Sehun bertanya-tanya dengan keadaan Na Young, mengapa telponya tiba-tiba terputus. Dia tidak bersama dengan Taehyung lalu kemana dia pergi. Sehun menggaruk kepalanya frustasi, membanting tubuhnya diatas sofa dia merasa terlihat seperti orang yang bodoh. Apa dia pergi dengan Jungkook? Lalu dimana dia ? menelan ludah perih. Ini adalah hal yang laing mengerikan, batin sehun terasa sakit mengingat kembali rupa pria yang bernama Jeon Jungkook. Dia mengingat kembali apa yang terjadi bebrapa waktu lalu ketika dia bersama dengan Taehyung dan Na Young. Jungkook datang dengan wajah penuh luka. Seperti ada sesuatu yang jangal diantara mereka. Pria bermarga Oh mengernyitkan dahinya. Lalu berdiri menujuh menja belajarnya , mebukah cyber sekolah mencari tau tentang Jungkook. Siapa dia? Bagaimana bisa dia ada disana? “12 september.” Melihat tanggal lahirnya, lalu melihat tahun lahirnya. Dia baru saja menyadari jika Jungkook lebih tua 2 tahun diantara mereka. Sehun mengetik jemarinya diatas keyboard. Mencari tau dimana orang tuanya, tapi data tersebut terlihat dibuat-buat, lalu siapakah dia ?
Taehyung masih menunggu kabar dari Sehun. Fikirannya kembali pada masa dimana dia menyukai Na Young, sesekali tersenyum melihat lengkungan senyuman Na Young. dia tidak pernah tau bagaimana bisa Taehyung menyukainya. Taehyung melihat keluar jendela, air muai turun dari langit, gadis yang dia cintai juga tak kunjung ada kabar. Kemana dia? Apa yang dia lakukan dia tidak pernah tau. Sementara Sujeong hanya bisa melihat diam menatapi stempel yang dia temukan, awalnya dia ingin memberikannya pada ayahnya hanya saja saat melihat foto ibunya dia tidak sanggup. Mati harus dibalas dengan mati. Malam mulai tiba, seperti biasa semua mencari tau bagaimana akhir cerita dari semua teka teki yang harus mereka hadapi saat ini.
Jungkook mendekap erat tubuh mungil Na Young, gadis itu terlelap dia pelukannya. Keduanya berbaring diatas ranjang yang sama. Ya, mereka tau jika ini kedua kalinya mereka tidur satu ranjang diusia yang sangat muda. Tetapi mereka tidak melakukan apapun, jadi mungkin hanya ini. Pagi harinya, Na Young bangun, meraba ranjangnya, mencari pria yang tadi malam mendekapnya dengan erat dan hangat. Tetapi sosok pria itu tidak kunjung dia temukan dengan tangannya. Na Young membuka matanya malas, tertanya benar Jungkook tidak ada disana. Dia bangun, matanya menyapu ruangan dimana dia? Apa dia pergi bertugas? “Na Young-ah.” Sesosok pria yang datang membawa seragam sekolah beserta tas yang biasa Na Young bawa kesekolah. Jungkook mengulas senyumannya. Tetapi Na Young malah meberikan ekspresi yang berbeda, dia malah mengangkat alisnya.
“Apa pergi kesekolah termasuk dalam rencana kita?” tanya Na Young. Jungkook mengelengkan kepalanya. “Apa kau tidak merindukan Sehun dan Taehyung dua pengeran yang selalu menyelamatkamu setiap waktu ?” Gurau Jungkook. Ah, menyebalkan. Sekarang apa yang harus mereka lakukan? Sepanjang hari hampir seminggu keduanya bolos sekolah. “Jadi bagaimana kemarin? Kau sudah mendapatkannya.” Na Young memasang wajah antusias menginggat kembali apa yang terjadi tadi malam ketika Jungkook berpamitan menujuh rumah seseorang dan menyuruhnya pergi bersama Min woo. “Kemarin? Ciuman kita?” ah, pria ini sungguh mesum ternyata. Na Young mengangkat alisnya. Wajah Na Young sedikit memerah mendengar ucapan Jungkook. Sesaat dia tersadar, mengelengkan kepalanya dan mebuyarkan semua lamunannya tetang ciuman tadi malam lalu tangannya memukul kepala Jungkook. “Plak.”
“Kemarin saat kau menyuruhku pergi, kau kembali dengan wajah sedikit memar.” Lanjut Na young. Mata Na Young membulat sejenak. Astaga dia lupa menanyakan keadaan Jungkook. Na Young meraih kepala Jungkook. “Bagaimana ? apa ada yang terluka?” Na Young panik. “Aku baik-baik saja.” Jungkook meraih tangan Na Young menaruhnya didada. Entah kenapa rasanya ada es yang meleleh di hati Na Young, dia bahagia Jungkook melakukan hal ini padanya. Jungkook tersenyum mengembang, juga Na Young yang sedang berada di sampingnya. “Aku menemukan kontak Saudara Ibumu disini.” Jungkook menunjukkan sebuah map disampingnya, melepaskan tangan Na Young untuk sesaat. Aku telah menghubunginya. Mungkin dia akan datang kemari.” Jelas Jungkook.
Sujeong menunggu didepan pintu rumahnya, perasaannya tidaklah karuan belakangan ini. Dia terlihat kacau karena menanti keberadaan Na Young. baginya Na Young harus segera dibereskan sebelum ajal menjemputnya. “Dari mana saja kau ?” Tanya Sujeong dingin pada supir yang baru saja datang. “Maaf nona saya—“
“Cukup! Antar aku sekarang!” nada bicaranya mulai tinggi. Ryu Jonghyun melihat keadaan anaknya yang aneh dari jendela kantornya. Dia terlihat setengah frustasi dengan keadaan ini. Terlebih Ryu Jonghyun telah kehilangan map berharga dimana ada alat khusus yang ditinggalkan oleh Cha Jonghyun. Ryu Jonghyun melihat putri satu-satunya masuk kedalam mobil menlepaskan kepergian anaknya. Bola matanya berputar melihat foto keluarganya 5 tahun yang lalu. “Kau sudah mati, mati karena mengkhianatiku.” Gumamnya pada sebuah poto keluarga yang terpapar besar. Matanya terfokuskan pada seorang wanita yang sedang duduk memeluk putrinya dan tersenyum pada kamera.
Sujeong turun dari mobil yang secara kebetulan Taehyung juga baru saja turun dari mobil. Keduanya saling berpandangan dingin. Entah kenapa Sujeong sudah kehilangan rasa pada Taehyung. Pria yang 10 langkah dari samping kanannya pun hanya diam dengan tatapan dingin. Begitulah hati manusia, awalnya saling mencintai lalu saling membenci. Seperti tanggal expired diatas bungkusan roti, ada tanggalnya sendiri lalu nama itu ada, dan biasa disebut kadaluarsa. Taehyung mengawali langkah kakinya terlebih dahulu, tak lupa ia memalingkan mukanya dari Sujeong. setelah bebrapa langkah gadis itu mengikutinya dibelakang. Didalam koridor sekolah seluruh siswa sedang berkumpul membicarakan banyak hal. “Kau dengar jika Na Young masih hidup?” ucap salah seorang siswi yang sedang berbicara dengan dua orang siswi lainnya. “Iya, mengrikan. Aku dengar dia membuat patung lilin yang menyerupai dirinya. Berarti dia pandai sekali memanipulasi sesuatu.” Timpal seorang gadis yang berbeda. “Ah, aku kasihanpadanya. Dia tidak punya orang tua juga keluarga disini bagaimana bisa dia hidup seperti ini.” Ucap gadis ketiga yang memiliki suara melengking. Ketiga siswi tersebut tidak sadar jika Sujeong mendengar pembicaraan mereka saat lewat koridor sekolah. Kasihan? Itu bukan kasihan? Decaknya dalam hati. hal itu sangat pantas bagi Na Young dan juga keluarganya. Tangan Sujeong mengengam dengan keras, cukup keras hinggal lebih lama lagi bisa mematahkan tulang jemarinya.
Sujeong duduk dibangkunya tidak peduli, seperti dunia ini adalah miliknya seorang. Taehyung tidak melepaskan pandangannya dari Sujeong. Ada yang aneh darinya, ya memang sangatlah aneh. Emosionalnya terlihat tergunjang. Gadis itu hanya menatap keluar jendela tanpa peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya.Tiba-tiba Hyeri datang duduk didepannya. “Sujeong-ah, bisa kita bicara sebentar?” Tanya Hyeri. “Katakan saja jika kau ingin menayakan sesuatu, aku sedang tidak berselera dengan basa-basi.” Sujeong melirik sebentar pada seorang gadis yang duduk dihadapannya lalu kembali melihat jendela.
“Sujeong-ah, apa kau sudah bertemu dengan Na Young? aku dengar kau dan Taehyung juga Sehun mencarinya setelah berita itu? Aku hanya ingin menyampaikan minta maaf yang sebesar-besarnya jika kau bertemu dengan Na Young—“ ucapan Hyeri terputus ketika melihat tangan Sujeong yang berada di kera bajunya. Hyeri shock, wajahnya pucat pasit melihat wajah Sujeong yang terlihat sangat marah. “Kau sudah tau bukan jika aku tidak menyukai Na Young? kenapa harus aku? Memangnya kau siapa? Apa kau sedang mengejekku?” Sujeong melengkingkan suaranya. Nada suaranya benar-benar tinggi sampai-sampai seluru siswa dapat berkumpul didalam kelas. Taehyung datang mengambil tangan Sujeong yang masih mencengkaram kerah kemeja Hyeri. Taehyung membawanya keluar menujuh taman. Tapi tidak ada sepata katapun yang terucap dari keduannya. Hanya angin berhembus yang menyapu wajah mereka. Keduanya hanya tenggelam dalam fikiran mereka masing-masing. Sujeong berjalan didepan sementara Taehyung berjalan di belakangnya. Sangat frustasi adalah kata-kata pertama yang bisa Taehyung ekpresikan pada Sujeong. mulut Taehyung terbuka tapi terhenti ketika telpon Sujeong berbunyi berbunyi. “Cari dia.” Kata Sujeong yang sedang menempelkan headphone di telinganya. “AKU TIDAK PEDULI DENGAN APA YANG KAU LAKUKAN! AKU BILANG CARI DIA!” Teriak Sujeong pada telpon genggamnya. Taehyung mengambil headphone itu sebelum Sujeong membuangnya. Tanpa disadari tubuh Sujeong berbalik menghadap Taehyung yang lebih tinggi darinya.Taehyung memegangi tangan Sujeong. menatapnya dengan tajam serta lirih. Sudah berapa lama dia begini, bahkan Taehyung seakan tidak peduli pada Sujeong sejak berbagai kejadian belakangan ini.
“Pukul aku.” Taehyung memukulkan tangan Sujeong yang dia pegang, ia memukulkan pada dadanya sendiri. “Pukul aku.” Ucap Taehyung. Sujeong hanya bisa melihat Taehyung lakukan, dengan pelupuk mata yang hampir saja menumpahkan airnya. Sujeong mengangkat tangannya yang satunya. Lalu memukuli dada Taehyung sembari menagis. “Kau ini! Jahat sekali. Kau membuatku kesal setengah mati.” Sujeong menangis. “Aku benci padamu!” Sujeong masih memukuli Taehyung, sementara pria itu hanya dia melihat kesedian Sujeong. Ya, ini bukan hanya karena Na Young dan masalalu mereka tapi karena Taehyung juga yang bersalah. Tanpa mereka sadari dua pasang mata melihat keduanya, senyumnya mengembang. Dia melihat dari arah jauh jendela dekat kelasnya. Mungkin masalah satu pasangan sudah selesai, tinggal yang lainnya lagi. Sehun memalingkan padangannya pada ruang kelas serta bangku Jeon Jungkook dan Cha Na Young. Dalam benaknya masih terfikir dimana keduanya berada. Entahlah tidak ada yang tau, tapi yang jelas mereka berada di sekitarnya tanpa dia sadari.