Cho' Family House, Seoul
7.30 am
Lee Na Ra sudah duduk manis di antara keluarga Cho. Gadis itu bahkan sudah nampak seperti bagian dari keluarga itu. Sementara Na Ra begitu berbahagia karena acara sarapan itu, Kyuhyun merengut kesal. Bagaimana tidak? Beberapa menit lalu Na Ra menggerutu dengan wajah luar biasa menyebalkan, sedangkan saat ini gadis itu tersenyum manis. Benar-benar nampak seperti gadis kecil yang penurut.
"Na Ra-ya mulai sekarang biarkan Kyuhyun yang mengantarmu ke kampus." Ibu Kyuhyun mengucapkan kalimat yang membuat baik Na Ra maupun Kyuhyun tersedak sarapan pagi mereka. Dengan panik, wanita paruh baya itu memberikan air minum pada keduanya, diikuti tawa berderai dari ayah dan juga kakak perempuan Kyuhyun.
"Eomma..Appa..bukankah mereka sangat manis? Hey..kenapa kalian berdua tidak berpacaran saja? Aku akan dengan senang hati menerima Lee Na Ra sebagai adik iparku." Cho Ahra berseloroh yang di balas anggukan mantap Mr dan Mrs Cho.
"Eonnie..apa kau terlalu banyak minum soju semalam?" Na Ra bertanya dengan ekspresi polosnya yang menggemaskan.
"Simpan impianmu itu noona! Siapa juga yang mau menjadi kekasihnya. Dia gadis keras kepala, dingin, gila kontrol, suka sekali tidur pagi hingga matanya sebesar mata panda, ah ya..dia sangat susah di bangunkan, aku bahkan harus meneriakinya setiap pagi agar dia tidak terlambat ke kampus." Kyuhyun menjawab cepat sementara Na Ra mendelik kesal. Berbanding terbalik dengan ekspresi kesal Na Ra, tiga orang lain di ruangan itu justru menatap keduanya dengan berbinar. Kyuhyun bukan pria yang pandai berkata-kata, tapi apa yang dikatakannya tentang Na Ra tadi sudah lebih dari ungkapan cinta tersirat. Bahwa Kyuhyun memperhatikan Na Ra sebanyak itu, hingga detail tanpa disadarinya.
"Kau tahu Kyu? Itu seperti ungkapan cinta?" Mr Cho menimpali sementara Kyuhyun memasukkan seiris daging ke mulutnya dengan ekspresi tak paham.
"Ungkapan cinta di jamanku dan jaman appa berbeda." Sergahnya setelah daging itu lenyap di mulutnya.
"Metaphore Cho Kyuhyun!" Ucap ayahnya lagi yang di balas Kyuhyun dengan mengedikkan bahunya.
"Tapi, eomma serius. Kau harus mengantarkan Na Ra ke kampusnya setiap hari."
"Tidak perlu ahjumma." Na Ra menjawab cepat, sementara Kyuhyun diam-diam menelan kekecewaanya. Dia tidak akan keberatan untuk mengantar dan menjemput gadis itu. Perdebatannya hanya sebatas gengsi, hal yang saat itu segera disesalinya. "Sudah ada Ahjussi Li yang akan mengantarkanku. Lagipula Cho ehm..maksudku Kyuhyun oppa kan juga sibuk." Na Ra menambahkan disertai senyum manis yang membuat Kyuhyun ingin muntah saat itu juga.
"Kau tidak perlu berpura-pura memanggilku oppa di depan orangtuaku." Pria itu berbisik ngeri di telinga Na Ra, yang hanya di abaikan gadis itu.
"Aigoo..kalian manis sekali. Na Ra-ya..kau harus segera menyelesaikan kuliahmu dan menikahi putra kami. Dia sudah lama menyukaimu." Mrs Cho berbicara dengan ekspresi berbinarnya, membuat baik Kyuhyun dan Na Ra tersedak untuk yang kedua kalinya pagi itu.
