Na Young masuk kedalam apartement lamanya, senang rasanya kembali kedalam rumah. Diikuti dengan Jungkook yang ada dibelakangnya membawa koper yang berisi barang-barang Na Young. Mata gadis bermarga Cha itu mengelilingi setiap sudut ruangan rumahnya.
“Kau senang pulang kerumah?” tanya Jungkook. “Iya tentu saja.” Na Young tak henti-hentinya menatap seisi rumahnya. “Ini semua akan kembali menjadi milikmu, seperti dahulu.” Tubuh Na Young berbalik menghadap Jungkook yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. “Aku ingin kau memiliki tempat ini.” Jungkook tersenyum simpul. “Lalu bagaimana dengan mu? Apa kau akan pulang ke ayah tirimu?” Na Young bertanya ragu. Jungkook mengeleng, memasukan sebelah tangannya ke saku celana sementar tangan satunya menaruh koper Na Young. “Aku ingin tinggal di tempa yang lain, tak jauh dari sini. Aku harap agar kita bisa lebih romantis dan bisa saling merindukan.” Senyum Jungkook semakin lebar. Sementara Na Young mengernyitkan dahinya tersenyum. “Na Young-ah, kasusmu dan Ryu Jonghyun akan segera selesai.”
“Kau menyelesaikannya?” mata Na Young membulat mendengar ucapan Jungkook barusan. “Tentu tidak, ada seseorang yang sedang melakukannya untukmu. Orang itu akan datang kemari sebentar lagi.” Na Young masih menebak-nebak siapa orang itu.
“Kemarilah!” Jungkook mengelakkan tangannya, meminta Na Young untuk mendekat kearahnya. Gadis itu mendekat satu langkah. Jungkook menarik tangan kanan Na Young meletakkan tangannya ke pinggang, lalu merangkul tubuh Na Young dalam dekapannya. Dia sangat senang mencium aroma tubuh dan shampoo Na Young. “Ini akan segera berakhir.” Jungkook mebelai lembut rambut Na Young. lalu melepaskan pelukkannya. “Aku pergi dulu, nanti malam akan aku telpon.” Jungkook meninggalkan senyuman yang hangat.
Selang beberapa lama Jungkook pergi, seseorang mengetuk pintu. Na Young berjalan dengan ragu membuka pintu, berharap jika tidak terjadi penculikan ataupun sejenisnya padanya lagi. Na Young membuka sedikit pintunya. Dia melihat sepatu berkulit hitam, matanya naik kebagian tubuh yang lain. Seorang pria memakai mantel berwarna coklat berdiri dihadapannya, seorang pria itu sepertinya pernah dia temui tapi dimana?
“Appa?” Na Young mengelani bola mata ayahnya. Dia membuka pintunya lebar-lebar. Terpatung sesaat melihat pria yang tersenyum perih. Terlihat dari tatapan matanya, dia sangat merindukan Na Young juga sangat menyesal meninggalkannya selam 5 tahun. Pria itu merentangkan tangannya. Hatinya terasa nyeri melihat Na Young yang tumbu seperti istrinya. Na Young memeluk tubuh Jonghyun dan tangan Jonghyun merangkul tubuh mungil putri satu-satunya tersebut. “Appa, berjanji akan pulang maka Appa akan pulang.” bisik Jonghyun pelan pada telinga putrinya.
Sujeong masih shock dengan kedatangan Cha Jonghyun ke kantor ayah sekitar satu jam yang lalu. Seberapa banyak dia menghela nafasnya, tak cukup melegahkan hatinya yang sakit Jika Jonghyun masih hidup? Apa ibunya juga masih hidup? Lalu bagaimana keadaannya? Kenapa dia tidak kembali ke Korea? Itulah pertanyaan dalam hatinya saat ini. Eomma, apakau tidak merindukanku? Gerutunya dalam hati. sesekali menepuk-nepuk dadanya sendiri.
