home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > GRAY PAPER

GRAY PAPER

Share:
Published : 06 May 2015, Updated : 02 Nov 2015
Cast : Juliette Lee (OC), Super Junior's Yesung, Jane Lee (OC), Super Junior Member, CEO, Managers and
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |6905 Views |2 Loves
GRAY PAPER
CHAPTER 20 : CHAPTER 14-C

Jika di dunia ini ada yang lebih indah dari cara kau tersenyum padaku, menatapku dan berbicara padaku. Bagiku, jawabannya akan selalu sama, yaitu mencintaimu. Hanya karena mencintaimu seperti ini saja, aku sudah merasa sangat bahagia.

Kim Jong Woon–

 

23:13 K.S.T.

Galleria Foret Apartment, Seoul, South Korea

CKLEK

“Kami pulang!” Seru Hyo Yeon saat ia membuka pintu dormnya, setelah ia melepas sepatunya, ia langsung berjalan cepat ke dalam dorm, diikuti oleh Jong Woon yang menggeleng kepalanya melihat tingkahnya yang masih riang itu. Apa gadis itu tidak merasa lelah setelah seharian ini jalan-jalan bersamanya? Pikirnya.

 “Oppa?” Hyo Yeon sedikit terkejut ketika ia melihat manajernya berpakaian rapi, saat ia melirik ke arah jam dinding ia langsung menghela napas. Waktu benar-benar berjalan dengan cepat, sebentar lagi ia harus segera berangkat ke bandara.

Hyo Yeon menatap Chang Hyun dengan tatapan 'di mana?' ia menanyakan di mana berkas-berkas yang belum ia tandatangani dan berbagai surat yang harus ia terima sebelum benar-benar keluar dari dunia artis itu. Laki-laki yang menyadari arti tatapan darinya itu langsung melirik ke arah koridor yang menunju kamarnya, ia langsung mengangguk kecil.

“Ada apa dengan kalian berdua?” tanya Jong Woon, ia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa panjang yang tengah di duduki oleh Chang Hyun. Gadis itu hanya menyengir.

Aniya, bukan apa-apa.” Ucapnya, ia pun meninggalkan Jong Woon bersama Chang Hyun dan pergi ke kamarnya, begitu ia berjalan ke arah meja belajarnya, senyuman miris langsung terukir begitu saja di bibirnya saat ia melihat map dan beberapa kertas dari agensinya itu tergeletak rapi disana. Hyo Yeon menghembuskan napas dengan kasar, kemudian melirik ke arah koper besar berwarna putih miliknya yang sudah siap.

Tadi, di atas map itu juga sudah tersedia tiket pesawatnya, meskipun ia berangkat dengan Dong Hwa, tapi ia bersikeras untuk memegang tiketnya sendiri.

Hyo Yeon menghela napasnya dengan berat, kali ini benar-benar terakhir kalinya ia bersama Jong Woon, tidak ada untuk kali lain lagi, tidak akan pernah ada. Karena, setelah ia sudah ada di London, ia tidak akan bisa melihat laki-laki itu lagi, dan meskipun ia kembali ke Korea Selatan, itu tidak akan mungkin bisa sama seperti dulu lagi.

Hyo Yeon dengan cepat menghapus airmatanya yang tiba-tiba mengalir. Ia meletakkan tas karton berukuran sedang yang tadi diberikan Jong Woon di atas kasurnya dan ia keluar dari kamarnya.

“Hyo Yeon-ah,” panggil Jong Woon, hampir saja ia melompat karena terkejut, laki-laki itu tiba-tiba saja sudah berada didepannya. Hyo Yeon langsung menutup pintu kamarnya dengan cepat dan menarik lengan laki-laki itu sampai ke ruang tengah. Ia berpura-pura menguap.

Oppa, aku mengantuk,” Ucapnya dengan nada manja, begitu sampai di ruang tengah, ia langsung duduk di atas sofa panjang. Entah manajernya itu pergi kemana, mungkin sedang di kamarnya sendiri. Pikirnya, tidak terlalu peduli. Ia menatap Jong Woon yang membalas tatapannya dengan heran. Ia langsung menyengir.

“Aku lelah, oppa. Aku harus istirahat.” Lanjutnya. Jong Woon memejamkan matanya sekilas dan mengangguk. Ini benar-benar sangat aneh, gadis itu seakan mengusirnya pulang padahal ia tahu kalau Hyo Yeon tidak mungkin melakukan hal itu, Hyo Yeon tidak pernah menyuruhnya pulang walau secara tidak langsung.

