Lee Hye seol berjalan menujuh bandara, menjemput sesorang. Dia berdiri bersam dengan seorang pria yang masih memakai jaket coklat dan kacamatanya. “Layangkan gugatan segera. Bagaimana keadaan Na Young.”
“Cukup buruk.”
“Cukup? Kau yakin cukup? Ryu Jonghyun orang yang sangat baik.”
Kim Jongshik bersiap menujuh perusahaan Ryu Jonghyun. Dia telah siap dengan segala kemenangannya bersama dengan Ryu Jonghyun. Akhirnya mereka menemukan stempelnya dan hal ini akan menjadi bukti kuat dimana Kim Jongshik akan menang mendapatkan perusahaan yang dia impikan. Jongshik duduk dimeja yang telah ada Ryu Jonghyun dan juga para pegawai keparcayaannya. Semua terlihat tersenyum girang, lalu diujung paling pojok ada seorang gadis membawa dompet kecil yang baru saja dia ambil dari Na Young beberapa waktu lalu. Fikirannya masih melayang-layang pada gadis bernama Na Young, semakin dia memikirkan Na Young semakin hatinya terasa perih. Ini memang hanya sebuah tindakan pengecut dimana dia hanya bisa menyerang seseorang melalui kelemahannya.
“APAA?RAPAT?” Lee Hye seol berteriak didalam mobil mendengar sebuah telpon masuk. Dia masih bersama dengan orang yang sama, yang baru saja dia jemput dari bandara. Pria itu melirik Hyeseol, belum bisa bertanya . barulah ketika Hye seol menutup telponnya dia mulai mengangkat pembicaraan. “Apa yang terjadi?”
“Orang kepercayaanku mengatakan stempel Na Young telah di temukan.”
Mata pria itu membulat, dia lalu memegangi kepalanya mencari cara cepat agar semua masalah ini selesai. “Tolong panggil jaksa Ma Sang tae segera. Kirim pasukkan untuk pengawalan Na Young. Mari kita trobos semua ini.”
Sehun menghela nafas kasar, mengingat kembali tatapan Na Young pada Jungkook saat terakhir mereka bertemu dan makan bersama. Satu-satunya yang saat ini dia rasakan adalah perasaan nyeri yang berkepanjangan tiap kali dia mengingat hal itu. Sehun memutuskan keluar dari rumahnya pergi mencari udara segara mungkin fikirannya akan lebih baik. Langkah kakinya mulai memasuki pertokoan-pertokoan yang lumayan jauh dari rumahnya, ya mungkin dia sudah terlalu jauh melangkan namun fikirannya masih melayang-layang jauh. “Apa aku relakan saja dia?” gumamnya. “Berfikir tentang Na Young?” suara yang tidak asing baginya. Tubuh sehun secara otomatis berbalik melihat sesosok wajah yang sangat tidak asing baginya. Sehun tersenyum miring. “Apa yang kau lakukan disini?’ tanya Sehun ketus, memasukkan tangan kedalam saku jaket berwarna army yang sedang dia pakai. “Tidak ada.” Jungkook mengeleng, sembari menyembunyikan sebuah kantung belanja kecil miliknya. “Kau ingin makan seseuatu? Mari mencari sesuatu yang hangat.” Jungkook merangkul bahu Sehun yang lebih tinggi 4cm darinya. Sehun melirik dengan ketus, rasanya canggung sekali jika tangan Jungkook mengait seperti ini.
“Ya! Kita tak seakrab itu.” Sehun melepaskan rangkulan Jungkook dan mendorongnya.
“Ya! Aku hanya bersikap baik.” Jungkook menatap Sehun kesal. “Ya! Aku tidak suka sesuatu yang canggung, sudah jalan sendiri-sendiri saja.”
Jungkook tersenyum kecut. Mereka pergi menujuh sebuah cafe tak jauh dari tempat mereka berdiri.
“Apa Na Young baik-baik saja ?” Sehun membuka pembicaraan ragu.Jungkook mengernyitkan dahinya. Diam sejenak melihat pria yang ada dihadapannya,lalu menganggukan kepalanya. Sehun menangkap bahasa tubuh Jungkook.
Jungkook masuk kedalam hotel, dia melihat Na Young yang duduk diatas sofa sembari mengerjakan beberapa soal yang ada didalam bukunya. Masih ada sedikit beban dalam hatinya tetapi hal ini adalah langkah terbaik bagi mereka. “Na Young-ah, kita harus pindah.”
“Mwo?” Na Young menoleh kearah Jungkook. “Kenapa tiba-tiba?” tanya Na Young. “Kita tidak bisa selamanya tinggal didalam hotel. Ayo, kemasi barang-barangmu sekarang.” Jungkook tersenyum. Na Young masih tidak mengerti mengapa.
Flashback,
Headphone Jungkook berdering, sebuah nomor yang diatidak ketahui. Saat dia menempelkan headphone ditelinganya dia menyadari siapa orang itu. Jungkook keluar dan mendapati seorang wanita yang kesehariannya atau tiap kali mereka bertemu memakai warna yang sama, warna hitam dengan lipstik merah menyala.
“stempel Na Young telah di temukan, kau mengetahuinya?”Lee Hye Seol membuka pembicaraan, menyulutkan sebatang rokok ditanganya. “Stempel? Aku tidak tau. Tapi apa yang terjadi jika mereka menemukannya?” jantung jungkook berdebar kencang.
“Maka perusahaan akan menjadi milik ayah tirimu.” Jawab Hye seol. “Itu kabar burukanya, tapi kabar baiknya, ayah Na Young masih hidup. Mau atau tidak semua kebenaran akan terungkap. Kau membawa apa yang aku minta?” Hye seol mengulurkan tangannya. Jungkook memberikan sebuah map coklat pada hye seol. “Setelah hal ini selesai, maka apa yang akan kau lakukan?” pertanyaan itu tiba-tiba terlontar begitu saja dari mulut Hye Seol tanpa membalikan pandangannya pada pria yang berusia 20 tahun itu. Jungkook hanya diam. “Bresekolahlah dengan baik. Masuklah universitas manapun. Kau juga masih ingin punya masa depan bukan?”
Now
Hal yang sangat mengejutkan, Na Young kembali pada rumah yang dia tinggali sebelumnya. Apartemenya, seulas senyum mewarnai wajahnya. Dia sangat senang bisa kembali lagi.
Cha Jonghyun yang kembali masuk kedalam perusahaan lamanya, dia sudah meninggalkan perusahaan itu selama 5 tahun bahkan semua orang mengira jika dia sudah mati telah kembali berdiri dihadapan sebuah rapat besar dewan bersama dengan pengacara Ma Sang Tae. Tepat dimana Ryu Jonghyun dan Kim jong shik duduk menerangkan hal-hal baik perencanaan perusahaan suatu hari nanti, masa depan RT company bersama para dewan. Begitu Cha Jonghyun masuk udara dingin dan kaku mulai terasa.
“Aku datang kembali untuk mengambil hak yang aku punya.” Jonghyun tersenyum miring. Sujeong yang ada didalam ruang rapat itu tanpa sadar tanganya menutup mulutnya sendiri, matanya membulat. Kim Jong shik melihat sinis. Ryu Jonghyun membuka matanya lembar-lebar, apa ini? Apa yang terjadi? Kenapa pria itu masih hidup?
“Beraninya kau datang kemari setelah kasus korupsimu?” Ryu Jonghyun tersenyum miring menantang. “Kau tau Jonghyun-ah, meski kita sama-sama bernama Jonghyun tetapi marga kita tidak sama begitupun cara pemikiran kita. Bukankah, kasus itu hanya tipuan belaka? Aku pergi ke Amerika karena kau bilang jika akan ada inverstor yang ingin bekerja sama dengan kita?”
“Apa? Benarka? Bukankah kau yang meminta untuk pergi dan membawa istriku?”
“Secara tidak langsung aku dipaksa, Oh istrimu? Aku tidak pernah tau jika istrimu detang dan duduk ditempat yang sama denganku dan aku menyadari... jika ada sesuatu yang jangal didalam pesawat, jadi aku dengan cepat keluar dan membawa serta istrimu sebelum pesawat itu meledak. Dengarkan aku Jonghyun-ah, mari kita selesaikan di pengadilan segera, berikan setempel itu! Kau merampasnya dari anakku.” Jonghyun menguurkan tangannya. Seluru dewan tercengang melihat perdebatan diantara mereka. Satu-persatu dewan pergidari ruang rapat, mereka menyadari jika perselisihan ini harus dilanjutkan di pengadilan agar jelas kepada siapa mereka berpihak. Gugatan sudah di layangkan oleh Cha Jonghyun sesaat sebelum mereka ke kantor. Kim Jongshik mengepalkan tangannya, “SIAL! JEON JONGKOOK!” kim Jongshik berteriak dengan kencang didalam ruang rapat.