Jeon Jungkook memasuki sebuah rumah nan mega. Dia melenggang begitu hebatnya menyelinap masuk kedalam rumah dengan penjagaan ketat. Masuk kesebuah kamar dan memberi sebuah kamera kecil disetiap sudut ruangan tersebut. Lalu keluar kembali dengan mudahnya. Melompat, memanjat dan jungkir balik.
beberapa saat kemudian dia sudah kembali kedalan apartementnya. melihat seorang gadis yang berdiam diri didalam kegelapan malam. Wajahnya hanya disinari oleh cahaya rembulan. sepertinya dia sedang menangis. Jungkook tidak peduli. Dia masuk kedalam kamaar. Mendapati pria yang dia bawa tadi malam sudah tidak ada. Jungkook melihat keluarjendela. Lalu memukul bingkai jendela tersebut dengan kesal. "Oh,Shit!" mengaruk tengkuk kepalanya frustasi.
"Tok,Tok,Tok.!" ketukkan pintu. Na Young membukakan pintu. mendapati seorang pria yang berdiri didepan pintu. Na Young mengerutkan dahinya, ini bukan saat yang tepat untuk mengangguku. Decaknya dalam hati. Na Young menutup kembali pintunya, namun kaki pria tersebut menghalanginya. "Kau mau Soju?" tawar Jungkook. "Aku belum cukup umur untuk ini." Na Young mencoba menutup pintunya kembali tapi sama seperti sebelumnya jungkook menghalanginya. "Kalau begitu temani aku. Kau boleh minum soda." sungguh pria ini sangat suka sekali menawar sejak pertama Na Young bertemu dengannya.
Na Young hanya melihat Jungkook yang dengan senangnya meminum soju hingga dia sudah setengah mabuk. "Uri-Eomma tidak melarangmu meminum hal seperti ini, saat kau ada di bawa umur?" Na Young melipat tangannya didada. "Eomma? Oppsoyo." Meneguk kembali Sojunya. sebenarnya Jungkook biasa meminum anggur hanya saja karena dia mengajak seorang gadis maka dia menggunakan Soju.
"Aku dibesarkan dipanti asuhan, aku tidak tau Appa dan Eomma ku dimana? dan siapa mereka? Haha." tertawa kecut dan mulai tidak berbicara hal yang tidak-tidak. "Aku, dibesarkan oleh seorang priaa. Jika aku melakukan kesalahan maka aku akan dipukul, jika aku melakukan hal yang benar aku akan dipukul. Hahaha. Missi? misi dan misi? Misiku menhancurkan, Hancur hingga berkeping-keping seperti ini." Jungkook berdiri memegangi botol soju. Lalu menjatuhkannya. Na Young membulatkan matanya melihat apa yang Jungkook lakukan.
"Hatimu pasti sekarang sedang hancur. Apa yang terjadi?" tanyanya. "Apa yang terjadi apa? kau tidak lihat? lihat dirimu, kau menyukai seorang pria yang kau panggil YEOBO Setiap hari? apa dia menyukaimu? Oh tidak dia mendorongmu, kau terluka? itu lah yang selalu kau rasakan."
"Aku bertanya tentangmu."
"GAY! I'M NOT GAY! aku ingin hidup normal tapi misiku memintaku untuk tidak jatuh cinta, oleh sebab itu aku harus bertahan untuk mencintai seoarang pria yang sebenarnya aku tidak menyukainya."
Apa? apa yang dia bicarakan? Misi apa? Na Young menyipitkan matanya tidak mengerti. Jungkook mulai duduk didekat Na Young. membuatnya sedikit takut. Jungkook duduk menyandarkan kepalanya pada bahu Na Young lalu tertidur dengan lelapnya. Wajah Jungkook sangat dekat wajah Na Young Begitu dekatnya hingga Na Young bisa merasakan hembusan nafas Jungkook yang menyapu bibirnya. Dia merasa kasihan dengan namja ini.Entah apa yang terjadi padanya selama ini. Dia tak tau. "Jungkook-ah, sebenarnya aku ingin memukulmu karena kau berani tidur dipundakku. Tapi kali ini aku tidak punya banyak tenaga untuk bertengkar. Aku, akan kehilangan pria yang aku sebut sebagai YEOBO setiap harinya."
