CAMEO(s) :
__________________________________________________________________________________________________________________________
“Kumohon, jangan pernah berkata padaku kau akan pergi. Entah kapanpun itu, jangan pernah mengatakannya.”
–Kim Jong Woon–
17:44 PM G.M.T.
Malibu Beach, California, Los Angeles, USA
“Eonni! Aku kesana sebentar ya.” Ucap Jin Yeon pada manajernya yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri itu sambil menunjuk ke arah pantai, saat ini ia sedang berada di luar Korea Selatan, tepatnya di sebuah vila di pantai Malibu untuk syuting video klip. Begitu melihat manajernya mengangguk, ia langsung melangkahkan kakinya ke arah pantai. Saat kakinya menapak di pasir pantai, hatinya langsung merasa tenang, terutama saat ia mendengar deburan ombak yang terdengar indah.
Jin Yeon sudah lama sekali tidak melihat pantai karena jadwal performnya yang mencekik itu. Ia merentangan kedua tangannya dan memejamkan matanya sejenak untuk merasakan hembusan angin pantai yang sejuk, menghirup udara sebanyak yang ia bisa dan menghembuskannya perlahan. Ini sudah hari ketiga saat ia sampai di bandara Internasional Los Angeles dan ia sudah merindukan Kyu Hyun dari kemarin-kemarin. Jin Yeon pun mendengus dan membuka matanya. Memperhatikan suasana pantai yang membuat hatinya damai.
Tapi, ketika pikirannya itu teralih oleh bayangan saat Kyu Hyun melakukan tarian seksi pada beberapa penari latar wanita itu, hatinya langsung terasa sakit. Ia menghela napasnya dan berjalan menyusuri bibir pantai ini, membiarkan kakinya dijilati oleh ombak yang saling berkejar-kejaran.
Mungkin sekarang Kyu Hyun sedang tampil dengan para penari latar itu dan mungkin laki-laki itu benar-benar menikmatinya tanpa mengingatnya yang merindukan laki-laki itu disini. Ia kembali menghela napas, kenapa airmataku mudah sekali mengalir hanya karena seorang laki-laki yang bernama lengkap Cho Kyu Hyun itu sih? Gerutu Jin Yeon dalam hati.
Dari saat Jin Yeon tiba disini, Kyu Hyun sama sekali tidak ada kabar dan tidak meneleponnya. Mengiriminya pesan saja tidak, mungkin ia benar-benar sibuk dengan penari latar wanita yang seksi-seksi itu, meskipun laki-laki itu sudah mengatakan padanya bahwa itu hanya tuntutan pekerjaan dan ia juga sudah meminta Jin Yeon untuk percaya padanya, tapi tetap saja hati gadis itu terasa panas.
Siapa sih yang hatinya tidak panas jika kekasihnya itu menari dengan tarian yang sangat seksi dengan wanita lain? Jin Yeon merasa iri dengan Hyo Yeon, karena kekasih gadis itu tidak ikutan untuk tampil dengan penari latar wanita, malahan ahjeossi itu mempunyai solo stage untuk SS5 Seoul kali ini. Ia mendengus keras.
Memikirkannya saja sudah benar-benar membuatnya pusing kepala, Jin Yeon langsung berjalan kembali ke arah vila ketika ia merasa angin pantai sudah tidak bisa membuat pikirannya tenang lagi. “Jin Yeon-ah, kau harus makan dulu. Saat masih breaktime seperti ini.” Jelas Ji Won, ia hanya mengangguk dan duduk di sofa. Gadis itu pun membawakannya satu kotak makanan dan memberikannya.
Sebenarnya ia benar-benar tidak mempunyai napsu makan, lebih tepatnya napsu makannya sudah hilang sejak memikirkan Kyu Hyun itu. “Oh my god!” Jin Yeon refleks menoleh ke arah salah satu staff yang berteriak itu. Staff itu duduk tidak jauh darinya bersama kedua temannya sambil menatap layar laptopnya, sebelum syuting ia memang sempat berkenalan dengannya tapi sialnya Jin Yeon lupa namanya siapa, yang ia ketahui mereka itu menyukai Super Junior. Matanya langsung melotot saat mengingat sesuatu.
“Ya, eodiga?” tanya Min Sun saat melihatnya meletakkan nasi box yang ia pegang ke atas meja, ia tidak menggubris pertanyaan dari manajernya itu dan langsung bangkit dari duduknya, Jin Yeon pun menghampiri beberapa staff itu dan demi Tuhan, matanya seakan ingin keluar ketika layar laptop besar itu terlihat olehnya. Lebih tepatnya saat ia melihat Kyu Hyun tampil dengan para penari latar di SS5 Seoul.
“Astaga, dia benar-benar melakukan itu.” Jin Yeon langsung menutup mulutnya ketika tidak sengaja mengatakan hal itu. Ia harus tetap menyembunyikan identitasnya yang berstatus menjadi kekasih seorang Kyu Hyun member Super Junior itu.
“Mereka benar-benar keren sekali kan? Kau pasti juga menyukainya.” Jelas seorang staff wanita yang duduk di tengah itu. Sialnya, kenapa mata Jin Yeon tetap menatap layar laptop itu? Mereka tampil saat lagu Club No.1. Dan astaga, benar-benar ingin mati ya Kyu Hyun itu?! Jeritnya dalam hati. Ia melihat laki-laki itu menari tarian seksi dengan berganti-ganti pasangan. Dengan dua atau tiga penari latar wanita yang berpakaian seksi.
Napasnya langsung tercekat ketika melihat paha penari latar itu diraba oleh laki-laki itu, bahkan Jin Yeon merasa napasnya itu berhenti ketika laki-laki itu melewati penari latar itu dari bawah, diantara kedua kaki wanita-wanita seksi itu! Kyu Hyun benar-benar! Teriaknya dalam hati.
Jin Yeon mendengus kesal dan menghentakkan kakinya, berjalan cepat ke arah manajernya dan penata riasnya berada. “Habiskan makananmu.” Ucap Ji Won. Jin Yeon langsung menggelengkan kepalanya dan menghempaskan tubuhnya di sofa dengan kesal.
“Jin Yeon-ah, ada apa denganmu?” tanya Min Sun, ia langsung menghampiri Jin Yeon. Ia kembali menggeleng dan mengambil tasnya, lalu mencari ponselnya. Makhluk evil itu harus diberi pelajaran olehku. Pikirnya.
“Come on, syuting akan kembali dimulai.” Ucap produsernya tiba-tiba, Jin Yeon kembali mendengus keras. Ia baru saja mencari nomor Kyu Hyun dan hampir saja ia menelepon laki-laki itu, tapi ia harus melanjutkan syuting pembuatan video klipnya.
“Kajja.” Ucap Ji Won. Ia menghembuskan napas berat dan melempar ponselnya ke dalam tasnya. Sehabis syuting nanti, rasanya ia harus benar-benar mengomeli laki-laki itu. Kyu Hyun selalu bisa membuatnya sesak napas, bahkan saat ia berada jauh dari jangkauan penglihatannya itu, argh! Kesalnya dalam hati.
***
24th of March 2013, 06:37 AM K.S.T.
SFS Entertainment, Seoul, South Korea
“Ne, oppa. Aku baik-baik saja, sungguh.” Hyo Yeon masih menempelkan ponselnya didekat telinga saat van yang dikendarai oleh Chang Hyun berhenti di basement gedung agensinya. Sejak berangkat dari dormnya, Jong Woon meneleponnya dan menanyainya berbagai hal, untung saja laki-laki itu tidak memarahinya seperti kemarin lagi.
Dengan sebelah tangan, Hyo Yeon mencoba membuka seatbeltnya dan setelah berhasil membukanya, ia langsung merapikan penampilannya, lalu mengambil tas tangannya dan menyusul Chang Hyun yang sudah lebih dulu keluar dari dalam mobil.
“Kau ada di mana sekarang?” tanya Jong Woon, Hyo Yeon merasa kalau laki-laki itu mendengarnya menutup pintu tadi. Ia menghela napasnya, pasti laki-laki itu masih khawatir padanya karena kemarin yang Jong Woon lihat hanyalah ia yang menangis dan senyuman palsunya, tentu saja laki-laki itu menyadari senyumannya yang terlihat kaku itu. Hyo Yeon tersenyum kecil begitu melihat Chang Hyun mulai berjalan memasuki gedung, ia pun mengikutinya dari belakang.
