“Kenapa hanya ingin bersamanya dan menjalani hari dengannya saja, harus sesulit ini?”
–Lee Hyo Yeon–
19th of February 2013, 17.24 PM K.S.T.
Sun Moon University, Ansan, South Korea
“Kemesraan ini janganlah cepat berlalu.” Hyo Yeon menghembuskan napas berat. Baru saja ia menyanyikan satu bait lagu Indonesia yang akan ia nyanyikan bersama Jun Su saat Music Bank di Jakarta nanti. Ia sempat menahan napasnya sekilas saat akan membaca lirik lagu itu.
Menurut Hyo Yeon, bahasa Indonesia memang tidak sulit asal ia mau belajar, ia pasti bisa, tapi kenapa ia malah seperti merasa malas menyanyikan lagu itu, apa terdengar agak kuno? Entahlah.
Hyo Yeon masih menatap dua kertas yang dipegangnya, satu kertas dengan lirik lagu yang penuh dengan tulisan bahasa Indonesia dan yang satunya sudah disalin ke dalam hangul. Tapi, tetap saja sulit untuk lidahnya yang memang sudah lama tinggal di Korea Selatan, bahkan ia pun juga lahir disini, meskipun ia keturunan Inggris dan Jepang. Hyo Yeon menghela napasnya, sepertinya ia harus beristirahat sejenak, karena sejak selesai Event tadi ia langsung diberikan kertas-kertas ini oleh manajernya.
“Eonni, coba minum dulu.” Ucap Jin Yeon, menghampirinya yang sedang duduk dihalaman depan gedung Universitas Sun Moon sambil memberinya sebotol air mineral, Hyo Yeon langsung menerimanya dan membuka botolnya saat Jin Yeon duduk disebelahnya.
“Coba aku ingin lihat, memangnya ini lebih sulit dari kalimat selamat malam?” tanya Jin Yeon, Hyo Yeon pun memberikan kertas-kertas itu dan meminum air yang ada di botol beberapa teguk. Sesekali ia memperhatikan Jin Yeon yang sepertinya pusing dengan tulisan bahasa Indonesia. Ia menutup botol minumnya kembali dan terkekeh kecil.
“Pusing kan? Ah, kenapa Jun Su oppa memilih lagu ini untuk duet.” Protes Hyo Yeon entah pada siapa. Ia memajukan bibirnya dan kembali memperhatikan dua kertas itu. Ia juga sesekali terkekeh geli mendengar Jin Yeon yang mencoba untuk membaca lirik lagunya.
“Eonni, untung saja aku tidak menyanyikan lagu ini. Ini, coba dipelajari lagi.” Ucap Jin Yeon sambil menyengir, Ia menyodorkan kembali kertas yang berisi lirik lagu pada kakaknya. Hyo Yeon mendengus kecil. Ya, sepertinya ia memang harus sering-sering melatih lidahnya dengan menyanyikan lagu itu.
“Jin Yeon-ah.”
“Ne?” Jin Yeon bangkit dari duduknya begitu Ah Ra memanggilnya, saat ia berjalan menghampiri Ah Ra, ia seperti sedang mencari seseorang, tepatnya mencari Ji Won, penata riasnya yang setia padanya sejak ia debut tahun lalu. Tapi, percuma. Ia menghela napasnya, mungkin Ji Won sedang mengatur konsep barunya bersama Min Sun, manajernya. Karena ia akan segera comeback stage untuk Internasional.
Hyo Yeon kembali berlatih menyanyi lagi dan ketika ia menguap, ia menghentikan nyanyiannya. Memijit keningnya yang terasa pusing. Ia mendongakkan kepalanya dan menatap langit yang lumayan cerah, sama sekali tidak mendukung perasaan hatinya yang sedang gelap, ia pun mengalihkannya dengan memandangi ke sekitarnya. Begitu matanya tertuju pada pintu gerbang yang berada lumayan jauh darinya. Ingatannya tentang Jong Woon pun terputar.
Dulu, di gerbang itu, ia benar-benar melihat seorang Jong Woon yang dikelilingi banyak penggemarnya. Di gerbang itu, ia merasa tidak asing dengannya dan di gerbang itu juga ia sempat bergandengan tangan walaupun hanya dalam hitungan detik dengan Jong Woon karena takut ketahuan oleh publik. Ia menghela napasnya lagi, sekarang kampus ini sudah sedikit sepi setelah saat ada Event tadi.
Ngomong-ngomong tentang kampus, ia juga masih berstatus menjadi mahasiswi di universitas ini, masih berada di semester enam dan akan skripsi. Ia mendengus begitu mengingat kata skripsi. Memikirkannya saja sudah pusing, bahkan melebihi rasa pusingnya pada jadwal, juga skandalnya. Pikirannya menguap begitu saja saat Chang Hyun menepuk pundaknya sedikit keras.
“Hyo Yeon-ah. Kenapa kau berhenti berlatih menyanyi? Aku tidak mau tahu, kau harus lancar menyanyikannya tiga hari lagi.” Jelas Chang Hyun. Hyo Yeon menatapnya tidak percaya, tiga hari katanya? Hari ini saja belum ada satu kalimat pun yang menyangkut dipikirannya tentang lagu itu.
“Oppa...” rajuk Hyo Yeon. Chang Hyun menghela napas lalu menatapnya tajam. Jika manajernya sudah menatapnya seperti itu, ia tidak pernah bisa melawannya atau mengelaknya. Ia harus menurutinya.
“Aku tidak mau netizen mengatakan hal negatif padamu kalau kau tidak lancar menyanyikannya. Jangan membuat malu warga Korea Selatan dan juga Jun Su-ssi, Hyo Yeon-ah.” Jelasnya lagi. Hyo Yeon mengangguk kecil dan menghembuskan napas pasrah.
“Arraseo, aku bisa apa selain menurutinya.” Ucapnya. Chang Hyun tersenyum kecil saat melihat Hyo Yeon yang menuruti kata-katanya. Ia mengacak poni Hyo Yeon asal dan beranjak dari duduknya.
“Kajja, jadwalmu hari ini sudah selesai. Kau tidak ingin ke dorm dan bertemu dengan—” ucapan Chang Hyun langsung dipotong oleh Hyo Yeon, membuatnya tergelak.
“Oppa! aku sedang menghindarinya. Jadi, jangan berbicara yang macam-macam.” Kesal Hyo Yeon, ia sudah memilih dari sekian pilihan yang harus ia pilih. Meskipun banyak pilihannya, dan itu cukup sulit.
