedangkan Kai langsung pergi menghampiri Chen dan SuHo sembari terisak.
"Baekhyun...", bisik Chanyeol lagi.
"BYUN BAEKHYUNNN!!!!!!!!", Chanyeol berteriak membuat gema di sepanjang hallway.
Melihat Baekhyun tidak bangun, hati Chanyeol remuk. Sakit. Sakit sekali. Bagaimana tidak? Baekhyun bukan hanya seorang hyung buat Chanyeol. Baekhyun itu sudah dianggap sebagai sahabat, orang yang sangat dekat dengan Chanyeol dan menjadi orang yang sangat Chanyeol jaga lebih dari member yang dia kenal.
Sedang dirundung awan mendung, tiba-tiba ada seseorang berceletuk.
"Sekhawatir itu kah?
Suara seseorang yang sangat dikenalnya terdengar jelas oleh Chanyeol. Membuat Chanyeol menengadah.
"Baek?", suara Chanyeol terdengar parau.
Chanyeol menghapus air matanya, menyeka keringatnya. Lantas memandangi Baekhyun.
"Wae??", tanya Baekhyun santai. Dirinya mencoba untuk bangun lalu duduk di hadapan Chanyeol.
"K,kau tidak apa-apa?", muka tegang Chanyeol mulai mereda. Tangannya mencengkram lengan Baekhyun.
"An aphayeo??", Kai berlari ke arah Baekhyun.
"G,gwenchana???", ujar D.O. & Sehun bersamaan.
"Gwenchana... Tapi badanku agak sakit setelah menubruk tiang listrik ini...", tangan Baekhyun menunjuk ke arah Chanyeol.
Chanyeol bukannya marah, tangan Chanyeol malah gemetaran. Mukanya dan kuping Chanyeol terasa panas. Matanya juga memerah memandangi Baekhyun.
"BABO!!!!", teriak Chanyeol pada Baekhyun membuat dirinya terlonjak.
Chanyeol segera memeluk Baekhyun sangat erat.
"Kau tahu? Saat kau tidak bangun tadi, dadaku sesak. Aku tidak bisa bernafas! Jantungku rasanya mau meledak!!! Kau bodoh Baekhyun, KAU BODOH!!!!", isak tangis Chanyeol meledak.
"C,Chanyeolie...", gumam Baekhyun dalam hati.
"Kalau kau tadi benar-benar tidak bangun lagi. Aku bisa gila Baekhyun. Aku bisa gila!!!! Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku akan merasa bersalah seumur hidup!", papar Chanyeol lagi.
Chanyeol mulai mengendurkan pelukannya, dan menghadap muka Baekhyun. Tatapannya serius.
"Wae? Kenapa kau melindungiku tadi Baek? Kau tahu itu berbahaya kan??", tatapan Chanyeol nanar.
"Amu munje eobseo! Aku tidak apa-apa kok...", Baekhyun mencoba membuat tenang Chanyeol.
"Bukan itu masalahnya! Aku tahu kau tidak apa-apa. Tapi aku mau tahu alasan kenapa kau melindungiku tadi!? Itu bisa membuatmu mati Baek!!", bentak Chanyeol.
"Apa perlu aku jawab Chanyeolie?", tanya Baekhyun sembari menepuk pundak Chanyeol.
"Apa aku harus membiarkanmu mati terbakar di depan kami semua? Apa aku harus melihatmu meregang nyawa di depan mataku sendiri?", jaawaban Baekhyun membuat Chanyeol diam.
"Kau tahu? Saat kau bilang kau akan menjagaku, aku merasa harus menjagamu juga. Sebab, kalau kau mati, bagaimana kau akan menjagaku nantinya?", papar Baekhyun.
Baekhyun berbicara seperti ini supaya Chanyeol tidak akan merasa bersalah lagi. Baekhyun tahu kalau Chanyeol itu tipe orang yang tidak suka menyusahkan orang lain. Sekali dia membuat susah orang lain, dia akan terus menerus memikirkannya. Padahal, alasan utama Baekhyun menolong Chanyeol karena Baekhyun tidak mau kehilangan Chanyeol.
"Baiklah. Aku akan menjagamu hyung. Tetaplah di belakangku...", Chanyeol memeluk Baekhyun sekali lagi lalu berdiri.
"Kalian ini benar-benar...", SuHo sudah tidak bisa mengomentari Chanyeol dan Baekhyun.
"Ternyata para shipper itu benar. ChanBaek itu real!", lanjutnya.
"Aku lega kau tidak apa-apa. Tapi apa punggungmu baik-baik saja? Kulihat jasmu hangus terbakar", ujar D.O.
"Mwo? Geurae??", pekik Baekhyun. Dirinya sama sekali tidak menyadarinya.
