home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > I Got You

I Got You

Share:
Author : clovermoon
Published : 06 May 2015, Updated : 07 May 2015
Cast : oh sehun & jung hani
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |8784 Views |3 Loves
I Got You
CHAPTER 1 : I Got You

sebuah mobil audi A6 putih mengkilap memasuki parkiran Seoul high school dan berhenti tepat disamping pos satpam. Seorang anak perempuan berusia tujuh belas tahun berambut panjang, cantik turun dari mobil.

        Jung hani, perempuan itu, lalu mulai melangkah masuk ke halaman sekolah. Beberapa anak berjalan dikoridor menatapnya dengan kagum. hani merupakan idola di sekolah ini. hani adalah anak seorang direktur perusahaan terkenal di korea yang memiliki beberapa cabang di luar negri.

        hani hanya tersenyum miring khas miliknya melihat semua anak anak di koridor sekolah memperhatikannya. Ini adalah hari pertama di tahun ke tiga bagi hani. Tak berapa lama, hani sampai dikelas barunya, XII 2. Hani membuka pintu kelas dan masuk.

        Sambil menghela nafas, hani menatap sehelai kertas ditangannya. Kertas pembagian tempat duduk. Sebenarnya hai tak menyukai ide pembagian tempat duduk oleh sekolah ini. Ia ingin duduk dipojok dekat jendela agar bisa menatap keluar saat pelajaran matematika yang membuatnya pusing, namun ketentuan sekolah membuyarkan rencana indahnya.

        Suasana kelas yang tadinya riuh segera senyap saat hani melangkah lebih jauh ke dalam kelas. Semua orang berbisik, menentukan dimanakah dan dengan siapa hani akan duduk. Langkah hani terhenti disamping sebuah bangku yang terletak persis ditengah kelas, dan hani tak suka akan hal ini.

        Sambil mendesah, hani meletakan tas dibangku, bermaksud duduk. Teman sebangkunya lelaki, hani memperhatikan anak laki-laki itu yang sedang asik membaca buku. Selama beberapa saat hani termanggu menatap pemandangan tak biasa itu. Si anak laki-laki itu menyadari kehadiran hani. Ia menoleh, lalu menatap hani seolah bertanya ‘apa yang sedang kau lihat’.

        hani menggerjap saat pandangannya bertemu dengan anak itu. Walaupun sekolah ini tidak tidak terbilang elite, hani tak pernah melihat anak yang sesederhana ini. Atau mungkin pernah, tapi ia tak ingat. hani tidak pernah member perhatian lebih pada siapa pun, terutama dengan penampilan seperti anak laki-laki itu.

        Pandangan hani lantas beralih pada ransel yang terbuka dan terisi buku-buku tebal. Ranselnya lusuh, hani terbang pada kenangan yang tak ingin diingatnya. Hani bahkan tak bergeming saat bel tanda masuk sekolah bordering nyaring.

        “selamat pagi!”

        Suara mineok, guru biologi, menggema di kelas. Alih-alih memperhatikan guru, hani bersikeras menatap anak laki-laki tadi.

        Minseok mengernyit saat melihat pemandangan itu. “hani? Kau sedang memperhatikan apa?”

        Tanpa menoleh, hani berkata, “seosangnim, saya ingin bertukar bangku.”

        “wae?” minseok bertanya lagi, lalu melirik anak laki-laki yang sedang ditatap hani. “memangnya ada apa dengan sehun?”

        Hani menoleh kepada minseok, lalu kembali menatap anak yang bernama sehun itu. “saya tidak ingin duduk dekat orang miskin.”

        Semua orang yang mendengar kata-kata hani menganga, kecuali subjek yag bersangkutan. sehun sekarang menatap hani setajam yang ia bisa, tetapi anak perempuan itu tampak tak menyadari perkataannya sendiri.

        “jung hani, jaga bicaramu, sehun adalah temanmu, teman sebangkumu” minseok berusaha mecairkan suasana saat semua anak mulai berkasak-kusuk hebat.

        “teman?” hani menggelengkan kepala. “tapi saya tidak ingin punya teman, apalagi seperti dia.”

        Minseok terpaku mendengar jawaban hani. Ia menoleh menatap sehun yang tampak kesal dan dari tadi belum bereaksi sama sekali. “sehun ini penerima beasiswa, hani..”

        “oh, jadi, kau pintar?” hani kembali menatap sehun dengan kedua mata bulatnya. “kau  bermanfaat bagi sekolah ini?”

        “mungkin, dan apa urusannya denganmu?”

        Suara sehun yang pelan dan sedingin es membuat semua orang bergidik. hani bahkan terdiam selama beberapa detik.

        “orang sepertimu tidak seharusnya sombong” seloroh hani, segera mencairkan es tadi.

        sehun merasakan dahinya berkedut. Ia memang sudah lama mendengar tentang jung hani dan segala sifat buruknya dan sikap seperti tuan putrinya. Namun, baru kali ini ia berkonfrontasi langsung. Sekarang, ia jadi percaya pada semua kabar burung itu.

