home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > GRAY PAPER

GRAY PAPER

Share:
Published : 06 May 2015, Updated : 02 Nov 2015
Cast : Juliette Lee (OC), Super Junior's Yesung, Jane Lee (OC), Super Junior Member, CEO, Managers and
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |6898 Views |2 Loves
GRAY PAPER
CHAPTER 2 : Chapter 02

Apakah dia akan rela menunggunya? Maksudku, apa dia bisa menahan rasa sakit yang muncul ketika menungguku?

–Kim Jong Woon

 

 

16th of February 2013, 13:07 PM K.S.T.

Fansigning Event, South Korea

Kamsahamnida, sugohasseumnida, senang sekali telah bertemu dengan anda.” Dua gadis itu membungkukkan tubuh dengan hormat beberapa kali kepada kru, staff dan orang-orang yang bersangkutan yang ada disini sambil menebar senyuman. Setelah dirasa cukup, Hyo Yeon dan Jin Yeon kembali mendudukkan tubuhnya di kursi. Ia merasa tubuhnya sangat lelah sampai merasa sulit hanya untuk sekedar berdiri, karena kakinya juga sudah pegal.

Ah, akhirnya acara fansigning ini berakhir juga. Hyo Yeon sedikit merenggangkan ototnya dan setelah memastikan semua penggemarnya sudah pulang dan membawa tanda tangan darinya dan adiknya. Hyo Yeon menghela napas, merasakan bagian tubuh dari pangkal pundak sampai ujung jarinya sangat kaku, juga dengan pinggangnya, sungguh lelah. Padahal ia harus perform di Music Core. Hyo Yeon menggeleng pelan, mungkin ia hanya butuh makan saja makanya merasa lelah.

Eonni, jangan melamun.” Tiba-tiba tangan Jin Yeon sudah ada di lengan Hyo Yeon, ia rasa adiknya baru saja menepuk lengannya. Ia yang sedikit terkejut pun mengerjapkan matanya.

Mwoya? Melamun apa? Aku tidak melamun.” Sangkalnya, berbohong. Tentu saja, mana ada orang yang sedang melamun dan mengakuinya? Hyo Yeon langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain, supaya adiknya tidak bisa mengetahui yang sebenarnya. Jin Yeon masih menatapnya curiga sekaligus bingung. Ia mengangkat kedua pundaknya tanda ia tidak tahu dan meraih tasnya, lalu membereskan barang-barangnya.

Dan, Hyo Yeon menghembuskan napas ketika merasa penyelamatnya sudah datang, Chang Hyun dan Ah Ra. Hyo Yeon tersenyum kecil ke arah manajer dan penata riasnya, terlebih saat menyadari Chang Hyun membawa dua kotak yang ia rasa adalah makan siang untuknya dan Jin Yeon.

Mianhae, kalian tidak punya waktu untuk makan siang disini. Kalian bisa makan di mobil selama perjalanan ke stasiun MBC?” tanya Chang Hyun, Hyo Yeon yang sudah lapar sejak tadi itu pun mengangguk.

“Iya oppa. Bisa, sangat bisa. Ayo, kita berangkat.” Jawab Hyo Yeon tidak sabar, yang dibenarkan oleh Jin Yeon. Hyo Yeon menoleh dan menatapnya seakan bertanya 'kau kenapa?' dan adiknya hanya menjawab dengan sebuah cengiran, ia pun memutar bola matanya. Hyo Yeon bangkit dari duduknya, lalu mengambil tasnya. Keadaan disini sudah sangat sepi dan hanya tersisa beberapa orang staff saja yang sedang membersihkan tempat ini.

Hyo Yeon berjalan beriringan dengan Jin Yeon, mengikuti Ah Ra yang ada didepannya, sedangkan Chang Hyun menjaga mereka berdua dari belakang. Takut kalau tiba-tiba ada penggemar yang melihat dan langsung mengejar, berebut untuk merabanya, memegang, atau bersalaman dan memotretnya. Hyo Yeon menghela napas ketika akan menaiki mobil van berwarna putih. Yang pintunya sudah dibuka oleh Ah Ra, menurutnya, gadis itu adalah penata rias yang paling baik dan paling setia padanya, Hyo Yeon juga mengakui bahwa ia sangat menyayangi Ah Ra.

“Jin Yeon-ah, masuklah lebih dulu.” Perintahnya, Jin Yeon langsung menurut, Hyo Yeon mengeryitkan keningnya, merasa heran. Kenapa dengannya? Biasanya adiknya itu sempat meledeki ataupun menolak perintah Hyo Yeon, kenapa sekarang jadi penurut seperti itu?

Dari tadi pagi juga, kalau ada kesempatan Jin Yeon selalu mengecek ponselnya dan sesekali menghela napas. Apa adiknya sedang ada masalah? Apa ada hubungannya dengan Kyu Hyun? Pikirnya. Hyo Yeon segera naik ke dalam mobil dan setelah Ah Ra menutup pintu disebelah manajernya dan memakai seatbelt, suara mesin mobil yang dihidupkan oleh Chang Hyun pun terdengar.