“Baiklah, aku akan pulang sekarang.” Ucap Jong Woon akhirnya. Hyo Yeon tersenyum kecil dan langsung menghampirinya.

“Kita akan bertemu lagi kan, oppa?” Ia mengapit sebelah lengan Jong Woon dan mereka berdua pun berjalan ke arah pintu keluar di dormnya. Jong Woon mengangguk terpaksa, otaknya sedang tidak fokus untuk sekedar membalas ucapannya gadis itu. Otaknya sedang memikirkan kenapa Hyo Yeon menjadi seperti itu?

“Tentang ucapanku tadi, aku tidak benar-benar akan hiatus. Lagi pula, Chang Hyun oppa baru saja memberikan jadwal untuk besok dan besoknya lagi.” Jelasnya panjang, berbohong. Tentu saja, agar Jong Woon tidak mencurigainya. Laki-laki yang baru selesai memakai sepatunya itu pun mengangguk dan bangkit dari duduknya, ia mengacak pelan rambut Hyo Yeon yang sudah mengering, tadi mereka benar-benar basah kuyup karena kehujanan.

“Cepat-cepat untuk berganti baju dan minum vitamin, aku tidak ingin melihat kau sakit. Jadi, turuti ucapanku, arra? Dan, tidurlah yang nyenyak.” Hyo Yeon langsung mengangguk dan tersenyum kecil menanggapi perintah dari Jong Woon. Ia berjinjit sedikit dan mengecup pelan pipi Jong Woon.

Oppa, aku benar-benar mencintaimu,” Ucapnya tulus. Jong Woon tersenyum lalu mengangguk, ia memeluk tubuh Hyo Yeon dan tak lama ia pun melepasnya.

“Setiap hari aku akan mencintaimu.” Lanjutnya. Laki-laki itu langsung terkekeh.

“Sudahlah, jangan membuatku ingin menginap disini malam ini juga.” Ledek Jong Woon. Hyo Yeon refleks memukul lengannya dengan keras.

Arraseo, pulanglah, hati-hati, oppa.” Jong Woon mengangguk dan begitu Hyo Yeon melambaikan tangannya ia pun menutup pintu yang tadi dibuka oleh laki-laki itu. Ia sempat melihat sosok Jong Woon yang tengah berjalan ke arah lift dengan pandangan sedih, ia tidak bisa melihat sosok itu lagi mulai besok. Airmatanya yang tadi ia tahan itu pun akhirnya tumpah. Ia segera mengunci pintu itu dan berjalan pelan ke arah ruang tengah dormnya.

 

***

 

Na, wasseo.” Ucap Jong Woon dengan nada suara yang datar, ekspresinya berubah terbalik saat ia di dorm Hyo Yeon tadi. Keningnya mengeryit saat ia tidak mendengar sahutan dari Jong Jin ataupun kedua orang tuanya. Begitu ia melirik ke arah jam dinding, dan menghela napasnya. Belum jam dua belas, pantas saja mereka belum pulang. Pikirnya.

Jong Woon pun melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lantai dua, menuju kamarnya. Ia menutup pintu setelah ia berada di dalam kamarnya dan kembali menghela napasnya. Ia pun berjalan ke arah kasurnya dan duduk terdiam. Kembali memikirkan berbagai hal yang ia dan Hyo Yeon lalui untuk hari ini, kembali memutar berbagai ekspresi gadis itu.

Seketika, napasnya tercekat ketika ia merasa aneh dan janggal pada beberapa kalimat yang Hyo Yeon ucapkan. Ia menggeram kecil dan menjambak rambutnya dengan asal, astaga. Gadis itu... apa benar-benar akan pergi darinya? Ia langsung menggeleng cepat.

“Tidak, itu tidak boleh terjadi.” Ucap Jong Woon. Ia memejamkan matanya sejenak.

“Kurasa aku harus mengguyur kepalaku.” Gumamnya saat semua pikiran negatif tentang Hyo Yeon itu kembali merasuki otaknya. Tanpa basa-basi lagi, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan shower. Sedetik, tubuhnya kembali dibasahi oleh air dingin. Air dingin yang berasal dari shower itu terus mengguyur tubuhnya yang masih mengenakan pakaian lengkap, Jong Woon memejamkan matanya kembali dan ia kembali memikirkan semuanya, semua tentangnya dan Hyo Yeon di tahun ini, semua hal yang terjadi, masalahnya, skandal-skandalnya. Ia langsung menghembuskan napas dengan keras.