        “sudah, sudah” minseok kembali mencoba menegahi. “mau kaya atau pun miskin, semua sama saja. Semua sekolah disini untuk satu tujuan, mencapai cita-cita. Sekarang, ayo semua duduk. Kita mulai pelajarannya.”

        hani menatap sehun selama beberapa saat sebelum akhirnya duduk, lalu melempar pandangan kearah depan memperhatikan minseok. Selama tujuh belas tahun hidupnya, hanya satu kenyataan yang hani ketahui soal orang iskin.

        Mereka tak berguna.

-

-

-

-

“Datang, datang.”

        Di kelas sepuluh atau sebelas, kata-kata itu biasa disebut saat ada guru yang datang. Namun, dikelas dua belas ini, hani sangat yakin kata-kata itu ditunjukan kepada jung hani. sehun menggeleng pelan, tak habis pikir dengan kelakuan anak orang kaya ini.

        Dari sudut mata, sehun bisa melihat hani membuka pintu dan melenggang masuk. sehun berusaha untuk kembali berkonsentrasi pada buku yang ia baca saat harum parfum hani memenuhi udara d sekitar hidungnya.

        hani sendiri tak langsung duduk dan menyempatkan diri untuk memperhatikan sehun dengan penuh minat. “murid genius memang berbeda ya.”

        Walaupun tak ingin, sehun mendongak juga, menatap sepasang mata hazel yang tampak berbinar itu. “aku bukan genius” tandas sehun. Ia tak pernah merasa genius. Ia mendapatkan semua prestasi ini dengan kerja keras.

        hani mengerjap, “lalu, kenapa kau belajar sebelum kelas mulai? Apa supaya terlihat genius?” dalam hati sehun mereancang umpatan paling sopan yang bisa ia lotarkan pada anak perempuan sok bangsawan itu. Mungkin anak perempuan ini ingin menghinanya dengan cara yang paling polos yang ia bisa.

        “kau---“

        “pagi anak-anak!” suara minseok memotong kata-kata sehun. Tampak tidak diambil pusing, hani duduk tenang dibangkunya. sehun sibuk memperhatikan minseok yang sedang berbicara.

        “jadi! Untuk semester ini, selain belajar seperti biasa, kita akan praktikum juga.” Minseok membuka buku agendanya. “akan ada empat praktikum, dan semuanya akan dilakukan berpasangan. Sesuai teman sebangku kalian.”

        sehun hampir mengumpat, tetapi ia tak melakukannya. Ia memilih menatap hani yang menatapnya balik dengan tatapan setajam silet. hani malah menggidikkan bahu “mau bagimana lagi.” hani berkomentar, lalu kembali menatap kedepan. Sekali lagi, sehun harus menelan kekesalannya. Mungkin harus beberapa kali lagi karna semester ini baru dimulai, dan masih ada semester berikutnya.

        Benar-benar tidak lucu.

-

-

-

                                

        Sehun mengambil piring dan dua potong telur gulung, lalu menyuapnya ke mulut. Untuk anak seusianya, sehun benar-benar dewasa. Ia sama sekali tidak menangis saat kedua orang tuanya tewas dalam sebuah kecelakaan lalu lintas tiga tahun lalu. Tidak pula marah saat si penabrak dengan angkuhnya mengganggap bisa membayar lunas semuanya dengan menanggung hidup sehun hingga SMA.

        Selama hamper dua tahun tragedy, sehun tinggal dirumah pamannya. Sehun tahu paman dan bibinya merasa kesulitan bersama lima 3 anaknya sendiri. Tidak mau menyusahkan  lebih lama, sehun memutuskan menyewa sebuah rumah sederhana.

        Mendadak sehun merasa susah menelan. Mengapa ia harus mengingat semua ini? Sehun  meraih segelas air, lalu menegguknya. Sekarang, mungkin sehun orang yang tidak mampu. Namun, satu hal yang sehun tahu, ia bisa mengubah nasibnya dengan caranya sendiri. Sehun akan menunjukan kepada orang-orang kaya itu, bahwa hidup bukan sekedar tentang uang. Bahwa ia akan mengalahkan mereka dengan cara yang lebih bermartabat.

        Dan, itu adalah kerja keras.

-

-

-

-

“semua sudah bersama pasangan masing-masing?”

        Semua anak menjawab  riuh dari samping pasangan masing-masing, kecuali hani dan sehun. Hani dan sehun duduk diam dan berjarak menatap lurus kea rah minseok dengan ekspresi berbeda.

        sehun menghempas kertas yang diberikan minseok tadi ke atas meja. Dari empat percobaan yang ada, mengapa mereka harus mendapatkan yang paling mudah? Menumbuhkan kecambah?

        “aku suka makan bubur bayi rasa kacang hijau,” kata hani tiba-tiba, matanya berbinar menatap beberapa butir kacang hijau yang tenggelam di dasar gelas.

        “bubur..bayi?” sehun menggaruk tengkuknya,merasa salah dengar.

        “lalu, mereka akan diapakan?” Tanya hani, menyadarkan sehun.

        “ditanam, lah” sehun akhirnya bangkit dari bangku dan mengambil salah satu pot untuk diisi tanah sementara hani memperhatikannya. Setelah beberapa saat diperhatikannya, sehun meliriknya. “kau tidak membantuku?”

        Hani menatap bingung. “membantu apa?”

        Dahi sehun berkerut. “ya membantuku menanam. Ada dua pot yang harus diisi. Apa kau tidak mmmembaca kertas petunjuknya?”

        “maaf, aku tidak bisa” potong hani, nyaris tanpa dosa. “aku tidak pernah memegang tanah. Kalau ada serangga atau benda tajam bagaimana?”

        Sehun melongo, jadi satu-satunya yang bisa keluar dari mulutnya adalah, “ha?”

        “tapi, aku akan memperhatikkanmu, tenang saja” lanjut hani dengan mata berbinar.

        “tidak perlu” sambar sehun keki, lalu menyaluirkan rasa kesalnya dengan mengisi tanah sebanyak-banyaknya ke dalam pot. “kira-kira nanti tumbuhnya seperti apa ya?”

        Bukannya menawab sehun malah menatap hani sengit, lalu menghampiri hani. Hilang sudah kesabarannya.

        “dengar, jangan ikut campur dalam urusan praktikum ini.”

        Mata hani membulat. “maksudnya?”

        “sekarang aku tau kenapa minseok seosangnim memasangkanku denganmu.” Sehun mengetuk dahi hani dengan telunjuknya yang belepotan tanah. “sisi bagian ini tidak berfungsi.”

        Hani menggelengkan kepala, masih belum paham.

        “jangan menyentuh apapun selama praktikum. Yang harus kau lakukan hanya duduk manis. Mengerti?” jelas sehun, membuat hani mengerjap. “kau marah karna aku tidak bisa membantu? Aku mau, tapi, aku tidak bisa”

        “terserah” sehun menggelengkan kepala, tak ingin mendengar lagi. Orang kaya memang menyebalkan.

-

-

-

        Hani menatap sketsa truffle skirt di bukunya, lalu tersenyum puas. Dia waktu luang, hanya tiga hal yang gemar ia lakukan: menonton Disney Channel, bermain game dan membuat skets pakaian. Tanpa sadar hani mengelus tenggorokan karna merasa haus. Ia lupa membawa tempat minumnya. Hani menutup buku sketsanya dan bangkit, bermaksud mengambil tempat minumnya dikelas.

        Hani menatap anak-anak dilapangan yang sedang bermain basket, hani masih menerawang kea rah lapangan saat sebuah bola oranye tahu-tahu masuk kepandagannya dengan kecepatan maksimal.

        ‘AWAS!!!”

        Bola itu hanya berjarak beberapa senti saja dari matanya. Sepersekian detik setelah hani menutup mata, badannya tahu-tahu terasa terdorong ke belakang hingga membentur tembok. Hani pun meroot ke lantai tanpa tahu apa yang terjadi.

        Perlahan hani membuka mata. Yang pertama kali ia lihat adalah punggung seseorang.

        “mian, gak sengaja” seorang anak laki-laki berseru dari lapangan, rupanya tadi mengoper bola kea rah teman yang tidak siap. “boleh kau lempar balik?”

        Pemilik punggung itu menunduk, memunggut bola yang tadi mengenainya dan melempar balik. Sehun menoleh sedikit. “kau tidak apa-apa?”

        Masih terpesona kepada sehun, hani menggeleng pelan. Menerima jawaban hani, sehun melangkah pergi.

        “sehun!” seru hani, membuat langkah sehun terhenti.

        Sehun menoleh, lalu menatap hani yang masih terduduk dilantai. Perlahan sudut bibir hani terangkat “terima kasih”

        Selama beberapa detik sehun terdiam, tidak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut hani. Hani sendiri masih tersenyum lebar, dan entah mengapa itu membuat sehun merasa terbebani.

        Sehun menggaruk tengkuk “tidak masalah” katanya singkat lalu melangkah pergi.

        Hani menatap punggung sehun yang menjauh. Untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu yang asing menelusup hatinya. Hal yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Hani merasakan sesuatu pada laki-laki itu. Tetapi bukan itu yang menggangu pikirannya.

        Ada hal lain yang lebih penting.

-

-

-

TBC

Gimana cerita awalnya? Seru gak? Atau ngebosenin? Hehe lanjut atau end aja nih? Minta komentarnya yaaa penulis baru soalnya.

Thanks yang udah bacaaa ^^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK