home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > GRAY PAPER

GRAY PAPER

Share:
Published : 06 May 2015, Updated : 02 Nov 2015
Cast : Juliette Lee (OC), Super Junior's Yesung, Jane Lee (OC), Super Junior Member, CEO, Managers and
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |6904 Views |2 Loves
GRAY PAPER
CHAPTER 16 : CHAPTER 12-B

CAMEO :

  • Staff/Reporter/Wartawan/ELF/Stalker

 

__________________________________________________________________________________________________________________________

 

Semua ini rasanya seperti sebuah mimpi buruk, dan saat ini adalah waktunya  aku harus terbangun dari segala mimpi indahku bersamanya. Dia  tidak harus tahu kemana aku akan pergi, yang dia harus  tahu adalah aku mencintainya, sampai kapanpun.

Lee Hyo Yeon–

 

23:18 K.S.T.

Galleria Foret Apartment, Seoul, South Korea

Ting Tong!

Ini ketiga kalinya Jong Woon menekan bel di dekat pintu dorm milik Hyo Yeon, ia tidak langsung masuk ke dorm, karena ia tidak tahu pin-nya. Lagi pula, ia juga masih menghormati Chang Hyun yang menjadi manajer gadis itu. Ia mendengus pelan ketika pintu tidak juga dibukakan.

Jong Woon pun membenarkan gendongannya sedikit, sejak sampai di basement tadi, gadis itu tertidur dengan sangat pulas, bahkan Hyo Yeon tidak terbangun meskipun ia sudah mencubiti pipi gadis itu. Jong Woon menghela napas dan mencoba menekan belnya lagi. Ia berharap Chang Hyun atau Ah Ra membukakan pintu untuknya.

Ting! Tong!

CKLEK

“Maaf, lama. Maaf.” Ucap seorang gadis yang lebih muda beberapa tahun dari Jong Woon itu. Laki-laki itu langsung menghela napasnya lega ketika melihat Ah Ra sudah membukakannya pintu dan sudah berdiri didepannya. Ah Ra langsung melotot ketika ia melihat Hyo Yeon yang ada digendongan laki-laki itu.

“Dia ketiduran?” tanya Ah Ra, Jong Woon langsung mengangguk sambil menahan beban tubuh Hyo Yeon yang ia gendong dibelakang itu.

“Ah Ra-ya, aku boleh masuk? Berat sekali tubuhnya.” Ucap Jong Woon, membuat Ah Ra langsung mengangguk dan mempersilakannya masuk. Tapi, gadis itu tetap mengikuti Jong Woon, lalu ia kembali menutup pintu.

“Pasti dia sangat kecapekan, kau pasti juga capek menggendongnya seperti itu.” Jelas Ah Ra, Jong Woon mengangguk lagi dan berjalan ke arah koridor dengan sedikit cepat. Sial, punggungnya itu sudah terasa sakit lagi dan untung saja gadis itu tadi mengikutinya, gadis itu refleks membukakan pintu kamar Hyo Yeon.

Aigoo, kau berat sekali, Hyo Yeon-ah.” Gerutunya dengan pelan, tubuh Hyo Yeon memang sangat kurus tapi karena gadis itu tingginya di atas rata-rata wanita Korea Selatan, jadi ia terasa berat. Jong Woon langsung masuk ke dalam kamar gadis itu dan merebahkan tubuh gadis itu diatas kasurnya dengan hati-hati.

“Kau ingin kuambilkan minum? Aku tahu kau lelah karena menggendongnya.” Ucap Ah Ra. Jong Woon yang memang dari tadi langsung memperhatikan Hyo Yeon itu pun hanya mengangguk, lalu gadis itu keluar dan menutup pintu kamar Hyo Yeon. Jong Woon pun menghela napasnya, kemudian menyeret kursi didekat meja belajar ke arah pinggir kasur. Ia duduk dikursi dan kembali memandangi wajah damai Hyo Yeon yang sedang tertidur pulas.

Jong Woon refleks tersenyum kecil saat ia mengelus pipi gadis itu dengan pelan, ekspresi wajah damai dan tenang milik Hyo Yeon yang selalu bisa membuat hatinya menjadi lebih baik.