Jong Woon merasa sangat aneh dengan gadis itu, ia merasa ada yang janggal tapi ia tidak tahu itu apa, ia merasa gelisah dan rasa ketakutannya itu... benar-benar meluap sekarang. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan kalau Hyo Yeon pergi darinya dan kalau gadis itu sudah tidak terlihat dan tidak bisa ia jangkau lagi, jika gadis itu sudah tidak ada disampingnya lagi. Tapi, Jong Woon kembali menggelengkan kepalanya, berusaha meyakinkan dirinya kalau apa yang baru saja ia pikirkan itu tidak mungkin terjadi, tidak mungkin menjadi kenyataan dan ia pun mengangguk pelan. Ya, sebaiknya ia hanya menganggapnya angin kosong saja, ia tidak boleh terlalu memikirkannya sehingga hal itu tidak benar-benar terjadi.

 

***

 

[The Hidden - I Love You]

Begitu Hyo Yeon masuk ke dalam ruang tengah, ia langsung melihat Chang Hyun dan Ah Ra yang sudah duduk di sofa panjang, sedangkan Jin Yeon, adiknya langsung berlari menghampirinya dan memeluknya dengan erat, tidak peduli dengan pakaiannya yang masih basah kuyup itu.

Eonni...” panggil Jin Yeon pelan sambil terisak, Hyo Yeon tersenyum miris dan membalas pelukannya, airmatanya langsung deras mengalir, terlebih saat ia melihat tatapan sedih yang diberikan oleh manajer dan penata riasnya.

Uljima, aku baik-baik saja, Jin Yeon-ah.” Ucapnya pelan, ia mengusap-usap rambut panjang Jin Yeon yang tergerai, gadis itu langsung menggeleng.

“Bagaimana aku bisa mengatakan kalau kau baik-baik saja sedangkan pada kenyataan kau benar-benar jauh dari kata baik-baik saja, eonni?” tanyanya, ia menatap ke arah Hyo Yeon dan tersenyum miris.

“Aku tahu aku terlihat sangat rapuh hari ini.” Hyo Yeon akhirnya mengakuinya, ia akhirnya bisa bebas untuk menumpahkan segala rasa yang ada dihatinya, ia akhirnya tidak perlu bersikap ceria dan riang lagi. Ah Ra terlihat bangun dari duduknya dan menghampirinya.

“Aku akan sangat merindukanmu.” Ucapnya, ia pun memeluk Hyo Yeon dengan erat, Chang Hyun menghela napasnya, juga merasa sangat sedih, tapi ia hanya bisa terdiam seperti itu.

Hyo Yeon pun mengangguk, “Aku akan merindukan cerewetmu, eonni.” Balasnya, Ah Ra langsung menepuk pundaknya pelan. Ia pun merengut.

Eo, bajumu basah?” tanya Ah Ra tiba-tiba, Jin Yeon juga langsung melepas pelukannya. Hyo Yeon hanya menyengir. “Cepat ganti bajumu, nanti kau bisa sakit.” Ucap Ah Ra lagi, ia langsung mengangguk.

Eonni, nanti aku akan mengunjungimu disana jika aku tidak ada jadwal.” Jelas Jin Yeon. Hyo Yeon mengangguk.

Oppa, aku berganti baju dulu dan kita akan ke rumah Jong Woon oppa dulu, aku ingin memberikannya sebuah hadiah.” Ia menatap ke arah Chang Hyun yang langsung menganggukkan kepalanya, ia pun menghapus airmatanya dan berjalan ke arah koridor yang menuju kamarnya itu.

Setelah ia selesai mengganti bajunya dengan pakaian yang rapi, ia segera duduk di kursi meja riasnya, menatap wajah sembabnya karena tadi ia menangis di dalam kamar mandi saat berganti baju. Kantung mata hitamnya terlihat sangat jelas saat wajahnya tidak tanpa makeup seperti itu. Ia pun menghela napasnya saat pikirannya kembali memikirkan laki-laki bernama Jong Woon itu.

Hyo Yeon menundukkan kepalanya dan kembali menghela napas, menahan airmatanya kembali, tapi tidak bisa. Begitu tangan Chang Hyun meremas sebelah pundaknya seakan memberinya kekuatan dengan tiba-tiba itu, airmatanya kembali mengalir, bahkan kali ini bertambah keras dan ia sesenggukkan.