“Aku harus latihan dance hari ini, oppa.” Jawabnya dengan nada seyakin mungkin. Padahal ia tidak mempunyai jadwal apa-apa hari ini, semoga Jong Woon tidak tahu jika ia sedang berbohong. Ia memasuki lift yang terbuka itu.
“Jadi kau tidak akan menonton konser tunggal Super Junior?” tanya Jong Woon lagi, Hyo Yeon tersenyum kecil lagi. Ternyata laki-laki itu percaya dengan kata-katanya tadi yang sebenarnya adalah sebuah kebohongan itu.
“Sepertinya aku tidak bisa datang, oppa. Aku sibuk sekali hari ini.” Jelas Hyo Yeon. Entah kenapa membohongi laki-laki itu seperti ini membuat hatinya sedikit tenang, padahal sekarang ia sedang menuju ke ruangan CEO agensinya. Hyo Yeon menahan tawanya ketika mendengar suara Jong Woon saat mengucapkan kata-kata dengan nada polos seperti itu.
“Aku tidak mau tahu, ini konser terakhirku, dan kau harus datang, Hyo Yeon-ah. Awas saja kalau kau tidak datang.” Ancam Jong Woon, baru saja tawanya akan meledak, tapi lift sudah terbuka kembali dan menampilkan suasana koridor yang sepi. Ini masih pagi, lagi pula, memang di lantai ini juga tidak banyak artis ataupun trainee yang berlalu-lalang, kecuali mereka yang mempunyai masalah atau akan membicarakan kontrak debutnya.
“Hyo Yeon-ah, kajja.” Ucap Chang Hyun, memintanya untuk berjalan lebih cepat. Hyo Yeon pun mengangguk.
“Oppa, aku sudah harus latihan. Mianhae.” Ucapnya pada Jong Woon di telepon dan Hyo Yeon langsung saja mematikan ponselnya, lalu meletakkannya ke dalam tas tangannya. Ia menatap Chang Hyun dan menghela napasnya. Rasa takut langsung menjalari tubuhnya begitu Hyo Yeon melihat pintu ruangan CEO agensinya itu.
“Kau tidak boleh takut, hadapi apapun yang terjadi, arra?” ucap Chang Hyun, seakan menyemangatinya. Hyo Yeon mengangguk lagi dan kembali menghela napasnya sebelum mengetuk pintu ruangan CEO agensinya itu beberapa kali.
***
Suasana mencekam, sepi dan terlihat dingin langsung menyambutnya begitu ia membuka pintu ruangan CEO agensinya ini, setelah beliau mengizinkan Hyo Yeon untuk masuk tentunya. Ia menghirup udara bebas dalam-dalam dan menyemangati dirinya sendiri, ia tidak boleh takut dan harus menghadapi apapun yang akan terjadi nanti.
Hyo Yeon pun berjalan pean ke arah Hyun Seok yang menunggunya, beliau duduk di kursi dengan meja kerja yang ada didepannya, serta laptop dan beberapa kertas di atas meja kerjanya itu.
“Duduk.” Ucapnya, terkesan dingin. Hyo Yeon pun mengangguk dan duduk di kursi yang berhadapan dengannya.
“Kau tahu kenapa aku memanggilmu untuk datang kesini, Hyo Yeon-ssi?” Hyo Yeon mengangguk lagi dan Hyun Seok hanya menatapnya dengan tatapan tajamnya itu.
“Choisonghamnida, sajangnim, Jalmothaesseumnida.” Hyo Yeon sedikit membungkukkan tubuhnya, tanda hormat, lalu menundukkan kepalanya, tidak berani untuk membalas tatapan Hyun Seok yang tajam. Terdengar laki-laki itu menghela napasnya.
BRAKK
“Aku tidak mengajarkan para artisku untuk selalu menundukkan kepala saat dia berbicara dengan CEO agensinya.” Penjelasan dari Hyun Seok, membuatnya langsung mengangkat kepalanya lagi dan tepat saat itu juga beliau meletakkan beberapa majalah dan koran tepat di hadapannya. Hyo Yeon menatap majalah dan koran-koran itu. Walaupun tidak semua covernya terdapat foto dirinya, tapi rata-rata pembahasan dan topik utamanya adalah skandal-skandalnya yang terjadi, mulai dari saat ia ketahuan dengan Jong Woon di luar dormnya, sampai saat ia menonton SS5 Seoul di area moshpit dan hanya memakai topi saja. Hyo Yeon menghela napas.
“Semua ini yang kau janjikan itu?! Iya?!” ucapnya dengan nada tinggi. Hyo Yeon langsung mengalihkan pandangannya dari majalah itu kearah Hyun Seok yang tiba-tiba menatapnya dengan tatapan marahnya. Gadis itu tahu beliau pasti sama pusingnya dengan manajernya, ia memang bukan penyanyi solo yang baik untuk agensi ini.
“Sajangnim, choisonghamnida. Bukan maksudku untuk melakukan hal itu. Aku juga tidak mengira hal itu akan terjadi.” Jelasnya. Hyun Seok menghembuskan napas kasar. Terlihat ia sedang mengontrol emosinya.
“Harusnya kau benar-benar memikirkannya dengan sangat baik-baik, Hyo Yeon-ssi. Apa ini semua balasan darimu untukku atas semuanya? Aku sudah membuat namamu terkenal hampir di seluruh dunia. Tapi, kau malah seenaknya membuat banyak skandal seperti ini. Kau pikir aku hanya akan mengurusi dirimu saja?” penjelasan panjang–lebar dari Hyun Seok membuat mata Hyo Yeon langsung berkaca-kaca.
Hyo Yeon tahu, ia sangat bodoh karena tidak memikirkannya dengan benar, tapi ia juga tidak ingin semua skandal ini terjadi. Ia ingin seperti artis normal lainnya, ia ingin seperti sepasang kekasih biasa saat ia dan Jong Woon sedang berdua.
Sakit rasanya kalau ia memikirkan ia hanya akan diakui oleh Jong Woon kalau sedang tidak berada di depan publik, benar-benar sangat sakit. Hyo Yeon bahkan harus rela melihat laki-laki itu dipasangan oleh wanita lain dari agensinya, ia juga harus rela menghindarinya dan menganggap tidak mengenal Jong Woon saat di depan kamera. Ia ingin protes tapi peraturan itu membuatnya tertekan.
Hyo Yeon kembali menatap koran-koran itu dan menghela napasnya, menekan kesedihannya serta airmatanya yang ditahannya itu sampai ke titik paling akhir, ia tidak boleh menangis.
“Jalmothaesseumnida, sajangnim. Ini semua memang kesalahanku, aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan bersungguh-sungguh.
“Aku tidak menyangka mereka semua akan langsung mengenaliku, aku tahu apa yang kulakukan itu benar-benar sebuah kesalahan yang sangat fatal.” lanjutnya. Ia benar-benar mengaku bahwa dirinya itu bersalah kali ini.
[Super Junior - In My Dream]
“Siapkan tiket pesawat untuk pergi dari Korea Selatan secepatnya sekarang, Hyo Yeon-ssi. Kau benar-benar sudah melanggar peraturan di agensi ini, aku sudah tidak bisa mentoleransinya lagi dan walaupun kau sudah menjalani hukumanmu, tapi semua itu sia-sia saja saat skandal ini datang, kau bahkan melanggar perjanjian yang kita sepakati, bukan? Jadi, benar. Semua ini adalah kesalahanmu yang semakin mempersulit dirimu.” Airmatanya langsung mengalir saat mendengar penjelasan dan perintah dari Hyun Seok. Tapi, begitu Hyo Yeon ingat ia ingin mencoba untuk bernegosiasi pada beliau, ia langsung menghapus airmatanya.
“Sajangnim, kau tidak mungkin langsung menyuruhku untuk keluar dari negara ini secepatnya juga, kan? Aku sedang dalam proses pembuatan mini album terbaruku.” Ucapnya dan Hyun Seok langsung terlihat berpikir, lalu tidak lama beliau menyeringai ke arah Hyo Yeon. Gadis itu langsung menghela napas berat.
“Apa kau sedang meminta sebuah keringanan padaku, Hyo Yeon-ssi?” Hyo Yeon langsung menggeleng.