Jong Woon menghela napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Entah, ia merasa seperti sedang merekam wajah Hyo Yeon dimemorinya, serta otaknya itu memutar kembali berbagai ekspresi wajah yang Hyo Yeon tunjukkan padanya hari ini.

Ekspresi senang, riang, ceria, merajuk dan juga berbagai ekspresi lainnya termasuk ekspresi saat gadis itu bersedih dan menangis. Oh, iya, Jong Woon baru ingat kalau ia ingin mencari tahu apa yang sekarang sedang disembunyikan oleh gadis itu.

Jong Woon pun menghela napas lagi dan menyelimuti tubuh gadis itu dengan selimut sampai batas dada, sedikit terdiam saat Hyo Yeon memiringkan tubuhnya, tapi gadis itu tetap terlelap. Ia tersenyum lagi dan menyingkirkan serta merapikan poni Hyo Yeon yang menutupi wajahnya.

“Hyo Yeon-ah, aku benar-benar tidak bisa kehilangan dirimu.” Bisik Jong Woon pelan, kemudian ia mengecup kening gadis itu dengan lembut. Rasanya kalau gadis itu sedang tidak tertidur, ia bisa pastikan kedua pipi gadis itu ia cubit dengan keras-keras. Karena, Jong Woon sangat gemas dengan ekspresi wajah Hyo Yeon yang sekarang. Gadis itu terlihat mengerutkan keningnya, sepertinya sedang bermimpi, entah bermimpi apa.

Jong Woon pun bangun dari duduknya di kursi dan memperhatikan keadaan di sekitarnya, entah kenapa kamar gadis itu terlihat selalu rapi. Padahal ia tahu Hyo Yeon pasti mempunyai jadwal yang tidak sedikit bahkan mungkin sangat banyak. Apa Ah Ra yang membereskan kamar gadis itu?

Jong Woon memutar tubuhnya menghadap ke arah meja belajar, matanya tertuju pada laci meja itu yang tertutup rapat. Waktu itu, ia menemukan rahasia yang gadis itu sembunyikan ada didalam laci itu. Tapi, mana mungkin Hyo Yeon meletakkan rahasianya lagi disana?

Matanya sedikit menyipit ketika melihat laptop berwarna putih milik Hyo Yeon yang terbuka di atas meja belajar itu. Keningnya mengerut, Jong Woon rasa akhir-akhir ini gadis itu jarang memainkan laptopnya, tapi kenapa benda itu ada di atas meja belajar gadis itu?

Jong Woon menghela napas dan menyalakan laptop itu, seketika matanya melotot saat melihat layar datar benda itu. Jantungnya seakan merosot dari tempatnya, kenapa hal ini tidak pernah terpikirkan oleh Jong Woon?

Kenapa Hyo Yeon mencari jadwal penerbangan padahal Jong Woon sangat tahu kalau gadis itu tidak mungkin comeback stage Jepang ataupun internasional, bahkan ia juga belum debut internasional.

Astaga, Jong Woon kembali mengingat kontrak perjanjian milik Hyo Yeon yang ia temukan di laci meja belajar gadis itu beberapa bulan yang lalu. Ia menghela napasnya yang tiba-tiba terasa sesak itu. Apa gadis ini benar-benar pasrah dan putus asa? Sehingga ia lebih baik pergi daripada mendapatkan masalah yang lebih banyak lagi?

Jong Woon mendengus keras dan memijit keningnya, ia memejamkan matanya sekilas. Kenapa Hyo Yeon tidak pernah bilang padanya?

Jong Woon menoleh ke arah Hyo Yeon yang masih tertidur dan menghela napas lagi. Ia ingin menegur gadis itu, tapi ia tidak enak dan tidak ingin mengganggu tidur lelap gadis itu. Bahkan ia juga ingin menanyakannya dan ingin membantunya.

CKLEK

“Ye Sung-ssi, kau tidak pulang?” pintu kamar Hyo Yeon pun terbuka bersamaan dengan suara Chang Hyun. Jong Woon langsung menoleh ke sumber suara dan menatapnya yang masih setengah terpejam itu, mungkin Ah Ra membangunkannya dengan paksa.

