“Jika di dunia ini ada yang lebih indah dari cara kau tersenyum padaku, menatapku dan berbicara padaku. Bagiku, jawabannya akan selalu sama, yaitu mencintaimu. Hanya karena mencintaimu seperti ini saja, aku sudah merasa sangat bahagia.”
–Kim Jong Woon–
06:00 K.S.T.
Jong Woon's House, Seoul, South Korea
KRIINGG KRIINGG
Suara alarm dari jam weker yang ada di nakas kecil di samping kasur itu langsung membuat Jong Woon terbangun dari tidur nyenyaknya. Saat laki-laki itu akan bangun dari posisi tidurnya itu kepalanya refleks terasa sangat pusing, seperti ia dibangunkan paksa oleh seseorang.
Jong Woon kembali memejamkan matanya dan memijit pelan keningnya, tentu saja ia merasa sangat pusing karena ia baru tidur selama empat jam setelah pikirannya benar-benar tenang itu.
Perlahan ia duduk di kasur dan mengambil, lalu mematikan jam wekernya itu, ia mengusap kedua mata sipitnya yang setengah terpejam itu dengan pelan. Jong Woon masih sangat merasa mengantuk, seharusnya ia masih berada di alam mimpi indahnya itu sekarang, kalau saja ia tidak ingat kalau hari ini ia harus pergi dengan Hyo Yeon.
Jong Woon menguap kecil dan bangkit dari duduknya, sedetik ia menolehkan kepalanya menatap ke arah jam dinding yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, setelah itu ia menghela napas sedikit lega, merasa tidak kesiangan. Ia berjalan ke arah lemari untuk mengambil handuk dan pakaiannya yang lain lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Hari ini harus benar-benar menjadi hari yang membuatnya bahagia, Jong Woon memang merasa bahagia jika Hyo Yeon ada didekatnya setiap hari, tapi entah sejak beberapa hari belakangan ini ia merasa kebahagiaannya itu semakin menurun kadarnya, meskipun ia masih bisa bertemu denganya. Walau jarang, tapi itu bisa membuatnya bahagia, sekaligus merasa ada yang kurang, juga merasa janggal.
Jong Woon pun menghela napasnya dan memejamkan matanya saat air shower membasahi kepalanya, seketika rasa dingin dari air yang keluar itu terasa sangat dingin, seakan bisa membuatnya beku.
Padahal ia berniat agar air itu bisa menenangkan hatinya ataupun pikiranya itu, tapi kali ini tidak sama sekali. Saat ia memikirkan perubahan sikap gadis itu yang aneh menurutnya akhir-akhir ini, hati dan pikirannya secara bersamaan langsung kembali terasa tidak tenang, langsung kembali merasa cemas. Dan, ekspresi wajah Hyo Yeon yang kemarin ia lihat adalah ekspresi yang sama saat Hyo Yeon datang ke kafenya bulan Mei lalu.
Otaknya pun kembali mengingat-ingat apa yang terjadi pada bulan itu dan begitu ia tersadar, matanya refleks membulat dan saat itu juga busa shampoo yang mengalir langsung masuk ke dalam matanya.
“Ah, Sial!” Umpatnya kesal, ia langsung merasa perih dimatanya, lalu Jong Woon membasuhnya dengan air, Hyo Yeon benar-benar bisa membuatnya tidak fokus seperti ini. Ia pun mendengus kesal dan langsung cepat-cepat menyelesaikan acara mandinya itu.
***
“Hyung, kau mau pergi kemana?” pertanyaan dari Jong Jin langsung terdengar begitu ia menuruni anak tangga di rumahnya itu, Jong Woon hanya menatapnya dan berjalan menuju dapur, membuat adiknya itu semakin penasaran.
“Hari ini kan hari minggu, aku dan Hyo Yeon-ah ingin jalan-jalan.” Jelasnya sedikit berteriak sambil mengambil cangkir dan mengisinya dengan air hangat. Adiknya—Jong Jin—yang mendengarnya langsung melangkahkan kakinya dengan cepat, menghampiri Jong Woon dan menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
“Kalian sudah baikan?” Jong Woon mengerutkan keningnya, mengurungkan niatnya untuk meminum air yang ada di cangkir itu, dan menghadapkan tubuhnya ke arah Jong Jin yang berdiri didepan pintu.
“Memang, kapan aku bertengkar dengannya?” tanyanya balik dan langsung minum sambil menatap ke arah Jong Jin. Adiknya menggaruk tengkuk belakangnya dengan asal.
“Bukankah kalian memang sedang bertengkar? Buktinya, kau dan Hyo Yeon-ah sudah jarang bertemu akhir-akhir ini, aku juga sangat jarang melihatnya datang ke kafe ataupun Why Style.” Jelasnya, Jong Woon pun meletakkan cangkirnya di atas meja dan kembali menatap ke arah adiknya.
Jong Woon pun menggeleng, “Tidak, kami tidak sedang bertengkar.” Elaknya. Ia sendiri juga tidak tahu hubungannya dengan Hyo Yeon sekarang ini disebut seperti apa, mereka berdua tidak sedang bertengkar atau berdiam-diaman. Tapi, Hyo Yeon terlihat seakan tengah menjauhi ataupun menghindarinya belakangan ini. Meskipun status mereka masih berpacaran sampai detik ini.
“Lalu kenapa?” tanyanya. Jong Woon menghela napasnya, lalu melihat ke arah jam berwarna hitam yang melingkar dilengannya.
“Tidak kenapa-kenapa, aku dan dia baik-baik saja, dia hanya... sedikit aneh. Aku harus berangkat sekarang, Jong Jin-ah.” Jelasnya panjang, ia meminum air dicangkirnya sampai habis dan bersiap-siap. Memeriksa barang-barang yang harus dibawanya itu.