 “Oppa...” panggilnya pelan, Chang Hyun langsung memutar tubuhnya berhadapan dengannya, menatap dalam ke arah gadis itu. Ia pun memeluk gadis itu.

“Jangan terlalu rapuh seperti ini, Hyo Yeon-ah,” Bisiknya pelan. Hyo Yeon membalas pelukannya, mengangguk pelan, ia kembali menangis sesenggukan lagi. Chang Hyun menghela napasnya dan mengusap-usap punggungnya.

“Baik-baik selama kau ada disana, jaga kesehatanmu, dan jangan terlalu sering menangis.” Lanjutnya, Hyo Yeon kembali mengangguk, ia mendongakkan wajahnya sedikit dan menatap manajernya itu.

Oppa adalah manajer yang terbaik untukku.” Ucap Hyo Yeon dengan tulus.

Chang Hyun mengacak pelan rambutnya, tersenyum kecil. “Sudahlah, aku benar-benar merasa kehilanganmu, kau tahu? Kajja, kau sudah siap kan?” tanyanya, ia langsung mengangguk dan Chang Hyun melepas pelukannya.

Laki-laki itu langsung membawa koper besarnya keluar kamar, ia menghela napasnya, kembali memperhatikan ke sekeliling kamarnya, memejamkan matanya sekilas.

“Jika menjadi seorang penyanyi solo benar-benar sudah menjadi takdirku, aku akan kembali lagi kesini.” Gumamnya sebelum ia menutup pintu kamarnya, setelah ia memastikan tidak ada barang-barang yang tertinggal.

Hyo Yeon pun kembali ke ruang tengah sambil membawa kotak berukuran sedang berwarna hitam bergaris pinggir berwarna merah, yang berisikan boneka Ring Doll yang akan ia berikan kepada Jong Woon, tidak lupa ia juga membawa passport, visa, juga tiket pesawatnya. Ia juga mengambil sebuah boneka berbentuk kucing seukuran tubuhnya itu, yang memakai pakaian pengantin wanita.

Sebenarnya, boneka itu sepasang dan ia memutuskan untuk tidak membawa boneka laki-lakinya yang memakai jas, ia akan meninggalkan boneka itu disini. Boneka itu merupakan hadiah dari Jong Woon, saat mereka merayakan hubungan mereka yang tepat berumur satu tahun.

 

***

 

15th of July 2013, 00:47 K.S.T.

Jong Woon's House, Seoul, South Korea

Hyo Yeon semakin erat memeluk boneka kucing yang berukuran besar itu, matanya hampir tidak berkedip melihat pemandangan jalan raya kota Seoul di malam hari, ia menghela napasnya lagi ketika mobil van yang dikendarai oleh Chang Hyun berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah Jong Woon.

Ini benar-benar hari terakhirnya, kali terakhirnya untuk mendatangi rumah itu. Rumah Jong Woon yang selalu membuatnya nyaman setiap ia main ke sana, entah menemui orangtua laki-laki itu, bermain game dengan Jong Jin, ataupun bermain dengan kedua anak anjing yang juga ia sayangi itu. Ia memejamkan matanya sekilas dan menghembuskan napasnya berat. Ia pun melepaskan boneka kucing dari pelukannya itu dan mengambil sebuah kotak berukuran sedang yang didalamnya terdapat surat dan juga boneka Ring Doll.

Hyo Yeon tahu kalau ini adalah terakhir kalinya ia menemui Jong Woon, tapi ia sangat berharap kalau saat ia berada tepat di depan pintu rumah itu, bukan laki-laki itu yang membukakannya pintu, ia tidak sanggup menjelaskan semuanya kalau laki-laki itu menanyainya kenapa ia datang ke rumahnya dini hari seperti ini.

“Aku akan sendiri masuk ke dalam, oppa tunggu saja disini. Aku tidak akan lama.” Jelasnya pada Chang Hyun yang baru saja mematikan mesin mobil, laki-laki itu pun menghela napasnya pelan dan mengangguk kecil.

“Aku berharap yang terbaik untukmu, Hyo Yeon-ah.” Ucap Chang Hyun. Hyo Yeon mengangguk dan membuka pintu mobil, begitu kakinya menginjak tanah tepat di depan pagar rumah itu, airmatanya mulai membendung lagi.