Tapi, tunggu.. ada hubungan apa Chang Hyun dengan Ah Ra? Jong Woon refleks menggeleng pelan menghilangkan pikiran kacaunya itu dan langsung menutup laptop Hyo Yeon.

“Aku akan pulang.” Ucapnya singkat. Ia memaksakan sebuah senyuman dan setelah Chang Hyun mengangguk lalu menutup pintu kamar itu, ia menghembuskan napasnya. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke arah meja belajar Hyo Yeon.

Jong Woon mengambil sticker notes berwarna biru dan menuliskan sebuah kalimat, lalu ia menempelkannya tepat di atas laptop gadis itu. Jong Woon beranjak dari duduknya dan mencium kening Hyo Yeon lagi, lalu keluar dari kamar gadis itu. Apa ia harus merelakan kalau gadis itu pergi darinya? Tapi, Jong Woon benar-benar tidak bisa jika menjalani hari-harinya tanpa gadis itu.

 

***

 

12th of July 2013, 16:59 K.S.T.

Music Bank, KBS Building, South Korea

Choisonghamnida, Hyo Yeon-ssi, sedang tidak bisa diwawancarai hari ini.” jelas Chang Hyun kepada wartawan ataupun reporter yang berusaha menerima berbagai kata-kata dari Hyo Yeon. Mereka juga berombongan mendekati gadis itu. Hari ini goodbye stage-nya. tadi di akhir acara, Hyo Yeon mengatakan bahwa ia akan lama untuk merilis album lagi dan karena hal itu media langsung mencarinya untuk menanyainya berbagai hal.

Blitz-blitz kamera dari para wartawan itu pun mengiringi jalan Hyo Yeon ke arah parkiran untuk menghampiri mobil van berwarna putih yang biasa Chang Hyun bawa. Ia pun menghela napasnya dan berusaha untuk tersenyum sopan.

“Aku akan menjelaskannya saat konferensi pers nanti.” Akhirnya Hyo Yeon membuka suaranya. Ia mengatakan hal itu agar para media tidak mengejar-ngejarnya lagi, ia sudah merasa sangat lelah hari ini, setelah kemarin-kemarin dinding pertahanan dari dalam dirinya hancur lagi.

Tapi, para media itu malah lebih parah mengejarnya, membuatnya, Chang Hyun bahkan Ah Ra lebih mempercepat jalannya dan beberapa staff yang menjadi bodyguard mereka itu semakin mempererat pertahanan pada mereka bertiga.

Kali ini, Hyo Yeon tidak bisa menebar senyumannya kepada para penggemarnya lagi, karena terhalangi oleh kamera-kamera besar dari para media itu.

Begitu Ah Ra membuka pintu mobil, Hyo Yeon dengan cepat langsung masuk ke dalam mobil dan gadis itu menutup pintunya, lalu duduk disebelah Chang Hyun yang sudah duduk dibelakang kemudi.

Choisonghamnida.” Ucap Hyo Yeon sekali lagi sambil melambaikan tangannya pelan. Bagaimanapun juga, hari ini adalah hari terakhirnya menjadi seorang artis. Ini adalah hari terakhirnya memiliki nama panggung Juliette Lee. Seketika matanya langsung berkaca-kaca.

“Aku mencintai kalian semua, JULIAS!” Teriaknya keras, sebelum ia benar-benar menutup kaca jendela mobil dengan rapat, Hyo Yeon menghela napasnya dan memukuli pelan dadanya yang terasa sangat sesak itu. Astaga, ia harus sanggup melakukannya, ia harus sanggup menghadapinya. Ia memejamkan matanya sejenak.

Eonni, kenapa hidupku ini benar-benar menyedihkan,” ujarnya pada Ah Ra yang duduk didepannya, detik itu juga, airmatanya mengalir. Ah Ra pun menoleh ke belakang saat Chang Hyun sudah menjalani mobilnya, membelah kerumunan media yang bercampur dengan para penggemar setianya.

“Aku sudah mengambil keputusan yang baik kan? Meskipun aku harus melepas semuanya aku benar-benar sudah... rela.” Lanjut Hyo Yeon dengan terbata karena isakan tangisnya terus keluar.