“Kita satu pikiran, hyung. Hyo Yeon-ah bukan sedikit aneh, malah benar-benar terlihat aneh. Eo, kau tidak ikut menjaga kafe hari ini?” ucap Jong Jin, ia memperhatikan Jong Woon sekarang. Laki-laki yang ia beri pertanyaan itu hanya menggeleng pelan.
“Mianhae, tapi aku tidak bisa. Tolong bantu eomma, arra?” ucap Jong Woon, ia sudah berdiri tepat didepan adiknya. Jong Jin menghelanya napas dan mengangguk. Untung saja ia sangat menyukai profesinya yang menjadi barista itu. Kalau tidak, ia pasti sudah menolak mentah-mentah permintaan Jong Woon. Ya, walaupun ia tidak bisa menolaknya juga karena ia tetap harus membantu ibunya.
“Bagus, aku pergi sekarang.” Pamit Jong Won, ia pun berjalan keluar dari dapur, mengambil kunci mobilnya dan menuju garasi.
Begitu sudah duduk di belakang kemudi, ia pun menghela napasnya dalam-dalam. Setelah ia pikir-pikir, ucapan Jong Jin memang benar. Hyo Yeon memang benar-benar aneh akhir-akhir ini, waktu itu ia meminta agar tidak menemuinya lagi, Chang Hyun pun berkata seperti itu, tapi kali ini gadis itu malah mengajaknya jalan-jalan.
Jong Woon mendengus, “Mungkin aku bisa menanyakan hal itu padanya, nanti.” Gumamnya langsung menyalakan mesin mobil, keluar dari pekarangan rumahnya.
***
07:36 K.S.T.
Galleria Foret Apartment, Seoul, South Korea
Ting Tong!
“Chang Hyun oppa! Tolong buka pintunya, pasti Jong Woon oppa yang datang.” Ucap Hyo Yeon sedikit berteriak dari dalam dapur. Meskipun belum berpakaian rapi—hanya memakai hotpants dan kaos berwarna putih dengan tulisan random—ia sudah bangun sejak jam lima pagi tadi. Begitu bangun ia langsung bersiap-siap dan kali ini Hyo Yeon sedang memasak beberapa makanan yang akan dibawanya untuk jalan-jalan nanti.
Chang Hyun yang mendengar ucapannya hanya mendengus dan bangkit dari duduknya di sofa panjang, kenapa Hyo Yeon-ah ribut sekali pagi ini? Pikirnya. Memang, ia dan Ah Ra tahu bahwa Hyo Yeon akan jalan-jalan bersama kekasihnya hari ini. Tapi, ia tidak pernah memikirkan kalau gadis itu juga akan menyiapkan segala hal yang diperlukannya sendirian.
Hyo Yeon bahkan menolak tawarannya yang ingin membantunya memasak, ia tahu gadis itu tidak begitu pintar memasak, tapi gadis itu malah bersikeras untuk melakukan semuanya sendirian. Padahal gadis itu juga baru sembuh dari sakitnya.
CKLEK
“Masuklah, Hyo Yeon-ah sedang ada di dapur.” Ucap Chang Hyun dengan santai setelah ia membukakan pintu, ia kembali masuk ke dalam dorm tanpa mendengar respon dari laki-laki itu ataupun melihat ke arah Jong Woon yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya sekarang itu.
Jong Woon menghela napasnya dan langsung masuk ke dalam dorm Hyo Yeon, menutup pintunya dan berjalan ke arah dapur setelah ia melepas sepatunya. Dan begitu sampai, pemandangan pertama yang ia lihat adalah gadis itu, tentu saja.
Lee Hyo Yeon seperti koki profesional yang sedang memasak makanan, entah apa itu Jong Woon tidak tahu namanya. Karena, ia merasa itu bukan makanan khas Korea Selatan. Dan kedua, matanya teralih pada celana yang sangat pendek berwarna hitam yang dipakai gadis itu. Ia mendengus kesal. “Ganti bajumu, kita berangkat sekarang.” Ucap Jong Woon agak keras, gerakan tangan Hyo Yeon yang sedang mengaduk sup itu pun terhenti, beberapa detik gadis itu terdiam lalu menoleh ke arah Jong Woon dengan tatapan polos serta terkejutnya.
“O-oppa?” Hyo Yeon mengerjapkan matanya beberapa kali. Jong Woon menghela napasnya dan menghampirinya.
“Nyonya Kim, aku tahu saat ini udara sudah tidak terlalu dingin dan meskipun sekarang sedang musim panas, aku tidak akan mengizinkanmu untuk memakai pakaian seperti itu dan aigoo, kau belum bersiap-siap?” omelnya panjang–lebar, Hyo Yeon hanya memutar bola matanya ketika ia mendapat sarapan omelan seperti itu.
Gadis itu mengambil dua potong kentang goreng dan memasukkannya ke dalam mulut Jong Woon. Laki-laki itu langsung mengunyahnya dengan perlahan. “Aku sudah mandi dan tinggal ganti baju dan sebaiknya kau duduk. Aku belum selesai memasak, kau tahu?” balasnya, ia kembali fokus pada masakannya, setelah ia rasa sup yang ia masak itu telah matang, ia pun mematikan kompor.
“Meskipun tidak terlalu bisa memasak, asal bisa membuatku merasa kenyang sepertinya itu sudah cukup untuk menjadi istriku.” Ucap Jong Woon yang sudah duduk di kursi makan, laki-laki itu masih memperhatikan Hyo Yeon dengan sebuah senyuman manis yang terukir di wajahnya.
Hyo Yeon yang mendengar ucapannya langsung berdehem pelan, meskipun ia sempat menghentikan aktifitasnya yang sedang meletakkan beberapa makanan ke dalam kotak makan siang itu. Dari tempat Jong Woon duduk, ia bisa melihat kedua pipi gadis itu memerah, pemandangan yang membuat harinya menjadi cerah, menurutnya.
“Memangnya aku ingin menjadi istrimu? Kkumeulkkujima.” Sambar Hyo Yeon, gadis itu berusaha menghilangkan rasa gugup yang muncul dengan tiba-tiba itu, ia langsung memasukkan beberapa cemilan dan juga buah yang sudah ia potong ke dalam kotak berukuran sedang.
Jong Woon langsung terkekeh renyah, “Walau kau tidak ingin, kau tidak bisa menolakku, Nyonya Kim,“ ucapnya, bangkit dari duduknya dan mendekati Hyo Yeon.
“Karena, tidak ada kata 'tidak' dalam kamus ataupun hidupku.” Lanjutnya setelah berhasil memeluk Hyo Yeon dari belakang. Gadis itu langsung terpaku dan merasakan napas Jong Woon dilehernya, membuatnya geli sekaligus semakin merasa gugup. Hyo Yeon pun memejamkan matanya sekilas dan melirik tajam ke arah Jong Woon.
“Kau tidak bisa memaksakan seseorang, oppa.” Ucap Hyo Yeon, akhirnya setelah ia bisa mengontrol detakan jantungnya yang semakin cepat itu, ia pun memasukkan sepotong buah stroberi ke dalam mulutnya lalu menutup semua kotak makan siang yang akan ia bawa.
“Oppa, aku akan ganti baju sekarang dan,” ucapannya terputus ketika Jong Woon mengecup pipinya dengan tiba-tiba. Hyo Yeon menelan buah stroberi yang sudah ia kunyah itu dengan susah payah dan berbalik menghadap Jong Woon.
“Oppa, sebaiknya kau tunggu di ruang tengah saja bersama Chang Hyun oppa.” Ucap Hyo Yeon dengan nada dingin yang jelas, ia langsung mendorong tubuh Jong Woon dan melepas pelukan dari laki-laki itu. Laki-laki itu hanya terkekeh saat melihatnya yang langsung berlari keluar dari dapur itu. Baginya, menggoda gadis itu membuat hatinya terasa ringan dan tenang. Jadi, ia tidak akan memikirkan hal-hal negatif yang membuatnya kacau lagi.
***
“Eo, oppa kau membawa mobilmu?” tanya Hyo Yeon begitu ia sudah keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi. Ia memakai dress yang berwarna hitam diatas lutut dan juga memakai stocking dengan warna yang senada. Ia hanya memakai makeup tipis dan rambutnya digerai begitu saja.
Jong Woon yang mendengar suaranya pun menoleh ke arahnya dan terdiam selama beberapa detik, seolah ia sedang menilai penampilannya, untung saja Hyo Yeon tidak memakai pakaian yang terbuka, ia berdehem pelan. “Ne, aku membawa mobilku, memangnya kenapa?”
“Hari ini aku ingin kita berangkat menggunakan transportasi umum saja, kita naik bus.” Jelas Hyo Yeon, ia berjalan melewati sofa panjang yang tengah diduduki oleh Jong Woon dan juga manajernya, lalu ia masuk ke dalam dapur untuk mengambil beberapa makanan yang tadi dimasak olehnya itu. Chang Hyun hanya menggelengkan kepalanya, tidak tahu harus melakukan apa lagi setelah mendengar ucapan dari Hyo Yeon.
“Mworae? Naik bus?!” Jong Woon mengerjapkan matanya, ia langsung terkejut saat mendengar penjelasan dari gadis itu, laki-laki itu pun bangun dari duduknya, menghampiri Hyo Yeon dengan cepat.
“Apa kau ingin kita tertangkap oleh media, hah?” omelnya begitu ia sudah ada di dapur, Hyo Yeon hanya menghela napas dan tangannya siap untuk membawa tiga kotak makan siang yang cukup besar itu.
“Memangnya kenapa? Lagi pula, jika kita memakai penyamaran seperti biasa, mereka tidak akan menyadarinya.” Balasnya, ia sudah membalikkan tubuhnya ke arah Jong Woon yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
Jong Woon menghembuskan napas dengan kasar, “Kau ingin menambah skandal tentang kita lagi?” ia berjalan menghampiri Hyo Yeon yang terlihat sedikit kesulitan membawa kotak makan siang itu sekaligus.
“Aniya, bukan begitu,” elak Hyo Yeon. Matanya langsung menatap ke arah Jong Woon yang sudah mengambil alih dua kotak makan siang itu. Ia menghela napas. Apa ia harus menjelaskan alasannya?
“Hanya saja... aku ingin menikmati hari ini sebagai Lee Hyo Yeon, bukan sebagai Juliette Lee yang seorang artis.” Lanjutnya, ia tersenyum kecil. Bahkan dari kemarin malam ia juga sudah bukan seorang artis lagi. Jong Woon yang masih menatapnya langsung terkesiap, merasa ada yang janggal dengan kata-kata yang diucapkan olehnya.
Jong Woon menghela napasnya, “Arraseo, aku tahu aku sudah tidak bisa menolak permintaanmu. Jadi, kau mau kita pergi kemana hari ini, Hyo Yeon-ah?” tanyanya, Hyo Yeon menghembuskan napas lega, untung saja laki-laki itu tidak menanyainya lebih lanjut lagi.
“Seoul Forest! Kita akan mengadakan piknik kecil-kecilan pagi ini.” Ucapnya dengan nada riang. Mendengarnya, Jong Woon pun tersenyum kecil dan mengulurkan tangannya untuk mengacak rambut gadis itu dengan pelan, ia merasa bahagia melihat gadis itu menjadi riang seperti itu. “Kajja,” ajaknya sambil menarik pelan tangan Jong Woon, laki-laki itu langsung terkekeh.
Tingkah Hyo Yeon memang seperti anak kecil hari ini dan gadis itu memang sengaja melakukan hal seperti itu. Bertingkah seperti anak kecil, seolah tidak ada lagi beban yang masih ditanggungnya sampai sekarang, seolah ia tidak mempunyai masalah apapun yang berarti.
Padahal, Hyo Yeon berusaha keras untuk menahan airmatanya dan menelan kesedihan serta kenyataan yang terbentang luas dimatanya, walaupun terlihat kasat mata oleh orang lain karena dirinya itu bisa menyembunyikan semuanya. “Kita benar-benar akan naik bus?” tanya Jong Woon saat mereka sudah di ruang tengah, Hyo Yeon mengangguk dan meletakkan tasnya disebelah pundaknya.
“Chang Hyun oppa, Ah Ra eonni, kami akan berangkat sekarang, mungkin pulangnya cukup malam, karena aku bersama Jong Woon oppa, hehehe.” Jelas Hyo Yeon dengan cengiran yang khas terukir dibibirnya. Chang Hyun hanya mengangguk, ia sudah bukan manajernya lagi kan? Lalu kenapa Hyo Yeon tetap memberitahukannya padanya?
“Chang Hyun oppa.” Panggil Hyo Yeon dengan nada manja, gadis itu bahkan menghampiri laki-laki itu. Jong Woon yang melihatnya hanya menghela napas.
“Arraseo. Ye Sung-ssi, jaga gadis yang nakal ini baik-baik, arra? Awas saja jika terjadi apa-apa padanya.” Ucap Chang Hyun, ia menoleh ke arah Jong Woon dan Hyo Yeon yang mendengarnya langsung tersenyum. Jong Woon hanya mengangguk dan tersenyum kecil, Chang Hyun sedang dalam keadaan mood yang baik sepertinya, pikirnya.
“Selama dengan Jong Woon oppa, aku tidak akan kenapa-kenapa. Lagi pula, dia akan menolongku kalau hal itu benar-benar terjadi.” Balasnya, ia mengapit lengan Jong Woon. Laki-laki itu langsung terkekeh.
“Kau yakin? Aku tidak bilang kalau aku akan menolongmu kalau terjadi apa-apa kan?” ledek Jong Woon. Gadis itu langsung menoleh ke arahnya dan merengut lucu. Laki-laki itu langsung mencubit pipi Hyo Yeon.
“Ya! Sudah sana kalian pergi sekarang, jangan memperlihatkan kemesraan kalian di depan kami.” Ucap Ah Ra yang sejak tadi fokus pada layar TV yang ditontonnya. Hyo Yeon langsung terkekeh dan menghampirinya. Ia pun mengecup pelan pipi gadis itu, ia benar-benar akan merindukan Ah Ra kalau ia sudah di London nanti, merindukan cerewet khasnya ketika ia tidak menghapus makeup dengan bersih, saat ia tidak duduk dengan benar, saat ia menangis.
“Ah Ra eonni, kau terlihat cocok dengan Chang Hyun oppa.” Ucap Hyo Yeon dengan nada polos, padahal seringaian evilnya sudah terlihat jelas dibibirnya, Jong Woon yang memang memperhatikan mereka langsung terbahak. Masalahnya, ia juga pernah mempunyai pikiran seperti itu.
“YA! Apa-apaan kau ini? Menjodohkan orang lain.” Protes Ah Ra, tapi pipinya memerah, Hyo Yeon tertawa keras mendengar protesannya itu dan ia langsung berlari ke arah Jong Woon yang sudah ada di dekat pintu dorm saat mantan penata riasnya itu akan melemparinya bantal sofa.
“Eonni, oppa! Kami pergi dulu!” Teriak Hyo Yeon, setelah ia dan Jong Woon memakai penyamaran, mereka berdua pun keluar dari dorm dan berjalan menuju lift. Ada dua harapan Hyo Yeon untuk hari ini, tepatnya saat ini.
Yang pertama, ia berharap 'kencan'nya dengan Jong Woon yang terakhir ini berjalan lancar dan yang terakhir, semoga semua penggemarnya ataupun media tidak ada yang mengetahui mereka. Kalaupun ada, ia akan mencoba seolah-olah tidak peduli lagi. Karena mulai sekarang, ia adalah Lee Hyo Yeon bukan Juliette Lee.
***
09:12 K.S.T.
Seoul Forest, Seoul, South Korea
“Mashisseo?” tanya Hyo Yeon was-was ketika Jong Woon mencoba memakan sushi buatannya, ia tahu kalau kekasihnya ingin sekali memakan sushi yang dibuat dari Jepang. Tapi sayangnya, ia bukan asli keturunan Jepang dan belum pernah belajar membuatnya, dan kali ini laki-laki itu disuruh untuk mencobanya. Ia memperhatikan Jong Woon tanpa berkedip. Sedangkan laki-laki yang ada didepannya itu memakan sepotong sushi dalam satu suapan, lalu mengunyahnya dengan perlahan. Membuat jantungnya semakin berdetak cepat, ia sangat takut jika sushi buatannya itu tidak enak.
“Oppa.. malhaejwoyo, mashisseo, eo?” desaknya, Jong Woon yang terlihat sedang menikmati setiap rasa yang diciptakan oleh sushi buatan Hyo Yeon itu pun menatapnya dengan tatapan lembut dan tiba-tiba ia tersenyum manis, jantung Hyo Yeon seperti akan melompat saat melihatnya.
“Mashitta.” Ucapnya dengan nada serius, Hyo Yeon pun mengerjapkan matanya beberapa kali dan menatap Jong Woon dengan tatapan tidak percayanya.
“Jinjjayo?” tanyanya lagi, Jong Woon mengangguk dan menelan sushi yang sudah ia kunyah itu, lalu mengambil sepotong lagi.
“Hyo Yeon-ah, kau makan yang lain saja, yang ini khusus untukku kan? Jadi, aku akan memakannya semua, sampai habis.” Sambar Jong Woon dengan mulut penuh makanan itu. Hyo Yeon yang melihatnya hanya menghela napas.
“Arraseo, tapi jangan makan sambil berbicara seperti itu! Nanti kau tersedak, oppa.” Jelasnya sambil membuka kotak makan siang yang lain. Padahal, saat di dorm tadi ia belum sempat mencicipi masakannya sendiri yang satu itu.
Jong Woon terkekeh, “Baiklah, Nyonya Kim. Maafkan aku, habisnya sushi ini enak sekali sih.” Pujinya, Hyo Yeon langsung memfokuskan pandangannya pada spagetti yang ada didepannya, ia tidak terlalu bisa memasak makanan Korea, karena itu sekarang ia lebih banyak membawa juga membuat makanan dari luar Korea. Hyo Yeon benar-benar merasa payah pada kemampuan memasaknya yang satu itu. Bayangkan, kekasihnya adalah orang Korea asli, ia juga lahir di Korea. Tapi, ia tidak pandai memasak makanan Korea? Yang benar saja.
“Oppa, kenapa kau selalu memanggilku dengan sebutan Nyonya Kim?” tanya Hyo Yeon, gadis itu mengambil garpu dan mulai memakan spagettinya. Jong Woon menelan makanannya lagi.
“Neo ttaemune...,” ucapannya terputus. Membuat Hyo Yeon langsung menatap ke arah Jong Woon. Matanya melotot saat laki-laki itu sudah mendekatkan wajahnya ke arahnya. Benar-benar sangat dekat. (*Karena kau adalah...)
“Naui anae jigeum.” Ucap Jong Woon. Hyo Yeon terpaku, ia pun mengerjapkan matanya beberapa kali dan begitu ia sadar, ia langsung merengut. Kenapa laki-laki itu selalu membuatnya berharap lebih tinggi yang bahkan Hyo Yeon tidak akan sanggup membayangkannya itu? (*Istriku sekarang)
Laki-laki itu memang sudah mengikatnya untuk hubungan yang lebih serius lagi, tapi dalam keadaannya yang seperti sekarang ini. Ia sangat tahu, kalau ia tidak boleh memikirkan hal seperti itu. Menjadi sorang istri untuk Kim Jong Woon? Mungkin itu hanya sebuah mimpi indah untuk Hyo Yeon.
“Kita belum menikah, Kim Jong Woon.” Ucap Hyo Yeon dengan nada kesal yang dibuat-buat. Astaga, gadis itu sudah di anggap menjadi seorang istri oleh laki-laki yang sebentar lagi akan Hyo Yeon tinggalkan itu? Ia pun menghembuskan napas dan mengunyah makanannya.
“Memang belum, tapi nanti.” Balas Jong Woon.
“Oppa, nongdamjima!” Protes Hyo Yeon cepat, ia memasukkan sepotong telur dadar yang diiris tipis olehnya itu ke dalam mulutnya sendiri. Bagaimana bisa spagetti dicampur dengan telur dadar? Rasanya seperti apa saja Hyo Yeon juga tidak peduli. Yang ia pedulikan saat ini ia lapar dan harus makan sesuatu. (*Jangan bercanda!)
“Nongdami aniya, Lee Hyo Yeon.” Ucap Jong Woon dengan nada lembut, ia menahan tawanya mati-matian ketika melihat pipi Hyo Yeon memerah, menggoda gadis itu benar-benar satu hal yang sangat ia sukai. Ia menyukai saat ia melihat pipi gadis itu memerah manis, saat Hyo Yeon tersenyum dengan senyuman yang selalu bisa membuat Jong Woon terpesona. (*Aku tidak bercanda)
“Kau harus menyelesaikan wajib militermu dulu, oppa. Coba ini, makanlah.” Hyo Yeon menyodorkan spagetti ke arah Jong Woon, laki-laki itu langsung mengeryitkan keningnya saat mencium bau makanan itu.
Jong Woon menelan ludahnya pelan dan memakannya. Sebelumnya, ia memang tidak begitu suka dengan spagetti, apa lagi saat ini spagetti yang dibuat Hyo Yeon ditaburi oleh keju yang banyak. Tapi, begitu Jong Woon mencobanya, rasanya benar-benar terasa sangat enak. Gadis ini sebenarnya pintar memasak, bukan?
“Yang ini lebih enak.” Jelas Jong Woon, ia mengambil garpu yang dipegang oleh Hyo Yeon.
“Oppa, cheogi nae kkeoya!” Ucap Hyo Yeon, ia pun merengut lagi. Jong Woon langsung terbahak dan menarik pipi gadis itu dengan gemas dan gadis itu refleks memukul lengannya.
“Kita makan berdua saja. Ini, makanlah.” Ucap Jong Woon, ia pun menyodorkan spagettinya pada Hyo Yeon. Gadis itu langsung tersenyum dan membuka mulutnya lebar-lebar saat Jong Woon menyuapinya.
“Kalau oppa yang menyuapinya, rasanya menjadi semakin enak.” Jelas Hyo Yeon, Jong Woon terkekeh.
“Habis ini, kau mau kemana lagi?” tanya Jong Woon, ia tetap memperhatikan Hyo Yeon yang sekarang sedang memakan cream soup yang tadi dibuatnya itu. Gadis itu mengangkat bahunya pelan, tanda tidak tahu. Jong Woon mendengus geli dan langsung mengacak rambut gadis itu.
“YA!” Teriak Hyo Yeon. Jong Woon terkekeh lagi, kali ini lebih keras. Entah kenapa ia benar-benar merasa sangat bahagia hari ini.
Jong Woon menghembuskan napas leganya, “Bagaimana kalau ke Teddy Bear Museum?” ajaknya, Hyo Yeon yang baru saja akan memasukkan kentang goreng ke mulutnya pun mengurungkan niatnya dan langsung menatap ke arah laki-laki itu. Matanya refleks melebar setelah mencerna kata-kata yang diucapkan oleh Jong Woon.
“Banyak boneka teddy bearnya, tidak?” tanya Hyo Yeon dengan nada polos. Jong Woon langsung mengangguk.
“Sangat banyak.” Jawab Jong Woon. Gadis itu langsung mengerjapkan matanya dengan lucu beberapa kali dan mengangguk. Hyo Yeon adalah tipe gadis yang menyukai berbagai jenis boneka, salah satunya teddy bear, jadi tentu saja ia terlihat sangat senang saat ini. Apalagi, boneka itu memang boneka kesukaannya sejak ia masih kecil.
“Sekarang?” tanyanya lagi.
“Habiskan dulu makananmu, kau harus mengisi energimu dengan banyak, kita akan jalan-jalan seharian kan hari ini?” jelas laki-laki itu. Hyo Yeon pun menganggukkan kepalanya dan kembali memakan makanannya.
Jong Woon tersenyum manis dan menghela napasnya lega, ia menatap ke sekitarnya yang terdapat banyak pohon rindang. Seoul Forest benar-benar pilihan yang tepat untuk acara piknik kecil-kecilan seperti ini. Ia mengambil botol jus yang ada didekat Hyo Yeon, lalu meminumnya.
“Kau terlalu cantik kalau sedang bahagia seperti itu, kau tahu?” ucapnya tiba-tiba, ia sudah merebahkan tubuhnya di atas kain lebar yang berbentuk segi empat, yang bermotif kotak-kotak berwarna biru.
Hyo Yeon pun menghentikan aktifitas tangannya yang sedang memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya. Gadis itu benar-benar menyukai kentang goreng.
“Ne?” Hyo Yeon mengerjapkan matanya dan sedikit menundukkan wajahnya, menyembunyikan pipinya yang sekarang memerah itu. Jong Woon selalu saja bisa membuat jantungnya hampir melompat dan membuatnya malu seperti ini. Laki-laki itu sekarang tengah menyeringai saat ia melihat ekspresi Hyo Yeon.
“Berhenti mengatakan hal seperti itu!” Protes Hyo Yeon begitu ia sadar dengan ucapan Jong Woon. Laki-laki itu langsung terbahak lagi, bahkan hampir tersedak jus yang sedang ia minum itu. Hyo Yeon mendengus kesal dan menatap ke arah laki-laki itu dengan tatapan sebal.
“Oppa jangan merusak hari ini dengan ekspresi menyebalkanmu itu.” Ucap Hyo Yeon lagi. Ia pun memakan kentang gorengnya dengan cepat dan sampai habis, lalu ia membereskan semua kotak makan siang itu.
Jong Woon masih terbahak dan ia membenarkan duduknya, “Aku ini tampan, kau tahu?” ucapnya, Hyo Yeon langsung berdecak kesal. Laki-laki itu kenapa sangat percaya diri sekali sih? Hyo Yeon mengambil botol jus yang tadi diminum oleh Jong Woon, ia pun meminumnya beberapa teguk.
“Kau tidak tampan, tapi cantik.” Elaknya setelah meletakkan kembali botol jus itu. Jong Woon memutar bola matanya. Ia? Cantik? Darimananya yang cantik? Ia langsung mendengus geli dan membantu Hyo Yeon yang sedang melipat kain kotak-kotak itu dan memasukkannya ke dalam keranjang yang tadi dibawa oleh Hyo Yeon.
“Ya, aku ini tampan, bukan cantik, Nyonya Kim.” Balas Jong Woon lagi. Hyo Yeon mendengus dan menarik hidung Jong Woon, lalu menatapnya tajam. Ia kesal karena berdebat hal seperti itu, tapi disisi lain ia juga bahagia karena waktunya dengannya sangat banyak untuk hari ini.
“Kim Jong Woon, berhenti memanggilku dengan sebutan Nyonya Kim.” Ucap Hyo Yeon dengan nada dingin, ia pun bangkit dari duduknya di atas rumput itu, merapikan pakaiannya dan bersiap untuk pergi. Lebih tepatnya, ia sedikit merajuk. Jong Woon terkekeh kecil. Gadis itu marah dan menurutnya itu sangat lucu.
“Aku panggil chagiya mau tidak?” ledek Jong Woon. Hyo Yeon meliriknya tajam dan melangkahkan kakinya.
“Lebih baik aku pergi ke Teddy Bear Museum sendirian saja.” Jelas Hyo Yeon. Jong Woon pun buru-buru bangkit dari duduknya sambil terkekeh dan menghampiri Hyo Yeon yang sudah membawa semua kotak makan siang yang sudah kosong itu.
“Ya! Memangnya kau tahu ke arah mana jalannya?” ucap Jong Woon sedikit berteriak, bagaimanapun juga ia masih seorang artis kan? Tapi, ia tidak tahu kalau Hyo Yeon itu sudah bukan sepertinya lagi.
“Ke kiri?” Hyo Yeon menunjuk ke arah kiri dan laki-laki itu langsung terkekeh lagi, ia baru ingat ini pertama kalinya gadis itu akan ke museum yang penuh dengan boneka kesukaannya itu. Ia pun menggeleng.
“Aniya, ke kanan.” Ucap Jong Woon sambil menunjuk ke arah halte bus yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri, ke arah kanan.
Hyo Yeon pun terdiam sambil menggaruk pelan tengkuk belakangnya yang tidak gatal. Kenapa ia bisa tidak tahu arah jalan seperti itu? Gadis itu mendengus dan langsung mengikuti Jong Woon yang sudah lebih dulu berjalan didepannya dengan langkah yang lebar-lebar.
“Ya! Chamkkaman!” Teriaknya.
***
12:29 K.S.T.
Teddy Bear Museum, Namsan Tower, South Korea
Mata Hyo Yeon tidak henti-hentinya memandangi ke arah kanan dan kirinya. Terdapat banyak lemari kaca yang berisi berbagai macam dan jenis Teddy Bear. Bahkan, ada yang didesain sesuai dengan beberapa drama yang terkenal di Korea Selatan ataupun di dunia itu.
Ia pun memandangnya dengan takjub lewat kacamata hitam yang sudah ia pakai kembali. Saat di Seoul Forest tadi, karena tempatnya lumayan sepi jadi ia bisa melepas segala macam penyamarannya. Tapi, jika ia tidak memakai penyamaran saat disini, itu sama saja mencari mati.
“Lihat, ada yang mirip dengan serial drama Boys Before Flowers.” Ucap Jong Woon, ia menunjukkan ke salah satu lemari kaca. Hyo Yeon langsung memperhatikannya dengan seksama, ia benar-benar kagum dengan boneka itu.
Hyo Yeon langsung menarik tangan Jong Woon agar bisa mendekat ke arah lemari kaca itu. Terlihat ada empat tokoh pria dan satu tokoh wanita yang menjadi pemain utama di drama korea yang sangat terkenal itu.
“Ada Lee Min Hoo oppa, mirip sekali.” Ucap Hyo Yeon, ia menunjuk-nunjuk salah satu boneka pria yang memerankan peran Goo Jun Pyo itu. Jong Woon yang melihatnya hanya mengangguk, ia sangat tahu gadis itu sangat menyukai aktor terkenal itu dan beruntungnya, ia hampir mirip dengan laki-laki itu. Matanya pun beralih ke arah lain dan ia melihat boneka yang menyerupai serial drama kolosal yang sangat terkenal. Princess Hours.
“Kajja, lihat yang disana!” Ajak Jong Woon, gadis itu hanya menurut dan mereka pun menuju ke tempat yang dituju oleh Jong Woon, ia bahkan menggenggam tangan Hyo Yeon, seolah gadis itu akan menghilang ataupun pergi darinya kalau ia melepaskan tangan itu.
“Daebak! Ini benar-benar keren.” Puji Hyo Yeon, matanya seakan berbinar-binar melihat figura boneka Teddy Bear yang memakai hanbok, Jong Woon langsung terkekeh melihatnya, lalu ia mengusap-usap kepala Hyo Yeon dengan pelan. Rasanya, jika gadis itu bahagia, ia seakan tidak butuh apa-apa lagi.
“Oppa! Ada yang mirip dengan Michael Jackson!” Jerit Hyo Yeon tertahan saat ia melihat-lihat ke sekitarnya ia menemukan satu lemari kaca yang terdapat boneka yang memakai pakaian seperti Michael Jackson. Ia menarik-narik pelan tangannya yang digenggam oleh Jong Woon agar mereka bisa menghampiri boneka itu. Laki-laki itu menghela napanya dan mengikuti Hyo Yeon yang berjalan sedikit lebih dulu darinya. Senyuman lebarnya terukir begitu ia melihat ekspresi gadis itu yang sangat bahagia.
Saat Hyo Yeon masih melihat-lihat boneka lagi, Jong Woon pun mengedarkan pandangannya ke segala arah di museum itu, matanya menyipit saat ia menyadari ada sebuah stand foto yang tidak jauh darinya berdiri itu. Seketika, sebuah ide muncul diotaknya. “Hyo Yeon-ah.” Panggil Jong Woon pada Hyo Yeon yang masih menatap boneka-boneka itu.
“Ne, oppa?” sahut Hyo Yeon tanpa mengalihkan pandangannya. Jong Woon menghela napasnya. “Ikut aku.” Ucapnya dan ia pun menarik tangan Hyo Yeon sambil berjalan ke arah stand foto yang tadi ia lihat.
“Oppa, kita mau kemana? Op—Aigoo!” Mata Hyo Yeon pun melotot ketika mereka berdua sudah sampai di depan stand foto. Jong Woon menyengir saat melihat ekspresi dari Hyo Yeon.
“Oppa, apa kita tidak akan ketahuan?” bisik Hyo Yeon saat ia sudah berada di dalam antrian bersama Jong Woon. Laki-laki itu hanya menggeleng, tapi senyuman lebar masih terukir jelas diwajahnya itu. Hyo Yeon mendengus melihatnya, laki-laki ini benar-benar.
“Tidak akan, asal kita tidak membuka penyamaran saja.” Jelas laki-laki itu. Hyo Yeon mengangguk dan saat giliran mereka untuk berfoto, jantungnya langsung berdetak sangat cepat. Ia merasa bahagia sekaligus khawatir dalam waktu yang bersamaan. Staff yang bekerja untuk stand foto pun memotret mereka sebanyak tiga kali, itu juga atas permintaan dari Jong Woon. Karena, pengunjung yang lain hanya bisa berfoto satu kali saja.
“Kamsahamnida.” Ucap Jong Woon saat ia menerima foto yang sudah dicetak itu, ia membungkukkan tubuhnya sedikit, memberi hormat. Jong Woon pergi menghampiri Hyo Yeon yang sekarang sedang terpaku tepat didepan boneka Teddy Bear yang sangat besar itu, bahkan tingginya melebihi tinggi manusia normal pada umumnya.
Teddy Bear yang memerankan dua pemain utama dalam drama kolosal Korea yang berjudul Princess Hours itu, mulutnya sedikit terbuka dan kepalanya mendongak ke atas, seolah ia benar-benar sangat kagum. Matanya saja sudah berbinar bahagia, hanya karena melihat boneka seperti itu saja. Jong Woon yang menyadarinya pun hanya tersenyum dan mengabadikan pose Hyo Yeon itu dengan cara memotretnya.
“YA!” Teriak Hyo Yeon begitu ia tersadar kalau dirinya tengah dipotret oleh Jong Woon, laki-laki itu lupa untuk mematikan flash pada ponselnya, Jong Woon langsung terkekeh dan meletakkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya.
“Oppa, hapus fotonya! Aku pasti jelek sekali, cepat hapus!” Protes Hyo Yeon berusaha mengambil ponsel Jong Woon. Tapi sayangnya, Jong Woon sudah tidak lagi memegang ponselnya. Hyo Yeon tidak mungkin merogoh celananya kan? Ia langsung mendengus kesal. Laki-laki ini kenapa suka sekali meledekinya seperti itu sih?
“Tidak akan! Aku tidak mau!” Tolak Jong Woon. Hyo Yeon langsung melangkah pergi dari laki-laki itu.
“Ya! Ya! Nyonya Kim!” Panggil Jong Woon saat melihat Hyo Yeon yang akan meninggalkannya lagi. Untung saja ia langsung memegang tangannya, jadi ia langsung menarik tangannya pelan.
“Mau lihat hasil foto yang tadi, tidak?” tawar Jong Woon, ia berbisik tepat di dekat telinga Hyo Yeon. Gadis itu langsung terkesiap.
“Mana?” sambarnya, Jong Woon langsung terkekeh dan memberikan tiga foto pada gadis itu. Hyo Yeon melotot ketika melihat foto ketiga, foto Jong Woon yang mencium pipinya, ia mencubit perut Jong Woon dengan keras, sedangkan laki-laki itu langsung mengaduh kesakitan.
“Rasakan, oppa byeontae!” Kesalnya.
“Oppa, kau saja yang menyimpan fotonya, eo. Aku menyimpan satu saja.” Jelas Hyo Yeon. Ia memberikan dua foto itu pada Jong Woon dan meletakkan yang satunya lagi ke dalam tasnya, foto dengan pose V signnya bersama Jong Woon, ia ingin menyimpannya untuk dijadikan sebagai kenangan terakhirnya bersama laki-laki itu.
Ya, kenangan terakhir.
Hyo Yeon pun terdiam, “Hyo Yeon-ah, kau mau makan apa?” tanya Jong Woon tiba-tiba, ia tidak membalas penjelasan dari Hyo Yeon. Ia menatap gadis itu yang membalas tatapannya dengan tatapan polosnya.
“Memangnya ini sudah jam makan siang?” tanya Hyo Yeon balik, Jong Woon mendengus geli dan menjitak kepala gadis itu dengan pelan.
“Tentu saja sudah jam makan siang, aku lupa kalau kau itu selalu lupa waktu jika diajak jalan-jalan seperti ini.” Jelas Jong Woon. Hyo Yeon pun merengut, tapi ia tidak bisa mengelak, karena itu adalah salah satu fakta tentangnya.
“Mau makan di N Grill?” ajak Jong Woon dan Hyo Yeon hanya mengangguk.
Jong Woon terkekeh, “Disana ada steak yang bisa kau makan jika kau tidak mau memakan makanan Korea. Lagi pula, aku sengaja memilih restoran itu untuk makan siang, karena dekat dengan tempat Love Locks.” Jelasnya, ia pun melingkarkan sebelah lengannya dipundak Hyo Yeon.
Untung saja gadis itu tidak memakai high heels yang tingginya berpuluh-puluh senti, jadi saat ini Jong Woon masih lebih tinggi dari gadis itu. Walaupun hanya berjarak delapan senti saja. Hyo Yeon mengerutkan keningnya.
“Oppa, Love Locks itu yang seperti pohon natal, bukan?” tanya Hyo Yeon, ia pun menoleh ke arah Jong Woon yang membalas ucapannya itu hanya dengan sebuah anggukkan kepala saja.
“Apa disana kita juga akan membuat tulisan di gemboknya?” tanya Hyo Yeon lagi saat mereka berdua sudah keluar dari museum itu. Jong Woon pun mengangguk lagi dan tersenyum. Gadis ini kenapa polos sekali? Ia langsung mengecup pelan puncak kepala Hyo Yeon.
Gadis itu memejamkan matanya sekilas dengan pipinya yang memerah. Tangan Jong Woon beralih untuk menggandeng tangannya, serta menggenggamnya dengan erat.
“Memangnya kau mau? Aku mau-mau saja.” Jawabnya dan Hyo Yeon langsung meresponnya dengan riang dan senang. Gadis itu selalu bahagia kalau sedang bersama dengan Jong Woon, entah sekecil apapun hal yang mereka lakukan berdua. Bahkan, hanya dengan bergandengan tangan seperti ini saja sudah membuatnya bahagia. Membuat hatinya terasa ringan dan lega, meskipun ada saja yang masih membuatnya merasa sesak.
“Aku juga ingin memakan cemilan keripik kentangnya itu.” Jelasnya. Jong Woon terkekeh, gadis itu benar-benar tidak bisa jauh dari keripik kentang sepertinya. Ia pun mengangguk.
“Kita harus makan siang dulu.” Balasnya.
_T.B.C._
-2015.11.02