“Jika di dunia ini ada yang lebih indah dari cara kau tersenyum padaku, menatapku dan berbicara padaku. Bagiku, jawabannya akan selalu sama, yaitu mencintaimu. Hanya karena mencintaimu seperti ini saja, aku sudah merasa sangat bahagia.”
–Kim Jong Woon–
11:57 K.S.T.
N Grill Restaurant, Namsan Tower, South Korea
“Hyo Yeon-ah, kau tahu tidak?” pertanyaan Jong Woon membuat tangan Hyo Yeon berhenti mengiris daging sapi yang ada dipiringnya, ia pun menoleh ke arah laki-laki yang sekarang sedang tersenyum kepadanya.
Hyo Yeon menggeleng dan menatapnya dengan tatapan polos, “Tidak, oppa belum memberitahukannya padaku.” Jawabnya, ia kembali melanjutkan aktifitasnya itu dan memasukkan sepotong daging itu ke dalam mulutnya. Jong Woon masih tersenyum dan memperhatikannya.
“Restoran tempat kita makan siang sekarang ini bisa berputar beberapa jam sekali.” Ucap Jong Woon, ia menundukkan kepalanya menatap ke arah daging yang sedang ia potong. Mata Hyo Yeon mengedip beberapa kali. Merasa heran, bagaimana bisa sebuah restoran itu berputar? Apalagi, restoran ini ada di dalam Namsan Tower yang tingginya menjulang itu.
“Mana bisa berputar?” Tanya Hyo Yeon, ia kembali mengunyah makanannya.
Jong Woon menyengir dan sedikit melirik ke arah jam tangannya, “Lihat saja, sebentar lagi juga berputar.” Ucapnya. Dan beberapa detik kemudian, Hyo Yeon langsung terdiam saat merasakan restoran itu seperti berputar. Ia menatap tidak percaya ke arah Jong Woon, lalu ia mengerjapkan matanya beberapa kali.
“Benar-benar berputar?” ucapnya tidak percaya. Jong Woon terkekeh kecil dan menyesap wine yang ada di gelas kaca yang dipegangnya.
“Apa kau benar-benar tidak pernah kesini?” Jong Woon bertanya balik. Hyo Yeon langsung menggeleng dan menyengir kecil, ia sempat terpaku saat restoran itu berputar. Jong Woon berdecak kecil dan melanjutkan makannya.
“Kenapa payah sekali? Tapi, aku juga.” Ucapnya. Hyo Yeon yang tadinya menatap ke arah piringnya itu pun mengalihkan pandangannya dan menatap Jong Woon. Laki-laki ini juga tidak pernah kesini? Tapi, kenapa ia bisa tahu semua tentang restoran ini?
“Jangan berpikir jika aku juga baru pertama kali kesini, Hyo Yeon-ah.” Sambarnya. Hyo Yeon langsung mengerjapkan matanya lagi, Jong Woon benar-benar bisa membaca pikirannya ya?
“Lalu?” sahutnya. Ia kembali mengiris daging yang ada dipiringnya.
“Aku baru pertama kalinya mengajak seorang wanita kesini kecuali ibuku dan aku senang. Karena dia adalah wanitaku.” Jelasnya, membuat Hyo Yeon kembali menghentikan gerakan tangannya itu dan menatap terpana ke arah Jong Woon. Astaga, apa-apaan ini? Hanya dengan kalimat sederhana seperti itu saja kenapa jantungnya langsung berdetak dengan sangat cepat? Apa dirinya itu mulai tidak waras?
“Wanitamu?” ulang Hyo Yeon, ia kembali menatap ke arah piringnya, berusaha untuk menutupi kedua pipinya yang sudah memerah itu. Jong Woon langsung terbahak saat ia mengetahui kalau pipi gadis itu memerah. Ia benar-benar senang bisa menggoda gadis itu.
“Tentu saja, kau adalah milikku. Jadi, kau adalah wanitaku.” Ucapnya, ia memakan sepotong daging terakhir yang ada dipiringnya. Jong Woon meletakkan garpu dan pisaunya di atas piring dan mengelap bibirnya dengan serbet, lalu kembali memperhatikan Hyo Yeon, baginya tidak ada yang lebih indah dari memperhatikan gadis itu.
“Mwoya? Jangan berkata seperti itu, oppa.” Balas Hyo Yeon, ia mengambil gelasnya dan menyesap winenya.
“Kenapa? Itu kan memang kenyataannya, bukan? Aku milikmu dan kau pun milikku.” Jelas Jong Woon. Hyo Yeon tersenyum kecil, bisa-bisanya laki-laki itu berkata seperti itu. Ia meletakkan kembali gelasnya dan menatap laki-laki yang masih memperhatikannya itu.
“Tidak, aku milikku dan milik orangtuaku, oppa.” Elaknya. Jong Woon pun cemberut saat mendengar ucapannya itu, ia pun mengulurkan tangannya ke arah Hyo Yeon dan sedetik, ia sudah berhasil mencubit sebelah pipi gadis itu.
“Kau ini, aku kan sedang bersikap romantis padamu. Jadi, bisa tidak kau tidak membuatku malu di depan publik seperti ini, hm?” ucap Jong Woon. Hyo Yeon langsung terkekeh lalu memakan potongan daging terakhirnya, ia pun melepaskan tangan Jong Woon yang masih ada dipipinya.
“Aku tidak membuatmu malu, Kim Jong Woon.” Ia menatap Jong Woon sambil tersenyum kecil. Jong Woon langsung menghela napasnya.
“Sudahlah, kau sudah selesai makannya? Tidak usah habiskan winenya, arra?” ucap Jong Woon, ia akhirnya menyerah untuk menggoda Hyo Yeon. Gadis itu terkekeh lagi dan kembali meminum winenya.