Tapi, diam-diam keduanya selalu bertanya-tanya dalam hati "apa mereka memang harus menikah?". Mereka bahkan tidak tahu seperti apa menikah itu. Karena mereka sudah begitu bahagia dengan apa yang mereka jalani. Mereka bahkan tidak berani membayangkan seperti apa masa depan. Masa depan dimana banyak kemung
**
08 PM
"Ra-ya, kau sedang apa?" Kyuhyun berteriak dari balkon kamarnya. Rumah Kyuhyun dan Na Ra memang sangat dekat, terutama kamar mereka yang sama-sama ada di lantai dua. Mereka seringkali berbicara dari balkon mereka masing-masing. Bukan berbicara tentu saja tapi perdebatan tiada henti. Perdebatan yang sebenarnya tidak ada penting-pentingnya. Dan terkadang jika emosi sudah menyelimuti keduanya, salah satu dari mereka akan melompat ke balkon yang lain, mencekik atau memaki seperti biasa. Tak pernah akur tapi juga tak sepenuhnya bertengkar.
"Ra-ya!!!" Kyuhyun berteriak lagi, dengan nada yang bisa membuat tuli siapa saja.
"Jangan berteriak Cho." Na Ra membuka pintu geser di kamarnya, melihat Kyuhyun yang sudah menghadap ke arah balkonnya dengan ekspresi puas sudah berhasil menganggu gadis itu.
"Salahmu sendiri mengabaikanku. Aku kan sudah memanggilmu daritadi."
"Aku sedang membaca buku, bodoh! Kau berisik sekali, tahu?"
"Sampai kapan kau akan berkencan dengan buku-bukumu? Memangnya kau tidak mau berkencan dengan pria? Aku misalnya?" Kyuhyun memamerkan senyum miring andalannya yang bisa membuat gadis-gadis pingsan, tapi Na Ra justru menampilkan ekspresi dinginnya yang mengerikan.
"Kau benar-benar sudah sinting."Maki Na Ra diiringi tawa keduanya yang berderai.
"Aku pikir aku akan menerima tawaran eomma." Na Ra menatap Kyuhyun lekat, meminta penjelasan. "Tentang mengantar dan menjemputmu ke kampus." Ujarnya, menjelaskan.
"Tidak perlu. Sudah ada ahjussi Li."
"Tapi, tetap saja kau akan lebih aman bersamaku. Kau tidak tahu? Sekarang angka kriminalitas sudah semakin bertambah. Kau bisa saja bertemu orang jahat di jalanan, lalu mereka menculikmu dan-"
"Khawatirkan dirimu sendiri Cho. Kau tidak lupa kan kalau aku pemegang sabuk hitam Judo?" Na Ra menyeringai, sedikit menyombongkan diri karena berhasil membuat Kyuhyun terdiam seketika.
"Kau luar biasa sialan Lee Na Ra."
"Terima kasih pujiannya Cho. Ngomong-ngomong, kau sedikit memaksa tentang mengantar-jemputku. Jangan bilang, kau ingin menghabiskan waktu bersamaku? Ah.. Kau menyukaiku kan?" Na Ra mengedip-ngedipkan matanya seraya mengibaskan rambut coklat panjangnya, membuat Kyuhyun terdiam. "Ya Tuhan Cho..kau benar-benar menyukaiku?" Na Ra sudah terbahak sekarang, sementara Kyuhyun bersiap memaki, tapi semua makiannya tertahan di tenggorokan. Semua yang Na Ra katakan benar. Dia menyukai gadis itu, ah tidak..dia mencintainya sejak pertama kali gadis itu menginjakkan kaki di rumahnya. Dia mencintainya, dengan mati-matian, mungkin?
**
Bukan Cho Kyuhyun jika menuruti begitu saja kemauan Lee Na Ra. Pria itu akan melakukan apa saja, termasuk apa-apa yang berpotensi menarik perhatian Na Ra. Dan membuat gadis itu kesal juga termasuk cara yang digunakannya. Seperti hari ini misalnya, tidak peduli gerutuan Na Ra sepanjang jalan Kyuhyun tetap mengantarkan gadis itu ke kampusnya.