Jungkook turun dari apartement Na Young, Min woo sudah berada di luar gedung menjemputnya. “Apa yang akan kau lakukan sekarang?” Min woo menginjak gasnya begitu melihat Jungkook telah masuk kedalam mobil. “Menghilang seperti biasanya.” Jungkook menghela nafas dalam. Min woo tersenyum miring, “Daebak, memang kau sanggup?”
“hmm.” Jungkook menundukan kepalanya. Min woo sudah menyadari jika Jungkook tidak akan sanggup meninggalkan Na Young. “Masalah Na Young mungkin sudah selesai, tapi bagaimana dengan masalah kita dan ayah ?”
“Jika Appa ingin membuat kita pergi dari negara ini, maka lebih baik pergi. Lagipula aku tidak peduli lagi.”
“Aku tidak ingin kau pergi menghilang dari Na Young.”
“Tapi aku harus.”Nada suara Jungkook semakin melemah,“Aku sudah meminta seseorang untuk menjaganya dan aku harap kau juga ada disekitarnya.” Lanjutnya. “Meminta orang lain menjaganya tidak senyaman ketika kita menjaganya sendiri.” Min woo masih menatap lurus pandangannya ke jalanan.
“Appa, kau tidak mati? Bagaimana mungkin?”
“Tidak semua orang bisa selamat memang tapi yang ayah rasakan saat ini mungkin sebuah keajaiban.”
“Aku senang ayah selamat. Apapun yang terjadi” Na Young melepaskan pelukannya dari ayahnya. Tanpa mereka ketahui jika seorang gadis berdiri di depan pintu rumah Na Young. dia datang dengan hati penuh tanda tanya. Sujeong, hatinya mungkin asih bertanya-tanya ada apa dan kenapa? Lalu bagaimana dengan keadaan ibunya. Tapi dia masih tidak berani untuk datang dan menamu Jonghyun.
“Bagaimana dengan keadaanmu selama ayah tinggal?” tanya Jonghyun pada anakknya. “Hidupku cukup sulit.” Mengulas senyum lelah dan terpaksa diwajahnya. “Tapi belakangan aku punya banyak teman yang mau membantuku diantarannya adalah Bibi hye seol. Aku kira dia orang jahat, kerna salah satu temanku mengenalnya dan kami terlibat sedikit masalah saat pertama kali kami bertemu.” Na Young menceritakan semuannya pada ayahnya.
Taehyung duduk berhadapan dengan sehun. Entah sejak kapan tapi belakangan ini keduanya terlihat sering bersama-sama. Mereka sering kali menghabiskan waktu berdua tidak melakukan apapun hanya sibuk dengan fikirannya masing-masing. “Bajingan tengik itu mau kemana sekarang?” Taehyung masih memandangi keluar jendela. “Dia tidak memberi tahuku hanya saja menyuruku untuk menjaga Na Young.”
“Tunggu, memangnya kenapa harus kau ?” Taehyung menyipitkan matanya. “Karena aku lebih lama mengenal Na Young dari pada kau.”
“Tidak bisa, harusnya itu adalah aku.” Taehyung dan sehun mulai berdebat.
***
Jungkook mengetuk pintu rumah Na Young, dia menyadari jika ayah Na Young sudah kembali dan menyadari jika mungkin Jungkook akan ditolak oleh ayahnya. Pintu terbuka, dia meliaht seorang pria berusia sekitar 45tahunan berdiri dihadapannya. Jungkook membungkuk, entah kenapa rasanya sangat gugup. Pria itu tersenyum, membuat hari jungkook yang gugup menjadi sedikit relax. Mungkin pria itu menyadari jika selama ini Jungkook lah yang menjaga Na Young meski pada awalnya dia mengingikan harta Sujeong yang sesungguhnya adalah harta Na Young.
“Aku ingin mengajak Na Young jalan-jalan sebentar.” Ijin Jungkook.
“Silahkan Jungkook-ah.” Jawab Jonghyun ramah. Jungkook sedikit tersentak mendengar Jonghyun menyebut namanya tapi disisi lain dia juga merasa senang. Akhirnya, Jungkook dan Na Young berjalan bersama menujuh barisan pertokohan musim dingin yang sudah mendekati Natal, ada banya sekali pernak pernik natal yang terjajar di toko.
