Cameo(s) :
__________________________________________________________________________________________________________________________
“Kenapa kau membuatku menjadi seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa?”
–Kim Jong Woon–
19th of March 2013, 18:13 PM K.S.T.
Star City Apartement, Seoul, South Korea
Semua member Super Junior sudah berkumpul dan duduk dengan rapi di depan TV, kembali menonton acara musik yang ditayangkan satu kali seminggu itu, bedanya ini adalah acara musik yang di adakan di Indonesia, Music Bank World Tour Live in Jakarta.
Berawal dari Sung Min yang menyalakan TV, Dong Hae yang ingin melihat kembali penampilan Dancing Queen itu, lalu dilanjut oleh Kyu Hyun yang juga terlihat bersemangat karena waktu itu ia yang menjadi MCnya, semua member Super Junior pun akhirnya menonton acara itu bersama-sama dan Ryeo Wook yang bersedia memasakkan berbagai cemilan untuk mereka semua.
Jong Woon yang sejak acara itu dimulai hanya terdiam dan terlihat serius menontonnya, ia bahkan tidak menjawab pertanyaan Dong Hae yang menanyakan bagaimana Kyu Hyun bisa berbicara Bahasa Indonesia sebanyak itu. Ketika tiba saatnya untuk Dancing Queen tampil, jantungnya mendadak berdetak cepat. Matanya lurus menatap ke arah layar datar TV yang ada di dormnya itu, seakan matanya hanya memperhatikan setiap gerakan tari yang dilakukan Hyo Yeon. Matanya tidak lepas dari wajah Hyo Yeon. Dan ia menemukan sesuatu disana, menyadari sesuatu yang harusnya sudah ia tahu dari kemarin-kemarin. Ia mendengus kesal.
Mungkin semua member yang ikut menonton acara itu dengannya mengira ia terlalu fokus dengan TV, tapi tidak. Jong Woon fokus pada pikirannya, otaknya seakan dengan cepat menyambungkan setiap kejadian yang terjadi saat di Jakarta itu, ia refleks mengangguk pelan begitu ia benar-benar mengerti apa yang terjadi dengan gadis itu.
Terlebih kalau mengingat ucapan dari Hyo Jin, ia kemudian berpikir. Katanya, Hyo Yeon datang sendirian ke agensinya, sudah pasti manajernya tidak ikut mengantarnya kan? Jong Woon juga sudah memastikannya karena Chang Hyun bilang sendiri padanya bahwa ia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi pada gadis itu.
Dan Jin Yeon, belakangan ini ia tahu tentang gadis itu dari Kyu Hyun kalau gadis itu sedang sibuk dengan comeback stage internasionalnya, jadi tidak mungkin Jin Yeon ikut, lagi pula jika pun ikut, gadis itu akan lebih fokus untuk melatih vokalnya dari pada tariannya.
Young Jung, Jong Woon tidak memusingkan dengan gadis yang pernah suka padanya, gadis itu tidak terlalu dekat dengan Hyo Yeon, gadis itu sangat dekat dengan Hyo Jin, selain dengan adiknya tentunya. Tunggu, kata Hyo Jin, ia menemui gadis itu ada di dalam ruang latihan dance, tapi laki-laki itu sangat tahu jika Hyo Yeon belum ada jadwal comeback stage, setidaknya untuk ketika sebelum Music Bank Jakarta itu, apa gadis itu berniat untuk latihan dance sendirian? Tapi kenapa Hyo Yeon menangis? Jong Woon menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal, ia bingung, tapi gadis itu berada di agensinya.
Hyo Yeon, pergi ke agensinya sendirian dan hanya untuk latihan dance, itu sangat tidak mungkin. Ah, Jong Woon pun menyadari kebiasaan buruk gadis itu, Hyo Yeon akan menghukum dirinya sendiri dengan berlatih dance seharian jika ia sedang ada masalah. Masalah? Ia pun mengeryitkan keningnya, ia menyadari suatu hal lagi.
Saat di kafenya itu, Hyo Yeon sempat mengatakan 'perintahnya' kan? Itu berarti gadis itu tengah diperintahkan untuk melakukan sesuatu, tapi siapa yang berani memerintahkannya? Chang Hyun? Tidak mungkin, ia tidak mungkin setakut itu jika diperintah oleh manajernya.
Matanya membulat lebar dengan tiba-tiba, Jong Woon menyadari ekspresi wajah Hyo Yeon ketika ia menduga bahwa gadis itu diperintahkan oleh CEO agensinya sendiri untuk menjauh dirinya waktu itu, bingo! Itu masalahnya.
Tapi, masalah detailnya apa? Jong Woon kembali memutar otaknya, memikirkan kejadian-kejadian yang terputar dipikirannya itu.
“Astaga, hyung! Lihat ini, aigoo!” Hyuk Jae yang sedang memainkan Ipad-nya tiba-tiba berteriak keras, membuat semua member Super Junior, termasuk dirinya itu langsung menoleh. Jong Woon menatap laki-laki itu dengan tatapan 'ada apa?'
Hyuk Jae pun bangkit dari duduknya dan segera berjalan cepat menghampiri Jong Woon, ia pun menyodorkan Ipad-nya dan mata laki-laki itu semakin melebar ketika menatap beberapa foto yang benar-benar tidak asing untuknya itu. Bagaimana tidak asing jika semua foto yang berjumlah tujuh itu adalah fotonya dengan Hyo Yeon? Sial. Umpatnya, ia mengerti sekarang. Jong Woon benar-benar sudah sangat mengerti kenapa Hyo Yeon menghindarinya akhir-akhir ini, sekalipun ia memohon pada gadis itu untuk tidak menghindari dirinya.
Tangan Jong Woon langsung terkepal, Dong Hae yang memperhatikan mereka menatapnya khawatir dan mengambil Ipad yang sudah ada di tangan Jong Woon. Beruntung laki-laki itu tidak langsung melempar Ipad milik Hyuk Jae. Dong Hae tahu laki-laki itu pasti sangat kesal, ia juga begitu setelah melihat beberapa foto itu.
“Sialan.” Umpat Jong Woon dengan nada kesal. Kyu Hyun dan Si Won langsung menoleh mendengarnya.
“Kenapa kau ceroboh sih?” tanya Kyu Hyun kesal, saat Jong Woon mengumpat seperti itu, ia langsung menghampiri Dong Hae dan ikut melihat foto itu, ia juga sama terkejutnya tapi otaknya langsung berpikir.
“Aku sudah pastikan tidak ada orang selain aku, Hyo Yeon-ah, kau, dan juga Jin Yeon-ah, sepertinya mereka benar-benar antifans.” Jelas Jong Woon. Ia pun memijit kepalanya yang langsung terasa pusing. Ia harus membicarakan hal ini lagi dengan Hyo Yeon. Setidaknya, ia sudah tahu penyebab gadis itu menghindarinya.
“Hyung!” Panggilan Ryeo Wook tidak ia gubris, ia tetap melangkahkan kakinya ke dalam kamar. Mengambil ponselnya dan menekan tombol satu. Panggilan cepat untuk Hyo Yeon. Jong Woon mendengus kesal ketika nomor Hyo Yeon tidak aktif, ia kembali ke ruang tengah dengan ponselnya yang masih menempel ditelinganya.
