Min woo berdiri disamping pintu nomor 313, jam sudah menunjukkan 3 pagi. Sepertinya Na Young tidak akan keluar dari kamar itu dan dia tau apa yang telah terjadi. Min woo menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Tapi hal ini tidak akan mengurangi rasa sakit didalam hatinya. Sementara, Sehun menunggu Na Young didepan rumah berjalan kesana kemari melihat kekanan dan kekiri tapi tidak ada satupun wajah yang dia rindukan datang. Taehyung hanya dia melihat keluar jendela, menikmati udara malam. Sementara sujeong sedang mengigit kuku tangannya kesal. Malam itu semua mulai berfikir dari dalam emosional perasaan mereka masing-masing.
Jungkook merasakan sesuatu yang hangat ditubuhnya, dia mulai membuka matanya mendapati seorang gadis yang tertidur lelap disampingnya. Tubuhnya masih dalam rangkulan gadis yang ada disampingnya. Mungkin sekarang dia sudah mati karena sakit. Senhingga bisa bertemu dengan Na Young lagi. Jungkook melingkarkan tangannya dipingang Na Young. menghirup udara segar yang dibawa oleh Na Young, Jungkook kembali memejamkan matanya. Tiba-tiba sebuah belaina tangan menyapu rambut Jungkook. Mata Jungkook melihat gadis yang tersenyum dihadapannya. “Gwencanayo? Aku masih hidup.” Ucapnya lembut. Belaian tangan itu berhenti dipipi Jungkook, tangan Na Young benar-benar lembut dan hangat. Jungkook memegang tangan Na Young, menekan tangannya lebih dekat dengan pipinya. Ada perasaan yang sangat luar biasa dalam hatinya. Mungkin bisa dibilang perasaan yang sangat bahagia. “Min woo membantuku.” Tanpa pertanyaan gadis itu membuka pembicaraannya. “Kau tau siapa aku?” Jungkook membulatkan matanya melihat kearah Na Young. Na Young mengangukkan kepalanya. Pelupuk mata Jungkook tak dapat membendung airmatanya. “Kau tidak bisa berhenti disini saja.” Pungkas Na Young. “Akan akau ceritakan jika aku adalah pewaris utama RT Company.”
“Aku sudah tau untuk hal itu.” Memotong kata-kata Na Young, Jungkook mulai bangun dan mengubah posisinya yang tidur menjadi duduk. “Aku membutuhkan alat khusus dan hanya ada satu orang yang memilikinya, yaitu Ryu Jonghyun. Uri-appa, meinggalkan sebuah chip bukti kejahatan Ryu Jonghyun padaku.” Mendengar kalimat akhir yang Na Young ucapkan, Jungkook menjadi gelisah. “ Tapi Chip hanya bisa di buka dengan satu alat yang tanpa sengaja sudah terampas oleh Ryu Jonghyun. Tinggal stempel yang masih berada di tangan tentah siapa. Kau ingat saat Hyeri mengacak-acak lokerku. Aku menyimpannya di dompet kecil didalam loker, terakhir aku melihat ada di tangan Sujeong, jika mereka menemukannya? Itu artinya perusahaan akan sepenuhnya jatuh ketangan mereka.”
“Kau tak memiliki seorang pengacara?”
“Ryu Jonghyun, telah membunuhnya 5 tahun yang lalu. Itulah sebabnya kenapa aku bungkam. Pengacara itu adalah salah satu saksi yang akurat.”
“Pasti ada orang lain. Kau pasti bisa mengingatnya?”
“Aku tidak tau siapa namanya, tapi dia adalah adik tiri ibuku yang tinggal jauh entah kemana. Aku masih tidak bisa menemukannya sampai saat ini.”
“Ayo kita cari dia.” Jungkook membuka selimut yang telah menyelimuti tubuhnya beberapa hari ini. Tekatnya mulai membara, tapi terhenti seketika ketika sebuah tangan menyentuh pundak Jungkook. “Kau ingin mati? Kau tidak lihat jika keadaanmu seperti ini?” gadis yang tadinya berbaring langsung duduk melihat pria bermarga Jeon mulai ingin keluar dengan keadaan yang tidak sehat. Jungkook memahaminya, benar jika dia memang tidak enak badan. Dia harus benar-benar siap jika ingin menghadapi apa yang terjadi setelah ini. Buruknya, mungkin Na Young belum tau jika dibalik semua ini ada campur tangan ayah Jungkook. “Aku akan membuatkanmu sarapan.” Na Young beranjak dari tempat tidurnya memulai untuk memasak. Na young keluar dari tempat tidurnya, dia mulai membuat masakan sederhana, Jungkook duduk dengan wajahnya yang pucat menatapi gadis berambut kecoklatan yang semakin hari mendebarkan hatinya. Perasaan itu semakin bertamba ketika melihat gadis itu memasak. Na Young menaruh sebuah mangkuk diatas meja tepat dihadapan Jungkook. Sebuah bubur, disebrang meja ada sebuah nasi. Jungkook mengerutkan dahinya. “Kenapa aku harus makan bubur? sementara kau makan nasi. Aku ingin nasi!” protesnya. Sebuh sendok menjemput jidad Jungkook “Makan!” ketuk Na Young pada Jungkook.Meski Na Young memukul kepala Jungkook, entah kenap pria itu malah menyukainya. Dia hanya tersenyum lalu menyendok buburnya.
Sehun masih menunggu disepan rumah berkali-kali dia mondar mandir didepan rumahnya, menelpon Na Young juga Taehyung namun tak ada keberadaan Na Young dimanapun. Sehun menatap langit menghela nafasnya bertanya dimanakah Na Young berada? Lantas apa yang terjadi. “Tak..tak..” suara sepatu runcing yang dipakai oleh gadis berponi yang sedang berdiri dihadapan Sehun. Tatapan dingin selalu menjadi salah satu ciri gadis itu. “Na Young eddigayo?” Sujeong mengeluarkan suarannya. Sehun memasukkan tangan kedalam sakunya. “Apa yang kau fikirkan? Aku tidak tau.” Jawab Sehun. Gadis itu menenglengkan kepalanya curiga, bagaiman mungkin orang yang paling dekat dengan Na Young tidak tau keberadaanya. “Brehentilah berdrama, meski kau menyelamatkanku. Aku tidak akan berterima kasih.”
“Baguslah, aku hanya datang untuk Na Young bukan untukmu.” Sehun membalas dingin. Sujeong melangkahkan kakinya mencoba masuk kedalam rumah sehun, namun Sehun menutupi pintu masuk dengan tubuhnya. “Dia tidak ada disini.” Ucapnya. Sujeong mendorong sehun untuk menyingkir. Dia berhasil menyingkirkan tubuh Sehun tapi sehun memegangi tangannya. “Aku tidak ingin bertindak kasar pada seorang gadis. Pergilah, dia tidak disini.”
Sujeong menghela nafas dalam-dalam. Berbalik dan pergi tanpa salam seperti biasa, hawa dingin selalu menyelimutinya. Sujeong berjalan disekeliling kota seoul, mencari dimana keberadaan Na Young jika dia bertemu dengan Na Young, kemungkinan besar dia ingin menguliti kulit Na Young, membiarkan biarkan Na Young merasakan bagaimana perasaannya selama 5 tahun terakhir ini.
Malam mulai tiba, Jungkook dan Na Young mulai menujuh rumah megah. Na Young mengernyitkan dahinya. “Kenapa kita datang kesini?” tempat itu begitu asing baginya. “Ada sesuatu yang tertinggal. Jungkook turun dari motornya membuka helmnya. Na Young turun dari motor. Jungkook merogoh sakunya, menempelkan sebuah heandphone ke telinganya. Tetapi sebuah mobil datang. Sebuah sorotan lampu menyapa wajah mereka, membuatnya menjadi silau. Seorang pria turun dari mobil. Manyapa keduannya. “Kau harus pergi, ini berbahaya.” Jungkook memanggil No Minwoo untuk datang. “Aku ingin ada disampingmu.” Tolak Na Young. “Tidak sekarang, kau harus berada ditempat yang aman.” Pinta Jungkook mengandeng dekua tangan Na Young, menatap matanya dalam agar Na Young mengerti. Min woo melihat dari kejauhan, ada perasaan sakit yang dia rasakan. Mungkin, jika melihatnya sekali lagi Min woo akan mati. Dia mengalikan pandangannya dari duaorang yang masih terlihat menyembunyikan perasaanya masing-masing. Ia melihat sepatunya, lalu seorang pria mengandeng seorang gadis datang. “Hyung, Mianeso.” Jungkook melihat gerak-gerik Min woo yang dia tau jika Min woo sangat cemburu dengan Na Young. inilah cinta? Kenapa dunia ini hanya milik cinta pasangan berbeda jenis sementara yang sesama harus merasakan cinta sebelah tangan terus menerus. “Na Young-ah, Kajja.” Min woo tersenyum miring, mengulurkan tangannya pada Na Young. gadis itu masih sulit melepaskan gangaman tangannya pada Jungkook. Tetapi kembali lagi, keadaan ini tidaklah demokratis, suka atau tidak dia harus pergi dengan Min woo.
Jungkook melihat mobil yang ditumpangi oleh gadis yang dia cintai pergi. Dia harus pergi ketempat ayahnya, cukup berbahaya untuk seorang Jungkook. Selama dia berlatih dan tingga dengan ayahnya. Pria paruh baya itu tidak pernah lengah. Jungkook masuk mencari dimana map yang harus dia ambil. Dia menyelinap masuk kedalam sebuah ruangan gelap, namun siapa sangka saat lapu menyala pria itu datang, Kim Jong shik.
“Jungkook-ah, kau harus melakukan hal yang lebih baik daripada ini.” Sebuah pistol mengarah ke Jungkook, tanpa pikir panjang pria itu menekan tombol tempak untuk mengeluarkan peluru dari dalam pistol tersebut, hampir saja mengenai Jungkook. Jungkook bersembunyi dibalik meja dekat darinya. Untuk sejenak dia berfikir dimana kah tempat Jung shik meninggalkan barang bukti yang beberapa waktu lalu dia bawah. Jika tidak di dinding maka ayahnya bias menaruhnya di tempat yang tidak terduga. Peluru-peluru terus-terusan keluar dari pistol Jung shik. “Keluar! Aku mendidikmu bukan menjadi pengecut yang ada dibalik meja!” Jungshik berteriak dengan lantang. Jungkook keluar dari persembunyiannya. Matanya masih berputar sedikit agar Jungshik tidak menyadari apapun. Langkah kaki Jungkook sengaja di pelankan agar dia dapat menemukan persembunyian barang bukti di lantai tempatnya berjalan. “Duk.” Dia merasakan sebuah ubin kayu yang kosong tanpa semen di dalamnya. Jung shik terlihat menyadari tindakan anak angkatnya tersebut sementara Jungkook pun menangkap signal yang ada. Dengan sigap Jungkook mengicak dengan keras Ubdin kayu itu. “BRAAAAKKK” Ubin kayu itu bolong, lalu terlihat sebuah map coklatnya kemarin. Jung shik yang menlihat Jungkook akan mengambil Map itu, langsung menyambar tubuh Jungkook dan memukulinya. Jungkook berbalik memukul Jungshik di bagian wajah. Pria itu memang berusia cukup tua tapi tenaganya masih seperti anak muda. Terjadi perkelahian hebat antara anak dan ayah. Pukulan-pukulan itu terlontah begitu saja, pukulan atas , pukulan bawah samping kanan dan kiri. Mereka terlihat tidak seperti saling mengenal.
“Aku membesarkanmu, juga merawatmu dengan baik. Kenapa kau lakukan hal ini padaku? Bukankah ini bukan yang pertama bagimu?” tanya Jungshik yang menahan rasa sakit bagian perutnya, wajahnya mulai lembab, dara ada dimana-mana.
“Ini memang bukan yang pertama menghancurkan seorang wanita, tapi ini pertama kalinya aku Jatuh cinta.”
“Cih.” Jungshik tersenyum miring. “Pada akhirnya gadis itu akan pergi bersama dengan pria lain dan meninggalkanmu, kau yakin jika dia mencintaimu? Sudah aku katan padamu sebelumnya, jatuh cintalah pada seorag pria dikeluarga ini—“
“Tidak, itu semua hanya alasanmu agar bisnis mu lancar bukan?”
“Baiklah, ambil ini.” Jung shik mengambil map dalam lubang diantara kakinya. Melemparnya ke Jungkook. “Gadis itu akan pergi ketika dia tau kalau, pembunuh orang tuanya adalah ayahmu.”
“Kau bukan ayahku.”
“Secara resmi, kita keluarga. Keluarga Gay.” Jung shik tersenyum miring. Jungkook mengigit keras bibirnya. Sesekali bertanya dalam hatinya, kenapa harus bersama dengan pria itu? Kenap bukan orang lain yang mengadopsinya. Jungkook keluar melalui jendela. Lalu melenggang ke motor yang dia parkirkan di dekat pagar belakang rumah.
Na Young telah sampai di hotel tempat Jungkook bersembunyi. Dia duduk merekatkan kedua tangannya. Dia merasa takut dan bertanya-tanya bagaimana keadaan Jungook disana. Tiba-tiba sebuah telpon masuk, Na Young segera mengakatnya tanpa melihat siapa namanya. “Yeobosseo” suara Na Young terdengar panik. “Bagaimana keadaanmu?” tanya seorang pria dari sebrang, mendengar suara dari sebrang dia menyadari jika itu bukan suara Jungkookm tapi Sehun. Na Young menghela nafas, ternya bukan Jungkook hatinya berkata demikian. “Aku baik-baik saja.” Lalu sebuah tangan mengambil headphonenya dari belakang, sontak membuatnya berbalik melihat kearah siapa yang datang.
Belum sempat Na Young melihat wajah orang itu tiba-tiba sebuah bibir menyambar bibir merah Na Young meraih kepala Na Young. mata Na Young melihat seorang pria yang berada tepat didepan matanya dengan jarak yang dekat lalu membuat pergerakan diatas bibirnya. Na Young terkejut melihat kembali siapa yang datang. Pria itu melepas ciumannya ” Jungkook-ah” memandangi wajah Jungkook, yang tidak terlihat memiliki luka memar diwajahnya membuat Na Young sedikit legah. Jungkook menempelkan tangan kanannya dipipi Na Young, mendekatkan wajahnya dan wajah Na Young, lalu tangan kirinya meraih pinggang Na Young. Jarak wajah mereka semakin lama-semakin dekat, keduanya dapat merasakan dari hembusan nafas yang menyapu wajah mereka masing-masing. Na Young menutup matanya, membiarkan bibir Jungkook melekat dibibirnya tanpa pergerakan. Lalu dia memeluk tubuh Jungkook membuat jarak tubuh mereka yang sudah dekat semakin dekat. Jungkook tersenyum kecil melihat Na Young lalu membuat pergerakan diatas bibir Na Young. Ciuman pertama tanpa ada yang tau apa yang terjadi pada keduanya suatu saat dikeesokkan hari.