Na Ra bukannya tidak suka diantar-jemput pria itu. Hanya saja, dia benci merepotkan orang lain. Apa lagi arah kampus dan kantor Kyuhyun berlawanan, membuat pria itu harus bangun lebih awal tentu saja. Dan hal itu berimbas pada dirinya, gadis itu juga harus bangun tak kalah awal. Hal paling menyebalkan di dunia adalah bangun bagi, seperti bangun pagi lebih buruk dari neraka untuknya.
"Berhenti menggerutu Ra-ya, kau jelek sekali tahu?" Ujar Kyuhyun menginterupsi gerutuan gadis di sebelahnya yang sudah berlangsung selama dua puluh menit tanpa jeda. Kyuhyun bahkan terkagum-kagum pada kecepatan berbicara gadis itu yang mengalahkan cepatnya kereta TGV di Prancis. Dia bahkan tidak kelelahan sama sekali, membuat pria itu bertanya-tanya kenapa Na Ra tidak menjadi penyanyi saja? Sesuatu yang amat diimpikan oleh seorang penyanyi adalah memiliki nafas yang panjang kan?
"Berhentilah memaksakan diri Cho. Aku bisa berangkat sendiri."
"Jika aku bilang aku akan mengantar jemputmu, maka aku akan melakukannya. Tidak ada bantahan." Kyuhyun menjawab tegas, nada otoriter itu membuat Na Ra terdiam.
Pria itu membelokkan Maserati Gran Carbio-nya di pelataran kampus Na Ra, memarkirkan mobilnya di depan fakultas bahasa dimana gadis itu menuntut ilmu. Dia memandang Na Ra lekat.
"Aku hanya ingin menjagamu, mengertilah." Ujar pria itu, sebelah tangannya memegang kemudi, sementara tangannya yang lain memegang tangan Na Ra.
Gadis itu mengangkat wajahnya dan balas menatap Kyuhyun. Sejenak dia hampir lupa menarik nafas, atau memang karena pasokan oksigen di sekitarnya sedang tersedot habis. Keduanya sama saja saat ini. Yang jelas gadis itu merasa sesak. Cho Kyuhyun dengan sebelah tangan memegang kemudi dan tatapan mata penuh kelembutan benar-benar tidak sehat untuk kelangsungan hidup Na Ra. Maksudnya, bagaimana bisa seorang gadis seperti Lee Na Ra hidup dengan Kyuhyun yang mempunyai ketampanan nyaris membutakan mata? Apa lagi matahari yang bersinar pagi itu menerpa tubuh Kyuhyun, membuat pria itu nampak semakin tidak manusiawi dengan cahaya matahari yang membanjiri tubuhnya.
"Aku hanya tidak mau merepotkanmu Cho." Ujar gadis itu dengan nada rendah. Beruntung dia masih bisa menemukan pita suaranya.
"Tidak akan." Jawab Kyuhyun cepat. "Berhenti mengeluh, ok?"
Seperti tersihir Na Ra mengangguk cepat. Dan entah bagaimana jarak mereka semakin dekat. Gadis itu bahkan bisa merasakan hembusan nafas hangat Kyuhyun yang menerpa wajahnya. Dan bau pinus segar menyeruak memenuhi indera penciumannya. Dia selalu suka aroma pria itu, hanya saja saat ini jarak mereka benar-benar membunuhnya. Dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Tapi toh gadis itu tidak melakukan apapun. Dia membiarkan Kyuhyun semakin memangkas jarak di antara mereka, tidak bergerak sesentipun. Seolah-olah dia sudah menantikan itu sejak lama, atau memang Kyuhyun yang kelewat menahan diri selama ini.
“Kau bisa menghentikan ini sekarang Ra-ya” Kyuhyun berujar dengan suara beratnya, kelewat pusing dengan apa yang tengah dilakukannya.
“I won’t.” jawab gadis itu cepat, tanpa sempat berpikir.
