home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > CONFUSED

CONFUSED

Share:
Author : kyunita11
Published : 05 May 2015, Updated : 04 Jun 2015
Cast : baesuji,leejongsuk, kimwoobin, kimseolhyun,ahnjaehyun
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |10745 Views |1 Loves
CONFUSED
CHAPTER 9 : Will You Take My Hand Forever?

Confused

Chapter 09 : Will you take my hand forever?

******

Siang hari di studio music HEnt dipenuhi dengan kesibukan untuk kegiatan rekaman single duet project Suji-Jongsuk. Sudah dua hari Jongsuk, Woobin, Suji, dan semua staff yang terlibat mengerjakan rekaman lagu ini yang akan dijadikan soundtrack untuk drama terbaru Jongsuk berjudul, My Special Love.

“Cut! All Good! Good Job, Suji…!” ujar Woobin yang terlihat puas dengan hasil rekaman suara bagian Suji.

Sang idol wanita pun segera keluar dengan senyum lega. Bagiannya menyanyi selesai hanya dalam semalam, hal yang patut dibanggakan karena biasanya ia butuh waktu paling cepat sekitar tiga hari untuk merekam satu lagu utuh di albumnya. Suji menghampiri Woobin dan memintanya memutar ulang rekaman suaranya.

“sepertinya aku kurang menghayati bagian refrain ini… haruskah kuulang, Woobin?” tanya Suji.

“tidak usah… kau sudah menghayatinya lagu ini dengan bagus…” ujar Woobin senang melihat hasil rekaman suara Suji yang memuaskannya. Woobin menoleh kearah pojok kanan studio dan melirik seorang pria bertopi hitam dan berkacamata minus sedang menghafal lirik lagu yang akan segera ia rekam “aku justru khawatir padanya… alasan kenapa kita harus menyelesaikan bagian mu dulu adalah karena dia benar-benar tidak siap untuk rekaman di hari pertama….”

Suji tersenyum memandangi pria yang sedang serius berlatih menyanyi di pojok studio, “tapi kau sudah melatihnya dengan intensif dua hari ini selama aku merekam bagianku… terima kasih, Woobin… aku yakin, Jongsuk oppa pasti bisa menyelesaikan rekaman bagiannya hari ini…”

“aku harap begitu…”  harap Woobin sambil menyandarkan punggungnya ke kursi, “kita akan segera berangkat ke Amerika lima hari lagi, tapi masih banyak yang harus diurus di korea… haaahh…”

Suji menepuk lengan sahabatnya itu lembut, “bersemangatlah woobin! Aku akan belikan kopi dulu untuk kalian semua…”

“terima kasih, Suji…” balas Woobin, “oya… suruh Jongsuk untuk masuk ke dalam ruang rekaman… kita akan mulai lima belas menit lagi…”

Suji hanya tersenyum melihat sahabatnya ini bekerja keras untuk menghasilkan lagu yang bagus untuk pasaran.

“aaaaa……aaaaa…….eeeee…..ooooo….” Jongsuk sedang melakukan peregangan mulut agar artikulasinya menjadi lebih jelas. Ini bukan pertama kalinya ia melakukan peregangan otot mulut karena setiap sebelum melakukan shoot dramapun, hal ini sangat penting untuk dilakukan agar penonton bisa memahami apa yang diucapkan oleh sang actor.

“oppa… kau mau kopi? Akan aku belikan…” tanya Suji sambil duduk disamping Jongsuk yang sedang focus berlatih.

“aku tidak ingin kopi, air mineral saja… produser galak itu bisa marah kalau aku minum yang aneh-aneh sebelum rekaman selesai…” jawab Jongsuk sambil melirik Woobin yang sedang sibuk mengedit rekaman Suji.

Suji tertawa kecil mendengar ucapan Jongsuk. Ia sangat terkesan melihat ketekunan kekasihnya ini saat bekerja. Mata Jongsuk tidak pernah lepas memperhatikan lirik yang ada diselembar kertas di hadapannya. Mulutnya berkali kali bergerak menyenandungkan setiap bait lagu ciptaan kekasihnya itu dengan penuh penghayatan.

“baiklah, tunggu sebentar ya…” ujar Suji sambil beranjak dari sofa yang didudukinya. Tiba-tiba tangan kanan Jongsuk menggenggam pergelangan tangan kiri Suji dan membuat wanita itu terduduk lagi di samping kekasihnya.

“ada apa oppa?... apa ada sesuatu yang kau inginkan lagi?...” Suji memperhatikan sekeliling studio yang ramai orang sedang bekerja untuk project ini, “oppa, ada banyak orang… tanganku…”

“sebentar saja… aku gugup, Sujiya… jadi kumohon, sebentar saja… genggam tanganku” balas Jongsuk sambil menatap wajah kekasihnya.

Suji mengangguk pelan. Kedua tangannya ia tangkupkan menutupi jemari tangan kanan Jongsuk yang dingin karena menahan gugup sambil tersenyum untuk memberikan semangat pada kekasihnya, “kau pasti bisa, Jongsuk oppa…”

*****

Manager Jun berjalan di lorong lantai satu HEnt untuk menghampiri Suji yang sedang berdiri didepan kotak mesin penjual kopi.