Hyo Yeon menangis keras di dalam mobil ini, membuat Ah Ra terdiam dan merasa sangat sedih, ia juga benar-benar tidak menyangka kalau Hyo Yeon akan mengakhiri semua impiannya hari ini. Chang Hyun yang mendengar gadis itu menangis hanya menghela napas beratnya dan berusaha fokus menyetir.

“Hyo Yeon-ah, aku tahu semua ini sangat berat untukmu, kau harus tenang saat menghadapinya.” Jelas Ah Ra, ia merasa tempat duduknya itu harus pindah disamping gadis itu. Karena, Ah Ra juga pernah mengalaminya, ia juga pernah menjadi seorang artis, tapi impiannya itu harus berakhir dan sekarang ia malah menjadi penata rias seorang artis. Ia menghembuskan napas berat.

“Tapi, kalau semuanya akan kembali baik-baik saja, aku akan mengikhlaskannya. Hanya satu yang tidak pernah bisa aku lepas dari hidupku, eonni. Jong Woon oppa, hanya dia.” Ucapnya dengan nada suara yang bisa mengiris hati seseorang siapapun yang mendengarnya.

Hyo Yeon benar-benar sudah berada dalam keputusasaan yang paling dalam hari ini. Gadis itu sudah merasa sangat lelah dengan semua hal yang mengikatnya, yang menekan dan memberatkan jalan hidupnya.

Tangisan Hyo Yeon menjadi semakin keras saat ponselnya berdering, menampilkan foto serta nama Jong Woon di layar touchscreen ponselnya. Ia tidak sanggup untuk mengangkat panggilan telepon darinya, tidak sebelum ia menyelesaikan jadwalnya yang terakhir, ia harus melakukan konferensi pers mengenai albumnya dan segala hal tentang masalahnya.

“Angkat saja.” Perintah Chang Hyun. Hyo Yeon hanya menggeleng.

“Angkat sekarang juga, jika itu bisa membuatmu lebih tenang. Aku tahu kau ingin mendengar suaranya, Hyo Yeon-ah.” Jelas Chang Hyun, ia melirik sekilas ke arahnya dan kembali fokus ke jalan raya. Hyo Yeon menggeleng.

Aniya, aku tidak bisa, oppa.” Ucap Hyo Yeon dengan pelan, bahkan suaranya bergetar karena airmatanya masih mengalir.

“Kau merindukannya kan? Angkat saja, kalian sudah tidak bertemu selama sebulan lebih, Hyo Yeon-ah. Mungkin dia bisa membuatmu tenang.” Kali ini Ah Ra yang menjelaskannya. Hyo Yeon menghela napasnya yang tercekat, astaga, ia butuh inhaler sekarang.

Hyo Yeon menggeleng untuk ketiga kalinya. “Aku tidak ingin menjadi semakin lemah. Aku tidak ingin ia mengkhawatirkanku dan aku tidak sanggup kalau mendengar suaranya, aku tidak sanggup, eonni.” Jelas Hyo Yeon panjang sambil menangis sesenggukan.

Hyo Yeon pun melempar ponsel mahalnya ke dalam tas tangannya dan menjauhkan tas itu dari tempatnya terduduk. Sebelumnya, ia mematikan ponselnya dengan paksa, melepas baterainya begitu saja. Ia benar-benar tidak sanggup jika Jong Woon mengetahui semuanya, semua hal yang akan ia lakukan untuk beberapa hari ini. Karena ia akan mengakhiri impiannya.

“Jebal... jeoldae nal tteonajima.” (Kumohon... Jangan pernah meninggalkanku.)

Hyo Yeon kembali mengingat sebuah kalimat yang ia baca dari selembar sticker notes berwarna biru tadi pagi di dorm-nya, gadis itu sangat mengenal dengan jelas siapa menulis kalimat yang selalu terngiang dipikirannya.

Kalimat yang seolah memohon supaya Hyo Yeon tidak akan pernah meninggalkannya, meninggalkan Jong Woon. Membuatnya semakin merasa bersalah tapi ia juga tidak mempunyai pilihan lain selain meninggalkan semuanya. Selain kehilangan semuanya.