“Maksudku, apa kau mau menerima kerugian jika mini album baruku itu hanya berhenti di tengah jalan saja? Kali ini, aku benar-benar akan menjauhinya kalau aku dapat meneruskan proses pembuatan mini album untuk comeback stage.” Jelasnya panjang–lebar.
Hyun Seok terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia mengerti dengan ucapan Hyo Yeon. Ia menghela napas lega ketika melihat ekspresi wajahnya yang sudah tidak terlihat marah seperti tadi lagi. Hyo Yeon merasa, seakan dirinya mempunyai sebuah harapan lagi.
“Tidak usah mengungkapkannya dengan terlalu rumit seperti itu, Hyo Yeon-ssi. Kau ingin mengatakan bahwa kau akan menunda kepergianmu dari Korea Selatan sampai kau selesai comeback stage, kan?” jelas Hyun Seok. Ah, dia benar-benar cerdas, pikirnya. Ia pun mengangguk.
“Jika memang kau benar-benar akan melakukannya dengan sangat baik dan akan menepatinya. Aku menyetujuinya, bulan Juli. Ya, di bulan itu kau sudah harus keluar dari agensiku.” Hyo Yeon langsung menatapnya tidak percaya, kenapa harus bulan Juli? Kenapa harus secepat itu? Sebulan setelah ia comeback stage? Saat ia sudah goodbye stage untuk mini album terbarunya itu?
“Sajangnim..” panggilnya dengan suara yang tiba-tiba tercekat, bahkan suaranya itu hampir menghilang. Hyo Yeon mengatur napasnya yang mulai sesak.
“Kau sedang berniat untuk bernegosiasi denganku, kan? Hyo Yeon-ssi? Kalau itu memang benar, hanya itu yang dapat kulakukan untukmu. Mau tidak mau seorang petinggi agensi juga harus ikut bertanggung jawab dengan semua hal yang telah terjadi,” Hyun Seok menghela napasnya.
“Aku sudah memberimu keringanan dengan menyarankan hal seperti itu. Jadi, apa lagi yang kau inginkan Hyo Yeon-ssi?” tanya Hyun Seok, membuat Hyo Yeon terdiam.
“Bukankah kau sendiri yang mengatakannya padaku bahwa kau akan keluar dari Korea Selatan saat ada skandal lagi? Dan semua yang kau ucapkan itu telah terjadi, skandal itu benar-benar sudah muncul dan kau benar-benar harus pergi dari dunia Entertainment.” jelas Hyun Seok dengan panjang–lebar lagi.
Hyo Yeon menghela napas beratnya, “Baiklah, aku akan melakukan seperti yang sajangnim perintahkan untukku. Terimakasih karena telah memberiku keringanan,”
“Tapi sajangnim,” Hyo Yeon menghela napas lagi.
“Biarkan aku tetap bersama Ye Sung-ssi sampai kepergianku dari Korea Selatan nanti, setidaknya sampai sehari sebelum aku pergi darinya.” Jelas Hyo Yeon. Ia berusaha menahan rasa sesak dihatinya, ketika ia mengatakan bahwa dirinya akan meninggalkan Jong Woon pada beliau. Hatinya seakan memberontak supaya ia tidak melakukan hal itu, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi sekarang, selain harus pergi dari Jong Woon.
“Kau harus pastikan kau akan pergi kemana lebih dulu, sebelum mengajukan permintaan seperti itu padaku, Hyo Yeon-ssi.” Balas Hyun Seok. Hyo Yeon menghela napasnya dalam-dalam.
“Aku sudah memikirkannya, aku juga tidak mungkin akan pergi ke Jepang. Yang harus kau tahu, aku akan pergi sangat jauh dari Korea Selatan.” Hyun Seok langsung menjentikkan jari telunjuknya seperti ia tahu sesuatu.
“Aku tahu kau pasti akan memilih kota London, baguslah jika kau akan kesana dan tidak ke Jepang.” Ucapnya. Hyo Yeon refleks terkejut ketika mendengar kata-katanya itu yang sangat tepat sasaran itu dan mau tidak mau ia mengangguk. Hyun Seok bisa menebak situasi dan pikirannya. Apa ia bisa membaca pikiran orang lain?
“Baiklah, kau tidak perlu aku berikan surat perjanjian kan? Aku akan menitipkan suratnya pada Chang Hyun-ssi ketika akan mendekati hari kepergianmu nanti. Eo, sebaiknya kau harus pergi sebelum akhir bulan Juli.” Hyo Yeon kembali menganggukkan kepalanya. Napasnya sudah tercekat sekarang dan ia merasa sangat sulit hanya untuk sekedar mengucapkan kata-kata.
“Ne, aku mengerti, sajangnim. Terimakasih banyak.” Ucap Hyo Yeon dengan nada sedikit terbata. Astaga, ia merasakan tubuhnya melemas saat mendengar ucapannya tadi itu.
Hyo Yeon benar-benar harus pergi dari negara yang penuh dengan kenangannya itu, ia harus melepaskan impiannya dan juga Jong Woon. Ia benar-benar tidak berpikir bahwa karirnya akan berakhir sebentar lagi.
Hyo Yeon pun memaksakan tubuhnya untuk bangkit dari duduknya. Ia membungkukkan tubuhnya sedikit untuk memberi hormat pada Hyun Seok dan ia langsung berjalan ke arah pintu ruangan ini. Setelah ia menutupnya, airmatanya mengalir lagi.
Hyo Yeon tidak bisa meninggalkan Jong Woon, benar-benar tidak bisa, ia ingin tetap bersama dengan laki-laki itu, tapi kenapa rasanya benar-benar sulit? Pikirnya. Hyo Yeon berjalan pelan dan terduduk di kursi panjang yang ada di koridor. Menatap kosong ke arah lantai dengan airmatanya yang mengalir deras.
“Hyo Yeon-ah!” Tiba-tiba saja Chang Hyun memanggilnya dan refleks berlari cepat menghampirinya, ia hanya menatapnya sayu tanpa menyahuti panggilannya itu, Hyo Yeon merasa dirinya sangat lemas dan seakan ia tidak hidup lagi, manajernya pun menatapnya khawatir, tapi ia hanya tersenyum kecil. Senyuman kesedihan yang selalu Hyo Yeon pakai saat ia benar-benar terpuruk dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain menyerah dan pasrah dengan keadaan yang memang sudah digariskan oleh Tuhan kepadanya.
“Oppa..” panggilnya pelan dan ia langsung memeluk tubuh manajernya. Tangisan kerasnya langsung pecah begitu saja saat laki-laki itu menepuk-nepukkan punggungnya, seakan laki-laki itu tahu apa saja yang ia bicarakan dengan Hyun Seok tadi. Seakan laki-laki itu mengerti dan ia berusaha untuk menenangkan Hyo Yeon.
“Oppa, mianhae.. jeongmal mianhae..” ucapnya lagi di tengah isakan tangisnya. Hyo Yeon benar-benar merasa bersalah pada Chang Hyun, karena tidak bisa mengerti manajernya yang sudah pusing dengan jadwalnya yang mencekik di tambah lagi dengan skandal-skandal yang tidak sengaja terjadi padanya itu.
“Hyo Yeon-ah, gwaenchanhayo. Semuanya pasti akan baik-baik saja, akan kembali seperti semula.” Ucap Chang Hyun yang tengah berusaha menenangkannya. Ya, semuanya akan baik-baik saja setelah aku pergi dari dunia yang selalu kuimpikan ini. Setelah aku pergi dari hidup Jong Woon oppa yang bisa membuatku seakan benar-benar merasa hidup. Ucapnya dalam hati.
Hyo Yeon mengangguk pelan, mengiyakan ucapannya itu dan merenggangkan pelukannya, lalu ia menatap sayu ke arah Chang Hyun. “Aku tahu itu, oppa memang manajer terbaikku.” Kata Hyo Yeon, ia memaksakan sebuah senyuman manis sampai-sampai matanya membentuk sebuah garis dengan airmata yang masih mengalir itu.
Hyo Yeon benar-benar terlihat menyedihkan. Semuanya terasa seperti hanya sebuah mimpi buruk, ia ingin berusaha untuk mengelak kenyataan pahit bahwa ia akan secepatnya pergi, tapi ia juga harus berusaha untuk mencoba menerima kenyataan dan masalah-masalah ini, meskipun ia merasa sesak dan sakit yang amat sangat, seperti rasanya Hyo Yeon tidak bisa berdiri tegap dan terasa ia sudah mati. Tapi, ia harus bisa menjalani semuanya, ia harus bisa menghadapi semuanya, menghadapi hal-hal yang membuatnya semakin sulit untuk bernapas.