“Hyo Yeon-ah, Jin Yeon-ah, pakai seatbelt kalian.” Suruh Ah Ra. Hyo Yeon mengangguk, bergumam 'iya' entah Ah Ra mendengarnya atau tidak. Ia langsung mencari seatbelt, lalu memakainya. Hyo Yeon melirik ke arah adiknya yang sedang menatap layar Ipad-nya. Tumben sekali adikku berubah menjadi pendiam seperti ini. Pikirnya lagi. Hyo Yeon benar-benar heran dengan perubahan sikap Jin Yeon.

Ketika mobil mulai memasuki jalan raya yang mulai padat, Hyo Yeon menyandarkan kepalanya pada kepala kursi, berniat untuk tidur. Tapi, baru saja akan memejamkan matanya, suara Chang Hyun langsung terdengar. “Hei kalian. Habiskan makanan yang sudah aku bawakan, kalau kalian sakit, aku tidak mau mengatur ulang jadwalnya.” Hyo Yeon meniup poninya dengan kesal.

“Iya, iya, oppa. Menyetir saja dengan benar, aku akan menghabiskannya dalam hitungan menit.” Balas Hyo Yeon, ia segera membenarkan duduknya dan meminta nasi box yang tadi dibawa manajernya pada Ah Ra. Ia juga meletakkan nasi box yang satunya di atas pangkuan Jin Yeon dan gadis itu langsung menatap ke arahnya.

Mwo? Makan dan habiskan, aku tidak mau Kyu Hyun oppa mengomel padaku.” Sambar Hyo Yeon galak, Jin Yeon hanya mendesis sebal. Bagus, sifatnya balik lagi. Hahaha. Ucapnya dalam hati. Hyo Yeon membuka nasi box itu dan setelah berdoa, ia meminum air putih seteguk, lalu memakan menu makan siangnya.

 

***

 

Entah sudah dari jam berapa Kyu Hyun tidak membalas pesan dari Jin Yeon. Apa sebegitu marahnya laki-laki itu karena kemarin tiba-tiba saja ia tidak membalas pesan karena baterai ponselnya habis? Jin Yeon menghela napasnya lagi. Untung saja pertengkarannya dengan Kyu Hyun kemarin hanya lewat pesan. Jadi, ia tidak mungkin menangis, hal yang paling ia hindari. Ia memang bukan tipe gadis yang tidak mudah menangis, tapi jika itu menyangkut Kyu Hyun... bahkan seharian pun sepertinya Jin Yeon bisa menangis keras karenanya. Hubungan mereka berdua memang sedang renggang karena comeback stage Hyo Yeon yang berduet dengannya.

Ia kembali melirik ke arah ponselnya, tidak ada tanda-tanda jika Kyu Hyun akan meneleponnya. Jangankan menelepon, mengirim atau membalas pesan padanya pun tidak. Padahal ia sudah sepuluh kali mengiriminya pesan, apa masih kurang? Apa aku yang harus meneleponnya lebih dulu? Pikirnya. Ia langsung menggeleng, enak saja. Biar saja Kyu Hyun duluan yang meneleponnya dan memberinya kabar. Memangnya ia anak kecil? Ia perform dengan kakaknya sendiri dengan konsep seperti itu saja langsung mengamuk, Kyu Hyun juga membicarakan penari latar yang ada di video klip maupun saat perform live. Bagaimana jadinya dengan Kyu Hyun yang juga bersama penari latar seksi di konser tunggalnya yang kemarin itu? Jin Yeon mendengus kesal.

Jin Yeon mengambil Ipad-nya yang ada di dalam tasnya dan langsung membuka akun media sosialnya, mengecek postingan dari laki-laki yang dijuluki evil itu. Jin Yeon baru akan mengklik usernamenya, Ah Ra langsung mengoceh, “Hyo Yeon-ah, Jin Yeon-ah, pakai seatbelt kalian.” Jin Yeon mengerang kecil, ia meletakkan benda yang lebih besar dari ponselnya dipangkuannya, lalu, ia memakai seatbelt. Kali ini harus tidak ada orang yang bisa mengganggunya untuk men-stalking Cho Kyu Hyun! Ya, harusnya. Ia benar-benar harus memastikan apa yang dilakukan olehnya sampai tidak mengabarinya hampir seharian ini.

“Hei kalian. Habiskan makanan yang sudah aku bawakan, jika kalian sakit aku tidak akan mengatur ulang jadwalnya.” Jelas Chang Hyun. Jin Yeon hanya melirik ke arah laki-laki yang sedang menyetir, yang berada tepat diserong kirinya. Ia merasa tidak ada napsu makan sebelum tahu kabar Kyu Hyun, Ia pun melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi, Jin Yeon menggeserkan jarinya di layar touchscreen.

Begitu username-nya ia klik dan langsung muncul semua postingannya dan.. heol! Kyu Hyun tidak ada postingan terbaru sama sekali. Astaga, Cho Kyu Hyun, apa kau benar-benar sesibuk itu? Gerutunya dalam hati.

“Iya, iya, oppa. Menyetir saja dengan benar, aku akan menghabiskannya dalam hitungan menit.” Refleks Jin Yeon melirik ke arah Hyo Yeon dengan sekilas. Gila kali, menghabiskan makanannya dalam hitungan menit. Pikirnya, tapi, jangan salah. Hyo Yeon benar-benar akan makan dengan habis secepat itu.