“Sujiya… aku ada kabar gembira untukmu…”

“kabar gembira apa?”

“mobilmu yang rusak sudah selesai diperbaiki… aku baru saja memarkirnya d garasi HEnt…”

“Benarkah? Terima kasih oppa… kau memang yang terbaik!”

“sebelum kau ke Amerika, tidak ada salahnya kan kalau kau jalan-jalan berdua dengan Jongsuk naik mobilmu?”

“hmmm…. Entahlah… Jongsuk oppa sangat sibuk menyelesaikan shoot dramanya… aku tak yakin…”

“beri dia kejutan Sujiya… kau kan akan pergi selama tiga bulan ke Amerika, buatlah Jongsuk selalu mengingatmu karena jika tidak…. Kau tahu sendiri kan, ada banyak wanita di korea ini yang sedang mengantri untuk menggantikanmu…”

“APA?? awas saja kalau Jongsuk oppa berani macam-macam!...”

“makanya, ajaklah dia pergi jalan-jalan… lagipula semua orang sudah tahu kalau kalian berkencan, tidak ada masalah memamerkan kemesraan di depan umum… toh, ini hidup kalian dan kalian bahagia…”

“terima kasih Jun oppa… aku akan pikirkan dulu tempat untuk pergi bersama Jongsuk oppa…”

“ayo sini, biar kubantu bawakan kopinya…”

*******

“Cut!... Jongsuk, kau kurang menghayati refrain terakhir ini…” ucap Woobin dengan nada tegas dari kursi.

Jongsuk yang berada di dalam booth rekaman merasa tidak ada yang salah dengan caranya mengartikan lagu ciptaan Suji ini, “aku sudah melakukannya dengan baik…”

 Woobin menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju, “kau tahu kan, lagu “Eventhough I Love You…” ini diciptakan Suji untuk memberitahukan pada orang yang ia cintai bahwa meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan, dia tak ingin orang yang dicintainya ini pergi meninggalkannya….”

“jujur saja… aku tak tahu…” balas Jongsuk sambil melipatkan kedua tangannya, “kau seperti yang lebih paham tentang lagu ini…”

Semua orang yang ada didalam studio merasakan ketegangan diantara kedua pria ini. Mereka hanya menatap Woobin dan Jongsuk secara bergantian dengan wajah cemas.

“jangan mulai denganku…” ancam Woobin, “… kita selesaikan ini dengan cepat tanpa ada yang terluka…”

“aku tahu… maaf, bisa kita ulangi lagi bagian reff terakhir ini?….” Jawab Jongsuk sambil berusaha menenangkan keadaan yang mulai memanas.

Woobin segera memberi aba-aba untuk mengulang bagian reff terakhir pada director music yang duduk disebelahnya.

Tak lama kemudian, Suji masuk kedalam studio bersama manager Jun sambil membawa sepuluh kaleng kopi dingin untuk semua orang yang ada didalam. Manager Jun membagikan kopi itu satu persatu kepada setiap orang.

Suji berdiri dibelakang kursi Woobin untuk mengamati Jongsuk yang sedang serius merekam bagian reff terakhir lagu ciptaannya. Kedua tangannya menggenggam dua buah kopi dingin dan sebuah botol air mineral.

Setelah Woobin mengatakan Cut!, Suji segera menepuk pundak sahabatnya itu dan memberikan kopi untuknya dan untuk music director di samping Woobin.

Suji pun berjalan masuk kedalam booth rekaman untuk memberikan air mineral kepada Jongsuk, “minumlah oppa… kau sudah berusaha keras…”

“Sujiya… kau menciptakan lagu ini untuk siapa?”

“hmm… kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?”

“aku hanya penasaran… Woobin sepertinya tidak puas dengan hasil rekamanku… makanya aku penasaran sekali untuk siapa lagu ini kau ciptakan…”

“hmmm….. sebenarnya… lagu ini….. lagu ini kuciptakan untuk seorang pemuda yang selalu mencintaiku sepenuh hatinya tapi aku tidak mampu membalas perasaannya itu…”

“kau pernah berkencan dengan pria selain aku dan junmyeon?”

“tentu saja bukan itu, oppa… sudahlah oppa, kau takkan mengerti…”

“kalau begitu buat aku mengerti… lagu ini bukanlah tentangku atau tentangmu… aku harus mengerti lagu ini agar bisa menyampaikan pesan dalam lagumu ini…”

“hmmm… begini saja, bayangkan saat kau melihat kepergianku dari rumah sakit jeju lima tahun lalu… kau pasti sedih sekali kan mengetahui bahwa saat itu aku masih belum menyukaimu sebesar rasa sukamu padaku?”

“kau tahu… saat melihatmu pergi meninggalkanku waktu itu, rasanya aku hampir kehilangan harapan hidupku, Sujiya…”

“baguslah… bayangkan saja seperti itu, Jongsuk oppa… semoga berhasil! Fighting!!”

Woobin yang sedari tadi mengamati dua sejoli ini bercakap-cakap didalam booth rekaman yang kedap suara segera mengetuk pintu booth dan meminta Suji segera keluar, “bisa kita mulai lagi?...”