Tapi, yang tersulit dan harus ia lakukan adalah menghindari juga menjauhi laki-laki yang sampai sekarang masih menjadi kekasihnya. Ia bahkan tidak akan pernah rela untuk memutuskan hubungannya dengan Jong Woon.
“Arraseo, arraseo. Kajja, kita pulang. Besok kau ada jadwal di Weekly Idol kan?” tanya Chang Hyun yang langsung menarik kedua tangan Hyo Yeon supaya ia terbangun dari duduknya.
“Ne, bersama beberapa penyanyi solo dari agensi kita. Waeyo?” jawab Hyo Yeon, ia menatapnya curiga, tapi Chang Hyun hanya tersenyum kecil.
“Jangan menangis lagi. Kasihan Ah Ra-ya, dia selalu mengomel sendirian.” Ucap Chang Hyun dan langsung tergelak begitu mendengar Ah Ra yang sedang membereskan beberapa barang mengajukan protes. Hyo Yeon hanya mendengus.
“Aku tidak akan menangis. Tapi, oppa..”
“Ne?” sahut Chang Hyun.
“Izinkan aku melihatnya, dengan begitu aku tidak akan menangis lagi kalau dia baik-baik saja.” Jelas Hyo Yeon.
Ucapannya membuat tatapan heran dari Chang Hyun menghilang, bergantian dengan tatapan tidak percayanya. Hyo Yeon yang melihatnya pun meringis kecil, ia tahu sebentar lagi manajernya pasti akan memarahinya lagi. Bukankah melihat Jong Woon sama saja dengan menemuinya?
“Hyo Yeon-ah,”
“O-oppa, bukan.. Bukan melihat dengan cara menemuinya seperti itu. Kita datang ke kafe Mouse & Rabbit saja. Kita—”
“Permintaan ditolak. Kalau kau ingin melihatnya, kalian berdua video call saja.” Tolak Chang Hyun dengan cepat.
Setelah menghela napas beratnya, ia membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah parkiran. Hyo Yeon yang melihatnya langsung menggerutu sambil berusaha mengejar langkah kaki manajernya yang panjang-panjang.
“Oppa, maksudku.. Aish, oppa! Hanya berhenti di depan kafenya saja. Tidak akan masuk, lagi pula, jika aku ingin membeli minumannya, aku bisa mengirimkan pesan pada Jong Jin oppa dan mengantarkannya padaku.” Jelas Hyo Yeon panjang. Mereka berdua telah sampai di dekat mobil van berwarna putih milik Hyo Yeon dan didalamnya sudah ada Jin Yeon yang sedang memainkan Ipad-nya.
“Jong Jin?” Sebelah alis Chang Hyun naik mendengar nama itu. Sepertinya tidak asing untuknya, tapi kenapa ia merasa tidak kenal dengan nama itu?
“Ne, Jong Jin oppa, adiknya Jong Woon oppa. Jika dia tidak mau, aku bisa minta tolong Ah Ra eonni,” Hyo Yeon mengangguk pelan, ucapannya pun ditolak mentah-mentah oleh penata riasnya, Song Ah Ra.
“Aku tidak mau!” Hyo Yeon langsung mendengus lalu menghentakkan kakinya dengan kesal begitu melihat tatapan Chang Hyun yang seperti berkata 'Lihat kan?!' ia pun berjalan ke arah pintu penumpang, membukanya, lalu menutupnya sedikit keras saat sudah duduk di kursi mobil. Ia mendengus dan menggerutu.
Chang Hyun yang melihat tingkah Hyo Yeon yang seperti anak kecil pun menghela napasnya. Ia melihat ke sekitar, memperhatikan ada atau tidak ada barang-barang yang tertinggal.
“Sudah aku masukkan ke bagasi semuanya, oppa.” Ucap Ah Ra yang terlihat meletakkan satu box kecil di bagasi. Ia mengangguk dan langsung menutup pintu bagasi mobil.
“Kalau begitu, kajja pulang.” Ucapnya, Ah Ra langsung menuju pintu depan mobilnya, sedangkan ia masuk ke dalam mobil dan duduk dibelakang kemudi. Ia menghela napas lagi ketika tidak sengaja melirik ke arah Hyo Yeon yang masih diam sambil memperhatikan ponselnya. Sepertinya ia memang harus mengantarnya ke kafe yang dimintanya.
Mungkin hanya kali ini atau mungkin ini yang terakhir kalinya. Pikirnya. Chang Hyun pun menyalakan mesin mobil dan menjalankannya.
Hyo Yeon kembali menghela napasnya dan mengalihkan tatapannya ke arah luar jendela dari layar touchscreen ponselnya. Ia telah membaca semua pesan masuk dari Jong Woon yang menanyai kabarnya dan beberapa hal.
Tapi, entah kenapa Hyo Yeon merasa kalau ia harus bertekad kuat untuk tidak membalasnya. Entah ia harus menjelaskannya dengan alasan apa jika nanti ia bertemu dengan Jong Woon.
Hyo Yeon merindukannya, bahkan sangat merindukannya dan itu sudah terlihat jelas dengan caranya yang men-stalking akun twitter Jong Woon, menatap dengan sedih foto-fotonya dengan Jong Woon yang ada di galeri ponselnya. Ia merindukan semua tentangnya. Bahkan ini belum sehari ia tidak bertemu dengannya. Tapi, Hyo Yeon harus tetap pada pendiriannya, ia pun mematikan ponselnya dan meletakkannya ke dalam tas tangannya.
Memikirkannya membuatnya sesak, Hyo Yeon memang tidak boleh melihat Jong Woon, kalau ia sampai melihatnya, pasti ia akan langsung menangis dan berkata jika ia merindukannya, lalu semua pertahanan yang ia sudah bangun sejak semalam hancur sudah. Ia menggeleng pelan, ia harus kuat.
Tapi, kalau Hyo Yeon tidak menemuinya, rasanya bernapas saja ia tidak sanggup. Ia menghela napas lagi yang menurutnya sulit, kemudian ia mengambil dua kertas yang tadi diberikan Chang Hyun dari dalam tas tangannya. Lebih baik ia fokus dengan lagunya daripada mempermalukan dirinya sendiri didepan penggemarnya. Hyo Yeon yakin di Indonesia, penggemarnya juga banyak, terlebih ketika ia study tour dari kampusnya dulu.
Hyo Yeon mempelajari lirik lagunya dan menyanyikannya dalam hati. Ia tidak mungkin menyanyikannya langsung kan? Terlebih Jin Yeon yang entah sejak kapan sudah tertidur. Suasana di dalam mobil ini juga benar-benar sepi.