***
17:37 PM K.S.T.
Olympic Gymnastic Arena, Seoul, South Korea
Selama konser berlangsung Hyo Yeon yang duduk di barisan depan kelas VVIP itu hanya terdiam sambil tetap mengayunkan lightstick bertuliskan nama Ye Sung dengan pelan, seakan ia tidak mempunyai tenaga saat ini.
Sebenarnya, Hyo Yeon memang benar-benar tidak bersemangat untuk menonton konser itu, tapi ia harus mendukung Jong Woon karena hari ini adalah hari terakhirnya berada di atas panggung. Bahkan ia sempat menangis ketika laki-laki itu menyanyikan lagu Gray Paper, membuatnya kembali ingat kepada apa yang telah ia lalui bersama Jong Woon, mengingat apa yang terjadi selama lagu itu dipromosikan, tepatnya yang terjadi pada saat di backstage Music Box bulan Februari lalu. Ia menghela napas, entah sudah yang ke berapa kali.
Meskipun konser berlangsung sangat ramai dan seisi stadium ini lebih riuh dari pada saat hari pertama kemarin, matanya tetap menatap lurus ke arah panggung, tepatnya menatap seorang Jong Woon, memperhatikan gerak-gerik laki-laki itu, tapi otak dan pikirannya tengah berlarian memutar kejadian yang membuat hatinya semakin sesak.
Kejadian pertama saat ia dan Jong Woon dipanggil oleh CEO agensi SM Entertainment, ia selalu mengingat semua kata-kata yang Young Min berikan kepadanya. Lalu, ketika ia sendirian di panggil oleh petinggi agensinya karena tertangkap oleh kamera stalker saat ia bersama Jong Woon di depan pintu dorm dan yang terakhir, yang baru saja terjadi tadi pagi. Yang menentukan hidup dan matinya, menentukan kelangsungan karirnya. Mata Hyo Yeon kembali berkaca-kaca ketika disadarkan oleh senyuman manis Jong Woon yang menatap ke arahnya.
Jong Woon berusaha seakan tidak terjadi apa-apa padanya, ia berusaha se-profesional mungkin menghibur para penggemarnya, padahal dalam hatinya Hyo Yeon tahu, Jong Woon masih mengkhawatirkannya. Laki-laki itu pasti merasa takut kalau ia akan meninggalkannya.
Meskipun Hyo Yeon yakin laki-laki itu tidak tahu kalau tadi pagi ia ke agensi karena di panggil oleh Hyun Seok, ia tahu kalau laki-laki itu bisa merasakan apa yang tengah ia rasakan, ia tahu Jong Woon juga merasakan sesak dan kesakitan di hatinya.
Tapi, tidak ada yang bisa Hyo Yeon lakukan lagi selain menjalani perintah petinggi agensinya, selain menjalani keadaan dengan pasrah. Mengingat bahwa ia akan benar-benar pergi dari hidup Jong Woon, membuat Hyo Yeon langsung menundukkan kepalanya sekilas ketika airmatanya mengalir dengan tiba-tiba, ia menghapusnya dengan cepat dan kembali memperhatikan laki-laki itu. Wajahnya terlihat ceria seakan ia memberitahu kepada Hyo Yeon bahwa semuanya akan baik-baik saja. Awalnya, gadis itu memang berpikiran seperti itu, tapi begitu skandal dan masalah yang banyak berdatangan padanya, ia benar-benar merasa semuanya akan berubah. Dengan dirinya yang tidak bersama dengan Jong Woon. Dan dengan Jong Woon, yang kehilangan dirinya.
Saat di akhir konser, Jong Woon yang berada di tengah panggung itu pun berjalan mendekati kelas VVIP dan berdiri tepat di depannya, membuat hatinya menjadi semakin sesak. Membuatnya harus menahan tangisannya ketika Hyo Yeon menatap wajah lelah laki-laki itu. Semua penggemarnya meneriaki namanya, kecuali dirinya. Hyo Yeon hanya terdiam dan menatap laki-laki itu. Otaknya masih memikirkan ucapan-ucapan dari Hyun Seok, tapi, begitu ia melihat Jong Woon yang tengah tersenyum manis tepat ke arahnya, ia merasa saat itu juga ia terpaku. Ia ingin mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu tapi ia tidak bisa. Dan pikiran-pikiran itu mulai memenuhi otaknya.
Pikiran-pikiran tentang laki-laki yang sekarang tengah melambai-lambaikan tangan ke arahnya dan ke arah para penggemarnya yang ada di sekitar Hyo Yeon, sanggupkah ia kalau sehari saja tanpa laki-laki itu? Sanggupkah ia jika harus melepasnya dan pergi darinya? Ia terus memikirkan hal itu, ia tidak menyadari Jong Woon yang menatapnya dengan tatapan heran.
Hyo Yeon terlihat terdiam, tadinya memang ia menatap laki-laki itu, tapi saat ia berhasil mengalihkan pandangannya, ia menatap ke arah panggung dengan tatapan kosong, seolah benar-benar ada sesuatu yang hilang dari dalam diri Hyo Yeon dan laki-laki itu tidak tahu apa yang hilang itu.
Hyo Yeon bahkan tidak sadar ketika Kyu Hyun yang terpeleset dari panggung berjalan itu, biasanya ia akan menertawakan laki-laki itu, biasanya ia langsung ingat pada adiknya yang bernama Jin Yeon ketika ia melihat laki-laki itu. Tapi, tidak untuk hari ini.
Pikirannya terus dipenuhi oleh berbagai pertanyaan dan berbagai hal yang membuat hatinya benar-benar terasa sangat sakit. Seakan organ dalamnya itu di ambil paksa saat ia masih sadar dan tanpa di bius dahulu. Napasnya terasa tercekat saat Hyo Yeon ingin menghirup udara bebas, matanya yang masih berkaca-kaca terlihat memerah.
“Kau kenapa?” tepukan dipundaknya oleh Dong Hwa berhasil membuat Hyo Yeon kembali tertarik ke dalam kenyataan, membuatnya menghela napas dan tersadar dari semua hal-hal yang sedang ia pikirkan. Hyo Yeon menoleh ke arah kakak tirinya dan memaksakan sebuah senyuman, lalu menelan ludahnya dengan susah payah, menelan semua kesedihan dan airmata yang akan terjatuh itu dengan bulat-bulat.
“Aniya, aku tidak apa-apa.” Ucap Hyo Yeon, ia sedikit menggeleng dan kembali menatap ke arah panggung. Ia tidak sadar kalau konser benar-benar sudah selesai, astaga selama itukah ia memikirkan masalahnya itu?
Matanya kembali menatap Jong Woon yang berada tidak jauh darinya, laki-laki itu berdiri di atas panggung sambil memperhatikan ke berbagai penjuru stadium yang masih ramai ini.
Laki-laki yang telah menjadi bagian dari hidupnya entah sejak kapan dan sampai kapan itu, untuk saat ini membuatnya sulit untuk bernapas saat Hyo Yeon tahu bahwa dirinya akan pergi dari laki-laki itu, meninggalkan segala kenangan yang telah mereka ukir selama ini.
Jong Woon yang sejak konser dimulai memang sedikit merasa gelisah itu pun mengingat ucapan dari Hyo Yeon yang mengatakan jika gadis itu sibuk dan tidak bisa datang. Tapi, ia terkejut ketika melihat sosok gadis itu dibarisan depan kelas VVIP, memakai bandana bertuliskan Ye Sung dalam hangul dan mengayunkan lightstick dengan tulisan yang sama.
Membuatnya sedikit lega, setidaknya gadis itu datang dan melihatnya di konser ini, setidaknya ia duduk di sebelah kakak tirinya, Dong Hwa. Sehingga tidak ada skandal lagi yang akan muncul, tapi kenapa gadis itu memakai atribut tentangnya? Apakah itu tidak menimbulkan skandal? Jong Woon menggelengkan kepalanya pelan. Ia benar-benar tidak bisa menebak apa yang terjadi pada Hyo Yeon.