******  

Waktu menunjukkan pukul satu pagi di studio HEnt tempat Suji biasa berlatih di lantai tiga. Suji sedang mendengarkan beberapa melodi yang ia buat di computer studio. Tangannya dengan terampil mengedit beberapa bagian nada yang ia anggap kurang pas.

Tiba-tiba pintu studio terbuka dan terdengar langkah sepatu mendekati meja tempat Suji sedang mengedit nada-nada. Suji tidak mendengarkan langkah kaki yang mendekatinya dari belakang karena ia sedang mengenakan headset di kedua telinganya untuk mendengarkan melodi yang ia buat.

Kedua tangan Jongsuk terulur untuk mendekap tubuh Suji dari belakang. Suji sangat terkejut dan berusaha menoleh kearah Jongsuk yang kini menyandarkan dagunya ke bahu sebelah kanan Suji.

“oppa… apa rekamannya sudah selesai?” tanya Suji sambil melepas kedua headset dari telinganya.

Jongsuk hanya mengangguk sambil memperhatikan apa yang sedang Suji kerjakan di computer studio. Ia benar-benar terkesima melihat Suji bekerja dengan keras untuk karir musiknya.

“oppa, darimana kau tahu aku ada disini?”

“manajer jun yang bilang padaku kalau kau sedang ada di studio”

“ohh…” ujar Suji.

Jongsuk mengambil sebuah kursi dan duduk disamping Suji, “Sujiya, pakailah headsetmu lagi…”

“kenapa?” tanya Suji bingung.

Jongsuk mengulang permintaannya dengan sedikit memaksa, “sudahlah pakai headsetmu sebentar saja…yaa?”

Suji menuruti permintaan Jongsuk dan memasang kedua headset di telinganya.

Jongsuk pun menekan tombol enter di keyboard computer yang berada didepannya. Suji mendengarkan alunan  melodi yang ia buat sambil menatap wajah Jongsuk.

Jongsuk menangkupkan kedua tangannya ke kedua daun telinga Suji yang tertutup headset. Ia pun mendesah pelan sebelum berkata pada Suji yang tidak bisa mendengar apapun dihadapannya, “Sujiya, aku tidak yakin bisa mengatakan ini padamu langsung… itulah kenapa aku memintamu mendengarkan melodi ini…jujur saja, Sujiya, masih berat untukku melepaskanmu pergi ke Amerika dengan orang selain aku… tapi aku tidak ingin membuatmu berubah pikiran hanya demi keegoisanku… kau punya cita-cita dan bakat yang harus diwujudkan… aku berharap di masa yang akan datang, setelah semua cita-citamu terwujud, aku masih cukup pantas berdiri dihadapanmu seperti saat ini… aku hanya bisa berharap kau masih mau menerima cintaku ini yang selalu ada untukmu…”, Jongsuk menundukkan wajahnya menahan emosi yang meluap pada dirinya saat mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya pada Suji yang hanya mengerjapkan mata dengan heran karena tidak mampu mendengar apa yang diucapkan kekasihnya.

Suji meraih kedua tangan Jongsuk yang menangkup daun telinganya. Jongsuk melihat wajah Suji yang heran dan bingung.

“oppa, apa yang kau bicarakan tadi? Kenapa kau bicara sesuatu saat aku sedang mendengarkan melodi tadi?” tanya Suji sambil melepaskan kedua headset dari telinganya.

Jongsuk tidak menjawab pertanyaan Suji. Jongsuk memilih untuk berdiri dan pergi karena tidak mampu menahan emosi yang membuncah didadanya, tapi tangannya ditahan oleh Suji.

“ada apa oppa? Apa yang terjadi? Kenapa kau tidak bicara?” Suji berdiri dekat dihadapan Jongsuk sambil menggenggam tangan kekasihnya itu.

Mata Jongsuk mulai memerah karena menahan airmata yang ingin jatuh. Suji memandangi wajah Jongsuk yang terlihat sedih. Suji menjadi semakin heran dan akhirnya berkata, “baiklah… jika oppa tak mau bicara, maka aku akan…” ucapan Suji berhenti karena ia berjinjit agar bisa mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir kekasihnya.

Jongsuk sedikit terkejut melihat Suji yang menciumnya. Jongsuk pun merangkul punggung Suji agar lebih dekat dengannya. Airmata Jongsuk mengalir membasahi pipinya dan pipi Suji. Keduanya saling mengerti bahwa mereka sebenarnya ada satu untuk yang lain karena mereka saling membutuhkan. Hanya suara detak jarum jam yang menjadi saksi kedua insan yang kasmaran ini sedang mengikat hati mereka pada satu cinta.

*****

Woobin baru saja duduk di sofa apartemennya ketika dering teleponnya berbunyi.

Woobin terkejut melihat id caller nya dan langsung menjawab teleponnya, “halo nyonya Bae…”

“Woobin… maaf menganggumu, dikorea pasti masih sangat pagi kan?” suara seorang wanita paruh baya terdengar dari seberang telepon Woobin.

“tidak apa-apa nyonya Bae… saya memang baru pulang ke apartemen…” jawab Woobin sambil tersenyum.

“ohhh… baiklah… aku hanya ingin menanyakan kebenaran artikel di website ini, katanya kau dan Suji akan segera ke Amerika?” tanya Nyonya Bae, ibu kandung Suji yang kini tinggal di Amerika mengikuti keluarga suaminya.

“benar nyonya Bae… Suji dan saya akan ke Amerika lima hari lagi…” jelas Woobin.

Nyonya Bae tersenyum senang mendengar ucapan Woobin dan berkata, “itu berita bagus, Woobin!! Kumohon ajaklah Suji untuk menemuiku… aku sangat merindukannya….”

“Jangan khawatir, saya pasti akan mengajak Suji untuk menemui anda, Nyonya Bae…” jawab Woobin dengan meyakinkan.

*******

Dua hari sebelum kepergian Suji ke Amerika, ia sangat sibuk mempersiapkan diri dengan berlatih menari dan menyanyi serta menciptakan beberapa lagu untuk bisa debut di Amerika.

Suji baru saja selesai berlatih menari dengan koreografernya. Ia segera mandi dan berganti pakaian. Sambil melangkah menuju tempat parkir, Suji menelepon seseorang.

“oppa, kau shoot drama dimana hari ini?” tanya Suji pada Jongsuk dari telepon.

“aku ada di lapangan golf Starlight… kenapa?” tanya Jongsuk yang sedang bersiap untuk shoot drama.

“baiklah.. aku akan kesana…” ujar Suji sambil tersenyum. Ia pun segera menutup teleponnya dan naik kedalam mobil.

“tunggu… Suji yaa…” Jongsuk mendesah pelan mengetahui Suji akan datang ketempat shoot dramanya.

Jaehyun menghampiri Jongsuk yang menggaruk kepalanya yang tak gatal, “ada apa? kau lupa dialognya?... siapa yang meneleponmu barusan”

“Suji.. dia bilang mau kemari…” jawab Jongsuk pelan.

“astaga… kenapa ditempat outdoor begini? Bisa-bisa fansmu akan jadi liar kalau melihat Suji datang nanti…” ujar Jaehyun sambil melihat banyak gadis muda yang membawa kamera digital untuk memotret Jongsuk.

“tolong kau minta manager kim untuk membawa Suji kedalam gedung golf saat ia datang nanti…” pinta Jongsuk.

“baiklah… aku akan bilang pada manager Kim… kau fokuslah bekerja… kita shoot lima belas menit lagi!” jawab Jaehyun sambil bergegas pergi menemui manager Kim.

*******

Suji duduk dengan tenang di ruang ganti artis drama terbaru Jongsuk. Manager Kim menghampiri Suji sambil membawa segelas kopi untuknya, “minumlah… jongsuk akan segera selesai sepuluh menit lagi, Suji…”

Suji mengangguk sambil tersenyum. Ia segera meneguk kopinya dan merasa hangat mengaliri tubuhnya.

Tak lama kemudian, Jongsuk masuk kedalam ruang ganti artis untuk menemui Suji.

“oppa… kau sudah selesai shoot?” ujar Suji sambil berdiri untuk menghampiri dan memeluk Jongsuk.

“ya… aku baru saja selesai…” Jongsuk agak malu melihat Suji yang tiba-tiba memeluknya dihadapan manager Kim.

“oppa… ayo kita jenguk ayahmu dirumah sakit…” pinta Suji yang masih memeluk kekasihnya. Jongsuk hanya mengangguk pelan dengan muka memerah karena Suji masih memeluknya.

Manager Kim berdehem keras sebelum  pergi meninggalkan kedua sejoli ini berdua.

*********

Tuan Lee JongHwan sedang menonton episode perdana drama My Special Love yang dibintangi anaknya, Lee Jongsuk, bersama pasien lain di ruang kegiatan rumah sakit. Lelaki paruh baya yang sedang menjalani terapi mental ini tampak bersemangat untuk memamerkan anak kebanggaannya.

Tiba-tiba pintu ruang kegiatan terbuka dan muncullah Jongsuk bersama Suji saling bergandengan tangan untuk menghampiri ayahnya.

“Ayah… aku datang lagi bersama Suji…” sapa Jongsuk begitu melihat ayahnya.

“oh!! Jongsukki… anakku…” sang ayah bangkit dari tempat duduknya dan memeluk erat putra kesayangannya ini.

“selamat sore tuan Lee… senang bertemu anda kembali…” sapa Suji dengan sopan.

Semua pasien yang berada di ruang kegiatan terkejut melihat wajah seorang actor terkenal di hadapan mereka. Beberapa pria paruh baya mengingat Suji yang seorang idol wanita paling cantik yang pernah mereka temui. Suji sangat tersanjung dengan banyaknya pujian yang ia terima dari pasien rumah sakit itu dan memutuskan untuk menghibur mereka dengan menyanyikan satu lagu trot kesukaan para pasien.

Usai menghibur semua pasien, Jongsuk mengajak ayahnya dan Suji menuju kamar pasien tempat ayahnya tinggal.