Hanya terdengar suara lagu yang berasal dari pemutar musik di dekat kemudi, lagi pula suaranya kecil dan terdengar suara kendaraan lain dari arah luar.
“Jong Woon oppa, bogoshipeo...” gumam Hyo Yeon pelan, ia menyandarkan kepalanya pada kepala kursi, lalu memejamkan matanya. Membiarkan pikiran-pikiran di otaknya memainkan beberapa kejadian saat-saat ia bersama dengan laki-laki yang sangat ia cintai. Membiarkan pikirannya membuat Hyo Yeon semakin merindukan seseorang yang bernama Kim Jong Woon.
***
19:11 PM K.S.T.
Mouse & Rabbit Cafe, Seoul, South Korea
Hyo Yeon terbangun ketika merasa pipinya ditempeli oleh sesuatu yang ia yakini benda dan terasa hangat bahkan panas. Matanya yang terbuka terlihat mengecil dan ia pun mengusapnya pelan. Orang yang menyodorkan benda yang berupa segelas kopi susu hangat pun tersenyum kecil saat melihatnya baru terbangun dari tidurnya.
Hyo Yeon menatap samar-samar ke arahnya dan begitu semua nyawanya terkumpul, matanya langsung melotot saat menyadari Jong Woon memperhatikannya dengan menyodorkan satu gelas Coffe House Latte hangat yang sudah menjadi kesukaannya
“Oppa?” Hyo Yeon menatap terkejut ke arahnya. Jong Woon hanya tersenyum melihatnya.
“Ige, minumlah. Minuman hangat sangat baik untuk hari ini.” Ucap Jong Woon. Ia kembali menyodorkan minuman itu, Hyo Yeon langsung mengambilnya.
Hyo Yeon menghela napas lega saat ia merasakan rasa hangat dari gelas yang langsung menjalari tubuhnya. Ia memang sedang membutuhkan minuman hangat, apalagi sekarang cuacanya masih dingin walaupun langit terlihat cerah.
“Oppa, bagaimana bisa ada disini?” tanya Hyo Yeon setelah melihat keadaan di sekitarnya, ia masih berada di dalam van tapi entah kemana perginya Chang Hyun, Ah Ra dan bahkan adiknya saja tidak ada di dalam mobil.
Pintu di samping tempatnya duduk terbuka sedangkan pintu lainnya tidak, tapi mesih mobil masih menyala, astaga.. bagaimana kalau tiba-tiba ada sasaeng fans yang datang lalu menculiknya? Hyo Yeon mendengus kecil saat menyadari pikirannya yang mulai tidak jelas.
“Chang Hyun hyung yang menyuruhku kesini.” Jawab Jong Woon, memperhatikan Hyo Yeon yang menyesap sedikit-sedikit minuman yang ia bawa. Ia pun merapikan poninya yang tergerai, lalu tersenyum lagi. Ia bernapas lega, meskipun harus bertemu dengan cara seperti ini, setidaknya ia bisa melihat Hyo Yeon, dengan begitu ia merasa lega dan merasa bisa bernapas secara normal lagi.
“Mwo? Chang Hyun oppa? Lalu sekarang dia di mana? Ah Ra eonni dan adikku juga tidak ada.” Protes Hyo Yeon.
Hyo Yeon menggerutu kecil menyadari ia ditinggal sendirian. Jong Woon terkekeh kecil mendengar ucapan Hyo Yeon yang menurutnya lucu.
“Mereka ada di dalam kafe, Hyo Yeon-ah.” Jelas Jong Woon. Hyo Yeon langsung mengangguk dan ia tersadar kembali bahwa mobil van ini seharusnya ada di depan kafe, tapi kenapa sekarang terparkir dibelakang kafe? Ia mendengus lagi, mungkin sebaiknya ia tidak tidur ketika dalam perjalanan. Jadi, ia tidak akan seperti ini lagi, tidak tahu apa-apa, seperti orang bodoh.
“Lalu, oppa mau apa datang kesini?” tanya Hyo Yeon dengan polos, Jong Woon pun mencubit pipinya dengan gemas. Ia refleks meringis kesakitan dan cemberut.
“Tentu saja karena ingin bertemu denganmu, pabo!” Ucap Jong Woon pura-pura kesal. Hyo Yeon langsung menyengir tanpa dosa dan ia menjitaknya pelan. Ia mengusap pelan kepalanya dan ia meletakkan gelas minumannya di kantung yang ada di belakang kursi depan.
Lalu, ia mengibaskan tangannya, bermaksud agar Jong Woon mendekat ke arahnya. Laki-laki itu menurutinya, meskipun ia menatap Hyo Yeon dengan heran dan juga penasaran.
“Oppa, bogoshipeo..” ucap Hyo Yeon. Ia langsung memeluk tubuh Jong Woon begitu tahu tidak ada siapa-siapa disekitar sini selain mereka berdua. Jong Woon yang mengerti pun membalas pelukannya dan mengusap-usap pelan punggungnya.
“Nado, akhirnya aku bisa bernapas lega sekarang.” Ucap Jong Woon pelan. Hyo Yeon hanya mengerjapkan matanya dan menatapnya bingung, meskipun pipinya memerah.
“Hanya melihatmu seperti ini saja sudah bisa membuatku lega, aku tidak bisa jauh darimu, Hyo Yeon-ah. Jadi, jangan mencoba untuk menjauh dariku.” Jelas Jong Woon dengan lembut sambil menatap dalam ke arahnya. Hyo Yeon merengut kecil saat niatnya diketahui olehnya. Bukan murni untuk berniat seperti itu, tapi ia sudah berjanji pada CEO agensinya kan? Jadi, mau tidak mau Hyo Yeon harus melakukannya. Ia menghela napasnya.
“Oppa, mianhae..” ucapnya lagi. Jong Woon hanya mengangguk. Baginya, Hyo Yeon tidak mempunyai kesalahan padanya. Bahkan menurutnya, dirinya yang terlalu banyak kesalahan padanya. Membuat Hyo Yeom tertekan, menangis bahkan gadis itu menjauhinya seperti ini saja, Jong Woon mengira bahwa itu mungkin kesalahannya.
“Tidak ada yang bersalah disini.” Ucap Jong Woon, lalu menangkup kedua pipi Hyo Yeon dan mengecup sekilas bibirnya. Refleks, Hyo Yeon langsung memukul pelan dadanya, merasa malu dan belum siap kalau harus dicium dengan tiba-tiba seperti itu. Jong Woon pun terkekeh.