Tahu apa yang akan terjadi dia memejamkan matanya, lalu detik berikutnya dia merasakan bibir hangat itu di permukaan bibirnya. Manis dan hangat. Dia pernah berciuman beberapa kali, tapi ini ciuman pertama mereka. Dan Lee Na Ra tidak mau membandingkan ciuman Kyuhyun dengan siapapun. Ciuman itu adalah jenis ciuman paling memabukkan yang pernah dirasakannya. Ciuman yang diyakininya akan menjadi candu baru baginya, tentu saja selain tumpukan buku sastra di perpustakaan pribadinya.
Bibir Kyuhyun bergerak pelan di atas bibirnya, melumatnya perlahan tanpa melewatkan satu inchipun bagian bibir gadis itu. Pria itu menjauhkan wajahnya sejenak, menatap Na Ra seolah meminta izin. Tapi apa yang dilakukan gadis itu benar-benar di luar dugaannya. Na Ra menarik tengkuknya, meneruskan ciuman mereka yang sempat tertunda tadi.
Kyuhyun tersenyum senang, dia kembali menyecap bibir itu lalu mengigit bibir bawah Na Ra perlahan, dan dengan cepat menelusupkan lidahnya. Dia hampir kehilangan kewarasannya saat lidah mereka saling bersentuhan, terlebih saat Na Ra tanpa sadar melenguh. Tangan Kyuhyun menyentuh permukaan dada Na Ra yang masih tertutup dress berwarna salem yang dikenakannya. Gadis itu hanya bisa semakin menekan dalam ciuman mereka, sementara tangannya sibuk mengacak-acak rambut Kyuhyun.
Pria itu melepaskan ciumannya dengan cepat, tahu bahwa jika dia semakin menggerakkan tangannya dia akan semakin tidak bisa mengendalikan diri. Mereka bisa saja bercinta di mobil itu. Kyuhyun meletakkan kepalanya di bahu Na Ra, mencoba bernapas dengan benar. Dia menghidu aroma cokelat yang menguar dari tubuh gadis itu, mencium leher gadis itu lambat-lambat.
"Aku bisa terlambat Cho." Ujar Na Ra yang nampak lebih bisa menguasai diri. Mati-matian dia menahan diri, berbanding terbalik dengan jantungnya yang berdentum-dentum memukul rongga dadanya. Ciuman tadi benar-benar tidak terduga, dan dia tidak keberatan untuk melakukan banyak lagi ciuman-ciuman lain dengan pria itu.
"Kita menikah saja ya? Aku tidak tahu sampai kapan aku bertahan untuk tidak menyentuhmu." Kyuhyun berujar frustasi lalu mendongakkan wajahnya, mengecup bibir Na Ra sekali lagi.
Gadis itu tersenyum, terkejut dengan lamaran pria itu yang begitu tiba-tiba. Kyuhyun yang dia kenal memang seperti itu. Dia akan mengatakan apa saja yang ada dalam pikirannya. Dan bahkan saat mengajak seorang gadis untuk menikah dengannya pria itu tidak mau bersusah payah menyiapkan segala sesuatu seperti lamaran romantis di atas yacht misalnya. Sesuatu yang menjadi impian hampir setiap gadis di muka bumi.
"Kau sedang melamarku?" Tanyanya retoris.
"Menurutmu?"
"Entahlah." Na Ra mengangkat bahunya dan segera melepas seatbelt-tnya cepat. Dia harus segera keluar dari mobil itu. Memberi jarak yang pantas di antara keduanya. Pesona Kyuhyun benar-benar menggugah kewarasannya.
"Have a nice day Monsieur Cho." (Semoga harimu menyenangkan Tuan Cho). Ucap gadis itu sambil lalu. Kyuhyun tidak menjawab melainkan menatap lekat punggung Na Ra hingga menghilang dari pandangannya.
"Pertahanan diriku tidak sebaik itu Ra-ya." Ucap Kyuhyun pasrah. Dia sudah terlalu frustasi dengan segala hal yang menyangkut gadis bermarga Lee itu. Tapi ada satu yang menggugah hatinya, menimbulkan sensasi melegakan. Dia tahu perasaan Na Ra padanya, dan dia berjanji lebih kepada dirinya sendiri untuk tidak menahan-nahan lagi perasaanya. Dia sudah lelah mengendalikan diri.