Lee hye seol, sedang memegangi kepalanya melihat seluruh barnya telah kacau balau. Padalah ini sudah sehari setelah kejadian pemberontakkan yang dilakukan Jungkook, tapi tak sekalipun barnya dia rapikan. Sesekali dia mengingat kembali wajah gadis yang barusaja masuk kedalam bar miliknya bersama seorang anak kecil. Lee hye seol, duduK didalam bar meminum segelas alkohol yang terlihat masih tersisa didalam gelasnya. Lalu seseorang datang, membungkukkan dirinya. Seorang pria berpakaian rapi memakai kemeja dan jas hitam. "ini hasil penyelidikan gadis yang di bawa oleh Jeon Jungkook Kemarin" ujar pria yang menyodorkan beberapa dokumen serta foto seorang gadis. Hye seol menaruh gelasny membuka dokumennya satu persatu
"Berdasarkan penyelidikkan, namanya Cha Na Young seorang yatim piatu sekitar 5 tahun yang lalu ayah meninggal karena kecelakkan pesawat. Ayahnya Cha jong Hyun, memiliki masalah dimana dia menjadi orang ketiga di rumah tangga Ryu Jong Hyun dan Kim eun jung. Tidak haanya itu Cha Jonghyun juga terkena kasus korupsi diperusahaan yang dia besarkan sendiri. Untuk itulah dia mencoba melarikan diri ke Amerika. Sejak kecelakaan ayahnya Na Young hidup terkatung-katung dan menjadi sasaran bullying disekolahnya satu tahun Na young bisa bergonta-ganti sekolah 3 kali. Dia sempat tidak bisa berbicara selamaa dua tahun. Sejak kematian ayahnya ditambah kehidupannya disekolah. Saat ini dia tinggal sendirian. Tapi belakangan ini aku memantau jika Jungkook berada bersama dengannya tinggal satu rumah."
Hye seol memandangi gadis yang ada di dalam foto itu. Dia berfikir apa yang harus dia lakukan. "Apa hubungan dia dan Jungkook? siapa target Jungkook?"
"Targetnya adalah Ryu Sujeong dan Ryu jonghyun."
bola mata Hye seol berputar, sesekali memegangi keningnya. Lalu mengayunkan tangannya menyuruh pria yang ada dihadapannya untuk pergi. Pria itu membungkuk dan pergi.
***
“Jungkook-ah, kau tidak berangkat kesekolah?” Na Young mengoyakkan tubuh Jungkook yang tertidur disofa. Pria bermarga Jeon hanya bisa meruba posisi tubuhnya tanpa membuka matanya.”Bangun! kau akan terlambat!” Na Young memukul Jungkook tapi pria itu tidak bergerak juga tidak mengatakan apa-apa. “IRONA!IRONA!” Na Young memukulnya dengan keras bertubi-tubi. “AISH!APPUDA!!” Jungkook berteriak pada Na Young. “YA!! Aku hanya membangunkanmu! Cepat bersiap dan pergi kesekolah!!” nada suara Na Young tak kalah tingginya dengan suara Jungkook.
Sehun sampai disekolah dia duduk termenung seperti orang dungu. Apa yang ada dikepalanya hanya Ha Young seorang. Taehyung datang. Kali ini dia datang dengan wajah muramnya. Melihat namja yang ada di sebelah bangkunya termenung. “Ada apa? Apa yang kau fikirkan?” Taeyung mempertemukan kedua telapak tangannya. “Sujeong bilang Ha Young masih hidup.” Sehun menjawab tanpa mengalihkan pandangannya yang kosong dan lurus kedepan. “Kau yakin pada sujeong?” Taehyung mulai mengikuti arah padangan mata Sehun.
“Kau tidak ?”
“Aniyo.”
Jungkook berjalan dibelakang Na Young kepalanya sepertinya mau pecah, karena terlalu banyak minum tadi malam. Dia melihat disekitarnya dia melihat betapa banyak sekali mata-mata yang mengikutinya dan Na Young. bola matanya berkeliling memperhatikan sekitar dengan tenang. “1..2...3...4...5...6...7...” hitung Jungkook. Ah,Jungkook menghelah nafas dalam dalam. “Jika seperti ini aku tidak punya kesempatan untuk mendekati Sujeong.” Jungkook berdecak pelan dan mengaruk kepalanya frustasi. Na Young berjalan dengan riang. Sampai langkah kakinya berhenti pada seorang gadis yang berdiri dengan senyuman hiring. Hatinya terlalu beku melihat senyuman itu. Beku bukan karena dia menyukainya,tapi beku karena luka yang dia rasakan. “Selamat pagi. Kau tidur dengan nyenyak?” Sujeong sinis. “Kau membuatku tidur dengan tenang. Berkat kau.” Tanggap Na Young.
“Sehun akan hidup dengan baik ketika berpisah denganmu.”
“Taehyung akan jauh hidup lebih baik ketika berpisah denganmu.” Ucapan Na Young sontak membuat gadis bermarga ryu tersontak sangat pas mengenai hati Sujeong. “Kau..” baru saja Sujeong memngatakan satu kata Na Young melengang melangkah dengan percaya diri. Seperti biasa Jungkook selalu ada disetiap detik penting pada lingkaran ‘busuk’ disekolah. Dia melihat dan mendengar apa yang Na Young dan Sujeong katakan. “Wow, daebak.” Jungkook bertepuk tangan. “Kau bisa kalah dengannya? Kau, memangnya kau kehabisan kata-kata?” Jungkook tersenyum miring mengejek. Sujeong menatapi namja yang ada di depannya. Berharap dia bisa memukulinya. “Aku mengalah, dia akan kehilangan orang terpenting setelah ini seperti lima tahun yang lalu. Darah harus dibalas dengan darah, luka harus dibalas dengan luka.” Sujeong tersenyum dingin. Melenggang melewati Jungkook yang masih bingung dengan kata Sujeong, “Orang terpenting? Darah? Luka?” apa mungkin ini ada hubungannya dengan kecelakaan peswat yang terjadi 5 tahun yang lalu membuat Cha Jong Hyun meninggal? Atau perusahaan yang tiba-tiba beralih ketangan Ryu Jong Hyun? Sesekali Jungkook berfikir, apa tidak ada nama lain selain Jung Hyun. Cha Jong Hyun , Ryu Jong Hyun. Cih!
Na Young membuka lokernya, matanya membulat ketika loker itu penuh dengan coretan spidol berwarna hitam buku-buku Na Young dicaca sobek keluar menjatuhi kaki Na Young. Semua orang disekitarnya malah tertawa bukan membantu Na Young. Masalah bukan berasal dari sana tapi dia berharap jika sesorang yang mengacak lokernya tidak menemukan stempel ayah Na Young. Na Young mencari stempel di dompet kecil yang dia sembunyikan di balik buku-buku yang ada di lokernya. Dia terlihat kebingungan. Dompet itu tidak ada. “Buang saja barang-barang yang rusak itu.” Jungkook menghampirinya. Semua orang masih bergerumbul menertawakan Na Young. Dasar sampah decak Jungkook melihat murid-murid yang terlihat senang jika salah satu murid lain diBully. “Buanglah! Berhentilah!” Ucap Jungkook pelan. “Hajjimah, Hijimah” Na Young seakan tidak mendengarkan ucapan Jungkook. Namja itu sangat kesal melihat Na Young masih tidak mau berhenti mencari sesuatu. Jungkook mengambil kedua lengan Na Young menghadapkan Na Young kearahnya. “HAJJIMAAAH!!” Jungkook berteriak dengan keras. Sangat keras sampai menghentikan tawa para siswa yang mentertawakn Na Young. Pelupuk mata Na Young mulai berair. Jungkook mengeretnya keluar ruangan.
“Ryu Jonghyun, proyek pulau ini telah tertundah beberapa kali, jika kau tidak melkasankannya dengan segera kami akan mencabut investasiku disini” ancama yang cukup berat. Joshep Liu pria berwarga negara China-Amerika duduk santai dengan presdir serta presiden dari RT COMPANY “Aku akan segara melaksankannya, besgitu kami nememuka stempel milik presdir lama kita Cha Jonghyun.”
Jungkook berdiri berhadapan dengan Na Young. Menghela nafas dengan dalamnya. Na Young sudah menangis dari tadi saat mereka berjalan keluar. “Berhenti menangis.” Pinta Jungkook. “Kau dengar aku?” Jungkook masih berhadapan dengan Na Young. Telunjuk jungkook mengenai kening Na Young mendorong dahi Na Young “Berhenti bersika seperti kau sesorang yang menyedihkan! Aku tidak tahan denganmu. Kau sangat lemah dan payah!” Jungkook mendorong dahi Na Young berkali-kali setiap kata dan perhataannya selalu diakhiri dengan mendorong dahi Na Young. “Kau sudah puas?” tanya Na Young menyeka airmatanya. “Kau fikir hanya hidupmu saja yang sulit?” Na Young mendorong tubuh Jungkook.
“Aku menyedihkan? Memangnya kenapa? Apa urusanmu? Kau tidak akan berfikir jika aku menyedihkan ketika ada.. gadis berusisa 13 tahun yang ditinggal oleh kedua orang tuanya, diberi amanat untuk menjaga apa yang orang tuanya punya. Kau tau apa yang aku rasakan? Mungkin benar aku tinggal diapartement sederhana, aku dapat membeli semua kebutuhan yang aku punya, tapi setiap hari masalah dan orang-orang ingin membunuhku ingin mengambil apa yang orang tuaku punya,setiap hari aku harus berurusan dengan orang-orang yang mengancam nyawaku” Dari tatapan Na Young, Jungkook melihat ketegaran, kepedihan yang mendalam sama seperti halnya dirinya yang harus tinggal yatim sejak kecil dipukul jika makan, dipukul pula ketika tidak makan, keterpaksaan harus menyukai sesama jenis. Ini sungguh perih. “Na Young-ah—“ bibir Jungkook ingin berucap menenangkannya. “Pergilah.” Na Young memotong ucapan Jungkook. Lalu membalikkan tubuhnya.