“Astaga, dia sedang apa sih?!” omel Jong Woon kesal. Ia menatap layar touchscreen ponselnya itu, Kyu Hyun yang memperhatikannya terlihat terkejut ketika Jong Woon mencari nama Jin Yeon. Ia merasa kalau laki-laki itu pasti akan menanyai Jin Yeon berbagai hal.
“Jangan beritahu hal ini pada Jin Yeon-ah.” Ingatnya, Jong Woon yang sedang kesal itu hanya menganggukkan kepalanya dengan asal.
“Aku hanya ingin menanyainya di mana Hyo Yeon-ah berada. Ponselnya tidak aktif.” Jelas Jong Woon. Lalu, ia menekan layar touchscreen itu dan tidak lama, ia langsung mendengar sambungan telepon. Ia refleks menggigiti kuku jarinya itu, tidak sabar karena Jin Yeon belum mengangkat panggilan telepon darinya.
“Aish, bagaimana bisa dua gadis itu sibuk dan tidak mengaktifkan ponselnya!” Kesalnya, ia pun menghempaskan tubuhnya ke sofa panjang yang ada didekatnya.
“Eo, mungkin jika aku yang menelepon dia akan mengangkatnya. Padahal dia kemarin mengomentari postinganku di twitter.” Ucap Dong Hae, ia langsung merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya, dengan cepat ia menekan nomor gadis itu dan langsung meneleponnya.
Jong Woon hanya bisa pasrah dan memperhatikannya, ketika laki-laki itu berdecak karena panggilan teleponnya juga tidak di angkat, Jong Woon memejamkan matanya dan menghembuskan napasnya dengan berat.
CKLEK
“Hyung!” Panggil Si Won tiba-tiba pada seorang laki-laki yang baru saja membuka pintu dorm mereka itu. Mata Jong Woon langsung terbuka mendengar suara Si Won. Ia membulatkan matanya menyadari Jung Hoon yang baru saja datang.
“Ne? Kalian sedang apa?” tanya Jung Hoon, ia langsung duduk di dekat Jong Woon. Dong Hae dan Kyu Hyun berusaha menjelaskan apa yang terjadi, tapi saat ditanya manajernya itu tahu di mana Hyo Yeon atau tidak, ia menggeleng. Si Won menjentikkan jarinya tanda ia mendapatkan sebuah ide.
“Hyung, aku minta nomor ponsel manajernya Hyo Yeon-ah.” Ucapnya. Jong Woon refleks mengangguk dan membenarkan duduknya.
“Geurae, hyung. Aku harus membicarakan hal ini padanya, aku tahu dia tidak tahu apa-apa tentang hal ini, tapi belum tentu juga sih.” Penjelasan darinya membuat Kyu Hyun langsung menjitak kepalanya.
Jung Hoon pun tanpa bicara lagi langsung memberikan nomor ponsel Chang Hyun, manajernya Hyo Yeon. Dan dengan cepat, Jong Woon langsung menyalinnya lalu segera meneleponnya. Jong Woon baru bisa bernapas lega ketika mendengar sambungannya tidak terputus.
“Yeoboseyo?” akhirnya Yoo Chang Hyun mengangkat panggilan teleponnya. Semua member Super Junior yang memperhatikannya itu pun bernapas lega.
“Hyung, kau tahu di mana Hyo Yeon-ah berada? Aku meneleponnya tapi ia tidak mengangkatnya, pesan yang kukirimkan padanya juga tidak ia baca. Kumohon, beritahu aku.” Jelas Jong Woon, ia menarik napasnya berat. Astaga, hatinya sudah mulai terasa sesak lagi. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan pada Hyo Yeon.
“Eo, Hyo Yeon-ah? Ada di agensinya.” Mata Jong Woon membulat lagi, mau apa gadis itu datang ke agensinya lagi?
“Mau apa dia datang kesana? Eo, hyung sudah tahu foto yang tersebar? Aku baru tahu hari ini dan aku harus membicarakan masalah itu padanya. Hyung—” ia menghela napas tercekatnya saat ucapannya itu tiba-tiba terpotong.
“Ye Sung-ssi, dia sedang sibuk dengan persiapan mini album terbarunya yang akan rilis bulan Juni nanti, jadi kumohon, beri dia pengertian, aku sudah tahu masalah itu. Eo, satu lagi, jangan menelepon Jin Yeon-ah, karena dia akan berangkat ke Amerika besok.” Jelasnya panjang, membuat Kyu Hyun yang memang sejak tadi duduk di dekatnya itu terperangah.
“M-mwoya?” Kyu Hyun menatap Jong Woon dengan tatapan tidak percaya.
“Aku akan beritahu kau di mana Hyo Yeon-ah berada, tapi tolong. Jangan datang menemuinya kalau kau tidak mau melihatnya hancur. Biarkan dia membangun pertahanan dirinya, minimal sampai Hyo Yeon-ah goodbye stage.” Jelasnya lagi. Jong Woon menghembuskan napasnya, ia tahu pasti Chang Hyun tidak akan memperbolehkannya untuk bertemu. Ia menghela napasnya, berusaha menghapus rasa sesak dihatinya itu.
“Baiklah, tapi besok aku akan datang kesana. Untuk memastikan satu hal. Terimakasih, hyung.” Ucapnya, dan ia pun memutus panggilan telepon itu. Matanya langsung terpejam dan ia berusaha menelan ludahnya dengan susah payah, dan ketika ia akan menarik napasnya, ia merasa tercekat.
Hyo Yeon benar-benar dalam masalah besar, ia tidak menyangka baru mengetahuinya sekarang dan foto-foto itu, ya ampun. Pantas saja ia bisa menduga Hyun Seok yang memerintahkan gadis itu agar menghindari dirinya. Ia masih ingat jelas kejadian di foto-foto itu dan ia akui, ia memang ceroboh. Tapi, menurutnya, mana mungkin para penggemar Hyo Yeon maupun dirinya berani menerobos sampai wilayah yang termasuk privasi seperti itu? Bahkan Jong Woon sangat yakin waktu itu koridor di sekitar dorm Hyo Yeon benar-benar sepi.
Besok, Jong Woon tidak mau tahu, ia harus bertemu dengan Hyo Yeon dan harus menyelesaikan semua masalah yang baru ia ketahui hari ini juga. Astaga, jangan sampai hanya karena masalah ini gadis itu lebih memilih untuk menyerah, meninggalkan impian yang sudah ia gapai itu dan juga meninggalkan Jong Woon. Ia menggeleng kecil, ia tidak boleh mengambil kesimpulan sendirian.
“Kalian harus kembali berlatih untuk SS5 Seoul.” Ucap Jung Hoon. Jong Woon menghela napas lagi dan membuka matanya, kepalanya terasa pusing karena masalah ini dan ia harus berlatih untuk konser tunggalnya lagi? Ia mendengus kecil dan beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah dapur, ia butuh minum air putih untuk kembali menenangkan pikirannya itu.
***
[F(x) Luna & Krystal - Calling Out]
20th of March 2013, 11:57 PM K.S.T.
Practice's Room, SFS Entertainment, South Korea
Hyo Yeon kembali berdiri dari duduknya di lantai setelah ia beristirahat sejenak. Berusaha menenangkan pikirannya yang kacau karena ucapan manajernya tadi pagi. Begitu ia menatap dirinya di kaca lebar dan besar yang ada didepannya, ia menghela napasnya lagi.
Sekarang apa yang harus ia lakukan jika Jong Woon sudah mengetahui semuanya? Apa yang akan laki-laki itu lakukan kalau tahu dirinya itu tidak mungkin bisa bersama dengan Jong Woon lagi? Ia menghembuskan napas berat dan kembali memutar lagu yang termasuk ke dalam mini albumnya yang akan rilis nanti itu. Hyo Yeon sedikit merenggangkan ototnya, ia baru dua jam latihan sendirian tanpa penari latar dan juga setelah satu jam di latih oleh pelatih dancenya dan juga beberapa penari latarnya.
Lagu ceria yang berjudul Bubble Pop! Itu terputar dengan volume yang sangat besar, Hyo Yeon kembali menggerakkan tubuhnya sesuai dengan koreografi yang diajarkan pelatihnya itu. Ia memang sudah diperintahkan untuk mulai fokus pada mini albumnya yang terbaru, sejak tanggal lima belas bulan ini. Hal ini sempat membuatnya tertekan terlebih dengan masalahnya itu, yang membuatnya sesak, di tambah dengan dirinya yang diperintahkan untuk menghindari Jong Woon, satu-satunya orang yang bisa membuatnya kembali bersemangat.
Hyo Yeon memikirkan laki-laki itu lagi sekarang, ia sudah berusaha sampai hari ini untuk tidak menemui laki-laki itu lebih dulu. Ia sudah membangun pertahanan pada dirinya lagi untuk tidak memikirkan laki-laki yang selalu Hyo Yeon rindukan setiap harinya itu. Tapi, kenapa Chang Hyun kembali mengingatkannya lagi pada Jong Woon?
“Dia sudah mengetahuinya, Hyo Yeon-ah, kemarin Ye Sung-ssi meneleponku saat kau ada di agensi. Dari suaranya, dia benar-benar khawatir denganmu. Aku juga sudah mengetahuinya sejak kemarin pagi saat tidak sengaja membuka internet, jadi ini masalah yang membuatmu menjauhi Ye Sung-ssi? Kupikir, mungkin dia bisa membantumu, Hyo Yeon-ah. Bicarakan saja masalah ini dengannya, kali ini, aku tidak akan melarangmu.”
“ARGH!” teriaknya kesal. Otaknya benar-benar tidak bisa melupakan kata-kata dari manajernya tadi pagi itu. Membuatnya harus kembali merasa tertekan, bahkan ia merasa tercekik sekarang. Sudah cukup hanya dengan memikirkan Jong Woon dirinya menjadi sulit bernapas seperti ini, kenapa manajernya menyuruhnya menemui laki-laki itu? Hal itu membuat matanya kembali berkaca-kaca.
Hyo Yeon sudah berusaha mati-matian untuk tidak mengangkat panggilan telepon dari laki-laki itu, membalas pesannya saja tidak, membacanya juga tidak. Ia benar-benar mengabaikan ponselnya itu, ia bahkan berniat ingin mematikan ponselnya jika ia tidak ingat manajernya yang selalu meneleponnya jika ada hal penting itu.
Begitu ia tidak sengaja melakukan gerakan yang salah, ia langsung terjatuh ke lantai lagi. Saat itu, detik itu juga, airmatanya mengalir kembali. Hatinya goyah, pertahanannya hancur, ia benar-benar tidak bisa kalau tidak bergantung pada Jong Woon, ia tahu ia tidak boleh terus-menerus seperti itu, tapi sungguh. Hyo Yeon sangat membutuhkan laki-laki itu sekarang. Memeluknya, menenangkannya. Meskipun Jong Woon mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja, tapi kenyataannya tidak. Itu bisa membuatnya merasa sedikit lega.
Hyo Yeon beringsut ke sudut ruangan, memeluk kedua kakinya yang ia tekuk dan membenamkan wajahnya di kedua lututnya, lalu isakan tangisnya menggema. Jong Woon, hanya laki-laki itu yang bisa membuatnya seperti ini, hanya laki-laki itu yang menjadi kelemahan untuknya. Hyo Yeon bahkan rela merasakan hal seperti ini supaya Jong Woon tidak dipersulit.
Hyo Yeon merasakan kalau semua yang ia lakukan percuma. Jong Woon telah mengetahui masalahnya. Tapi ia juga tahu, laki-laki itu tidak mungkin datang ke SFS Entertainment untuk protes. Meskipun itu sangat mungkin terjadi jika laki-laki itu terlalu nekad.
Sepertinya ia benar-benar harus membicarakan masalah itu dengan Jong Woon. Tapi, ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia akan pergi dari Korea Selatan jika skandalnya bertambah lagi.
Hyo Yeon pun mengambil ponselnya yang sejak tadi tergeletak di dekat pemutar musik, begitu ia menyalakannya, terdapat banyak pesan masuk dan panggilan tidak terjawab dari Jong Woon, membuat airmatanya mengalir lagi. Ia mengabaikan hal itu dan langsung menekan tombol untuk menelepon manajernya.
“Oppa..” ucap Hyo Yeon dengan tercekat saat mendengar Chang Hyun mengangkat sambungan teleponnya.
“Ne, ada apa, Hyo Yeon-ah? Apa kau membutuhkan sesuatu? Apa yang terjadi denganmu?” pertanyaan bertubi-tubi dari Chang Hyun itu langsung terdengar oleh Hyo Yeon. Manajernya mengkhawatirkan keadaannya, ia merasa sedikit lega.
“Aniya, oppa bisakah memundurkan jadwal rekamanku? Hari ini aku harus benar-benar menemui Jong Woon oppa.” Jelas Hyo Yeon, ia menggigit bibir bawahnya pelan, menahan isakan tangisnya saat ia menyebutkan nama laki-laki itu.
“Ne? Jadi kau akan rekaman besok?” tanyanya. Hyo Yeon refleks mengangguk dan ia langsung merutuki kebodohannya saat ia sadar kalau Chang Hyun tidak mungkin bisa melihat anggukan kepalanya itu. ia menghela napasnya yang terasa berat untuknya itu.
“Ne, oppa. Bisakah?” Hyo Yeon menggigiti kuku jarinya, tidak sabar mendengar jawaban dari manajernya itu, bagaimana kalau ia tidak bisa menemui Jong Woon? Bagaimana jika manajernya berubah pikiran dan ia tidak boleh bertemu dengan laki-laki itu? Apa ia harus membicarakannya lewat telepon?
“Bisa. Aku akan memberitahukannya pada staff dan produser lagunya. Lagi pula, aku lupa mengatakan satu hal padamu, Hyo yeon-ah.” Jelas Chang Hyun. Kening Hyo Yeon langsung mengeryit heran.
“Mwoya?” suara Hyo Yeon benar-benar seperti akan hilang sekarang. Ia berusaha mengusir hal-hal negatif yang berlalu-lalang dipikirannya.
“Ye Sung-ssi..” ucapan itu terputus dan demi apapun Hyo Yeon penasaran. Ia menggerutu kesal, manajernya benar-benar.
“Ada apa, oppa? Apa yang terjadi padanya, oppa?” sambar Hyo Yeon dengan nada cepat sekaligus khawatir. Ia mengeryitkan keningnya lagi saat ia mendengar manajernya itu terkekeh kecil. Apa yang sedang terjadi di dormnya?
“Eobseo. Jika kau sudah selesai latihan dance, cepatlah pulang.” Ucap Chang Hyun yang langsung memutus sambungannya membuat Hyo Yeon mendengus kesal.
“Apa-apaan Chang Hyun oppa itu!” Kesal Hyo Yeon, ia melempar asal ponselnya itu ke samping. Tapi, sedetik kemudian rasa penasarannya itu kembali muncul. Ia pun mengambil kembali ponselnya dan memeriksa pesan masuk dari Jong Woon yang terlihat sangat banyak itu. Hyo Yeon menghela napasnya saat melihat di dalam kolom itu hanya terdapat pesan masuk dari Jong Woon saja. Laki-laki itu sangat mengkhawatirkannya.
***
20:40 PM K.S.T.
Galleria Foret Apartment, Seoul, South Korea
“Kenapa tidak memberitahukan padaku jika kau akan berangkat ke Amerika?” pertanyaan Kyu Hyun langsung terdengar begitu pintu dorm terbuka oleh Jin Yeon. Gadis itu pun mendengus. Ia bergumam pelan begitu melihat Jong Woon yang berdiri disebelah laki-laki itu. Ahjeossi itu pasti datang untuk menemui Hyo Yeon eonni, pikirnya.
“Memangnya aku perlu memberitahukannya padamu?” tanya Jin Yeon balik, ia mempersilakan mereka masuk, ia langsung kembali ke ruang tengah diikuti oleh Kyu Hyun setelah ia melepas sepatunya dengan asal, sedangkan Jong Woon menutup pintu dorm itu lalu melepas sepatunya lalu berjalan santai mengikuti sepasang kekasih itu.
“Mau bagaimana pun juga aku ini kekasihmu, Jin Yeon-ah.” Ucap Kyu Hyun, ia duduk di sebelah Jin Yeon dan masih menatap gadis itu, Jin Yeon kembali mendengus.
“Kau kan sedang sibuk dengan persiapan konsermu itu, Kyu Hyun-ah. Lagi pula, aku akan pergi malam ini.” Jelas Jin Yeon panjang, membuat Kyu Hyun menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
“Malam ini? Kenapa begitu cepat? Amerika itu terlalu jauh.” Ucap Kyu Hyun, ia tidak terima kalau Jin Yeon akan meninggalkannya secepat itu, meskipun hanya ke Amerika. Jong Woon yang memperhatikan keduanya hanya menggelengkan kepalanya.
“Kyu Hyun-ah, bukankah, ini bukan yang pertama kalinya aku pergi ke Amerika untuk mempromosikan albumku?” balasnya, ia menatap kesal ke arah Kyu Hyun.
“Aku tahu, aku hanya sedikit tidak terima saja.” Jelas Kyu Hyun. Membuat kening Jin Yeon mengeryit dan menatapnya heran dan juga penasaran.
“Ya! Jangan menatapku seperti itu, jika kau ada jadwal di Amerika mulai besok, itu berarti kau tidak bisa menonton konser tunggal Super Junior.” Jelas Kyu Hyun lagi.
Jin Yeon yang mendengarnya pun mendengus. Ia memang sudah berniat untuk tidak menonton konser itu untuk kali ini, meskipun kakaknya pasti akan mengajaknya karena SS5 Seoul adalah konser terakhir untuk Jong Woon, lagi pula, ia mana tahan jika melihat Kyu Hyun melakukan tarian seksi dengan penari latar wanita sekali pun itu hanya untuk tuntutan pekerjaan saja?
“Yang penting kau tidak ada solo di konser itu.” Ucap Jin Yeon dengan nada santai membuat Kyu Hyun benar-benar kesal. Ia masuk ke dalam kamarnya dan berganti baju setelah ia sempat melirik jam dinding yang menempel di dinding yang ada di ruang tengah itu. Sudah jam delapan malam dan ia yakin manajernya akan segera datang karena ia mengambil jadwal penerbangan malam.
“Aish, dwaesseo.” Ucap Kyu Hyun. Setelah Jin Yeon selesai berganti baju dengan menggunakan celana panjang berwarna putih dengan kemeja santai berwarna soft pink, ia pun dengan susah payah menyeret koper besarnya dari kamarnya. Kyu Hyun yang melihatnya pun mendengus, meskipun ia sedikit tidak rela bahwa gadis itu akan pergi, ia tetap bangkit dari duduknya dan menghampiri Jin Yeon untuk membantu membawa kopernya itu.
Begitu ia bisa menyeret koper besarnya keluar dari kamarnya, Jin Yeon kembali masuk ke dalam kamarnya, mengambil tas tangannya, ponsel, dompet, tidak lupa juga tiket yang sudah diberikan oleh manajernya tadi siang juga passport dan visanya.
Jin Yeon memperhatikan tiket pesawatnya itu dan tersenyum kecil, sepertinya pembuatan video klip untuk album barunya ini terlihat menyenangkan. Kyu Hyun yang sedang memperhatikannya itu, dengan cepat mengambil tiket yang di pegang oleh Jin Yeon dan matanya langsung membulat lebar.
“Mwo? Los Angeles? Kau akan kesana?” tanyanya dengan nada terkejut. Jin Yeon langsung mengangguk.
“Ne, tepatnya di California, karena aku ada syuting video klip di vila yang ada di Malibu Beach.” Jelas Jin Yeon, ia pun mencoba mengangkat koper besarnya itu sekuat tenaga, Kyu Hyun yang melihatnya pun menjauhkan tangannya dari koper besarnya dan memberikan tiket gadis itu yang tadi ia pegang.
“Pegang tiketnya.” Ucap Kyu Hyun, ia pun menyeret koper besar milik Jin Yeon itu ke ke ruang tengah. Langkah kakinya diikuti oleh Jin Yeon dibelakangnya. Ia tersenyum kecil melihat tingkah laku Kyu Hyun. Begitu sampai di ruang tengah, Jong Woon yang melihatnya langsung terkejut.
“Kau akan pergi sekarang?” tanya laki-laki itu. Jin Yeon kembali duduk di sofa dan mengangguk.
“Ne, ahjeossi.” Jawabnya.
“Hyo Yeon-ah, tidak tahu?” tanyanya lagi.
“Dia akan tahu ketika dia pulang nanti. Aku akan berangkat saat manajerku datang dan kupikir manajerku itu pasti akan satu van dengan Hyo Yeon eonni.” Jelasnya.
Jong Woon pun mengangguk mengerti, begitu ingat tujuannya untuk datang kesini itu, ia bangkit dari duduknya.
“Ahjeossi, eodiga?” tanya Jin Yeon yang melihat Jong Woon bangkit dari duduknya dengan tiba-tiba itu.
[G.NA - Secret]
“Aku tidak ingin mengganggu kalian. Jadi, lebih baik aku menunggu Hyo Yeon-ah dikamarnya.” Jawab Jong Woon, Jin Yeon yang mendengarnya pun mendengus, padahal ahjeossi itu tidak mengganggunya sama sekali.