"Aaah, aku baik-baik saja. Lihat tidak ada yang luka kan? Hanya jas saja yang terbakar. Soalnya sebelum lari, kita semua sudah terguyur sama air akuarium itu kan?", Baekhyun memperlihatkan jas dan kemeja belakangnya yang terlihat sedikit hangus.
"Aku senang kau baik-baik saja hyung! Benar kata SuHo hyung, EXO tidak mudah terluka!", sambung Kai mengulangi kata-kata SuHo.
"Baiklah! Ayo kita masuk ke dalam. Aku sudah membawa tabung hydrant-nya. Jaga-jaga kalau nanti ada api lagi yang tiba-tiba menyembur!", ajak Chen pada member lainnya.
"Kajja!", ujar Chanyeol semangat, tangannya meraih tangan Baekhyun supaya tetap berjalan dibelakangnya.
Akhirnya semua member berhasil masuk kembali ke dalam Bougenville Plaza. Sesekali terlihat Chen, Sehun, Baekhyun menyemprotkan busa pemadam dari tabung hydrant ke beberapa titik api.
"Astaga, disini panas sekali. Bagaimana mungkin Rachel-sshi dan lainnya bisa kembali kesini? Kita saja sudah kelabakan untuk tetap bertahan di mall", pekik Chen.
"Sepertinya pertolongan tidak akan datang dalam waktu sebentar. Dengan keadaan seperti ini, mereka akan sangat sulit menemukan kita. Belum lagi tangga buat masuk ke dalam mall ini sudah tidak ada. Tangga darurat pun tidak bisa dipakai lagi...", tambah Chanyeol.
"Dimana lagi yah kita bisa menemukan jalan untuk naik ke atas. 1 lantai saja... Setelah itu kan kita bisa naik tangga lainnya ke lantai 70", Baekhyun ikut berpikir.
Baekhyun menaruh tabung hydrant yang ia bawa dan berlari ke arah balkon mall untuk melihat keadaan di lantai atas dan lantai bawah.
"Hyung! Kau mau kemana?!!", tanya D.O.
"Sebentar saja, aku mau lihat keadaan di mall ini...", jawab Baekhyun.
"Keadaan mall ini? Apa lagi yang kau harapkan hyung? Bukankah sudah terlihat jelas? Mall ini sudah hangus!", tandas D.O.
"Bukan itu maksudku. Aku mau lihat apa ada sesuatu yang bisa membantu kita naik ke atas lewat balkon ini. Siapa tahu ada benda yang bisa dipakai dari lantai bawah atau lantai atas...", balas Baekhyun lagi.
Kepala Baekhyun mulai menengadah dan menunduk. Baekhyun melihat-lihat ke sekelilingnya.
Saat Baekhyun mencari akal, member lainnya berjalan perlahan ke tempat yang lebih aman.
"Lihat, disana ada foodcourt. Ayo kita kesana dulu, ambil air untuk persediaan minum kita selagi menunggu pertolongan...", papar Kai girang.
"Baiklah. Ayo kita kesana. Sepertinya SuHo hyung juga sudah mulai kelelahan...", Sehun memapah SuHo bersama Chanyeol dan menaruhnya di sebuah kursi.
Setelah SuHo bisa duduk, Chen lalu menyuruh Kai untuk mengambil beberapa botol air mineral di sebuah restoran cepat saji yang ada beberapa meter di depan mereka. Sedangkan Chanyeol langsung menghampiri Baekhyun yang masih asik melihat-lihat.
"Baek!", Chanyeol memegang pundak Baekhyun.
"Apa yang kau temukan?", sambungnya.
"Nothing! Semuanya hanya barang-barang yang rusak berat.
"Chanyeolie, lihat itu!", Baekhyun menunjuk ke lantai di bawahnya.
Disana terlihat sekitar 15 outlet merek terkenal mulai dari Louis Vuitton, Fendi, Debenhams, Giordano, dan outlet terkenal lainnya habis dilalap api.
"Kebakaran ini parah sekali...", ujar Baekhyun.
"Sayang sekali kalau dipikir-pikir. Baru beberapa jam gedung ini dibuka, malah habis terbakar. Padahal besok pagi aku dengar Marion Tower dibuka untuk umum. Aku juga dengar dari Rachel-sshi, katanya lebih dari 80% ruangan di gedung ini; baik kantor dan apartment sudah terisi dan akan dipakai esok hari", tambah Chanyeol.
"Apa penyebabnya yah? Aku ingin tahu", Baekhyun mulai menopang tangannya di dagu.
"Makanya, kita harus bisa keluar dari sini supaya bisa lihat beritanya", Chanyeol kembali mengusap kepala Baekhyun.
"Aigoo~ padahal kita masuk ke dalam sini dengan anggun sekali, kenapa saat kita mau keluar dari sini malah jadi susah payah? Belum lagi keadaan SuHo hyung yang semakin memburuk. Lihatlah...", Baekhyun menunjuk ke arah SuHo yang terduduk lemas di bangku.