“Kita mau kemana?” tanya Na Young menggosok tangannya. Udara begitu dingin diluar walaupun Na Young sudah memakai sarung tangan rasanya masih saja dingin. “Kita akan pergi ke taman, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama dengamu.” Jungkook tersenyum. “Baiklah.” Jawab Na Young yang masih menggosok tangannya. Melihat apa yang Na Young lakukan Jungkook segera mengambil kedua tangan Na Young, mengengamnya bersamaan dan menggosoknya bersamaan dengan tangnnya agar Na Young merasa lebih hangat. Na Young tersenyum bahagia. “Jika begini perilakumu harusnya aku tidak memakai sarung tangan saja.”
“Jika kau tidak memakai sarung tangan kita akan pulang.” Jungkook membalas gurauan Na Young. Jungkook mengandeng tangan kanan Na Young memasukkannya kedalam saku mantelnya. Mereka berjalan disebuah taman malam berhias lampu-lampu berwarna warni. Jungkook menghelah nafas kasar, berat sekali hatinya. “Na Young-ah, aku akan pergi dan aku tidak tau apa aku akan kembali atau tidak.” Na Young mendongakkan kepalanya.
“Kau mau pergi kemana?” tanya Na Young. “Aku harus melakukan sesuatu.”
“Misi?” Na Young mengernyitkan dahinya. “Jika misi yang kau lakukan adalah hal yang sama yang kau lakukan padaku dan juga sujeong maka aku tidak mau kau berangkat.”
Jungkook mengeleng. “Anyio. Ini hanya untuk diriku sendiri.” Jungkook menghadapkan tubuh Na Young untuk melihat dirinya. “Aku akan pergi, tunggu aku hingga aku kembali. Jika aku tidak kembali aku akan memberikanmu kabar secepatnya.”
“Kau berjanji akan pulang kan ?” tanya Na Young memastikan. Jungkook mengangguk berjanji. Lalu memeluk gadis mungil bertubuh 165 cm yang ada dihadapannya. Membelai lebut rambut dan aroma shampoo yang dia sukai.
“Jika aku pergi, kau tidak boleh menggandeng tangan orang lain, jangan dekat-dekat Taehyung dan Sehun.” Jungkook mengerutkan dahinya.
“Hey, mereka adalah teman.”
“Aku tidak suka kau memanggilnya Yeobo dulu, kau benar-benar tidak tau malu.”
“Tentu saja, jika kau dulu yang menolongku sama seperti sehun mungkin kau aku melakukan hal yang sama dengan sehun, yaitu mendorongku.”
“Oh, sudah pasti aku membinasakanmu lebih dahulu.”
“Kau ingin mati?” Na Young memukul tubuh Jungkook. “Aw, tanganmu itu keras dan sakit.” Jungkook mengelus pundaknya yang dipukul oleh Na Young. “Jadi diamlah! Kau tidak pernah melihatku marah bukan ?” Na Young menambah dengan mengelembungkan pipinya. “Kemarilah.” Jungkook menarik lengan Na Young yang wajahnya menghadap elain arah dari pandangannya. “Hadapkan wajhmu kesini.” Na Young menoleh kearah Jungkook. Sepertinya perasaan beratitu selalu ada didalam batin Jungkook, berat rasanya meninggalkan Na Young dan menitipkannya pada sehun. Bahkan mungkin dia tidak rela jika Sehun yang ada disampingnya, gadis ini terlalu berharga baginya. Jungkook mendekatkan wajahnya ke wajah Na Young, lalu mencium dahi Na Young lembut. Na Young merasa jika Jungkook benar-benar aneh, dan ada batin yang berat dalam hatinya. Na Young menyentu dada Jungkook. “Jika hal ini terlalu berat bagimu, maka jangan pergi.” Dari sentuhan tangan Na Young itu, dia merasakan ada yang melukai hati Jungkook.
“Aku tetap harus pergi.”
“Aku juga ingin ikut, kemana kau pergi.”
