"Huhhh .... Dara unnie .... kenapa ia belum juga pulang .... huh", Hayi menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Ia memandangi sekeliling kamar yang terlihat sangat rapi dengan nuansa jingga. Sebuah foto besar yang menampilkan Dara ketika kanak-kanak tergantung di salah satu dinding kamar, buku-buku tersusun dengan rapi di rak buku pendek yang memanjang dari ujung ke ujung dinding dimana ada jendela di bagian atasnya yang. Hayi bisa mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Pintu kamar itu pun terbuka.
"Unnie!!!", teriak Hayi senang sambil melambaikan kedua tangannya kearah Dara
"Eoh, kau sudah ada disini. Mianhae kau jadi harus menunggu", ucap Dara sambil meletakkan tas ranselnya di kursi.
"Gwaenchanha unnie, ah tapi kenapa kau baru pulang? Ini sudah jauh dari waktu pulang sekolah"
"aku perlu mampir ke suatu tempat"
"Sendiri?"
"Dengan Chanyeol"
"Unnie, kau sepertinya dekat sekali dengannya"
"Hmmmm ... dia teman yang baik", Dara tersenyum
"Unnie, jangan terlalu dekat dengannya. Sehun oppa..."
"Hayi-ah (memotong kata-kata Hayi) jangan khawatir tentang itu .... unnie (menghela nafas) tahu tentang itu.
"Mianhae unnie, aku cuma ....."
"Ya Hayi-ah, bagaimana kalau malam ini kau menginap disini? Tapi jangan beritahu Sehun. Ne?", pinta Dara
"(Tersenyum) wae unnie? Kau tidak ingin bertemu dengannya?"
"it's girls' time! No namja", Dara tertawa
"Sehun oppa pasti akan langsung datang kesini kalau tahu aku menginap", kali ini Hayi yang tertawa
Malam itu Dara pastikan ia hanya menunjukkan senyum dan tawanya di depan Hayi. Gadis yang sudah seperti adik baginya itu, ya, Dara tidak memiliki pilihan lain selain untuk bersikap demikian. Malam semakin larut, Dara menikmati malamnya, memandangi Hayi yang saat itu terlelap dengan tatapan mata yang sayu.
'Hayi-ah, apa yang harus unnie lakukan?'. Demikian ungkapan yang tidak dapat Dara ucapkan melalui kata-kata pada Hayi
***
"Minseok-ah!", panggil Sehun yang tengah duduk dengan segelas alkohol ditangannya. Tanpa basa-basi, Minseok merebut minuman di tangan Sehun dan duduk disebelahnya.
"Jangan memintaku untuk bertemu ditempat seperti ini lagi. Jangan lupa dengan identitas kita sekarang ini", kata Minseok dengan wajah tanpa ekspresi.
"Ya, hanya malam ini. Biarkan aku menjadi diriku sendiri. Lagipula besok Ia tidak akan ingat apa yang terjadi hari ini." Kata sehun
"Tapi dia akan bangun dengan hangover. Kau seharusnya melakukan sesuatu tanpa meninggalkan petunjuk seperti ini. Selain itu, bagaimana kalau ada yang melihatmu disini".
"Baiklah" Sehun kesal dengan kata-kata Minseok. "Ya, Aku akan bertunangan dengan Dara dalam beberapa minggu kedepan. Apa rencanamu setelah ini?" Tanya Sehun
"Hmmmm..... temui Chanyeol." ucap Minseok dengan santai sambil meneguk minuman di gelas yang dipegangnya.
"Lalu kau sendiri,apa yang akan kau lakukan?" Tanya Sehun
"Aku harus memastikan apakah Chanyeol masih memegang buku itu atau tidak." Mendengar itu Sehun hanya tersenyum.
***
Chanyeol duduk di kamarnya. Matanya tidak berhenti memperhatikan buku catatan Dara yang dipegangnya. Dengan lampu baca di meja yang menyala, ia bisa melihat dengan jelas betapa buku itu kelihatan sangat usang.
'Buku ini seperti sudah ada sejak puluhan tahun. Aneh, kenapa nama Dara tertulis disini', ungkap Chanyeol dalam pikirannya.
'Tapi, apa maksud Hayi tadi siang, buku ini milikku?', lanjutnya.
Ia membuka halaman baru dalam buku itu, dan seperti dugaannya tulisan baru yang belum pernah dilihatnya muncul secara misterius. Cerita tragedi baru tercatat jelas seperti catatan harian yang dituliskan oleh seseorang. Chanyeol mulai khawatir apa yang tertulis disana akan terjadi pada Dara. Ia merasa harus memastikannya.
"Haruskah aku memastikan ini pada Hayi? Ah tidak. Aku harus menyelidikinya sendiri untuk saat ini.
***
Waktu menunjukkan pukul 4 pagi, namun Dara sama sekali tidak dapat memejamkan matanya. Ia kembali memandang Hayi yang tertidur lelap seperti layaknya anak kecil yang kelelahan bermain. Dara keluar dari kamarnya. Menyusuri anak tangga dengan penerangan yang terbilang remang-remang, ia sampai di depan pintu salah satu ruangan. Ia membuka pintu tersebut dan menyalakan lampu ruangan itu. Seketika tampak sebuah ruangan dengan rak-rak menutupi dinding ruangan, buku-buku tersusun dengan rapi.
Perpustakaan pribadinya itu menjadi tempat favorit baginya untuk membunuh waktu dan menjernihkan pikirannya. Dara duduk di salah satu kursi yang ia letakan di tengah ruangan, meja panjang didepannya dihiasi dengan miniatur instrumen musik yang menjadi favoritnya. Ia mengambil salah satu miniatur gitar, untuk beberapa saat, ia hanya diam memandangi miniatur itu. Benda itu mengingatkannya pada Chanyeol dan saat dimana ia melihat Chanyeol memainkan gitar di kafe milik keluarganya.
"Ah kenapa aku selalu memikirkannya akhir-akhir ini? Apa aku ..... ah tidak.... tidak. Sehun.... aku seharusnya hanya memikirkannya", Dara berusaha meyakinkan hatinya. Setelah beberapa lama berada disana, Dara kembali kekamarnya. Ia membangunkan Hayi dan menyuruhnya untuk mandi dan sarapan.
Setelah itu Dara mengantar Hayi ke gerbang depan.
"Unnie, gomawo. Sudah lama kita tidak seperti ini", kata Hayi
"Ne. Kau bisa datang kesini kapanpun (tersenyum). Ah, itu Sehun." Dara menunjuk mobil yang melaju pelan kearah mereka.
"Oppa!", teriak Hayi pada Sehun yang tengah turun dari mobil.
"Ya! Kau senang sudah merepotkan Dara ?!", kata Sehun meledek
"Aniya, Dara Unnie tidak mungkin merasa seperti itu", kata Hayi
"Dara-ya, mianhae. Aku tidak tahu ia menginap disini", ungkap Sehun
"Aniya, aku yang memintanya menginap dan tidak memberitahukannya padamu. Mianhae karena baru memberitahumu pagi tadi".
"Ah .... gomawo Dara-ya.....Hmmmm kalau begitu aku akan mengantar Hayi pulang dulu. Dan Daranya, apa kau punya rencana hari ini?", tanya sehun
"Hmmm tidak ada. Wae?"
"Berikan hari liburmu ini padaku. Ne? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat"
"Kemana?"
"Ah (mengernyitkan dahi)..... aku jemput pukul 10. Kau punya waktu 2 jam untuk bersiap-siap. Sampai jumpa nanti Dara-ya"
Sehun mengajak Hayi masuk dalam mobil dan memacunya.