Hyo Yeon menghembuskan napasnya lagi, jantungnya berdetak semakin cepat sekarang, ia sangat takut jika nanti Jong Woon melihatnya lebih dulu sebelum ia bisa pergi dari rumah itu. Tapi, kalau ia tidak datang ke rumah itu dan tidak memberikan hadiah terakhirnya, rasanya ia benar-benar tidak rela saat berangkat ke London. Aku harus bisa, himnae! Ucapnya dalam hati, menyemangati dirinya sendiri. Ia menggenggam erat kotak yang sejak tadi ia pegang itu, lalu membuka pagar rumah perlahan.

Ini bukan pertama kalinya Hyo Yeon datang kesini, jadi ia tidak terkejut saat pagar itu tidak terkunci, tapi tetap saja ia bisa melihat CCTV yang terpasang di dinding yang berada tepat di samping pagar itu. Ia hanya berharap ia tidak terlihat, semoga Jong Woon sedang tidak memeriksa CCTV itu.

Hyo Yeon melirik jam tangan berwarna putih yang melingkar dengan sempurna di tangannya, ia harus cepat jika tidak ingin terlambat. Ia pun berjalan tergesa dan mendadak jantungnya hampir melompat entah kenapa saat ia sudah berada di depan pintu rumah itu. Hyo Yeon menghela napasnya sebelum menekan bel rumah, ia benar-benar sangat takut jika Jong Woon yang membuka pintuya. Bahkan ia memejamkan matanya.

CKLEK

[Super Junior - Daydream]

“Hyo Yeon-ah?” panggilan itu langsung membuatnya membuka mata, sedetik ada perasaan sedikit lega dihatinya, mengetahui bahwa yang membukakan pintunya bukan Jong Woon, melainkan Jong Jin. Tapi, kelegaannya itu tidak terlihat, ia malah seolah terlihat seperti ada yang salah, ia seperti berharap kalau Jong Woonlah yang membukakannya pintu.

“Kenapa datang larut malam bahkan pagi seperti ini? Ada yang pentingkah?” tanya Jong Jin dengan bertubi, Hyo Yeon memejamkan matanya sekilas dan tersenyum kecil. Memang benar sangat aneh kalau ia datang seperti sekarang ini. Tapi, ia harus melakukannya sekarang, bukan besok atau besoknya lagi. Karena ia tidak ingin Jong Woon tahu kepergiaannya.

Hyo Yeon mengangguk kecil. “Apa aku boleh masuk?” tanyanya balik. Jong Jin mengeryitkan keningnya dengan heran. Tentu saja, kekasih kakaknya itu biasanya langsung masuk tanpa meminta izin terlebih dahulu. Karena selalu Jong Woon yang membukakannya pintu. Atau, gadis itu yang selalu datang bersama kakaknya.

Jong Jin mengangguk, “Masuk saja, Jong Woon hyung sepertinya sudah tidur, atau sedang mandi. Entahlah, ia baru saja datang beberapa menit yang lalu.” Jelasnya panjang, ia melebarkan pintu rumahnya dan Hyo Yeon pun masuk ke dalam rumah itu.

“Langsung naik ke atas saja, arra? Aku ingin meneruskan game-ku. Anggap saja seperti rumah sendiri.” Jelasnya lagi. Jong Jin sangat tahu setiap Hyo Yeon main ke rumah ini, gadis itu selalu berjam-jam disini, entah melakukan apa saja dengan Jong Woon, ia tidak mau tahu. Gadis itu pun menggeleng.

“Aku hanya ingin memberikan sesuatu padanya dan aku tidak akan lama.” Ucap Hyo Yeon dengan cepat.

Jong Jin semakin mengeryitkan keningnya, ia pun memperhatikan penampilan Hyo Yeon dari atas sampai bawah, gadis itu berpakaian rapi, bahkan sangat rapi. “Ya! Jangan memperhatikanku seperti itu!” Protes Hyo Yeon sambil memukul pundak Jong Jin.

Jong Jin menghela napasnya, “Memangnya kenapa?” tanyanya polos. Hyo Yeon langsung mendengus kesal.

“Karena aku ini noona-mu, neon maebu.” Jawabnya, ia pun merengut kecil. Jong Jin berdesis. (*Kakak iparmu)

“Jangan berlebihan.” Balas Jong Jin, ia mengacak asal rambut Hyo Yeon.

YA! Sudahlah, aku lebih baik cepat.” Ucap Hyo Yeon, ia mendengus dan menatap datar ke arah Jong Jin. Ia pun berjalan ke arah tangga dan menaikinya.