“Kau harus masuk Universitas.” Jungkook tersenyum. Na Young mengeleng. Jungkook meraih tubuh Na Young sekali lagi memeluknya.
Sujeong memberanikan diri mengetuk pintu rumah Na Young. dia tau benar jika Na Young pergi bersama sehun beberapa waktu lalu, jadi yang ada didalam hanyalah Jonghyun. Selang beberapa saat seorang pria yang sama saat membukakan pintu untuk Jungkook keluar. Pria itu mengernyitkan dahinya dan langsung mengerti pertanyaan apa yang akan gdis itu tujuhkan.
“Eomma, oddigayo?” Sujeong langsung membuka pertanyaan di depan pintu itu juga. “Kim Eun Jung baik-baik saja jangan Khawatir dia akan pulang.”
“apa dia benar-benar mencintaimu?” pertanyaan Sujeong sontak membuat Jonghyun tersentak. Dia tau jika sujeong akan bertanya hal ini padanya tapi dia tidak menyangka jika secepat ini. “Anyio, dia hanya mencintai Ryu Jonghyun dan anaknya seorang.”
“Lalu bagaimana bisa kalian terbang bersama?”
Jonghyun menghelah nafas berat, melihat Sujeong sama hal nya melihat ibunya saat dia memintanya untuk pergi dari negara ini dan keluar dari perusahaan, dia seperti memiliki banya sekali tekanan dalam dirinya “Aku akan membahasnya nanti di pengadilan, aku tidak bisa berkata banyak akan hal itu? Sekarang pulang dan istirahatlah, tenang saja jika sesuatu terjadi pada ayahmu, aku yang akan menjadi ayah angkatmu.” Jonghyun menepuk pundak Sujeong.
Persidangan, hari paling berat dalam hidup Sujeong. Ayahnya telah memakai baju tahanan, warnanya orange. Dia telah di borgol entah sudah selama ap borgolan itu mengikatnya. Juga dengan Kim jongshik yang ada disampingny. Sujeong keluar begitu ayahnya datang. Hatinya terasa sakit. Dia memegangi dadany, ingin menagispun tak bisa, bukan karena sudah terlalu banya menangis hanya saja sudah terlalu lelah. Sebuah cup coffe tiba-tiba ada dihadapannya, seorang pria berambut kecoklatan menyodorkannya. “Kau mau ini? Ini ekspressso yang kau sukai, rasanya sangat manis.” Taehyung tersenyum. Sujeong hanya melihatnya. Lalu berlalu, tak ada perasaan yang pasti. Keinginannya hany pergi berlalu dari Taehyung. Dia juga tau jika ayahnya pasti akan masuk penjara, dan mendapatkan hukuman yang pantas dengan perbuatannya. Termasuk dengan percobaan pembunuhan berkali-kali yang menimpah Na Young. Taehyung menatap punggung Sujeong, menghelah nafas kasar. Mungkin dia hanya butuh waktu untuk sendiri. Langkah kaki Sujeong menujuh taman tak jauh dari pengadilan. Udara diluar begitu dingin, tapi tak sedingin hati Sujeong. dia duduk di bangku taman itu, membiarkan salju turun dan menghinggapi tuhunya. Lalu sebuah selimut menyelimuti tubuhnya. “Taehyung-ah, jangan menggangguku.” Sujeong meleepas selimut itu. Tetapi tangan yang sama mengalungkan kembali selimut itu dan menutupi tubuhnya. “Aku mohon kau—“ Sujeong berbalik, mendongakkan kepalanya. Rasanya kata-katanya tersendat di leher. Ini dia, dia datang seseorang yang dia rindukan lebih dari rindunya pada Taehyung. “Kau akan kedinginan jika tidak mau masuk dan tidak mau memakai selimut.” Suara ini adalah suara lembut yang dia rindukkan. “Eomma?” Sujeong masih tercengang tidak percaya. Kim Eun Jung merentangkan tangannya menpersilahkan putrinya untuk memeluknya. “eomma, kau kemana saja?” Sujeong memeluk Ibunya sambil menangis. “Aku pergi untuk menlindungimu. Jika aku terus disini, aku khawatir kemarahan ayahmu akan dilimpahkan padamu.”
“Aku merindukan Ibu. Aku kira kau sudah mati.” Lelehlah semua yang membeku dalam hati Sujeong. keduanya hanya bisa menangis saling merindukan selama 5 tahun tidak bertemu.
Sepasang mata melihatnya dari jauh, sepasang mata yang yakin jika Sujeong tidak sejahat itu selama ini dan sepasang mata ini tersenyum bahagia melihat Sujeong kembali bersama dengan Ibu yang dia rindukkan, sebenarnya dia tau jika Sujeong hanyalah butuh ibunya kembali tetapi scenario kehidupan kduanya harus ditata sedemikian rupa untuk kebahagian yang lebih nikmat. “Na Young-ah.” Na Young mengalihkan pandangannya dari anak dan ibunya, pada seorang pria yang berdiri tak jauh dari hadapannya.
“Min woo-sshi?” Na Young mengerutkan dahinya. Melihat pria yang masih mengatur nafasnya. “Jungkook oddiga? Aku tidak bisa menemukannya dimana-mana, apa dia meninggalkan No tlpon yang bisa di hubungi?”
“Aku tidak tau.” Sesaat Na Young kembali mengingat apa yang kemarin Jungkook katakan. Setelah dia ingat dia langsung berlari kencang menjuh bandara. Apa yang dia fikirkan dia juga tidak tau, yang jelas jika Jungkook akan pergi jauh meninggalkannya, tanpa surat tanpa ada nomor yang dia tinggalkan agar gadis itu dapat menghubunginya. Na Young meninggalkan pengadilan Ayahnya, pergi menaiki busa dan kereta bawa tanah. Entah apakah dia akan bertemu dengan Jungkook atau tidak, yang jelas tujuannya adalah bandara.
Langkah kakinya berlari cepat menuju pintu masuk, entah apa dia akan bertemu dengan Jungkook atau tidak. Sekilas Na Young melihat bayangan Jungkook tak jau dari kerumunan. Na Young berlari, kemana? Kemana dia pergi? Na Young hanya ingin tau kemana dia pergi.
“Kau ingin melihatnya seperti ini?” ucap pria yang berdiri disamping Jungkook. Wajah jungkook sudah pucat pasit sejak keberangkatannya tadi. “Ya, aku rasa akan lebih baik seperti ini kejadiannya.” Min woo mengerutkan dahinya. Kadang dia sekalu berfikir betapa kerasnya kemauan Jungkook. “Ayo kita pergi.” Jungkook menarik langkahnya pandangannya mulai beralih dari gadis yang kebingungan mencarinya. “Na Young-ah!” seorang pria tak jauh dari Na Young berlari menyusul. Suara itu tidak salah lagi. Mata Jungkook kembali kearah gadis itu. “Oh Sehun” dia pria yang akan menjaga Na Young di kemudian hari.
“Apa yang kau lakukan? Bukankah sidang belum selesai?” tanya Sehun. Gadis itu hanya diam semetara bola mata juga tubuhnya pergi kesana dan kemari. Sehun merasa ada dua pasang mata yang melihat kearahnya. Sehun mengikuti arah mata itu dan mendapati seorang pria bermantel biru dongker bertopi, wajahnya hampir tidak kelihatan tapi dia tau jika orang itu adalah orang yang dia kenal. Jungkook melambaikan tangan pada Sehun. Lalu berjalan masuk kedalam bandara.
5 tahun kemudian....
Akhir yang menggantung, Ryu Jonghyun mendapatkan apa yang dia perbuat bersaeta Kim Jong shik. Ayah Na Young kembali mendapatkan apa yang harus dia dapatkan. Dan sujeong bisa tinggal dengan Ibunya Kim eunjung. Hubungan Sujeong dan Taehyung mulai membaik semenjak persidangan. Mungkin mereka bukan hanya harus bersama karena sebuah perusahaan tapi memang harus bersama menutupi kekurangan masing-masing.
Na Young sekarang sudah lulus dan masuk universitas. Dia masuk di jurusan Psikologi. Alasanya karena dia ingin ada banyak anak yang tumbuh dengan normal. Membantu para anak-anak yang bermasalah keluarga seperti yang pernah dia ketahui dari Jungkook. Dia berharap jika suatu hari nanti tidak akan ada Jungkook-Jungkook lainnya yang dipaksa menjadi seorang mata-mata terlebih dia terus-terusan dapat kekangan seksual.
“Na Young-ah.” Ini dia, pria yang sama yang selama bertahun tahun menjaganya. Dia melambaikan tangan kepada Na Young lalu berlari. Selama 5 tahun ini semua orang membicarakan hubungannya dengan Sehun, semua orang di universitasnya juga berfikir jika sehun adalah pacar Na Young. ya, wajah saja semua berkata demikian karena Na Young dan sehun selalu bersama dan Sehun selalu mengutamakan Na Young timbang teman-temannya.
“Bagaimana keadaanmu?” Sehun duduk disamping Na Young dibangku taman Universitas. “Aku bisa mati. Ternyata seperti ini melihat banyak kasus psikologis anak di korea.” Na Young menghelah nafas. “Bukan kah besok natal, kau tidak ingin pergi? Bukan kah ayahmu membuat pesta Natal?”
“Aku benci Natal.”
“Hey, ayahmu kan sudah menyiapkannya untukmu. Ibuku akan membawakan ayam goreng kesukaan mu dan aku akan mengajak taehyung dan Sujeong.”
“Setiap natal kita melakukan hal yang sama.”
“Ayolah.” Paksa Sehun. Na Young melirik malas. “Baiklah.” Sehun pergi dari hadapan Na Young. sementara gadis itu masih saja sibuk dengan catatannya. Dia tidak tau harus dari mana meneliti kasusu psikologi anak ini. Lalu dia membalik lembaran yang ada di hadapannya. “ANAK TIRI DIPAKSA MENJADI GAY” Mata Na Young terhenti di kalimat yang barusaja dia baca. Sesaat pikirannya terbang, kembali mengingat dimana Jungkook yang mabuk marah serta menangis menceritakan kehidupannya yang membuatnya tertekan. Na Young memegangi dadanya. Dadanya terasan nyeri, tanpa sadar dia mengingat kembali masa bahagianya bersama dengan Jungkook hingga akhirnya dia pergi entah kemana. “Ini sudah lima tahun, kau sangat jahat tidak pernah menghubungiku?” Na Young mengusap layar ponselnya melihat foto seorang pria yang manjadi wallpapernya selama lima tahun terakhir. Pelupuk matanya mulai penuh dengan air. Setiap hari dalam hatinya dia hanya bisa bertanya. Apa jungkook akan pulang? apa jungkook sudah makan?
Salju mulai turun dengan lebatnya. Na Young berlari memasukkan tangannya di kantung mantel. Dia cepat-cepat pulang kerumah agar orang-orang tidak mengkhawatirkan tentang keberadaannya. Mungkin semua sudah khawattir jika Na Young tidak akan datang karena dia terlambat 2 jam dari janji yang dibuat. Ini semua karena buku-buku perpustakaan yang tidak membatu tugas analisis psikologi, pada akhirnya dia harus pergi mencari subject untuk diwawancari. Udara benar-benar dingin dan menusuk menembus tulang-tulangnya. Na Young sampai di apartemennya terlihat bebbagai sepatu mewarnai lantai rumahnya. Sujeong yang pertama kali keluar dari ruang tamu menyambut Na Young.
“Kenapa kau datang terlambat?” Sujeong menaruh tangan di dadanya.
“Buku-buku itu tidak membantu.” Gerutu Na Young. “Tidak mungkin perpustakaan sebesar itu dengan buku sebanyak itu tidak membantumu. Kau saja yang mungkin terlalu bodoh.” cerca Sujoeng. Ah, gadis ini selalu berkata sangat pedas. “Na Young-ah.” Junghyun keluar. “Woah, putriku kenapa baru datang ayo bergabung. “ Jonghyun membersikan sedikit salju yang masih menempel di rambut Na Young. lalu mereka bergabung dengan yang lain. Disana ada ibu sehun dan sehun lalu taehyung, sujeong dan ibunya lalu ayahnya dan Lee Hye seol semua senang menikmati hidangan dimalam natal. “Na Young-ah, maafkan aku aku belakang terlalu sibuk sampai lupa menyapa dan bertanya kabarmu.” Ucap taehyung membuka pembicaraan setelah Na Young duduk di sampingnya. “tidak apa-apa, aku baik-baik saja.” Jawab Na Young meski dalam hatinya berkata “Tidak, aku sangat tidak baik, aku frustasi dan merindukan Jungkook.”
Hye seol melihat Na Young. “Apa yang sedang kau kerjakan saat ini?” tanyanya pada NaYoung. “Kau tau kekerasan seksusal saat ini pada anak-anak juga kekangan seksual. Ada sebuah keluarga yang ingin jika anak-anaknya menjadi seorang gay. Aku harus memcahkan hal itu sementara untuk mencari narasumber seperti itu sangat sulit.” Jawab Na Young panjang lebar. Hye seol mengangguk, “Mungkin kenalanku akan membantu. Dia baru saja pulang dan melakukan perawatan. Jangan terlalu kaget dengan kelakukannya.”
“Oh benarkah? Apa keluarganya seperti yang aku cari ?”
“Aku tidak yakin tapi pengekangan seksual ada dalam dirinya.”
“woaaaahhhh, aku beruntung memilikimu Ahjumma.”
“Tentu saja.” Hyeseol meneguk soju yang ada ditangannya.
Pesta natal telah uasi, semua sanga senang dan senang. Na Young masih menunggu sendirian di keheningan malam yang bersalju. Dia masih berfikir siapa yang akan datang. Hey seol menyuruhnay untuk menunggu tapi ini sudah 3 jam dan cafe hampir saja tutup. Berkali-kali Na Young meminta pelayan untuk menunggu sebentar. Lalu lampu cafe mati, dan Na Young melihat tidak ada seorang yang datang. “Aku butuh subject.” Na Young menghelah nafas kasar. Tas berwana coklat kuit dia sampirkan kebahunya. Tiba-tiba jatuh mungkin dia terlalu leah dan kesal menunggu. “Bahkan tasku saja lelah menunggu dia.” Gerutunya sembari melihat tasnya jatuh. Lalu mengambilnya. Sebuah kaki melangkah ke arahnya berhenti begitu saja. Na Young diam, apa orang ini akan mencuri tasnya. Na Young memberanikan diri mendongakkan kepalanya. Seorang pria masih berdir tegak dihadapannya. Mata itu... dia merasa jika mengenalnya. Na Young berdiri, menyampirkan tasnya di pundak. Pria itu membuka topi dan syalnya. Secara otomatis tangan Na Young menutupi mulutnya, dia sangat terkejut. Lalu mengulurkan tangannya. Memegangi wajah yang dia rindukan. “Jungkook –ah.”
“Aku katakan padamu aku pasti akan kembali.” Jungkook memgangi tangan Na Young yang menyentuh pipinya. “Aku harap aku tidak membuatmu mati terkejut.” Jungkook tersenyum. Na Young memukuli Jungkook. “Kau!” mulai menangis. “Kau tidak membuatku terkejut, rasanya aku ingin mati karena merindukanmu.”
“Aku pergi membersikan latar belakangku, agar aku dapat hidup dengan normal bersama dengamu.” Jungkook menghentikan pukulan Na Young tapi gadis itu tetap aja menangis. Lalu Jungkook menarik tangan Na Young meraih tubuhnya masuk kedalam pelukkan nya. “Kau tidak boleh sembarangan pergi, kau mengerti?” Ucap Na Young. “Aku hanya ingin bersamamu bukan? aku tidak akan pergi.” Jungkook tersenyum. Lalu mencium kening Na Young.