“Bagus kalau kau mengerti, Ye Sung-ah.” Ucap Kyu Hyun lalu ia pun terkekeh, membuat Jin Yeon menatapnya dengan tatapan kesal. Jong Woon hanya mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju koridor, lalu masuk ke dalam kamar Hyo Yeon, beruntung gadis itu tidak mengunci pintu kamarnya.
Jong Woon menghela napasnya, lalu memperhatikan sekeliling ruangan bercat biru muda itu setelah ia menutup pintu kamar Hyo Yeon. Memperhatikan satu per satu benda-benda yang ada di dalam kamar itu, merasakan suasana nyaman yang selalu ia rasakan setiap ia berada di dalam kamar ini. Dan dalam hitungan detik, ia sudah merasa sangat merindukan gadis itu.
Jong Woon memejamkan matanya sekilas, ia harus menyelesaikan semua masalahnya itu sebelum ia pergi untuk melakukan wajib militer, ia pun berjalan dengan perlahan menuju kasur Hyo Yeon. Tapi, langkah kakinya itu terhenti ketika matanya tidak sengaja menatap laci meja belajar Hyo Yeon yang terbuka, memperlihatkan beberapa lembar kertas yang sepertinya diletakkan dengan asal oleh Hyo Yeon.
Jong Woon pun duduk di kursi dan membuka laci itu dengan lebar dan sedetik, matanya membelalak dua kali lipat, menyadari logo agensi Hyo Yeon yang berada disudut kertas itu. Tangan Jong Woon dengan gemetar mengambil kertas-kertas itu, napasnya terasa tercekat ketika ia tidak sengaja membaca judul disetiap kertas itu.
Jadi, karena kontrak ini Hyo Yeon menjauhinya? Menghindarinya?
Jong Woon mengeluarkan semua kertas yang ada di laci itu dan meletakkannya di atas meja, ini benar-benar hal yang harus ia pastikan, hal yang selalu ia pikirkan saat dirinya di dorm. Ia juga mengambil map yang berwarna biru keabu-abuan yang terletak dibawah kertas-kertas itu.
Berkas-berkas kontrak perjanjian Hyo Yeon saat gadis itu akan debut. Jong Woon menghela napasnya lagi, menghilangkan rasa sesak yang tiba-tiba menjalari hatinya itu. Matanya menatap tidak percaya saat ia membaca setiap point yang ada di kertas yang berlembar-lembar itu. Dugaannya benar-benar nyata dan sangat benar seratus persen. Mungkin karena foto-foto yang kemarin ia lihat di Ipad Hyuk Jae, gadis itu dipanggil untuk menghadap kepada CEO agensinya dan ia diberikan peraturan dan ketentuan yang harus Hyo Yeon lakukan itu.
Yang semakin menyulitkannya untuk memilih. Dan akhirnya ia memilih untuk menghindarinya karena gadis itu tidak mungkin merelakan satu orang pun membuat Jong Woon berada dalam kesulitan.
Jong Woon mengusap wajahnya dengan kesal. Sialan, umpatnya. Ternyata agensi Hyo Yeon itu benar-benar lebih kejam daripada agensinya sendiri. Ia kembali membaca kertas-kertas yang lain. Dan, begitu ia menemukan kertas yang sepertinya terlihat baru itu, matanya langsung terbelalak dengan lebar lagi saat ia membaca hukuman-hukuman yang harus Hyo Yeon lakukan kalau gadis itu benar-benar melanggar peraturan dan kelewat batas.
Mata Jong Woon berkaca-kaca, bagaimana bisa gadis itu menyembunyikan hal ini padanya? Padahal setahunya, Hyo Yeon akan selalu bercerita tentang apa saja padanya, bahkan tentang hal yang tidak penting baginya sekalipun. Ia mengepalkan tangannya, ia benar-benar harus membicarakannya saat Hyo Yeon sudah datang di dorm.
***
CKLEK
“Na wasseo.”
Hyo Yeon membuka pintu dorm dan melepaskan sepatu kets yang ia pakai untuk latihan dance. Begitu kakinya menginjak lantai kayu dorm yang berwarna cokelat tua itu ia langsung merasakan tubuhnya sangat lelah dan pegal. Kakinya juga terasa sakit karena beberapa kali salah gerakan dan harus terjatuh ke lantai. Ia menghela napas dan memejamkan matanya sekilas saat ia merasakan kepalanya pusing, saat diperjalanan tadi ia memang sempat tertidur sebentar tapi manajernya membangunkannya ketika sudah sampai dorm.
Hyo Yeon pun berjalan pelan ke arah ruang tengah, diikuti oleh manajernya, penata riasnya juga Jin Yeon, dan juga manajer Jin Yeon sendiri, Min Sun. Hyo Yeon merasa heran kenapa manajer adiknya ada di Korea Selatan? Bukannya gadis itu sedang sibuk untuk mengatur jadwal Jin Yeon yang akan segera comeback stage internasional itu? Herannya.
[Davichi - To Angel]
Matanya langsung membulat begitu melihat Kyu Hyun dan Jin Yeon yang sedang duduk di sofa panjang sambil menonton TV, ia tidak terkejut dengan adanya Kyu Hyun. Menurutnya, laki-laki itu sudah sering datang ke dormnya bersama.. Tunggu, dia tidak mungkin datang sendiri, jika dengan Dong Hae oppa, laki-laki itu lebih memilih latihan dance bersama Hyuk Jae oppa dan dia lebih sering bersama ahjeossi... Astaga, Jong Woon oppa ada di dormku? Ucapnya dalam hati. Ia refleks mengerjapkan matanya beberapa kali. Lalu, ia melihat ke sekitarnya, Jong Woon oppa tidak ada disini? Lalu di mana? Tanyanya dalam hati.
“Ahjeossi tadi ada dikamarmu.” Ucap Jin Yeon seolah tahu arti tatapan Hyo Yeon. Tiba-tiba detakan jantung gadis itu terdengar sangat cepat, astaga.. bagaimana jika laki-laki itu nekad mencari tahu masalah yang sebenarnya? Bagaimana jika Jong Woon menemukan kontrak dan surat perjanjian dari agensinya yang Hyo Yeon sembunyikan itu? Ia langsung meletakkan tas tangan yang ia bawa di atas meja kecil begitu saja dan berlari ke arah koridor.
BRUKK
“Oppa!” Refleks Hyo Yeon berteriak saat tidak sengaja menabrak tubuh Jong Woon yang sedang berjalan cepat itu, berlawanan arah dengannya.
“Lee Hyo Yeon.” Napasnya langsung tercekat, nada suara laki-laki itu benar-benar terkesan dingin menurutnya dan kenapa Jong Woon menatapnya tajam seperti itu? Apa jangan-jangan ia sudah mengetahuinya? Astaga, Hyo Yeon harus melakukan apa jika laki-laki itu sudah mengetahui semuanya?
Jong Woon mundur selangkah dan menunjukkan kertas-kertas dan juga map yang sangat Hyo Yeon kenal itu tepat didepan wajah gadis itu. Matanya langsung melotot, laki-laki itu benar-benar sudah mengetahui semuanya, detik itu juga matanya berkaca-kaca.
“Malhaejwoyo!” Hyo Yeon langsung terkejut mendengar bentakan itu, ia refleks menggelengkan kepalanya, enggan untuk menjelaskannya. (Jelaskan!)