Hyo Yeon menggeleng kecil, “Aku ingin menghabiskannya, ini tinggal setengah botol, kau tahu? Wine disini ternyata enak sekali. Mungkin lain kali aku akan mengajak Jin Yeon-ah kesini.” Jelasnya.
Jong Woon langsung mendengus geli, ia baru sadar kalau gadis itu sangat menyukai wine. Tidak sepertinya yang kadang-kadang kalau ia ingin saja ia meminumnya, lagi pula, ia juga tidak suka mabuk-mabukkan.
“Tidak, kau tidak boleh mabuk disini, Hyo Yeon-ah.” Tolaknya. Ia langsung memanggil pelayan untuk meminta bill. Hyo Yeon pun merengut dan menghabiskan wine yang ada di gelasnya.
Begitu Jong Woon selesai membayar makanan mereka, ia dan laki-laki itu langsung keluar dari restoran. Mereka berdua tidak menyadari ada seseorang yang mengikuti kemana pun mereka pergi itu dan jarak mereka berdua dengan orang itu tidak terlalu jauh.
Orang itu memang tidak tahu awalnya Jong Woon dan Hyo Yeon pergi kemana, tapi ia tidak sengaja melihatnya saat mereka ada di halte bus di dekat Seoul Forest tadi. Itu secara kebetulan, ia memang sedang menyelidik sepasang pria dan wanita yang memang sedang ramai digosipkan itu, meskipun Hyo Yeon sudah mengatakan jika mereka hanya sekedar teman kerja dan senior-junior saja.
***
14:32 K.S.T.
Love Locks, Namsan Tower, South Korea
CKLEK
Sekali lagi Hyo Yeon menatap takjub ke arah sepasang gembok berbentuk hati yang sekarang sudah tergantung di salah satu pagar besi yang ada di dekatnya, tepatnya beberapa senti di atasnya. Kemudian ia menghela napas dan tetap tersenyum lebar, pancaran sinar dari kedua bola matanya sangat jelas terlihat kalau ia benar-benar merasa sangat bahagia. Hari ini adalah hari pertama dan terakhirnya dengan Jong Woon di tempat wisata ini dan ia mengakui kalau ia merasa sangat bahagia sekarang.
Kedua tangan Jong Woon memeluk lehernya dengan pelan, laki-laki itu memeluknya dari belakang, membuat Hyo Yeon menoleh pelan ke arahnya, ia pun tersenyum manis. “Oppa, apa kau bahagia?” tanya Hyo Yeon. Gadis itu kembali menatap ke arah ratusan ribu gembok cinta yang ada dihadapannya. Ia benar-benar nyaman dengan suasana yang seperti ini, dengan Jong Woon yang ada disampingnya.
Jong Woon mengangguk dan meletakkan dagunya di puncak kepala Hyo Yeon setelah mengecupnya dengan pelan. “Tentu saja, aku sangat bahagia hari ini.” Jawabnya tulus, ia ikut memperhatikan gembok cinta itu.
“Hari ini terasa sangat indah untukku.” Ucap Hyo Yeon. Jong Woon mempererat pelukannya, tidak peduli kalau-kalau ada orang lain yang melihatnya, karena mereka berdua masih memakai penyamaran, meskipun hanya topi dan kacamata hitam saja. Masker wajahnya sudah di lepas saat mereka membeli keripik kentang kesukaan Hyo Yeon.
Jong Woon mengangguk pelan, “Sangat amat terasa indah, aku jadi semakin mencintaimu.” Ucapnya setengah berbisik, senyum Hyo Yeon melebar lagi. Tangannya terulur untuk memegang kedua tangan laki-laki itu.
“Oppa,” panggil Hyo Yeon, ia menolehkan kepalanya dan sedikit mendongak ke arah Jong Woon, laki-laki itu langsung menatapnya.
“Ada apa, hm?” tanya Jong Woon dengan lembut, ia mengusap pelan sebelah pipi gadis itu yang membuatnya langsung memerah.
“Bagaimana jika ada hal yang lebih indah dari ini?” tanya Hyo Yeon dengan polos. Jong Woon tersenyum kecil dan mengecup puncak kepalanya lagi.
“Memang ada,” Jawab Jong Woon dengan singkat.
“Jika di dunia ini ada yang lebih indah dari cara kau tersenyum padaku, menatapku dan berbicara padaku. Bagiku, jawabannya akan selalu sama, yaitu mencintaimu. Hanya karena mencintaimu seperti ini saja, aku sudah merasa sangat bahagia.” Lanjut Jong Woon dengan panjang.
Hyo Yeon langsung merasakan jantungnya kembali berdetak sangat cepat. Ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain, tapi Jong Woon malah memegang kedua pundaknya, seakan menyuruhnya untuk menatap laki-laki itu.
“Aku benar-benar mencintaimu.” Bisik Jong Woon tepat di dekat telinga Hyo Yeon, gadis itu mengangguk. Ia menggenggam tangan laki-laki itu dan sedikit memainkannya dengan asal.
“Aku juga benar-benar mencintaimu.” Balasnya. Ia menoleh ke arah Jong Woon dan sedetik, laki-laki itu sudah mencium bibirnya dengan lembut, kedua tangannya juga sudah memegang kedua sisi kepala Hyo Yeon, ia menciumnya benar-benar dengan sangat lembut dan penuh perasaan.
Kali ini, entah kenapa airmata Hyo Yeon tidak mengalir seperti biasanya, ia memang sangat sedih, terpuruk dan hati, juga perasaannya itu sudah terasa amat sesak, tapi ia heran kenapa airmatanya sama sekali tidak mengalir sekarang? Apa airmatanya sudah habis karena setiap hari ia selalu menangis? Apa karena ia sudah mati rasa?