Hyo Yeon menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, dan ia masih menangis sesenggukan, membuat khawatir kedua orang yang ada dikursi depan itu. Bahkan Ah Ra hampir melotot ketika melihatnya bernapas dengan terengah-engah, untung saja ia selalu meletakkan inhaler di dekat kursi Hyo Yeon, jika tidak. Entah apa yang akan terjadi pada gadis kesayangannya itu.

“Sudah baikan?” tanya Chang Hyun sambil menoleh ke arah Hyo Yeon saat lampu merah lalu lintas itu menyala, Hyo Yeon yang masih memakai inhaler, mengangguk pelan karena ia sendiri masih berusaha bernapas dengan normal.

“Ah, akhirnya.” ucap Hyo Yeon setelah ia menghela napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, untungnya airmatanya itu sudah berhenti dan ia bisa bernapas dengan normal kembali.

“Bagaimana rasanya?” tanya Ah Ra, Hyo Yeon pun tersenyum kecil menatap Ah Ra dari kaca spion mobil van itu. Ia tahu kalau Ah Ra hanya menanyakan bagaimana rasanya sulit bernapas, tapi ia ingin mengatakan hal lain.

“Sesak, sangat sesak.” Jawabnya, ia masih tersenyum, senyuman yang membuat orang ikut sedih saat melihatnya. Senyuman miris dan sedih yang bercampur menjadi satu. Senyuman kaku serta palsu, ia sedang kembali berusaha membangun dinding-dinding pertahanan lagi dihatinya, Hyo Yeon yakin jika dirinya bisa melewati semua masalah ini.

Oppa, bisa kita melewati Mouse & Rabbit dulu saat pulang nanti? Aku hanya akan melihatnya dari kaca jendela mobil saja.” Pinta Hyo Yeon. Ia tidak merajuk kali ini, ia bahkan sudah pasrah kalau Chang Hyun menolak mentah-mentah keinginannya.

Tapi, ia benar-benar ingin melihat laki-laki itu, ia ingin merasakan napasnya kembali lega saat ia sudah melihat Jong Woon. Ia ingin melihat apakah laki-laki itu baik-baik saja atau tidak.

“Baiklah.” Ucapan Chang Hyun membuat Hyo Yeon menatap ke arahnya, ia pun mengerjapkan matanya beberapa kali dengan pelan.

Oppa,” panggilan Hyo Yeon langsung terpotong.

“Hyo Yeon-ah, jangan memaksakan dirimu. Jangan berpura-pura untuk menjadi kuat. Kau masih memiliki aku, Ah Ra-ya, bahkan Ye Sung-ssi. Jangan merasa seolah kami tidak bisa membantumu,” penjelasan dari Chang Hyun membuat Hyo Yeon langsung terpaku. Bahkan terdiam, seolah ia berubah menjadi patung.

“Perlu aku memberitahukannya pada Ye Sung-ssi? Perlu aku memberitahukan kepergianmu dan kemana dirimu akan pergi nanti pada laki-laki itu?” lanjutnya, Hyo Yeon langsung memejamkan matanya, menghela napas berat.

“Awas saja kalau oppa memberitahukannya pada Jong Woon oppa.” Jawab Hyo Yeon, Chang Hyun pun menghembuskan napas berat.

“Aku ini seorang laki-laki dan sangat mengerti bagaimana perasaan Ye Sung-ssi padamu. Aku juga bisa pastikan laki-laki itu akan menanyai keberadaanmu, entah itu kapan.” Jelas Chang Hyun.

Hyo Yeon menatap kearahnya, ia juga tahu kalau Jong Woon pasti akan menanyakannya pada manajernya, tapi ia sangat tidak ingin laki-laki itu tahu di mana ia berada nanti. Ia tidak ingin laki-laki itu berada dalam kesulitan.

Bagaimana kalau Jong Woon malah mengejarnya ke London? Ia tidak bisa membayangkan hal itu menjadi kenyataan, ia menghela napas lagi saat menyadari sesuatu. Orang yang wajib militer kan visanya diblokir, pikirnya.