Hyo Yeon memang paling suka makan, tanpa memikirkan ia adalah seorang artis yang harus menjaga bentuk tubuhnya. Jin Yeon kembali menatap layar Ipad-nya. Begitu ia merasa sebuah kotak menimpa pangkuannya, ia melirik dan mendengus saat menyadari ada sebuah nasi box. Siapa lagi yang meletakkannya jika bukan Lee Hyo Yeon?! Jin Yeon menatapnya seolah-olah berkata 'apa-apaan ini?'

Mwoya? Makan dan habiskan, aku tidak mau Kyu Hyun oppa mengomel padaku.” Sambar Hyo Yeon galak, Jin Yeon mendesis kesal, lalu mendengus lagi. Menyebalkan, pikirnya. Saat Jin Yeon tidak sengaja melirik ke arah Chang Hyun yang ada dibelakang kemudi ia kembali mendengus. Baiklah, sepertinya ia memang harus makan jika tidak mau pingsan saat perform nanti. Jin Yeon pun menyerah dan kembali meletakkan Ipad-nya di tasnya, lalu ia menyantap makan siangnya dengan pelan.

Eo!” Jin Yeon hampir tersedak ketika Hyo Yeon tiba-tiba menjentikkan jarinya dan membuat ekspresi terkejut. Apa yang tiba-tiba diingat olehnya kali ini? Pikirnya. Jin Yeon ingat beberapa bulan, atau tahun yang lalu, Hyo Yeon pernah bertingkah seperti itu. Membuatnya tersedak air minum kemasan yang baru saja ia teguk.

Jin Yeon langsung menatap Hyo Yeon dengan tajam, tapi kakaknya hanya menyengir. “Semalam tahu tidak siapa yang mengantar kita?” Hyo Yeon menoleh kepada Jin Yeon, lalu melanjutkan kunyahan makan siangnya dimulut.

Eo, Kau tidak tahu? Jong Woon oppa, kekasihku.” Ucapnya dengan nada yang amat berlebihan, Jin Yeon tahu kakaknya pura-pura histeris. Aigoo, jika kedua orang yang ada didepanku ini belum tahu hubungan mereka, bisa dipastikan Chang Hyun oppa yang sedang menyetir itu langsung menginjak rem secara tiba-tiba. Omelnya dalam hati dan melirik sebal ke arah Hyo Yeon.

“Lalu?” tanya Jin Yeon singkat. Ia memasukkan sesendok nasi beserta lauknya ke dalam mulut, lalu mengunyahnya. Ia benar-benar berharap kalau Hyo Yeon tidak membuatnya terkejut kali ini.

“Dia yang menggendongmu dari mobil sampai ke kamarmu.” Sederetan kalimat itu membuat mata Jin Yeon melotot dan langsung menatap Hyo Yeon dengan tidak percaya. Bagaimana bisa ahjeossi menggendongku? Ah, semalam.. Aku sepertinya tertidur saat di perjalanan pulang, Jin Yeon pun mendengus saat memikirkan hal itu. Selalu seperti itu, Jin Yeon selalu tertidur saat di mobil.

“Aku ketiduran semalam, ya kan?” tebaknya, padahal sebenarnya ia sudah tahu. Setelah menelan makanannya, Jin Yeon mengambil sebotol air mineral yang diletakkan didekatnya. Hyo Yeon menyuapkan sesendok nasinya dan mengangguk.

“Benar, kau ingat?” Jin Yeon mengangguk, lalu ia meminum beberapa teguk air mineral itu.

“Tentu saja aku ingat, siapa lagi yang akan dan mau mengantarmu pulang jika bukan ahjeossi?” ucap Jin Yeon ketus. Ia menutup botol yang tadi dipegangnya dan meletakkannya kembali.

Aish, kau ini.” Jin Yeon terkekeh, bagus. Kakaknya langsung kesal sekarang. Ia menyeringai.

“Apa eonni tidak cemburu? Aku yakin pasti kau ingin digendong seperti itu juga kan?” ledek Jin Yeon, ia pun memakan suapan terakhirnya. Ia merasa ajaib, karena saat di awal ia memakan makan siangnya dengan pelan-pelan. Tapi, sekarang hanya tinggal satu sendok saja, itu juga sudah masuk ke dalam mulutnya. Jin Yeon mengunyahnya, begitu sadar Hyo Yeon tidak menjawab ucapannya, ia langsung menoleh. Ia terkejut melihat kakaknya yang sedang tersenyum lebar. Astaga, kenapa dia senyum-senyum seperti itu? Pikir Jin Yeon dalam hati, tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Ya! Eonni! Jangan ketularan anehnya Kim Jong Woon!” Teriaknya kesal.

 

***

 

13:58 PM K.S.T.

Backstage, Music Core, MBC Building, South Korea

Hyo Yeon menghela napas sekali lagi, kembali membaca beberapa postingan tentang kabar Jong Woon saat ini dan juga tentang beritanya. Ia masih tidak percaya dengan semua yang ia baca sejak ia sampai di tempat ini sepuluh menit yang lalu. Apa yang harus dilakukan olehnya sekarang? Aniya, bagaimana ia harus bersikap pada Jong Woon setelah mengetahui hal itu? Hyo Yeon menghela napas dan tanpa sadar matanya menatap kosong lantai ruangan ini. Memikirkan berita yang sudah dibacanya, berita tentang Jong Woon yang akan segera wajib militer.

“Hyo Yeon-ah, tajamkan tatapanmu dan jangan menunduk. Bagaimana aku bisa memakaikanmu mascara kalau kau seperti itu?” Suara Ah Ra langsung membuat semua lamunannya menguap.

Eo? Ma-maaf, eonni.” Ucap Hyo Yeon dengan terbata dan tersenyum tipis. Merasa malu, tentu saja. Tapi, ia harus bagaimana lagi selain mengakui kesalahannya? Sampai-sampai beberapa soloist—termasuk Jin Yeon—langsung melirik ke arahnya. Hyo Yeon merasa harus mengendalikan emosinya jika tidak ingin menangis seperti saat comeback stage bulan lalu. Tapi, demi Tuhan, rasanya ia ingin menumpahkan semua tangisannya. Hatinya terasa sesak sekarang.

Setelah memakaikan Hyo Yeon mascara, Ah Ra terlihat memakaikan blush on yang berwarna alami di kedua pipi Hyo Yeon, tidak perlu diberi shading ataupun countour dihidungnya. Karena, hidungnya sama mancungnya dengan si sipit itu, Jong Woon. Hyo Yeon memejamkan matanya lagi, Jong Woon lagi yang ia pikirkan. Mau dalam keadaan membuka ataupun menutup mata seperti ini selalu saja laki-laki itu yang ia lihat, hanya Jong Woon dan akan tetap Jong Woon, entah sampai kapan. Aish, bisa tidak aku tidak memikirkannya? Gerutunya dalam hati.

Cheolyeo? riasanmu sudah selesai, Hyo Yeon-ah. Buka matamu sekarang dan bilang padaku kalau masih ada yang kurang.” Hyo Yeon hanya menggeleng dan membuka matanya. Menatap riasan yang selalu sempurna di cermin besar yang ada didepannya. Ia tersenyum kecil, entah senyum seperti apa ia sendiri juga tidak tahu. Senyuman yang terlihat aneh dan kaku.

Eonni, aku atau kau dulu yang mengganti baju?” tanya Jin Yeon yang baru selesai dirias. Hyo Yeon yang mendengarnya pun menoleh, lalu menatap ke arahnya.

“Kau saja.” Jawabnya singkat.

“Kalian bisa ganti baju bersama, ruang gantinya ada dua.” Jelas Ah Ra. Hyo Yeon menggeleng, ia merasa tidak ingin sendirian di mana-mana dulu. Karena, kalau ia sudah masuk di ruang ganti dan berkaca pada cermin besar yang ada di tempat kecil itu, bisa dipastikan ia langsung menangis. Meskipun tidak ada tanda-tanda airmata yang akan keluar dari matanya. Tapi, ia benar-benar yakin, kalau ia membutuhkan Jong Woon sekarang. Hyo Yeon tidak ingin laki-laki itu pergi jauh darinya, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah dengan keadaan. Ia membutuhkan semangatnya untuk saat ini.

Ya, semangatnya, Kim Jong Woon.

“Kau dulu saja, Jin Yeon-ah.” Tandas Hyo Yeon, ingin bermaksud tidak ada yang melawan ucapannya. Maaf jika mereka mengiranya egois. Tapi jujur, ia benar-benar merasa seperti sedang menunggu entah apa. Sampai detik ini Jong Woon juga hanya dua kali membalas pesannya, itu juga hanya tadi pagi saja.

Terlihat Ah Ra menyerah karena memaksanya dan Jin Yeon untuk berganti bersama. Bagus, ucap Hyo Yeon dalam hati, sekarang adiknya sudah masuk ke dalam ruang ganti. Ia kembali menghadapkan tubuhnya ke arah cermin, sekali lagi menatap riasan yang dibuat oleh Ah Ra, yang selalu terlihat sempurna.

Hyo Yeon langsung mengambil ponsel yang sengaja ia letakkan didekatnya saat benda itu berbunyi singkat. Matanya melotot begitu melihat pesan yang masuk di ponselnya. Tepatnya, setelah ia membaca nama si pengirim pesan, Jong Woon.

“Hwaiting! Semoga penampilanmu lancar dengan sangat baik hari ini. Aku usahakan untuk bisa menontonnya lewat TV. Nanti, jangan menungguku di M&R, karena aku akan latihan untuk SS5 dan tidak akan lama di M&R. Hyo Yeon-ah, saranghae. Aku merindukanmu.”

Mungkin Hyo Yeon memang sudah dikaitkan oleh benang merah yang kasat mata dengannya, Jong Woon benar-benar sudah menjadi semangatnya. Ia langsung bersemangat seakan ia mendapat sebuah suntikan kecil, rasanya sangat bahagia ketika orang yang amat sangat sedang kau butuhkan menyadarinya. Pikirnya, ia juga merasa ingin menangis bahagia karena hal itu, melupakan berita yang ia ketahui tentang Jong Woon.

Begitu melihat Jin Yeon sudah keluar dari ruang ganti, ia pun bangkit dari duduknya dan meletakkan ponselnya ke dalam tas yang tidak jauh darinya. “Aku akan ganti baju sekarang, eonni.” Hyo Yeon melangkahkan kakinya ke arah Ah Ra yang langsung mengambilkan kostum yang harus ia pakai, seketika Hyo Yeon terdiam sejenak sambil memperhatikan kostum yang masih di pegang Ah Ra.

Waeyo? Ada yang salah?” tanya Ah Ra cepat saat melihatnya terdiam. Hyo Yeon menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum kecil.

Aniya, eobseo. Aku akan ganti baju sekarang.” Jawabnya, Ah Ra pun menyodorkan kostum itu padanya. Hyo Yeon berjalan ke arah ruang ganti sambil berharap, semoga Jong Woon tidak mengomelinya lagi karena memakai kostum yang sangat pendek seperti itu.

 

***

 

16:48 PM K.S.T.

Star City Apartment, Seoul, South Korea

Dorawajweo...” Jong Woon terdiam ketika memperhatikan layar besar yang ada didepannya, matanya tetap fokus ke depan, walaupun mata itu hampir berkaca-kaca karena menahan tangis. Entah kenapa Jong Woon bisa merasakan, kalau gadis itu benar-benar merasakan bagaimana rasanya saat Jong Woon meninggalkannya, meninggalkan Hyo Yeon.

Daebak! Adiknya Lee Dong Hae kita ini benar-benar bisa membuat semua orang kagum.” Ucap Young Woon sambil bertepuk tangan, ia sedang duduk disebelah Jong Woon dan tetap menatap ke arah TV. Jong Woon yang mendengarnya pun menyeringai. Ia memang mengakui bahwa penampilan Hyo Yeon dan Jin Yeon bisa membuatnya kagum juga.

“Tentu saja. Saat trainee siapa yang mengajarinya bernyanyi seperti itu? Aku, Kang In-ah.” Ucap Jong Woon sombong. Dong Hae dan Ryeo pun tertawa mendengar ucapannya. Young Woon menatap ke arah Dong Hae, meminta pertanggungjawaban kebenaran. Tapi, laki-laki itu hanya mengangguk saja dan tersenyum polos.

“Bagaimana ceritanya? Kenapa rasanya aku baru tahu sekarang ya?” tanyanya, Young Woon langsung menatap Dong Hae dan Jong Woon, sebagai sumber informasi menurutnya. Jong Woon hanya mengangkat bahunya dan beranjak dari duduknya, berjalan menuju dapur, entah rasanya ia haus setelah melihat perform Hyo Yeon dan Jin Yeon. Lebih tepatnya, ia kepanasan ketika membayangkan fanboy yang dengan asiknya menikmati tubuh Hyo Yeon secara visual dan dari dekat. Walaupun hanya melihatnya saja, karena ia tidak akan mengizinkan kalau orang lain yang sengaja meraba atau memegang tubuh Hyo Yeon.

“Kurasa, ceritanya sangat panjang, hyung.” Jawab Dong Hae singkat, tidak mau ada dua orang yang mengamuk padanya kalau ia menceritakan lebih jelasnya. Ia pun berpindah tempat duduk dan mengambil remote TV. “Ye Sung hyung, aku ganti channelnya ya!” Teriak Dong Hae, begitu mendengar teriakan dan jawaban 'iya' dari Jong Woon, ia langsung mengklik tombol yang ada di remote TV.

“Benarkah? Dia punya adik atau tidak?” Young Woon terlihat serius sekali menanyakannya. Dong Hae langsung terdiam sejenak. Kenapa ia tidak mengenali Jin Yeon yang berduet dengan Hyo Yeon? Dan, astaga.. Dua gadis itu adalah adik tiri Dong Hae! Apa Young Woon benar-benar lupa?

“Punya.” Jawabnya dengan singkat lagi, ia kembali sibuk mengganti channel TV.

“Ekhem.” Kyu Hyun yang memang sejak tadi memperhatikan mereka langsung berdehem, bangun dari duduknya dan masuk ke dalam kamarnya, tidak lupa ia membanting pintu kamar dengan sedikit keras. Semua member Super Junior yang sedang berkumpul itu pun melonjak kaget. Sung Min hanya menghembuskan napas kesal.

“Dia benar-benar.” Kesal Sung Min.

Ia baru akan menghampiri kamar Kyu Hyun tapi dicegah oleh Jong Woon, “Biar aku saja. Sepertinya masalahku dengannya sama.” Sung Min hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian, Jong Woon berjalan ke arah kamar Kyu Hyun dan Sung Min, ia berusaha membuka pintunya beberapa kali dan menggerutu ketika menyadari pintu itu dikunci dari dalam oleh Kyu Hyun.

“Kyu Hyun-ah, buka pintunya.” Ucap Jong Woon sedikit keras agar maknae yang ada didalam kamar itu mendengarnya, tidak ada sahutan dari Kyu Hyun. Ia menghela napas, ia tahu Kyu Hyun juga sama sepertinya, sama-sama kesal dengan comeback stage Hyo Yeon kali ini, tapi ia juga mengakui bahwa lagunya benar-benar seperti Hyo Yeon, yang akan Jong Woon tinggalkan bulan Mei tahun ini.

Ryeo Wook menghampirinya saat pintu itu tetap tidak terbuka, walaupun sudah diketuk ataupun dipukuli beberapa kali dengan sedikit keras oleh Jong Woon. “Hyung, sudahlah. Biarkan dia sendirian dulu.” Jelasnya dan Jong Woon hanya bisa mengangguk pasrah. Sung Min yang sejak tadi memperhatikan mereka berdua pun menghela napas, sepertinya ia harus menangani maknae itu lagi kali ini.

“Dari kemarin dia seperti itu, hyung,” Sung Min mendengus pelan. “Nanti aku akan bicara padanya.” Lanjutnya. Kyu Hyun memang selalu seperti itu jika sedang kesal dan baru akan keluar ketika haus atau lapar. Ia juga akan keluar kamar ketika akan latihan untuk SS5 nanti.

Hyung, sudah jam lima sore sekarang, ayo kita latihan.” Ajak Hyuk Jae, menghampiri Jong Woon dan sepertinya hanya ia yang terlihat tenang. Jong Woon mengangguk dan masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil tas ransel.

“Kyu Hyun-ah, nawa, kita akan berangkat latihan sekarang.” Ucap Ryeo Wook sambil mengetuk pintunya beberapa kali. Jong Woon yang sudah keluar dari kamar pun memperhatikannya dan menghela napasnya, menyadari sifat Kyu Hyun yang selalu seperti itu. Ia memalingkan pandangannya dan merogoh saku celananya, mengambil ponselnya yang baru saja berbunyi.

“Arraseo, oppa, jaga kesehatan dan jangan lupa makan yang teratur, kau juga harus minum vitamin. Sampai ketemu besok di Music Box!^^”

Ia tersenyum kecil saat membacanya, sepertinya Hyo Yeon baru pulang dari Music Core, sehingga baru bisa membalas pesannya, pikirnya. Seketika pikirannya tentang Kyu Hyun teralihkan, otaknya tiba-tiba kembali memikirkan bagaimana kalau Hyo Yeon benar-benar sudah tahu? Jong Woon jadi tidak sabar untuk bertemu gadis itu besok dan mengukir cerita cinta mereka berdua, lagi. Meskipun bukan se-normal orang biasa, setidaknya ia masih bisa bersama dengan Hyo Yeon.

Suara pintu terdengar dan Jong Woon langsung memperhatikan orang yang baru keluar dari kamar itu sambil meletakkan kembali ponselnya disaku celananya. Terlihat Kyu Hyun sudah siap dengan ranselnya. “Kajja.” Ucapnya singkat dan memakai sepatunya, sedangkan ia yakin member Super Junior yang lain sudah menunggunya di lobby. 

 

***

 

21:20 PM K.S.T.

Galleria Foret Apartment, Seoul, South Korea

“Jadi semua itu benar?” tanya Hyo Yeon sambil berjalan keluar dari kamar menuju dapur. Ia sedang menerima panggilan telepon dari Jong Woon. Terdengar gumaman 'iya' dari seberang sana. Apa Jong Woon tidak merasakan apa-apa? Atau hanya menganggap mudah dirinya yang akan wajib militer? Apa ia tidak memikirkan perasaan Hyo Yeon? Gadis itu menghela napasnya dalam-dalam dan tangannya mengambil gelas yang digantung di lemari kecil yang berada di dapur.

“Tapi, kau tidak usah khawatir, Hyo Yeon-ah. Semuanya akan tetap sama dan baik-baik saja.” Jelas Jong Woon dari seberang, Hyo Yeon bisa mendengar ada nada keraguan pada kata-kata yang diucapkan olehnya. Ia berjalan ke arah kulkas untuk mengambil air es, tapi, begitu ia menyadari bahwa besok ia ada banyak jadwal dan menyadari ucapan dari Jong Woon. Tepatnya, peringatan darinya waktu itu, ia pun menghela napasnya dan mengurungkan niatnya, lalu melangkahkan kakinya ke arah dispenser. Bagus, bagus. Aku hanya boleh meminum air es saat sedang tidak comeback stage. Ucap Hyo Yeon dalam hati dan mendengus pelan, Jong Woon memang melarangnya. Katanya, air es tidak bagus untuk suaranya. Padahal, ia sendiri tidak bisa hidup tanpa air es.

“Jangan berbicara seperti itu jika kau meragukan kata-katamu sendiri, oppa.” Ujarnya, kemudian ia meminum beberapa teguk air minum yang ada digelas yang sedang dipegangnya.

Terdengar helaan napas Jong Woon dari seberang sana, apa ia yakin dengan ucapannya sendiri? Apa benar semuanya akan tetap sama dan baik-baik saja? Yang benar saja, meski sekalipun Jong Woon tetap bersamanya saat ia tengah melakukan wajib militer, semuanya tidak akan sama lagi, semuanya pasti akan berubah. Apa lagi jika Hyo Yeon mengingat kalau wajib militer itu.. Matanya langsung membulat saat menyadari sesuatu, ia menggerutu dalam hati, kenapa ia bisa melupakan hal yang baru saja ia ingat itu?

Jika Jong Woon pergi wajib militer, Hyo Yeon akan ditinggal selama dua tahun dan ia tentu tidak yakin bisa terus bersabar untuk menunggunya atau tidak. Ia menghela napas, rasanya semua perasaan yang ia rasakan itu sia-sia, Hyo Yeon merasa saat ini ia benar-benar ingin menangis karena membayangkan dirinya akan jauh dari Jong Woon saat laki-laki itu wajib militer. Tapi ia heran, kenapa ia hanya bisa menghela napas saja?

“Hyo Yeon-ah, neon gwaenchanha? Apa aku perlu datang ke dorm sekarang?” tanya Jong Woon tiba-tiba, Hyo Yeon langsung mengerutkan keningnya, memikirkan jawaban untuk pertanyaan yang diberikan olehnya.

Jika ditanya baik secara fisik, tentu ia yakin dirinya sedang tidak baik, mengingat bahwa tubuhnya sudah lelah setelah menjalani aktivitas hari ini. Dan, jika ditanya baik secara hati, tentu sejak sebulan yang lalu hatinya tidak baik, sejak ia sangat jarang bertemu dengan Jong Woon, bahkan Hyo Yeon sendiri bisa merasakan hatinya telah hancur secara perlahan. Menyesakkan memang, tapi bodohnya ia benar-benar tidak bisa menangis sekarang. Ia menggeleng pelan bermaksud untuk menjawabnya dan ia merutuki kebodohannya lagi, tentu saja dia tidak bisa melihatmu, Hyo Yeon-ah! Kesalnya dalam hati.

Hyo Yeon tersenyum kecil, senyuman yang tidak bisa dilihat oleh Jong Woon, tentu saja. “Nan gwaenchanha, oppa. Geokjeonghajima, kau tidak usah datang ke dorm. Aku tahu oppa pasti sudah lelah.” Jelasnya dengan suara yang tercekat, entah karena apa. Ia berusaha bersikap seakan ia baik-baik saja, padahal ia hanya ingin menghindari Jong Woon, agar laki-laki itu tidak datang ke dorm, bukan dengan sengaja. Tapi, Hyo Yeon bisa pastikan, kalau ia akan langsung menangis kalau sudah melihat Jong Woon, ia juga tidak akan bisa melepaskannya.

“Hyo Yeon-ah, katakanlah padaku yang sebenarnya, jangan membuatku semakin ingin datang ke dorm sekarang juga.” Nada khawatir dari Jong Woon semakin membuat hatinya terasa sesak, kumohon oppa biarkan aku sendiri, jika kau datang, aku pasti tidak akan tampil secara profesional besok. Mohon Hyo Yeon dalam hati, meskipun sangat mustahil Jong Woon akan mendengarnya.

Oppa, nan gwaenchanha, sungguh. Aku bisa menunggumu sampai kau selesai wajib militer.” Bohong jika ia benar-benar tidak bisa menunggunya. Hyo Yeon sudah jelas bisa menunggunya, selama apapun, sekalipun jika Jong Woon tidak akan menganggap dirinya lagi, ia hanya tidak bisa merasakan seperti sedang dibakar hidup-hidup saat menunggunya. Hyo Yeon menghela napas, mati-matian untuk menekan rasa sesak itu sampai ke titik terakhir.

Setelah meletakkan gelas ke wastafel tempat mencuci piring, Hyo Yeon langsung kembali ke dalam kamarnya. Ketika ia melewati ruang tengah, keningnya pun kembali mengeryit saat menyadari Jin Yeon yang biasanya duduk di sofa yang ada di depan TV itu tidak ada, ia pasti masih dikamarnya. Terdengar helaan napas dari Jong Woon lagi dan sepertinya ia langsung terdiam setelah mendengar ucapan dari Hyo Yeon.

Hyo Yeon berjalan ke arah meja belajarnya, duduk di kursi yang ada di dekat meja dan mengangkat kedua kakinya, lalu memeluknya. Ia tidak mendengar suara apa-apa dari seberang telepon, ia menatap layar ponselnya, masih tersambung. Tapi, kenapa Jong Woon oppa malah terdiam? Apa ada yang sedang dia pikirkan? Tanyanya dalam hati, merasa heran.

Hyo Yeon menghela napasnya, “Oppa? Apa kau sudah tidur? Aku akan tidur sekarang.” Ucapnya, dan entah kenapa ia bisa merasa kalau Jong Woon langsung menganggukkan kepalanya, meskipun ia tahu ia tidak bisa melihatnya.

Setelah Hyo Yeon memutuskan sambungan secara sepihak, ia pun melempar ponselnya begitu saja ke kasur. Ia menghela napas lagi dan meremas pelan rambut panjangnya yang tergerai. Merasa mengantuk dan kepala sangat pusing tapi tidak bisa tidur membuatnya sangat terganggu. Hyo Yeon pun meletakkan kepalanya diatas meja belajar, memejamkan matanya sejenak tepat diatas buku-buku yang terbuka. Ia memang sedang membaca beberapa tugas kuliahnya dan ia juga mencoba untuk mengerjakannya.

Hyo Yeon langsung membuka matanya begitu menyadari sebuah laci di meja belajarnya yang terbuka sedikit. Merasa tidak asing dengan kertas yang sedikit keluar. Apa lagi dengan logo disudutnya. Logo itu... Logo agensinya. Ia pun menurunkan kedua kakinya dan mengambil kertas itu. Ini kan surat kontrak debutku dua tahun yang lalu, pikirnya. Hyo Yeon tanpa sadar membaca peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh agensinya. Matanya langsung melebar.

   4. Tidak diperbolehkan untuk menjalin hubungan dengan selebriti lain sebelum umur karirmu sedikitnya lima tahun.

Hyo Yeon merasa jantungnya seakan merosot tiba-tiba dan begitu ia sadar bahwa ia melupakan peraturan yang satu itu, ia semakin merasakan sesak yang amat sangat dihatinya. Haruskah aku melepaskan Jong Woon oppa? Ucap Hyo Yeon dalam hati sambil menatap kosong ke arah kertas itu.

 

***

 

21:27 PM K.S.T.

Star City Apartment, Seoul, South Korea

Jong Woon mati-matian menahan suaranya agar tidak berubah, berusaha untuk bersikap seperti biasa saja, tapi sungguh, itu sangat sulit baginya. Hanya mengatakan bahwa ia akan melakukan wajib militer kepada Hyo Yeon saja sudah semenyakitkan ini. Bagaimana jika nantinya ia benar-benar melakukan wajib militer? Bagaimana pun juga umurnya sudah tiga puluh tahun dan sudah diwajibkan. Jong Woon menghela napasnya.

Oppa, nan gwaenchanha, sungguh. Aku bisa menunggumu selesai wajib militer.” Seketika ia terpaku dengan kalimat yang Hyo Yeon ucapkan, nada bicaranya sangat berbeda dengan kalimat yang diucapkannya. Hyo Yeon sedang tidak apa-apa, ia tahu itu dengan baik hanya dengan mendengar suaranya yang seperti itu. Ia menghela napas lagi.

Apa Jong Woon salah memberitahukannya sekarang? Jika ia tidak melakukannya lantas ia harus apa? Berbohong saat Hyo Yeon bertanya tentang kebenaran yang gadis itu lihat di setiap fanbase Super Junior, ataupun fanbasenya, yang ada di media social network? Ia tahu, Hyo Yeon tidak mudah percaya dengan hal yang disebarkan di internet, dan ia juga tahu kalau gadis itu pasti akan langsung memintanya untuk meneleponnya seperti sekarang ini.

Jong Woon terdiam, pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan yang salah satunya belum bisa ia jawab. Apa benar semuanya akan sama setelah ia masuk wajib militer? Ia meragukan ucapannya sendiri. Karena, ia akui sendiri pasti akan ada hal lain yang berbeda nanti, meskipun hanya hal kecil dan... Apakah dia akan rela menunggunya? Maksudku, apa dia bisa menahan rasa sakit yang muncul ketika menungguku? Tanyanya dalam hati tanpa ada yang bisa menjawabnya. Hal itu langsung bisa membuat kepalanya terasa pusing.

Jong Woon benar-benar tidak kuat jika harus melihat Hyo Yeon tersakiti, apalagi jika melihatnya menangis. Ia sangat membenci hal itu, terutama kalau tangisannya adalah karenanya dan sekarang, ia pikir Hyo Yeon akan menangis ataupun sudah menangis. Tapi, kenapa dari tadi ia tidak mendengarnya menangis? Minimal isakan tangisnya, ini lebih menyakitkan untuk Jong Woon. Hyo Yeon bahkan tidak bisa membagi apa yang ia rasakan padanya.

Dan Hyo Yeon juga ikut terdiam sama sepertinya sekarang, tapi belum memutuskan sambungan teleponnya. Apa ia juga memikirkan hal ini? Hal yang paling menyesakkan untuknya? Setidaknya, itu yang Jong Woon pikirkan. Di mana-mana, entah Hyo Yeon ataupun gadis lain, pasti sangat sulit menerima orang yang dicintainya akan pergi. Apalagi kalau itu wajib militer. Mereka bahkan akan menangis keras didepan prianya, tapi tidak dengan Hyo Yeon-ku, pikirnya.

Jong Woon tahu kalau Hyo Yeon adalah gadis yang kuat, ia tahu pasti gadis itu bisa melewati semuanya, ia mempercayainya, karena gadis itu mencintainya. “Oppa? Apa kau sudah tidur? Aku akan tidur sekarang.” Ah, apa yang Hyo Yeon ucapkan?

Seketika Jong Woon tidak fokus dengan pikirannya sendiri dan saat nada klik terdengar, sambungan telepon pun terputus. Ia langsung terperangah. Hyo Yeon tidak biasanya memutuskan sambungan secara sepihak kalau mereka sedang membicarakan hal yang serius—menurutnya membicarakan tentangnya yang akan wajib militer adalah hal yang serius—seperti itu. Jadi, sekarang apa yang sedang dilakukan olehnya? Menangis? Demi Tuhan, jangan sampai dia menangis karena hal ini. Pikirnya. Ia tidak sanggup jika Hyo Yeon kembali menangis karenanya lagi.

Hyung, kau tidak tidur? Besok kita akan latihan dan kau juga tampil di Music Box kan?” pertanyaan dari Ryeo Wook serta tepukannya dipundak Jong Woon langsung membuatnya menoleh. Ia baru sadar sekarang dirinya masih ada di ruang tengah dengan lampu yang telah dimatikan. Ia mengangguk.

“Aku akan tidur sekarang.” Jawabnya singkat. Jong Woon berjalan ke kamar lalu ke kamar mandi. Sepertinya ia harus mengusir pikiran-pikiran tanpa jawabannya dengan mencuci wajahnya, sehingga ia bisa tertidur dengan tenang tanpa memikirkannya. Yang harus Jong Woon pikirkan sekarang adalah bagaimana ia harus tampil besok, sedangkan pikiran dan hatinya sedang tidak menentu seperti itu.

 

 

 

_T.B.C._

 

Bekasi, 7th of May 2015

 

Regards,

ClouSky Precious

Lady Juliette Lee

 

Give me love? Thanks! ^^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK