CAMEO(s) :
_________________________________________________________________________________________________________________________
“Semua ini rasanya seperti sebuah mimpi buruk, dan saat ini adalah waktunya aku harus terbangun dari segala mimpi indahku bersamanya. Dia tidak harus tahu kemana aku akan pergi, yang dia harus tahu adalah aku mencintainya, sampai kapanpun.”
–Lee Hyo Yeon–
19:39 K.S.T.
Galleria Foret Apartment, Seoul, South Korea
Jong Woon langsung mematikan mesin mobilnya ketika sudah sampai di basement apartemen Hyo Yeon. Ia menghela napasnya, membuka pintu mobil, lalu menguncinya kembali. Ia benar-benar harus bertemu dengan gadis itu hari ini juga, Jong Woon juga harus protes. Ya, protes. Bagaimana bisa Hyo Yeon membuat mini album baru yang isinya hampir semuanya lagu-lagu ber-genre ballad? Ia mendengus kesal saat ingatannya itu melemparnya pada saat tadi siang. Tepat pada jam istirahatnya melakukan wajib militer, ia tidak sengaja membuka internet dan ia melihat postingan dari salah satu fanbase internasional gadis itu, memberitahu isi lagu di album baru dari Hyo Yeon yang akan rilis tiga hari lagi itu. Sebelumnya, ia juga memang ingin protes karena tarian seksi di lagu Bubble Pop!
Jong Woon melangkahkan kakinya dengan tergesa saat lift sudah terbuka, untung saja Chang Hyun semalam seakan menyuruhnya untuk ke dorm gadis itu, jadi ia mempunyai alasan kalau-kalau gadis itu terkejut karena ia datang tiba-tiba seperti ini. Dan, disinilah ia sekarang, berdiri tepat didepan pintu dorm Hyo Yeon dan Jong Woon sudah menekan bel beberapa kali. Tapi, tidak ada yang membukakannya pintu, ia mendengus lagi.
“Kemana gadis itu?” gumamnya. Tapi, tidak lama kemudian, pintu itu terbuka dan menampilkan ekspresi terkejut dari seorang Hyo Yeon.
“Oppa?!” Jong Woon hanya menyeringai dan langsung masuk ke dalam dorm gadis itu, kedatangannya itu membuat Hyo Yeon langsung terkejut, sehingga ia menanyakannya sampai Jong Woon melangkahkan kakinya ke ruang tengah.
“Oppa bagaimana bisa datang kesini?” tanya Hyo Yeon, ia langsung mengikuti Jong Woon yang sudah duduk di sofa panjang itu, laki-laki itu hanya diam dan juga tidak menjawab pertanyaannya, membuatnya menghela napas.
“Oppa... Apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba datang kesini?” tanya Hyo Yeon lagi, ia bersyukur karena kali ini Jong Woon menolehkan kepalanya dan menatap ke arahnya. Meskipun sikap laki-laki itu langsung membuat pipinya memerah.
“Aish, oppa jawab aku!” Rajuk Hyo Yeon, ia menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal, mengalihkan dirinya yang langsung terkejut lagi karena tiba-tiba saja Jong Woon tersenyum ke arahnya.
“Pertama, aku ingin protes. Aku ingin memarahimu, tapi tidak disini.” Jelas Jong Woon, gadis itu refleks terperangah dan menatapnya tidak percaya. Protes apa? Kenapa harus ditempat lain? Tanyanya dalam hati.
“Disini saja.” ucap Hyo Yeon. Jong Woon pun menghela napasnya dan masih menatap ke arah Hyo Yeon.
“Eo, Ye Sung-ssi. Baguslah kalau kau sudah datang.” Tiba-tiba saja Chang Hyun yang akan berjalan ke arah koridor melewatinya yang ada di ruang tengah dan tersenyum ke arahnya, membuat Jong Woon langsung mengerutkan keningnya heran, sama dengan Hyo Yeon yang terkejut melihat manajernya.
Jong Woon pun terdiam sebentar dan kembali menatap ke Hyo Yeon, ia bahkan hampir melupakan tujuan awalnya datang kesini hanya karena sudah melihat gadis itu. Ia memperhatikan dengan detail wajah Hyo Yeon dari jarak yang sangat dekat dan ia sedikit menjauhkan dirinya dari Hyo Yeon untuk melihat postur tubuh gadis itu. Tidak ada yang berubah, hanya saja sedikit kurus, atau bahkan sangat kurus? Tapi aku tidak terlalu peduli dan dia tetap ideal menurutku. Pikirnya dalam hati.
Hyo Yeon pun menepuk keras sebelah pipi Jong Woon yang sedang memperhatikannya dengan sangat detail itu, lalu ia langsung cemberut. “Oppa jangan memperhatikanku seperti itu, kau menyeramkan sekali.” Rajuk Hyo Yeon.
Dan, matanya kembali terarah pada wajah gadis itu, akhirnya ia menemukan apa yang dimaksud oleh Chang Hyun semalam. Wajah gadis itu, kulitnya yang sudah pucat menjadi tambah pucat, lingkar matanya yang menghitam, mata Hyo Yeon yang memerah dan terlihat masih sembab.
“Aku benar-benar harus mengomelimu kali ini, kajja.” Ucap Jong Woon, ia bangkit dari duduknya dan menarik lengan gadis itu, lalu menyeretnya ke kamar Hyo Yeon dan sekarang mereka sudah ada di balkon kamar gadis itu.
“Ya! Oppa sebenarnya apa yang ingin kau lakukan padaku?!” tanya Hyo Yeon, ia benar-benar penasaran dengan sikap Jong Woon kali ini. Setelah sebulan lebih tidak bertemu dengan laki-laki ini dan membuatnya menangis setiap malam, karena laki-laki ini. sekarang Jong Woon bertingkah aneh seperti itu.
“Oppa, kau salah makan ditempat pelatihanmu ya?” tanya Hyo Yeon lagi. Jong Woon yang mendengar pertanyaan-pertanyaan darinya langsung mendorongnya ke dinding yang ada tepat dibelakangnya. Menatapnya dengan sangat dalam dan siap untuk mengomelinya.
“Oppa—”
“Kau dengar ini, Hyo Yeon-ah,” Jong Woon menghela napasnya dalam-dalam. Hyo Yeon pun melotot ke arahnya saat mendengar ucapannya.
“Pertama, aku datang kesini itu karena aku sudah lelah mencarimu kemanapun, tapi aku tidak bisa menemuimu,”
“Kedua, karenamu aku mengabaikan para penggemarku yang datang ke kafe, tapi itu tidak masalah,”
“Ketiga, kau kemana saja tidak datang ke kafe atau ke toko kacamataku?! Eomma merindukanmu, appa juga, bahkan Jong Jin-ah juga!” Kesalnya.
“Oppa, jadi kau saja yang tidak merindukanku?” tanya Hyo Yeon dengan polos dan ia langsung menggembungkan kedua pipinya, membuat Jong Woon langsung mencubit pipinya dengan keras-keras.
“Apheuda!” Jerit Hyo Yeon. Jong Woon menghembuskan napasnya lagi. (Sakit!)