“Lee Hyo Yeon! Naege malhaejwoyo! Semua yang tertulis di kertas-kertas ini!” Teriak Jong Woon, tatapan mata laki-laki itu semakin tajam dan menusuk, membuat dirinya mundur beberapa langkah, bahkan sampai menabrak dinding koridor. Tatapannya langsung membuat Hyo Yeon merasa ketakutan. (Jelaskan padaku!)
“O-oppa..” panggil Hyo Yeon dengan terbata, suaranya terdengar gemetar.
“Karena ini semua kau menghindariku?! Iya?! Jawab Hyo Yeon-ah!” Laki-laki itu berteriak lagi, ia berjalan mendekat ke arah Hyo Yeon, gadis itu memejamkan matanya sekilas. Astaga, Jong Woon benar-benar sangat menyeramkan ketika dalam keadaan marah seperti ini. Pikirnya.
“Kenapa kau menyembunyikan semua ini dariku, Hyo Yeon-ah?! Kenapa kau membuatku menjadi seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa?! Kau pikir kau bisa menghadapi semuanya seorang diri? Tidak! kau butuh bantuan orang lain. Dan orang lain itu adalah aku!” Jelas Jong Woon panjang dengan berteriak.
Sedetik, airmata Hyo Yeon langsung mengalir. Ia tidak mungkin meminta bantuan dari laki-laki itu, sekalipun jika Jong Woon juga terlibat dalam masalahnya, ia tidak mungkin membuat laki-laki itu berada dalam kesulitan.
“Aku bisa menghadapinya sendirian, oppa! Aku tidak mungkin meminta bantuan darimu. Aku takut kau akan dipersulit ketika kau sedang melakukan wajib militer.” Elak Hyo Yeon, ia menatapnya dengan tatapan yang ia sendiri tidak tahu artinya apa, karena saat ini perasaannya benar-benar terasa campur aduk.
“Lalu kau menganggapku apa, Hyo Yeon-ah?! Kau tahu? Aku ingin menjadi laki-laki yang selalu ada untukmu, yang selalu berguna untukmu. Tapi, kenapa kau malah membuatku menjadi seperti ini? Kau pikir aku tidak bisa membantumu?!” Airmatanya kembali mengalir saat menyadari betapa Jong Woon yang benar-benar mencintainya dengan tulus itu, tapi kenapa ia dengan bodohnya malah membuat laki-laki itu menjadi seperti ini?
“Oppa, Aku tidak mengatakan kalau kau tidak bisa membantuku! Tapi, aku benar-benar harus menghindarimu. Kalau tidak, aku akan—” kata-katanya terpotong oleh Jong Woon, membuat napasnya benar-benar tercekat.
“Kau akan keluar dari Korea Selatan? Geurae?! Jangan pernah berani untuk melakukan hal seperti itu meskipun kau akan mati saat itu juga, Lee Hyo Yeon!” Bentaknya, Hyo Yeon langsung terkejut saat mendengar Jong Woon membentaknya dan tangisannya menjadi semakin keras. Sial, kenapa aku harus menangis sekeras ini? Kesalnya dalam hati. Itu membuat hatinya semakin sesak dan juga terasa sangat sakit.
“Mianhae, Jong Woon oppa... jeongmal mianhae... Aku tidak punya pilihan lain selain menuruti perintahnya, aku masih terikat.” Hyo Yeon menghapus airmatanya dengan kasar, kenapa pertahanan yang sudah ia bangun dengan susah payah ini hancur begitu saja hanya karena melihat Jong Woon yang seperti itu?
Tolong hentikan semua ini, Tuhan. Pintanya dalam hati. Hyo Yeon tidak sanggup merasakan rasa sakit yang lebih dari ini lagi, ia tidak sanggup melihat Jong Woon yang dalam keadaan emosi tapi matanya tetap berkaca-kaca.
“Aku tahu itu dengan sangat jelas, Hyo Yeon-ah. Kalau kau mengatakan hal ini dan menjelaskan semua masalah ini lebih dulu padaku. Kita akan mencari jalan keluarnya bersama-sama, kita akan bernegosiasi dengan CEO agensimu,” emosi gadis itu seakan meluap saat mendengar kata-kata yang diucapkan Jong Woon, Hyo Yeon merasa laki-laki itu menganggap semua masalahnya mudah diselesaikan, tapi nyatanya tidak sama sekali.
“Oppa pikir semua itu mudah?! Bahkan sebelum Lee sajangnim memanggilku, aku merasa sangat tertekan karena sudah diperintahkan untuk menghindarimu. Mungkin kau pikir memang semuanya bisa diselesaikan dengan mudah karena kau sudah tidak terikat dengan peraturan karena umurmu, tapi aku tidak! Aku sangat mengerti di mana posisiku sekarang, jadi tolong mengerti perasaanku!” Jelas Hyo Yeon panjang–lebar dengan berteriak. Ia pun menangis sesenggukan dan mengalihkan pandangannya dari Jong Woon.
Laki-laki itu langsung menatapnya dengan tatapan tidak percaya, airmatanya terlihat menetes, Hyo Yeon pun memejamkan matanya. Astaga, ia malah membuat laki-laki itu menangis karenanya.
“Hyo Yeon-ah, aku sangat mengerti perasaanmu. Aku sangat mengerti semua tentangmu. Tapi, harusnya kau bisa percaya padaku, aku mencintaimu dan aku tidak mungkin merelakanmu untuk berada dalam situasi sulit seperti ini.” Jelas Jong Woon, kali ini nada ucapannya menurun, bahkan terdengar lembut. Hyo Yeon menghela napasnya, astaga itu benar-benar terasa sulit baginya. Ia memukul pelan dadanya dan berusaha menghirup udara dengan bebas, kenapa ia seperti ini lagi? Ia tidak mungkin langsung pergi dan mencari inhaler.
“O-oppa... geumanhae...” ucap Hyo Yeon dengan pelan, nada suaranya seperti berbisik dan terbata karena ia masih sulit untuk bernapas, membuat Jong Woon langsung membelalakkan matanya dan menatapnya dengan tatapan sangat khawatir. Dan Hyo Yeon melihat laki-laki itu langsung berlari ke kamarnya, ia tahu Jong Woon mencari inhaler. Menurutnya, semarah apapun Jong Woon padanya, ia tidak akan membiarkannya sulit untuk bernapas seperti ini.
Hyo Yeon merasa kepalanya ingin meledak sekarang juga, benar-benar terasa sangat pusing dan tangisannya tidak juga berhenti. Malah bertambah keras, ketika ia baru menyadari bahwa tindakan yang ia ambil ini salah, bahwa pilihannya untuk menghindari Jong Woon itu salah, bahkan ia bisa mengira bahwa laki-laki itu akan pergi ke gedung agensinya, menghadap CEO jika Hyo Yeon yang menyuruhnya. Tapi, ia tidak akan mungkin memintanya melakukan hal seperti itu.
Hyo Yeon memejamkan matanya kembali, merasakan napasnya yang benar-benar tercekat dan ia juga sulit bernapas meskipun lewat mulutnya. Hyo Yeon terus berusaha untuk menghirup udara bebas, tapi ia tidak bisa, tubuhnya pun terasa sangat lemas dan akhirnya ia jatuh terduduk di lantai koridor dormnya yang terlihat remang-remang ini.
Hyo Yeon mendengar langkah kaki yang sangat cepat dan dalam hitungan detik Jong Woon sudah berada di dekatnya, ia bisa merasakannya. “Ige, cepat pakai ini.” Ucap Jong Woon panik ketika ia melihat Hyo Yeon yang masih sulit bernapas. Gadis itu pun mengambil inhaler yang Jong Woon sodorkan dengan lemas. Sialnya, tangannya itu terasa lemas dan sakit karena terlalu banyak latihan dance seharian ini, inhaler itu juga entah kenapa tidak bisa membuat napasnya kembali menjadi normal seperti biasa lagi.
“ARGH!” Jong Woon tiba-tiba menjerit seakan dirinya frustasi, laki-laki itu bahkan menjambak rambutnya, ia tidak pernah sanggup melihat gadis itu yang tengah kesulitan bernapas. Mata Hyo Yeon terbuka perlahan saat Jong Woon terduduk ke lantai dan tangan laki-laki itu buru-buru menjauhkan inhaler dari pegangan tangannya.
Kedua tangan Jong Woon yang memegang pundaknya itu langsung membuatnya terkejut. Terlebih ketika ia langsung mencium bibir Hyo Yeon, lebih tepatnya memberikan gadis itu napas buatan. Astaga, oppa jika kau melakukan hal seperti itu, malah tambah membuatku sesak. Ucap Hyo Yeon dalam hati. Ia kembali memejamkan matanya lagi saat merasa hatinya semakin sesak, airmatanya kembali mengalir ketika ciuman Jong Woon itu menjadi dalam, laki-laki itu melumat bibirnya dengan frustasi. Membuatnya kembali mengalirkan airmatanya lagi, membuatnya kembali menangis lagi.
“O-oppa... jebal...” bisik Hyo Yeon dengan napas terengah-engah.
“Oppa, geumanhae..” sedetik, Jong Woon berhenti mencium bibirnya saat ia benar-benar bisa mendorong tubuh laki-laki yang sangat dekat dengannya itu dengan susah payah. Tubuhnya sudah dalam keadaan sangat lemas dan benar-benar sudah tidak punya tenaga lagi.
Hyo Yeon menyandarkan kepalanya ke dinding dan menatap Jong Woon dengan tatapan sayunya. Sekarang, ia sudah bisa sedikit merasa lega, sudah bisa bernapas walaupun belum normal. Tapi, setidaknya rasa sesak itu berkurang dengan perlahan, menurutnya.
“Mianhae... jeongmal.” Ucap Jong Woon pelan, setelah ia melepas tautan bibirnya di bibir Hyo Yeon. Gadis itu hanya mengangguk dan tanpa diperintahkan, kedua tangannya langsung memeluk tubuh Jong Woon dengan sangat erat dan laki-laki itu langsung membalas pelukannya, juga mengeratkannya. Ia membenamkan wajahnya di sebelah pundak gadis itu, meredamkan tangisannya, membuat airmata Hyo Yeon kembali mengalir lagi.
Ia benar-benar tidak ingin melepaskan Jong Woon, tapi kalau ia harus melakukan hal itu, bagaimana dengan laki-laki itu kalau nantinya ia pergi darinya?
Jong Woon semakin erat memeluk Hyo Yeon dan mengucapkan kata-kata yang membuatnya tenang, laki-laki itu sedang mencoba untuk menghentikan aliran airmata Hyo Yeon, tapi airmatanya itu tidak juga berhenti mengalir, meskipun tidak sederas tadi.
Ia mengusap matanya pelan, menghapus airmata yang mengalir itu dan merenggangkan pelukannya. Menatap mata Jong Woon dengan jarak yang sangat dekat seperti ini, hatinya tiba-tiba terasa hancur ketika melihat mata laki-laki itu yang sembab dan memerah seperti itu. Ia mengulurkan tangannya dan menghapus jejak airmata dipipi laki-laki itu dengan kedua ibu jarinya dengan perlahan.
“Oppa tidak boleh menangis karena diriku.” Ucap Hyo Yeon pelan. Tapi, Jong Woon hanya tersenyum, senyuman sedih yang membuat gadis itu menahan airmatanya yang akan mengalir lagi. Laki-laki itu benar-benar terluka sekarang dan Hyo Yeon sangat menyesal karena membuat orang yang sangat ia cintai menjadi seperti itu.
“Aku benar-benar tidak bisa kalau tidak bersamamu, Hyo Yeon-ah, nareul tteonagaryeo hajima.” Ucap Jong Woon, lalu ia mengecup kening gadis itu dengan lembut. Hyo Yeon langsung menutup matanya, merasakan kasih sayang yang terasa penuh, yang di berikan padanya. Tiba-tiba ia mendengar langkah kaki seseorang yang mendekat ke arahnya. (Jangan berusaha pergi menjauh dariku.)
“Eonni, gwaenchanha?” pertanyaan dari Jin Yeon langsung membuat Jong Woon melepaskan tautannya di keningnya, Hyo Yeon langsung tersenyum kecil ketika melihat adiknya terlihat khawatir. Matanya memperhatikan kakaknya, Jong Woon dan gadis itu juga melihat inhaler yang ada di dekatnya
“Nan gwaenchanha.” Ucap Hyo Yeon, ia berusaha tersenyum manis meskipun itu benar-benar sulit baginya.
“Penyakitnya ini tadi kambuh, Jin Yeon-ah.” Jelas Jong Woon. Hyo Yeon langsung mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki itu dan memukul lengannya dengan kesal.
“Penyakit apa? Aku bahkan tidak mempunyai penyakit serius. Jong Woon Oppa jangan mengada-ngada!” Elaknya.
Jong Woon langsung terkekeh saat mendengarnya dan saat itu Hyo Yeon langsung sadar, bahwa ia benar-benar merindukan laki-laki itu.
Jin Yeon berjalan mendekat ke arahnya, di belakangnya, ada Kyu Hyun yang mengikutinya. Hyo Yeon yang tidak tahu jika adiknya akan pergi itu pun mengeryitkan keningnya dan menatap adiknya dengan tatapan heran, ia akhirnya sadar kalau adiknya itu sudah berpakaian rapi, seperti ingin pergi entah kemana.
“Eodiga?” refleks ia bertanya dan kembali memperhatikan Jin Yeon. Gadis itu hanya tersenyum kecil, yang membuat Hyo Yeon langsung memutar bola matanya. Dia ingin pergi kemana sih? Tanyanya dalam hati.
“Aku akan ke Los Angeles, eonni.” Seolah bisa membaca pertanyaan dari Hyo Yeon, Jin Yeon pun memberitahukannya yang membuat matanya membulat lebar.
“Mworago? Untuk apa kau kesana? Ah, aku tahu.. Untuk promosi album?” ucapnya. Jin Yeon mengangguk dan Hyo Yeon terlihat menghela napasnya, berpikir. Adiknya memang sedikit lebih difokuskan untuk internasional daripada dirinya yang harus fokus pada Korea Selatan dan juga Jepang. Ia belum debut internasional tapi Jin Yeon sudah, membuatnya merasa iri.
“Aku juga akan syuting video klip disana, eonni.” Ucap Jin Yeon, Jong Woon langsung membantu Hyo Yeon berdiri saat gadis itu mencoba untuk bangkit dari duduknya, tapi ia kesulitan karena.. sumpah demi apapun kakinya benar-benar terasa sakit dan sangat lelah saat ia mencoba untuk berdiri.
“Eonni, kau jangan berlatih terlalu keras. Apalagi koreografi seperti itu, bisa-bisa tulang ekormu akan patah.” Jelas Jin Yeon. Hyo Yeon langsung mendengus. Dia ini sering mencari tahu semua hal yang berhubungan denganku ya? Tanyanya lagi di dalam hati. Ia heran dengan sikap adiknya.
“Tidak akan seperti itu.” Elak Hyo Yeon, meskipun tidak mungkin patah, tapi ia merasa tulang ekornya itu bisa cedera jika ia berlatih terlalu keras.
“Jin Yeon-ah, kajja. Kalau kau tidak cepat-cepat, kau pasti akan ketinggalan jam penerbangannya.” Suara Min Sun terdengar dan ia juga menghampiri Jin Yeon. Eo, jadi karena hal ini yang membuat manajer adikku itu kembali ke Korea Selatan? Pikirnya.
“Kau akan pergi dengan manajermu dan penata riasmu juga?” tanyanya lagi saat mereka semua sudah berjalan menuju ruang tengah. Jin Yeon mengangguk.
“Dengan beberapa staff juga.” Hyo Yeon memperhatikan Jin Yeon yang kembali memeriksa barang-barang dan keperluan yang harus dibawanya. Setelah memastikan semuanya sudah beres ia tersenyum.
“Eonni, ahjeossi, Kyu Hyun-ah, aku akan berangkat sekarang.” Jelas Jin Yeon, ia mengangguk dan mereka pun mengantarnya ke depan pintu. Pintu itu tidak ia buka lebih dahulu, karena Hyo Yeon takut skandal yang waktu itu terulang lagi dan ia tidak mau hidupnya menjadi semakin sulit.
“Ne, Jin Yeon-ah, joshimhae.” Ucap Jong Woon, ia mengacak rambut Jin Yeon dengan gemas. Hyo Yeon pun terkekeh melihat Jin Yeon yang langsung menggerutu. (Hati-hati.)
“Jangan melirik laki-laki lain disana.” Ingat Hyo Yeon, Jin Yeon langsung terkekeh dan mengangguk.
“Disana tidak ada yang bisa membuatnya tertarik. Lagi pula, orang-orang yang tinggal disana tidak akan ada yang mau dengan Jin Yeon-ah.” Ucap Kyu Hyun, membuat Jin Yeon langsung menjitaknya dan cemberut.
“Nan yeppeoyo, kau saja yang tidak tahu.” Ucap Jin Yeon berlebihan, kakaknya dan Jong Woon pun terbahak. (Aku ini cantik,)
“Jangan dengarkan ucapannya, dia berbohong.” Suruh Kyu Hyun, Hyo Yeon hanya mengangguk dan masih terbahak. Dua orang yang sangat evil ini benar-benar selalu bisa membuatnya terhibur. Begitu Jin Yeon memeluknya, Hyo Yeon pun membalas pelukan gadis itu dan mengusap-usap punggungnya.
“Eonni, aku akan merindukanmu.” Kata Jin Yeon. Hyo Yeon tersenyum kecil saat mendengarnya.
“Itu bohong kan?” tanyanya berusaha meledeki adiknya dan langsung terkekeh. Jin Yeon langsung memanyunkan bibirnya dan menatap sebal ke arah kakaknya. Gadis itu pun melepaskan pelukannya membuat Hyo Yeon terkekeh lagi. Menutupi rasa sedihnya, jadi adiknya akan berada diluar jangkauannya dan ia akan sendirian? Pikirnya.
Meskipun masih ada Jong Woon, tapi laki-laki itu juga akan pergi saat wajib militer nanti. Yoo Chang Hyun juga pasti akan sibuk mengatur jadwalnya, Ah Ra akan sibuk mengatur konsep-konsep riasan yang akan ia pakai dan itu selalu berbeda-beda setiap kali Hyo Yeon melakukan comeback stage.
“Sudahlah, lebih baik aku berangkat sekarang juga.” Jin Yeon menyeret kopernya keluar pintu dorm, sebelumnya Min Sun memang membukakan pintu itu untuknya, tapi hanya Jin Yeon dan Ji Won saja yang keluar, serta manajernya tentunya. Sedangkan Hyo Yeon, Jong Woon dan Kyu Hyun tetap berada di dalam agar tidak terlihat oleh orang lain, Chang Hyun dan Ah Ra berada di dalam juga.
Koper besar yang tadi diseret olehnya itu diberikan kepada staff yang memang diperintahkan untuk meletakkan koper yang dibawanya itu ke dalam bagasi mobil van.
Jin Yeon melambaikan tangannya pada Hyo Yeon. Gadis itu pasti akan merindukan Jin Yeon yang selalu berdebat tentang hal-hal kecil dengan Kyu Hyun itu. Ia menghela napasnya saat pikirannya terlempar pada point hukuman yang ada di kertas surat perjanjian yang diberikan oleh Hyun Seok waktu itu. Jika ia benar-benar harus pergi dari Korea Selatan, kemana ia harus pergi? Apa ia harus mengikuti ibunya yang selalu bolak-balik Paris-London untuk perusahaannya yang ada dibidang fashion dan majalah itu?
Jika mengikuti jejak ayahnya, beliau lebih fokus pada Amerika dan Hyo Yeon tidak begitu menyukai benua itu. Jika ia mengikuti jejak Dong Hwa—kakak tirinya yang pertama—yang mengambil alih perusahaan ayahnya di Jepang, sebelum beliau diperintahkan untuk mengelola usaha kakeknya yang ada di Amerika itu, sangat tidak mungkin ia boleh ada di Jepang oleh CEO agensinya.
Hyun Seok tidak akan membiarkannya menjadi lebih sukses jika ia pindah ke Jepang, berarti pilihan satu-satunya antara Paris dan London ya? Pikirnya lagi. Ia menghela napas lagi, sepertinya ia akan menemui kakeknya yang beristirahat di kota kelahirannya saja, London.
Mengingat ia sudah sangat lama tidak mengunjunginya dan ia juga tidak akan mungkin memberitahukan Jong Woon kalau hal ini benar-benar terjadi. Pikirannya menguap ketika laki-laki itu menepuk pundaknya dengan sedikit keras, Hyo Yeon langsung menoleh pada Jong Woon.
“Jangan melamun.” Ucap Jong Woon. Hyo Yeon refleks meringis kecil, aku hanya memikirkan bagaimana nasibku nanti, oppa. Ucap Hyo Yeon dalam hati. Jong Woon tersenyum kecil dan menarik tangannya dengan lembut agar kembali ke ruang tengah.
Hyo Yeon memejamkan mataku sekilas, apa nanti ia bisa jauh darinya? Apa nanti ia bisa melepaskannya kalau ia benar-benar terpaksa melakukan hal itu? Kalau ia benar-benar harus meninggalkan semuanya?
_T.B.C._
-2015.06.15