Begitu ciuman mereka berdua semakin dalam, Jong Woon pun melepas tautan itu dan mengusap pelan bibir sempurna milik Hyo Yeon yang basah, matanya teralih ke arah mata Hyo Yeon, kering. Tidak ada airmata sama sekali, ia pun menghela napasnya, entah kenapa ia merasa sangat lega sekarang. Tapi, tidak. Ia masih merasa ada yang janggal. “Kenpa berhenti?” tanya Hyo Yeon tiba-tiba, Jong Woon langsung menarik keras kedua pipi gadis itu, ia langsung mengaduh kesakitan.
“Ini di depan publik, kau tahu?” ucap Jong Woon, ia sekilas mengalihkan pandangannya dari Hyo Yeon. Gadis itu langsung terkekeh dan memeluk leher Jong Woon, membuatnya sedikit berjinjit karena ia lebih pendek beberapa senti dari laki-laki itu.
“Aku merindukanmu, kau tahu?” goda Hyo Yeon, ia menyengir setan sambil menatap dalam ke arah Jong Woon. Laki-laki itu pun membalas tatapannya dan ia langsung mengecup pelan bibir Jong Woon, membuat laki-laki itu langsung melebarkan kedua bola matanya.
“Lee. Hyo—” ucapan Jong Woon terputus saat ia baru akan melepas tautan itu, Hyo Yeon malah melumatnya dalam. Keningnya langsung mengeryit heran, kenapa dengan gadis yang sekarang sedang menutup matanya sambil menciumi bibirnya ini? Tidak biasanya Hyo Yeon menciumnya lebih dulu. Hal tergila yang pernah dilakukan oleh gadis itu hanyalah memintanya. Meminta Jong Woon untuk menciumnya. Bukan hal yang seperti ini.
Jong Woon pun cepat-cepat melepaskan tautan itu dengan sedikit tenaganya. “Hyo Yeon-ah, ada apa denganmu?” tanyanya cepat begitu mata Hyo Yeon terbuka dan menatap ke arahnya. Hyo Yeon hanya tersenyum kecil dan memeluk tubuhnya dengan sangat erat.
“Katakan padaku, cepat. Ada apa?” tanyanya lagi, hati dan perasaannya langsung bersatu dan membentuk rasa tidak enak, gelisah, sekaligus rasa takut. Dan, pikirannya dengan seenaknya memikirkan kalau gadis itu akan pergi jauh darinya, ia langsung memejamkan matanya sekilas.
“Jangan pernah pergi dariku, jangan lari dariku. Arra?” bisiknya. Hyo Yeon hanya mengangguk pelan dan mempererat pelukannya. “Hyo Yeon-ah..” panggilnya.
“Oppa, aku tidak apa-apa.” sambar Hyo Yeon dengan cepat, ia kembali menatap ke arah Jong Woon. Dan, laki-laki itu langsung terkejut melihat kedua mata Hyo Yeon sekarang sudah berkaca-kaca. Pasti ada yang salah dengan gadis itu, ia harus mencari tahunya lagi, pikirnya.
“Kau tidak bisa berbohong padaku, tenangkanlah dirimu.” Ujar Jong Woon. Hyo Yeon langsung mengangguk dan menghela napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan, ia tersenyum ke arah laki-laki itu.
“Oppa, aku ingin makan es krim.” Pintanya tiba-tiba, Jong Woon menatapnya tidak percaya.
“Es krim itu tidak ba—”
“Oppa, aku sedang tidak dalam masa comeback stage, jadi... boleh kan?” ucapnya lagi, merajuk sambil menatap dengan tatapan yang membuat Jong Woon gemas, ia langsung mencubit kedua pipi Hyo Yeon.
“Aish, oppa suka sekali menyiksa pipiku!” Omelnya, ia menggembungkan kedua pipinya, Jong Woon terbahak.
“Itu karena aku sangat mencintaimu.” Balas Jong Woon, ia langsung mencium kening Hyo Yeon dengan lembut, membuat gadis itu langsung terpaku seketika. Laki-laki ini benar-benar sangat mencintainya. Dan sedetik, rasa itu kembali muncul. Rasa ingin terus bersama dengan laki-laki itu, tapi ia tidak bisa menolak kenyataan yang harus ia hadapi. Hyo Yeon memang tidak rela meninggalkan laki-laki itu, tapi ia harus apa?
Tidak ada yang bisa ia lakukan selain pergi dari hidup Jong Woon. Dan mulai besok, entah ia tidak bisa membayangkan seperti apa dirinya tanpa laki-laki itu. “Ya, jangan melamun!” Hyo Yeon pun terkejut, ia menundukkan kepalanya, Jong Woon memeluk pundaknya dan kali ini laki-laki itu mencium pelipis gadis itu dengan pelan.
“Kajja, katanya kau ingin makan es krim? Hari ini dan kali ini aku akan membebaskanmu dari segala peraturanku, Hyo Yeon-ah.” Jelasnya panjang. Hyo Yeon pun mengerjapkan matanya beberapa kali. Dibebaskan? Jadi, ia boleh melakukan apa saja yang selama ini di larang oleh Jong Woon? Ia langsung tersenyum lebar, sepertinya ia memang harus bersikap seperti anak kecil seharian ini, agar Jong Woon tidak curiga.
Hyo Yeon langsung mengangguk mantap. “Ne, Oppa! Aku ingin es krim ukuran large, dengan topping tiga rasa di atasnya.” Ucapnya, matanya berbinar sambil membayangkan es krim yang ia ucapkan itu. Jong Woon terkekeh dan mengusap lembut puncak kepala gadis itu yang tertutup oleh topi. Mereka berdua pun berjalan keluar dari tempat itu dan mencari penjual ataupun kedai es krim terdekat.
***
15:21 K.S.T.
COEX Mall, Seoul, South Korea
“Makannya pelan-pelan saja jangan sekaligus. seperti itu.” Ujar Jong Woon memperingatkan ketika ia dan Hyo Yeon sudah ada di luar counter Baskin robbins, salah satu merk es krim kesukaan gadis itu. Hyo Yeon hanya mengangguk dan kembali menjilati es krim rasa Strawberry Cheesecake yang dipegangnya itu.
“Oppa, kita akan pergi kemana lagi?” tanyanya, ia menatap ke arah Jong Woon yang juga sedang memakan es krimnya. Padahal, laki-laki itu sangat jarang memakan es krim yang sudah pasti dingin itu, ia lebih suka minuman ataupun makanan yang hangat, sangat terbalik dengan Hyo Yeon yang sangat menyukai hal apapun yang terasa dingin.
“Habiskan saja es krimnya dulu.” Ucap Jong Woon, Hyo Yeon langsung merengut dan begitu ia menemukan kursi taman panjang, ia pun berjalan cepat ke arah kursi itu, meninggalkan Jong Woon yang seketika terbahak melihatnya merajuk seperti itu. Ia menggelengkan kepalanya pelan, lalu menghampiri Hyo Yeon yang sekarang sudah duduk dan terlihat seperti anak kecil itu.
“The Game Camp.” Ucap Jong Woon lagi dengan pengucapan bahasa inggris yang lumayan fasih. Hyo Yeon langsung melirik ke arahnya sekilas, lalu kembali menatap es krim yang tinggal sedikit itu. Laki-laki itu menghela napasnya saat Hyo Yeon tidak merespon ucapannya.
“Ya,” panggilnya, ia pun menoleh ke arah Hyo Yeon.
“Main game di The Game Camp. Atau kau ingin kita menonton film?” tawar Jong Woon. Hyo Yeon pun mengerjapkan matanya dan menelan es krim yang ada di mulutnya dengan susah payah.
“Menonton film? Main game?” ulangnya. Jong Woon pun mengangguk.
“Pilih salah satu.” Sambar Jong Woon.
Hyo Yeon menghembuskan napasnya dan menggigiti pinggirian es krimnya, "Salah satu ya? Kenapa tidak dua-duanya saja?" tanyanya, ia menatap dengan polos ke arah Jong Woon yang langsung berdecak.
“Tsk, lebih baik tidak usah keduanya.” Ucap Jong Woon dengan sinis. Hyo Yeon langsung terkekeh, lalu ia mencubit pelan lengan laki-laki itu.
“Terserahmu saja, oppa. Aku menurut.” Balasnya.
Jong Woon berdehem sekilas, ia memakan potongan es krim terakhirnya dan membuang bungkusnya ke dalam tempat sampah terdekat. “Sebagai laki-laki, aku pasti akan memilih game.” Jelas Jong Woon. Hyo Yeon langsung memajukan bibirnya.
“Kalau begitu menonton film saja.” Sambarnya.
“Aku sudah jarang bermain game, kau tahu?” balas Jong Woon. Hyo Yeon meniup poninya kesal, ia baru sadar jika laki-laki ini juga penggila game meskipun tidak separah Kyu Hyun. Ia menghela napasnya.
“Baiklah, kajja kita bermain game saja.” Ucap Hyo Yeon akhirnya, Jong Woon menatapnya tidak percaya. Hyo Yeon menurutinya? Benarkah?
“Tapi, kau saja yang main game, arra?” lanjut Hyo Yeon. Jong Woon pun mengangguk dan memeluk pundak gadis itu. Sebenarnya, ia juga tidak memaksa, karena ia akan selalu menuruti permintaan gadis itu
Jika gadis itu ingin menonton film pun Jong Woon akan menurutinya, tapi anehnya kenapa Hyo Yeon yang malah menurutinya kali ini? Entahlah, yang jelas ia merasa senang karena gadis itu bisa mengertinya, walaupun gadis itu tidak ikut bermain game.
“Arraseo, kau memang wanitaku yang pengertian.” Puji Jong Woon, ia mencubit pelan hidung mancung Hyo Yeon, membuat gadis itu langsung melotot ke arahnya.
“Jangan menyiksaku, oppa!” Ucapnya galak. Jong Woon langsung terbahak keras, ia pun bangkit dari duduknya.
“Kajja, nyonya Kim. Kau harus melihat seberapa hebatnya aku bermain game.” Jelas Jong Woon, Hyo Yeon hanya terkekeh dan menurut saat kedua tangannya ditarik paksa oleh laki-laki itu, menyuruhnya bangun dari duduknya.
“Jangan memanggilku nyonya Kim!” Protes Hyo Yeon, tapi laki-laki itu hanya terkekeh mendengar ucapan protesnya itu, ia mendengus kecil. Jong Woon langsung memeluknya dari samping dan ia langsung terpaku sejenak. Laki-laki ini kenapa selalu memeluknya secara tiba-tiba seperti ini sih?
Cup!
“Karena kau memang nyonya Kim, jadi tidak usah mengelak.” Jelas Jong Woon setelah mengecup kening Hyo Yeon dengan cepat. Ia langsung melepas pelukannya dan berjalan cepat menjauh dari gadis itu.
“YA! YA!!” Teriak Hyo Yeon yang langsung mengejarnya.
***
“Oppa, kenapa kau bisa terlalu tampan seperti itu?” pertanyaan itu langsung keluar begitu saja dari bibir sempurna seorang gadis yang sejak setengah jam yang lalu memperhatikan Jong Woon yang sedang bermain mobil-mobilan itu.
Jong Woon terkekeh dan tetap fokus pada game di hadapannya, “Jangan memujiku seperti itu nyonya Kim, kau terlihat sangat manis kalau seperti itu.” Jelasnya.
Senyuman lebar terukir dibibirnya walaupun matanya tidak teralih dari layar didepannya. Kedua pipi Hyo Yeon langsung memerah dan ia pun memukul lengan laki-laki itu dengan tidak berperasaan.
“Ya! Aku berkata serius, oppa.” Balasnya. Jong Woon kembali terkekeh.
“Jangan salahkan aku kalau aku semakin mencintaimu.” Ucap Hyo Yeon lagi. Dan setelahnya, entah kenapa Jong Woon langsung kehilangan fokusnya. Beberapa detik kemudian tertera tulisan 'game over' yang sangat jelas di layar itu, ia berdecak kecil. Hanya karena ucapan dari gadis itu saja ia langsung tidak fokus seperti itu. Hyo Yeon langsung bertepuk tangan dan tertawa senang melihat Jong Woon kalah, bahkan ia meloncat-loncat dengan pelan meskipun sejak tadi ia merasa kakinya pegal. Jong Woon langsung menoleh ke arahnya dan menatapnya tajam.
“Kenapa senang sekali kalau aku kalah?” Tanya Jong Woon, sedikit tidak terima melihat ekspresi Hyo Yeon. Gadis itu terkekeh.
“Aku senang kau kalah, jadi kita bisa pulang lebih cepat.” Jawab Hyo Yeon, ia menjulurkan lidahnya sekilas, seolah meledeki Jong Woon. Laki-laki itu menghela napasnya dan mengambil alih minuman dingin yang sejak tadi dipegang oleh Hyo Yeon, ia menyesapnya pelan.
“Kau ingin kita pulang sekarang, hm?” Jong Woon menatap ke arah Hyo Yeon lagi. Gadis itu pun mengangguk.
“Aku lapar, oppa.” Hyo Yeon membalas tatapannya.
“Aku juga, bagaimana kalau makan jajanan di pinggir jalan saja? Aku sudah lama tidak memakan udon.” Jelas Jong Woon panjang.
“Dan minum soju?” tanya Hyo Yeon yang langsung mendapatkan sebuah jitakan kasih sayang dari Jong Woon. Ia pun mengaduh kesakitan.
“Tidak ada soju hari ini, Hyo Yeon-ah.” Tolaknya.
“Arraseo, kajja.” Hyo Yeon menyerah, walaupun rasanya ia ingin sekali mabuk berat hari ini, apa lagi saat bersama Jong Woon, karena ia yakin ia akan selalu aman jika bersama laki-laki itu. Lagi pula, laki-laki itu selalu menolak mentah-mentah kalau Hyo Yeon ingin mabuk-mabukan. Tentu saja, laki-laki mana yang suka jika wanitanya mabuk-mabukan? Hyo Yeon pabo. Pikirnya.
Jong Woon menggandeng sebelah tangannya dan menatapnya. “Besok kau ada jadwal apa?” tanyanya tiba-tiba, Hyo Yeon langsung terkesiap dan menatapnya gugup. Jadwal? Hyo Yeon menggigit pelan bibir bawahnya dan menggeleng kecil.
“Aku tidak ada jadwal untuk besok, mungkin.” Ucapnya cepat. Jong Woon kembali menatapnya dengan heran dan mereka berdua berjalan keluar dari The Game Camp itu. Hyo Yeon menundukkan kepalanya, ia harus menjawab apa kalau laki-laki itu menanyainya lebih lanjut?
“Eo, kau akan hiatus kan? Kenapa kau harus melakukan itu? Bukannya kau baru saja goodbye stage?” pertanyaan bertubi-tubi dari Jong Woon langsung memenuhi pikirannya. Astaga, kenapa laki-laki itu malah membahasnya sekarang sih? Gerutunya dalam hati.
Hyo Yeon pun terpaksa mengangguk, “Aku sengaja ingin hiatus, oppa. Aku ingin istirahat penuh dulu sebelum membuat album baru lagi.” Jelasnya akhirnya. Untung saja ia bisa menjawabnya. Jong Woon menghela napas beratnya. Menyadari sesuatu yang ia tidak tahu itu apa dari ucapan dan cara bicara gadis itu, merasa seperti ada yang disembunyikan oleh Hyo Yeon.
“Tunggu,” ucapnya tiba-tiba, memberhentikan langkah kaki Hyo Yeon saat mereka berdua melewati counter Louis Vuitton. “Tunggu disini, jangan kemana-mana.” Lanjutnya, begitu melihat Hyo Yeon menganggukkan kepalanya, Jong Woon langsung masuk ke dalam counter itu. Beberapa bulan kemarin ia berniat untuk membelikan gadis itu flat shoes, namun ia belum ada waktu untuk membelinya.
Begitu kedua matanya menyapu ke segala arah di dalam counter itu, ia pun memusatkan perhatiannya ke bagian sepatu wanita. Sedikit berdecak kecil saat melihat sepatu high heels yang sangat tinggi dan itu berbagai jenis. Di mana aku bisa menemukan flat shoes? Tanyanya dalam hati. Ketika ia membalikkan tubuhnya ke arah kanan, ia langsung bernapas lega. Akhirnya ia melihat sepasang flat shoes yang terlihat elegan dan warnanya gelap. Ia yakin, pasti Hyo Yeon menyukai sepatu ini.
Tanpa basa-basi dulu, ia langsung mengambil sepasang sepatu itu dan berjalan sedikit cepat ke arah kasir. Telinganya menangkap dua orang anak kecil yang sedang membicarakan Coex Aquarium, keningnya langsung mengeryit dan setelah barang yang baru saja ia berikan kepada orang yang mengambil alih kasir itu, ia berpikir bagaimana kalau ia mengajak Hyo Yeon kesana? Jong Woon tahu kalau gadis itu sudah lama melihat laut karena jadwal-jadwalnya yang mencekik, ia mengangguk pelan, ia harus mengajak gadis itu.
“Eo, kamsahamnida. Agassi, COEX Aquarium tutup di jam berapa?” tanyanya dengan sopan sambil mengambil tas karton yang berisi sepasang flat shoes untuk Hyo Yeon itu. Orang yang sekarang sedang menatap ke arah layar komputer itu sedikit terdiam saat menyadari suara dari Jong Woon.
“Pembelian di tutup di jam tujuh malam, sepertinya.” Jelasnya, ia menatap ke arah Jong Woon yang masih memakai kacamatanya itu. Laki-laki itu pun mengangguk dan ia pun menggumamkan kata terimakasih lalu keluar dari counter itu. Begitu ia melihat ke arah jam tangannya, ia menghela napas pelan, sepertinya tidak akan terlambat. Ia harus cepat.
***
17:33 K.S.T.
COEX Aquarium, Seoul, South Korea
Jong Woon kembali tersenyum manis ketika melihat ekspresi kagum Hyo Yeon saat melihat berbagai jenis hewan laut yang ada di dalam aquarium raksasa di depannya itu. Ia mengusap pelan sebelah pundak gadis itu. Benar apa yang ia kira, gadis itu terlihat sangat senang saat ia mengajaknya ke tempat ini. Ia sangat tahu kalau Hyo Yeon sangat menyukai pemandangan alam, terutama laut.
“Daebak... jinjjayo.” Gumam Hyo Yeon dengan kagum. Ini ketiga kalinya ia mengucapkan kalimat itu, tidak henti-hentinya berdecak kagum. Jong Woon menariknya ke tempat lain di dalam ruangan itu. Ke bagian aquarium yang terdapat ikan piranha lebih tepatnya. Ia tahu kalau Hyo Yeon menyukai hewan laut yang terkenal dengan giginya yang sangat tajam itu. Ia menggeleng kecil begitu melihat Hyo Yeon menatap aquarium itu dengan mulut yang sedikit terbuka. Ia pun mengusap wajah gadis itu, membuatnya langsung menatap galak ke arah Jong Woon.
“Oppa!” Protes Hyo Yeon dengan setengah berteriak, Jong Woon hanya menyengir, mengalihkan pandangannya ke arah aquarium itu.
“Hari ini akan segera berakhir, kau benar-benar senang kan?” tanyanya. Hyo Yeon yang masih memperhatikan aquarium itu pun menganggukkan kepalanya.
“Aku sangat senang, oppa selalu tahu kesukaanku, meskipun kau tidak menyukainya juga ataupun malas tapi kau selalu menurutiku.” Jelas Hyo Yeon dengan panjang. Jong Woon tersenyum manis dan menepuk-nepuk pelan kepala gadis itu.
“Karena aku mencintaimu, aku bisa seperti itu.” Balas Jong Woon yang kembali membuat kedua pipi Hyo Yeon. Ya ampun, ia benar-benar sangat bahagia jika terus-terusan menggoda gadis itu. Baginya itu lebih baik daripada melihat gadis itu menangis terisak bahkan sesenggukan seperti waktu itu.
“Tapi, oppa. Tas karton itu untuk siapa? Dan, apa yang kau beli di toko Louis Vuitton tadi?” tanya Hyo Yeon penasaran. Sejak Jong Woon kembali dari counter brand terkenal itu, ia memang tidak diberitahu apa yang laki-laki itu beli dan untuk siapa. Di satu sisi, ia terlalu percaya diri kalau benda itu adalah untuknya, tapi disisi lain, ia merasa itu sangat tidak mungkin. Ia sangat mengenal laki-laki itu dan tidak mungkin membelikannya benda dari brand terkenal seperti itu.
Jong Woon hanya menjawab pertanyaannya dengan sebuah senyuman yang sulit Hyo Yeon artikan, tepatnya, ia tidak tahu arti dari senyuman itu. Ia pun mendengus, “Aku tahu, itu pasti untuk wanita lain.” Tebaknya asal. Ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah aquarium.
Jong Woon terkekeh, “Ada satu aquarium yang belum kita kunjungi sebelum pergi dari sini.” Ucapnya. Hyo Yeon hanya menghela napasnya saat laki-laki itu kembali menarik tangannya dengan pelan. Mereka berdua berjalan ke area aquarium yang penuh dengan hewan laut lainnya, ubur-ubur dan yang lainnya.
Tema dari aquarium yang satu ini adalah The Deep Blue Sea Exhibition, di mana terdapat banyak sekali hewan laut dari kedalaman lautan yang gelap. Mungkin untuk beberapa orang hewan-hewan laut itu mengerikan karena warnanya gelap dan bentuknya tidak seperti pada umumnya, tapi bagi Hyo Yeon itu malah terlihat menakjubkan, terlebih ketika ia melihat berbagai jenis ubur-ubur yang warna tubuhnya bercahaya itu, terlihat sangat indah.
“Harusnya sejak dulu aku kesini.” Ucapnya tiba-tiba, ia terlalu mengagumi karya Tuhan itu sehingga ia hampir saja menempelkan wajahya ke arah kaca besar aquarium yang membuat 3000 ton air itu jika Jong Woon tidak langsung menarik tangannya. Bagaimanapun juga, di tempat itu tidak hanya ada mereka berdua saja.
“Harusnya aku mengajakmu kesini sejak dulu.” Balas Jong Woon, Hyo Yeon langsung menoleh ke arahnya, lalu mengangguk kecil.
“Ige,” Jong Woon menyodorkan tas karton berukuran sedang yang berlabelkan Louis Vuitton ke arah Hyo Yeon. Gadis itu pun mengerjapkan matanya. Jadi, perkiraannya itu benar?
“Apa?” sahut Hyo Yeon. Jong Woon langsung berdecak.
“Untukmu, aku sudah berniat membelikanmu ini, sudah lama, tapi baru tercapai sekarang. Jadi, jangan menolaknya.” Jelas Jong Woon dengan sangat cepat, ia menatap lurus-lurus dan dalam ke arah Hyo Yeon. Mengunci pandangan gadis itu.
Hyo Yeon menatapnya tidak berkedip, ia terpaku. “Isinya apa?” pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Jong Woon menghela napas.
“Untuk kebaikan kakimu.” Jawabnya pura-pura kesal. Hyo Yeon langsung merengut tapi ia malah memeluk Jong Woon dengan erat. Laki-laki itu terkesiap karena dipeluk dengan tiba-tiba seperti itu.
“Jeongmal gomawo, oppa.” Ucapnya dengan tulus, ia memendamkan wajahnya ke sebelah pundak laki-laki itu. Sedetik, Jong Woon tersadar, ia pun membalas pelukan gadis itu dan menepuk-nepuk pundaknya dengan pelan.
Rasa nyaman dan rasa kasih sayang serta kelembutan penuh yang dirasakan Hyo Yeon itu membuatnya langsung membendung airmata di kelopak matanya. Tidak, ia tidak boleh menangis, ia tidak boleh menghancurkan hari spesial ini dengan tangisannya. Ia menggeleng pelan dan menelan ludahnya dengan susah payah. Astaga, napasnya kembali tercekat.
“Kajja, makan.” Ujarnya tiba-tiba, ia memejamkan matanya sekilas, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya keras-keras, berusaha untuk menelan dan membuang semua rasa sedihnya itu dalam satu waktu.
Jong Woon yang menatapnya itu langsung menahan napasnya seketika, ia melihat mata Hyo Yeon yang masih berkaca-kaca, ia melihat hidung mancung gadis itu yang sedikit memerah walaupun ia tahu saat ini udaranya tidak dingin bahkan terasa hangat. Ia menghela napasnya, kemudian ia mengangguk.
“Tubuhmu kurus, jadi kali ini aku akan membiarkanmu makan yang sangat banyak.” Jelasnya. Hyo Yeon langsung mengangguk dan memaksakan sebuah senyuman kecil. Hatinya semakin sesak saat waktu terus berjalan mendekati jadwal penerbangannya untuk pergi ke London, meninggalkan Korea Selatan dan laki-laki yang sangat ia cintai itu.
***
21:04 K.S.T.
Cheonggyecheon Stream, Seoul, South Korea
Hyo Yeon menyandarkan kepalanya di pundak Jong Woon, memejamkan matanya, merasakan semilir angin yang terasa sejuk dan juga suara tenang dari genangan sungai Cheonggyecheon yang ada di depannya. Tempat ini selalu menjadi tempat favoritnya kalau ia membutuhkan ketenangan. Ia selalu merasa nyaman jika sudah berada di tempat ini.
Sinar lampu-lampu kecil yang berada di dinding di sepanjang sungai ini menambah kesan romantis yang sudah ada, tapi untung saja disini sudah tidak terlalu ramai, jadi mereka berdua bisa dengan leluasa bersantai tanpa harus ketahuan. Jong Woon tersenyum kecil saat ia melihat ekspresi wajah Hyo Yeon yang tenang. Memang setelah mereka berdua makan jajanan pinggir jalan khas Korea itu, ia langsung setuju ketika Hyo Yeon mengusulkan untuk bersantai di tempat ini.
Jong Woon mempererat pelukannya di pundak gadis itu dan kembali menatap ke arah depan, menatap aliran sungai yang tenang, yang dapat membuat hatinya juga ikut tenang. Ia menghela napas lega dan menghembuskannya dengan pelan, hanya seperti ini saja ia sudah benar-benar merasa sangat bahagia.
“Oppa,” ia langsung menoleh ke arah Hyo Yeon ketika gadis itu memanggilnya dengan tiba-tiba.
“Apa?” sahutnya setengah berbisik, ia memperhatikan ke sekelilingnya dan kembali menghembuskan napasnya, setidaknya di tempat ini bukan hanya mereka berdua saja. Ada tiga atau empat pasang kekasih yang jaraknya berjauhan dengan mereka berdua itu.
“Apa kau nyaman bersamaku?” tanya Hyo Yeon. Jong Woon pun kembali menatapnya.
“Kenapa bertanya seperti itu?” sambarnya.
“Aku hanya ingin menanyakannya saja, aku ingin tahu apakah oppa nyaman bersamaku atau tidak.” Jelas Hyo Yeon. Jong Woon langsung menghela napasnya dan mengusap pelan rambut Hyo Yeon. Sekarang, gadis itu sudah menggerai rambutnya meskipun ia masih memakai topi yang berwarna hitam.
“Aku selalu nyaman saat bersamamu,” ucap Jong Woon. Ia mengangguk pelan, meyakinkan gadis itu.
“Sampai kapanpun.” Lanjutnya.
“Oppa, kita sudah menjalin hubungan ini hampir dua tahun...” Hyo Yeon masih menatapnya, malah menatapnya dengan tatapan dalam. “Dan, aku merasa seperti berada di negeri dongeng saat aku tahu hubungan kita sudah sejauh ini. Oppa, apa kau pernah merasa menyesal selama ini saat bersamaku?”
Jong Woon terkesiap. Tidak pernah menyangka ia akan mendengar kalimat itu langsung dari bibir Hyo Yeon. Kenapa Hyo Yeon menanyainya hal itu? Kenapa gadis itu bertanya hal yang seolah-olah ia tidak nyaman dengan gadis itu? Jong Woon baru saja akan menjawabnya tapi Hyo Yeon kembali bertanya dengan nada seperti tercekat, “Apa oppa pernah berniat meninggalkanku?” Jong Woon langsung menatapnya tajam dan terpaku. Kenapa Hyo Yeon selalu menanyakan hal yang tak pernah ia kira sebelumnya itu?
Jong Woon menggeleng setelah kesadarannya kembali, “Tidak pernah dan tidak akan pernah, Hyo Yeon-ah. Sekalipun aku harus pergi, itu bukan kemauanku.” Ucapnya. Hyo Yeon mengangguk dan tiba-tiba ia menundukkan kepalanya. Ia menggiggit pelan bibir bawahnya, matanya pun sudah berkaca-kaca kembali. “Aku juga tidak pernah merasa menyesal karena bersamamu.” Lanjutnya.
“Karena itu adalah salah satu hal yang bisa membuatku bernapas dengan baik.” Jong Woon menatap Hyo Yeon tepat di manik matanya. Bagaimana ini? Hyo Yeon benar-benar tidak bisa menahan airmatanya. Jong Woon mengusap-usap pundaknya, ia terlihat menatap ke arah langit malam yang entah kenapa terlihat cerah dengan bintang yang bertaburan disekitarnya.
“Kenapa oppa bisa mengatakan hal seperti itu?” Jong Woon kembali menghela napasnya.
“Jawabannya sudah terlihat jelas, karena aku mencintaimu. Lee Hyo Yeon.” Meskipun laki-laki itu menyebutnya dengan seluruh nama panjangnya, Hyo Yeon tidak merasa takut, karena laki-laki itu mengucapkannya dengan nada lembut. Ia merasa ingin menangis sekarang juga.
“Aku... Aku...” gumam Hyo Yeon pelan, bingung ingin membalas ucapan dari Jong Woon itu seperti apa, laki-laki itu pun menoleh ke arahnya, menatapnya dengan lembut.
“Apa?” sahut Jong Woon. Hyo Yeon pun menggeleng dan menghela napasnya.
“Aniya, aku hanya ingin mengatakan... Kau lebih terlihat pantas dengan wanita lain dibanding denganku, oppa.” Jelas Hyo Yeon. Laki-laki itu langsung menatapnya tidak percaya.
“Jangan mengatakan hal seperti itu, Hyo Yeon-ah. Meski dengan Miss Korea sekalipun kau jodohkan aku, aku akan tetap memilihmu, bukan memilih mereka.” Ucap Jong Woon sambil menatap dalam ke arah Hyo Yeon. Gadis itu langsung menelan ludahnya dengan susah payah.
“Oppa, aku hanyalah Lee Hyo Yeon.” Protesnya dengan nada pelan. Ya, benar. Lee Hyo Yeon, hanya nama itu.
Bukan nama Juliette Lee lagi. Ia kembali menundukkan wajahnya, Jong Woon yang memperhatikannya itu terkesiap seketika, gadis itu kenapa? Dan juga, kenapa ia merasa apa yang ia takutkan itu akan terjadi sekarang?
Jong Woon mengalihkan pandangannya dan menghela napasnya dengan berat. “Karena itu, karena kau Lee Hyo Yeon, aku mencintaimu,” ucapnya setelah beberapa detik terdiam. Hyo Yeon pun mengangguk.
“Karena kau Lee Hyo Yeon, aku tidak bisa hidup tanpamu. Jadi, jangan meninggalkanku.” Lanjut Jong Woon, sedetik matanya sudah menatap dalam ke arah gadis itu.
“Dan, karena kau Lee Hyo Yeon, aku bahkan rela memberikan seluruh yang kupunya, melakukan hal apa saja untuk tetap bisa bersamamu.” Ia tersenyum kecil saat melihat kedua pipi Hyo Yeon memerah, meskipun cahaya di sekitarnya terlihat remang-remang, tapi ia tetap bisa melihat gadis itu dengan jelas. Ia mengecup lembut kening gadis itu dengan perasaan penuh.
BRASSHH
Mata Hyo Yeon melebar begitu suara hujan terdengar tepat ketika Jong Woon melepas tautannya di keningnya itu. “Astaga,” gumamnya pelan.
Semua pakaian yang mereka pakai itu langsung basah dan hujan juga menjadi semakin deras. Jong Woon langsung bangun dari duduknya dan menarik lengan Hyo Yeon, agar gadis itu juga bangun, ia pun menyeretnya pelan naik ke atas jalan raya untuk mencari halte bus terdekat. Ia harus mengantar gadis ini pulang sebelum ia jatuh sakit.
“Cepat, kita harus pulang.” Ucap Jong Woon. Hyo Yeon langsung mengangguk dan kembali memperhatikan langkah kakinya, berusaha mengikuti langkah kaki laki-laki itu yang panjang-panjang. Ia juga dengan refleks menutupi kepalanya, ia tahu itu hal yang bodoh untuknya karena ia sudah memakai topi sekarang. Membuat Jong Woon langsung terkekeh kecil.
_T.B.C._
-2015.11.02