“Dan, sudah kubilang kan jangan terima tawaran mini album dengan konsep seksi lagi, kau ini benar-benar dan selalu bisa membuatku marah-marah.” Jelas Jong Woon, ia mengetuk kening Hyo Yeon dengan jari telunjuknya, membuat gadis itu refleks melotot kearahnya lagi.
“Mini album dengan konsep seksi, video klip, kostum dan dance juga seksi, tapi malah banyak lagu-lagu ber-genre ballad disana, kau ini sangat aneh. Kenapa kau jadi seperti ini, hah?!” omel Jong Woon sambil mengetuk kening Hyo Yeon lagi. Gadis itu hanya merengut mendengar omelan darinya.
“Aku menyukai lagu-lagunya, aku menyukai semua di mini album baruku.” Karena ini mini album terakhirku, lanjutnya dalam hati. Hyo Yeon memejamkan matanya sekilas dan menghela napas dalam-dalam.
“Kau menyukai semuanya? Jinjjayo?” sambar Jong Woon cepat dan menatap Hyo Yeon dengan tatapan tidak percayanya. Tapi, gadis itu hanya mengangguk mantap sebagai tanda jawaban dari pertanyaannya. Membuat Jong Woon langsung melotot tajam ke arah Hyo Yeon, seakan tidak suka dengan jawaban dari gadis itu. (Benarkah?)
“Jadi kau menyukai saat kau menari dengan koregrafi seksi bersama Dong Hyun-ah?!” ucap Jong Woon tidak percaya. Kata-kata itu membuat Hyo Yeon terkejut dan tergagap, ia tidak tahu harus membalasnya seperti apa.
“O-oppa, bukan maksudku, aish.. maksudku tidak seperti itu.” Ucapnya terbata. Jong Woon langsung mendekatkan wajahnya ke arah Hyo Yeon. Membuat gadis itu menelan ludahnya dengan susah payah, ditatap dari jarak yang amat sangat dekat oleh laki-laki itu membuat napasnya seakan tercekat, tapi kedua pipinya malah memerah.
“Geuraeseo?” Jong Woon pun menatap mata Hyo Yeon lekat-lekat dan berusaha menahan tawanya ketika melihat ekspresi dari gadis itu. Ia benar-benar bisa membuat Hyo Yeon ketakutan saat ini. (Lalu?)
“Hmm, lalu... lalu..” Hyo Yeon pun mengalihkan pandangannya ke arah lain, tidak berani menatap Jong Woon lama-lama, ia juga mencari alasan untuk menjawabnya. Tapi, sialnya ia tidak menemukan satu alasan untuk menjawab pertanyaan dari Jong Woon.
“Hyo Yeon-ah, jika kau berani lebih dari ini, aku bisa pastikan kau akan menyesal.” Jelasnya, Hyo Yeon langsung menatapnya kembali. Apa-apaan itu? Ia mengancamnya? Astaga, bahkan konsep seksi itu bukan kemauan dirinya sendiri.
“Untuk balasannya, nyanyikan sebuah lagu dari album barumu, lagu ballad.” Ucap Jong Woon. Ia menjauhkan wajahnya dari gadis itu dan berjalan ke arah kursi taman didekatnya, lalu mendudukinya. Matanya pun kembali menatap Hyo Yeon yang masih terdiam, lebih tepatnya terpaku setelah mendengar sederetan kata yang diucapkan oleh laki-laki itu untuknya. Sebuah lagu? Hyo Yeon langsung mengerjap-ngerjapkan matanya dan merasa gugup.
“Oppa yakin ingin mendengarnya?” tanya Hyo Yeon ketika ia sudah tersadar dari keterdiamannya, ia pun ikut duduk disebelah Jong Woon. Laki-laki itu mengangguk.
“Jangan protes kalau suaraku tidak enak, arra?” ucap Hyo Yeon dengan nada ragu-ragu, Jong Woon yang mendengarnya hanya menghela napasnya dan mengangguk.
“Bagaimana mau protes? Aku yang mengajarkanmu bernyanyi saat trainee. Jadi, harusnya aku protes pada diriku sendiri kalau suaramu tidak enak didengar.” Jelasnya, membuat Hyo Yeon terkekeh kecil. Menyadari kebodohannya sendiri.
“Lagi pula, aku selalu menyukai suaramu dan apapun lagu yang kau nyanyikan untukku.” Lanjutnya sambil menatap ke arah langit yang terlihat tenang. Benar, suasana hatinya sekarang bisa menjadi lebih tenang karena sudah melihat napasnya disini.
Ya. Napasnya, oksigennya.
Lee Hyo Yeon.
“Baiklah, judul lagunya My Heart Will Be With You.” Ucap Hyo Yeon dan ia menghela napas sebelum menyanyikan lagu itu. Jong Woon kembali menatapnya dan memperhatikannya yang sedang menyanyikan lagu baru, yang bahkan albumnya saja belum dirilis.
영화 속에 서나 일오나는 일일까
Yeonghwa sogeseona ireonaneun irilkka
Apakah hal itu hanya terjadi dalam film?
저 끌복을 돌면 만나지려나
Jeo golmogeul dolmyeon mannajiryeona
Mungkin aku bertemu denganmu jika aku kembali ke lorong itu
Jong Woon melihat gadis itu menutup matanya ketika menyanyikan lagu itu dan dari nada suaranya yang terdengar oleh laki-laki itu, lagu itu benar-benar seperti lagu untuknya. Seperti sebuah curahan hati Hyo Yeon kepadanya. Ia tidak menyangka kalau gadis itu akan memilih lagu seperti ini, lagu yang bisa menyentuh hati setiap orang yang mendengarnya. Meskipun Jong Woon tahu kalau gadis itu menyanyikannya bukan dari bait pertama, tapi kenapa hatinya merasa khawatir kembali? Ia bahkan tidak tahu apa yang ia khawatirkan.
언제라도 내게 돌아오기를
Eonjerado naege doraogireul
Kapan saja, bagimu untuk kembali kepadaku
바보처럼 기다리는
Babocheoreom gidarineun
Aku akan menunggumu seperti orang bodoh
어리석은 나의 모습을
Eoriseogeun naui moseubeul
Keadaan terbodohku
Jong Woon mengerutkan keningnya, bukan heran tapi ia malah kagum pada Hyo Yeon. Gadis itu benar-benar bisa menyampaikan sebuah emosi dari suatu lagu dengan sangat sempurna, didukung dengan suaranya yang sangat menakjubkan. Jong Woon bahkan hampir tidak mengedipkan matanya saat ia melihat Hyo Yeon bernyanyi dengan penuh penghayatan seperti itu.
그댄 짐작조차 할 순 없겠지
Geudaen jimjakjocha hal sun eopgetji
Kau bahkan tidak akan bisa menebaknya
하지만 그댄 언젠가
Hajiman geudaen eonjenga
Tapi mungkin kadang-kadang bisa
이런 나의 마음 알지도 몰라
Ireon naui maeum aljido molla
Kau tidak tahu bahwa pikiranku seperti ini
Jong Woon pun tersadar dengan makna dari lagu yang tengah dinyanyikan oleh gadis itu, kembali padanya? Tidak bisa menebak pikirannya? Memangnya kemana arah tujuan Hyo Yeon-ah pada lagu ini? Pikirnya, ia sekarang menatap penasaran pada Hyo Yeon, meskipun ia juga masih bisa mengagumi suara gadis itu.
Jika para penggemar Hyo Yeon entah kapan bisa mendengarnya menyanyikan lagu ini secara live, malah ia bisa kapan saja mendengar suara ini, bahkan gadis itu pun menyanyikannya secara langsung padanya.
Jong Woon tersenyum kecil ketika ia mendengar nada tinggi yang dinyanyikan oleh Hyo Yeon. Benar-benar bisa mengiris hatinya, seakan ia ikut terbawa oleh suatu cerita yang menyedihkan dari lagu itu.
도링 수 없었던 나의 마음을
Dollil su eobseotdeon naui maeumeul
Hatiku yang tidak bisa berubah
더는 내 것일 수 없는
Deoneun nae geot ilsu eomneun
Itu tidak bisa menjadi milikku lagi
너를 향한 마음을
Neoreul hyanghan naui maeumeul
Hatiku mengarah padamu
Entah kenapa tiba-tiba mata Jong Woon berkaca-kaca, bait sebelumnya, yang mengatakan kau bisa kembali padaku? Kapan saja? Mungkin ia bisa mengartikannya sebagai dirinya yang bisa kapan saja bertemu dengan gadis itu meskipun ia sedang wajib militer.
Jong Woon mengangguk kecil dan tersenyum lagi saat mata Hyo Yeon kembali terbuka. Tapi, senyumannya langsung menghilang saat ia melihat mata gadis itu berkaca-kaca. Astaga, kenapa dengan gadis ini?
그댄 짐작조차 할 순 없겠지
Geudaen jimjakjocha hal sun eopgetji
Kau bahkan tidak akan bisa menebaknya
하지만 그댄 언젠가
Hajiman geudaen eonjenga
Tapi mungkin kadang-kadang bisa
이런 나의 마음 알지도 몰라
Ireon naui maeum aljido molla
Kau tidak tahu bahwa pikiranku seperti ini
[Lee Seung Hwan/Ailee - My Heart Will Be With You]
Airmata Hyo Yeon menetes setelah ia menyelesaikan nyanyian pada lagu barunya dan ia langsung menghapusnya dengan cepat. Begitu ia mendengar tepukan tangan yang meriah dari Jong Woon, ia pun menoleh ke arahnya dan tersenyum. Senyumnya bercampur, antara khawatir, bahagia, sedih, dan entah apa lagi. Yang jelas saat ini hatinya terasa sesak lagi.
Hyo Yeon berusaha menyampaikan perasaannya pada lagu itu, juga pada lagu yang menjadi judul mini album terbarunya, I'll Wait. Bahkan ia juga merasa bahwa semua lagu bergenre ballad di mini albumnya yang sekarang hanya untuk Jong Woon, agar laki-laki itu bisa mengerti perasaannya, agar laki-laki itu tahu. Selama apapun laki-laki itu pergi darinya, ia pasti akan menunggunya, meskipun ia yang harus menghilang dari hidup Jong Woon.
Hyo Yeon menghela napas dan kembali menatap Jong Woon. “Bagus sekali, aku bangga padamu. Terimakasih karena tidak mengecewakanku.” Jelas Jong Woon. Hyo Yeon langsung menepuk lengannya.
“Oppa tidak pantas kecewa. Lagi pula, tadi aku sendiri yang menyanyikan lagunya, oppa tidak ikut menyanyikannya.” Balas Hyo Yeon dan Jong Woon hanya mencibir.
“Maksudnya, aku tidak sia-sia mengajarimu cara bernyanyi selama trainee. Ya, Nyonya Kim. Lagunya saja belum rilis dan malah baru video klip yang membuatku kesal itu yang lebih dulu dirilis dan kau memintaku untuk ikut menyanyikannya juga? Bahkan aku tidak tahu liriknya.” Protes Jong Woon dengan panjang–lebar, membuat Hyo Yeon langsung merengut, tapi laki-laki itu benar juga.
“Aku hanya merindukan suaramu saat bernyanyi, oppa.” Ucapnya, ia pun menyandarkan kepalanya dipundak Jong Woon, sedangkan laki-laki itu tersenyum dan melingkarkan sebelah tangannya disekitar pundak gadis itu.
Mereka berdua menghela napasnya dan terdiam. “Hyo Yeon-ah,” panggil Jong Woon, Hyo Yeon pun menoleh sekilas ke arahnya dan kembali menatap langit malam yang menyejukkan hatinya. Meskipun ia masih merasa sedih dan ingin menangis detik ini juga karena mengingat ia dan Jong Woon akan terpisahkan. Tapi, ia juga harus menyingkirkan semua rasa sedihnya untuk membuat laki-laki itu tidak khawatir padanya, ia tidak ingin Jong Woon dalam keadaan tidak baik-baik saja kalau laki-laki itu tahu ia benar-benar akan pergi dari hidupnya.
“Hmm, apa oppa?” gumam Hyo Yeon, seolah ia enggan dengan suara Jong Woon. Gumamannya langsung membuat laki-laki itu mengeratkan tangannya, ia jadi seperti orang tercekik dan ia langsung menjerit tertahan.
“Oppa pabo! Aigoo, leherku.” Teriak Hyo Yeon, langsung mengusap-usap lehernya saat ia sudah bisa melepas tangan Jong Woon. Laki-laki itu yang mendengarnya hanya terbahak, lalu tersenyum ke arahnya. Tangannya beralih ke pinggang Hyo Yeon, memeluknya dari samping. Membuatnya mengerjapkan matanya karena terkejut.
“Jawab pertanyaanku, Hyo Yeon-ah dari mana saja kau selama ini? Apa kau sedang berusaha menghindariku lagi? Kau tahu tidak? Sekarang ini, aku merasa sangat amat khawatir dengan dirimu dan lagu yang kau nyanyikan tadi, semakin membuatku khawatir.” Jelas Jong Woon dengan berbisik ke arah Hyo Yeon.
Hyo Yeon terpaku mendengar ucapan dari laki-laki itu dan setelah ia tersadar ia harus menjawabnya, ia langsung menghela napasnya dalam-dalam, ia tahu laki-laki itu pasti akan menanyainya.
“Aku..” ucapan Hyo Yeon terputus, Jong Woon langsung menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan bingung. Hyo Yeon memejamkan matanya sejenak, ia benar-benar merasa ingin menjelaskan semuanya. Menjelaskan semua masalahnya di tahun ini, menjelaskan dirinya yang akan pergi sebentar lagi. Tapi, itu tidak mungkin ia jelaskan untuk sekarang.
Hyo Yeon tidak ingin Jong Woon menjadi sangat kacau setelah mengetahuinya, ia tidak ingin mengatakannya tapi sepertinya ia harus mengatakannya. Tapi, kalau ia mengungkapkan semuanya, tidak ada alasan lagi untuk pergi. Karena, Jong Woon akan membantunya dalam hal apapun.
Karena, Jong Woon pasti akan berusaha mencegahnya pergi dan karena, kalau ia mengatakannya, ia tidak akan pernah bisa pergi dan melepas Jong Woon. Hyo Yeon kembali menghela napasnya dan tersenyum ke arah laki-laki yang sekarang semakin mengerutkan keningnya dengan heran itu.
“Aku ada di mana-mana,” jawab Hyo Yeon. Jong Woon terkejut mendengarnya dan masih menatapnya dengan tatapan seolah-olah ia harus menjelaskan jawabannya itu, semuanya.
“Aku ada di agensiku, aku ada di ruangan latihan dance, aku ada di ruang vokal, aku juga ada di dormku. Di mana-mana yang berhubungan dengan jadwal comeback stage-ku, memangnya kenapa?” jelasnya dengan panjang.
Kali ini, Jong Woon menghela napasnya lega, ternyata gadis ini benar-benar sibuk dengan album barunya dan untung saja gadis itu tidak mengatakan jika ia benar-benar sedang menghindarinya.
“Kau selalu menghilang seperti ditelan oleh bumi, kau tahu.” Balas Jong Woon dan langsung merengut membuat Hyo Yeon terkekeh melihatnya.
“Kau merindukanku? Terimakasih.” Balasnya, laki-laki itu hanya menggerutu kecil karena balasan dari gadis itu benar-benar tidak jelas dengan apa yang sebelumnya ia katakan. Hyo Yeon tersenyum kecil, lalu mengelus pelan pipi Jong Woon yang terlihat tirus sekarang. Astaga, Hyo Yeon baru sadar kalau laki-laki yang sedang memeluknya dari samping ini sama kurusnya dengannya.
“Kalau aku tidak merindukanmu, aku tidak akan mencarimu, Kim Hyo Yeon.” Ucap Jong Woon dengan nada kesal yang dibuat-buat. Hyo Yeon langsung terkekeh dengan keras membuatnya mendapat sebuah jitakan mulus dari laki-laki itu.
“Aku mencintaimu.” Ucap Jong Woon, ia bahkan mengeratkan pelukannya pada Hyo Yeon, seakan tidak mengizinkan gadis itu untuk pergi darinya, bahkan sedetik pun.
Hyo Yeon menganggukkan kepalanya sambil berusaha melepaskan pelukan dari laki-laki itu, erat sekali sampai ia merasa sesak dihatinya.
“Aku juga mencintaimu, oppa.” Ujar Hyo Yeon setelah ia berhasil melepas pelukan dari Jong Woon, ia mencium pipi laki-laki itu dengan sekilas dan menarik hidung laki-laki itu dengan cepat. Kemudian, ia bersiap untuk kabur dari tempat itu.
“YA! Kim Hyo Yeon!” Ia berteriak sambil mengusap-usap hidungnya yang memerah dan menatap kesal ke arah Hyo Yeon yang sudah berlari ke dalam kamarnya, gadis itu benar-benar bisa membuatnya merasa kesal, bisa membuatnya bahagia ataupun menangis dan juga membuatnya merasa kesulitan untuk bernapas.
Dan, Jong Woon bersyukur bahwa gadis itu tidak bisa membuatnya membenci gadis itu. Karena baginya, tidak ada satu alasan pun yang cocok untuk membuatnya membenci Hyo Yeon, karena ia akan selalu mencintai gadis itu.
***
8th of June 2013, 22:36 K.S.T.
Galleria Foret Apartment, Seoul, South Korea
“Akhirnya selesai juga.” Ucapnya, ia langsung menghela napasnya saat ia baru memasuki dorm-nya bersama Chang Hyun dan Ah Ra. Ia merasa kakinya sangat pegal karena ia memiliki tiga jadwal untuk hari pertamanya comeback stage.
“Hyo Yeon-ah, cuci wajahmu kalau besok-besok tidak ingin ada jerawat yang menempel diwajahmu.” Jelas Ah Ra setelah melepas sepatunya, Hyo Yeon hanya melirik kesal ke arah gadis itu dan mendengus kecil.
“Aku sudah menghapus makeup-ku tadi kan, eonni? Kenapa harus mencuci wajahku lagi?” tanya Hyo Yeon, ia pun melangkahkan kakinya ke dalam ruang tengah dan langsung menghempaskan tubuhnya untuk duduk di sofa panjang. Tubuhnya benar-benar terasa sangat lelah hari ini.
“Wajahmu sudah pasti terkena debu. Kau tidak ingat kalau kau tidak memakai masker saat menyapa para penggemarmu diluar jendela mobil tadi?” ucap Ah Ra, lebih tepatnya ucapannya adalah sebuah omelan. Hyo Yeon menghela napas dan mengangguk.
“Eo, Chang Hyun oppa. Aku boleh makan lagi tidak hari ini?” tanya Hyo Yeon pada manajernya yang baru masuk ke dalam ruang tengah itu, Chang Hyun pun menggeleng. Pasalnya, hari ini gadis itu sudah makan sebanyak tiga kali dan sempat mengemil di perjalanan tadi. Hyo Yeon refleks merengut, ia sudah merasa lapar lagi sekarang, karena seharian ini energinya benar-benar terkuras banyak.
“Kenapa tidak boleh? jinjja baegopha.” Rajuk Hyo Yeon, ia pun memanyunkan bibirnya, membuat Ah Ra yang melihatnya itu hanya menghela napas. (Aku sangat lapar.)
“Cuci wajahmu dulu, nanti aku potongkan buah. Kau lebih baik memakan buah malam-malam seperti ini daripada memakan nasi.” Jelas Ah Ra dan wajah Hyo Yeon pun terlihat cerah karena tahu akan ada makanan yang masuk ke dalam perutnya yang lapar.
Hyo Yeon langsung mengangguk dan bangkit dari duduknya, lalu ia pun masuk ke dalam kamarnya, menuruti perintah dari Ah Ra. Chang Hyun yang mendengar ucapan dari Ah Ra itu hanya menatapnya dengan tatapan protes.
“Waeyo? Buah juga bagus untuk kesehatannya.” Ujar Ah Ra, ia mengangkat bahunya tanda tidak tahu arti tatapan dari Chang Hyun, ia bangkit dari duduknya menuju dapur.
Berharap masih ada banyak buah untuk Hyo Yeon, ia tidak mungkin memasakkan makanan lagi untuk gadis itu, karena gadis itu memang harus diet. Apalagi sekarang sedang masa comeback stage-nya, meskipun Ah Ra juga tahu kalau Hyo Yeon juga harus mempunyai banyak energi untuk menjalani jadwalnya yang mencekik.
“EO? MWORAE?!” Kepala Chang Hyun refleks menoleh ke arah Hyo Yeon yang berteriak itu, ia pun mendengus kesal melihat gadis itu sedang berbicara pada seseorang di teleponnya, ia kira gadis itu kenapa-kenapa. (APA KATAMU?)
“Batalkan semua jadwalmu.” Ucap Jong Woon tegas, Hyo Yeon langsung melotot.
“Oppa, neon michyeosseo?! Aigoo, aku kan baru saja comeback stage.” Balas Hyo Yeon, ia memijit keningnya. Tiba-tiba rasa pusing itu dengan seenaknya menyerang kepalanya, ia pun duduk di sebelah Chang Hyun.
“Aku tidak mau tahu, aku tidak menyukai konsepmu yang seperti itu, dan terlebih, itu bersama Dong Hyun-ah, Hyo Yeon-ah kau ini benar-benar,” omelan Jong Woon yang terdengar oleh manajernya pun membuatnya menghela napas. Chang Hyun mulai terbiasa dengan 'kebiasaan rutin' yang dilakukan oleh Jong Woon ketika gadis itu melakukan comeback stage.
“Oppa, kau itu bukan CEO agensiku. Jadi, untuk yang satu itu jangan melarangku macam-macam, atau aku akan benar-benar pergi darimu sekarang juga.” Sederetan kata-kata dari Hyo Yeon itu akhirnya membuat Jong Woon terdiam, bahkan napasnya langsung terasa seperti tercekat.
Hyo Yeon menghela napas dan memejamkan matanya sekilas. Perutnya sudah lapar, tubuhnya sudah lelah, ia tidak mengantuk tapi kepalanya itu pusing dan sekarang kekasihnya memarahinya? Benar-benar. Gerutunya.
“Baiklah, aku akan berusaha mengerti.” Ujar Jong Woon, Hyo Yeon langsung mengeryitkan keningnya heran, ia menggumamkan kata 'terimakasih' saat Ah Ra meletakkan semangkuk penuh buah kesukaannya di pangkuannya, menyengir melihat makanannya.
“Bagus kalau begitu, oppa lebih baik berusaha mengertiku yang juga seorang artis daripada marah-marah seperti itu. Aku tidak suka mempunyai kekasih yang keriput.” Penjelasan dari Hyo Yeon membuat Chang Hyun yang sedang menatap layar datar Ipad-nya tertawa lebar.
Hyo Yeon benar-benar aneh. Kapan kali ia menangis sesenggukan ke arahnya, tapi kali ini gadis itu malah membuatnya tertawa keras, Chang Hyun pun menggelengkan kepalanya pelan. Sedangkan Ah Ra, ia hanya mengambil segelas air dari dispenser dan masuk ke dalam kamarnya, ia harus menyiapkan keperluan Hyo Yeon untuk jadwalnya besok.
Hyo Yeon yang mendengar manajernya tertawa langsung melirik tajam dan memakan buah yang ada didekatnya dengan kesal.
“Aku tidak mungkin keriput.” Elak Jong Woon, membuatnya langsung mendengus dan memasukkan sepotong buah lagi ke dalam mulutnya.
“Geureom, kau itu vampire, jadi mana mungkin keriput.” Balasnya membuat Jong Woon terkekeh. Entah kenapa ia bisa memiliki seorang kekasih yang bahkan wajahnya hampir tidak bisa terlihat tua meskipun umurnya sudah tiga puluh tahun. (Tentu saja)
“Jadi, oppa tidak mungkin meneleponku hanya untuk mengomeliku saja kan?” tanyanya tiba-tiba, Jong Woon terdengar sedang berdehem, ia menggumamkan kata 'iya'. Hyo Yeon menghela napas, laki-laki ini ingin membicarakan hal seperti apa lagi padanya? Semoga tidak bisa membuatnya menangis kali ini.
“Tanggal empat belas, kau mau jalan-jalan bersamaku?” sederetan atau lebih tepatnya, kata-kata ajakan dari Jong Woon yang memang tidak membuatnya menangis. Malahan ia dengan sempurna tersedak buah yang sedang ia makan. Chang Hyun yang melihatnya tersedak itu langsung memberinya air minum, ia pun meminumnya, lalu mendengus kesal.
“Oppa! Kau ingin aku mati, hah?!” refleks ia berteriak.
“Wae geurae? Tidak ingin jalan-jalan denganku?” tanya Jong Woon, nada suaranya terdengar polos. Tapi, Hyo Yeon tahu kalau laki-laki itu langsung khawatir padanya. (Ada apa?)
“Bukan, bukan seperti itu, oppa. Aku hanya terkejut jadi aku tersedak, aku mau saja jalan-jalan denganmu.” Jelas Hyo Yeon, ia kembali memakan buahnya, kali ini memakannya dengan pelan-pelan karena takut tersedak lagi.
“Baiklah, aku akan menjemputmu di dorm jam enam sore, Arraseo? Dan jangan terlambat, jangan lupa memakai penyamaran juga. Aku akan menunggu di basement.” Balasnya, Hyo Yeon mengangguk mengerti sambil memikirkan kenapa Jong Woon tiba-tiba mengajaknya jalan-jalan seperti ini?
“Tanggal empat belas... Bukannya itu Korean National Kiss Day kan?” tanya Chang Hyun pada Hyo Yeon dengan nada polosnya dan seketika gadis itu tersadar dengan arah tujuan Jong Woon.
“Ya! Jong Woon oppa! Kau benar-ben—Astaga.” Ia baru setengah mengomeli Jong Woon sambil berteriak, tapi sambungan teleponnya langsung diputus oleh Jong Woon.
Membuat Hyo Yeon hanya menghela napas beratnya dan menatap ke arah Chang Hyun, seolah ia meminta izin untuk bisa pergi bersamanya, karena ia tidak mungkin menolak ajakan dari Jong Woon.
“Asal tidak ada apapun yang muncul—maksudku skandal, sepertinya tidak apa-apa.” Ucapan Chang Hyun langsung membuat Hyo Yeon dengan refleks memeluk tubuh manajer kesayangannya. Chang Hyun memang seorang manajer yang terbaik untuknya, pikirnya.
***
14th of June 2013, 18:58 K.S.T.
Lotte World, Seoul, South Korea
Hyo Yeon keluar dari mobil Jong Woon dengan tatapan tidak percaya ke arah loket tiket, astaga, kenapa tempat wisata dari negaranya benar-benar sangat ramai sekarang?
Padahal hari sudah mulai gelap, Hyo Yeon menghela napasnya dan begitu ia sadar Jong Woon sudah ada disampingnya, ia langsung menoleh ke arah laki-laki itu dan menatapnya lewat kacamata hitam merek Why Style yang ia pakai itu.
Jong Woon terlihat menghela napasnya, sepertinya ia juga menyadari betapa ramainya tempat itu, ia tidak ingin gadis itu menghilang karena bisa dipastikan mereka akan berdesakkan ketika akan membeli tiket masuknya, Jong Woon langsung menggenggam erat tangan Hyo Yeon.
“Oppa, bagaimana jika tidak usah saja?” ucap Hyo Yeon ragu, ia bahkan menggigit bibir bawahnya dengan pelan dan masih menatap ke arah laki-laki yang langsung menggelengkan kepalanya.
“Tidak, waktu itu bukannya kau mengajakku untuk jalan-jalan? Jadi, lebih baik kesempatan kali ini kita gunakan sebaik mungkin,” Jelasnya, Hyo Yeon mengangguk pasrah dan menghembuskan napasnya.
“Jangan melepas tanganku.” Lanjut Jong Woon, mereka pun berusaha berjalan santai ke arah loket tiket masuk itu. Untung saja rambutnya sudah dipotong sangat pendek ketika ia akan menjalani pelatihan wajib militernya waktu itu, jadi sangat sedikit kemungkinan untuknya ketahuan.
Mereka juga menyamar dengan memakai benda yang sama, semua serba hitam. Dari masker, kacamata dan topi, mereka berdua juga sengaja memakai baju yang sama—kaos berpasangan—agar mereka tidak dicurigai dan Hyo Yeon juga memasukkan rambut panjangnya ke dalam topi yang ia pakai.
Begitu sudah gilirannya, Jong Woon pun membeli dua tiket masuk dan segera keluar dari antrian itu, lalu berjalan menuju pintu masuk Lotte World, salah satu taman bermain terbesar yang ada di Korea Selatan. Jong Woon dan Hyo Yeon menghela napas leganya ketika mereka akhirnya bisa masuk ke dalam area itu tanpa diketahui oleh orang lain.
“Untung tidak ketahuan.” Ucap Hyo Yeon, ia mulai melihat-lihat ke sekitarnya. Memikirkan wahana apa yang sebaiknya ia naiki terlebih dahulu. Ia menghela napasnya, sepertinya lebih baik ia bertanya dengan Jong Woon saja.
“Oppa, mau menaiki yang mana dulu?” tanya Hyo Yeon sambil menoleh ke arah laki-laki yang juga sedang sepertinya, melihat-lihat. Tangan kecil Jong Woon menunjuk ke arah roller coaster yang berada sedikit jauh dari tempat mereka berdiri.
“Mau naik itu? Roller coaster?” tawar Jong Woon, dengan pengucapan bahasa inggris yang belum terlalu fasih. Hyo Yeon yang mendengarnya pun terkekeh kecil dan berpikir sebentar. Jadi, laki-laki ini menyukai permainan yang memacu adrenalin seperti itu?
“Oppa, memangnya kau tidak takut? Itu tinggi sekali.” Ucapnya, ia menatap tidak percaya ke arah Jong Woon. Laki-laki itu hanya tersenyum. Tapi, senyumannya mengatakan bahwa ia tidak takut sama sekali, membuat Hyo Yeon langsung mendengus geli lalu ia mengangguk.
“Baiklah. Tapi, kalau aku muntah, oppa harus bertanggung-jawab.” Ucapnya lagi. Jong Woon langsung mengangguk, lalu mereka berdua berjalan ke arah wahana yang akan mereka naiki itu.
Tapi, begitu akan mengantri, entah kenapa Hyo Yeon jadi merasa takut melihat kereta panjang yang sedang berjalan dengan cepat di atas rel-rel yang melengkung dan itu terlihat sangat mengerikan untuknya. Ia pun menarik pelan tangannya yang digenggam oleh Jong Woon.
“Oppa, bagaimana kalau kita naik yang mini saja? Roller coaster yang mini.. Hmm.. Cheogi! Cheogi!” Ajak Hyo Yeon, ia pun melihat ke sekitarnya dan akhirnya ia melihat wahana yang sama tapi dalam bentuk yang lebih kecil. Sepertinya yang itu tidak terlalu mengerikan untuknya.
Karena, Hyo Yeon memang tidak terlalu menyukai wahana yang memacu adrenalin. Ia lebih suka wahana yang tenang-tenang saja tidak menegangkan seperti itu.
Jong Woon berdecak dan langsung menepuk-nepuk topi yang Hyo Yeon pakai. “Kau takut kan?” tanyanya, Hyo Yeon langsung menggeleng lalu mendengus kesal.
“Enak saja! Aku hanya tidak ingin naik yang itu, oppa. Aku ingin yang mini saja. Kalau oppa tidak mau, biar aku saja yang naik sendirian.” Sambarnya cepat dengan nada merajuk. Ia mengelak kalau sebenarnya ia takut menaiki wahana itu. Jong Woon yang mendengarnya langsung terbahak. Mana mau ia meninggalkan Hyo Yeon seorang diri?
“Baiklah, kajja, kita naik yang itu saja. Tapi,” ucapan Jong Woon pun terpotong, membuat Hyo Yeon yang baru akan melangkahkan kakinya, refleks menoleh ke arahnya. Menatapnya heran. “ppoppo, kajja.” Pinta Jong Woo, ia menepuk pelan pipinya sendiri, Hyo Yeon pun memutar bola matanya dan menatapnya malas, belum apa-apa saja Jong Woon sudah meminta untuk menciumnya, astaga. Ia langsung menghela napasnya.
“Ini publik oppa!” Tolaknya cepat, Jong Woon langsung merengut dibalik masker hitam yang ia pakai.
“Ya! Memangnya kenapa? Kita kan sedang berkencan, masa tidak ada ciuman sih? Kecupan juga tidak apa-apa.” Penjelasan dengan nada polosnya membuat Hyo Yeon melotot dan detik itu juga gadis itu refleks menarik hidungnya. Ia langsung meringis kesakitan.
“Byeontae.” Ucap Hyo Yeon singkat, tapi ia tetap berjinjit sedikit—Jong Woon melarangnya memakai sepatu high heels, jadi ia hanya memakai flat shoes saja—dan ia pun mengecup pipinya dengan sekilas, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, benar-benar merasa sangat amat malu, sekalipun tidak ada orang lain yang memperhatikan mereka. (Mesum.)
Jong Woon langsung terbahak, ia mengusap-usap kepala Hyo Yeon dengan lembut. “Kajja.” Ajaknya, Hyo Yeon dan dirinya berjalan ke arah wahana yang tadi ditunjuk oleh Hyo Yeon.
Meskipun antriannya cukup panjang dan meskipun saat ini awal musim panas, tapi tidak bisa menurunkan kadar kebahagiaan yang Hyo Yeon rasakan. Ia baru kembali datang ke tempat ini bersama Jong Woon setelah empat tahun lamanya. Sebelum debutnya, ia dan Jong Woon memang sering datang ke tempat seperti ini atau tempat wisata yang lainnya. Ketika giliran mereka, untung saja keduanya mendapat bagian duduk ditengah, bukan di belakang atau di depan.
Dan, beberapa detik setelah permainan itu dijalankan, jeritan Hyo Yeon pun terdengar, membuat Jong Woon terbahak-bahak dan ikut berteriak meramaikan suasana. Untung saja sampai saat itu, tidak ada orang-orang yang menyadari kalau keduanya itu adalah artis, bahkan artis yang sedang ada dipuncaknya.
***
“Apa kau lapar?” sekarang keduanya sedang duduk dikursi taman yang panjang sambil memakan gulali kapas, meskipun sebelumnya Hyo Yeon sempat protes karena makanan itu berwarna pink, tapi ia tetap saja menuruti ajakan Jong Woon. Mereka berdua ingin bersenang-senang hari ini dan tidak ingin mengungkit hal-hal yang tidak penting, yang bisa membuat keduanya sedih.
“Tentu saja aku lapar.” Ucap Hyo Yeon, ia pun menatap ke arah Jong Woon sambil mengunyah gulali kapas.
“Padahal baru naik tiga wahana saja kau sudah lapar?” ucap Jong Woon lagi, ia sedikit berdecak seolah meledeki Hyo Yeon. Gadis itu hanya meliriknya tajam dan mengalihkan pandangannya, matanya tertuju pada stand penjual burger dan kentang goreng yang berada tidak jauh dari mereka berdua.
“Oppa.. Bagaimana kalau kita makan burger dan kentang goreng saja?” tawar Hyo Yeon, ia berusaha berbicara santai, tapi entah kenapa yang terdengar oleh Jong Woon adalah sebuah rajukan bahwa laki-laki itu harus menuruti kemauannya.
“Itu junk food, nanti kau bisa gemuk.” Tolak Jong Woon, Hyo Yeon pun cemberut, lalu memakan gulali kapasnya dengan kesal.
“Lalu aku makan apa? Aish, aku sudah kelaparan, kau tahu?” Balas Hyo Yeon, ia tetap menatap ke arah stand itu, Jong Woon menghela napas dan menoleh ke arahnya.
“Baiklah, baiklah. Hanya kali ini saja, arra? Dan porsinya harus sedikit, ini sudah malam, Hyo Yeon-ah.” jelasnya, Hyo Yeon hanya mengangguk asal. Yang penting ia bisa makan makanan kesukaannya itu disini, bersama dengan Jong Woon. Sekalipun hanya sedikit, pikirnya.
“Oppa, yang membelinya saja ya?” pinta Hyo Yeon dan lagi-lagi Jong Woon menghela napasnya, ia mengangguk dan menepuk-nepuk asal kepala Hyo Yeon, membuatnya langsung menggerutu. “Aish.”
Hyo Yeon refleks tersenyum ketika melihat Jong Woon yang sudah berjalan ke arah stand itu, menurutinya dan memesankan makanan kesukaannya, ia memang tidak begitu menyukai burger, tapi ia sangat mencintai kentang goreng, bahkan Hyo Yeon merasa wajahnya sudah hampir mirip dengan kentang goreng karena hampir setiap hari ia memakannya.
Hyo Yeon menoleh ke arah kanan dan kirinya, menghela napas, sepertinya ini terakhir kalinya ia mengunjungi tempat ini, besok-besok ia tidak akan bisa datang kesini lagi bersama Jong Woon. Besok-besok, ia bahkan tidak tahu bisa bertemu dengannya lagi atau tidak. Ia menghela napasnya dalam-dalam begitu hatinya kembali terasa sesak.
Hari ini Hyo Yeon ingin bahagia tanpa memikirkan hal-hal seperti itu, tapi kenapa otaknya dengan seenaknya tiba-tiba memikirkan hal itu? Ia mendengus kecil dan memaksakan sebuah senyuman senang ketika Jong Woon datang dengan beberapa kotak makanan, pesanannya tentunya. Ia bertepuk tangan kecil.
“Yeah, oppa jjang!” Ucap Hyo Yeon langsung mencubit pipinya setelah Jong Woon duduk disampingnya. Lalu, ia meletakkan kotak-kotak yang tadi ia bawa itu didekatnya. Jong Woon hanya mendengus geli melihat tingkah Hyo Yeon yang benar-benar seperti anak kecil. (Hebat!)
“Kajja, langsung makan.” Lanjut Hyo Yeon, ia langsung membuka semua kotak-kotak itu dan pertama, ia dan Jong Woon mulai memakan burgernya dengan gembira.
Meskipun hanya dengan makanan seperti itu, hal itu cukup membuat Hyo Yeon merasa bahagia. Karena, akhir-akhir ini ia dan kekasihnya jarang sekali makan bersama, apa lagi ditempat yang seperti ini.
Jong Woon tiba-tiba menyodorkan tiga potong kentang goreng ke arah Hyo Yeon, menyuruhnya untuk memakannya. Sontak, kedua pipiya langsung memerah karena sadar kalau laki-laki itu berusaha menyuapinya, ia mengangguk kecil dan memakannya.
“Mashitta!” Ucapnya riang, seperti anak kecil yang benar-benar terlihat polos, itu juga didukung dengan wajahnya yang seperti bayi dan kulit seputih susunya—sebenarnya lebih mendekati putih pucat—meskipun tubuhnya tidak mungil. Tapi, Hyo Yeon mempunyai semua hal yang menjadi tipe ideal untuk Jong Woon. Bahkan gadis itu juga mendapat beberapa nilai plus yang membuat Jong Woon semakin mencintainya. (Enak!)
“Oppa, habis ini, kau ingin menaiki wahana apa lagi?” tanya Hyo Yeon dan ia pun mengunyah gigitan terakhir di burger-nya. Jong Woon yang sedang menatap ke sekitarnya langsung menoleh ke arahnya dan menelan makanan yang tadi ia kunyah.
“Eo?” sahutnya, Hyo Yeon langsung mendengus. Jong Woon pun kembali teringat kalau ia ingin sekali membuat suatu kenangan dengan gadis itu disini, ia ingin memiliki beberapa fotonya dengan Hyo Yeon. Meskipun ia malah melarang para penggemarnya untuk memfoto dirinya sendiri.
“Aish, oppa!” Omel Hyo Yeon sambil memukul pelan lengan Jong Woon, tapi laki-laki itu malah terkekeh dan kembali menepuk-nepuk pelan kepalanya. Topi yang gadis itu pakai seolah sudah menempel dengan kepalanya.
“Bagaimana kalau naik bianglala saja? Bukannya itu romantis?” ucap Jong Woon. Saat mendengar kata 'romantis' mata Hyo Yeon langsung mengerjap beberapa kali. Lalu, matanya menyipit ke arah Jong Woon.
“Oppa, apa kau sedang berusaha menjadi orang yang romantis untukku saat ini?” tanyanya dengan penuh selidik, Jong Woon langsung terkekeh kembali. Ia pun menarik sebelah pipinya, membuat Hyo Yeon mendengus.
“Aku memang sudah romantis sejak dulu. Jadi, kau jangan mengelak.” Jelas Jong Woon. Hyo Yeon langsung merengut. Ia pun membereskan bekas makan mereka dan membuangnya ke tempat sampah.
“Kajja.” Ajak Jong Woon, ia langsung menggandeng tangan Hyo Yeon dan mereka berdua langsung berjalan menuju wahana bianglala yang cukup jauh itu.
***
Hyo Yeon sebenarnya tidak terlalu menyukai saat-saat seperti ini, sudah lama ia dan Jong Woon saling terdiam di dalam bianglala ini.
Meskipun bianglala itu berputar pelan dan harusnya ia bisa menikmati pemandangan indah dari atas saat malam itu. Tapi, entah kenapa perasaan sedihnya langsung menjalari hatinya, ia jadi memikirkan hal-hal yang tidak ingin ia pikirkan dulu sekarang ini.
“Oppa..” panggilnya pelan, menoleh ke arah Jong Woon yang duduk di kursi yang ada didepannya.
Jong Woon tidak bergeming, masih menatap ke arah luar kaca. Ia bisa dengan jelas melihat wajah laki-laki itu karena Hyo Yeon dan laki-laki itu sudah melepas kacamata ataupun masker yang tadi mereka pakai.
Jong Woon seolah sedang memikirkan sesuatu, Ya. Tentu saja, itu memang benar. Ia sedang memikirkan segala hal yang tanpa Jong Woon perintahkan sudah terputar didalam otaknya itu.
Jong Woon memikirkan, apa yang akan terjadi dengan Hyo Yeon kalau ia benar-benar disibukkan dengan wajib militernya itu? Dan bagaimana kalau gadis itu akan pergi darinya?
Memang, akhir-akhir ini tanda-tanda bahwa Hyo Yeon yang akan pergi darinya itu tidak ada. Tapi, ia mana tahu kan? Ia menghela napas.
“Kim Jong Woon!” Jong Woon seakan tersentak mendengar teriakan Hyo Yeon yang memanggil namanya itu. Ia langsung menoleh ke arah gadis yang sekarang sudah menatapnya tajam sambil merengut.
Bukannya ia balik marah, tapi malah tersenyum. Ekspresi wajah Hyo Yeon yang sekarang bisa membuatnya bernapas lega. Menurutnya, gadis itu sudah baik-baik saja sekarang, entah karena apa. Pikirnya. Kemudian, ia menjadi heran, benar. Kenapa Hyo Yeon berubah menjadi seperti ini setelah kemarin-kemarin ia menangis dengan sangat sedih itu?
“Mwoya?” sahutnya, membuat Hyo Yeon memajukan bibirnya yang terlihat lucu dimata Jong Woon.
“Nyanyikan aku sebuah lagu.” Pintanya. Jong Woon pun melotot dan menggeleng.
“Sirheo.” Tolaknya mentah-mentah. Hyo Yeon mendengus kesal dan mengalihkan tatapannya dari laki-laki itu. Melihatnya seperti itu, Jong Woon terkekeh kecil dan menatapnya lekat sambil bersiap untuk menyanyikan lagu untuk gadis yang dicintainya.
니가 아니면 안돼
Niga animyeon andwae
Dia tidak boleh jika dia bukan dirimu
너 없인 난 안돼
Neo eobshin nan andwae
Aku tidak boleh melakukannya tanpamu
나 이렇게 하루 한달을 또 일년을
Na ireohke haru handareul tto ilnyeoneul
Untuk sehari, sebulan, atau setahun seperti ini
Hyo Yeon refleks membulatkan matanya dengan lebar ketika ia mendengar suara laki-laki yang sangat ia cintai mengalun lembut ditelinganya. Ia langsung menoleh ke arah Jong Woon dan kembali terkejut saat melihat laki-laki itu sedikit berlutut ke arahnya, menatapnya dengan lembut dan tetap bernyanyi dengan penuh penghayatan.
Hyo Yeon langsung terpaku melihatnya, seakan dirinya berubah menjadi sebuah patung yang tidak bisa bergerak, tatapan mata Jong Woon benar-benar bisa menguncinya.
Hyo Yeon merasa sangat bahagia karena dapat mendengar suara Jong Woon yang menyanyikan sebuah lagu untuknya lagi, rasanya benar-benar sudah sangat lama laki-laki itu tidak menyanyikannya. Apalagi, ini adalah lagu yang amat ia sukai.
Disatu sisi, Hyo Yeon memang benar-benar bahagia dan merasa sangat spesial untuk Jong Woon. Tapi, disisi lain, ia merasa sangat sedih ketika ia menyadari satu hal. Satu hal yang membuatnya sesak, bahwa ia memikirkan. Ini yang terakhir kalinya mendengar suara laki-laki yang ia cintai menyanyikan lagu ini hanya untuknya dan setelahnya, ia akan pergi jauh.
나 아파도 좋아
Na aphado joha
Kamu tidak apa kalau aku terluka
내 맘 다쳐도 좋아 난
Nae mam dachyeodo joha nan
Aku tidak apa walau hatiku terluka
그래 난 너 하나만 사랑하니까
Geurae nan neo hanaman saranghanikka
Benar, karena aku hanya mencintaimu
[Ye Sung 'Super Junior' - It Has To Be You]
Jong Woon tersenyum manis dan menatap Hyo Yeon lekat-lekat dari jarak yang benar-benar hanya tinggal tiga senti saja, ia bahkan bisa mendengar helaan napas tercekat dari gadis itu, ia juga mendengar jantungnya dan jantung Hyo Yeon yang berdebar menjadi semakin cepat, meskipun Jong Woon merasa sangat bahagia bisa menatap Hyo Yeon dari jarak sedekat ini.
“Neo hanaman saranghanikka...” dan setelahnya ia langsung memegang kedua sisi kepala Hyo Yeon, lalu menyapu bibir gadis itu dengan bibirnya, Jong Woon mencium serta melumatnya dengan sangat hati-hati. Meskipun Hyo Yeon awalnya terkejut karena dinyanyikan tiba-tiba, dan dicium tiba-tiba seperti ini olehnya, Hyo Yeon akhirnya membalas ciumannya dengan lembut juga. (Karena aku hanya mencintaimu...)
Dan, ketika ciumannya pada Hyo Yeon menjadi semakin dalam, lagi-lagi airmata gadis itu mengalir. Seolah-olah gadis itu tidak suka dengan ciuman yang ia berikan. Bukan, Hyo Yeon bukannya tidak menyukainya, ia menyukai segala hal yang Jong Woon lakukan padanya, tapi hal yang ini benar-benar membuat hatinya sesak. Hyo Yeon benar-benar menyadari kalau ia akan pergi, ia baru ingat karena tadi siang ia sempat mencari-cari jadwal penerbangan yang cocok untuknya.
[Mamamoo - My Everything]
“Oppa, mianhae..” ucap Hyo Yeon pelan saat Jong Woon melepaskan tautan dibibirnya, ia langsung memeluk erat tubuh Jong Woon, seakan ia tidak ingin melepasnya untuk sedetik pun.
Hyo Yeon tahu pasti Jong Woon langsung khawatir padanya. Laki-laki yang tidak tahu apa-apa itu hanya mengangguk dan membalas pelukan dari Hyo Yeon dengan hatinya yang bertanya-tanya.
“Uljimayo, tidak ada yang harus kau takutkan.” Bisik Jong Woon lembut saat ia merasa Hyo Yeon kembali takut, ia juga tidak tahu gadis itu takut dengan apa atau siapa, ia langsung merasa khawatir saat ini. (Jangan menangis)
Jong Woon pun memejamkan matanya sekilas, gadis ini sedang menyembunyikan sesuatu lagi dan ia benar-benar tidak tahu apa itu.
Hyo Yeon hanya mengangguk kecil dan memejamkan matanya. Berusaha meredakan rasa sesak yang amat sangat dihatinya itu, berusaha menahan airmatanya supaya tidak keluar lagi.
Hyo Yeon seperti berada diambang keputus-asaan, ia harus memilih. Tapi, semua pilihan yang harus dipilihnya selalu saja membuatnya semakin tertekan.
Padahal sejak ia debut, Hyo Yeon hanya sedikit mempunyai masalah yang memberatkannya seperti ini. Ia tidak keberatan untuk tetap bertahan dengan laki-laki itu, karena, mempertahankan Jong Woon memang tidak terlalu berat untuknya, tapi jika ia harus melepaskan laki-laki itu, apa ia akan sanggup?
_T.B.C_
-2015.11.02
Maaf telat update!