Oppa, kalau nanti dia menanyaimu, jangan pernah mengatakannya karena ini semua hanya mimpi buruk bagiku,” ucap Hyo Yeon, ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela saat airmatanya kembali turun. Chang Hyun yang mendengarnya langsung merasa heran.

“Semua ini rasanya seperti sebuah mimpi buruk, dan saat ini adalah waktunya aku harus terbangun dari segala mimpi indahku bersamanya. Dia tidak harus tahu kemana aku akan pergi, yang dia harus tahu adalah aku mencintainya, sampai kapanpun.” Lanjut Hyo Yeon dengan panjang–lebar, Ah Ra yang mendengar kata-kata yang ia ucapkan itu langsung menangis dalam diam.

 Gadis itu memang benar-benar mencintai Jong Woon, sangat-sangat mencintainya. tapi, kenapa agensinya membuat Hyo Yeon kesulitan seperti ini.

“Ah Ra eonni, uljimayo. Aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Ya, baik-baik saja, hahaha... Jadi, jangan khawatirkan aku, hahaha.” Ucap Hyo Yeon lagi, lalu tertawa sumbang.

Ah Ra benar-benar ingin memeluk gadis itu sekarang juga. Hati Chang Hyun juga terasa sakit mendengarnya, Hyo Yeon benar-benar putus asa. Gadis itu bahkan sudah rela melepaskan semuanya hanya untuk melindungi laki-laki yang sangat ia cintai sampai mati.

Jika Chang Hyun bisa membantunya, ia benar-benar akan membantu gadis itu. Tapi sayangnya, ia hanya menjadi manajer untuk gadis itu. Ia bukan CEO, produser atau sebagainya, ia juga bukan seorang direktur di agensinya.

Tapi, jika gadis itu melepaskan semuanya dan pergi dari segala hal yang selalu Hyo Yeon impikan selama ini, ia benar-benar akan kehilangan gadis itu. Gadis yang selalu ia bimbing dan ia temani kalau sedang sendirian di dorm. Chang Hyun sudah menyayangi Hyo Yeon seperti adiknya sendiri dan ia merasa berat untuk melepasnya.

 

***

 

19:11 K.S.T.

Press Conference, Seoul, South Korea

Hyo Yeon kembali menghela napas dan berusaha memaksakan sebuah senyuman manis dibibirnya, ia sedang melaksanakan konferensi pers mengenai goodbye stage, album baru dan karirnya untuk ke depannya akan seperti apa

Hyo Yeon tidak boleh menangis di acara yang penting ini. Karena itu, ia harus bisa berusaha tenang dihadapan para wartawan yang terlihat sudah siap memberikannya berbagai pertanyaan untuknya. Apalagi, konferensi pers-nya kali ini ditayangkan di banyaknya stasiun televisi di Korea Selatan dan dibeberapa negara lainnya. Gadis itu benar-benar lebih merasa gugup daripada ingin menangis.

“Bisakah anda menjelaskan apa yang telah anda ucapkan di acara musik tadi siang, Hyo Yeon-ssi?” tanya seorang wartawan dengan laptop di atas mejanya, Hyo Yeon yang mendengar pertanyaan itu tersenyum sopan terlebih dahulu sebelum menjawabnya.

“Itu benar adanya, saya akan sangat lama merilis album baru lagi, karena saya harus mempertimbangkan berbagai hal lebih dahulu sebelum membuat album kembali.” Jelasnya, blitz kamera pun berkilatan di ruangan yang tidak terlalu luas itu. Sekiranya, lima puluh wartawan yang diundang di tempat itu dan beberapa puluh reporter stasiun TV yang datang untuk ikut mewawancarainya.

“Apa anda bisa memastikan kapan akan merilis album baru lagi, Hyo Yeon-ssi?” pertanyaan dari seorang reporter itu membuat Hyo Yeon menghela napas beratnya diam-diam. Ia tidak bisa memastikannya karena ia sendiri tidak tahu kapan ia bisa kembali lagi ke dunia entertainment ini.

Hyo Yeon pun tersenyum sekilas, “Saya belum bisa memastikannya, karena sejujurnya, saya sedih karena pembuatan album akan ditunda dulu sebelum saya memutuskan segala sesuatunya.” Jelas Hyo Yeon lagi. Ia menghela napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

“Lalu, apa yang akan anda lakukan untuk kelanjutan karir anda? Bisakah anda memberi sebuah penjelasan pada kami untuk beberapa skandal yang terjadi, Hyo Yeon-ssi?” lagi-lagi pertanyaan dari reporter itu selalu saja bisa membuatnya kembali sesak napas.

“Itu hanya beberapa rumor yang tidak jelas adanya, saya dan Ye Sung-ssi hanya kerabat kerja saja. Jadi, jangan selalu menyimpulkan sendiri pada rumor yang muncul.” Jelasnya lagi dengan panjang–lebar.

Mengatakan semua itu benar-benar membuat hati Hyo Yeon terasa semakin sesak. Blitz-blitz kamera itu langsung menghujaninya ketika ia menatap ke segala arah di dalam ruangan itu.

“Dan, jujur... sangat berat mengatakan hal ini..” ucapan Hyo Yeon terputus. Ia menundukkan kepalanya sekilas, entah kenapa mengatakan sebuah kalimat itu terasa sulit untuknya, padahal ia harus untuk mengatakannya sekarang juga karena durasi waktu. Ia menghela napas kembali dan begitu ia menatap ke arah depan, banyak blitz kamera yang memotretnya tanpa ampun.

“Tapi, saya harus mengatakannya. Saya akan hiatus dari dunia artis ini untuk sementara waktu.” Penjelasan terakhir dari Hyo Yeon langsung membuat ruangan itu menjadi sangat ramai, bisik-bisik antara reporter satu dengan yang lainnya, antara para wartawan dan juga berbagai jenis bunyi kamera yang memotret, ucapan-ucapan protes dan pertanyaan-pertanyaan yang sangat banyak itu langsung terdengar.

Hyo Yeon kembali tersenyum, “Choisonghamnida, saya mohon kalian semua tetap mendukung saya sampai kapanpun dan bersedia untuk menunggu saya kembali. Terimakasih banyak atas dukungan yang kalian berikan pada saya untuk selama ini.” Ucap Hyo Yeon, konferensi pers yang ia lakukan hari ini berakhir.

Gadis itu langsung menghela napasnya lega dan bangkit dari duduknya, membungkukkan tubuhnya sedikit sebanyak tiga kali untuk memberi hormat, lalu Hyo Yeon melambaikan tangannya. Begitu staff mengatakan padanya kalau konferensi persnya sudah selesai dan ia sudah dibolehkan pergi dari sana. Ia pun menggumamkan kata terimakasih pada beberapa staff itu dan ia melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu. Ruangan yang masih ramai dengan pertanyaan-pertanyaan dari para wartawan.

 

***

 

20:53 K.S.T.

Mouse & Rabbit Cafe, Seoul, South Korea

Tut Tut Tut

Jong Woon kembali menekan tombol satu, ini sudah kelima kalinya ia menelepon Hyo Yeon, tapi gadis itu tetap saja tidak mengangkatnya. Ia benar-benar tidak percaya jika gadis itu akan hiatus dan mengkonfirmasi hubungannya dengan Hyo Yeon itu seorang diri.

Jadi, kalimat yang ia tulis di sticker notes untuk gadis itu tidak dibaca? Kenapa gadis itu benar-benar menjadi seperti itu sekarang? Jong Woon mendengus kesal lagi saat mendengar bunyi yang sama seperti sebelumnya.

“Kemana dia, aigoo... Hyo Yeon-ah, angkat panggilan telepon dariku.” Gumam Jong Woon dengan kesal dan tergesa. Sekarang, Ia benar-benar sangat khawatir.

Jong Woon kembali menekan tombol satu dengan kasar, ia menghela napas berusaha meredakan detakan jantungnya yang menjadi semakin cepat setelah ia melihat berita tentang konferensi persnya Hyo Yeon itu.

Jong Woon sangat tidak menyangka. Apa gadis itu benar-benar akan melepas semuanya? Semua yang selama ini menjadi impian Hyo Yeon. “Nomor yang anda tuj—”

Klik!

BRAKK

“ARGH! Sial!” Teriak Jong Woon dengan keras.

Kenapa selalu suara operator yang terdengar olehnya? Kenapa Hyo Yeon tidak mau mengangkat panggilan darinya sejak tadi sore? Kenapa gadis itu malah mematikan ponselnya saat ini? Pikirnya dengan frustasi. Ia melempar ponselnya begitu saja ke atas meja belajarnya.

Hari ini, sejak tadi pagi hatinya itu benar-benar merasa tidak enak, awalnya ia memang mengabaikannya karena ia tidak tahu alasannya. Tapi, begitu ia menonton acara Hyo Yeon saat di Music Bank tadi sore itu, ia benar-benar tahu kenapa ia merasa tidak enak dan khawatir seharian ini. Gadis itu, gadis yang dicintainya itu, bagaimana bisa ia melepas semuanya? Bagaimana bisa ia hiatus sementara, sedangkan Jong Woon sangat tahu gadis itu sedang ada dipuncak karirnya.

Jong Woon mendengus keras, ia jatuh terduduk di atas karpet. Ia pun mengacak rambutnya dengan kesal. Tentu saja Hyo Yeon bisa melakukan hal itu, pikirnya. Siapa lagi yang menyuruhnya untuk keluar dari dunia Entertainment selain CEO agensinya yang licik itu? Pikirnya lagi.

Jong Woon mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya sejenak. Hatinya sakit memikirkannya, perasaannya benar-benar kacau saat ini, napasnya saja sudah tercekat sekarang. Bahkan, otak dan pikirannya seperti sedang bertengkar dan menjadi kusut.

“Astaga, kenapa kau menjadi seperti itu, Lee Hyo Yeon!” Teriak Jong Woon lagi. Ia benar-benar merasa sangat kesal, tapi ia tahu ia tidak bisa marah dengan gadis itu, ia bahkan sangat amat mengkhawatirkan Hyo Yeon. Laki-laki itu merasa menjadi laki-laki terbodoh yang hidup di bumi ini untuk gadis itu, ia merasa sangat tidak berguna.

Jong Woon sangat frustasi karena ia tidak bisa menghubungi gadis itu, ia juga tidak mungkin mendatangi dorm gadis itu, karena ia sangat tahu Hyo Yeon sekarang pasti sedang tidak ada di dorm, tentu saja.

Karena, Hyo Yeon sekarang sedang memandangi bagian luar kafenya itu tanpa ia sadari. Sedang menatapnya dengan sedih, apa lagi saat mata gadis itu tertuju ke arah lantai tiga, ke arah di mana Jong Woon berada. Dan, Ya. Hyo Yeon mendengar teriakan laki-laki itu.

Andaikan saja Jong Woon beralih menatap ke arah luar jendela kamarnya itu, ia akan menemukan gadis yang sangat ia cintai detik itu juga, tapi sayangnya keadaan laki-laki itu benar-benar sangat menyedihkan.

Seakan ia tiba-tiba tidak bernyawa tapi ia masih hidup, seakan semua yang membuatnya bahagia diambil paksa darinya, seakan sebuah kotak yang penuh puzzle itu kehilangan satu puzzle yang sangat ia cintai. Seakan hidupnya sekarang itu bukan apa-apa lagi tanpa Hyo Yeon. Matanya terbuka ketika ia mengingat kejadian sebulan yang lalu, terakhir kali ia bertemu dengan Hyo Yeon.

Ternyata gadis itu benar-benar akan pergi meskipun ia tidak tahu gadis itu akan pergi kemana, mengingat ketika Jong Woon membuka laptop Hyo Yeon yang dilihatnya hanyalah halaman awal penerbangan dari Korean Air saja.

Jong Woon menghela napasnya yang tercekat, matanya tiba-tiba tanpa ia perintahkan menjadi berkaca-kaca, sepasang mata sipitnya siap menumpahkan berbulir-bulir airmata kalau ia tidak menahannya. Jong Woon benar-benar telah merasa kehilangan Hyo Yeon saat ini.

Dan saat ini juga ia merasa... Mati.

 

_T.B.C._

 

-2015.11.02

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK