Chanyeol duduk di tepi tempat tidurnya. Ia mengusap wajah dengan tangannya. Kedua matanya tertutup, namun pikirannya sedang dipenuhi banyak hal yang tersirat dari raut wajahnya. Ia kemudian berdiri mendekat ke arah jendela kamar, memandangi lingkungan yang tampak sepi namun begitu indah dengan lampu-lampu yang menerangi seperti bintang di hamparan langit gelap. Udara malam yang dingin menusuk tidak mampu menjamah tubuh Chanyeol yang terhalangi dinding dan jendela, tapi entah kenapa hatinya terasa dingin.
Ia membuka laci mejanya dan mengambil sebuah foto lama. Ia memandang sendu orang dalam foto itu, nyaris menitikkan air mata. Tapi ia kemudian menarik napas dalam, seolah ia sedang meyakinkan dirinya untuk melakukan sesuatu. Segera ia meletakkan foto itu kembali kedalam laci dan mengambil kunci motor dari laci yang sama. Tak lupa ia mengambil jaket kulit hitamnya dari dalam lemari serta topi senada.
***
Chanyeol memarkirkan motornya. Ia melangkah masuk menuju rumah sakit tempat Dara dirawat yang ada dihadapannya. Beberapa lorong ia lewati untuk mencapai tempat Dara.
Beberapa saat ia hanya berdiri didepan ruang rawat. Ia kemudian membuka pintu setelah sebelumnya menarik napas.
Di balik pintu, Dara tampak mengobrol ringan dengan ibunya. Ia tampak jauh lebih baik daripada siang tadi ketika terakhir Chanyeol melihatnya.
"Eoh, Chanyeol", ucap Dara lembut begitu ia menyadari kedatangan Chanyeol.
Chanyeol tersenyum ke arah Dara
"Annyeonghaseubnika eommoni", sapa Chanyeol pada ibu Dara yang sebelumnya hanya ia lihat melalui foto yang tanpa sengaja dilihatnya di selipan buku novel milik Dara.
"Eoh ne. Ah kamu pasti teman sekolah Dara", sapa ibu Dara
"Ne", jawab Chanyeol
"Terimakasih sudah datang kesini" Chanyeol tersenyum
Tiba-tiba dering ponsel terdengar...
"Ah, Appa", bisik Ibu Dara kepada putrinya. Ia kemudian mengisyaratkan pada Dara bahwa ia mau menerima telepon itu diluar.
Dara hanya mengangguk
Kini hanya ada Chanyeol dan Dara dalam ruangan itu.
Chanyeol duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur Dara.
"Gwaencana?", tanya Chanyeol
"(Mengangguk) Na gwaencana", Dara tersenyum
"Mianhae aku seharusnya bisa mencegah ini terjadi", ungkap Chanyeol
"(Menghela napas) kau pasti menyalahkan dirimu sendiri kan?"
"Ini memang salahku"
"Huhh, aku tahu kamu akan seperti ini. Keunde Chanyeol-ah .... aku baik-baik saja .... dan itu bukan salahmu", ucap Dara
"Tapi apa yang sebenarnya terjadi?"
"Molla, waktu itu aku sedang merapikan alat-alat lab sambil menunggu Kai yang sedang ke ruang guru, tiba-tiba ada asap dari ruang penyimpanan dan saat aku mau keluar ternyata pintunya terkunci", jelas Dara
"Mianhae Dara"
"Huhh, kamu ini, aku kan sudah bilang itu bukan salahmu. Lagipula aku selamat dan baik-baik saja"
Chanyeol terdiam
"Chanyeol-ah"
"Eoh?"
"Mianhae"
Chanyeol terkejut
"Wae? Untuk apa?"
"Karena aku, karena tidak bisa menolongku, kamu jadi merasa bersalah seperti ini, padahal kamu tidak punya kewajiban untuk menolongku"
"Ya- Dara-ya"
"Mianhae aku jadi bergantung padamu, hanya karena kamu tahu apa yang akan terjadi padaku, aku jadi bergantung pada pertolonganmu, dan akhirnya aku haya menjadi beban.... mianhae", kata Dara.
Matanya menatap sendu wajah Chanyeol yang terlihat terkejut dengan perkataannya.
"Aniya... tidak begitu ... kau bukan beban Dara-ya"
"Chanyeol-ah...", Dara tidak melanjutkan perkataannya karena ibunya masuk kedalam ruangan setelah mengangkat telepon
"Dara-ya, Appa sedang dalam perjalanan kesini", ucap sang ibu
"Arraseo.... Eomma, Chanyeol ingin berpamitan"
Kata-kata Dara itu membuat Chanyeol tertegun. Ada tatapan aneh yang Dara berikan pada Chanyeol saat itu yang tidak dimengertinya. Ia saat itu seperti tidak ingin meninggalkan Dara, namun akhirnya ia mengikuti.
Chanyeol berpamitan pada Ibu Dara.
Di luar ruang rawat, Chanyeol menelepon...
"Hayi-ah, kita perlu bertemu", ucap Chanyeol, kemudian menutup panggilannya
Chanyeol bertemu dengan Hayi di sebuah taman.
"Waeyo oppa? Apa ada sesuatu dengan Dara unnie?"
"Aniya"
Hayi bertanya-tanya dalam hatinya
"Hayi-ah, aku ingin kamu menjelaskan lagi tentang hal malaikat yang kau katakan dulu"
"Ah kau memintaku kesini hanya untuk itu?", tanya Hayi yang tidak mendapat jawaban selain tatapan serius dari Chanyeol
"Oppa, aku kan sudah ceritakan semuanya", lanjutnya
"Tidak... tidak semuanya", Hayi terdiam mendengar kawaban Chanyeol
"Apa maksudmu oppa?"
"Beritahu aku apa yang sebelumnya tidak bisa kau ceritakan"
Hayi mulai mengerti apa maksud Chanyeol
"Hah, oppa, aku sudah bilang sebelumnya, aku tidak bisa memberitahumu hal-hal yang belum seharusnya kau tahu. Aku dibatasi oppa"
"Aku tidak peduli dengan itu. Kau lihat sendiri apa yang terjadi pada Dara. Aku tidak bisa membiarkan hal buruk lainnya menimpa Dara. Aku harus menghentikan ini. Dan untuk itu, aku harus tahu semuanya"
"Oppa, tenanglah oppa, kau hanya masih shock dengan peristiwa yang baru terjadi. Jangan begini oppa"
"Ya! Kau masih belum paham yang sedang terjadi?!? Dara hampir saja kehilanan nyawanya!?!?!"
Hayi tertegun ....
"Hahhh, oppa...."
"Jebal Hayi-ah.... bantu aku"
"Mianhae oppa, kalau seperti ini aku tidak bisa"
"Lalu kalau begitu sekarang beritahu aku, cukup beritahu aku, apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan hal buruk yang terus menerus terjadi pada Dara?!?! Jebal!!"
Hayi hanya bisa diam melihat Chanyeol yang begitu histeris. Hayi dapat memahami betapa Chanyeol merasa menyesal karena tidak bisa mencegah kebakaran.
"Oppa"
"Arraseo... kalau kau tidak bisa memberitahukannya.... aku akan mencarinya sendiri!"