“Tetap saja, kau harus berteman dengan orang lain juga. Pikirkan masa yang akan datang, bagaimana kalau aku sudah menikah, aku tidak akan bisa seperti ini lagi”
“Kalau begitu menikahlah denganku kelak, oppa..”
Andai aku mempunyai keberanian mengucapkan kata itu. Andai..
“Kalau begitu kau tidak boleh menikah sampai kapanpun itu”
“Yak!! Kalau kita sudah bekerja kelak, aku akan melaporkanmu ke Komnas HAM”
“Bwahahaha, laporkan saja aku tidak takut. Weeekkk :p”
“Hish kau ini”
“Hahaha. Sudah habiskan ramenmu itu, apa perlu aku bantu menghabiskannya?? Perutku masih muat kok”
“Andwe!!!”
“Dasar pelit”
“Walaupun aku pelit, toh masih banyak yeoja yang mengantri untukku”
“Syalallalalalalala, aku tidak mendengarnya”
“Hehehe, aigoo”
Tangan hangatnya bergerak menyentuh rambutku, sedikit mengusap – usapnya. Aku selalu senang jika diperlakukan seperti ini olehnya, meskipun ini bukan yang pertama kali.
“Jung Eun Kyo! Apa minggu depan kau ada acara?”
“Kau mengejekku, heh?”
“Mengejekmu? Ani..”
“Orang sepertiku mana mungkin ada acara”
“Bisa saja, hehehe mian. Kalau begitu minggu depan aku main ke rumahmu, ne? sudah lamakan aku tidak main ke rumahmu”
“Yah.. boleh – boleh saja”
“Sip”
^_^
Hari sudah berganti. Ini hari sudah hari minggu, hari dimana Myungsoo oppa berjanji akan datang. Sengaja aku menunggunya di samping jendela yang ku buka lebar sambil menikmati dinginnya udara pagi.
“Eun Kyo-ah”
“Oppa!! Deuro osipsiyo (Silahkan Masuk ( Yang menyuruh didalam ))”
“Ne”
Hup..suara hentakan kaki Myungsoo oppa, kaki yang di rindukan kamar ini.
“Woah, kamarmu rapi dan bersih sekali”
“Tentu saja, kamarku kan hari ini kedatangan tamu jadi harus bersih dan rapi. Duduklah, oppa”
“Ne”
“Kau mau minum apa?”
“Mwo? Memangnya disini ada dapurnya juga?”
“Anio, kan ada lorong”
“Arraseo, tapi bagaimana bisa? Lorong itu hanya menyediakan apa yang diberikan eonnimu bukan yang kau pinta, iyakan?”
“Sudahlah, kau akan tau nanti. Kau mau minum apa?”
“Orange juice saja”
“Oke”
Ku tulis pesanan itu di sebuah kertas. Lalu, ku ambil lonceng di samping tempat tidurku. Ku langkahkan kakiku menuju lorong kecil kamarku, ku keluarkan kedua tanganku yang sudah memegang kertas pesanan dan lonceng. Kemudian, ku gerakkan lonceng itu agar berbunyi. Tak lama setelah itu, seseorang mengambil kertasku, lalu ku tarik kembali tanganku.
“Oh, jadi seperti itu”
“He’em”
“Ku lihat ada banyak buku disini”
“Ne, buku – buku ini pemberian dari ahjumma”
“Ahjumma itu memberikan buku – buku ini? Ini semua best seller, pasti sangat mahal”
“Ya, memang mahal. Mungkin dia kasihan padaku, jadi dia rela membelikan ini semua”
“Apa ahjumma itu tau masalahmu?”
“Dia tau, tapi tidak secara detail”
Krek..
Suara lorong terbuka, orange juice sudah datang, dia memberikan 2, padahal aku hanya meminta satu.
“Ini oppa, orange juicenya”
“Gomawo, kau juga harus meminumnya”
“Arra”
“Hem.. Masitta”
“Biasa saja, buattanku lebih enak”
“Jinja?Really?”
“Ne, of course”
“Hehehe, Eun Kyo-ah mana gitarmu?”
“Ada di bawah kasur. Ambil saja”
“Gimana kalau kita nyanyi bareng?”
“Oke. That’s great idea”
“Kita nyanyi lagunya Jang Geun Suk Love Rain. Kau taukan?”
“Arra”
“One..two..three”
Bioneun jeonyeok keunyeo moseub bowat-jyo..
Oraejeon bu-teo bogo shipdeon geunyeoreul..
Usani eom-neun geunyeoe ge marhaet-jyo..
Nae usanso geuro keudae deu-reo-oseyo~
^_^
Nguing…nguing..tet..tet
Hari itu berlalu cepat sekali. Hoam, aku sudah bertemu dengan paginya dunia..tapi kenapa ramai sekali? Aku sempat mendengar suara sirine mobil polisi.
Tuk..tuk..tuk
Sepertinya ada yang melempar batu ke jendelaku. Nugu?
Sirine mobil polisi??? TBC...