“Oppa yang salah, mengirimiku banyak pesan, membuat ponselku menjadi mati sekarang.” Jelas Hyo Yeon dengan merajuk. Jong Woon pun terkekeh lagi ketika mendengar ucapan darinya. Ia sangat merindukan Hyo Yeon yang sekarang ada dipelukannya ini dengan amat sangat, sampai-sampai ia tidak tahu berapa jumlah pesan yang setiap lima menit sekali ia kirim padanya.
“Aku mengirimnya setiap lima menit sekali sejak tadi pagi.” Jelas Jong Woon sok polos. Hyo Yeon langsung mencubit pinggangnya dengan keras. Ia tidak mau Jong Woon mengiriminya pesan sebanyak itu lagi, bukannya tidak suka. Tapi, itu bisa membuat hatinya terasa sesak dan ingin menangis saat ia menyadari perjanjiannya pada agensinya untuk menjauhinya.
“Ahjeossi, apa Mouse & Rabbit dan Why Style tidak laku sampai-sampai kau beralih profesi seperti itu?” pertanyaan dari Jin Yeon yang sudah ada di dekat mereka berdua membuat Hyo Yeon langsung menoleh padanya. Jin Yeon berdiri tidak jauh dari dirinya dan Jong Woon. Begitu ia menyadari Chang Hyun yang berjalan ke arahnya, tapi tidak melihatnya karena sedang mengobrol dengan Ah Ra, Hyo Yeon pun melepaskan pelukannya di tubuh Jong Woon. Entah kenapa ia merasa sangat takut jika manajernya mengetahui dirinya benar-benar dekat dengannya.
“Enak saja kalau bicara, para penggemarku tidak akan merelakan kafe dan toko kacamataku sepi.” Jelas Jong Woon lalu ia terkekeh. Hyo Yeon hanya mendengus mendengar kata-kata berlebihan dari kekasihnya.
“Hyo Yeon-ah, aku sudah menuruti permintaanmu. Jadi, kau harus turuti perintahku mulai sekarang.” Jelas Chang Hyun yang akan membuka pintu mobil. Hyo Yeon hanya meliriknya dan mengangguk, lalu menggumamkan kata 'iya' dengan pelan.
“Permintaan apa?” sambar Jong Woon penasaran, langsung menatap ke arah Hyo Yeon dan tiga orang yang sudah berada di dalam mobil.
Hyoyeon menggeleng pelan dan terkekeh, “Amugeotdo aniya, sudah sana masuk ke dalam kafe. Bantu eommonim dan juga Jong Jin oppa.” Ucapnya. Ia mendorong pelan Jong Woon yang benar-benar berada didekatnya, ia malah bisa mendengar detakan jantung Jong Woon yang teratur. Jong Woon mendengus kecil.
“Arraseo, Nyonya Kim, aku akan meneleponmu nanti.” Ucapnya. Hyo Yeon yang menyesap kembali minumannya hampir tersedak mendengarnya.
“Ya!” Hyo Yeon langsung menatapnya tajam ketika Jong Woon memanggilnya dengan sebutan Nyonya Kim, secara tidak langsung mengatakan bahwa ia adalah istrinya dan karena Hyo Yeon tidak ingin berharap lebih banyak lagi, ia pun protes. Ia benar-benar tidak ingin bermimpi untuk menjadi istri dari Jong Woon.
“Coba saja kalau aku mau mengangkatnya, sudah sana pergi.” Ucap Hyo Yeon dengan sinis, tapi Jong Woon hanya terkekeh. Ia pun memegang kepala Hyo Yeon dengan kedua tangannya, lalu mengecup pelan keningnya.
“Oppa!” Hyo Yeon langsung protes dan memukuli dada Jong Woon dengan tidak berperasaan.
“Ucapan selamat tinggal dan sampai jumpa.” Ucap Jong Woon. Ia tersenyum melihat pipi Hyo Yeon yang sudah semerah buah tomat.
“Jaga dirimu baik-baik. Arra?” Hyoyeon pun menjawabnya dengan anggukan kepala.
“Ye Sung-ssi, kami akan pulang sekarang. Mereka sudah terlalu lelah karena Event tadi. Annyeong!” Pamit Chang Hyun yang sudah duduk di belakang kemudi, mesin mobil juga sudah ia nyalakan dan mobil van siap berangkat. Jong Woon mengangguk dan menghela napasnya.
Jong Woon menutup pintu mobil setelah menjauh dari Hyo Yeon dan kaca jendela pun terbuka, Hyo Yeon menampilkan senyuman termanisnya yang membuatnya terpesona.
Tapi, Jong Woon tidak bisa mengelak perasaannya yang entah sejak kapan menjadi gelisah. Ia merasa lega, tapi disisi lain ia juga merasa sangat khawatir. Ia menghela napas lagi berusaha menyingkirkan semua perasaannya. Tangannya membalas lambaian tangan Hyo Yeon dengan pelan. Dan Jong Woon kembali masuk ke dalam kafe melewati pintu belakang, ketika mobil itu sudah memasuki jalan raya.
***
3rd of March 2013, 16.45 PM K.S.T.
Star City Apartment, Seoul, South Korea
Jong Woon menghela napas berat ketika menyadari wajah Hyo Yeon yang terlihat pucat saat tampil di Music Box tadi. Dia benar-benar sedang tidak baik-baik saja atau memang karena sering menangis? Apa dia tidak makan dengan baik? pikirnya. Jong Woon memejamkan matanya sekilas begitu sadar bahwa Hyo Yeon sedang menjauhinya.
Ini sudah hari ke dua belas sejak gadis itu menjauhinya. Pesan-pesan yang ia kirimkan padanya tidak mendapat balasan yang berarti, panggilan telepon darinya juga tidak diangkat olehnya karena alasan sibuk. Apa sesibuk itukah jadwal Hyo Yeon sampai mengabaikannya?
Jong Woon kembali menghela napasnya begitu merasakan hatinya terasa sesak kembali. Berada jauh dari Hyo Yeon bisa membuatnya tidak bisa bernapas dengan baik.
Apa seharusnya aku pergi ke dormnya saja? Lalu, kalau aku sudah datang, apa mungkin dia akan mengacuhkanku? mendiamkanku? Atau menangis dengan keras dihadapanku? Aku bahkan tidak sanggup kalau itu benar-benar menjadi kenyataan. Pikirnya dalam hati.
Saat ini adalah saat-saat yang sulit dan yang harus dijalani oleh Hyo Yeon dan penampilannya di Music Bank yang tadi dilihat Jong Woon lewat TV tadi adalah penampilan terakhirnya bersama Jin Yeon, goodbye stagenya. Apa mungkin setelah ini aku benar-benar tidak bisa melihatnya? Bahkan sekilas sekalipun? Pikirnya lagi.
Jong Woon langsung mendengus kesal, apa mungkin ini karena surat perjanjian dari agensinya yang memberatkan Hyo Yeon? Jong Woon menghembuskan napas berat.
Lalu ia mengacak rambutnya dengan kesal, ia merasa kepalanya seakan ingin meledak hanya karena ia memikirkan gadis yang tidak bisa ditemui olehnya. Aniya, bukan tidak bisa, tapi terpaksa dan tidak diperbolehkan untuk menemuinya. Atau, lebih baik ia nekad untuk menemuinya saja?
Rasanya akan lebih baik jika Jong Woon datang ke dorm sekarang juga dan mungkin itu ide yang bagus. Ia mengangguk kecil, ia akan ke dorm dan membicarakan semuanya. Mengatakan bahwa tidak ada yang harus Hyo Yeon takutkan, tidak ada yang harus dijauhinya dan tidak ada yang harus ia khawatirkan seperti yang pernah Hyo Yeon katakan pada Jong Woon.
Jong Woon melirik ke arah Kyu Hyun yang tengah duduk di sampingnya, tumben sekali wajahnya ceria seperti itu ketika melihat penampilan Jin Yeon bersama Hyo Yeon. Ah, Jong Woon tahu sebabnya apa. Ia pun mengusap wajah Kyu Hyun dengan asal.
“Jangan tersenyum seperti orang gila!” Protesnya.
Kyu Hyun langsung mengejarnya begitu ia buru-buru lari masuk ke dalam kamar dan menutupnya, lalu ia mengunci pintunya. Langsung saja terdengar ribut-ribut di luar kamar, ia pun terkekeh dan berjalan ke arah lemari, mengambil mantel, ponsel dan juga kunci mobilnya.
“Hyung! Aku ikut!” Tiba-tiba Kyu Hyun sudah ada didepannya lagi, padahal Jong Woon sangat yakin saat ia masuk ke dalam kamar, laki-laki itu pasti sudah kembali duduk di sofa panjang yang ada di ruang tengah dan sialnya kenapa Kyu Hyun tahu kalau Jong Woon akan pergi ke dorm Hyo Yeon?
“Memangnya aku ingin kemana?” tanyanya, berusaha menutupi arah tujuannya.
Tapi Kyu Hyun hanya berdecak kesal, ia mengambil mantel dan tas ranselnya. Jong Woon hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia merasa Kyu Hyun sudah janjian dengan Jin Yeon.
“Ya! Apa yang sudah kau rencanakan berdua dengan Jin Yeon-ah kali ini?” omel Jong Woon, Kyu Hyun hanya tersenyum kecil, ia langsung mendengus kesal.
Lalu, ia melangkahkan kakinya ke dekat pintu dorm untuk memakai sepatu. Kyu Hyun memang menyebalkan ketika tidak memberitahui rahasianya. Tapi, setidaknya kedua evil itu berbaikan, membuatnya lumayan lega. Nah, sekarang tinggal Jong Woon yang entah kapan berbaikan dengan Hyo Yeon. Eh?
Memangnya Jong Woon dan kekasihnya sedang bertengkar sekarang? Ia pun menghela napas pelannya, pikirannya kembali membuatnya pusing sekarang.
“Sudahlah, kajja pergi.” Ucapnya. Ia sudah rapi dengan sepasang sepatu ketsnya yang berwarna putih, masker berwarna hitam dan kacamata hitam. Jong Woon langsung memakai penyamaran yang sama sepertinya. Mereka berdua pun keluar dorm tanpa berpamitan pada Ryeo Wook yang berada di dapur.
***
18:12 PM K.S.T.
Galleria Foret Apartment, Seoul, South Korea
Ting Tong!
Jong Woon menekan bel untuk yang ketiga kalinya dan mendengus kesal ketika pintu tidak dibukakan sampai sekarang. Aneh, menurut perhitungannya mereka pasti sudah berada di dorm setelah tampil di Music Box dan menurut jadwal, Hyo Yeon hanya ada satu jadwal saja. Ia pun menghela napasnya dan mengikuti Kyu Hyun yang sedang menyandarkan tubuhnya di dinding.
“Ne, maaf lama.” Terdengar pintu terbuka dan suara Jin Yeon. Ia mengerutkan keningnya, ternyata benar Kyu Hyun sudah janjian dengannya. Jong Woon hanya mengangguk dan begitu dipersilakan masuk, ia dan Kyu Hyun langsung masuk ke dalam dorm.
“Kalian benar-benar sudah janjian ya?” tanyanya penasaran sambil melepas sepatunya. Jin Yeon yang memperhatikan Kyu Hyun dan dirinya pun mengangguk. Jong Woon mengerutkan keningnya lagi, ia menyadari ada satu orang yang tidak ada saat ia datang tadi. Kemana Hyo Yeon-ah? Apa dia tidak ada di dorm? Tanya Jong Woon dalam hati.
“Harus sesuai rencana, arra?” Jong Woon langsung mengalihkan tatapannya ke arah Kyu Hyun. Rencana apa sebenarnya yang telah mereka buat? Tanyanya lagi dalam hati. Kyu Hyun menggandeng tangan Jin Yeon dan berjalan ke ruang tengah. Jong Woon hanya mendengus kesal, jadi ia saja yang sendirian disini? Baiklah. Ia mengikuti mereka.
“Eo, Jong Woon-ah.” Ucap Chang Hyun saat ia sudah berada di ruang tengah. Manajer Hyo Yeon sedang memainkan Ipad-nya, mungkin sedang membuka internet atau memeriksa jadwal Hyo Yeon. Aku masih bingung di mana Hyo Yeon-ah saat ini? Jika manajernya dan juga Jin Yeon-ah ada disini, berarti dia pergi dan menyetir mobilnya sendiri? Pergi sendirian? Tapi, Hyo Yeon-ah tidak mungkin melanggar peraturan yang sudah kuperintahkan untuknya. Pikirnya. Jong Woon menghela napas beratnya saat Kyu Hyun menyuruhku duduk.
[Melody Day - I'll Wait]
Jong Woon langsung menggeleng, “Tidak. Sebelum aku memastikan satu hal.” Ucapnya. Ia melangkah ke arah koridor yang terlihat sedikit gelap, di koridor ada empat pintu yang berarti ada empat kamar.
Dari keempat kamar, warna pintunya berbeda-beda dan kakinya langsung berjalan ke arah pintu yang berwarna biru muda. Kamar Hyo Yeon. Ia ingin memastikan apakah gadis itu ada di dorm atau tidak. Mengingat hobinya yang banyak, pasti saat ini, mungkin Hyo Yeon sedang membaca novel ataupun menonton film sendirian.