“ayah… Suji kemari karena ia ingin berpamitan untuk pergi ke amerika selama tiga bulan pada ayah…” ujar Jongsuk memulai percakapan.

“benarkah?? Kenapa kau meninggalkan Jongsuk sendiri?”

“bukan seperti itu tuan Lee… saya pergi hanya untuk mempersiapkan project music di amerika…”

“tapi tiga bulan itu waktu yang cukup lama untuk meninggalkan putraku sendirian…”

“untuk itulah…” Suji menyerahkan dua buah kotak untuk Tuan Lee Jonghwan dan Jongsuk, “… saya sudah menyiapkan sebuah hadiah agar kalian berdua bisa mengingat saya…”

Jongsuk membuka kotak dihadapannya dan tertegun melihat isinya. Ada sebuah jam tangan berwarna perak dengan gambar symbol matahari di latar belakang jarum jamnya. Ayahnya pun mendapatkan jam tangan yang sama dengan Jongsuk.

“wahhh…. Terima kasih, Kau benar-benar gadis yang pintar… kau tahu aku baru saja kehilangan jam tanganku…”

“oh, benarkah tuan Lee? Syukurlah anda menyukai hadiahnya… sekarang anda bisa memandangi jam tangan ini jika merindukan saya selama tiga bulan….” Jawab Suji dengan nada riang. Ia dengan cekatan memakaikan jam tangan itu ke pergelangan tangan kiri tuan Lee Jonghwan.

Tanpa Suji sadari, Jongsuk hanya tertegun melihat Suji yang terlihat akrab dengan ayahnya itu.

********

Suji menyetir mobilnya menuju tempat shoot drama Jongsuk selanjutnya. Di kursi samping, Jongsuk memandangi langit yang mulai gelap.

Suji memperhatikan bahwa Jongsuk jadi diam sejak ia menyerahkan hadiah jam tangan itu untuk tuan Lee dan Jongsuk.

“oppa, kenapa? Apa ada masalah?” tanya Suji yang sesekali menoleh kearah Jongsuk sambil menyetir.

“tidak ada… aku hanya sedang berpikir…” balas Jongsuk.

“tentang apa?”

“tentang kita…”

“memang kenapa dengan kita?”

“aku hanya membayangkan bagaimana rasanya menunggu kau kembali tiga bulan lagi…”

Suji meminggirkan mobilnya di pinggir jalan tol. Ia pun menoleh kearah Jongsuk sambil berkata, “tiga bulan bukan waktu yang lama… oppa, kau sudah menungguku selama hampir lima tahun sebelumnya… kenapa sekarang kau takut menungguku lagi? Kau takut aku akan berpaling darimu?”

“bukan… aku justru takut diriku ini yang akan berpaling…” jawab Jongsuk sambil tersenyum menggoda pada Suji yang Nampak cemas.

“oppa….!!” Suji memukul lengan Jongsuk mendengar gurauan kekasihnya itu.

“memakai jam tangan pemberianmu ini membuatku semakin takut kehilanganmu lagi…” Jongsuk sangat ingat saat dirinya menerima saputangan pemberian Suji ketika mereka berada di Jeju lima tahun yang lalu.

“lalu… apa ada sesuatu yang bisa membuatku selalu mengingatmu?” tanya Suji sambil menatap wajah kekasihnya.

Jongsuk berpikir sejenak sebelum akhirnya mengeluarkan sebuah bros dari saku jaketnya.

“ini bros berbentuk mawar putih milik ibuku… ayah yang membelikannya khusus untuk hadiah pernikahan mereka… ibu memberikannya padaku sebagai jimat pelindung, sekarang aku akan memberikannya padamu…” ujar Jongsuk sambil menyerahkan bros itu kepada Suji.

“pakailah bros ini setiap saat agar kau selalu mengingatku, Sujiyaa…” pinta Jongsuk.

Suji pun memakai bros itu sebagai hiasan itu di sebelah atas dada kanan jaket coklatnya.

“apa dengan begini kau akan lebih tenang melihatku pergi ke amerika, oppa?” tanya Suji.

Jongsuk mengangguk dan berkata, “ya… aku merasa lebih baik…”

Suji tersenyum melihat Jongsuk tersenyum.

***************

Keesokan harinya, Suji sangat sibuk mengemas barang-barang yang akan ia bawa ke amerika di apartemennya. Ia sendirian melipat dan menata tiga buah koper yang akan ia bawa besok. Tiba-tiba, bel apartemennya berbunyi. Suji segera bergegas membuka pintu dan melihat Jongsuk datang sambil membawakan dua gelas kopi untuknya.

“kau sibuk sekali…. Berapa banyak koper yang mau kau bawa?”

“tiga buah koper… aku tinggal melipat beberapa jaket, oppa…”

“biar kubantu….”

“terima kasih…”

Kemudian, dering telepon terdengar dari hape Suji. gadis ini melihat nomer yang ia kenal dan segera pergi ke dapur untuk mengangkatnya.

“Sujiya…” suara khas ibu yang sudah hampir belasan tahun tidak ia temui menyapa telinganya.

Suji hanya terdiam tak membalas sapaan ibunya. Tubuhnya menggigil membayangkan kepergian ibunya saat ia masih kecil dulu. Jongsuk memperhatikan Suji yang terdiam mematung di sudut dapur dengan ponsel di telinganya.

Setelah beberapa menit, Suji berkata lirih di telepon, “i…ibu…”

“Sujiya… ibu harap perjalananmu ke amerika akan menyenangkan….” Ujar sang ibu dengan nada penuh harap, “kunjungilah ibu jika kau punya waktu luang di amerika…”

“ak… aku akan sangat sibuk di…. Amerika…” suara Suji terdengar terbata-bata. Jongsuk berdiri tak jauh dibelakang Suji dengan wajah cemas melihat kekasihnya yang tampak kalut menerima telepon itu.

*******

Woobin baru saja duduk di kursi restoran apartemen dilantai satu saat Jongsuk masuk dan menghampiri mejanya.

“boleh aku duduk disini?”

“sebenar aku tidak mau…” jawab Woobin.

Jongsuk tidak menghiraukan ucapan Woobin dan duduk dihadapannya.

“apa yang kau mau?”

“apa ibu Suji tidak ada di korea?”

“apa maksudmu?”

“kau tahu maksudku… baru saja aku mendengar Suji berbicara dengan ibunya di telepon… Suji terlihat kalut dan tubuhnya menggigil saat berbincang dengan ibunya tadi…”

“hahhh….” Hanya desahan yang keluar dari mulut Woobin. Wajahnya berubah cemas setelah mendengar cerita Jongsuk tentang Suji.

“ceritakanlah padaku, Woobin! Kau kan sahabatnya yang paling mengerti semua rahasia Suji… aku ingin rahasia itu juga bisa kuketahui….”

Woobin memandangi wajah Jongsuk yang tampak sungguh-sungguh dan cemas dengan keadaan Suji.

**********

Suji terlihat lemas setelah menerima telepon dari ibunya. Ia terbaring di sofa apartemen sambil menunggu Jongsuk datang membelikan bubur hangat untuknya.

Tak lama kemudian, Jongsuk mengetuk pintu dan Suji segera membukanya. Jongsuk melihat wajah cemas dan bingung Suji dihadapannya. Ia jadi teringat pada cerita Woobin di restoran apartemen baru saja yang mengatakan bahwa Suji memiliki hubungan yang kurang dekat dengan ibunya yang kini tinggal di Amerika.

Jongsuk mendekatkan dirinya pada Suji untuk memeluk tubuh kekasihnya yang mulai gemetaran karena cemas itu. Suji menangis dalam diam dipelukan Jongsuk.

“Sujiya… kau pasti bisa memaafkan ibumu… apa yang sudah terjadi diantara kalian berdua, aku yakin kau ini wanitaku yang paling kuat…. Kau pasti memiliki hati yang lapang untuk bisa memaafkan ibumu… aku yakin itu, Sujiyaaa….” Ujar Jongsuk sambil menepuk punggung Suji untuk menenangkan kekasihnya itu.

Suji melonggarkan pelukannya sehingga ia bisa menatap wajah Jongsuk yang tersenyum hangat padanya, “tapi… tapi ibu sudah meninggalkanku dulu, Jongsuk oppa…”

“aku juga dulu meninggalkan ayahku sendirian… tapi, kau lihat sendiri kan, ayahku masih mau memaafkanku dan beliau sangat bahagia menemuiku…” balas Jongsuk sambil menghapus airmata Suji.

“apa kau yakin ibu akan bahagia lagi saat melihatku?” tanya Suji dengan nada khawatir.

“aku yakin itu Sujiya… kau harus menemui ibumu agar beliau bisa merasa lebih bahagia lagi…. Kau anaknya, kau ini sumber kebahagiannya…” jawab Jongsuk sambil tersenyum menatap Suji yang masih menangis. Jongsuk pun memeluk lagi Suji agar hati kekasihnya itu menjadi lebih tenang.

Setelah Suji merasa lebih tenang, Jongsuk membawakan dua mangkuk bubur untuk makan malam. Keduanya makan bersama di sofa apartemen Suji.

“aku sudah melipat dua buah selimut untukmu di koper… jangan sampai kau kedinginan nanti…” ujar Jongsuk sambil menyuap sesendok buburnya.

Suji tersenyum senang melihat perhatian kekasihnya dan berkata, “Terima kasih oppa… kau tidak menyuruhku untuk menjelaskan hubunganku dengan ibu… terima kasih kau sudah mencintaiku hanya karena diriku…”.

Jongsuk tersenyum mendengar ucapan Suji. ia tahu bahwa masih ada banyak masalah yang mungkin menghadang hubungan cinta mereka kedepan. Namun hanya kepercayaan dan saling mengertilah yang akan membuat mereka bertahan.

********

Di bandara Incheon, Suji baru saja tiba dan segera menuju ruang tunggu penumpang. Di sana, Woobin sudah menantinya sambil membaca koran hari ini.

“Woobin… kau tidak membangunkan tadi pagi… aku hampir saja telat datang” ujar Suji yang baru saja datang dan duduk disamping Woobin. Ia pun meminum air mineral milik sahabatnya itu untuk meredakan nafasnya yang tersengal-sengal karena berlari dari depan bandara untuk menghindari kejaran wartawan.

“kau terlalu asyik berduaan dengan Jongsuk semalam…” balas Woobin sambil melipat koran yang sudah ia baca, “lagipula sekarang kau sudah datang, tidak ada yang perlu di khawatirkan, Sujiyaa…”

Suji melepaskan kacamata hitam yang menutupi wajahnya yang sembab karena semalaman menangis. Woobin tampak terkejut melihat wajah sahabatnya yang sembab, “apa yang kau lakukan semalam??... cepat pakai lagi kacamatamu!!” ujar Woobin sambil memasangkan kacamata Suji, “orang lain bisa salah paham kalau melihat wajahmu yang seperti ini…. Mereka akan mengira aku melakukan hal aneh padamu…”

“aku begini karena ibu meneleponku kemarin….” Ungkap Suji sambil membenarkan letak kacamatanya. Woobin yang sudah mengetahui apa yang terjadi kemarin dari Jongsuk  yang menemuinya hanya diam mendengarkan ucapan Suji.

“aku yakin ibu juga sudah meneleponmu… makanya kau diam saja sekarang… ya kan?” tanya Suji sambil menatap sahabatnya.

Woobin hanya mengangkat bahunya pura-pura tidak tahu.

“kau juga yang memberitahu Jongsuk oppa kan tentang ibu?” tanya Suji lagi yang hanya direspon Woobin dengan diam.

“kenapa Jongsuk tidak mengantarmu ke bandara hari ini?” Woobin mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

“hari ini jongsuk oppa ada shoot drama…” balas Suji, “lagipula, jongsuk oppa sudah baik sekali mau membantuku mengemas semua barang yang kuperlukan semalaman…”

“kau tidak berbuat aneh –aneh dengan Jongsuk semalam kan?”

“maksudmu…??”

“kau tahu maksudku…”

“kau ini, masih saja berpikiran yang aneh-aneh tentang Jongsuk oppa...” balas Suji sambil melingkarkan tangannya ke lengan Woobin yang membuat pemuda itu diam karena bingung, “terima kasih, Woobin…”

“Untuk….. apa?” tanya Woobin dengan nada tergagap karena Suji sangat jarang berada sedekat ini dengannya.

“terima kasih… untuk semua yang kau lakukan untukku… kau mau kembali ke korea untukku… kau mau membantuku menghadapi semua masalahku… kau bahkan mau mendebutkan ke amerika…” terang Suji sambil tersenyum, “terima kasih kau sudah mau jadi sahabatku yang paling setia… terima kasih kau sudah membiarkanku mencintai Jongsuk…”

“apa aku sudah melakukan hal sebanyak itu?... mungkin aku bisa melakukan lebih banyak hal baik lagi ke depan…” jawab Woobin.

“oya… aku juga ingin berterimakasih untuk satu hal lagi…” tambah Suji.

“apa lagi?” tanya Woobin dengan penasaran.

“terima kasih karena kamu mau memproduseri lagu ciptaanku, Eventhough I Love You…sejujurnya, lagu itu untuk sahabat terbaikku ini…”

Woobin mengernyitkan dahi menatap Suji, “kenapa untukku?”

“ya… karena aku sahabatmu… terimakasih Woobin oppa, kau tidak memisahkanku dari orang yang paling kucintai…” jawab Suji dengan tulus sambil menyandarkan kepalanya dibahu Woobin.

Suji sangat senang melihat sahabatnya ini tersenyum dengan lega untuk pertama kalinya sejak kedatangannya ke Korea. Suji berharap persahabatannya dengan Woobin akan tetap terjaga hingga selamanya.

******

Dua bulan kemudian….

Suji baru saja selesai mengadakan jumpa pers mengenai debut album amerikanya bersama Woobin di depan wartawan. Acaranya berjalan lancar dan banyak wartawan local amerika dan wartawan korea yang hadir untuk meliput.

Woobin mengawal Suji untuk keluar dari kerumunan wartawan menuju kantor rekaman. Didalam lift menuju ruang kantor Woobin, Suji berkata, “aku tak tahu kalau acaranya akan berjalan lancar seperti ini…”

“kau benar… mungkin karena Jongsuk juga yang tidak pernah berhenti membicarakanmu didepan media… dia kan sekarang jadi hallyu star karena drama barunya itu, siapapun yang dekat dengannya akan terkena imbas… termasuk kau yang sampai sekarang betah menjadi kekasihnya….” Jawab Woobin sambil mengecek jadwal kegiatannya di ponselnya.

“aku akan anggap itu pujian darimu, Woobin oppa…”balas Suji sambil tersenyum geli melihat sahabatnya yang super sibuk ini.

“Woobin… kapan aku bisa bertemu dengan ibu? Kau bilang akan mempertemukan dengannya kan?” tanya Suji penasaran.

“apa kau yakin dirimu sudah siap untuk bertemu dengan ibumu? Kau tidak boleh kabur saat melihat ibumu nanti… janji??” jelas Woobin.

“aku sudah cukup kuat sekarang…. Aku janji tidak akan kabur saat melihat ibuku nanti.. jadi siapkan pertemuanku dengan ibu ya?” pinta Suji pada Woobin yang hanya dijawab dengan anggukan dari sahabatnya.

*************

Jongsuk sedang berada di ruangan CEO-nya untuk membaca proposal project untuknya. Ia benar-benar tidak senang karena semua project yang ditawarkan hanya akan di shoot di korea.

“kenapa aku tidak menerima proposal untuk casting di film amerika? Aku kan sudah lumayan lancar berbahasa inggris sekarang….” Ujar Jongsuk dengan nada kesal.

“kau kan masih baru belajar bahasa inggris lagi satu bulan terakhir ini… mana mungkin bisa kau menyaingi actor native amerika… kau butuh waktu lebih untuk belajar lagi….” Jawab manager Kim.

“kalau begini, aku tidak bisa menemui Suji di amerika…” ungkap Jongsuk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“tentu saja bisa…” jawab presdir Im pada Jongsuk.

“bagaimana bisa…?” tanya Jongsuk.

“aku bisa mengatakan kepada pengiklan untuk mengubah lokasi shoot mereka ke amerika kalau kau mau… aku akan beralasan kau perlu istirahat dan akan mengunjungi kerabatmu di amerika…” jelas presdir Im.

“apa anda yakin pengiklan akan percaya?” tanya Jongsuk dengan nada tidak percaya.

“tentu saja… kau ini sekarang hallyu star… kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali… aku akan menelepon mereka sekarang….bagaimana? kau mau iklan yang mana??”

Jongsuk tersenyum gembira mendengar pernyataan Presdir Im dan segera memutuskan untuk membintangi salah satu iklan.

***********

Nyonya bae sedang meminum kopi di cangkirnya saat pintu kafe terbuka dan Woobin muncul bersama dengan Suji yang berjalan dibelakangnya.

Suji melepas kacamata hitamnya dan melihat betapa ibunya kini sudah semakin tua dan menyedihkan karena tidak bisa menemui anak perempuan satu-satunya.

“Sujiyaa… anakku…” nyonya Bae beranjak dari tempat duduknya dan mendekat kearah Suji. Ia menggenggam kedua tangan Suji yang gemetaran melihat ibu yang sudah lama ia rindukan.

“ibu… kenapa ibu jadi kurus begini? Dulu ibu pergi dengan keadaan yang lebih sehat…” Suji benar-benar terpengarah melihat keadaan ibunya. Ada rasa menyesal karena telah menolak untuk menemui ibunya di hati Suji.

Woobin yang memperhatikan kedua wanita kesepian dihadapannya ini hanya bisa tersenyum penuh harap. Ia merasa tugasnya untuk menjaga Suji sudah selesai karena sahabatnya ini sudah mau menemui ibunya. Perlahan-lahan, Woobin meninggalkan kedua wanita yang paling dikasihinya itu mengobrol berdua.

Di luar café, Woobin mendapatkan telepon dari Jongsuk.

Pria ini benar-benar tidak bisa melihatku bahagia sendirian, batin Woobin sebelum mengangkat teleponnya.

“ada apa? kenapa kau berani meneleponku??” tanya Woobin dengan nada ketus.

“aku ada di amerika sekarang…. Apa aku bisa bertemu dengan Suji? kenapa Suji tidak mengangkat teleponku? studio rekamanmu masih di tempat yang lama kan? Aku kesana ya??” cerca Jongsuk dengan banyak pertanyaan.

Hari masih sore di langit dan Woobin hanya terus melangkah melewati jalanan ramai di sudut amerika ini. Di ujung lain amerika, Jongsuk masih terus bertanya kepada Woobin dimana Suji berada melalui teleponnya.

*********  

Suji duduk disamping ibunya di sebuah bangku taman Central Park sore itu. Senja mulai menunjukkan wajah merahnya dan membuat Suji sangat bahagia hari ini. Ia tak tahu bahwa dengan berada disamping ibunya dan menggenggam tangannya akan membuat hatinya merasa lega.

“Sujiyaa… kapan kau akan mengenalkan ibu pada Lee Jongsuk?”

“ibu tahu darimana aku berkencan dengan Jongsuk oppa? Woobin oppa yang bilang?”

“Woobin tidak pernah bilang apapun… aku tahu dari website…”

“ohhh….. terserah ibu mau menemuinya kapan…. Aku akan menelepon Jongsuk oppa nanti…”

“benar ya? Sebenarnya ibu sangat nge-fans dengan acting Lee Jongsuk… ibu senang sekali kamu ternyata berkencan dengannya…” ungkap Nyonya Bae pada putrinya.

Suji tampak terkejut, “apaa?? Ibu ngefans dengan Jongsuk oppa?? Haaahh….”

“kenapa? Apa ibu tidak boleh ngefans pada seorang actor?” tanya Nyonya Bae.

“boleh bu… boleh saja…” balas Suji sambil menggenggam tangan ibunya.

Senja di Central Park sangat indah sekali sore ini bagi Suji.

*********

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK