Kau tidak akan pernah tau bagaimana perasaanku ketika mendengar jika ibuku berselingku dengan ayah Na Young, aku benci padanya sangat benci sejak pertama kali aku berada di dekatnya, dia punya segalanya dan selalu menang, jadi hari ini aku harap dia tidak pernah menang. –Sujeong-
Sujeong masih berada didalam mobilnya mendengarkan teriakan gadis yang ada dibelakang kursi mobilnya. Gadis itu masih saja memberontak sebegaiman mestinya saat dia diculik. Mobil berhenti ditempat yang cukup sepi, Sujeong yang tadinya memakai seragam sekolah mulai memakai baju biasa. Kaos oblong juga rambut ikalnya yang dia kuncir keatas. Sebenarnya dia tidak mengerti apa yang harus dialakukan pada Na Young tapi ada yang bisa dia lakukan juga. Mobil melajuh kearah yang sangat jauh dan jauh. Lalu Na Young dikeluarkan dari mobil mewah itu. Mata Na Young membulat melihat seorang gadis yang turun dari mobil yang sama. Lalu mobil itu meninggalkan mereka berdua. “Apa yang kau inginkan?”
“Aku ingin kau mati.” Sujeong mendekati Na Young. perasaannya meluarp-luap dia ingin segera hal ini berakhir, kemarahan yang sangat dalam mengingat kembali apa yang terjadi pada ibunya. Tangan Sujeong telah meraih leher Na Young, lalu mencekiknya dengan keras. “Jika.. kau mem..bunuhku.. ayah..mu.. akan lebih tamat lagi..” Na Young berbicara terbatah-batah karena dia mulai sulit sekali bernafas. Sujeong baru ingat, tentang ayahnya. Lalu menjatuhkan tangannya menjauh dari leher Na Young. gadis bermarga Cha masih diam mencari udara setelah sujeong mencekiknya. “Sama halnya denganmu, aku juga marah. Kenapa urusan orang dewasa membawa kita seperti ini, membawaku sesekali masuk dalam jurang kematian.” Ucap Na Young yang mulai dapat mengatur pernafasannya dengan Normal. “Aku, bisa memberikanmu semua yang kau inginkan. Aku bisa memberika perusahaan yang kau butuhkan. Kita tidak seperti ini saat kita masih kecil.” Lanjut Na Young. sujeong diam sejenak, sesekali ingatannya kembali saat dia dan Na Young masih bermain bersama.
“Aku sudah terlalu kecewa dengan apa yang terjadi.”
“Kau tidak sedang kecewa, kau hanya membayang-bayangi dirimu sendiri dengan masalalumu. Kau tau jika ayahku dan ibumu tidak melakukan hal yang salah. Lantas apa yang terjadi pada kita? Aku tak mengambi TaeHyung darimu. Aku tidak menyukainya. Bisakah kita bersama kembali seperti dahulu? Maafkan aku jika aku punya banyak salah kepadamu. Mari lupakan apa yang terjadi” Na Young mengulurkan tangannya.
Jungkook bersama dengan Min woo yang memang sudah siap siaga sejak berada di tempat tteobokie yang mereka makan langsung datang untuk menjemput Jungkook dan mengejar mobil itu secepat yang mereka bisa. “Kita tidak bisa seperti ini terus. Lari dan tangkap. Harus ada yang kita lakukan dan yang kita pecahkan.” Min woo masih menyetir dengan kecepatan maximum. “Apa maksudmu?”
“Bisakah Na Young memberikan perusahaannya pad Ryu Jonghyun?” akhirnya ucapan itu terlontar dari mulut Min woo. “MWO? Kau ingin mati?” Jungkook menaikkan nada suarannya. “Jika Na Young yang memimpin perusahaan butuh waktu 10 tahun baginya menyelesaikan studi.” Minwoo melanjutkan ucapannya.
“Mereka dapat memegang perusahaan sementara dan Na Young tetap pewaris utamanya.”
Mobil tiba-tiba menepi, perilaku Min woo semakin membuat Jungkook getir. “Apa yang kau lakukan ?” tanya Jungkook. “Kau! Apa kau tidak sadar? Setiap menit dan detik hidup Na Young terancam bahaya sejak kepergian ayahnya hanya karena sebuah perusahaan? Kita, tidak bisa melindunginya terus setiap hari. Kau! Sekuat-kuatnya seorang pria, pasti suatu saat nanti akan ada titik dimana kau akan menjadi lemah, apa yang akan kau lakukan . jika suatu hari nanti Na Young tidak mencintaimu lagi? Oh, aniya atau jika kau tidak lagi mencintainya ? apa yang akan kau lakukan ? bagaimana nasibmu dan nasib Na Young?”
“Kau menyerah?” Jungkook menyipitkan matanya. Min woo tersenyum kecut, “Apa yang harus aku serahkan dan apa yang sedang aku perjuangkan? Aku hanya kaki tangan disini.” Min Woo mengengam erat kemudi bundar dihadapannya. Jungkook dengan kesal melemparkan pandanganya keluar jendela. “Na Young yang harus menyelesaikannya sendiri bukan kita. Pasti dia mampu.” Min woo menambahkan kata-katanya tetap jungkook tak peduli. Tangan Min Woo menyembunyikan sebuah map yang dia ambil dari hotel Jungkook saat mereka pergi ke sekolah.
Sehun berjalan lunglai, rasanya tidak biasanya dia berjalan seperti ini sejak terakhir kali Ha Young pergi. Tetapi ucapan Na Young cukup menusuk hatinya, bahkan saat dia menghelahkan nafas pun tidak pernah cukup mengurangi beban dihatinya. Jadi dia hanya bisa diam berjalan dan terus berjalan.
Sujeong masih berdiri tegak dihadapan Na Young yang mengulurkan tangannya. Dia masih berfikir, lalu Sujeong mulai mengulurkan tangannya. Mungkin dia mulai sadar jika tidak perlu lagi perdebatan diantara mereka. Tapi sayangnya “PLAKKK” tangan Sujeong memukul tangan Na Young. “Aku benar-benar benci padamu, bahkan tidak pernah berkurang hingga hari ini.” Sujeong menolak perdamaian Na Young. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya, sujeong menoleh kekanan dan ke kiri dimana para supir dan bodyguardnya, sementara Na Young masih terdiam tidak menyadari jika rintikkan hujan turun dengan derasnya. Sujeong melihat sebuah gubuk kecil yang tak jauh dari tempanya berada. Dia langsung berlari menujuh gubuk itu untuk berteduh. Saat dia sampai disana, dia berfikir jika Na Young ikut dengannya , tapi sayang Na Young masih berdiri disana. Diam tidak melakukan apapun, entah apa yang dia fikirkan. Padahal seragam sekolahnya sudah mulai basah. Ah, abaikan. Sujeong menyilakan tanganya diatas dada memandangi Na Young yang masih berdiri disana.
“Babbo!” Na Young mendengar sebuah suara tak jauh darinya berdiri, seorang gadis yang menutupi kepalanya dengan kedua tangan agar air hujan tidak membasahi tubuhnya. Tetapi tetap saja, malam itu hujan terlalu lebat. Na Young tersenyum. Dia berlari kearah Sujeong dan mengandengan tangan Sujeong sembari berlari dengan cepat menujuh gubuk. Tanpa sadar seulas senyum simpul di wajah Sujeong saat dia berlari bersama Na Young. rasanya legah dan bebas. Ada perasaan yang bahagia pada umumnya seorang anak remaja.
Na Young pulang ke Hotel dimana Jungkook dan dia tinggal untuk saat ini. Dimana pria yang selama ini bersama dengannya? Biasanya dia selalu hadir pada saat genting seperti tadi. Tapi entah kenapa untuk saat itu jungkook tak kunjung datang, apa dia sedang melakukan hal lain? Oh mungkin tidak. Na Young keluar dari lift lalu berjalan menujuh hotel yang biasa dia tempati, dia mendongakkan kepalanya melihat seorang pria yang berdiri di bibir pintu menunggu dengan cemas. Pria itu berbalik melihat Na Young yang berdiri tidak jauh dari hadapannya. “Kau tidak apa-apa?” tanya Jungkook dengan wajah sedikit legah, tapi raut wajahnya berubah ketika melihat sekujur seragamnya basah semua. “Apa yang terjadi?” lanjut jungkook bertanya. “Hujan.” Na Young tersenyum lebar. “Nanti akan aku ceritakan.” Na Young melengkungkan tanganya mengandeng lengan Jungkook.
Sujeong mengosok rambutnya dengan handuk, dia mengingat kembali perasaan bahagia bermain bersama dengan Na Young, atau mungkin memang ini yang dia butuhkan? Pandangan Sujeong beralih pada dompet kecil yang ada diatas meja rias Sujeong. senyum masih lebar berada dihadapannya, lalu matanya menujuh sebuah foto keluargnya. Lagi-lagi perasaan yang sama Sujeong kembali menujuh tempat pedihnya setiap kali melihat foto ibunya.