“Tsk, dia benar-benar aneh.” Jong Jin menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah dapur. Sebelum Hyo Yeon datang dengan tiba-tiba tadi, ia sempat ingin mengambil minum dan ia pun juga sempat terkejut, bahkan sangat terkejut melihat gadis itu datang ke sini.

 

***

 

CKLEK

Hyo Yeon membuka pintu kamar Jong Woon dengan perlahan dan hati-hati, ia tidak ingin membangunkan laki-laki itu kalau ia sedang tertidur. Ia tidak ingin ketahuan olehnya, tapi ia langsung bernapas lega begitu melihat keadaan kamar laki-laki itu sepi, bahkan terlihat sangat kosong. Ia berjalan ke arah kasur yang luas itu dan mengusapnya pelan. Dulu, ia sering membaca novel dengan kepalanya yang beralaskan paha Jong Woon disini, ia juga sering menghabiskan waktunya bersama laki-laki itu di kamar ini.

Hyo Yeon menghela napasnya dan kepalanya tiba-tiba menoleh ketika ia mendengar suara benda jatuh dari arah kamar mandi. Sedetik, ia menahan napasnya, ia tahu Jong Woon sedang mandi karena suara shower terdengar. Tapi, apa laki-laki itu sudah selesai mandi? Dan beberapa detik lagi akan datang menghampirinya? Hyo Yeon memejamkan matanya dan menggeleng cepat, itu tidak boleh terjadi.

Hyo Yeon kembali membuka matanya dan berjalan buru-buru ke arah lemari besar di dalam kamar itu. Lemari pakaian Jong Woon, ia membukanya perlahan dan kedua bola matanya langsung menatap berbagai jenis pakaian laki-laki itu yang kebanyakan di dominasi oleh warna hitam atau warna gelap lainnya. Hyo Yeon pun menghela napasnya, di mana aku harus meletakkan boneka ini? Pikirnya. Ia pun memutar otaknya, seakan memikirkan sebuah cara, ia tersenyum kecil saat mendapatkan sebuah ide ketika ia ingat di kotak boneka yang dibawa olehnya itu terdapat seuntai tali berwarna merah, tepatnya seuntai pita.

Hyo Yeon menyibak beberapa mantel tebal milik Jong Woon di dalam lemari itu dan ketika ia pikir mungkin Jong Woon akan lama memakai mantel-mantel itu, ia pun meletakkan boneka itu di sebuah mantel yang tidak terlalu sering di pakai oleh laki-laki itu, terutama sekarang sedang musim panas, jadi sangat tidak mungkin kalau Jong Woon memakainya. Ia menggantungkannya disana dan ia langsung menutup lemari besar itu lalu menghembuskan napasnya.

Tujuan terakhirnya sebelum pergi ke London sudah ia lakukan, lalu sekarang apa ia harus benar-benar pergi? Apa ia harus benar-benar meninggalkan laki-laki itu? Hyo Yeon menghela napasnya lalu mengangguk kecil, seolah membenarkan semua kalimat yang muncul di pikirannya.

“Selamat tinggal.” Ucapnya pelan, ia menatap ke sekitar kamar itu, memperhatikan beberapa benda selama beberapa detik, setelah Hyo Yeon menghela napasnya lagi, airmatanya tiba-tiba mengalir. Ia akan benar-benar pergi dan ia tidak tahu ia akan menjadi seperti apa setelah ia pergi dari sini, ia tidak tahu akan seperti apa dirinya tanpa Jong Woon.

Oppa, selamat tinggal.” Bisiknya pelan, entah pada siapa. Tapi, ada secercah harapan kecil kalau Jong Woon akan mendengarnya, meskipun ia juga tahu kalau kamar mandi di dalam kamar itu kedap suara. Ia menggigit bibir bawahnya pelan menahan airmatanya.

Hyo Yeon pun melangkahkan kakinya dengan berat hati keluar dari kamar itu, ia langsung berjalan cepat ketika mendengar suara shower dimatikan. Astaga, ia benar-benar tidak boleh ketahuan oleh Jong Woon. Ia menuruni anak tangga dengan tergesa dan sialnya, Hyo Yeon malah bertemu dengan Jong Jin lagi.

Oppa...” panggilnya pelan, Jong Jin yang melihat ekspresi ketakutan di wajah Hyo Yeon pun mengeryit heran. Ia pun sedikit menoleh ke arah tangga dan memperhatikan kamar kakaknya.

“Kau kenapa? Apa yang Jong Woon hyung lakukan padamu?” tanyanya, ia juga terkejut saat melihat gadis itu sudah menangis sekarang. Hyo Yeon menggelengkan kepalanya dengan cepat. Jong Woon tidak melakukan apa pun padanya, ia hanya tidak sanggup kalau ia bertemu dengan laki-laki itu.

Anyeonghi gaseyo, oppa.” Jong Jin terperangah saat mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Hyo Yeon, ia benar-benar merasa ada yang janggal.

Ya, tunggulah disini, aku akan memanggil Jong Woon hyung.” Ucapnya. Hyo Yeon membulatkan matanya lalu menggeleng lagi. (*Selamat tinggal)

“Aku baik-baik saja, oppa. Aku harus pergi sekarang.” Balasnya dengan cepat dan terburu-buru. Ia tidak bisa lebih lama berada di dalam rumah ini lagi, tapi kenapa Jong Jin malah memegang lengannya, ia memejamkan matanya sekilas dan kembali menatap ke arah laki-laki itu.

“Aku antar.” Ucap Jong Jin dengan singkat.

“Tidak usah, aku bisa sendiri.” Tolak Hyo Yeon.

“Jong Jin-ah...”

Sedetik, Hyo Yeon langsung menolehkan kepalanya ke arah laki-laki yang memanggil Jong Jin, sedetik ia merasa hidupnya benar-benar hancur sekarang dan sedetik ia bisa menatap tatapan terkejut dan khawatir di saat yang bersamaan dari laki-laki itu. Matanya langsung terasa seperti terkunci saat ia menatap sepasang mata sipit dengan bola mata hitam yang tajam dan pekat. Harus apa lagi ia sekarang?

Begitu Hyo Yeon kembali dari keterpakuannya, ia dengan cepat langsung melepaskan pegangan Jong Jin dari tangannya. Tanpa mengatakan apapun pada laki-laki itu, ia pun berlari cepat ke arah pintu rumah, membukanya lalu ia berlari lagi keluar gerbang. Ia menghela napasnya dan menatap CCTV, airmatanya sudah mengalir deras sekarang, Jong Woon sudah melihatnya seperti itu dan ia benar-benar merasa hatinya sangat sakit.

“Jong Woon oppa, jeongmal saranghae..” ucap Hyo Yeon dengan pelan.

“Hyo Yeon-ah!” Panggilan Jong Woon yang sekarang sudah berada tepat di depan pintu rumahnya itu membuat Hyo Yeon langsung berlari ke arah mobil vannya yang berwarna putih, terparkir tidak jauh darinya itu.

Hyo Yeon tidak boleh membalikkan tubuhnya, tidak boleh membalikkan kepalanya, ia juga tidak boleh menoleh ke arah Jong Woon, kalau ia sudah melakukan hal itu. Ia tahu, ia benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain menangis.

BRAKK

Oppa, cepat, cepat kita berangkat, kita pergi dari sini!” Perintahnya pada Chang Hyun yang langsung terkejut saat ia menutup pintu mobil dengan keras, manajernya mengangguk dan tanpa basa-basi lagi, ia menyalakan mesin mobil dan menarik pedal gas lalu bergegas menjalankan mobil itu, pergi dari sana.

“Kenapa bisa sampai ketahuan olehnya?” tanya Chang Hyun saat mereka sudah berada di jalan raya, ia melirik sekilas ke arah Hyo Yeon yang duduk di kursi penumpang. Gadis itu menggeleng dan kembali memendamkan wajahnya pada boneka kucing yang tadi ia bawa. Chang Hyun menghela napasnya.

“Aku tidak tahu, aku... Aku...” ucapan Hyo Yeon terbata di tengah isakan tangisnya, ia langsung menangis dengan sangat keras saat ia melihat ekspresi wajah Jong Woon yang bisa membuat hatinya semakin sakit, Hyo Yeon kembali memejamkan matanya dan ia pun menghapus airmatanya, walaupun airmatanya itu mengalir lagi.

“Astaga, berhenti menangis, jebal.” Ucap Chang Hyun, ia khawatir kalau nanti Hyo Yeon tidak bisa bernapas lagi bahkan sampai pingsan seperti waktu itu lagi.

Hyo Yeon menggeleng, “Aku.. Oppa, sesak..”