“Hyo Yeon-ah.” Panggilnya sambil mengetuk pintu kamar Hyo Yeon beberapa kali. Tidak ada sahutan, ia pun menempelkan telinganya ke arah pintu, mencoba mendengar apa saja yang terjadi di dalam kamar.
Sepi, tidak ada suara apa-apa. Ia menghela napas lagi, berusaha menenangkan detakan jantungnya yang menjadi cepat. Tidak, Hyo Yeon harus ada di dorm. Ucap Jong Woon dalam hati.
“Hyo Yeon-ah, buka pintunya!” Panggil Jong Woon lagi. Berusaha membuka pintunya dan menghela napasnya ketika ia sadar kalau Hyo Yeon mengunci pintu kamarnya. Ia kembali mengetuk pintu kamarnya dengan sedikit keras. Atau mungkin dia tertidur? Tapi itu tidak mungkin, mereka pasti baru saja sampai dan Hyo Yeon-ah tidak mungkin langsung tertidur begitu saja. Pikirnya lagi.
Jong Woon baru akan menyerah saat ia mendengar sebuah suara seperti isakan tangis. Apakah itu suara Hyo Yeon-ah? Tanyanya dalam hati.
Sepertinya Hyo Yeon sedang menangis di dalam kamarnya. Jong Woon menggeleng, ia benar-benar harus memastikannya, suara itu benar-benar berasal dari dalam kamarnya, ia mengetuk pintunya lagi. Perasaannya langsung tidak enak sekaligus khawatir.
“Hyo Yeon-ah! Jebal buka pintunya!” Ucapnya dengan keras. Ia sudah siap-siap untuk mendobrak pintu kamar Hyo Yeon dan menghela napas. Ya, sepertinya ia harus mendobrak pintu kamar ini sehingga Hyo Yeon menemuinya, tidak melihatnya mungkin tidak bisa membuat Jong Woon bernapas dengan baik. Tapi, jika gadis itu harus menjauhi dan tidak mau bertemu dengannya membuatnya seakan mati rasa dan ia tidak ingin seperti itu.
CKLEK
“Oppa?” Jong Woon langsung menghela napas leganya begitu mendengar pintu dibuka dan juga suaranya. Suara dengan nada pelan bahkan terdengar serak. Ia langsung menatap wajah Hyo Yeon yang penuh airmata.
Perkiraannya benar, Hyo Yeon tengah menangis, tapi entah menangis karena apa ia tidak tahu. Jong Woon langsung menghampirinya dan mendekapnya dengan erat. Seolah ia tidak akan pernah melepaskannya.
“Oppa, lepaskan.” Ucap Hyo Yeon dengan nada pelan.
Jong Woon menggeleng dan semakin memeluknya dengan erat, meskipun ia bisa merasakan tubuh Hyo Yeon menegang saat ia peluk. Hyo Yeon berjalan mundur dan mereka berdua pun sekarang sudah berada di dalam kamarnya.
“ireotjima. Jangan menyiksaku, Hyo Yeon-ah.” Bisik Jong Woon. Ia langsung memendamkan wajahnya ke pundak dan tengkuknya. Menghirup aroma tubuh Hyo Yeon yang semakin membuatnya gila sekaligus merasa nyaman dalam waktu yang bersamaan.
Tangan Hyo Yeon memberontak, seakan ia kuat untuk mendorong tubuh Jong Woon. “Oppa..”
Jong Woon tahu Hyo Yeon berusaha untuk menjauhi tubuhnya yang sedang memeluk tubuhnya dengan sangat erat seperti ini, tapi Jong Woon tidak akan melepaskannya. Ia benar-benar merindukan Hyo Yeon dan ia merasa dirinya hampir mati karena merindukannya.
“Kau tahu aku tidak bisa jauh darimu meskipun hanya sedetik saja kan? Apa kau tahu bagaimana rasanya dijauhi seperti itu, Hyo Yeon-ah? Aku bahkan merasa sudah gila karena merindukanmu dan tidak dapat menemuimu!” Jelas Jong Woon frustasi.
Seketika, Jong Woon merasakan baju di bagian depannya basah dan saat itu juga, ia kembali mendengar isakan tangisnya, mendengar tangisan Hyo Yeon yang sesenggukan. Dan saat itu juga, ia merasa menjadi laki-laki terbodoh yang hidup di dunia. Jong Woon mengusap-usap pelan punggungnya, berusaha menenangkannya.
“Oppa, geumanhae...,” bisik Hyo Yeon dengan pelan.
“Disini, bukan oppa saja yang seperti itu. Aku bahkan lebih memilih untuk mati daripada menjauhimu jika ada pilihan itu.” Lanjut Hyo Yeon dengan terbata. Jong Woon menghela napasnya dan memejamkan matanya sejenak. Aku melukai hatimu lagi, maafkan aku. Bisiknya dalam hati.
“Maafkan aku.” Ucapnya.
“Oppa, kau tidak salah, aku yang salah kan? Aku memang bukan gadis yang baik untukmu.” Ucapan Hyo Yeon membuat Jong Woon menghela napasnya lagi. Bahkan menurutnya, ia benar-benar sudah menjadi gadis yang paling baik yang pernah ia temui.
Jong Woon tidak pernah menyukai kalimat yang Hyo Yeon ucapkan, meskipun untuk orang lain ia tidak sempurna, setidaknya dengan bersamanya, dengan ketidak-sempurnaan dirinya juga Hyo Yeon, gadis yang bernama lengkap Lee Hyo Yeon bisa membuatnya menjadi sempurna. Membuat cinta seorang Jong Woon menjadi sempurna hanya karena adanya Hyo Yeon.
“Aniya, kau gadis yang paling baik untukku, aku merasa sangat beruntung karena memilikimu, Hyo Yeon-ah. Jadi, jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi.” Jelas Jong Woon. Hyo Yeon hanya mengangguk dan kembali terisak. Hatinya kembali terasa seperti di cengkram kuat.
“Berhentilah menangis,” Jong Woon pun merenggangkan pelukannya dan menangkup wajah Hyo Yeon dengan kedua tangannya. Menatap mata sembab dengan jejak-jejak airmata yang mengalir di kedua sisi pipinya, Jong Woon menghapusnya perlahan dengan ibu jarinya.
“Jangan pernah menangis seperti ini lagi. Kau tidak boleh takut, arra?” lanjutnya, Hyo Yeon hanya mengangguk pelan, tapi juga membalas tatapannya. Tatapan yang membuat hati Jong Woon semakin terasa sesak, wajahnya benar-benar terlihat pucat. Tapi, Hyo Yeon malah berusaha baik-baik saja. Dan seharusnya, dengan keadaannya yang seperti ini, ia tidak boleh tampil di Music Box tadi.
“Aku hanya takut kalau aku tidak bisa bersamamu lagi, oppa. Hanya itu yang aku takutkan.” Jelas Hyo Yeon. Jong Woon kembali menghela napasnya dengan berat.
“Selama aku mencintaimu, jangan pernah takut pada hal seperti itu, arra?” Jong Woon menatap dalam ke mata Hyo Yeon dan seketika pipinya langsung memerah, membuatnya tidak bisa menahan senyumannya. Hyo Yeon mengangguk lagi, Jong Woon mencium keningnya dengan lembut. Memberikan seluruh kasih sayang yang ia punya untuk gadis itu. Untuk Hyo Yeon.
“Jadi, tadi kudengar kau menangis itu karena apa? Apa karena surat perjanjian dari agensiku waktu itu?” tanya Jong Woon setelah melepaskan pelukannya.
Matanya menatap ke sekeliling kamar Hyo Yeon yang luas. Ia merasa bahwa ia tidak pernah berada di dalam kamar ini dalam waktu yang lama. Kamar yang entah kenapa selalu bisa membuat perasaannya menjadi tenang.
“Bukan apa-apa.” Hyo Yeon memaksakan sebuah senyuman. Jong Woon langsung mendengus saat mendengarnya. Ia langsung berjalan ke kasur dan duduk sambil menatapnya kembali.
“Jangan memaksakan sebuah senyuman, hanya karena ingin membuat orang yang kau beri senyuman itu tidak khawatir padamu.” Jelas Jong Woon, lalu mengikuti Hyo Yeon yang sudah duduk di atas kasur. Matanya langsung menyipit begitu melihat beberapa kertas dan sebuah buku yang ia yakini adalah buku harian Hyo Yeon yang tergeletak di dekat bantal.
“Eo, itu apa?” tanya Jong Woon, ketika ia berusaha mengambilnya karena letaknya di sudut dekat jendela, ia merasa penasaran sekarang, Hyo Yeon pun terburu-buru mengambilnya. Ia mengeryitkan keningnya, menatapnya heran. Tapi Hyo Yeon hanya menyengir.
“Bukan apa-apa, oppa.” Hyo Yeon membuka laci meja belajarnya dan meletakkan buku hariannya, serta kertas-kertas itu ke dalam map berwarna biru keabu-abuan yang menurut Jong Woon tidak asing. Warnanya terlihat familiar dimatanya. Warna agensi Hyo Yeon yang tidak disadarinya.
“Eonni! Chang Hyun oppa sudah selesai memasak makan malam, kajja makan!” Teriakan Jin Yeon terdengar oleh Jong Woon, membuatnya kembali mendengus. Baru ia akan menanyai warna itu, tapi Hyo Yeon malah menarik tangannya dengan susah payah supaya ia bangkit dari duduknya.
“Kajja, makan. Aku sudah sangat lapar.” Ajaknya, Jong Woon pun menurut dan bangkit dari duduknya, mengacak rambut Hyo Yeon dengan pelan dan menggandeng tangannya, lalu berjalan keluar kamar. Sepertinya lain kali saja ia menanyainya hal itu dan mencari tahu kertas-kertas apa itu. Pikirnya.
***
“Rencanaku dan Kyu Hyun-ah akhirnya gagal.” Ucap Jin Yeon, lalu ia cemberut setelah memasukkan sepotong buah stroberi yang besar ke dalam mulutnya.
Hyo Yeon yang mendengarnya pun terkekeh pelan. Adiknya mengatakan, tadinya Jin Yeon dan Kyu Hyun ingin menguncinya bersama kekasihnya di dalam kamarnya agar masalahnya yang tentang menghindari Jong Woon bisa diselesaikan. Tapi, karena ia mengunci pintu kamarnya dan karena Jong Woon menghampiri kamarnya, mau tidak mau rencana itu pun gagal.
“Ne, dan kau langsung melaksanakan rencana kedua kan, Jin Yeon-ah?” tanya Kyu Hyun. Jin Yeon langsung terbahak dan menyengir, lalu mengangguk, membuat Chang Hyun menatapnya kesal. Hyo Yeon mengerutkan keningnya, tanda ia heran sekaligus penasaran dengan ucapan Kyu Hyun.
“Ne, menghancurkan dapur dan membuatku kesulitan ketika memasak makan malam. Lagi pula, kenapa Ah Ra-ya harus pergi ke Jepang sih.” Gerutu Chang Hyun. Begitu tahu alasan manajernya menatap Jin Yeon dengan tatapan kesal seperti itu Hyo Yeon langsung tertawa.
Dua evil ini benar-benar, lihat saja Kyu Hyun hanya tersenyum dan adiknya hanya menyengir mendengar gerutuan dari manajernya.
“Kalian ada-ada saja.” Ucap Jong Woon. Tapi untung saja masakan yang dibuat oleh Chang Hyun tidak hangus, kalau masakannya benar-benar hangus, Hyo Yeon yakin adiknya tidak akan diberi makan oleh manajernya.
“Habisnya, aku kan sudah membuat skenario dengan Kyu Hyun-ah, tapi ahjeossi malah keluar dari plot.” Jelas Jin Yeon, Hyo Yeon pun menjitak kepalanya. Adiknya benar-benar tidak sopan memanggil Kyu Hyun seperti itu.
“Panggil dia oppa.” Protesnya. Jin Yeon hanya mendengus dan ucapannya membuat Kyu Hyun terkekeh. Aish, dasar evil. Gerutu Hyo Yeon dalam hati.
“Aku tidak berminat kalau peranku seperti itu.” Ucap Jong Woon setelah meminum air putih beberapa teguk. Hyo Yeon pun menyodorkan buah stroberi padanya dan ia langsung memakannya, Hyo Yeon menyengir.
“Oppa maunya berperan seperti Romeo kan? Lalu aku menjadi Juliettenya?” tanya Hyo Yeon, Jin Yeon memutar bola matanya dan kembali memakan buah stroberi yang masih ada di mangkuknya.
Mereka semua baru saja selesai makan malam dan masih saja mengemil buah. Benar-benar tidak peduli kalau mereka adalah artis yang harus menjaga bentuk tubuhnya dan berat tubuhnya.
“Aku mual mendengarnya, eonni. Kau jangan romantis seperti itu, ahjeossi saja tidak romantis.” Protes Jin Yeon, Hyo Yeon hanya menyengir. Lalu aku harus sepertimu? Jangan harap. Pikirnya.
“Aku romantis!” Sambar Jong Woon yang langsung membuat Chang Hyun dan Kyu Hyun terkekeh mendengarnya.
“Oppa tidak romantis.” Ucap Hyo Yeon, Jin Yeon pun tertawa saat melihat Jong Woon memanyunkan bibirnya. Hyo Yeon ikut tertawa melihatnya.
“Aku—chamkkaman,” Jong Woon langsung mengambil ponselnya yang berdering dan bangkit dari duduknya di kursi makan. Hyo Yeon menaikkan sebelah alisnya, penasaran dengan siapa yang meneleponnya karena ia berdiri sedikit menjauh dari ruang makan. Apa yang meneleponnya Jung Hoon oppa? Atau malah Young Min sajangnim? Tanyanya dalam hati. Hyo Yeon menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin CEO agensi Jong Woon meneleponnya langsung.
Tidak lama Jong Woon kembali dan menghampiri gadis yang sejak tadi masih memperhatikannya, Chang Hyun yang pergi mengambil minum dan juga Jin Yeon yang sedang mengobrol dengan Kyu Hyun. Entah mengobrolkan tentang apa.
Jong Woon pun melihat ke arah jam tangannya yang berwarna hitam, lalu ia menghela napasnya. Hyo Yeon semakin penasaran, siapa sih yang meneleponnya itu? Apa orang itu sedang menunggunya? Malam-malam seperti ini? Herannya dalam hati. Ia tidak mungkin menanyai langsung pada Jong Woon.
“Kyu Hyun-ah, Jung Hoon hyung baru saja menelepon. Dia mencari kita dan kita sudah harus pulang sekarang.” Penjelasan dari Jong Woon membuat Hyo Yeon bernapas lega. Ia kembali meminum air putih yang ada di gelasnya.
“Eo, baiklah. Jin Yeon-ah, aku pulang dulu.” Pamit Kyu Hyun. Jin Yeon langsung mengangguk.
“Jangan datang lagi kalau bisa.” Ucap Jin Yeon dengan sinis, Hyo Yeon mendengus geli, astaga adikku kenapa menjadi jahat seperti itu? Pikirnya, dan rasa herannya muncul kembali saat Kyu Hyun yang hanya terkekeh mendengarnya dan bangkit dari duduknya.
“Kau tahu? Jin Yeon-ah berkata seperti itu padaku, itu artinya aku harus datang sesering mungkin, Ye Sung-ah.” Ucap Kyu Hyun. Hyo Yeon hanya berdecak, benar-benar kalimat terbalik yang tidak bisa ia mengerti. Jin Yeon langsung protes dan mengelak ucapan Kyu Hyun.
“Chang Hyun oppa! Jong Woon oppa Kyu Hyun oppa akan pulang.” Teriak Hyo Yeon. Entah manajernya kenapa tadi langsung masuk ke dalam kamarnya, mungkin Chang Hyun tidak mau mengganggunya dan Jin Yeon. Pikirnya. Ia pun mengangkat bahunya tanda tidak tahu ketika Chang Hyun tidak membalas teriakannya dan ia bangkit dari duduknya.
“Kurasa Chang Hyun oppa sudah tertidur. Oppa akan pulang sekarang?” tanya Hyo Yeon dengan polos pada Jong Woon. Jin Yeon mengantar Kyu Hyun ke pintu dorm. Jong Woon yang masih berdiri di dekatnya langsung mengangguk.
“Jung Hoon hyung akan marah jika kami tidak pulang tepat waktu.” Ucap Jong Woon. Hyo Yeon mengangguk pelan. Mereka berdua pun menyusul Jin Yeon dan Kyu Hyun yang sudah ada didepan pintu.
“Ya sudah, oppa pulang sana.” Ucap Hyo Yeon. Refleks, ia mengeryitkan keningnya dengan heran saat Jong Woon menatapnya dari atas ke bawah, sedikit merasa risih karena Jong Woon jarang melihatnya seperti itu. Hyo Yeon pun memukul pundaknya dengan pelan.
“Oppa!” Protesnya. Ia tidak suka dilihat seperti itu.
“Kau terlihat kurus, makan yang banyak karena aku tidak suka gadis yang kurus.” Kalimat yang di ucapkan Jong Woon membuat Jin Yeon dan Kyu Hyun terbahak. Hyo Yeon mendengus kesal dan langsung mencubit lengannya dengan keras. Ia pun meringis kesakitan.
“Cari gadis lain saja jika tidak suka dengan diriku yang kurus.” Ucap Hyo Yeon.
Jong Woon terbahak dan sedetik, Hyo Yeon sudah berada didalam pelukan hangatnya, ia pun menatapnya sambil mengerjapkan matanya saat merasakan kedua pipinya memanas dan berubah menjadi merah. “Aku tidak bisa mencarinya, kau tahu? Karena, hatiku hanya bisa mencarimu saja.” Ucap Jong Woon. Hyo Yeon langsung terkekeh dan memukuli dada Jong Woon dengan pelan.
“Ahjussi berlebihan.” Protes Jin Yeon galak. Hyo Yeon langsung terkekeh lagi.
“Baiklah, kami pulang dulu, Jin Yeon-ah, Hyo Yeon-ah.” Ucap Kyu Hyun. Hyo Yeon dan Jin Yeon mengangguk. Hyo Yeon menghela napasnya saat keduanya sudah menghilang dari pandangannya. Ia menatap sedih ke arah Jin Yeon yang langsung menatapnya khawatir.
“Eonni, jangan menangis lagi.” Ujar Jin Yeon. Tapi, Hyo Yeon hanya mengangguk dan tanpa bilang pada adiknya, ia pun berjalan cepat lalu masuk ke dalam kamarnya.
Menahan tangisan itu sesak, berpura-pura jika dirinya sedang tidak apa-apa itu lebih menyesakkan dan rasa sakit itu sangat terasa saat ia sudah ada di dalam kamarnya.
Jong Woon oppa, entah sampai kapan aku dan dia seperti ini. Dekat saat di belakang kamera dan menjauh seakan tidak pernah kenal saat di hadapan publik. Aku memang memilikinya, mencintainya, bahkan dia juga sudah menjadi bagian dari hidupku. Tapi kenapa rasanya aku benar-benar tidak bisa menjadikannya milikku seutuhnya? Kenapa hanya ingin bersamanya dan menjalani hari dengannya saja, harus sesulit ini? Pikirnya dalam hati.
_T.B.C._
-2015.06.15