Meski konser berlangsung dengan baik, cedera yang ia alami itu juga sudah membaik, tapi tidak dengan keadaan hatinya yang seperti telah mengalami kehancuran, ia benar-benar merasa ada yang aneh, ada yang janggal.
Tapi, ia tidak tahu apa itu, Jong Woon menghela napasnya dan saat session talk, saat semua member Super Junior itu berkumpul kembali—sebelumnya mereka berpencar ke sekeliling panggung untuk menghibur para penggemarnya—matanya menatap Hyo Yeon, tepat dimatanya karena jarak panggung dengan gadis itu terbilang tidak terlalu jauh. Ia bisa melihat dengan jelas gadis itu.
Jong Woon menyadari tatapan Hyo Yeon yang terlihat kosong, membuat hati dan pikirannya bertanya-tanya, ada apa dengannya? Hyo Yeon terlihat seperti memikirkan atau melamunkan sesuatu, Jong Woon bahkan sedikit tidak fokus saat beberapa member memanggilnya, ia hanya tersenyum kecil saja.
Saat Encore dan saat session talk ending itu, Jong Woon yang disuruh untuk melakukan gwiyeomi itu juga tidak berhasil membuat Hyo Yeon tertawa, gadis itu hanya tersenyum miris saja, padahal Dong Hwa yang duduk disampingnya sudah terbahak.
Hyo Yeon tidak bisa tertawa sekarang, tersenyum dengan sepenuh hati saja tidak bisa. Ia benar-benar merasa keadaannya sedang terpuruk dalam kesedihan dan keadaan yang tertekan yang harus ia hadapi.
Dan saat satu per satu para member Super Junior kembali mengucapkan kata-kata mereka, Jong Woon terlihat menangis, karena ia sadar hari ini dan kali ini adalah konser tunggal terakhir yang bisa ia lakukan.
Jong Woon akan segera melakukan wajib militer bulan Mei nanti, sebenarnya ia tidak rela meninggalkan penggemarnya dan Hyo Yeon tentunya. Tapi, karena umurnya yang mengharuskannya untuk melakukan wajib militer, Jong Woon hanya bisa menjalaninya saja.
“Ini bukan selamat tinggal untuk selamanya.” Ucap Jong Woon, ia menatap ke segala arah stadium, menatap ke semua para penggemarnya yang berada di dalam gedung yang luas itu.
Bahkan ia juga menatap ke arah Hyo Yeon yang juga sudah menangis itu dengan lama, hatinya seakan benar-benar hancur melihat gadis itu menangis dalam diam. Mengetahui bahwa Jong Woon tidak bisa memeluknya dan menenangkannya membuat napasnya tercekat. Ia pun berusaha menghela napas dalam-dalam, begitu airmatanya keluar lagi, semua member Super Junior yang berada di dekatnya langsung menghampirinya dan memberinya pelukan hangat.
“Tidak ada yang lebih baik dari anggota kami, silahkan mengawasi anggota kami, sejak acara SS5 telah dimulai,” Jong Woon menghela napas lagi.
“Jangan melupakan aku.” Lanjutnya, ada dua tujuannya kenapa ia mengucapkan kalimat itu. Pertama, ia memang benar-benar ingin mengatakan hal itu untuk para penggemarnya yang setia padanya sampai saat ini, dan untuk yang kedua. Kata-kata itu jelas tertuju untuk Hyo Yeon yang masih menitikkan airmata, entah kenapa ia merasa bahwa saat ini adalah hari terakhirnya dengan gadis itu, ia merasa bahwa ia akan meninggalkan Hyo Yeon sebentar lagi, gadis itu pun juga merasa bahwa kata-kata itu untuknya. Jika ia benar-benar akan segera pergi, Jong Woon seakan memohon pada Hyo Yeon untuk tidak melupakan dirinya, untuk tetap menghubunginya agar laki-laki itu bisa bernapas dengan baik meskipun Hyo Yeon tidak lagi ada disisinya.
Tangisan Hyo Yeon benar-benar pecah ketika ia menatap ke arah Jong Woon yang dipeluk oleh semua anggota Super Junior itu, laki-laki itu menangis terisak, sama seperti dirinya. Ia pun segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar tangisannya benar-benar tidak terdengar oleh orang lain.
Dong Hwa langsung merangkul pundaknya dan mengusap-usapnya dengan pelan. Laki-laki itu berusaha menenangkan gadis itu meskipun kakak tirinya itu tahu bahwa Hyo Yeon tidak bisa tenang, setidaknya untuk saat ini karena gadis itu tetap menangis dengan airmata yang mengalir deras.
Hyo Yeon memaksakan diri untuk ikut menyanyikan lagu It Has To Be You yang menggema di dalam stadium ini, Kyu Hyun yang awalnya menyanyikan lagu itu dan ELF pun mengikutinya, membuat Jong Woon menangis lagi karena dari sekian ribu penggemarnya yang menyanyikan lagu itu untuknya. Ia bahkan bisa mendengar suara gadis itu yang menyanyikan lagu itu dengan terputus-putus karena isakan tangis Hyo Yeon.
Membuatnya merasa kesulitan bernapas ketika ia mendengarnya. Membuat Jong Woon ingin langsung berlari ke arah gadis itu dan memeluknya, tapi ia tidak bisa, ia tidak boleh melakukan hal itu. Ia tidak ingin Hyo Yeon benar-benar putus asa. Makna lagu itu benar-benar membuat hati Hyo Yeon dan Jong Woon sesak, gadis itu merasa jika ia tidak membutuhkan siapapun kecuali Jong Woon, ia hanya membutuhkan laki-laki itu, hanya ingin melihat dan terus bersama dengan laki-laki itu.
Hyo Yeon merasa bahwa walaupun dirinya dilahirkan kembali, hidup kembali, rasa yang ada dihatinya untuk Jong Woon akan tetap sama, bahkan akan terus bertambah. Sedangkan Jong Woon, laki-laki itu rela terluka demi Hyo Yeon, agar gadis itu tidak merasa berada dalam kesulitan lagi. Jong Woon selalu ingin melihat gadis itu setiap hari, tapi peraturan yang membuat Hyo Yeon kesulitan membuatnya harus pasrah oleh keadaan.
Ketika lagu terakhir itu selesai, semua member Super Junior kembali berpencar, Jong Woon pun melangkahkan kakinya mengelilingi sisi panggung yang berada di dalam stadium ini, ia melambaikan tangannya ke segala arah, berusaha tersenyum manis walaupun hatinya masih sesak, walaupun airmatanya kembali terbendung di kelopak mata sipitnya itu. “Gamsahamnida.” Ucap Jong Woon, berterimakasih kepada para penggemarnya yang selalu ada untuknya selama ini, sampai saat ini, saat ia berdiri tepat di tengah panggung. Matanya menatap sedih kepada penggemar yang meneriaki namanya dan ia pun mengedarkan pandangannya ke seisi stadium, tapi matanya tetap kembali melihat ke arah Hyo Yeon yang juga memperhatikannya sejak tadi.
Jong Woon membungkukkan tubuhnya beberapa kali pada para penggemarnya dan mengucapkan kata terimakasih beberapa kali. Ketika Jong Woon bersujud, airmata Hyo Yeon benar-benar mengalir deras, dengan tanpa suara ia menangis sesenggukan, gadis itu benar-benar menyadari bahwa laki-laki itu akan pergi darinya, meskipun laki-laki itu masih bisa bertemu dengannya dan menemuinya, tapi Hyo Yeon sudah tidak diizinkan untuk bertemu dengan Jong Woon lagi. Untuk melihat dan menatap, bahkan mendengar suara laki-laki itu lagi. Membuat Hyo Yeon kembali sulit bernapas, bahkan sekarang napasnya seperti terengah-engah.
Jong Woon yang sekarang berdiri di sisi kanan panggung utama itu langsung menangis saat ia melihat Hyo Yeon kesulitan bernapas, ia benar-benar tidak bisa menolongnya saat ini. Seakan ada jarak yang terlihat sangat nyata, yang terbentang luas ditengah dirinya dan gadis itu. Ryeo Wook yang melihatnya pun memeluknya erat dari belakang dan meyakinkan dirinya bahwa Hyo Yeon akan baik-baik saja karena ada Dong Hwa disamping gadis itu dan setelah ia menghela napas berat. Jong Woon pun mengangguk kecil, melambaikan tangannya kepada para penggemarnya dan mereka berdua kembali ke backstage.
***
1st of May 2013, 16:49 PM K.S.T.
Mouse & Rabbit Cafe, Seoul, South Korea
Jong Woon kembali menghela napasnya ketika ia menoleh ke arah pintu kafenya yang terbuka dan harapannya kembali pupus. Laki-laki itu selalu berharap Hyo Yeon akan datang menemuinya setiap hari dan mengabarkannya. Karena itu, ia selalu menoleh saat pintu kafenya terbuka. Ini sudah lebih dari sebulan dirinya tidak melihat Hyo Yeon, gadis itu seakan menghilang entah kemana, ia juga tidak bisa menghubungi nomor ponsel gadis itu. Tapi, anehnya pesan yang selalu ia kirim untuk gadis itu selalu terkirim, tapi tidak ada balasan sama sekali. Jong Woon kembali melayani pembelinya yang kebanyakan adalah para penggemarnya.
Lima hari lagi, ia akan mendapat pelatihan untuk wajib militernya selama lima minggu dan setelah itu, ia tidak tahu bisa bertemu dengan Hyo Yeon lagi atau tidak. Karena menurutnya, wajib militer itu pasti akan sibuk, meskipun ia diletakkan di level empat yang artinya, Jong Woon ditempatkan khusus untuk pelayanan masyarakat, jadi ia tidak diharuskan langsung ikut turun tangan seperti tentara biasanya.
Ting!
“Selamat dat—” baru saja Jong Woon akan mengucapkan kata selamat datang ketika pintu kafenya itu terbuka. Tapi, ketika ia mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah pintu itu, kata-katanya langsung terputus begitu saja saat ia melihat sosok gadis yang sangat ia rindukan tengah melambaikan tangannya ke arahnya dan tersenyum manis.
“Oppa!” Teriak Hyo Yeon dengan nada riang, membuat seisi kafe itu langsung menatap kearahnya dan terkejut. Jong Woon terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha menganggap semua ini adalah mimpi, kalau pun benar ini mimpi ia rela tidak terbangun dari mimpi itu selamanya. Tapi, begitu ia memperhatikan gadis itu yang sekarang sedang berjalan ke arahnya dan tepukan di pundaknya oleh Jong Jin itu, Jong Woon seakan tersadar bahwa semua itu kenyataan dan bukan sebuah mimpi yang ia kira itu.
“Hyo Yeon-ah, kenapa kau bisa ada disini?” refleks ia bertanya ketika gadis itu sudah berdiri di depan meja kasir, tapi Hyo Yeon tidak ada di barisan antrian dan meskipun Jong Woon memerintahkan para penggemarnya tidak memotretnya dengan blitz kamera, masih saja ada yang memakai blitz itu seperti saat ini. Mereka memotret Hyo Yeon dengan cekatan.
Hyo Yeon hanya tersenyum, “Aku ingin memberikan ini untuk abeoji, di mana dia?” ia malah bertanya balik, Hyo Yeon menunjukkan sebuah tas karton yang berukuran sedang. Begitu penggemarnya mulai mendekati Hyo Yeon, Jong Woon langsung meminta Jong Jin untuk mengambil alih kasir dan ia langsung keluar dari ruang kasir itu, lalu menghampiri gadis itu.
“Ikut aku.” Ucap Jong Woon, ia langsung menarik tangan Hyo Yeon dan berjalan ke arah tangga, menaiki tangga itu dan kembali melangkahkan kakinya menuju kamar yang ada di lantai tiga.
“O-oppa! Pelan-pelan, tanganku sakit tahu!” Protes Hyo Yeon, tapi Jong Woon tetap berjalan dan tidak melepaskan tangannya, seakan menyeret gadis itu. Membuat Hyo Yeon menggerutu kesal sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman erat laki-laki itu. Ia terpaksa mengikuti langkah kaki Jong Woon yang panjang dengan sebelah tangannya yang masih memegang tas karton itu.
CKLEK
BRAKK
[Ye Sung 'Super Junior' - It Has To Be You]
Setelah Jong Woon membuka pintu kamar, ia langsung menutupnya kembali saat Hyo Yeon sudah berada di dalam kamar itu. Laki-laki itu menghela napas lalu menatap tajam ke arah gadis itu, tapi gadis itu hanya membalas tatapan tajamnya dengan tatapan heran.
“Oppa, waeyo?” tanyanya dengan polos. Jong Woon pun menjitaknya dengan keras. Membuat Hyo Yeon langsung mengaduh kesakitan lalu mengusap-usap kepalanya itu.
“Kenapa katamu? Kemana saja kau selama sebulan lebih ini, hah? Teleponku tidak diangkat, pesanku tidak kau balas dan kau juga menon-aktifkan akun media sosialmu. Kupikir kau benar-benar sudah menghilang ditelan bumi, Hyo Yeon-ah.” Omel Jong Woon dengan panjang–lebar.
Hyo Yeon merengut, “Aku kan sedang sibuk dengan mini album terbaruku, oppa. Lagi pula, sekarang aku sudah disini. Kau pasti merindukanku ya?” ucapnya, ia menaik-turunkan sebelah alisnya bermaksud untuk menggoda Jong Woon. Laki-laki itu menghela napasnya lagi.
“Tentu saja aku merindukanmu, tapi kenapa kau malah baru muncul sekarang, hah? Bahkan aku hampir mati saat aku tidak bisa tahu di mana dirimu berada, Hyo Yeon-ah.” Jelas Jong Woon. Hyo Yeon yang mendengarnya pun mendengus geli dan tersenyum senang, seakan ia tidak memiliki beban atau masalah sama sekali.
“Oppa, kau sangat cerewet!” Rajuk Hyo Yeon, ia merengut lagi membuat Jong Woon gemas melihatnya, laki-laki itu langsung mencubit kedua pipi gadis itu dengan sedikit keras. Hyo Yeon langsung menjerit kesakitan.
“Apheuda!” Jong Woon hanya terkekeh mendengarnya. Sedetik, ia menarik tubuh Hyo Yeon dengan pelan, mendekapnya erat, lalu Jong Woon mengecup puncak kepala gadis itu dengan lembut, mencurahkan semua rasa rindunya yang terasa sudah meluap itu.
“Terimakasih karena sudah membuatku sulit bernapas karena merindukanmu.” Ucapannya itu membuat kedua pipi Hyo Yeon langsung memerah. Gadis itu langsung memukul pelan dada Jong Woon.
“Kau berlebihan,” ucap Hyo Yeon, sedikit mendongakkan kepalanya ke atas, ia menatap Jong Woon dari jarak yang sangat dekat dan ia menghembuskan napas leganya. Meskipun ada kantung mata yang terlihat jelas di kedua mata sipit laki-laki itu, tapi ia merasa lega karena ia bisa melihat laki-laki itu lagi.
Usahanya selama ini tidak sia-sia dan waktunya di negara ini hanya tinggal dua bulan kurang. Hyo Yeon menghela napas ketika hatinya kembali terasa sesak, seharusnya ia tidak boleh mengingat kapan ia diharuskan untuk pergi dari Korea Selatan itu.
“Jika oppa kesulitan untuk bernapas, kau sudah mati saat ini.” Ledeknya dan Jong Woon kembali mencubit pipinya, kali ini lebih keras, membuatnya langsung meringis kesakitan dan memukuli dada Jong Woon.
“Omona, kenapa oppa jahat sekali padaku?!” protes Hyo Yeon dengan sedikit berteriak, ia mengusap-usap pipinya yang memerah karena dicubit oleh Jong Woon. Laki-laki yang melihatnya seperti itu hanya terkekeh, kekehan yang membuat orang lain yang mendengarnya itu tersenyum sangat senang. Kekehan yang menyiratkan rasa bahagia. Ya, ia benar-benar sangat bahagia karena bisa melihat Hyo Yeon lagi.
“Kau yang lebih dulu jahat padaku.” Balasnya, ia pun memanyunkan bibirnya, bermaksud merajuk, tapi Hyo Yeon yang melihatnya langsung tertawa karena wajah laki-laki itu benar-benar terlihat sangat lucu, Hyo Yeon pun mengecup bibirnya dengan sekilas, membuatnya langsung membulatkan mata sipitnya itu dengan lebar.
“Ya!” Refleks laki-laki itu berteriak dan menatap tajam ke arah Hyo Yeon.
“Oppa, ayo kita jalan-jalan.” Ajak Hyo Yeon tiba-tiba dan Jong Woon langsung mengeryitkan keningnya dan tatapannya itu berganti dengan tatapan heran yang ia arahkan ke Hyo Yeon. Tapi, gadis itu hanya tersenyum manis dan sedikit menyengir membalas tatapan herannya itu.
“Ayolah, aku ingin jalan-jalan, kebetulan aku tidak ada jadwal apa-apa hari ini.” Jelasnya. Jong Woon pun menghela napasnya, masalahnya hari ini ia sudah berjanji untuk membantu ibunya menjaga kafe ini. Ia mengelus pipi Hyo Yeon yang selembut bayi itu dengan pelan.
“Mianhae, aku tidak bisa, Hyo Yeon-ah. Aku sudah berjanji pada eommonim untuk menjaga kafe ini.” Ucap Jong Woon, ia menatap ke arah Hyo Yeon dengan lekat. Gadis itu menghela napas dan mengangguk, lalu memaksakan sebuah senyuman manis.
Padahal, ia ingin sekali jalan-jalan dengan Jong Woon sebelum dirinya benar-benar harus sibuk dengan comeback stage-nya, sebelum Jong Woon pergi untuk pelatihannya, sebelum Jong Woon wajib militer. Ia kembali menghela napasnya.
“Arraseo, kalau begitu aku akan membantumu menjaga kafe saja.” Ucapan Hyo Yeon itu membuat Jong Woon menatapnya dengan tatapan tidak percaya, ia langsung mencubit pipi gadis itu lagi. Apa Hyo Yeon tidak takut dengan skandal-skandalnya itu?
Jong Woon pun menggelengkan kepalanya pelan, ia tidak ingin skandalnya dengan Hyo Yeon bertambah lagi, ia benar-benar tidak ingin membuatnya kesulitan bahkan menangis sampai sulit untuk bernapas lagi.
“Andwae!” Tolaknya. Hyo Yeon langsung cemberut, ia langsung memutar otaknya, apa Jong Woon sedang tidak ingin bertemu dengannya hari ini? Tapi, tadi laki-laki itu bilang bahwa ia merindukan Hyo Yeon.
“Oppa selalu melarangku dalam berbagai hal,”
“Itu aku lakukan untuk kebaikanmu juga, Hyo Yeon-ah.” Jelas Jong Woon.
“Kalau begitu cium aku disini saja jika aku tidak boleh melakukan apa-apa.” Ucap Hyo Yeon lagi, dengan nada santai, membuat kedua mata sipit Jong Woon melebar.
“Oppa tidak mau? Sangat jarang kan aku memintanya lebih dulu?” tanya Hyo Yeon dengan nada polos.
Jong Woon memejamkan matanya sekilas, gadis ini benar-benar sulit ditebak. Hyo Yeon langsung menundukkan kepalanya, entah kenapa tiba-tiba airmatanya itu ingin keluar, tapi ia harus menahannya.
Menurutnya kalau tidak bisa jalan-jalan setidaknya ada satu hal yang bisa Hyo Yeon kenang sebelum laki-laki itu wajib militer, ia tahu jika ia meminta untuk ikut menjaga kafe pasti langsung ditolak mentah-mentah oleh laki-laki itu, karena itu ia meminta hal lain.
Jong Woon mengeryitkan keningnya heran, ia merasa sikap Hyo Yeon terlihat berbeda hari ini, biasanya gadis itu selalu menatapnya jika mereka sedang mengobrol, tapi kenapa sekarang Hyo Yeon malah menundukkan kepalanya seperti itu?
“Ya, ada apa denganmu?” tanya Jong Woon, ia memegang kedua pundaknya sambil berusaha mengarahkan wajah gadis itu agar menatapnya. Ia menghela napasnya saat menyadari kalau permintaan Hyo Yeon yang satu itu harus dituruti.
“Angkat kepalamu, tatap aku.” Ucapnya, tapi gadis itu tidak menggubrisnya. Jong Woon kembali menghela napas dan langsung memegang tengkuk Hyo Yeon dengan kedua tangannya.
“O-oppa.” Refleks Hyo Yeon sedikit mendongakkan kepalanya ketika salah satu tangan laki-laki itu memegang dagunya dan memaksanya agar menatapnya. Detik itu juga, Jong Woon langsung menciumi bibir Hyo Yeon dengan lembut. Ia memperlakukan Hyo Yeon dengan lembut dan perlahan, benar-benar ciuman manis yang sarat akan perasaan yang penuh.
Hyo Yeon pun membalas ciuman itu dengan lembut juga, ia pun mengulurkan sebelah tangannya dan memegang tengkuk Jong Woon dan keduanya perlahan menutup mata mereka, menikmati setiap rasa yang muncul ketika bibir mereka berdua saling bertautan, ketika ciuman itu semakin dalam, Hyo Yeon sudah tidak bisa menahan airmatanya lagi, Jong Woon sangat memperlakukannya dengan lembut, seakan-akan dirinya adalah sebuah porselen yang harus laki-laki itu jaga dengan sangat baik. Ia menangis disela-sela ciumannya dengan laki-laki itu.
Ini benar-benar terasa seperti yang terakhir untuknya, ia merasa setelah ini ia sudah tidak bisa bersama dengan Jong Woon lagi. Airmatanya terus turun dengan deras, tapi ia hanya menangis dalam diam dan tetap menutup matanya. Jong Woon yang merasakan airmata Hyo Yeon yang mengalir dibibir gadis itu pun refleks membuka matanya dan ia langsung terkejut ketika menatap Hyo Yeon dengan jarak yang sangat dekat seperti itu, ia pun melepaskan ciumannya.
“Hyo Yeon-ah.” Panggil Jong Woon dengan nada pelan sekaligus khawatir. Ia benar-benar terkejut melihat gadis itu tiba-tiba menangis, Jong Woon memegang kedua pundak gadis itu.
“Kau kenapa? Katakan padaku, ada apa denganmu, Hyo Yeon-ah?” Hyo Yeon yang merasa pundaknya diguncang itu pun membuka kedua matanya yang terpejam itu, menampilkan sebuah senyuman sedih dan dari sorot matanya, Jong Woon merasa dirinya seakan benar-benar jatuh dari lantai teratas sebuah gedung yang tinggi. Ia langsung bisa merasakan apa yang gadis itu rasakan hanya dengan sorot mata Hyo Yeon yang menyiratkan kesedihan, keputus-asaan, dan rasa tertekan yang gadis itu tengah alami.
“Oppa, aku tidak apa-apa,” ucap Hyo Yeon pelan, Jong Woon langsung kembali memeluknya dengan sangat erat, saat itu juga Hyo Yeon kembali menangis, bahkan ia menangis dengan sangat keras dan sesenggukan. Membuat Jong Woon merasa semakin khawatir.
“Aku sungguh tidak apa-apa.” Suara Hyo Yeon teredam oleh isakan tangisnya, Jong Woon refleks mengusap-usap pundaknya dengan pelan, lalu ia mencium puncak kepala gadis itu dengan lembut.
“Maafkan aku.” Ucap Jong Woon, tapi Hyo Yeon hanya membalas ucapannya itu dengan sebuah gelengan kepalanya. Tanda ia tidak bersalah, bahkan ia merasa Jong Woon tidak pernah melakukan kesalahan apapun padanya.
“Oppa, tidak salah, tidak usah meminta maaf padaku,” ucapnya lagi dengan susah payah, karena kali ini napasnya benar-benar tercekat lagi. Hyo Yeon kembali menghela napas dalam-dalam, memaksakan dirinya untuk menghirup oksigen yang banyak meskipun itu sulit untuknya.
“Maafkan aku karena aku selalu merepotkanmu, maafkan aku karena selama ini belum bisa menjadi kekasih yang baik untukmu, oppa. Aku berharap kau akan baik-baik saja, oppa.” Lanjutnya panjang, airmatanya terus mengalir, Jong Woon yang mendengar penjelasannya itu pun merasa tidak enak pada perasaannya, merasa bahwa gadis yang berada dalam dekapannya akan benar-benar pergi dari hidupnya, membuat matanya langsung berkaca-kaca tanpa ia perintah.
“Hyo Yeon-ah.” Hyo Yeon mendongakkan kepalanya begitu mendengar suara Jong Woon yang serak, menatap khawatir ke arah mata sipit laki-laki yang juga membalas tatapannya itu. Laki-laki itu benar-benar merasa ia bukan kekasih yang baik untuk Hyo Yeon saat ia melihat kedua matanya sembab dan memerah, mata gadis itu benar-benar terlihat lelah.
“Oppa, uljima. Jangan pernah menangis karena diriku lagi. Oppa harus bahagia.” Jelasnya. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusap sebelah pipi Jong Woon dan menghela napas lagi, meskipun ia benar-benar merasa itu hal yang sulit. Laki-laki itu menggeleng pelan.
“Tidak, aku tidak akan bisa bahagia jika tanpa dirimu,” bisiknya, tepat di dekat telinga Hyo Yeon, membuatnya memejamkan matanya lagi dan kembali menangis terisak. Ia benar-benar ingin Jong Woon baik-baik saja jika ia meninggalkannya, ia ingin laki-laki itu bahagia meski tanpa dirinya sekalipun.
“Kau harus tetap bersama denganku, sampai kapanpun.” Lanjutnya.
“Tapi aku tidak bisa oppa, aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi.” Balas Hyo Yeon, membuat airmata laki-laki itu langsung mengalir detik itu juga. Ia mengecup pelan pundak gadis itu dan membenamkan wajahnya disana, meredam tangisannya. Hyo Yeon yang mendengarnya hanya bisa kembali memejamkan mata, membiarkan airmatanya terus mengalir.
“Kau harus bisa, Hyo Yeon-ah, kau jangan menyerah, jangan takut dan jangan putus asa. Karena aku akan selalu ada disampingmu meskipun aku wajib militer nanti.” Penjelasan Jong Woon membuat hati Hyo Yeon semakin terasa sakit, ia sangat tahu Jong Woon akan selalu berusaha untuk selalu ada disampingnya, tapi gadis itu tidak bisa. Hyo Yeon yang tidak bisa untuk selalu ada disamping laki-laki itu, meskipun Hyo Yeon sangat ingin tapi ia tidak akan pernah bisa. Karena ia akan pergi jauh dari Jong Woon.
“Aku tidak akan pergi, oppa. Setidaknya untuk saat ini.” Ucapnya, ia menghela napasnya ketika airmatanya mulai surut, kemudian ia pun menghapus airmatanya perlahan. Menghirup udara serta aroma tubuh Jong Woon yang selalu membuatnya tenang itu banyak-banyak. Ia akan merindukan aroma tubuh ini kalau dirinya sudah pergi nanti.
“Kumohon, jangan pernah berkata padaku kau akan pergi. Entah kapanpun itu, jangan pernah mengatakannya.” Hyo Yeon mengangguk pelan dan memaksakan dirinya untuk merenggangkan pelukan Jong Woon yang sangat erat, ia juga memaksakan sebuah senyuman manis kepada laki-laki itu. Menekan kembali rasa sakit dan sesak dihatinya dan membalas tatapan Jong Woon.
“Hyo Yeon-ah, saranghae, aku sangat mencintaimu, jebal, imal hatjima.” Hyo Yeon kembali menganggukkan kepalanya. Ia menghapus jejak airmata Jong Woon dengan kedua ibu jarinya dengan lembut.
“Aku juga mencintaimu oppa, aku sangat-sangat mencintaimu, aku akan terus mengingatnya karena aku tidak mungkin bisa melupakanmu.” Jelas Hyo Yeon, Jong Woon kembali menatapnya dengan sedih. Meskipun ia benar-benar menyembunyikan fakta bahwa ia akan pergi, tapi, laki-laki itu bisa merasakannya, merasakan bahwa Hyo Yeon akan pergi darinya dan Jong Woon benar-benar berharap apa yang ia rasakan itu tidak akan menjadi kenyataan karena ia tidak sanggup jika harus jauh dari Hyo Yeon, kalau harus melepaskan gadis yang selalu bisa membuatnya bahagia itu. Jong Woon menghela napas beratnya ketika menyadari bahwa Hyo Yeon benar-benar terlihat kurus.
“Apa kau tidak diberi makan oleh Chang Hyun hyung selama ini?” selidiknya, Hyo Yeon yang mendengarnya itu pun terkekeh.
“Aku malah makan sangat banyak akhir-akhir ini.” Ujar Hyo Yeon, membuat Jong Woon memanyunkan bibirnya lagi, tanda bahwa ia tidak percaya dengan ucapannya itu. Hyo Yeon yang masih menatapnya langsung menarik hidung mancung laki-laki, itu membuat Jong Woon langsung meringis kesakitan.
“Ucapanmu sangat bertolak belakang dengan keadaanmu sekarang ini, aku bisa melihatnya dengan jelas kalau kau itu sangat kurus. Itu tidak sehat, kau tahu? Kau harus benar-benar banyak makan, Hyo Yeon-ah.” Jong Woon memperhatikan Hyo Yeon yang sekarang melepaskan pelukannya.
“Oppa yang harus banyak makan.” Balas Hyo Yeon, ia kembali menatap Jong Woon dan melihat ke arah jam dinding yang ada didekatnya, ia tidak boleh lama-lama berada disini, jika tidak. Keputusannya yang sudah ia janjikan pada Hyun Seok akan goyah karena Hyo Yeon akan merasa sangat sulit untuk melepas laki-laki didepannya itu.
Jong Woon benar-benar merasa aneh dengan Hyo Yeon hari ini, sikap gadis itu terlihat sangat berbeda dari terakhir ia bertemu dengan gadis itu. “Oppa aku harus pulang.” Ucapan Hyo Yeon membuat Jong Woon menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
“Biasanya kau sampai malam berada disini.” Rajuk Jong Woon, Hyo Yeon yang mendengarnya kembali terkekeh.
“Kau ingin aku diomeli oleh eommonim? Oppa kan ingin membantunya. Aku juga tidak ingin merusak hari pacaranmu dengan para penggemar kesayanganmu itu.” Sindirnya, Jong Woon langsung mendengus geli, jadi kekasihnya ini sedang cemburu dan sedang melakukan tindakan protesnya sekarang ini?
“Jika eommonim sadar yang datang itu siapa, dia juga pasti akan mengizinkanku denganmu sampai malam, bahkan sampai pagi sepertinya.” Penjelasan panjang–lebarnya itu langsung dibalas oleh sebuah cubitan keras di perutnya dari Hyo Yeon.
“Oppa utkijima! Aku akan langsung dikeluarkan dari dorm oleh Chang Hyun oppa jika aku menginap disini.” Omelannya itu membuat Jong Woon tertawa keras. Hyo Yeon langsung memukul laki-laki itu. (Jangan melucu!)
“Aku tidak menyuruh dan juga bilang padamu untuk menginap disini kan? Eo, ternyata seorang gadis bernama Lee Hyo Yeon ini ingin selamanya tetap bersamaku ya?” ledeknya lagi. Hyo Yeon mendengus kesal mendengarnya, tapi ia tidak bisa mengelak jika kedua pipinya itu langsung memerah. Kata-kata dari laki-laki itu memang benar seratus persen, Hyo Yeon memang benar-benar ingin selamanya tetap bersama dengan Jong Woon, tanpa adanya beban berat atau masalah yang membuatnya sulit itu.
“Oppa, geumanhae. Ige, berikan ini untuk abeoji. Katakan padanya bahwa aku meminta maaf tidak bisa hadir saat ia ulang tahun bulan kemarin.” Hyo Yeon merajuk dan memberikan tas karton berukuran sedang yang sejak tadi dipegangnya itu kepada Jong Woon.
“Ige mwoya? Kau menyogok ayahku untuk bisa bersamaku ya?” dan sedetik setelah Jong Woon mengucapkan kata-kata itu Hyo Yeon kembali menarik hidungnya. Gadis itu mendengus, heran dengan dirinya sendiri yang entah kenapa bisa mencintai laki-laki itu.
“Geumanhae, oppa. Aku benar-benar harus pulang, aku tidak ingin Chang Hyun oppa mengomeliku lagi.” Ucapnya, Jong Woon langsung mengangguk dan mengantar gadis itu sampai depan pintu.
“Oppa, aku pulang sekarang.” Ucap Hyo Yeon lagi. Jong Woon tiba-tiba menarik tangannya, membuat ia menolehkan kepalanya.