Inhaler ada di kantung kursi depan, ambil dan cepat pakai.” Chang Hyun langsung panik saat ia melihat Hyo Yeon bernapas terengah-engah lewat kaca spion mobil, ia menghela napasnya dan berusaha meredakan detakan jantungnya yang menjadi sangat cepat, ia harus fokus pada jalan raya di depannya kan? Kalau sampai mereka berdua kecelakaan, ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Hyo Yeon langsung menuruti ucapannya dan memakai benda itu, lalu mengatur napasnya, ia memejamkan matanya, napasnya sesak dan rasanya sangat sulit untuk kembali normal, napasnya juga tercekat. Hyo Yeon tidak tahu harus apa lagi selain menangis saat ini, dan tiba-tiba rasa ingin memeluk Jong Woon kembali menguasai dirinya, ia kembali menangis sesenggukan lagi saat sadar kalau ini detik-detik terakhir ia berada di Korea Selatan.

Mobil yang di kendarai oleh Chang Hyun itu sebentar lagi akan memasuki parkiran bandara internasional Korea Selatan yang berada di Incheon. Beberapa menit—atau bahkan jam—lagi, ia akan meninggalkan semuanya, meninggalkan segala yang ia punya, yang ia cintai dan ia tidak tahu akan seperti apa dirinya saat di London nanti. Akan seperti apa Jong Woon nanti dan ia memang tidak pernah mau tahu, ataupun membayangkannya. Karena Hyo Yeon benar-benar tidak berani, karena hal ini adalah salah satu ketakutan terbesar dalam hidupnya.

Pergi dari hidup Jong Woon.

 

***

 

“Hyo Yeon-ah! Hyo Yeon-ah!” Teriakan Jong Woon pun menggema di jalanan yang terlihat sangat sepi ketika ia sampai, ia menghela napasnya yang tersendat. Ia bahkan berlari tanpa alas kaki dari rumahnya ke jalanan yang jaraknya hampir lima meter dari rumahnya, ia kembali menghela napasnya dan mengaturnya.

Begitu Jong Woon bisa merasakan napasnya sudah normal kembali, ia menatap jalanan yang tadi di lewati oleh mobil van Hyo Yeon, beberapa detik kemudian Jong Jin menghampirinya dan Jong Woon sudah terlihat seperti mayat hidup sekarang.

Jong Woon seakan menyadari sesuatu dan sesuatu itulah yang membuatnya seperti mayat hidup, ia terpaku dengan airmatanya yang mengalir tanpa ia perintahkan. Hatinya benar-benar hancur, tidak terbentuk lagi sekarang. Gadis yang ia cintai tidak mungkin pergi meninggalkannya secepat itu, ia kembali meletakkan harapan, entah sekecil apapun, ia tetap berharap. Kalau Hyo Yeon akan kembali padanya esok hari.

Jika bukan esok hari, berarti esok harinya lagi, ia akan dan harus menunggunya, menunggu Hyo Yeon untuk kembali padanya. Airmatanya kembali menetes lagi melewati kedua pipinya, ia seakan hanya bisa menangis sekarang, ia seakan tidak memiliki tenaga lagi saat ini.

Hyung,” Jong Woon tetap menatap ke arah jalanan itu dengan tatapan kosong, bahkan panggilan dari Jong Jin tidak digubrisnya, ia juga mungkin tidak bisa mendengarnya, seakan-akan semua sistem organ tubuhnya itu tidak berfungsi lagi dan mati. Ya, benar. Ia merasa mati.

“Kau bahkan melupakan janjimu.” Bisiknya pada angin malam yang berhembus, terasa dingin saat menusuk ke dalam kulitnya, tapi tidak sedingin hatinya yang sudah kehilangan Hyo Yeon. Meskipun ia tidak tahu gadis itu ke mana sebenarnya, karena rasanya ia tidak bisa memikirkan hal-hal lain selain gadis itu untuk sekarang ini.

Seakan otak dan pikirannya tidak mau melakukan pekerjaan yang seharusnya, seakan benda itu sudah tumpul dan tidak bisa digunakan lagi, seakan semuanya benar-benar tidak berarti lagi untuknya.

“Aku kehilangannya, Jong Jin-ah,” ia berbalik ke arah Jong Jin yang langsung terpaku melihat wajah dan ekspresinya yang sangat menyedihkan. Jong Woon tersenyum miris dengan airmatanya yang mengalir.

“Kehilangan hidupku dan aku merasa mati sekarang.”

 

 

 

_THE END_

 

 

 

Thankyou for pay attention for this stories, thankyou for love and your time to read this absurd stories! See you on Book 2!

Once again, THANKYOU! ^_^ 

 

 

Lady Juliette Lee --- ClouSky Precious

 

-2015.11.02

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK